Anda di halaman 1dari 19

PEMECAHAN MASALAH DI P.

T WILMAR

KELOMPOK 3

Aliya Nurul Fazri (J0410231016)

Alfazle Maula Yusuf (J0410231261)

Ahmad Yasin Firmansyah (J0410231313)

Fharel Az Zihra Adhie Futra (J04102311254)

Muhammad Riyadh Afkar (J0410231094)

Putri Imelda Sri Wahyuni (J0410231176)

MANAJEMEN AGRIBISNIS

SEKOLAH VOKASI

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim, alhamdulillahirabbil`alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah


SWT, yang telah memberikan kemampuan dan kesehatan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
laporan praktikum berupa makalah. Tidak lupa shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya, Aamiin Ya
Robbal Alamiin.

Kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu mewujudkan makalah ini.
Khususnya kepada dosen dan asisten dosen yang telah memberikan saran dan nasehatnya dalam
menyelesaikan makalah ini. Serta ucapan terima kasih dan dalam kami sampaikan kepada semua
pihak yan telah terlibat dalam penyusuna makalah ini.

Namun demikian kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk
itu kami sangat mengharapkan sekali saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak dan
para pembaca umumnya. Karena tidak ada pekerjaan manusia yang sempurna tanpa bantuan serta
izin-Nya.

Serta kami berharap agar karya tulis ini dapat memberikan pencerahan dan manfaat bagi setiap orang
yang membacanya, juga dapat memberikan kami pengalaman yang baik dalam pembuat karya tulis
ilmiah di masa depan.

Bogor, September 2023

Penulis

Tim penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................4
1.2 TUJUAN......................................................................................................................5
1.3 MANFAAT.................................................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................................6
2.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN...............................................................................6
BAB III......................................................................................................................................8
3.1 PERMASALAHAN DI P.T WILMAR.......................................................................8
3.2 MASALAH ATAU PELUANG..................................................................................8
3.3 PRIORITAS TINDAKAN........................................................................................11
3.4 ALTERNATIF SOLUSI...........................................................................................12
3.5 TIPE KEPUTUSAN..................................................................................................13
3.6 EVALUASI ALTERNATIF.....................................................................................13
3.7 IMPLEMENTASI KEPUTUSAN DAN MONITORING HASIL...........................16
3.7.1 Perkiraan Jadwal Keputusan Akan Diimplementasikan Dan Monitoring Hasilnya 16
BAB IV....................................................................................................................................18
4.1 KESIMPULAN.........................................................................................................18
BAB V......................................................................................................................................19
5.1 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................19
BAB I

1.1 LATAR BELAKANG


Masalah akan muncul ketika terjadi suatu keadaan dimana adanya gap atau
ketidaksesuaian antara keinginan dan apa yang sebenarnya terjadi, gap antara apa
yang terjadi dan apa yang diharapkan itulah yang disebut sebagai masalah.

Dalam manajemen suatu Perusahaan diperlukan suatu kemampuan untuk


dapat memecahkan masalah, manajerial yang ada didalam Perusahaan harus memiliki
kemampuan dalam mengambil keputusan untuk dapat memecahkan masalah.
Pengambilan keputusan harus dilakukan secara sistematis dan baik,
pengidentifikasian dan kemudian memilih serangkaian Tindakan yang akan dilakukan
untuk menghadapi permasalahan tersebut. Pembuatan keputusan juga harus
menghubungkan keadaan organisasi masa kini dengan Tindakan yang akan dilakukan
dimasa depan.

Dalam suatu Perusahaan masalah tentunya pasti akan selalu ditemui dalam
setiap aspek, maka daripada itu diperlukan suatu kemampuan dari manajerial untul
menyelesaikan masalah tersebut. Jika dilihat dari sudut pandang lain suatu masalah
dapat menjadi peluang tersembunyi yang bisa dimanfaatkan secara baik oleh
Perusahaan.

Proses produksi dalam suatu Perusahaan harus mentaati pedoman yang ada
dan memastikan setiap aspek dalam proses produksinya berjalan secara baik dan
sesuai pedoman, salah satunya adalah proses pengolahan limbah yang ada di suatu
Perusahaan, setiap Perusahaan wajib untuk memastikan proses pengolahan limbah
berjalan sesuai prosedur.

Ketika ada suatu permasalah dalam aspek produksi disuatu Perusahaan, baik
itu di system hulu ataupun system hilir maka Perusahaan tersebut harus dapat
mengambil keputusan berupa solusi atau kebijakan yang dapat mengatasi hal tersebut

Oleh karena itu kemampuan untuk menangani dan mengkaji masalah secara
sistematis dan menemukan solusi terbaik adalah kemampuan yang wajib dimiliki oleh
seoang manajerial.
1.2 TUJUAN
1. Menganalisis cara mengambil keputusan berdasarkan masalah yang ada
2. Mengidentifikasi solusi secara sistematis berdasarkan masalah yang ada

1.3 MANFAAT
1. Mengetahui cara untuk mengambil keputusan berdasarkan masalah yang ada
2. Mengetahui cara untuk mengidentifikasi dan menghasilkan solusi secara sistematis
berdasarkan masalah yang ada
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN


Pengambilan keputusan adalah tindakan pemilihan antara berbagai alternatif
yang terkait dengan fungsi manajemen. Konsep ini telah dibahas oleh beberapa ahli
manajemen pada masa lalu, seperti Fayol dan Urwick yang mengkaji dampaknya
terhadap delegasi dan otoritas, sedangkan Frederick W. Taylor hanya membahas
pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan. Seperti banyak aspek dalam teori
organisasi modern, analisis awal mengenai pengambilan keputusan dapat ditelusuri
hingga karya Chester Barnard. Dalam bukunya "The Functions of the Executive,"
Barnard memberikan analisis komprehensif tentang pengambilan keputusan dan
menyatakan bahwa "Proses keputusan adalah teknik untuk mempersempit pilihan."

Umumnya, pembahasan mengenai proses pengambilan keputusan dapat dibagi


menjadi beberapa langkah. Konsep ini dapat ditemukan dalam pemikiran Herbert A.
Simon, seorang ahli teori kepufusan dan organisasi yang meraih Hadiah Nobel. Simon
mengkonseptualisasikan tiga tahap utama dalam proses pengambilan keputusan:

a. Aktivitas intelijen, yang berasal dari istilah militer "intelligence." Tahap ini
melibatkan penelusuran kondisi lingkungan yang memerlukan pengambilan
keputusan.
b. Aktivitas desain. Pada tahap kedua ini, terjadi penemuan, pengembangan, dan
analisis masalah untuk merancang solusi.
c. Aktivitas pemilihan. Tahap ketiga dan terakhir ini melibatkan pemilihan
tindakan konkret dari berbagai opsi yang tersedia.

Berhubungan dengan tahap-tahap ini, namun dengan pendekatan yang lebih empiris
(yaitu, mengenai bagaimana pengambilan keputusan sebenarnya terjadi dalam
organisasi), Mintzberg dan rekan-rekannya mengidentifikasi langkah-langkah
pengambilan keputusan sebagai berikut:

a. Tahap identifikasi, di mana masalah atau peluang diidentifikasi dan diagnosis


dilakukan. Masalah yang kompleks memerlukan diagnosis yang mendalam
dan sistematis, sedangkan masalah yang sederhana memerlukan diagnosis
yang lebih sederhana.
b. Tahap pengembangan, di mana prosedur atau solusi yang ada dicari, atau
bahkan solusi yang baru dirancang. Proses ini melibatkan eksplorasi dan
eksperimen, di mana pembuat keputusan memiliki gagasan solusi yang belum
jelas.
c. Tahap seleksi, di mana pilihan solusi dibuat. Seleksi dapat dilakukan
berdasarkan penilaian pembuat keputusan, pengalaman, atau intuisi, atau
melalui analisis logis dan sistematis. Kadang-kadang, seleksi juga melibatkan
negosiasi dan politik organisasi. Setelah keputusan diambil secara resmi,
otoritas pun ditetapkan.
BAB III

3.1 PERMASALAHAN DI P.T WILMAR


Berdasarkan hasil analisis yang telah kelompok kami lakukan dari studi
literatur ditemukan beberapa permasalahan yang terjadi di P.T Wilmar. Permasalahan
yang muncul di P.T Wilmar adalah menyempit dan berubahnya aliran anak anak
Sungai dan tercemarnya air akibat dari ekpansi sawit. Selain itu proses yang terjadi
dibagian hulu juga turut menyumbang pencemaran, seperti tercemarnya air karena
residu pupuk dan pestisida. Kondisi pencemaran ini terlihat dari hasil penelitian.
Ecoton (Ecological Observation and Wetlands Conservation) mengambil 58 sampel
air parit perkebunan sawit PT BPK di Kubu Raya (anak perusahaan wilmar).
Hasilnya, 75% air parit memiliki kandungan klorin bebas melebihi baku mutu dan
kandungan fospat di 40 sampel air melebihi baku mutu. Ecoton menemukan sekitar
86% dari 22 titik lokasi sampling kanal PT ANI, di Sambas, melebihi baku mutu air
kelas dua. Parameter melebihi baku mutu klorin bebas. Dan juga ditemukannnya
kandungan herbisida kelas 1A dan 1B yang memiliki tingkat toksik tinggi, seperti
(paraquat) di perkebunan sawit, padahal paraquat dilarang dalam standar sertifikasi
sawit berkelanjutan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Selain itu juga
didapati Sebagian Perusahaan belum memiliki tempat pembuangan akhir (TPA) dan
juga hampir semuanya tidak memenuhi syarat, seperti limbah domestik sering
dibuang untuk sementara di dekat lokasi TPA dengan sampah anorganik ditimbun
bersama sampah organic.

Tetapi pada kali ini kelompok kami hanya akan berfokus pada masalah yaitu
menyempit dan berubahnya aliran anak anak Sungai dan tercemarnya air
akibat dari ekpansi sawit.

3.2 MASALAH ATAU PELUANG


Terhadap permasalahan yang terjadi di P.T Wilmar, selanjutnya kelompok
kami melakukan analisis terhadap permasalah itu dengan menggunakan pendekatan
yang berupa beberapa pertanyaan untuk mendefinisikan hal tersebut Apakah masuk
kedalam permasalahan atau peluang.
1. Berapa besar kesenjangan antara keadaan sebenarnya dan yang
diinginkan ?

Terjadi cukup besar kesenjangan yang terjadi, berdasarkan hasil analisis kami
didapatkan beberapa kesenjangan yang terjadi, yaitu sebagai berikut :

a. Kesenjangan terkait dengan aliran Sungai:


 Keadaan Sebenarnya: Aliran anak-anak Sungai di P.T Wilmar
mengalami penyempitan dan perubahan yang mungkin menyebabkan
masalah ekologis yang menggangu ekosistem.
 Yang Diinginkan: Keadaan yang diinginkan adalah aliran Sungai yang
alami dan sehat tanpa penyempitan yang dapat mengancam lingkungan
dan komunitas sekitar.

b. Kesenjangan terkait dengan pencemaran air:


 Keadaan Sebenarnya: Air di sekitar wilayah ekspansi sawit tercemar
yang mungkin disebabkan oleh limbah pertanian, pestisida, dan bahan
kimia lainnya.
 Yang Diinginkan: Keadaan yang diinginkan adalah air yang bersih dan
aman bagi lingkungan dan masyarakat, tanpa pencemaran yang dapat
membahayakan kesehatan dan ekosistem.

2. Bagaimana kesenjangan ini mempengaruhi peluang untuk mencapai


sasaran?

Kesenjangan yang terjadi antara keadaan sebenarnya dan keadaan yang diinginkan
dapat mempengaruhi peluang P.T Wilmar untuk mencapai sasarannya,
berdasarkan hasil analisis yang telah kami lakukan, beberpa hal yang berpengaruh
terhadap P.T Wilmar untuk mencapai peluangnya adalah :

a. Pengaruh Terhadap Ekonomi


Penyempitan aliran Sungai dan pencemaran air dapat berdampak negatif
pada produksi kelapa sawit dan potensi pendapatan perusahaan. Ini dapat
menghambat kemampuan perusahaan untuk mencapai sasaran
finansialnya.
b. Pengaruh Terhadap Kepatuhan Regulasi:
Pencemaran air dan perubahan aliran Sungai bisa mengakibatkan
pelanggaran regulasi lingkungan yang dapat mengarah pada sanksi hukum
dan denda. Ini dapat menghambat upaya perusahaan untuk mematuhi
peraturan dan mencapai sasaran berkelanjutan.

c. Reputasi dan Hubungan Masyarakat:


Penyempitan aliran Sungai dan pencemaran air dapat merusak reputasi
perusahaan di mata masyarakat dan pelanggan. Ini dapat mengurangi
peluang perusahaan untuk menjalankan bisnis dengan baik dan
berkelanjutan.

3. Bila kesenjangan ini adalah masalah, seberapa sulit untuk


membetulkannya?

Ada banyak factor yang mempengaruhi seberapa sulit unutk memperbaiki


masalah ini, beberapa hal yang termasuk adalah tingkat kerusakan lingkungan,
kompleksitas masalah, ketersediaan sumber daya, dan komitmen perusahaan
untuk melakukan perubahan.

4. Seberapa cepat perlu bertindak untk membetulkan masalah?

Terkait seberapa cepat Perusahaan harus bertindak dalam membetulkan masalah


ini juga bergantung pada beberapa aspek yang terjadi, seperti seberapa parah
tingkat kerusakan yang telah tejadi, seberapa besar dampak yang telah terjadi
akibat permasalah ini. Tetapi dalam konteks keberlanjutan usaha dan reputasi
usaha, maka diperlukan Tindakan yang cepat dalam mengatasi permasalahan
tersebut, dan juga diperlukannya pencegahan untuk menghindari dampak yang
lebih buruk dan biaya perbaikan yang lebih tinggi di masa depan. Selain itu
diperlukannya juga tindakan proaktif dan berkelanjutan dari Perusahaan supaya
perusahaan dapat terhindar dari sanksi hukum, kerusakan reputasi, dan dampak
lingkungan yang lebih parah. Oleh karena itu, penting untuk bertindak sesegera
mungkin sesuai dengan tingkat urgensi dan keparahan masalah yang ada.
3.3 PRIORITAS TINDAKAN
Setelah melakukan analisis, maka kami memutuskan bahwa hal yang terjadi
tersebut adalah suatu permasalahan. Selanjutnya hal yang perlu dilakukan adalah
menetapkan prioritas Tindakan yang perlu diambil dari permasalahan tersebut. Hal
yang perlu dilakukan untuk menentukan prioritas Tindakan adalah menggunakan
pendekatan yang berupa beberapa pertanyaan.

1. Apakah masalah tersebut mudah ditangani ?

Ada banyak factor yang mempengaruhi apakah masalah tersebut mudah ditangani
atau tidak, melihat dari tingkat keparahan yang terjadi, ketersediaan sumber daya,
dan juga tentunya komitmen serta anggaran Perusahaan. Dalam praktiknya
masalah yang terjadi ini tidak cukup mudah ditangani karena tadi ada beberapa
factor yang mempengaruhinya, tetapi suatu Perusahaan harus berkomitmen
tinggin terhadap keberlanjutan dan lingkungan serta dampak yang terjadi akibat
dari kegiatannya, maka daripada itu meskipun masalah ini tidak cukup mudah
ditangani tetapi dengan komitmen tinggi dari Perusahaan maka permasalahan ini
akan mudah untuk ditangani.

2. Apakah masalah tersebut akan selesai dengan sendirinya jika dibiarkan?

Masalah yang terjadi di P.T Wilmar seperti penyempitan aliran anak-anak Sungai
dan pencemaran air akibat ekspansi sawit, cenderung tidak bisa terselesaikan
dengan sendirinya.

3. Apakah ini keputusan yang akan saya buat?

Ya, keputusan yang akan kami buat adalah dengan membuat peraturan mengenai
prosedur pelaksanaan kegiatan operasi di P.T Wilmar dengan mendukung prinsip
pertanian berkelanjutan, sehingga hal tersebut dapat meminimalkan resiko dan
mencegah kejadian yang sama terulang lagi. Secara rinci keputusan yang kami
buat akan kami jelaskan dibawah ini.
3.4 ALTERNATIF SOLUSI
Setelah kelompok kami melakukan analisis terhadap permasalahan yang terjadi yaitu
menyempit dan berubahnya aliran anak anak Sungai dan tercemarnya air akibat dari
ekpansi sawit, maka solusi yang kami hadirkan adalah :

a. Membuat Peraturan Untuk Kegiatan Perusahaan Yang Berdasarkan


Prinsip Praktik Pertanian Berkelanjutan

Dengan membuat Peraturan terkait perkebunan kelapa sawit yang mencakup


praktik pertanian berkelanjutan yang mempertimbangkan aspek-aspek seperti
penggunaan pupuk dan pestisida yang bijaksana, manajemen limbah, konservasi
lahan dan habitat, serta pemantauan dan pelaporan yang transparan terkait
dampak lingkungan dan sosial dari operasi perusahaan.

Peraturan yang baik akan memberikan panduan yang jelas dan terstandarisasi
kepada semua personel yang terlibat dalam operasi perkebunan kelapa sawit,
sehingga mereka dapat melaksanakan praktik-praktik yang meminimalkan
dampak negatif pada lingkungan dan masyarakat sekitar. Peraturan ini juga akan
memastikan bahwa perusahaan mematuhi regulasi lingkungan yang berlaku dan
menjaga komitmen terhadap praktik pertanian berkelanjutan.

Dalam praktiknya Peraturan Yang Berdasarkan Prinsip Praktik Pertanian


Berkelanjutan adalah menerapkan berbagai tindakan dan kebijakan untuk
mengelola perkebunan kelapa sawit secara bertanggung jawab demi menjaga
lingkungan, mematuhi regulasi, dan mendukung kesejahteraan masyarakat lokal.
Yang mengandung beberapa aspek penting, seperti :

a. Praktik Pertanian yang Ramah Lingkungan


penggunaan pupuk, pestisida, dan herbisida yang bijaksana, praktik
irigasi yang efisien, pengelolaan limbah yang tepat, dan penggunaan
sumber daya alam yang berkelanjutan untuk mengurangi dampak
negatif pada lingkungan sekitar.

b. Konservasi Lahan dan Habitat


berkomitmen untuk menjaga lahan-lahan berharga dan habitat alamiah
di sekitar perkebunan kelapa sawit mereka. Ini bisa mencakup upaya
pemulihan hutan, pelestarian keanekaragaman hayati, dan pelestarian
sumber daya air.
c. Transparansi dan Kepatuhan Regulasi
berkomitmen untuk mematuhi semua regulasi lingkungan dan sosial
yang berlaku serta berkomunikasi secara transparan tentang praktik
pertanian mereka. Ini melibatkan pelaporan secara rutin tentang
dampak lingkungan, tindakan yang diambil, dan perubahan yang
direncanakan.
d. Inovasi dan Teknologi
menginvestasikan dalam inovasi dan teknologi yang ramah
lingkungan, seperti penggunaan teknologi satelit untuk pemantauan
lahan, penggunaan varietas kelapa sawit yang lebih efisien, dan
teknologi pengolahan limbah yang lebih baik.

3.5 TIPE KEPUTUSAN


Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, tipe pembuatan keputusan
yang harus diambil oleh P.T Wilmar adalah keputusan tidak terprogam, karena
masalah yang muncul ini bukanlah termasuk masalah yang terjadi berulang kali tetapi
termasuk kedalam jenis masalah yang jarang muncul dan memerlukan kebijakan
manajer untuk menanganinya serta termasuk kedalam permasalahan yang penting
karena menyangkut reputasi, komitmen, dan perlakuan hukum di Perusahaan,
sehingga diperlukannya perlakuan khusus untuk menanganinya.

3.6 EVALUASI ALTERNATIF


Tahap selanjutnya adalah melakukan pemodelan rasional untuk mengevaluasi
alternatif yang ada sehingga bisa didapatkan solusi yang terbaik. Beberapa cara
pendekatan yang bisa dilakukan untuk mengevaluasi alternatif yang ada adalah
dengan menganlisis jawaban dari pertanyaan dibawah ini berdasarkan solusi yang ada.

1. Apakah alternatif ini layak ?


Alternatif ini layak dipilih, karena berdasarkan analisis yang kelompok kami
lakukan, alternatif solusi ini dapat membantu Perusahaan dalam melakukan
kegiatan yang lebih disiplin dan sesuai prosedur sehingga solusi layak untuk
diemplementasikan.

2. Apakah alternatif ini merupakan penyelesaian yang memuaskan semua


pihak ?

Dalam praktiknya tidak mungkin untuk dapat memuaskan semua pihak, terutama
dalam permasalahan yang kompleks seperti ini. Meskipun alternatif untuk
membuat Peraturan yang berfokus pada pertanian berkelanjutan dapat menjadi
langkah yang baik dalam mengatasi masalah lingkungan dan sosial yang dihadapi
oleh PT Wilmar, tetapi masih ada beberapa pihak yang tidak sepenuhnya puas
dengan keputusan tersebut.

3. Apa saja konsekuensi yang mungkin terjadi untuk seluruh organisasi atas
alternatif yang dipilih tersebut ?

Memilih alternatif berupa solusi untuk membuat peraturan yang berfokus pada
pertanian berkelanjutan dapat memiliki berbagai konsekuensi, baik positif maupun
negatif, untuk seluruh organisasi. Beberapa konsukensi yang mungkin akan terjadi
adalah :

KONSEKUENSI POSITIF

a. Peningkatan Reputasi:
Organisasi dapat memperoleh reputasi yang lebih baik sebagai
perusahaan yang peduli terhadap lingkungan dan masyarakat, yang
dapat meningkatkan citra dan daya tarik merek.
b. Kepatuhan Regulasi:
Organisasi akan lebih mungkin mematuhi regulasi lingkungan yang
berlaku, mengurangi risiko sanksi hukum dan dampak negatif pada
operasi.

c. Dukungan Pihak Berkepentingan:


Masyarakat lokal, organisasi lingkungan, dan pemangku kepentingan
lainnya mungkin memberikan dukungan lebih besar kepada organisasi
karena komitmen mereka terhadap praktik pertanian berkelanjutan.
d. Keberlanjutan Jangka Panjang:
Praktik pertanian berkelanjutan dapat menciptakan dasar untuk
keberlanjutan jangka panjang operasi organisasi.

KONSEKUENSI NEGATIF

1. Biaya Tambahan:
Implementasi peraturan atau SOP baru mungkin memerlukan investasi
awal yang signifikan, termasuk pendidikan, pelatihan, dan peralatan
baru.
2. Perubahan dalam Proses Operasional:
Organisasi mungkin perlu mengubah atau menyesuaikan proses
operasional mereka untuk mematuhi peraturan atau SOP baru, yang
dapat mengganggu rutinitas yang ada.
3. Penyesuaian dengan Perubahan Regulasi:
Jika ada perubahan dalam regulasi lingkungan atau sosial, organisasi
mungkin perlu terus menyesuaikan peraturan atau SOP mereka untuk
tetap mematuhi persyaratan baru.
4. Potensi Perlawanan Internal:
Tidak semua pemangku kepentingan internal mungkin setuju dengan
perubahan tersebut, dan ada potensi untuk perlawanan atau
ketidaksetujuan di dalam organisasi.
5. Pemantauan dan Pelaporan yang Lebih Ketat:
Dengan implementasi peraturan atau SOP baru, organisasi mungkin
perlu melakukan pemantauan dan pelaporan yang lebih ketat terkait
dampak lingkungan dan sosial operasi mereka.
6. Resiko Reputasi Negatif:
Jika organisasi tidak mematuhi peraturan atau SOP yang telah
ditetapkan atau jika terjadi insiden yang merugikan lingkungan atau
masyarakat, ini dapat merusak reputasi mereka.
7. Tuntutan Perubahan Budaya Organisasi:
Mungkin diperlukan perubahan budaya organisasi untuk
mengintegrasikan praktik berkelanjutan dalam semua aspek operasi.

3.7 IMPLEMENTASI KEPUTUSAN DAN MONITORING HASIL


Selanjutnya adalah Implementasi keputusan, dimana fungsinya adalah langkah
langkah yang diambil untuk menerapkan atau menjalankan keputusan yang telah
dibuat untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan dari implementasi keputusan adalah
untuk mengubah rencana atau keputusan menjadi tindakan nyata yang dapat
mempengaruhi situasi atau lingkungan yang dituju.

3.7.1 Perkiraan Jadwal Keputusan Akan Diimplementasikan Dan Monitoring


Hasilnya
PENGIMPLEMENTASIAN
1. Bulan 1-2: Persiapan Awal
 Pembentukan tim atau komite yang akan bertanggung jawab atas
implementasi.
 Identifikasi sumber daya yang diperlukan, termasuk pelatihan dan
peralatan.
 Penilaian awal tentang praktik pertanian saat ini dan identifikasi area yang
perlu diperbaiki.
2. Bulan 3-4: Pengembangan SOP
 Pengembangan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berfokus pada
pertanian berkelanjutan.
 Konsultasi dengan ahli dan pemangku kepentingan internal dan eksternal
untuk merancang SOP yang efektif.
3. Bulan 5-6: Pelatihan
 Pelatihan personel perusahaan tentang implementasi SOP.
 Pemantauan dan penilaian pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
dalam pelatihan.
4. Bulan 7-8: Pelaksanaan Awal
 Implementasi awal SOP dalam area yang telah ditentukan.
 Pemantauan pelaksanaan awal dan identifikasi potensi perbaikan.
5. Bulan 9-12: Penyebaran Luas
 Ekspansi implementasi SOP ke seluruh operasi perusahaan.
 Pemantauan dan evaluasi terus-menerus.

PEMANTAUAN HASIL

1. Setiap Bulan: Pemantauan Rutin


 Pemantauan rutin terhadap pelaksanaan SOP dan dampaknya.
 Pelaporan hasil kepada tim atau komite yang bertanggung jawab
2. Setiap Trimester: Evaluasi Berkelanjutan
 Evaluasi berkelanjutan terhadap kepatuhan terhadap SOP dan dampak
berkelanjutan.
 Identifikasi perubahan yang perlu dilakukan.
3. Setiap Tahun: Evaluasi Tahunan
 Evaluasi tahunan mendalam terhadap pencapaian tujuan berkelanjutan.
 Peninjauan SOP dan perbaikan jika diperlukan.
4. Setiap Dua Tahun: Kajian Berkelanjutan
 Kajian independen atau audit berkelanjutan untuk memastikan kepatuhan
dan dampak positif.
5. Setiap Tiga Tahun: Revisi SOP
 Revisi SOP secara berkala berdasarkan pembelajaran dan perkembangan
terbaru dalam praktik pertanian berkelanjutan.
BAB IV

4.1 KESIMPULAN
Permasalahan yang terjadi di PT.Wilmar daiantara lain disebabkan oleh
kebocoran limbah yang terjadi akibat dari ekspansi perusahaan yang menyebabkan
aliran air sungai berubah dan menyempit. salah satu faktor pemicu kebocoran ini
adalah sebagian perusahaan belum memiliki tempat pembuangan akhir (TPA).
berdasarkan sumber penelitian yang kami dapatkan, ditemukannya kandungan
herbisida kelas 1A dan 1B yang memiliki tingkat toksik yang tinggi. sebagian
perusahaan belum meiliki tempat pembuangan akhir (TPA) dan juga hampir
semuanya tidak memenuhi syarat. dari kasusu tersebut, kami menemukan solusi untuk
mengatasi permasalahannya, antara lain: melakukan penngawasan terhadap
perusahaan, menaati peraturan dan pedoman yang ada, dan menaati peraturan dalam
menggunakan herbisida. hal ini tentunya mendapatkan respon yang positif dari warga,
karena alterntaifnya cukup mudah diikuti dan salah satu cara yang tepat untuk
mengatasi masalah dan memberikan hak kepada kedua belah pihak (masyarakat dan
perusahaan).
BAB V
5.1 DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai