OLEH
RITA RAHMAN
B 111 06 820
OLEH:
RITA RAHMAN
B 111 06 820
SKRIPSI
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
ABSTRAK
menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat tugas aktif pada
Hasanuddin.
luput pula dari bantuan doa, tenaga, saran dan dorongan semangat dari
kedua orang tua penulis, kepada Ibunda Ramlah.s dan Ayahanda Abd
mendidik penulis dengan penuh kesabaran dan kasih sayang dari kecil
sehingga saat ini. Terima Kasih juga kepada kakak dan adik-adikku, kak
Rina, kak muis, kak Rini, kak pur, Rosna, Rahma, Rianti, Risky, Dini dan
Faradiba, S.H Kakak yonita, S.H, dan Rani.S.H. Terima kasih telah
menjadi sahabat yang baik, saling mengisi satu sama lain dalam
Tanpa doa dan dukungan kalian, penulis belum tentu bisa seperti
sekarang ini.
satu persatu. Terima kasih atas dukungan dan sarannya selama ini.
tidak ada satu hal pun yang tidak akan mendapat balasannya, hal baik
ataupun buruk. Oleh karena itu, penulis berdoa semoga Allah S.W.T
RITA RAHMAN
DAFTAR ISI
halaman
viii
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 33
A. Kesimpulan ............................................................................. 65
B. Saran....................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dalam hal kerjasama dengan negara lain dengan sikap antisipatif terhadap
dan keselamatan, hak untuk memilih, hak untuk didengar, hak untuk
1
yang baik dan bersih serta kewajiban untuk menjaga lingkungan itu, dan
kepada dokter pada setiap penulisan resep obat dari obat hasil produksi
2
antara perusahaan farmasi dengan dokter karena obat yang berasal dari
yang ditulis dokter. Dengan kata lain, sakitnya pasien dan penulisan resep
perusahaan farmasi.3
perusahaan farmasi dan dari sinilah lahir permufakatan kedua belah pihak
3
http:/www./henriprihantono.Mengakhiri kolusi dokter dan perusahaan farmasi.files/2013/08/
hukum online.com.htm
3
dan besaran konpensasi walau tidak semua dokter melakukan kolusi
leasing mobil.4
tinggi dan harga obat menjadi mahal. Mahalnya harga obat sepenuhnya
promosi obat tersebut, karena terdapat hal yang tidak sesuai dengan apa
4
Ibid.
5
Lihat Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Pasal 13.
4
telah dikeluarkan, yang tujuannya untuk memberikan perlindungan
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut:
1. Tujuan Penelitan
farmasi
obat
2. Kegunaan Penelitian
5
b. Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Konsumen
Secara harfiah arti kata consumer adalah (lawan dari produsen) setiap
produk sebagai bagian dari proses produksi suatu produksi lainnya. Maka
konsumen akhir.
6
Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2009, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta, hlm.22
7
Berdasarkan hal itu, apabila badan hukum,keluarga, dan orang lain
cedera) atau kerugian berupa kerusakan benda selain produk yang cacat
itu sendiri.7
2. Pasien
jasa dari dokter. Pasien memiliki hak seperti yang dimiliki konsumen pada
7
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, op.cit., hlm.7, sumber dari Nurhayati Abbas,
HukumPerlindungan Konsumen dan beberapa aspeknya, masalah, Elips Project,Ujung Pandang,
1996, hlm.13
8
disengaja ataupun tidak disengaja. dalam pandangan hukum, pasien
sebagai manusia.8
produksi barang dan jasa yang telah dihasilkan tanpa campur tangan
atas barang dan jasa tersebut sehingga hak konsumen harus dilindungi.
9
produk, sebab melalui informasi tersebut konsumen dapat memilih
selecting products);
interests);
Hak untuk didengar ini merupakan hak dari konsumen agar tidak
Hak ini dapat berupa pertanyaan tentang berbagai hal yang berkaitan
10
Berdasarkan Pasal 4 UUPK, hak konsumen yaitu:
dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif berdasarkan suku,
lainnya.
11
penyimpangan yang merugikan, konsumen berhak untuk didengar,
untuk:
dirinya.
10
Gunawan Widjaja dan Ahmas Yani, 2000, Hukum tentang Perlindungan Konsumen,PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, hlm 29-30
12
Dalam penjelasan Undang-Undang yang termasuk pelaku usaha
usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum
pelaku usaha juga diberikan hak-hak yang diatur dalam pasal 6 UUPK:
11
Ibid, hlm 60
12
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, op.cit., hlm.9.
13
c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan
jujur serta tidak diskriminatif;
d. Menjamin mutu barang dan/ atau jasa yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang
dan/ atau jasa yang berlaku;
e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/
atau mencoba barang dan/ atau jasa tertentu serta memberi
jaminan dan/ atau garansi atas barang yang dibuat dan/ atau
yang diperdagangkan;
f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/ atau penggantian atas
kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan
barang dan/ atau jasa yang diperdagangkan;
g. Memberi kompensasi, Ganti rugi dan/atau penggantian apabila
barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak
sesuai dengan perjanjian.
baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/ jasa. Hal ini tentu
13
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, op.cit, hlm. 54 sumber dari Ahmadi Miru, Prinsip- prinsip
Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Di Indonesia , Disertai, Program Pascasanjana Universitas
Airlangga, Surabaya,2000, hlm.141.
14
Prinsip tanggung jawab merupakan perihal yang sangat penting
yang berisi:
14
Waode Murnati,2010, Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Konsumen Atas BeredarnyaObat
Tradisional Yang Mengandung Bahan Kimia Obat, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas
Hasanuddin, Makassar, hlm 11.
15
Ahmadi Miru dan sutarman Yodo, op.cit., hlm. 125-126
15
Berdasarkan hal ini, maka adanya produk barang dan/atau jasa
pelaku usaha. Hal ini berarti bahwa tanggung jawab pelaku usaha meliputi
kerugian atas harga barang tetapi juga kerugian yang timbul dari biaya
dan/atau penggantian barang atau jasa yang setara nilainya dan barang
16
transaksi. Apabila ketentuan ini dipertahankan, maka konsumen yang
karena itu, agar UUPK ini dapat memberikan perlindungan yang maksimal
sekarang.16
B. Perlindungan Konsumen
adalah
17
timbulnya kerugian karena penggunaannya, maka hukum perlindungan
kewajiban itu.18
18
Janus Sidabalok, 2010, Hukum Perlindungan Konsumen Di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti:
Bandung, hlm. 45.
19
Az. Nasution, 1999, op. Cit., hlm. 67
18
hidup bermasyarakat, itulah yang menjadi materi pembahasannya.
kepentingan konsumen.20
19
konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan
kepastian hukum.
keselamatan konsumen;
21
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, op.cit., hlm. 25.
22
Ibid, hlm. 24.
20
3. Tujuan Perlindungan Konsumen
perlindungan konsumen.23
21
dengan tanggung jawab tapi juga melindungi hak-haknya untuk
melakukan usaha dengan jujur.
b. Aparat pelaksana hukumnya harus dibekali dengan sarana yang
memadai dan sertai dengan tanggung jawab.
c. Peningkatan kesadaran konsumen akan hak-haknya.
d. Mengubah sistem nilai dalam masyarakat kearah sikap tindak
yang mendukung perlindungan konsumen.
1. Pengertian Barang
benda baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak
konsumen.
25
Ibid.
22
adalah produk dari tanah, dari pertanian, dan dari penangkapan ikan,
permulaan.26
produk tapi barang. Pengertian barang yang sangat luas tersebut, dari
dikecualikan produk pertanian dan hasil perburuan yang belum diolah oleh
dihasilkan oleh produsen yang bisa kelihatan dalam bentuk fisik, misalnya
2. Pengertian jasa
demikian tidak terbatas hanya ditawarkan untuk dua atau lebih orang,
26
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, op.cit., hlm. 12-13.
27
Ibid.
28
N.H.T. Siahaan, 2005, Hukum Perlindungan Konsumen dan Tanggung Jawab Produk, Panta Rei,
Jakarta, hlm. 22.
23
melainkan termasuk penawaran yang dilakukan kepada seseorang, yang
D. Promosi Obat
informasi suatu barang dan/atau jasa untuk menarik minat beli konsumen
akhir dari keseluruhan kegiatan perusahaan, yaitu laba. tidak heran jika
wah, misalnya billboard yang besar, menarik, dan mewah: iklan di media
massa yang sangat gencar dengan memakai model-model top, cantik, dan
29
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, op.cit., hlm. 14.
30
Janus Sidabalok, 2010, Hukum Perlindungan Konsumen Di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti:
Bandung, hlm. 240-241.
24
E. Obat
1. Pengertian Obat
manusia atau pada hewan. Pengertian lain dari obat adalah semua bahan
tunggal atau campuran yang digunakan oleh semua makhluk untuk bagian
menyembuhkan penyakit.32
1963 tentang Farmasi menentukan bahwa: “Obat adalah obat yang dibuat
bedah yang apabila digunakan oleh ahli bedah akan dapat menghilangkan
bagian tubuh yang sakit, tetapi bila digunakan oleh yang bukan ahli akan
31
“Diagnosis” adalah penentuan jenis penyakit yang diderita pasien, sumber Rahayu
Widodo, 2006, Panduan Keluarga Memilih dan Mengunakan Obat, Kreasi wacana, Yogjakarta,
hlm. 147.
32
H.A. Syamsuni, 2006, Ilmu Resep, EGC, Jakarta, hlm.14.
25
Dokter) justru akan dapat membunuh pemakainya. Oleh karena itu, dalam
menggunakan obat perlu diketahui efek obat tersebut, penyakit apa yang
diderita, berapa dosisnya serta kapan dan dimana obat itu digunakan.
dapat dikatakan bahwa obat itu dapat bersifat sebagai obat dan dapat
2. Penggolongan Obat
pengamanan distribusi yang terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas,
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat
dibeli tanpa resep dokter. Pada kemasan ditandai dengan lingkaran hitam,
33
Moh.Anief, op.cit., hlm. 3.
34
Lihat Permenkes No. 917/MENKES/PER/X/1993 tentang Wajib Daftar Obat Jadi.
26
Isi dalam kemasan obat disertakan brosur yang berisi nama obat, nama
dan isi zat berkhasiat, indikasi, dosis dan aturan pakai, nomor batch,
Contoh obat bebas: Paracetamol, Mylanta, Oralit, Curcuma plus, dan lain-
lain.35
penyakit ringan yang dapat dikenali oleh penderita sendiri dan obat
golongan ini hanya dapat dibeli di Apotek dan toko obat berizin. Obat
bebas terbatas termasuk obat keras di mana pada setiap takaran yang
No.1 sampai P. No.6 dan harus ditandai dengan etiket atau brosur yang
35
http://health.detik.com/read/2013/08/02/092715/1368019/763/mambaca-tanda-dan-
golongan-obat.
27
adalah obat yang dalam penggunaannya cukup aman tetapi apabila
c. Obat Keras
Obat keras adalah obat yang berkhasiat keras dan hanya bisa
maupun tidak, yang ditetapkan oleh secretaris Van Staat, Hoofd Van het
cara suntikan maupun dengan cara pemakaian lain dengan jalan merobek
bentuk injeksi.
36
http://www.kedaiobat.co.cc/search/PenggolonganObatMenurutUndang-Undang.
37
Lihat Pasal 1 huruf (a) UU Obat Keras (St. No. 419) Tahun 1949.
28
d. Obat Psikotropika
keras. Obat ini hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Pembeli
harus melengkapi alamat ketika membeli obat jenis ini (biasanya ketika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
Pembeli juga harus melengkapi alamat ketika membeli obat jenis ini
29
(biasanya ketika menebus resep akan ditanya oleh pegawai apotek).
f. Obat Paten
Obat paten ( = obat nama dagang) atau specialite adalah obat milik
pemalsuan atau peniruan untuk jangka waktu tertentu (10 tahun), untuk
di semua negara oleh setiap pabrik farmasi tanpa melanggar hak paten
dijamin.
Farmasi
30
UUPK menetapkan tujuan perlindungan konsumen antara lain
berbagai hal yang membawa akibat negatif dari pemakaian barang dan/
umum bagi kegiatan usaha dari pelaku usaha. Larangan tersebut meliputi
menerapkan:
Promosi Obat
38
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, op.cit.,hlm. 63-65.
31
Dalam UU promosi obat berisi tentang aturan mengenai ketentuan
promosi obat:
Pasal 2
Ketentuan promosi obat mengatur kegiatan promosi obat jadi (obat
bebas, obat bebas terbatas, dan obat yang diserahkan harus
dengan resep dokter) yang dilakukan oleh Industri Farmasi
dan/atau Pedagang Besar Farmasi yang ditujukan kepada profesi
kesehatan maupun kepada perundang-undangan yang berlaku.
Kesehatan
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
data pada perusahaan farmasi PT. Sanofi Group Kota Makassar, Badan
yaitu teknik yang biasa dipilih karena alasan biaya, waktu, dan tenaga,
sehingga tidak dapat mengambil dalam jumlah besar. Dalam penelitian ini
Reprensentative (MR).
33
C. Teknik Pengumpulan Data
terbuka.
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
34
1. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
kuisioner.
E. Analisis Data
uraian menurut mutu dan sifat gejala dalam peristiwa hukum yang berlaku
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
menjadi Sanofi di tahun 2011. Sanofi Group Indonesia terdiri atas 2 (dua)
badan hukum yaitu : PT. Aventis Pharma dan PT. Sanofi Aventis
Indonesia.
36
on patient needs with innovative producs and service. Sanofi
2. Social Responsibility
a. Lokasi
b. Aset terpenting
39
PT.Sanofi,http://www.sanofi.co.id/l/2013/08/20/id/loyout.jsp/scat.ruang-lingkup, diakses tgl
20 Agustus 2013
40
Ibid,.
37
Bagi Sanofi Group Indonesia sumber daya manusia adalah aset
yang terpenting dalam kegiatannya. Saat ini ada sekitar 700 orang
perusahaan:
1) Innovation
2) Confidence
3) Respect
4) Solidarity
5) Integrity
1) Trombosis
3) Penyakit Dalam
4) Onkologi
5) Tulang
6) Gangguan Metabolisme
7) Produk lain
8) Vaksin
38
Semua kegiatan yang berkaitan dengan produk didukung oleh tim
medis dan para ahli farmasi yang memastikan bahwa efektifitas serta efek
e. Manufaktur
GMP (CPOB – Cara Pembuatan Obat yang Baik) Indonesia. Selain itu
lainnya.
f. Vaksin
39
tifoid, Hib, poliomyelitis, DPT, vaksin kombinasi DPT+Hib dan
diatasi dengan vaksin.42 Melalui Sanofi Pasteur juga, Sanofi Group aktif
Anti Diabetes
insulin injeksi.
Cardio.
Cardio.
41
Ibid.
42
Ibid.
43
Ochi, wawancara, Medical Representative PT.Sanofi group, Makassar, tanggal 18 okt 2013.
40
e. Divisi Gp, merupakan divisi yang mempromosikan jenis obat-obatan
vaksin.
Onkologi.
anti infeksi.
Jenis atau bentuk kerjasama yang dilakukan dalam promosi obat yaitu
tidak dalam bentuk pemberian uang tunai sebagai incentive atas setiap
44
Arman, wawancara, MR/PT.Sanofi Group, Makassar. 18 okt 2013
41
Berdasarkan Pasal 13 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 8
menentukan bahwa:
pelanggaran terhadap pasal tersebut, hal ini secara tidak langsung antara
mengenai mahalnya harga obat yang diresepkan oleh dokter, antara lain:
45
Lihat Pasal 13 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
42
Arum yang bertempat tinggal di NTI, Jln.perintis kemerdekaan blok.
pasien Ibu Arum mengeluhkan masalah obat yang diresepkan oleh dokter
reaksi obat tersebut, setelah pasien menebus obat yang diresepkan oleh
anaknya yang berprofesi koas (calon dokter gigi) menebuskan obat yang
mengeluhkan obat yang diberikan dari hasil resep dokter yang harganya
cukup tinggi tetapi pasien tidak kunjung sembuh dari hasil resep salah
tanggal 22 okteber 2013), salah satu pasien yang menebus obat di apotek
43
jelas, jujur, yang diatur dalam UUPK masih belum terpenuhi kerena masih
karena dianggap lebih mudah dan cepat seperti apabila ada keluhandari
hasil konsumsi obat yang diresepkan oleh dokter. Akan tetapi, masih ada
dan merepotkan
sendiri atau keluarga kita pernah mengalami hal yang sama. Bagi
dirawat di rumah sakit, selain biaya perawatan yang mahal, pasien dan
obat yang harganya mahal. Tentu timbul pertanyaan mengapa harga obat
mahal, Apabila dibandingkan dengan negara lain, harga obat paten atau
44
bermerek di Indonesia memang relatif jauh lebih mahal. Di negara lain,
harga obat paten paling mahal dua kali generik namun di indonesia selisih
harga obat paten atau bermerek adalah karena besarnya biaya promosi.
table discussion bagi para dokter. Biaya registrasi, tiket pesawat, dan hotel
produk.
45
atau prescription product (obat resep), sesuai kode etik pemasarannya,
tidak boleh dilakukan dengan cara-cara umum seperti melalui media cetak
dan elektronik, akan tetapi melalui media yang bersifat ilmiah, seperti
untuk pasiennya.
sekaligus liburan ke luar negeri, hingga pemberian hadiah mobil baru. Hal
ini tentu akan mendorong para dokter untuk meresepkan obat dengan
Undang Dasar 1945 Pasal 34 ayat (3) yang menyatakan bahwa “Negara
fasilitas pelayanan umum yang layak”. Oleh karena itu diperlukan adanya
Pemerintah yang paling bertanggung jawab dalam hal ini tentunya adalah
46
tersebut, Departemen Kesehatan sendiri telah mengeluarkan berbagai
kenaikan.
tanggal 10 Juni 2009 tentang Biaya Promosi dan Penjualan Yang Dapat
dapat berupa barang, uang, jasa, dan fasilitas, dan diterima oleh pihak
lain.
47
lain. Dalam hal promosi diberikan dalam bentuk sampel produk, besarnya
biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah sebesar nilai
Promosi ini diatur lebih lanjut dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak.
persen dari peredaran usaha per tahun. Maka perlu mencari jalan keluar
yang adil, adil bukan hanya untuk perusahaan farmasi, tapi juga adil buat
penerimaan pajak Negara, dan yang terpenting adalah adil buat pasien
mengatur bahwa:
46
http://adnanabdullah.blogspot.com/2009/12/obat-mahal.html
48
secara cuma-Cuma dengan maksud tidak memberikannya atau
memberikan tidak sebagaimana yang dijanjikannya.
(2) Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, atau
mengiklankan obat, obat tradisional, suplemen makanan, alat
kesehatan, dan jasa pelayanan kesehatan dengan cara
menjanjikan pemberian hadiah berupa barang dan/ atau jasa
lain.
perusahaan farmasi.
berupa penetapan ganti rugi yang diberikan oleh pelaku usaha kepada
saat ini pemberian ganti rugi oleh pelaku usaha belum dapat
47
Kamaluddin, Wawancara, Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen, Makassar, 14 okt 2013.
49
Tugas dan kewenangan Badan Penyelesaian Sengketa
arbitrase;
perlindungan konsumen ;
konsumen ;
undang-undang ini ;
50
j. Mendapatkan, meneliti dan atau menilai surat, dokumen, atau
di pihak konsumen ;
pelaku usaha serta kewajiban konsumen dan hak pelaku usaha harus
Oktober 1998).
48
Ado, Wawancara, Yayasan Lembaga Konsumen, Makassar, 18 okt 2013
51
Menurut Ado, salah satu pegawai dari YLK Sulawesi Selatan
konsumen dan (II) penelitian dan kajian kebijakan yang bersifat strategis
menjadi hal penting untuk dilakukan oleh pemerintah sebagai salah satu
52
B. Tanggung Jawab Perusahaan Farmasi Terhadap Konsumen
49
http://sarjanakesehatan.blogspot.com/2013/05/etika-promosi-obat.html.
53
Indonesia dan kalangan profesi kedokteran yang tergabung dalam
berkelanjutan
54
kedokteran berkelanjutan, kecuali dokter tersebut berkedudukan
55
yang masuk, Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia dan Ikatan
ini.
Profesi Kedokteran.
56
menjadi tanggung jawab produsen, sedangkan kewajiban produsen
memberi kompensasi.
dengan iktikad baik dan penuh tanggung jawab. Jika produsen bersalah
51
Lihat Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Pasal 7.
57
bertanggung jawab secara hukum atas kesalahan atau kelalaiannya
dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut, tidak sesuai dengan
52
Janus Sidabalok, op.cit., hlm. 85
58
pernyataan “halal” yang dicantumkan dalam label, tidak memasang
ukuran, berat/ isi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai, tanggal
dimaksud.
mutu tertentu.
59
- Dalam keadaaan baik dan/atau baru.
1. Pertanggungjawaban Publik
untuk ikut serta menciptakan dan menjaga iklim usaha yang sehat yang
53
Janus Sidabalok, Op.cit., hlm. 101-102.
60
keras untuk menjadikan usahanya memberi kontribusi pada peningkatan
ganti kerugian paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta) rupiah,
yang disebut dengan pelaku usaha, pada bab VI dengan judul tanggung
sebagai berikut:
Pasal 19
(1) Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas
kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat
mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau
diperdagangkan.
(2) Ganti rugi sebagaimana yang dimaksud pada ayat Dapat
berupa pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau
jasa yang sejenis atau yang setara nilainya, atau perawatan
kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7
(tujuh) hari setelah tanggal transaksi.
54
Ibid., hlm. 93-94.
61
(4) Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan
pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya
unsur kesalahan.
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa
kesalahan tersebut merupakan kesalahan konsumen.
62
mempunyai hubungan kontraktual dengan produsen, dan kedua
perdata adalah kesalahan dan risiko yang ada dalam setiap peristiwa
dengan pihak yang dituntut untuk bertanggung jawab. Oleh karena itu,
berdasarkan jenis hubungan hukum atau peristiwa hukum yang ada, maka
dapat dibedakan55:
55
Ibid.,hlm. 101-102.
63
konsumen mengalami kerugian atas obat-obat yang dikomsumsinya
farmasi akan bertanggung jawab jika terbukti atas kesalahan dari pihak
64
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
didengar, informasi yang benar, jelas dan jujur yang diatur dalam
UUPK masih belum terpenuhi karena masih ada konsumen yang tidak
dokter karena dianggap lebih mudah dan cepat seperti apabila ada
keluhan dari hasil konsumsi obat yang diresepkan oleh dokter. Akan
65
2. Tanggung jawab perusahaan farmasi atas kerugian yang dialami
B. Saran
66
obat serta menghindari kerugian dari akibat promosi obat terhadap
konsumen/ pasien.
67
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
68
Undang-Undang:
Internet
http,//www.AhmadkhairulI95.wordpress.com.aks.id/2013/08/09.
Sejarah_Perkembangan_Ilmu farmasi
http,//www.Sanofi.co.id/l/id/loyout.jsp/scat+849510E2-Ce8A-4d74-9CFC-
027777A28978,Diakses pada 2013/08/23
http:www.id.wikipedia.org/wiki/perusahaan_farmasi
http:www.perpustakaan.pom.go.id/koleksilainnya/buletin20info%20pom/08
.pdf
http:www.henriprihantono.blogdetik.com/files/2009/01/laporan_apotek.pdf
http:www.sanofo.co.id/i/id/layout.jsp/scat...
69