Anda di halaman 1dari 7

Hormon 

(dari bahasa Yunani, όρμή: horman - "yang menggerakkan") adalah pembawa pesan


kimiawi antar sel atau antarkelompok sel. Semua organisme multiselular, termasuk tumbuhan (lihat
artikel hormon tumbuhan), memproduksi hormon.

Contoh salah satu jenis Hormon

Hormon beredar di dalam sirkulasi darah dan cairan sel untuk mencari sel target. Ketika hormon
menemukan sel target, hormon akan mengikat protein reseptornya dan mengirimkan sinyal.
Reseptor protein akan menerima sinyal tersebut dan bereaksi baik dengan memengaruhi ekspresi
genetik sel atau mengubah aktivitas protein seluler, [1] termasuk di antaranya adalah perangsangan
atau penghambatan pertumbuhan serta apoptosis (kematian sel terprogram), pengaktifan atau
penonaktifan sistem imun, pengaturan metabolisme dan persiapan aktivitas baru (misalnya terbang,
kawin, dan perawatan anak), atau fase kehidupan (misalnya pubertas dan menopause). Pada
banyak kasus, satu hormon dapat mengatur produksi dan pelepasan hormon lainnya. Hormon juga
mengatur siklus reproduksi pada hampir semua organisme multiselular.
Pada hewan, hormon yang paling dikenal adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar
endokrin vertebrata. Walaupun demikian, hormon dihasilkan oleh hampir semua sistem organ dan
jenis jaringan pada tubuh hewan. Molekul hormon dilepaskan langsung ke aliran darah, walaupun
ada juga jenis hormon - yang disebut ektohormon (ectohormone) - yang tidak langsung dialirkan ke
aliran darah, melainkan melalui sirkulasi atau difusi ke sel target.
Pada prinsipnya pengaturan produksi hormon dilakukan oleh hipotalamus (bagian dari otak).
Hipotalamus mengontrol sekresi banyak kelenjar yang lain, terutama melalui kelenjar pituitari, yang
juga mengontrol kelenjar-kelenjar lain. Hipotalamus akan memerintahkan kelenjar pituitari untuk
mensekresikan hormonnya dengan mengirim faktor regulasi ke lobus anteriornya dan mengirim
impuls saraf ke posteriornya dan mengirim impuls saraf ke lobus posteriornya.
Pada tumbuhan, hormon dihasilkan terutama pada bagian tumbuhan yang sel-selnya masih aktif
membelah diri (pucuk batang/cabang atau ujung akar) atau dalam tahap perkembangan pesat (buah
yang sedang dalam proses pemasakan). Transfer hormon dari satu bagian ke bagian lain dilakukan
melalui sistem pembuluh (xilem dan floem) atau transfer antarsel. Tumbuhan tidak memiliki kelenjar
tertentu yang menghasilkan hormon.
Fakttor Regulasi
Faktor regulasi adalah senyawa kimia yang mengontrol produksi sejumlah hormon yang memiliki
fungsi penting bagi tubuh. Senyawa tersebut dikirim ke lobus anterior kelenjar pituitari oleh
hipotalamus. Terdapat 2 faktor regulasi, yaitu faktor pelepas (releasing factor) yang menyebabkan
kelenjar pituitari mensekresikan hormon tertentu dan faktor penghambat (inhibiting factor) yang
dapat menghentikan sekresi hormon tersebut. Sebagai contoh adalah FSHRF (faktor pelepas FSH)
dan LHRF (faktor pelepas LH) yang menyebabkan dilepaskannya hormon FSH dan LH.

Hormon antagonis
Hormon antagonistik merupakan hormon yang menyebabkan efek yang berlawanan,
contohnya glukagon dan insulin. Saat kadar gula darah sangat turun, pankreas akan memproduksi
glukagon untuk meningkatkannya lagi. Kadar glukosa yang tinggi menyebabkan pankreas
memproduksi insulin untuk menurunkan kadar glukosa tersebut.

Referensi
1.  (Inggris) "Endocrine System : Types of Hormones". Center for Bioenvironmental Research at Tulane
and Xavier Universities. Diakses tanggal 2010-02-26.

PENDAHULUAN
Kesediaan hormone banyak digunakan sebagai terapi substitusi guna menggantikan kekurangan yang terjadi akibat
hipofungsi suatu kelenjar endokrin, misalnya insulin pada penyakit diabetes dan estrogen pada masa setelah
menopause. Di klinik jumlah terbanyak yang digunakan sebagai obat pada gangguan yang tidak bersifat endokrin,
tetapi berdasarkan kegiatannya yang khas. Misalnya, penggunaan kortikosteroida pada antara lain gangguan yang
berkaitan dengan peradangan dan hormone kelamin wanita dalam pil antihamil. Untuk lebih mudahnya, akan dibagi
menjadi 2 topik, yaitu hormone adenohipofisis dan hormone kortikosteroida. Topik I, yaitu Hormon Adenohipofisis
menjelaskan: faal, pengaturan, indikasi, dan kontraindikasi, serta sediaan dari hormon pertumbuhan, prolactin, dan
gonadotropin. Topik II, yaitu Hormon Kortikosteroid menjelaskan: biosintesis, kimia, danpengaturan sekresi,
mekanisme kerja, farmakokinetik, indikasi, efek samping, serta sediaan dari Adrenokortikotropin (ACTH),
Adrenokortikosteroid, dananalog sintetiknya, serta zat-zat berkhasiat menghambat kortikosteroid
Hormon Adenohipofisis
A. PENGANTAR HORMON Hormon adalah zat aktif yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, yang masuk ke
dalam peredaran darah tanpa saluran untuk memengaruhi jaringan target secara spesifik. Jaringan yang dipengaruhi
umumnya terletak jauh dari tempat hormon tersebut dihasilkan, misalnya hormon pemacu folikel (FSH, folicle
stimulating hormone) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior hanya merangsang jaringan tertentu di
ovarium. Hormon pertumbuhan (GH, growth hormon, somatotropin) mempunyai lebih dari satu organ target sebab
GH memengaruhi berbagai jenis jaringan dalam badan. Jaringan target suatu hormon sangat spesifik karena sel-
selnya mempunyai receptor untuk hormon tersebut. 1. Sumber Hormon Sumber hormon alami adalah ternak sapi,
babi dan biri-biri. Beberapa hormon demikian khas sifatnya sehingga yang berasal dari binatang tidak efektif pada
manusia, misalnya GH, FSH dan luteinizing hormone (LH). Hormon yang berasal dari hewan dapat menimbulkan
reaksi imunologis. Saat ini untuk menghasilkan hormon alami dipakai cara rekayasa genétika. Melalui rekayasa
genétika, dinucleic acid (DNA) mikroba dapat diarahkan untuk memproduksi rangkaian asam amino yang urutannya
sesuai dengan hormon manusia yang diinginkan. Dengan cara ini dapat dibuat hormon alami dalam jumlah banyak
dan dalam waktu singkat. Hormon hasil rekayasa genétika tidak menimbulkan reaksi imunologis karena sama
dengan hormon manusia asli. Cara ini Sangat membantu pengadaan hormon yang di alam ini jumlahnya sangat
sedikit, misalnya GH. (Ascobat, 2007, 421) 2. Analog dan Antagonis Hormon Analog suatu hormon adalah zat
sintetik yang berikatan dengan hormon tertentu. Analog hormon Sangat mirip dengan hormon alam dan sering kali
arti klinisnya lebih penting daripada hormon alamnya sebab mempunyai beberapa sifat yang lebih menguntungkan.
Misalnya, estradiol merupakan hormon alam yang masa kerjanya sangat pendek, sedangkan etinil estradiol adalah
analog hormon yang masa kerjanya lebih panjang sehingga lebih berguna di klinik. Hormon semisintetik didapat
dengan mengubah struktur kimia hormon alam secara sederhana. Hormon sintetik dan semisintetik dibuat untuk
mendapatkan sifat tertentu yang tidak dimiliki oleh hormon alam, misalnya tahan terhadap enzim pencernaan, masa
kerja yang lebih panjang atau efek samping yang lebih ringan. Hal ini dimungkinkan karena analog sintetik dan
semisintetik rumus kimianya tak dikenali oleh enzim pemecah, tetapi masih dapat berikatan dengan reseptor spesifik
hormon alami. Beberapa zat dapat memengaruhi sintesis, sekresi maupun kerja hormon pada sel target. Pengaruh ini
dapat berupa rangsangan maupun hambatan, dengan hasil akhir berupa peningkatan atau penurunan aktivitas
hormon bersangkutan. Antitiroid menghambat sintesis hormon tiroid dan berguna untuk pengobatan penyakit
hipertiroidisme. Sulfonilurea merangsang sekresi insulin. Contoh obat yang menghambat kerja obat pada sel target
adalah klomifen yang meniadakan umpan balik oleh estrogen sehingga sekresi gonadotropin dari hipofisis tetap
tinggi. Obat yang menghambat sintesis, sekresi maupun kerja hormon pada reseptornya disebut antagonis hormon.
(Ascobat, 2007, 421)

3. Mekanisme Kerja Mekanisme kerja hormon pada taraf selular tergantung jenis hormonnya mengikuti salah satu
mekanisme di bawah ini. a. Mekanisme Kerja Hormon Peptida Reseptor hormon peptida terdapat pada membran
plasma sel target. Reseptor ini bersifat spesifik untuk hormon peptida tertentu. Interaksi hormon dengan reseptornya
mengakibatkan perangsangan atau penghambatan enzim adenilat siklase yang terikat pada reseptor tersebut.
Interaksi hormon reseptor ini mengubah kecepatan sintesis siklik adenosin monofosfat (c-AMP) dari adenosin
trifosfat (ATP). Selanjutnya c-AMP berfungsi sebagai mediator intrasel untuk hormon tersebut dan seluruh sistem
ini berfungsi sebagai suatu mekanisme spesifik sehingga efek spesifik suatu hormon dapat terjadi. C-AMP
memengaruhi berbagai proses dalam sel, hasil akhirnya tergantung dari kapasitas serta fungsi sel tersebut. C-AMP
menyebabkan aktivasi enzim-enzim protein kinase yang terlibat dalam proses fosforilasi pada sintesis protein dalam
sel. C-AMP memengaruhi kecepatan proses ini. Metabolisme c-AMP menjadi 5-AMP dikatalisis oleh enzim
fosfodiesterase (PDE) yang spesifik. Dengan demikian, zat-zat yang menghambat enzim PDE ini kadang-kadang
dapat menyebabkan timbulnya efek mirip hormon (hormone like effect
Hormon yang bekerja dengan cara di atas adalah hormon tropik adenohipofisis, misalnya gonadotropin, melanocyte
stimulating hormone (MSH), beberapa releasing hormones dari hipotalamus, glukagon, hormon paratiroid, dan
kalsitonin.

Mekanisme Kerja Hormon Steroid Hormon steroid melewati membran sel masuk ke dalam sitoplasma setiap sel,
baik sel target hormon steroid maupun sel lainnya. Tetapi reseptor hormon steroid hanya terdapat di dalam
sitoplasma sel target. Bila hormon steroid berikatan dengan reseptor sitoplasma maka kompleks hormon-reseptor
tersebut setelah mengalami modifikasi akan ditranslokasi ke tempat kerjanya (site of action) di dalam inti sel, yaitu
pada kromatin. Selanjutnya terjadilah beberapa hal yang berhubungan dengan peningkatan sintesis protein sesuai
dengan fungsi masing-masing sel target. Gambar di bawah ini menggambarkan mekanisme kerja hormon steroid.
Mekanisme Kerja Lain Hormon pertumbuhan mempunyai mekanisme kerja yang agak kompleks karena juga
berkaitan dengan beberapa zat lain

Topik 2 Acth dan Kortikosteroida Adrenokortikotropin (ACTH) dan adrenokortikosteroid berasal dari kelenjar yang
berlainan, namun dalam bab ini akan dibicarakan bersama karena fungsi fisiologik dan efek farmakologiknya sangat
berhubungan. Juga dibahas beberapa analog sintetiknya dan beberapa senyawa yang dapat menghambat biosintesis
kortikosteroid. Fungsi fisiologik kelenjar adrenal yang penting dikenal sejak tahun 1855 ketika Addison melihat
gejala klinik pasien dengan kerusakan kelenjar hipofisis dancortex adrenal,yang kemudian disebut sebagai Addison
disease. Foster dan Smith (1926) mengamati bahwa hipofisektomi pada hewan menyebabkan terjadinya atrofi
korteks adrenal dan keadaan ini dapat diatasi dengan pemberian ekstrak hipofisis anterior yang dibuktikan dengan
pertambahan berat, perubahan kimia danmorfologi korteks adrenal. Cushing (1932 ) menemukan gejala
hiperkortisisme akibat hipersekresi kortikosteroid atau penggunaan kortikosteroid berlebihan, gejala tersebut dikenal
sebagai sindrom Cushing. Hench (1949) adalah orang pertama yang berhasil memperlihatkan efek terapi kortison
dan ACTH pada artritis rheumatoid. (Suherman, 2007, 496) A. ADRENOKORTIKOTROPIN (ACTH) 1.
Biosintesis, Kimia dan Pengaturan Sekresi ACTH terdiri dari rantai lurus polipeptida yang pada manusia terdiri dari
39 asam amino. Pada keadaan basal kecepatan sekresi ACTH diatur oleh mekanisme umpan balik negatif hormone
korteks adrenal (terutama kortisol) dalam darah dan oleh corticotrophin releasing hormone (CRH) yang diproduksi
di hipotalamus (median eminens). Gambar 8.2.1 memperlihatkan hubungan antara hipotalamus, adenohipofisis dan
kelenjar adrenal. Produksi androgen dan aldosteron oleh korteks adrenal hanya sedikit dipengaruhi ACTH dan
sebaliknya kedua hormone tersebut tidak memengaruhi sekresi ACTH. Sekresi ACTH juga dipengaruhi oleh
berbagai rangsang saraf yang sampai pada medians eminens hipotalamus melalui serabut aferen dan menyebabkan
keluarnya CRH. Sebagai contoh, rangsangan pada reseptor rasa nyeri diteruskan ke saraf aferen perifer dan traktus
spinotalamikus, akhirnya sampai pada median eminens hipotalamus dan menyebabkan sekresi CRH yang kemudian
dialirkan ke adenohipofisis yang kemudian melepas ACTH. Hal ini dapat menjelaskan mengapa orang yang sering
dilanda emosi (takut, marah, cemas) cenderung menderita iritasi lambung, karena pada pemberian hormone
kortikosteroid sering ditemukan efek samping iritasi lambung.

3. Mekanisme Kerja Setelah ACTH bereaksi dengan receptor hormon yang spesifik di membran sel korteks adrenal,
terjadi perangsangan síntesis adrenokortikosteroid pada jaringan target tersebut melalui peningkatan adenil-siklase
sehingga terjadi peningkatan síntesis siklik-AMP (c-AMP). Tempat kerja c-AMP pada steroidogenesis adalah pada
proses pemecahan rantai cabang kolesterol dengan oksidasi, proses ini menghasilkan pregnenolon (Tjay, 2007, 723)
3. Mekanisme Kerja Kortikosteroid bekerja dengan memengaruhi kecepatan sintesis protein. Molekul hormone
memasuki sel melewati membrane plasma secara difusi pasif. Hanya di jaringan target hormone ini bereaksi dengan
reseptor protein yang spesifik dalam sitoplasma sel dan membentuk kompleks reseptor-steroid. Kompleks ini
mengalami perubahan konformasi, lalu bergerak menuju nucleus dan berikatan dengan kromatin. Ikatan ini
menstimulasi transkripsi RNA dan sintesis protein spesifik. Induksi sintesis protein ini akan menghasilkan efek
fisiologik steroid. Pada beberapa jaringan, misalnya hepar, hormone steroid merangsang transkripsi dan sintesis
protein spesifik. Pada jaringan lain, misalnya sel limfoid dan fibroblast hormone steroid merangsang sintesis protein
yang sifatnya menghambat atau toksik terhadap sel-sel limfoid, hal ini menimbulkan efek katabolik. (Suherman,
2007, 500)

ESTEROGEN DAN PROGESTIN


1) Mekanisme Kerja Hormon Estrogen
a) Menekan ovulasi: menekan ovulasi pada efek di hipotalamus mengakibatkan suppresi pada FSH dan LH kelenjar
hypophyse.
b) Mencegah Implantasi: keseimbangan estrogen-progesteron tidak tepat menyebabkan pola endometrium abnormal
sehingga menjadi tidak baik untuk implantasi.
c) Mempercepat transport gamet/ ovum: transport gamet/ ovum dipercepat oleh estrogen disebabkan efek hormonal
pada sekresi dan peristaltic tuba serta kontraktilitas uterus.
2) Mekanisme Kerja Hormon Progesteron
a) Menghambat Ovulasi: ovulasi dihambat karena terganggu fungsi proses hipotalamus, hypophyse, ovarium dan
modifikasi dari FSH dan LH pada pertengahan siklus.
b) Menghambat Implantasi: implementasi dapat dicegah bila diberikan progesterone pra ovulasi c) Mengentalkan
lender serviks
A. Macam Kontrasepsi Hormonal 1) Pil Kombinasi Pil kombinasi merupakan salah satu kontrasepsi hormonal yang
berisi hormone estrogen dan progesterone buatan (sintetik). Ada 2 jenis 17 progesterone sintetik yang dipakai, yaitu
yang berasal dari 19 nortestosteron dan dari 17 alfa-asetoksi-progesteron (di Amerika Serika tidak digunakan karena
pada binatang percobaan, pil yang mengandung zat ini bila dipergunakan terlalu lama dapat menimbulkan tumor
mamma). Sedangkan estrogen yang banyak dipakai ialah etinil estradiol dan mestranol.
a) Mekanisme kerja pil kombinasi Komponen estrogen menekan sekresi FSH menghalangi maturasi folikel dalam
ovarium. Pada pertengahan siklus haid kadar FSH rendah dan tidak terjadi pengeluaran LH karena pengaruh
estrogen dari ovarium terhadap hipofisis tidak ada sehingga tidak terdapat pengeluaran LH. Hal ini menyebabkan
ovulasi terganggu. Sedangkan progestagen mempunyai khasiat untuk mengentalkan lender serviks uteri sehingga
menghalangi penetrasi spermatozoa untuk masuk ke dalam uterus, kapasitas spermatozoa untuk memasuki ovum
terganggu, mencegah implantasi.
b) Manfaat pil kombinasi Manfaat pil kombinasi yaitu memiliki efektivitas yang tinggi (hamper menyerupai
efektivitas tubektomi), bila digunakan setiap hari (1 kehamilan per 1.000 perempuan dalam tahun pertama
penggunaan), risiko terhadap kesehatan sangat kecil, tidak mengganggu hubungan seksual, siklus haid menjadi
teratur, 18 banyaknya darah haid berkurang (mencegah anemia), dan tidak nyeri haid.
c) Efek samping Efek samping yang sering terjadi jika kelebihan estrogen adalah rasa mual, terjadinya retensi
cairan, sakit kepala, nyeri pada payudara, dan flour albus. Rasa mual kadang sisertai dengan muntah, diare, dan
perut kembung. Sedangkan progestagen yang berlebihan dapat menyebabkan perdarahan tidak teratur,
bertambahnya nafsu makan disertai dengan bertambahnya berat badan, akne, flour albus, dan hipomenorea.
2) Pil Progestin Pil progestin disebut juga dengan minipil memiliki 2 jenis minipil yaitu, kemasan dengan isi 35 pil
dan kemasan dengan isi 28 pil.(20)
a) Mekanisme kerja pil progestin Progestin menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di ovarium,
endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga implantasi lebih sulit, mengentalkan lender serviks, serta
mengubah motilitas tuba untuk menghambat penetrasi dan transportasi sperma terganggu.
b) Manfaat pil progestin Pil kombinasi emmiliki manfaat kontrasepsi dan nonkontrasepsi. Manfaat kontrasepsi dari
pil progestin adalah snagat efektif, tidak menggangu hubungan seksual, tidak mempengaruhi 19 ASI, kesuburan
cepat kembali, nyaman dan mudah digunakan dan dapat dihentikan setiap saat. Sedangkan manfaat nonkontrasepsi
dari pil progestin adalah mengurangi nyeri haid, menurunkan tingkat anemia, melindungi dari penyakit radang
panggul, tidak meningkatkan pembekuan darah dan mengurangi keluhan premenstrual sindrom.
c) Efek samping Efek samping yang dapat ditimbulkan oleh pil progestin adalah hamper 30-60% mengalami
gangguan haid (amenorea, perdarahan tidak teratur/spotting), peningkatan/penurunan berat badan, mual, pusing dan
dermatitis atau jerawat.
Suntik Kombinasi Suntik kombinasi adalah metode kontrasepsi yang mengandung 25 mg Depo
Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol Sipinoat yang diberikan injeksi secara intramuscular sebulan sekali.
(20)
a) Mekanisme kerja suntik kombinasi adalah menekan ovulasi, membuat lender serviks menjadi kental sehingga
penetrasi sperma teragnggu, emnghambat transportasi gamet oleh tuba.
b) Manfaat suntik kombinasi adalah efektif untuk mencegah kehamilan (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan),
tidak berpengaruh pada hubungan suami istri, tidak perlu pemeriksaan dalam, efek smaping kecil, tidak perlu
menyimpan obat suntik. Manfaat dari segi 20 nonkontrasepsi adalah mengurangi jumlah perdarahan, nyeri saat haid,
dan mencegah anemia.
c) Efek samping yang sering terjadi pada penggunaan kontrasepsi suntik kombinasi yaitu amenorea,
mual/pusing/muntah, perdarahan becak/spotting.
4) Suntik Progestin Suntik progestin adalah metode kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung hormone
progestin. Metode kontrasepsi ini memiliki 2 jenis kontrasepsi yaitu, Depo Medroksiprogesteron Asetat
mengandung 150 mg DMPA yang diberikan setiap 3 bulan sekali dan Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat)
mengandung 200mg Norentindron Enantat yang diberikan setiap 2 bulan sekali dengan cara disuntikintramuskuler.
a) Mekanisme kerja pada metode kontrasepsi suntik progestin adalah mencegah ovulasi, mengentalkan lender
serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma, menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi, serta
menghambat transportasi gamet oleh tuba.
b) Manfaat dari suntik progestin yaitu dapat mencegah kehamilan, memiliki efejtivitas yang tinggi dengan 0,3
kehamilan per 100 perempuan, tidak berpengaruh pada hubungan suami istri, tidak mengandung estrogen sehingga
tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah, dan tidak memiliki pengaruh
terhadap ASI.
c) Efek samping suntik progestin adalah amenorea, perdarahan bercak, memiliki permasalahan berat badan,
terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian, pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit
menurunkan kepadatan tulang, dan menimbulkan kekeringan pada vagina

Diabetes Mellitus
Definisi Menurut American Diabetes Assosiation (ADA), Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok
penyakit metabolik dengan karateristik hiperglikemi (peningkatan kadar gula darah) yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua - duanya. Hiperglikemi kronik pada Diabetes berhubungan dengan
kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh terutama mata, ginjal, syaraf, jantung, dan
pembuluh darah. Sedangkan sebelumnya WHO telah merumuskan bahwa Diabetes mellitus merupakan suatu yang
tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu
kumpulan problema anatomic dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor dimana didapat definisi insulin absolute atau
relative dan gangguan fungsi insulin (Soegondo, 2011)
Insulin Pada saat gula bekerja, tubuh mengirim isyarat ke pankreas agar organ tersebut melepaskan insulin ke dalam
aliran darah. Insulin dilepaskan dari sel "beta" pada pankreas. Insulin beraksi seperti kunci yang membuka pintu sel
agar gula dapat masuk ke dalam sel. Sel yang bekerja akan menggunakan gula sebagai energi, sehingga mereka
dapat melakukan tugasnya. Dengan cara inilah tubuh anda menggunakan gula. Bagaimanapun tanpa kunci (insulin),
gula tidak dapat masuk ke aliran darah dan masuk ke dalam sel pekerja. Gula tetap berada di dalam darah dan sel
pekerja menjadi kelaparan. Kondisi demikian yang terjadi pada diabetes. Tubuh penderita diabetes tidak dapat
memindahkan gula dari darah ke dalam sel (Wetherill, 2011).
Etiologi Diabetes Mellitus Diabetes merupakan suatu sindroma yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa
darah disebabkan oleh karena adanya penurunan sekresi insulin. Pada diabetes mellitus tipe 2 penurunan sekresi
insulin disebabkan karena berkurangnya fungsi sel beta yang progresif akibat glukotoksisitas, lipotoksisitas,
tumpukanamilod dan faktor - faktor lain yang disebabkan oleh resistensi insulin disamping faktor usia dan generik
(Hinson, 2007) Etiologi secara umum Diabetes yaitu : Diabetes Tipe I (Insulin Dependent Diabetes Mellitus /
IDDM) Tubuh penderita tidak dapat memproduksi insulin. Penderita diabetes tipe 1 harus diberi suntikan insulin
untuk menggantikan kekurangan insulin
Diabetes Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus/NIDDM) Jenis diabetes ini disebabkan resistensi tubuh
terhadap insulin. Bahkan, jika tubuh menghasilkan ekstra insulin, gula tetap sukar keluar dari darah menuju sel
pekerja. Pankreas pun menjadi rusak akibat kerja tambahan untuk menghasilkan banyak insulin (Wetherill, 2001).
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe 2 belum
diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin

Pengertian Insulin
Hormon insulin merupakan hormon yang disekresikan oleh
kelenjar pankreas melalui aliran darah. Hormon ini berperan dalam menjaga kestabilan kadar gula dalam pembuluh
darah. Diabetes melitus adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh gangguan metabolisme glukosa akibat kadar
insulin yang tidak normal di dalam tubuh ( Kusumawati R, 2013)
Faktor utama yang berperan dalam mengatur kadar gula darah adalah konsentrasi glukosa darah dan hormon
terutama hormon insulin dan glukagon (Marks, 2000). Insulin berfungsi untuk mendorong penyerapan gula lewat
dinding usus ke dalam darah, mendorong gula masuk ke dalam sel, memacu proses pembentukan energi, dan
mendorong penyimpanan glukosa (glikogen) di hati dan sel otot. Glukagon membantu pelepasan glikogen ke dalam
darah ketika kadar glukosa dalam darah rendah sehingga meningkatkan kadar gula darah, serta mengurangi
terbentuknya insulin dalam pankreas (Mahendra, 2008). Dalam melakukan fungsinya, kadar gula darah
membutuhkan insulin yang dikeluarkan oleh sel-sel beta dalam pankreas. Insulin berfungsi dalam mengendalikan
kadar gula darah dengan cara mengatur dan penyimpanannya (Rahcmawati N, 2015). salah satu strategi
pengendalian kadar gula darah dengan cara Pemeriksaan gula darah, Pemeriksaan gula darah adalah suatu
pengukuran langsung terhadap keadaan pengendalian kadar gula darah pasien pada waktu tertentu saat dilakukan
pengujian. Pemeriksaan gula darah baiknya dilakukan secara teratur . Hal ini penting dilakukan agar kadar gula
darah dapat terkendali. Saat dilakukan pemeriksaan, sebaiknya jangan dilakukan ketika sedang sakit atau stres
karena kondisi tersebut dapat menyebabkan peningkatkan kadar gula darah secara berlebihan (Rahcmawati N, 2015
Pankreas dan Hormonnya
Pankreas merupakan organ yag berperan sebagai kelenjar endokrin sekaligus eksokrin. Sebagai kelenjar pencernaan
(eksokrin) pankreas menghasilkan enzim –enzim serta bikarbonat yang amat penting untuk proses pencernaan
kimiawi di dalam usus halus (duodeum). Sedangkan sebagai kelenjar endokrin, pankreas menhasilkan dua hormon
yang berperan dalam pengaturan kadar gula dalam darah, insulin dan glukagon. Sel –sel endokrin hanya meliputi
1% sampai 2% dari bobot pankreas, sisanya merupakan penyusun kelenjar eksokrin. Pulau –pulau langerhans,
merupakan populasi sel –sel penghasil hormon yang dibedakan menjadi dua kelompok, sel alfa dan beta. Populasi
sel – sel alfa (α-cells) mensekresikan hormon glukagon, sedangkan sel –sel beta (ß-cells) populasi sel endokrin yang
mensekresikan hormon insulin ke dalam aliran darah (Kusumawati R , 2013) Insulin dan glukagon merupakan
hormon yang berkerja secara antagonis (berlawanan) dalam pengaturan kadar gula darah. Efek antagonik dari
glukagon dan insulin sangat vital bagi keseimbangan glukosa, yang merupakan suatu kontrol pengaturan
metabolisme dalam penggunaan energi. Glukosa merupakan senyawa kimia penting dalam penghasilan energi,
bahan utama dari reaksi respirasi di dalam sel. Pengontrolan pemakaian glukosa akan disesuaikan dengan kebutuhan
energi. Jika pengaturan konsentrasi glukosa tidak dilakukan dengan baik akan menimbulkan masalah dalam tubuh
(Kusumawati R , 2013)
Mekanisme Kerja Insulin
Ketika seseorang ingin mengonsumsi makanan, dua fase sekresi insulin terjadi, yaitu fase antisipatif (tahap pertama)
dan fase glukosa-sensitif (tahap kedua). Pada tahap antisipatif, pandangan terhadap makanan dan gigitan pertama
merespon otak untuk mengirim sinyal ke pankreas. Sinyal-sinyal ini menyebabkan pankreas melepaskan insulin ke
dalam sirkulasi hepatik. Setelah insulin dilepas dalam sirkulasi hati, hati berhenti memecah glikogen menjadi
glukosa. Setelah makanan memasuki lambung, pelepasan insulin lebih lanjut difasilitasi oleh hormon
gastrointestinal yang meningkatkan sensitivitas sel-sel islet glukosa. Setelah semua karbohidrat/ glukosa terserap,
sistem umpan balik untuk kontrol glukosa darah dengan cepat kembali ke kondisi normal, biasanya dalam waktu 2
jam (Chee dan Fernando, 2007).
Obat antidiabetik oral digunakan untuk pengobatan diabetes melitus tipe 2 (non-insulin dependent
diabetes melitus, NIDDM). Obat–obat ini hanya digunakan jika pasien gagal memberikan respon
terhadap setidaknya 3 bulan diet rendah karbohidrat dan energi disertai aktivitas fisik yang
dianjurkan. Obat tersebut sebaiknya digunakan untuk meningkatkan efek diet dan aktivitas fisik yang
cukup, bukan menggantikannya.
Untuk pasien yang tidak cukup terkontrol dengan diet dan obat hipoglikemik oral, insulin dapat
ditambahkan pada dosis pengobatan atau sebagai pengganti terapi oral. Jika insulin ditambahkan
pada terapi oral, insulin biasanya diberikan pada waktu akan tidur sebagai insulin isophane; tetapi
jika insulin menggantikan obat oral, biasanya diberikan sebagai injeksi insulin bifasik dua kali sehari
(atau insulin isophane dicampur dengan insulin soluble). Peningkatan berat badan dan dapat
menjadi komplikasi terapi insulin, tetapi peningkatan berat badan mungkin dapat dikurangi jika
insulin diberikan dalam kombinasi dengan metformin.

Anda mungkin juga menyukai