Dosen Pembimbing :
apt. Muh Taufiqurrahman, M. Farm
Disusun Oleh :
Fidya Mulya Asanah (16190000007)
Nurul Fithri Fauziyah (16190000009)
Lucy Laila Rahma (16190000010)
Nur Fitri (16190000017)
A. TUJUAN
1. Memformulasi sediaan sabun cair
2. Mengetahui pengaruh penambahan surfaktan terhadap daya busa sabun
cair
B. Tinjauan Pustaka
Sabun adalah garam logam alkali (biasanya garam natrium) dari
asam-asam lemak. Sabun mengandung garam C16 dan C18, namun dapat
juga mengandung beberapa karboksilat dengan bobot atom lebh rendah.
Sekali penyabunan itu telah lengkap, lapisan air yang mengandung gliserol
dipisahkan, dan gliserol dipulihkan dengan penyulingan. Gliserol
digunakan sebagai pelembab dalam tembakau, industri farmasi dan
kosmetik. Sifat melembabkan timbul dari gugus-gugus hidroksil yang
dapat berikatan hidrogen dengan air dan mencegah penguapan air itu.
Sabun dimurnikan dengan mendidihkannya dalam air bersih untuk
membuang lindi yang berlebih, NaCl dan gliserol. Zat tambahan (aditif)
seperti batu apung, zat warna dan parfum kemudian ditambahkan. Sabun
padat itu dilelehkan dan dituang kedalam suatu cetakan.
Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon
panjang plus ion. Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik
dan larut dalam zat-zat non polar. Sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik
dan larut dalam air. Karena adanya rantai hidrokarbon, sebuah molekul
sabun secara keseluruhan tidaklah b enar-benar larut dalam air. Namun
sabun mudah tersuspensi dalam air karena membentuk misel (micelles),
yakni segerombol (50 - 150) molekul yang rantai hidrokarbonnya
mengelompok dengan ujung-ujung ionnya yang menghadap ke air. (Ralph
J. Fessenden, 1992).
Selain lemak dan alkali, pembuatan sabun juga menggunakan
bahan tambahan yang lain. Bahan lain yang digunakan untuk pembuatan
sabun tersebut adalah bahan pembentuk badan sabun, bahan pengisi,
garam, bahan pewarna dan bahan pewangi. Bahan pembentuk badan sabun
(builder) diberikan untuk menambah daya cuci sabun, dapat diberikan
berupa natrium karbonat, natrium silikat dan natrium sulfat. Bahan pengisi
(fillers) digunakan untuk menambah bobot sabun, menaikkan densitas
sabun, dan menambah daya cuci sabun. Bahan pencuci yang ditambahkan
biasanya adalah kaolin, talk, magnesium karbonat dan juga soda abu serta
natrium silikat yang dapat berfungsi pula sebagai antioksidan.
Garam juga dibutuhkan dalam pembuatan sabun yaitu berfungsi
sebagai pembentuk inti pada proses pemadatan. Garam yang ditambahkan
biasanya adalah NaCl. Dengan menambahkan NaCl maka akan terbentuk
inti sabun dan mempercepat terbentuknya padatan sabun. Garam yang
digunakan sebaiknya murni, tidak mengandung Fe, Cl, atau Mg. Jika akan
dibuat sabun cair, tidak diperlukan penambahan garam ini.
Beberapa bahan diperlukan sebagai antioksidan, yaitu bahan yang
dapat menstabilkan sabun sehingga tidak menjadi rancid. Natrium silikat,
natrium hiposulfit, dan natrium tiosulfat diketahui dapat digunakan
sebagai antioksidan. Stanous klorida juga merupakan antioksidan yang
sangat kuat dan juga dapat memutihkan sabun atau sebagai bleaching
agent. Sedangakan untuk bahan tambahan parfum, yang biasa digunakan
adalah patchouli alcohol, cresol, pyrethrum, dan sulfur. Pada sabun cuci
juga digunakan pelarut organic seperti petroleum naphta dan
sikloheksanol.
Ekstrak daun salam sebagai antiseptic alami terhadap pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus bisa digunakan efektif dengan jumlah
konsentrasi yang tinggi. Ekstrak daun salam memiliki senyawa antibakteri
aktif yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tersebut. Seperti
halnya flavonoid, Saponin, minyak atsiri bahkan yang bersifat alkaloid dan
senyawa essensial lainnya yang terkandung dalam esktrak daun salam.
Zona hambat yang dihasilkan bervariasi tergantung pada konsentrasi yang
digunakan, semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka semakin baik
zona hambatnya. Oleh karena itu bisa disimpulkan bahwa ekstrak daun
salam efektif digunakan sebagai bahan antiseptik alami untuk menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus sebagai salah satu bakteri
patogen yang merugikan manusia, hewan dan tumbuhan.
Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan
memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan
dan rangsangan luar. Mekanisme pertahanan tubuh terhadap ancaman
mikroorganisme patogen dari lingkungan ialah kulit. Dengan kehilangan
atau kerusakan kulit yang memiliki fungsi barier ini akan terjadi invasi
bakterial dan mempermudah timbulnya infeksi. Kulit merupakan
pertahanan utama terhadap bakteri dan apabila kulit tidak lagi utuh, maka
menjadi sangat rentan terhadap infeksi. Bila kulit terluka sedikit saja maka
hal ini sudah cukup untuk menjadi pintu bagi masukan
mikrooragnisme/kuman-kuman ke dalam saluran darah manusia.
7. Minyak Zaitun
Nama Resmi Minyak zaitun
Nama Lain Oleumoliva minyak gomenoleo; olivae oleum rafinatum;
murniminyak zaitun; minyak olea europaea; oleum olive.
Pemerian cairan , kuning pucat atau kuning kehijauan; bau lemah,
tidaktengik; rasa khas. Pada suhu rendah sebagian atau
seluruhnya
Kelarutan sukar larut dalam etanol (95%) P; larut dalam kloroform
P,dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P
Penyimpanan -
Khasiat Dasar
Incomp -
D. Formula Utama
Bahan Formulasi sabun cair antiseptik
F0 F1 F2 F3
Ekstrak daun 0
salam
Minyak 30 30 30 30
zaitun(ml)
KOH (ml) 8 16 16 16
Na-CMC (g) 1 1 1 1
SLS (g) 1 1 1 1
Asam Stearate 0,5 0,5 0,5 0,5
(g)
BHA (g) 1 1 1 1
Pangaroma 1 1 1 1
(ml)
Aquades ad 100 100 100 100
(ml)
E. Prosedur Kerja
1) Persiapan Sampel
Sampel daun Salam diambil pada pagi hari. Cara pengambilan
daun yaitu dengan memilih daun yang sudah dewasa dan yang
masih segar. Sampel yang diperoleh segera dicuci bersih untuk
menghilangkan kotoran yang menempel pada daun kemudian
diangin-anginkan selama 2 hari dan pada hari ke-3 dikeringkan
dengan oven pada suhu 400C. Setelah kering, sampel diblender
menjadi serbuk dan diayak dengan ayakan mesh 65.
2) Ektraksi sampel
Daun Salam diambil sebanyak 10 kg dicuci hingga bersih dan
dikeringkan. Setelah kering daun Salam diblender sampai halus,
sehingga menjadi serbuk kemudian dimaserasi dengan
menggunakan pelarut etanol 96% selama3 x 24 jam dalam suhu
kamar. Setiap 1 x 24 jam simplisia yang telah dimaserasi dengan
larutan etanol disaring hingga di peroleh filtrat. Filtrat pelarut
tersebut kemudian diuapkan dengan menggunakan alat evaporator
sehingga dihasilkan ekstrak kental daun Salam.
3) Pembuatan Sabun Cair Ekstrak Daun Salam
1. Semua bahan yang akan digunakan ditimbang terlebih
dahulu sesuai dengan takaran yang dianjurkan.
2. Dimasukkan minyak zaitun sebanyak 15 ml ke dalam gelas
kimia, kemudian ditambahkan dengan kalium hidroksida
40% sebanyak 8 ml sedikit demi sedikit sambil terus
dipanaskan pada suhu 500C hingga mendapatkan sabun
pasta.
3. Sabun pasta ditambahkan dengan kurang lebih 15 ml
aquades, lalu dimasukkan natrium karboksil metal selulosa
yang telah dikembangkan dalam aquades panas, diaduk
hingga homogen.
4. Kemudian ditambahkan asam stearat, diaduk hingga
homogen. Ditambahkan sodium laurel sulfat, diiaduk
hingga homogen.
5. Ditambahkan butyl hidroksi anisol, lalu diaduk hingga
homogen. Dimasukkan ekstrak daun Salam, diaduk hingga
homogen. Sabun cair ditambahkan dengan aquades hingga
volumenya 50 ml, dimasukkan ke dalam wadah bersih yang
telah disiapkan.
6. Pembuatan sabun cair ekstrak daun Salam disesuaikan
dengan masing-masing konsentrasi.
G. Perhitungan
Bahan Formulasi sabun cair antiseptik
F0 F1 F2 F3
Ekstrak daun 0
salam
Minyak zaitun 30/100 x 30/100 x 30/100 x 30/100 x
100ml = 30 100ml = 30 100ml = 30 100ml = 30
KOH 16/100 x 16/100 x 16/100 x 16/100 x
100ml = 16 100ml = 16 100ml = 16 100ml = 16
Na-CMC 1/100 x 1/100 x 1/100 x 100ml 1/100 x 100ml
100ml = 1 100ml = 1 =1 =1
SLS 1/100 x 1/100 x 1/100 x 100ml 1/100 x 100ml
100ml = 1 100ml = 1 =1 =1
Asam Stearate 0,5/100 x 0,5/100 x 0,5/100 x 0,5/100 x
100ml = 0,5 100ml = 0,5 100ml = 0,5 100ml = 0,5
BHA 1/100 x 1/100 x 1/100 x 100ml 1/100 x 100ml
100ml = 1 100ml = 1 =1 =1
Pangaroma 1/100 x 1/100 x 1/100 x 100ml 1/100 x 100ml
100ml = 1 100ml = 1 =1 =1
Aquadest Ad 100 ml Ad 100 ml Ad 100 ml Ad 100 ml
f. Uji Bobot
Jenis Piknometer dikeringkan dan ditimbang. Air dimasukkan ke
dalam piknometer dan didiamkan pada suhu 250C selama 10
menit. Piknometer diangkat dan ditimbang. Pekerjaan diulangi
dengan memakai sampel sabun cair sebagai pengganti air.
g. Pengujian Antibakteri
Antibakteri Sterilisasi Alat Pensterilan menggunakan autoklaf.
Media serta alat- alat disterilkan dalam autoclave pada suhu 1210C
selama 15 menit, selanjutnya untuk jarum ose dan pinset dibakar
diatas api langsung.
h. Pembuatan Larutan Uji
i. Pembuatan Standart
Kekeruhan Diambil larutan H2SO4 0,36 N sebanyak 99,5 ml
dicampurkan dengan larutan BaCl2.2H2O 1,175% sebanyak 0,5 ml
dalam erlenmeyer. Kemudian dikocok sampai terbentuk larutan
yang keruh. Kekeruhan ini dipakai sebagai standar kekeruhan
suspensi bakteri uji.
j. Pembuatan Suspensi Bakteri
Uji Bakteri dari hasil peremajaan agar miring diambil dengan
kawat ose steril lalu di inokulasi ke dalam tabung yang berisi 10 ml
larutan NaCl 0,9% hingga diperoleh kekeruhan yang sama dengan
standar kekeruhan larutan Mc. Farland. Perlakuan yang sama
dilakukan pada setiap jenis bakteri uji.
k. Pembuatan Media Pengujian
Media uji dibuat dengan metode difusi agar (difusi Kirby dan baeur
yang dimodifikasi) dengan cara sumuran dengan 2 lapisan media
agar (Nainggolan, 2000) yang pengerjaannya sebagai berikut :
Lapisan dasar dibuat dengan menuangkan masing-masing
10 ml NA ke dalam 9 cawan petri, kemudian dibiarkan
memadat.
Setelah memadat, permukaan lapisan dasar ditanam 3
pecandang baja yang diatur jaraknya agar daerah
pengamatan tidak bertumpu pda masing-masing cawan.
Suspensi bakteri dicampurkan ke dalam media pembenihan
NA.
Selanjutnya dituangkan 15 ml NA pada tiap cawan petri
yang diletakkan pecandang sebagai lapisan kedua.
Setelah lapisan kedua memadat, pecandang diangkat secara
aseptik menggunakan pinset dari masing-masing cawan
petri, sehingga terbentuk sumursumur.
l. Uji aktivitas antibakteri secara In-vitro
Uji aktivitas antibakteri secara in-vitro dilakukan dengan cara :
a. Larutan uji sabun cair ekstrak daun salamdengan konsentrasi
yang berbeda () diteteskan pada sumur yang berbeda sebanyak 50
µl menggunakan mikropipet.
b. Larutan Basis sabun digunakan sebagai kontrol negatif
diteteskan pada sumur sebanyak 50 µl menggunakan mikropipet
c. Larutan detol digunakan sebagai kontrol positif diteteskan pada
sumur dan diteteskan sebanyak 50 µl menggunakan mikropipet.
d. Cawan petri diinkubasi dalam inkubator pada suhu 370C selama
24 jam.
m. Pengamatan dan pengukuran
Pengamatan dilakukan setelah 1x24 jam masa inkubasi. Daerah
bening merupakan petunjuk kepekaan bakteri terhadap antibiotik
atau bahan antibakteri lainnya yang digunakan sebagai bahan uji
yang dinyatakan dengan lebar diameter zona hambat (Vandepitte et
al., 2005).
I. Kemasan Serta Etiket (Primer Dan Sekunder)
a) Kemasan
b) Etiket
c) Wadah
J. Lembar Pengamatan (Evaluasi Sediaan)
K. Daftar Pustaka
_____. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
_____. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipients. 6th . Ed.
Pharmaceutical Press. Chicago. London
Anonim, . 1996. Mutu dan Cara Uji Sabun Mandi. Jakarta , Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.