Anda di halaman 1dari 42

PROPOSAL PENELITIAN KTI

ANALISA PENGGUNAAN LENSA KONTAK

DI MASYARAKAT

OLEH :

ST. RASYDIYANAH MUKHTAR

110 2016 0116

Pembimbing :

dr. Hj. Suliati P. Amir, Sp. M, M. Med. Ed

dr. Zulfahmidah

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2019

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala

atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal penelitian dan penulisan karya tulis ilmiah ini

sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi preklinik di Fakultas

Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

Keberhasilan penyusunan proposal karya tulis ini adalah berkat

bimbingan, kerja sama , serta bantuan moril dan materil dari berbagai

pihak yang telah diterima penulis sehingga segala tantangan dan

rintangan yang dihadapi selama penelitian dan penyusunan proposal

karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan

memberikan penghargaan setinggi- tingginya dan secara tulus dan ikhlas

kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. dr. Syarifuddin Wahid, Ph. D, Sp. PA (K), Sp. F, DFM

selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

2. dr. Rachmat Faisal Syamsu, M. Kes selaku Koordinator Karya Tulis

Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

3. dr. Hj. Suliati P. Amir, Sp. M, M. Med. Ed dan dr. Zulfahmidah

selaku pembimbing yang dengan kesediaan , keikhlasan dan

ii
kesabaran senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan

bimbingan dan arahan kepada penulis selama ini.

4. dr. A. Tenri Sanna, Sp. THT- KL, M. Kes dan dr. Zulfiyah Surdam,

M. Kes selaku penguji yang telah ikhlas meluangkan waktunya,

memberikan petunjuk dan saran selama penulisan proposal karya

tulis ilmiah ini.

5. Teristimewa kepada orang tua saya, Drs. H. Mukhtar, M. Pd dan Hj.

Suhriyani, S. Pd , saudara- saudara saya dan seluruh keluarga

saya yang telah memberikan semangat, memfasilitasi dan

mengiringi langkah penulis dengan dukungan moril dan materil

serta do’a restu sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini.

6. Teman- teman sepembimbingan dan seperjuangan Karya Tulis

Ilmiah yang turut mendukung sehingga penulisan proposal Karya

Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.

7. Seluruh Keluarga Besar Fakultas Kedokteran Universitas Muslim

Indonesia, teman- teman Meninges angkatan 2016 yang saya

banggakan, teman- teman yang telah menberikan dukungan

selama ini.

8. Serta seluruh pihak terkait yang tidak bisa saya sebutkan satu per

satu yang turut mendukung saya selama ini.

Semoga amal budi baik dari semua pihak mendapatkan pahala dan

rahmat yang melimpah dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

iii
Sebagai manusia biasa penulis menyadari sepenuhnya akan

keterbatasan baik dalam penguasaan ilmu maupun pengalaman

penelitian, sehingga penulisan proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh

dari kesempurnaan. Untuk saran dan kritik yang sifatnya membangun dari

berbagai pihak sangat diharapkan demi penyempurnan Karya Tulis Ilmiah

ini. Akhirnya penulis berharap sehingga Karya Tulis Ilmiah ini memberikan

manfaat bagi pembaca.

Aamiin ya robbal alamain

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Makassar, Mei 2019

Penulis

iv
DAFTAR ISI

PROPOSAL PENELITIAN KTI ................................................................... i

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. viii

BAB I ......................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 3

1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 3

1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................. 3

1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 4

1.4.1 Bagi Peneliti ............................................................................... 4

1.4.2 Bagi Bidang Kesehatan .............................................................. 4

1.4.3 Bagi Masyarakat ......................................................................... 4

1.4.4 Bagi Institusi Pendidikan ............................................................ 4

BAB II ........................................................................................................ 5

TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 5

v
2.1 Tinjauan Tentang Kornea ............................................... 5_Toc8048718

2.2 Tinjauan Tentang Lensa Kontak ....................................................... 6

2.2.1 Definisi Lensa Kontak ................................................................. 6

2.2.2 Sejarah dan Epidemiologi Penggunaan Lensa Kontak............... 6

2.2.3 Klasifikasi Lensa Kontak............................................................. 7

2.2.4 Indikasi Penggunaan Lensa Kontak ......................................... 10

2.2.5 Kontraindikasi Penggunaan Lensa Kontak ............................... 12

2.2.6 Prosedur Penggunaan Lensa Kontak ....................................... 14

2.2.7 Prosedur Perawatan Lensa Kontak .......................................... 15

2.3 Hubungan Penggunaan Lensa Kontak dan Kelainan pada Mata ... 17

2.3.1 Faktor Resiko Timbulnya Kelainan pada Pengguna Lensa

Kontak ............................................................................................... 17

2.3.2 Kelainan yang Ditimbulkan Akibat Penggunaan Lensa Kontak 19

2.4. Kerangka Teori .............................................................................. 23

2.5 Kerangka Konsep ........................................................................... 24

2.6 Variabel .......................................................................................... 24

2.7 Hipotesis ......................................................................................... 24

BAB III ..................................................................................................... 25

METODOLOGI PENELITIAN .................................................................. 25

3.1 Jenis Penelitian............................................................................... 25

vi
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 25

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................... 25

3.3.1 Populasi Penelitian ................................................................... 25

3.3.2 Sampel Penelitian..................................................................... 25

3.5 Kriteria Sampel ............................................................................... 28

3.6 Definisi Operasional Variabel dan Kriteria Objektif ......................... 28

3.7 Alur Penelitian................................................................................. 31

3.8 Etika Penelitian ............................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 33

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur anatomi mata……………………..……………………………..5

Gambar 2.2 Abrasi yang disebabkan oleh Pseudomonas…………..…………….19

Gambar 2.3 Infiltrat subepitelial perifer karena hipersensitivitas terhadap cairan

perendam lensa kontak…………………………….………………………………….19

Gambar 2.4 Infeksi Pseudomonas yang menyebabkan infiltrat karena

penggunaan lensa kontak dalam jangka lama……………………….……………..20

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lensa kontak adalah lensa tipis, plastik bening yang mengapung di

permukaan mata1. Lensa kontak telah banyak digunakan untuk membantu

mengatasi kelainan refraksi. Namun, sekarang fungsi lensa kontak tidak

hanya untuk memperbaiki kelainan refraksi yang ada, akan tetapi juga

digunakan sebagai sarana untuk memperbaiki atau menambah nilai dari

penampilan serta untuk keperluan terapi.

Bentuk lensa kontak diawali oleh Leonardo Da Vinci yang membuat

sketsa awal dari lensa kontak pada tahun 1827. Tahun lahirnya lensa

kontak adalah 1888 ketika Adolf Eugene Fick (Jerman), seorang dokter

spesialis mata yang bertugas di Zurich, membuat studi klinis pertama

tentang lensa kontak diikuti oleh Kalt dan Muller dengan penggunaan

lensa kontak pada keratokonus yang bertujuan untuk mendatarkan

kornea2. Hasil yang didapat masih buruk hingga tahun 1945, saat Kevin

Tuohy dari Los Angeles membuat lensa prakornea plastik dengan

diameter 11 mm. Sejak itu perkembangan teknologi lensa kontak telah

menghasilkan berbagai jenis lensa, yang secara garis besar dibagi dalam

dua jenis, lensa kaku dan lunak. Lensa kaku terdiri dari dari lensa keras

standar (standard hard lenses) dan lensa kaku permeable-gas (rigid-gas

permeable lenses). Lensa keras standar tidak dapat ditembus oksigen

sehingga mengandalkan pemompaan air mata ke dalam celah antara

1
lensa dan kornea sewaktu berkedip untuk menyediakan oksigen, keluhan

utama yang sering dikemukakan pengguna adalah edema kornea karena

hipoksia kornea dan kekaburan kaca mata. Lensa kaku permeable-gas

mudah ditembus oksigen sehingga memperbaiki metabolisme kornea, dan

lebih nyaman sambil tetap mempertahankan sifat-sifat optik lensa keras,

walaupun tidak ditoleransi semudah lensa lunak. Lensa ini merupakan

pilihan utama untuk mengoreksi keratokonus dan astigmatisme dan pada

kondisi-kondisi yang memerlukan lensa bifokus atau multifokus.

Lensa lunak (soft lenses) dibagi dalam dua jenis, yakni lensa lunak

kosmetik dan lensa lunak terapeutik. Lensa lunak kosmetik lebih nyaman

dipakai daripada lensa kaku, tapi bersifat fleksibel sehingga bentuknya

menyesuaikan dengan permukaan kornea. Lensa lunak terapeutik dapat

membentuk barrier lunak antara kornea dan dunia luar, memberi

perlindungan terhadap trikiasis dan pemajanan, bisa digunakan untuk

pengobatan erosi rekurens dan keratopati bullosa, namun pada

pemakaian semua lensa terapeutik harus diantisipasi adanya infeksi 3.

Berdasarkan data NCBI, secara keseluruhan pengguna lensa kontak di

dunia mencapai 140 juta orang, baik lensa kontak untuk kepentingan

koreksi ataupun untuk kosmetik. Pengguna terbanyak terdapat di benua

Asia dan Amerika dimana 38 juta pengguna berasal dari Amerika Utara

kemudian 24 juta pengguna berasal dari Asia dan 20 juta pengguna

berasal dari Eropa4.

2
Dari data di atas, diketahui penggunaan lensa kontak terbanyak salah

satunya adalah dari benua Asia. Hal ini yang melatarbelakangi peneliti

melakukan penelitian mengenai penyebab masyarakat menggunakan

lensa kontak dan efek yang ditimbulkan lensa kontak terhadap kesehatan

mata masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat

diuraikan permasalahan sebagai berikut :

1. Apa alasan masyarakat menggunakan lensa kontak ?

2. Bagaimana karakteristik penggunaan lensa kontak di masyarakat ?

3. Bagaimana dampak lensa kontak terhadap bola mata masyarakat ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk analisa keinginan masyarakat menggunakan lensa kontak.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui alasan masyarakat menggunakan lensa kontak

2. Mengetahui karakteristik penggunaan lensa kontak di masyarakat

yang meliputi jenis lensa kontak yang digunakan, cara perawatan

lensa kontak, dan lama waktu penggunaan lensa kontak dalam

sehari

3. Mengetahui pengaruh lensa kontak terhadap kesehatan bola mata

berdasarkan jenisnya

3
4. Mengetahui pengaruh perawatan lensa kontak terhadap

kesehatan bola mata masyarakat

5. Mengetahui pengaruh lama waktu penggunaan lensa kontak

terhadap kesehatan bola mata masyarakat

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Sebagai penerapan mata kuliah Metodologi Penelitian dan menambah

pengalaman serta sebagai masukan pengetahuan tentang pemakaian

lensa kontak di masyarakat.

1.4.2 Bagi Bidang Kesehatan

Hasil penelitian diharapkan menambah wawasan pengetahuan di

bidang opthalmologi, khususnya pengaruh penggunaan lensa kontak

terhadap kesehatan bola mata masyarakat.

1.4.3 Bagi Masyarakat

Menambah wawasan masyarakat mengenai pengaruh penggunaan

lensa kontak terhadap bola mata sehingga masyarakat dapat memperoleh

manfaat dan menghindari atau melakukan pencegahan terhadap dampak

negatif yang dapat ditimbulkan karena penggunaan lensa kontak.

1.4.4 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dengan penelitian ini dapat menjadi daftar pustaka

mengenai pengaruh penggunaan lensa kontak terhadap kesehatan bola

mata.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Kornea

Kornea yang transparan, mempunyai fungsi utama merefleksikan

cahaya yang masuk ke mata. Di posterior berhubungan dengan humor

aquosus.5

Suplai darah : Kornea adalah avaskular dan sama sekali tidak mempunyai

aliran limfe. Kornea mendapatkan nutrisi dengan cara difusi dari humor

aqueus dan dari kapiler yang terdapat di pinggirnya.

Persarafan : Nervi ciliares longi dari divisi opthalmica nervus trigeminus.

Gambar 2.1 Struktur anatomi mata

5
2.2 Tinjauan Tentang Lensa Kontak

2.2.1 Definisi Lensa Kontak

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

572/MENKES/SK/VI/2008 tentang Standar Profesi Refraksionis Optisiena

lensa kontak adalah lensa yang dipasang menempel pada jaringan

anterior kornea dan sklera untuk memperbaiki tajam penglihatan dan

kosmetik6.

Lensa kontak adalah sebuah lensa yang terbuat dari polimer sintetik

yang digunakan di permukaan kornea7.

2.2.2 Sejarah dan Epidemiologi Penggunaan Lensa Kontak

Alasan terbesar pasien bertemu dengan ahli mata adalah untuk

mengoptimalkan kemampuan penglihatan. Berkisar 50% masyarakat

Amerika Serikat menggunakan lensa kontak untuk koreksi refraktif dan

beberapa diantaranya memiliki riwayat presbyopia. 7

Lensa kontak telah digunakan sebagai terapi kelainan refraksi mata

lebih dari 100 tahun, namun lensa kontak dianggap layak sebagai terapi

kelainan refraksi beberapa dekade terakhir. Lensa kontak original hanya

terdiri dari sklera yang besar dan terbuat dari kaca. Feinbloom membuat

lensa kontak skleral dengan kaca optik dan plastik pada tahun 1930, akan

tetapi yang pertama (polymethylmetacrylate atau PMMA) lensa kontak

korneal ditemukan oleh Tuohy pada tahun 1940. Lensa kontak hydrogel

ditemukan oleh Wichterle di Czechoslovakia pada tahun 1950. Pada tahun

1970, lensa kontak rigid gas permeable dan hydrogel menggantikan peran

6
lensa kontak PMMA. Hydrogel Soft silicone lens ditemukan pada tahun

1990. Kemajuan dan perkembangan bahan dan desain lensa kontak

menjadikan lensa kontak diterima di masyarakat luas dan dapat

digunakan sebagai terapi kelainan refraksi mata dengan aman dan

efektif.7

Dari sekitar 36 juta penduduk Amerika, atau sekitar 75 juta penduduk di

seluruh dunia yang menggunakan lensa kontak, 87% diantaranya

menggunakan lensa kontak hydrogel.7

2.2.3 Klasifikasi Lensa Kontak

Lensa kontak dapat diklasifikasikan berdasarkan bahan, waktu

penggunaan, dan tujuan dibuatnya.

1. Berdasarkan bahan pembuatannya, lensa kontak dapat dibedakan atas

4, yakni :

a. Kontak lensa berbahan keras (hard contact lens)

Lensa kontak berbahan keras adalah lensa kontak yang pertama

kali ditemukan yang terbuat dari bahan PMMA

(polymethilmetacrylate) yang memberikan oksigen melalui pinggir

lensa kontak.

Kelebihan : Harga lebih murah dan tahan lama

Kekurangan : Kurang nyaman digunakan dan sukar ditembus

oksigen sehingga mata mudah kekurangan oksigen.

7
b. Rigid gas permeable

RGP terbuat dari polymethylmetacrylate dan silikon dengan sifat

mudah ditembus oksigen sehingga kornea dapat berfungsi dengan

baik. Pada lensa kontak ini, oksigen tidak hanya didapatkan saat

mata berkedip, melainkan dari udara bebas yang dapat melalui lensa

untuk mencapai kornea.

Kelebihan : Tidak mudah robek, transmisi oksigen lebih tinggi,

mudah dirawat dan dibersihkan, mampu mengoreksi asigmatisma,

dan dapat dipakai lebih lama.

Kekurangan : Masa adaptasi lebih lama dan harga lebih mahal

dibandingkan softlens.

c. Lensa kontak berbahan lunak (soft contact lens)

Lensa kontak berbahan lunak adalah lensa kontak yang terbuat

dari bahan polyhydroxyethyl methacrylate (pHEMA), yaitu sejenis

bahan polymer yang mengandung air sehingga lensa ini lembut dan

fleksibel, serta memungkinkan oksigen terus mencapai kornea.

Kelebihan : Masa adaptasi singkat, lebih kecil kemungkinan terlepas

pada saat melakukan aktivitas lebih, tersedia berbagai warna dan

jangka pemakaian, mudah diperoleh dan lebih murah dibandingkan

RGP.

Kelemahan : Mudah robek dan mudah kotor karena kadar air yang

tinggi.8

8
2. Berdasarkan penggunaan dan jadwal penggantiannya, lensa kontak

dibedakan atas 6, yakni :

a. Lensa kontak yang digunakan setiap hari (dilepaskan setiap hari dan

tidak digunakan pada saat tidur)

b. Lensa kontak yang digunakan terus-menerus atau digunakan jangka

panjang (digunakan dalam keadaan bangun dan tidur pada hari yang

ditentukan secara terus-menerus)

c. Lensa kontak yang penggunaannya disesuaikan/ fleksibel (digunakan

pada siang hari dan kadang digunakan pada malam hari)

d. Tradisional/ konvensional, lensa kontak yang diganti setiap tahun

e. Lensa kontak sekali pakai atau terencana (dibuang setelah masa

pakai yang ditentukan oleh pabrik)

f. Occasional/ sesekali (diindikasikan untuk penggunaan sesekali,

contoh : untuk kegiatan atletik atau aktivitas sosial ) 9

3. Berdasarkan tujuan dibuatnya lensa kontak dibedakan atas 3, yakni :

a. Terapeutik (untuk melindungi atau untuk penyembuhan kornea)

b. Kosmetik (untuk mengubah warna mata atau untuk memperbaiki

tampilan mata yang rusak)

c. Optik (untuk mengoreksi kelainan refraktif mata dan/ atau untuk

meregularisasi permukaan kornea).9

9
2.2.4 Indikasi Penggunaan Lensa Kontak

Beberapa faktor yang mengindikasikan seseorang menggunakan lensa

kontak diantaranya :

1. Indikasi Optikal

Lensa kontak dapat meningkatkan fungsi penglihatan. Pada

umumnya yang menggunakan lensa kontak dengan indikasi optikal

adalah pasien myopia dengan atau tanpa astigmatisma.

2. Indikasi Medikal

a. Keratokonus

Keratokonus terjadi secara bilateral, asimetris, penipisan yang

progresif dari kornea. Pada kasus ini, lensa kontak yang digunakan

adalah lensa kontak rigid gas permable untuk terapi myopia dan

astigmatisma irregular karena kornea yang irregular dan ektasia.

Lensa kontak tidak menghambat perjalanan penyakit dan hanya

digunakan bila ketajaman penglihatan tidak memuaskan dengan

kacamata.9

b. Astigmatisma Irregular dan/ atau Opasifikasi Kornea

Lensa kontak rigid gas permeable adalah lensa kontak yang tepat

digunakan untuk terapi astigmatisma irregular dengan opasifikasi

kornea dengan mengeliminasi kelainan dan cahaya agar ketajaman

penglihatan membaik.9

10
c. Anisometropia

Anisometropia terjadi apabila ada perbedaan refraksi 2 dioptri dari

normal diantara kedua mata. Anisometropia yang tidak mendapatkan

terapi ketika lahir dapat menyebabkan amblyopia, terutama apabila

salah satu mata mengalami hypermetropia. Pada orang dewasa,

perbedaan lebih dari 3 dioptri tidak dapat diterapi dengan kacamata.

Pada kasus ini, lensa kontak diindikasikan untuk mencegah

perkembangan amblyopia dan anisometropi aniseikonia. 9

d. Aphakia Unilateral

Aphakia unilateral menyebabkan perbedaan ukuran objek yang

signifikan (aniseikonia). Lensa kontak mengurangi aniseikonia

hingga 7%, perbedaan ukuran objek tidak nampak jelas pada cortex

penglihatan. Lensa kontak dapat mengurangi efek pembesaran pada

lensa positif.9

e. Nystagmus

Ametropia pada pasien dengan nystagmus lebih baik diterapi

dengan menggunakan lensa kontak dibandingkan kacamata, karena

lensa kontak dapat mengikuti gerakan mata dan pada beberapa

kasus memberikan ketajaman penglihatan yang lebih baik. 9

f. Pasca Bedah Kelainan Refraksi

Pasien dengan ametropi pasca bedah dapat diterapi dengan

menggunakan lensa kontak 3 sampai 6 bulan setelah dilakukan

bedah dengan lensa kontak gas rigid permeable sebagai pilihan. 9

11
g. Pasca Penetrasi Keratoplasty

Lensa kontak diindikasikan untuk pasien dengan kelainan refraksi

yang sangat parah, anisometropia, atau astigmatisma irregular

setelah transplantasi kornea. Pemilihan lensa kontak dilakukan tidak

kurang dari 3 bulan, bahkan 6 sampai 12 bulan setalah bedah, dan

lensa kontak digunakan bila terdapat astigmatisma yang regular

maupun irregular.9

3. Kosmetik

Prostetik, lensa warna biasanya digunakan pada pasien dengan

cedera pada kornea atau koloboma iris untuk meningkatkan nilai

estetika.9

4. Lensa Terapeutik

Lensa kontak dapat digunakan sebagai terapi penyakit-penyakit

kornea. 9

2.2.5 Kontraindikasi Penggunaan Lensa Kontak

1. Kontraindikasi Primer Penggunaan Lensa Kontak 9

a. Inflamasi akut atau subakut pada segmen anterior mata

b. Infeksi mata akut dan kronik

c. Penyakit pada mata yang mempengaruhi kornea, konjungtiva

(pterygium, alergi, mata kering, dan sebagainya).

d. Hypesthesia kornea

e. Glaukoma

f. Aphakia vitreokornea

12
g. Intoleransi fisiologis terhadap benda asing pada mata.

2. Kontraindikasi Lensa Kontak dengan Indikasi Optikal 9

a. Alergi atau penyakit sistemik yang dapat memberat dengan

penggunaan kontak lensa

b. Pasien yang tidak dapat mengikuti instruksi

c. Kebersihan yang buruk

d. Pasien dengan sistem imun yang lemah

e. Pasien dengan kelainan refraksi yang masih dapat dikoreksi dengan

kacamata

f. Pengobatan sistemik yang dapat menyebabkan perubahan pada

kelenjar air mata

g. Kehamilan, dalam masa perawatan, dan menopause

h. Pasien yang terlalu muda atau terlalu tua yang tidak dapat

menggunakan lensa kontak tanpa bantuan pihak lain.

3. Kontaindikasi Penggunaan Lensa Kontak Rigid 9

a.Olahraga

b.Tidak nyaman menggunakan lensa kontak rigid

c.Jarang digunakan.

13
2.2.6 Prosedur Penggunaan Lensa Kontak

Prosedur penggunaan lensa kontak yang benar dan aman adalah

sebagai berikut :

1. Mencuci kedua tangan dengan sabun antiseptik yang tidak

mengandung parfum atau lotion kemudian dikeringkan menggunakan

linen bersih sebelum menyentuh lensa kontak.

2. Mengambil dan meletakkan lensa kontak di telapak tangan.

3. Bersihkan dengan menggosok dan membilas. Berikan 2-3 tetes cairan

kemudian kontak lensa digosok ringan dengan menggunakan jari

telunjuk dengan gerakan melingkar dari dalam ke luar selama 15 detik

di kedua sisi. Setelah itu, lensa kontak dibilas dengan cairan garam

fisiologis steril yang mengalir lalu diletakkan di ujung jari telunjuk tangan

dominan pasien. Pastikan permukaan lensa kontak yang akan

bersentuhan dengan bola mata telah benar.

4. Jari tengah di tangan yang sama digunakan untuk menarik dan

menahan kelopak mata bawah. Selanjutnya pandangan mata diarahkan

ke atas dan lensa kontak dipasang di bagian bawah bola mata yang

berwarna putih lalu pegangan terhadap kelopak mata atas dan bawah

dilepaskan.

5. Pandangan diarahkan ke bawah dalam keadaan mata tertutup dan

mata dipejamkan beberapa saat, maka posisi lensa kontak akan berada

di tengah bola mata.

14
6. Untuk melepaskan lensa kontak, pandangan mata diarahkan ke atas,

kemudian kelopak mata ditarik ke bawah menggunakan jari tengah

tangan dominan. Jari telunjuk tangan yang sama diletakkan di batas

bawah lensa kontak dan lensa kontak digeser perlahan ke bawah.

Lensa kontak dapat diambil dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu

jari. Setelah terlepas dari mata, lensa kontak dicuci dengan cara yang

sama seperti saat memasang lensa kontak.10

Pengguna lensa kontak perlu menemui dokter minimal sekali setahun

untuk memeriksa kondisi mata. Gejala yang harus diwaspadai adalah :

1. Rasa tidak nyaman di mata

2. Pengeluaran air mata atau kotoran mata yang berlebihan

3. Mata merah, bengkak, atau nyeri

4. Lebih sensitif saat melihat cahaya (silau berlebihan saat melihat

cahaya)

5. Rasa gatal atau seperti terbakar

6. Pandangan kabur

Pada prinsipnya, mata yang sehat tidak menunjukkan kelainan, tidak

merah, terasa nyaman dan memiliki penglihatan yang baik (look good, feel

good, see well).10

2.2.7 Prosedur Perawatan Lensa Kontak

Perawatan lensa kontak dimulai dengan memilih cairan perendam,

menyimpan, dan merawat kotak penyimpan lensa kontak dengan tepat.

Cairan perendam bermanfaat untuk membersihkan lensa kontak dari

15
kotoran dan mikroorganisme sehingga menurunkan resiko infeksi. Cairan

perendam menjaga lensa kontak tetap lembab sehingga tidak kering dan

nyaman digunakan. Air kran tidak boleh digunakan untuk membersihkan

lensa kontak karena air tidak steril dapat mengandung Achantamoeba sp

yang dapat menyebabkan keratitis.10

Jenis cairan perendam lensa kontak bermacam-macam. Cairan yang

paling mudah digunakan adalah multipurpose solutions yang dapat

dipakai untuk membersihkan, membilas, dan menyimpan lensa kontak.

Lensa kontak harus direndam 4-6 jam untuk menjamin disinfeksi yang

optimal. Untuk disinfeksi yang optimal, lensa kontak perlu direndam

selama 6 jam. Lensa kontak yang direndam dalam hidrogen peroksida

harus dibilas dengan cairan lain (umumnya salin steril) sebelum digunakan

karena pembiasan yang tidak baik akan merusak kornea dan rasa tidak

nyaman seperti sensasi disengat, lakrimasi, serta hiperemis. Cairan

perendam lensa kontak memiliki masa kadaluarsa 2-6 bulan setelah

dibuka. Cairan perendam lensa kontak tidak boleh dibiarkan di dalam

tempat penyimpanan dan digunakan ulang untuk penyimpanan

berikutnya. Cairan perendam yang telah digunakan tidak memiliki daya

disinfektan yang cukup, bahkan menjadi tempat pertumbuhan

mikroorganisme sehingga resiko infeksi meningkat. 10

16
2.3 Hubungan Penggunaan Lensa Kontak dan Kelainan pada Mata

Lensa kontak merupakan pilihan efektif dan tepat untuk terapi kelainan

refraksi. Kelainan refraksi yang tidak diterapi dapat menyebabkan kelainan

penglihatan, bahkan kebutaan. Lebih dari 140 juta masyarakat di seluruh

dunia menggunakan lensa kontak.11 Perubahan kornea yang signifikan

dapat terjadi setelah menggunakan lensa kontak dan kelainan ini

bergantung pada lensa kontak (bahan lensa kontak dan pola

penggunaan). Karena hubungan dengan permukaan mata dan interaksi

langsung dengan kornea, limbal, bulbar, dan epitel tarsal konjungtiva serta

kelenjar air mata, lensa kontak dapat menyebabkan komplikasi seperti dry

eye, keratitis, inflamasi kornea, dan reaksi alergi kornea. 12

Inflamasi kornea terjadi pada 7-15% pengguna lensa kontak. Infeksi

kornea jarang, namun bila terjadi komplikasi yang timbul cukup berat,

komplikasi penggunaan lensa kontak terjadi pada 4 dari 10.000 pengguna

lensa kontak per tahun, dengan prevalensi tertinggi (2 dari 1000 per

tahun) pada pengguna lensa kontak malam. 12

2.3.1 Faktor Resiko Timbulnya Kelainan pada Pengguna Lensa

Kontak

1. Bahan Lensa Kontak

Semua lensa kontak mempunyai faktor resiko untuk timbulnya

komplikasi. Lensa kontak rigid gas permeable (RGP) mempunyai

komplikasi yang cukup berat dibandingkan soft lenses dan lensa kontak

17
lainnya. Komplikasi yang ditimbulkan oleh penggunaan lensa kontak

silikon banyak ditemukan namun tidak berat.13

2. Deposit Lensa Kontak

Deposit lensa kontak banyak terjadi pada pengguna yang

mengalami dry eye, karena konsentrasi lipid dan protein pada air mata

lebih dari normal.13

Protein yang banyak ditemukan adalah lysozyme, albumin, dan

gamma globulin. Deposit lemak, utamanya berasal dari glandula

Meibomian yang menimbulkan lensa kontak kelihatan seperti

berminyak. Kalsium menimbulkan lensa kontak berwarna lebih putih.

Lemak dan mukus dapat terdeposit membentuk “jelly bumps”.13

Deposit lensa kontak bisa berasal dari lingkungan,seperti kotoran,

lotion, bedak, parfum, dan lain sebagainya. Bakteri Pseudomonas

aeruginosa dan Staphylococcus epidermidis, fungi dan protozoa juga

dapat melekat pada permukaan lensa kontak.13

3. Kecacatan Lensa

Kecacatan lensa adalah perubahan kurva lensa kontak dari

parameter normal. Perubahan ini bisa disebabkan oleh suhu pada saat

membersihkan lensa kontak atau pada saat lensa kontak disimpan

pada suhu yang panas. Hal ini dapat mengganggu pengguna lensa

kontak.

Kecacatan lensa kontak dapat menyebabkan penurunan gerakan

lensa kontak, trauma epitel, dan komplikasi lainnya. 13

18
4. Perawatan Lensa Kontak

Perawatan lensa kontak yang tidak benar meningkatkan

kemungkinan terjadinya komplikasi pada pengguna lensa kontak

tersebut. Lebih dari setengah pengguna lensa kontak yang tidak

membersihkan lensa kontaknya dengan baik mengalami kontaminasi

mikroba.13

5. Faktor Pengguna/ Pasien

Banyak faktor yang bisa menimbulkan kelainan pada saat

menggunakan lensa kontak, diantaranya penyakit atau kondisi mata

yang sudah ada sebelumnya, penggunaan obat, incomplete blinking,

merokok, waktu penggantian lensa kontak, dan pengguna yang tidak

diawasi.13

2.3.2 Kelainan yang Ditimbulkan Akibat Penggunaan Lensa Kontak

1. Abrasi

Epitelium kornea merupakan barrier penting dalam mencegah

masuknya agen infeksius, akan tetapi beberapa bakteri dapat

menembus barrier dan menyebabkan abrasi. Antibiotik yang baik

digunakan untuk mengatasi abrasi yang ditimbulkan oleh bakteri ini

adalah fluoroquinolone.14

19
Gambar 2.2 Abrasi yang disebabkan oleh Pseudomonas
2. Infiltrat

Infiltrat, disebabkan karena adanya leukosit PMN yang bermigrasi ke

kornea dari air mata yang mempengaruhi kejernihan kornea dan akan

terlihat lesi yang berwarna putih. Infiltrat bisa berasal dari lensa kontak

yang steril maupun lensa kontak yang telah terkontaminasi oleh ulkus.

Infiltrat yang steril terjadi pada pengguna lensa kontak usia 60

(berkaitan dengan bakteri, khusunya blepharitis) dan pada usia 25

tahun (pengguna yang tidak cocok dengan lensa kontak) dapat terjadi

infiltrat ringan yang dapat sembuh tanpa pengobatan.14

Gambar 2.3 Infiltrat subepitelial perifer karena hipersensitivitas terhadap cairan perendam

lensa kontak

20
Gambar 2.4 Infeksi Pseudomonas yang menyebabkan infiltrat karena penggunaan lensa
kontak dalam jangka lama
3. Infeksi

Keratitis mikroba adalah komplikasi penggunaan lensa kontak yang

banyak ditemukan dan merupakan masalah serius bagi pengguna

lensa kontak. Mikrotrauma dari epitel kornea yang diperparah dengan

kebersihan lensa kontak yang buruk merupakan tempat yang baik

untuk invasi dan proliferasi mikroba. Keratitis yang disebabkan oleh

jamur dan Acanthamoeba merupakan infeksi yang cukup banyak

ditemukan dibandingkan dengan yang lainnya. 14

4. Dry Eye

The International Dry Eye Workshop mendefinisikan dry eye sebagai

penyakit permukaan mata dan air mata yang ditandai dengan

ketidaknyamanan dan disertai peningkatan osmolalitas air mata dan

inflamasi pada permukaan mata.14

5. Hypoxia dan Edema

Hypoxia pada pengguna lensa kontak bisa menyebabkan

perubahan yang signifikan pada seluruh bagian kornea. Hypoxia kronik

21
dapat menyebabkan perubahan fisiologi dan struktur kornea dengan

mikrokista epitel, penebalan stroma, dan kelainan pada endotel.14

Apabila hypoxia berlangsung terus-menerus, dapat terbentuk

neovaskularisasi. Pasien bisa asimptomatik atau merasakan

penglihatan kabur pada saatu bangun tidur.

Edema akut berkaitan dengan mikrokista difus pada epitel kornea.

Hypoxia yang berlangsung terus-menerus dapat menyebabkan

kematian sel, erosi atau nekrosis, dan deskuamasi, sehingga pasien

merasa nyeri, penurunan fungsi penglihatan, dan photophobia. 14

6. Hiperemis dan Neovaskularisasi

Hiperemis bisa disebabkan karena hipoksia dan stimulus inflamasi

lainnya seperti bahan kimia, osmotik, dan fisik. Kornea bersifat

avaskular karena strukturnya yang sangat rapat sebagai tempat

lewatnya pembuluh darah. Metabolisme kornea yang kurang dan

edema yang menyebabkan sebagian struktur kornea hilang dapat

menimbulkan terbentuknya neovaskularisasi. 15

22
2.4. Kerangka Teori

Indikasi penggunaan

Lensa Kontak

Kontraindikasi
Lensa Kontak
Penggunaan Lensa
Kontak

Jenis Lensa Kontak Perawatan Lama Waktu


Lensa Penggunaan

RGP (Rigid Soft Hard


Gas Lens Lens Melebihi
Permeable) -Baik -Buruk
batas waktu
-Hygiene -Hygiene
- penggunaan
+

Bahan Bahan Bahan


PMMA pHEMA PMMA
dan silikon →kadar → sukar
yang air tinggi ditembus
mudah O2
ditembus →mudah
oleh kotor
oksigen
O2 kornea
berkurang

Keadaan Mata

Normal Kelaianan
pada mata

23
2.5 Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam

karya tulis ilmiah ini adalah :

KARAKTERISTIK
PENGGUNAAN Normal
LENSA KONTAK :
- Jenis Lensa
Kontak yang Keadaan
Digunakan Mata
- Cara Perawatan
Kelaianan
- Lama Waktu
pada mata
Penggunaan

Variable independen

Variabel dependen

2.6 Variabel

Variabel dependen (terikat) penelitian ini adalah keadaan mata

pengguna lensa kontak, sedangkan variabel independen (bebas) adalah

karakteristik penggunaan lensa kontak yang terdiri dari jenis lensa kontak

yang digunakan, cara perawatan, dan lama waktu penggunaan dalam

sehari.

2.7 Hipotesis

H0 : Tidak ada hubungan karakteristik penggunaan lensa kontak dengan

keadaan mata masyarakat.

H1 : Ada hubungan karakteristik penggunaan lensa kontak dengan

keadaan mata masyarakat.

24
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan desain

penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional yaitu semua

variabel penelitian diukur pada waktu satu kali penelitian saja.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Muslim

Indonesia dan beberapa optik di Makassar. Penelitian ini dilaksanakan

pada bulan Juli 2019.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa angkatan

2016, 2017, dan 2018 Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

dan beberapa pelanggan optik yang telah dan sedang menggunakan

lensa kontak.

3.3.2 Sampel Penelitian

a. Sampel

Sampel pada penelitian ini ditentukan sesuai dengan rumus

Lemeshow untuk penelitian deskriptif dengan pendekatan cross

sectional dengan rumus :

25
z2pq

N=

L2

Keterangan :

N = jumlah sampel minimal yang diperlukan

z = 1, 96

p = proporsi pengguna lensa kontak

q=1–p

L = limit dari error atau presisi absolut

Dengan proporsi pengguna lensa kontak 6%, limit dari error

ditetapkan 0,04, maka jumlah sampel yang dibutuhkan sebesar :

1,962 x 0,06 x 0.94


N=
0,042

3,8416 x 0,06 x 0,94


=
0,0016

0,21666624
=
0,0016

= 135,4164

= 135

Jadi sampel penelitian yang akan digunakan adalah 135 sampel.

b. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dapat dilakukan

dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu terdapat

26
kriteria-kriteria yang dibuat berdasarkan tujuan-tujuan tertentu, guna

mengejar waktu yang tersedia dan mencapai jumlah sampel yang

ditetapkan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer. Data

diperoleh dengan cara pembagian kuesioner pada mahasiswa fakultas

kedokteran Universitas Muslim Indonesia dan pelanggan beberapa optik

yang menggunakan lensa kontak.

Dalam penelitian ini dilakukan tahapan sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

a. Memilih populasi

b. Menentukan jumlah sampel

c. Menentukan waktu pengambilan data

2. Tahap Pelaksanaan

a. Pengambilan data

b. Mengolah data yang diperoleh

c. Menyajikan hasil penelitian

3. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program

Microsoft Excel 2010 dan SPSS versi 21.0. Data yang telah diolah

kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan dijelaskan dalam bentuk

narasi (uraian) untuk memperjelas hubungan antara variabel

dependen dan independen.

27
3.5 Kriteria Sampel

Adapun kriteria sampel inklusi dan eksklusi, yaitu :

a. Kriteria Inklusi

1. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

angkatan 2016, 2017, 2018 dan pelanggan beberapa optik yang

pernah dan sedang menggunakan lensa kontak.

2. Bersedia untuk menjadi responden dan mengisi lembar

persetujuan secara lengkap.

b. Kriteria Eksklusi

1. Responden yang mengisi data kuesioner secara tidak lengkap.

3.6 Definisi Operasional Variabel dan Kriteria Objektif

Definisi operasional sangat dibutuhkan untuk membatasi ruang atau

pengertian variabel-variabel penelitian dan akan memudahkan untuk

mengukurnya. Definisi operasional variabel adalah rumusan pengertian

variable-variabel yang diamati, diteliti, dan diberi batasan.

1. Jenis Lensa Kontak

Jenis lensa kontak yang dimaksud berdasarkan bahan lensa kontak

yang digunakan.

Kriteria objektif :

a. Rigid Gas Permeable

b. Soft lens

c. Hard lens

28
2. Tujuan Penggunaan Lensa Kontak

Tujuan penggunaan lensa kontak yang dimaksud adalah

latarbelakang penggunaan lensa kontak.

Kriteria objektif :

a. Optikal

b. Terapeutik

c. Kosmetik

3. Lama Penggunaan Lensa Kontak

Lama penggunaan lensa kontak yang dimaksud adalah waktu yang

digunakan dari awal penggunaan lensa kontak hingga lensa kontak

dilepaskan. Kriteria objektif sesuai dengan sebuah jurnal yang berjudul

“The use of contact lenses among university students in Chengdu :

Knowledge and practice of contact lens wearers”

Kriteria objektif :

a. Kurang dari 6 jam

b. 6-12 jam

c. 13-16 jam

d. > 16 jam

4. Hygiene

Hygiene yang dimaksud adalah perawatan kebersihan lensa kontak

yang digunakan.

Kriteria objektif :

a. Mencuci tangan sebelum melepaskan lensa kontak

29
b. Berhati-hati saat melepaskan lensa kontak

c. Membersihkan lensa kontak

5. Komplikasi Lensa Kontak

Komplikasi lensa kontak yang dimaksud adalah kelainan yang

dirasakan akibat penggunaan lensa kontak.

Kriteria objektif :

a. Mata merah saat menggunakan atau setelah menggunakan lensa

kontak

b. Dry eye

c. Nyeri

d. Rasa terbakar atau rasa gatal

e. Penglihatan kabur

f. Bengkak

g. Pengeluaran air mata atau kotoran mata berlebihan

h. Photophobia

30
3.7 Alur Penelitian

Identifikasi masalah : Latar belakang masalah →


Definisi operasional → Membuat rencana
penelitian

Pengumpulan data : Data primer (membagikan


kuesioner kepada pengguna lensa kontak)

Mengolah hasil data

Hasil penelitian

Kesimpulan dari hasil penelitian

31
3.8 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu memperoleh persetujuan

dari institusi dan lembaga penelitian. Setelah memperoleh persetujuan,

maka peneliti melakukan penelitian dengan memperhatikan masalah etika

dalam penelitian yang meliputi :

1. Informed consent

Lembar persetujuan ini akan diberikan kepada responden yang akan

diteliti bila responden menolak atau tidak bersedia maka peneliti tidak

memaksa tetapi menghormati hak-hak responden.

2. Anatomity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden pada kuesioner tapi hanya

menuliskan kode pada lembar tersebut.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Semua informasi yang dikumpul dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

riset.

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Boyd, K., 2016, Contact Lenses for Vision Correction, American

Academy of Opthalmology

2. Wahyuni, I., 2007, Fitting Lensa Kontak Rigid Gas Permeable (RGP),

Jurnal Oftalmologi Indonesia, vol.5, hal. 194

3. Vaughan, A., 2009, Oftalmologi Umum (Vaughan and Asbury’s

General Opthalmology), edisi 17, Buku Kedokteran EGC: Jakarta, hal.

1, 15-19, 145-146

4. Wackarie, Paulus Rockiy., 2014, Perbandingan Produksi Air Mata

pada Pengguna Lensa Kontak dengan yang Tidak Menggunakan

Lensa Kontak, Universitas Sam Ratulangi, hal. 2

5. S. Nell, Richard., 2011, Anatomi Klinis berdasarkan Sistem, EGC :

Jakarta, hal. 612-615, 621-625

6. Beljan, dkk, 2013, Complications Caused by Contact Lens Wearing,

hal. 179

7. American Optometric Association, 2010, Care of the Contact Lens

Patient, 2th edition, Healthy People 2010 Vision, hal.3

8. Jurnal Universitas Muhammadiyah Semarang, hal. 8-11

9. Mannis, dkk, 2004, Contact Lenses in Opthalmic Practice. Springer-

Verlag New York Berlin Heidelberg: New York, hal. 1-2, 7-9, 13-14

10. Sitompul, R., 2015, Perawatan Lensa Kontak untuk Mencegah

Komplikasi dalam: Perawatan Lensa Kontak, vol. 3, no. 1.

33
Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo, hal. 82-85

11. J.R. Cope, S.A., Collier, M.M., Rao, R., Chalmers, G.L., Mitchell, K.

Richdale, et al., 2014, Contact Lens Wearer Demoghraphics and Risk

Behavior for Contact-Lens Related Eye Infections-United States. Morb

Mortal Wkly Rep 64, United States (32)(2015), hal. 856-870

12. Zhu, Qiurong, dkk., 2018, The Use of Contact Lenses Among

University Students in Chengdu: Knowledge and Practice of Contact

Lens Wearers. The Department of Optometry and Visual Science,

West China Hospital, Sichuan University, People’s Republic of China,

Elsevier, hal. 229

13. Ehlers, William, dkk. Contact Lens-Related Complications dalam:

Cornea and Ocular Surface Diseases, Copyright 2018, Elsevier, hal.

280-282

14. Asbell, Penny A, dkk, Complications of Contact Lens Wear dalam:

Diseases of The Cornea, Copyright 2018, Elsevier, hal. 1163-1165,

1169-1170

15. White, Paul F, dkk, Contact Lenses in: Optic and Refraction, Copyright

2018, Elsevier, hal. 55

34

Anda mungkin juga menyukai