TESIS
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai
Derajat Sarjana Strata-2
Program S2 Ilmu Farmasi
Minat Manajemen Farmasi
Oleh:
Tri Wulandari
SBF161640357
ALLAH SWT atas Ilmu dan RahmatNYA yang tak pernah putus
Rosulullah Muhammad Teladan Umat Islam
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... xi
ABSTRAK ................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah.......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian.............................................................................. 5
D. Kegunaan Penelitian......................................................................... 5
E. Keaslian Penelitian............................................................................ 6
A. Hipertensi.......................................................................................... 8
C. Farmakoekonomi ............................................................................. 20
24
d. Cost Effectiveness analysis (CEA) ................................
27
e. Cost Consequence Analysis (CCA) ...............................
D. Landasan teori................................................................................... 27
F. Keterangan Empiris........................................................................... 30
A. Rancangan penelitian........................................................................ 31
B. Lokasi penelitian............................................................................... 31
1. Bahan .......................................................................................... 33
2. Alat ............................................................................................. 34
3. Efektivitas Terapi........................................................................ 44
A. Kesimpulan ...................................................................................... 56
B. Saran ................................................................................................. 56
BAB VI. RINGKASAN ............................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 68
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Halaman
Tabel 7. Pola terapi pasien hipertensi di Poliklinik rawat jalan rumah sakit
Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2017……………………………... 43
Tabel 10. Gambaran total biaya terapi pada pasien hipertensi di Poliklinik
rawat jalan rumah sakit Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2017…… 47
Tabel 12. Gambaran efektivitas biaya total per kombinasi obat dari
masing-masing golongan pada pasien hipertensi di Poliklinik
rawat jalan rumah sakit Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2017…… 50
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 5. Data statistik biaya terapi per kombinasi obat dari masing-
masing golongan .................................................................. 86
BB : Beta Bloker
RS : Rumah Sakit
TD : Tekanan Darah
Kata kunci : hipertensi stage 2, efektivitas terapi, biaya terapi, kombinasi dua obat
antihipertensi
ABSTRACT
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
maupun seluruh Dunia. Peningkatan tekanan darah dalam jangka waktu lama
dapat merusak pembuluh darah di ginjal, jantung, serta otak. Ditambah dengan
(Tedjasukmana, 2012).
Peningkatan angka kejadian hipertensi yang luar biasa dimulai dari hasil
penelitian pada tahun 2000, lebih dari 25% populasi dunia merupakan penderita
termasuk Indonesia. Bila tidak dilakukan upaya yang tepat, jumlah ini akan terus
meningkat, dan pada tahun 2025 diprediksi meningkat menjadi 29% populasi
hipertensi membutuhkan waktu yang lama bahkan seumur hidup. Bila penanganan
atau pemilihan obat tidak tepat maka dapat menyebabkan komplikasi (Rahajeng,
antihipertensi kombinasi apabila dalam satu bulan terapi tidak terjadi penurunan
darah, maka kontrol tekanan darah sangat penting. Target tekanan darah yang
harus dicapai berdasarkan The eight Joint National Committee (JNC 8), pada
pasien ≥ 60 tahun adalah < 150/90 mm Hg, untuk pasien < 60 tahun adalah <
dengan modifikasi pola hidup, apabila hal tersebut tidak mendapatkan hasil yang
baik maka dilanjutkan terapi selanjutnya yaitu pemberian obat tunggal atau
kombinasi beberapa obat. Pemberian terapi hipertensi yang terpenting dan harus
selalu dijadikan pedoman adalah kontrol tekanan darah, sehingga pemilihan obat
pada awal terapi harus fokus pada penurunan tekanan darah. Apabila diketahui
monoterapi tidak bisa mengontrol tekanan darah maka segera dipilih kombinasi
menyeluruh baik tentang jenis obat, mekanisme kerja maupun efek samping yang
akan ditimbulkan pada pasien dengan penyakit penyerta maupun tanpa penyerta.
Hipertensi berat (hipertensi stage 2) baik tanpa penyerta maupun dengan penyakit
organ yang lebih parah, untuk itu diperlukan pemilihan kelompok kombinasi dua
penelitian ini dipilih kombinasi dua obat antihipertensi karena, sebagian besar
tekanan darahnya. Selain itu dengan kombinasi dua obat antihipertensi yang tepat
dapat mencegah timbulnya penyakit penyerta serta memerlukan biaya yang relatif
berdasar kondisi spesifik dari pasien yang dihadapi. Tujuan terapi farmakologi
adalah target tekanan darah tercapai sehingga dapat mencegah komplikasi atau
National Committe) JNC 8 adalah diuretik thiazide, beta blocker (BB), Calcium
disarankan pemakaian ACE inhibitor dengan ARB, atau bisa dipilih salah satu
inhibitor atau ARB dengan CCB banyak digunakan karena masing masing obat
memiliki mekanisme kerja yang berbeda dan saling mengkomplemen aktivitas
antihipertensi satu sama lain (Wu et al, 2013). Karena respon terhadap berbagai
lebih baik dari pasien lainnya sehingga pemilihan kombinasi obat sangat penting
untuk terapi ini. Hal tersebut termasuk yang mendasari begitu banyak pemilihan
rekomendasi pengobatan yang terbaik dan biaya yang paling efektif untuk
perawatan kesehatan, karena hasil yang dihitung merupakan nilai yang tidak dapat
diukur dalam bentuk uang, seperti pada kasus analisis efektivitas terapi hipertensi
biaya yang minimal dalam memberikan pilihan terapi, maka perlu dilakukan
evaluasi pola penggunaan kombinasi dua obat antihipertensi. Dengan tujuan untuk
mengetahui efektivitasnya baik dari sisi efek farmakologi maupun dari sisi
data penelitian.
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
3. Bagi Penulis berguna Sebagai aplikasi dari ilmu yang telah didapatkan di
4. Bagi Pihak lain sebagai bahan masukkan dalam pemilihan terapi penyakit
E. Keaslian Penelitian
kombinasi dua obat pada pasien hipertensi rawat jalan di RS Dr. Moewardi
Surakarta Periode Tahun 2017 belum pernah dilakukan. Penelitian sejenis yang
1. Julianti (2011), Analisis Biaya dan Efektivitas terapi hipertensi pada Pasien
penulis juga pada pasien rawat jalan sedangkan penelitian tersebut pada
digunakan namun pada penelitian ini dilihat gambaran pemakaian kombinasi dua
obat antihipertensi dan melihat berapakah biaya serta efektivitas terapi kombinasi
dua obat antihipertensi, perbedaan juga pada lokasi dan waktu penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau dikenal juga dengan tekanan darah tinggi adalah kondisi
tercipta karena kekuatan darah mendorong dinding pembuluh darah (arteri) karena
dipompa oleh jantung, sehingga semakin tinggi tekanannya maka semakin keras
sebagai tekanan darah 120 mmHg saat jantung berdetak (sistolik) dan tekanan
darah 80 mmHg saat jantung reda (diastolik). Bila tekanan darah sistolik sama
dengan atau di atas 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik sama dengan
atau di atas 90 mmHg tekanan darah dianggap tinggi (WHO, 2015). Klasifikasi
Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa umur ≥18 tahun menurut JNC VIII
Klasifikasi Sistolik Diastolik Grade
(mmHg) (mmHg)
Normal < 120 < 80
>60 tahun >150 >90 A
<60 tahun >140 >90 A(30-59 tahun)
E(18-29 tahun)
>18 tahun (dengan CKD dan DM) ≥160 ≥ 90 E
(Dosh, 2001).
organ yaitu jantung, pembuluh darah otak, pembuluh darah perifer, ginjal dan
2. Diagnosa Hipertensi
pengukuran, kecuali bila Tekanan Darah Diastolik (TDD) ≥120 mmHg dan atau
terapi antihipertensi adalah urinalysis, kadar gula darah dan hematokrit; kalium,
kreatinin, dan kalsium serum; profil lemak (setelah puasa 9 – 12 jam) termasuk
(Chobanian, 2003).
Makin tinggi TD, makin besar resiko untuk mengalami komplikasi. Ada 2
hipertensif, hipertropi ventrikel kiri, gagal jantung kongesif, gagal ginjal, dan
pupil).
yang disebabkan tidak hanya oleh hipertensi sendiri tetapi juga oleh faktor
penyakit dahulu dan penyakit keluarga, pemeriksaan fisik, tes laboratorium rutin,
3. Penatalaksanaan Hipertensi
pasien akan merespon berbeda sehingga pemilihan obat tunggal jarang bisa
mengontrol tekanan darah oleh karena itu diperlukan terapi kombinasi beberapa
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk mencegah
tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan
Modifikasi gaya hidup yang penting untuk menurunkan tekanan darah adalah
dengan mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk;
kaya akan kalium dan kalsium, diet rendah natrium, aktifitas fisik, dan tidak
pasien dari menggunakan obat. Perubahan gaya hidup juga penting untuk
Modifikasi gaya hidup dapat dilihat pada tabel 2 (Henry, 2001; Kandarini, 2016).
hipertensi stage 1 tanpa faktor resiko, belum mencapai tekanan darah dengan
Angiotensin II Receptor Bloker (ARB), dan Calcium Chanel Bloker (CCB) satu
macam atau dikombinasi. Jika target tekanan darah tidak tercapai dalam satu
bulan perawatan, tingkatkan dosis awal atau tambahkan obat kedua dari salah satu
kelas Diuretik thiazide,CCB, ACEI atau ARB. Jika target tekanan darah tetap
tidak tercapai dengan kombinasi dua obat, tambahkan dan titrasi obat ke tiga dari
kelas yang ada, tapi tidak dianjurkan penggunaan ACEI dan ARB bersama-sama
pada satu pasien. Jika target tekanan darah tetap tidak tercapai dengan tiga obat,
maka obat antihipertensi dari kelas lain seperti Beta bloker, atau aldosteron
Penderita dengan fungsi ginjal yang kurang baik dengan laju filtrasi glomerulus
diatas 30ml/menit, thiazide merupakan agen diuretik yang paling efektif untuk
hiperkalemia terutama pada penyakit ginjal kronis atau diabetes, pada penderita
yang diberikan ACE inhibitor, ARB, atau suplemen kalsium yang bersamaan.
2008).
arteri). Dosis awal inhibitor ACE sebaiknya dosis rendah kemudian ditambahkan
perlahan. hipotensi akut dapat terjadi pada onset terapi inhibitor ACE terutama
pada penderita yang kekurangan natrium atau volume , gagal jantung, orang lanjut
usia, penggunaan bersama dengan vasodilator atau dengan diuretik. Efek samping
yang dapat ditimbulkan dari penggunaan ACE inhibitor adalah batuk kering yang
terus menerus, hal tersebut disebabkan kerusakan dari bradikinin. Efek samping
pada ginjal yaitu peningkatan serum kreatinin, peningkatan BUN, pada pasien
dengan bilateral renal arteri stenosis atau hipovolemia maka akan memperburuk
Aldosteron System) yang melibatkan ACE dan jalan alternatif yang menggunakan
enzim lain seperti chymases. ACE hanya menghambat efek angiotensinogen yang
dihasilkan oleh jalur yang baik. ACE hanya menghambat sebagian dari efek
antidiuretik dan konstriksi arteriol efferen dari glomerulus). ARB memiliki efek
samping yang lebih rendah dari antihipertensi lain. Batuk jarang terjadi. Sama
ARB tidak dapat digunakan pada ibu hamil. Contoh sediaannya adalah valsartan
inotropik jantung dan inhibisi pelepasan renin dari ginjal. Contoh sediaannya
relaksasi jantung dan otot polos dengan menghambat saluran kalsium yang
inotropik negatif yang dapat memicu gagal jantung pada penderita lemah jantung
yang parah. Diltiazem menurunkan denyut jantung dalam level yang lebih rendah
dan durasi pada angina yang berhubungan dengan hipotensi. Efek samping dari
nifedipine adalah sakit kepala, kemerahan, pusing, berubah mood, dan keluhan
vagal. Clonidine menurunkan denyut jantung dan curah jantung lebih besar
berbagai uji klinis tentang penggunaan kelas obat pada hipertensi dengan penyakit
tekanan darah pada fase awal pengobatan hipertensi, terapi kombinasi terbukti
tekanan darah sistolik berarti terjadi dua kali peningkatan resiko penyakit
dihindari. Oleh karena itu terapi kombinasi dapat dinilai lebih efektif dibanding
kombinasi yang dapat dipakai dalam terapi hipertensi pilhan pertama, diantaranya
adalah kombinasi Diuretik thiazide, ACE inhibitor, ARB atau CCB. Dan tidak
terapi kombinasi, salah satu obatnya diuretik thiazide dengan dikombinasi ACE
inhibitor yang merupakan antihipertensi yang efektif untuk hipertensi tahap 2 dan
efek samping yang ditimbulkan dapat ditoleransi dengan baik. Efek samping
penggunaan ACE inhibitor antara lain sakit kepala, takikardi ( peningkatan denyut
duduk atau tidur, nyeri dada, batuk kering, hiperkalemia, angiodema, neutropenia,
dan pankreatitis. ACE inhibitor dapat digunakan sebagai obat tunggal maupun
mekanisme yang saling melengkapi dapat menurunkan tekanan darah dengan efek
yang bisa mengontrol tekanan darah secara optimal. Terapi kombinasi juga efektif
menurunkan tekanan darah sistolik pada pasien lanjut usia dan pasien dengan
berbagai resiko. Keuntungan lainnya kombinasi obat biaya terapinya lebih rendah
dianjurkan karena mempunyai efek yang aditif, mempunyai cara kerja yang saling
mengisi pada organ target tertentu, mempunyai efek sinergisme, menurunkan efek
disarankan adalah diuretik thiazide dengan CCB, ARB, atau ACEI. ARB efektif
dengan ARB, diuretik thiazide, atau ACEI. ACEI efektif dikombinasikan dengan
(Mancia, 2013).
Tentukan batas tekanan darah yang diindikasi berdasarkan umur, diabetes, CKD
TD sesuai target ?
Ya
TD sesuai target ? Ya
Jika tidak: kembali tekankan modifikasi gaya hidup dan pengobatan. Tambahkan
obat dari kelas baru ( misalnya Beta bloker, agonis aldosteron/yang lainnya) dan
atau rujuk ke spesialis hipertensi
Lanjutkan pengobatan
Tidak TD sesuai target ? Ya dan kontrol
membandingkan biaya resiko dan manfaat dari program pelayanan atau terapi dan
2013). Dewasa ini, farmakoekonomi telah tumbuh menjadi salah satu metode
yang berbeda untuk kondisi yang berbeda. Adapun prinsip farmakoekonomi yaitu
dan outcome dari alternatif intervensi, menilai biaya dan efektifitas, dan yang
pemerintah dengan dana terbatas dimana hal yang terpenting adalah bagaimana
memberikan obat yang efektif dengan dana yang tersedia. Pengalokasian sumber
dana yang tersedia secara efisien, kebutuhan pasien, profesi pada pelayanan
kesehatan (dokter, farmasis, perawat) dan administrasi tidak sama dimana dari
sudut pandang pasien adalah biaya yang seminimal mungkin (Vogenberg, 2001).
1. Analisis Biaya
uang, yang telah terjadi atau yang mungkin akan terjadi untuk tujuan tertentu
(Mulyadi, 2005). Sedangakan total biaya suatu intervensi adalah biaya yang
berdasarkan nilai uang. Alternatif intervensi yang dipilih dalam analisis adalah
Tujuan melakukan analisis biaya berbasis data riil dilapangan adalah untuk
mengalokasikan dana menjadi biaya yang dapat diukur. Penggunaan data biaya
yang bervariasi pada pusat biaya akan bermanfaat untuk analisa dan pengambilan
pencapaian program (Sukiro, 2000). Pada analisis biaya dengan perspektif Rumah
Sakit yang dihitung hanya biaya langsung (Phillips, 2001; Vogenberg, 2001).
Direct cost, Indirect cost, Intangible cost (Strom dan Kimmel, 2006).
a. Direct cost. Biaya medik langsung (direct medical cost) adalah biaya terkait
diresepkan, dan lama perawatan. Kategori biaya langsung medis antara lain
pengobatan, pelayanan untuk mengobati efek samping, pelayanan pencegahan
dan pengobatan.
b. Indirect cost. Biaya produktivitas tidak berasal dari transaksi barang atau jasa.
c. Intangible cost. Biaya tak terduga yaitu biaya yang tidak teraba seperti nyeri,
khawatir atau kesukaran pasien maupun keluarganya. Hal ini juga merupakan
Metode ini membandingkan biaya total penggunaan dua atau lebih obat
yang efikasi dan efek sampingnya sama (ekivalen). Karena obat-obat yang
Kelebihan dari metode CMA juga merupakan kekurangan karena CMA tidak bisa
digunakan jika outcome dari intervensi tidak sama. Contoh CMA yang sering
tetapi diproduksi dan dijual oleh perusahaan yang berbeda), hanya perbedaan
biaya obat yang digunakan untuk memilih salah satu nilainya yang paling baik
(Andayani, 2013).
CBA merupakan metode analysis yang khusus karena tidak hanya biaya
yang diukur dengan moneter, tetapi juga benefit. Mengukur baik biaya maupun
benefit dalam mata uang mempunyai dua kelebihan utama, yaitu pertama, klinisi
program atau intervensi lebih tinggi dari biaya yang diperlukan untuk
sama sekali tidak berhubungan (Andayani, 2013). CBA merupakan tipe analisis
yang mengukur biaya dan manfaat suatu intervensi dengan beberapa ukuran
pelayanan kesehatan. Metode ini dianggap bagian dari CEA, karena outcomenya
dinilai menggunakan tipe ukuran outcome klinik yang khusus, yaitu quality-
adjusted life year (QALY). Utility adalah nilai pada tingkat status kesehatan atau
perbaikan status kesehatan yang diukur dengan apa yang lebih disukai individu
atau masyarakat. CUA menggunakan pilihan pasien, yang disebut juga utility
yang paling umum diterapkan dalam literatur ekonomi kesehatan (Bootman et al,.
2005). CEA membandingkan terapi yang hasilnya dapat diukur dalam unit natural
yang sama dan pengukuran biaya dalam nilai uang. CEA tidak untuk
obyektif dan terukur seperti jumlah kasus yang diobati, penurunan tekanan darah
Analisis efektivitas dan biaya adalah tipe analisis yang mengukur biaya
dalam rupiah dan keluaran dalam unit kesehatan natural yang menunjukkan
perbaikan. Cost effectiveness analysis (CEA) adalah bentuk analisis ekonomi yang
paling umum diaplikasikan dalam literature ekonomi kesehatan dan kadang kala
Ukuran outcome pada metode ini biasanya merupakan istilah kesehatan, seperti
menetapkan perspektif dari sumber daya yang digunakan. Setelah itu dilakukan
model terapi, identifikasi alternatif dan memilih pembanding yang sesuai, lalu
menetapkan perspektif dari sumber daya yang digunakan, setelah identifikasi baru
menggambarkan hubungan antara input dan output melalui teknik modelling dan
penyajian hasil dengan perhitungan Average cost effectiveness ratio (ACER) dan
dengan mengukur total biaya terapi degan tekanan darah yang dicapai. Tujuan
yang diharapkan adalah berupa tekanan darah yang diharapkan. Terdapat dua cara
biaya yang dikeluarkan untuk kombinasi dua obat dari golongan yang berbeda
dengan biaya yang dikeluarkan. Jika hasilnya sama, maka dicari kombinasi dua
bervariasi, maka dapat dilihat tekanan darah yang mencapai target pada mayoritas
Hasil dari CEA digambarkan sebagai rasio, baik dengan average cost-
(ICER). ACER menggambarkan total biaya dari suatu program atau alternatif
dibagi dengan outcome klinik, dipresentasikan sebagai berapa rupiah per outcome
lebih rendah untuk setiap outcome yang diperoleh. Alternatif yang paling cost
effective tidak selalu alternatif yang paling murah untuk mendapatkan tujuan
terapi yang spesifik. Dalam hal ini cost-effectiveness bukan biaya yang paling
terpisah dari biaya (ekonomi outcome). CCA atau disebut analisis biaya
konsekuensi menyajikan biaya dan konsekuensi dalam metode terpisah dan tidak
digabungkan dengan biaya. CCA sebanding dengan CEA dalam hasil, dimana
yang dihitung adalah satuan efek alami yaitu penurunan tekanan darah ( Trisna,
2016). CCA merupakan tipe analisis untuk mengukur biaya apabila yang disajikan
hanya daftar biaya dan daftar beberapa outcome tanpa dilakukan perhitungan dan
D. Landasan Teori
Salah satu alasan mengapa hipertensi atau tekanan darah tinggi perlu
dalam jangka waktu lama akan merusak endotel arteri dan mempercepat
seperti jantung, mata, ginjal, otak dan pembuluh darah besar. Hipertensi adalah
koroner (infark miocard, angina) dan gagal ginjal. Bila gagal ginjal memiliki
efek yang aditif, mempunyai cara kerja yang saling mengisi pada organ target
obat, sifat saling mengisi dan adanya fixed-dose combination yang akan
thiazide dengan CCB, ARB, atau ACEI. ARB efektif dikombinasi dengan diuretik
atau ACEI. ACEI efektif dikombinasikan dengan diuretik thiazide, CCB, dan
>20/10 mmHg di atas target dan tidak terkontrol dengan monoterapi. Secara
fisiologis konsep kombinasi 2 obat (dual therapy) cukup logis, karena respon
terhadap obat tunggal sering dibatasi oleh mekanisme counter aktivasi. Sebagai
contoh kehilangan air dan sodium oleh thiazide akan dikompensasi oleh Renin
thiazide dalam menurunkan tensi. Kombinasi 2 golongan obat dosis rendah yang
ACE inhibitor atau ARB dengan CCB dan atau Diuretik Thiazid. Pilihan obat
kombinasi untuk antihipertensi dipastikan sesuai yaitu dari proses fisiologis dalam
pengaturan tekanan darah dan penempatan dari klas utama obat antihipertensi
kombinasi diuretik + ARB dan sebaliknya pada sisi yang sama dapat dipakai
terapi obat yang paling banyak dikombinasikan yaitu ACE inhibitor dan diuretik.
ACE inhibitor memiliki efektivitas yang sama dengan golongan lain, dan aman
ACE inhibitor atau ARB dengan CCB. Kombinasi ini efektif karena masing-
masing obat memiliki mekanisme kerja yang berbeda dan saling mengkomplemen
aktivitas antihipertensi satu sama lain. Edema perifer akibat penggunaan CCB
dapat dicegah oleh ARB yang dapat meningkatkan vasodilatasi baik arteri
maupun vena. Sedangkan kombinasi ACE inhibitor dan CCB terbukti mengurangi
Hipertensi
Tanpa
Hipertensi
Hipertensistage
stage2 2 Komorbid
tanpa komorbid
Antihipertensi
Kombinasi dua obat
1. Kepatuhan
2. Modifikasi
gaya hidup
F. Keterangan Empiris
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
dengan kombinasi dua obat antihipertensi. Perspektif analisis adalah dari rumah
sakit, pengambilan data dilakukan secara retrospektif yang diambil dari data
rekam medis pasien poliklinik rawat jalan, data biaya obat dari instalasi farmasi
dan data biaya pendaftaran dan pemeriksaan (administrasi) dari bagian keuangan
B. Lokasi Penelitian
Poliklinik rawat jalan bagian Perekaman Medis (Rekam Medis), Instalasi Farmasi,
Januari sampai Desember 2017. Penelitian dimulai bulan Januari sampai dengan
Juni 2018.
dalam kriteria inklusi langsung diambil sebagai sampel pada penelitian ini.
1. Kriteria Inklusi
b. Pasien Rawat jalan yang pertama kali mendapatkan terapi kombinasi dua
2. Kriteria Eksklusi
a. Pasien hipertensi stage 2 yang data rekam medisnya tidak lengkap dan
D. Variabel Penelitian
2.1. Intervensi terapi. Intervensi terapi adalah jenis terapi obat untuk
hipertensi. Jenis obat Hipertensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
pasien yang tekanan darahnya mencapai target setelah dilakukan terapi kombinasi
dua obat antihipertensi Target tekanan darah pasien hipertensi umur <60 tahun
140/90 mm Hg, dan umur >60 tahun 150/90 mm Hg, selama pengobatan teratur
yaitu 3 bulan.
2.3. Rata-rata Biaya Total. Rata-rata biaya total terapi adalah rata-rata
total biaya meliputi biaya obat antihipertensi, dan biaya administrasi (pendaftaran
dan pemeriksaan).
diperlukan untuk obat kombinasi yang dipakai sebagai terapi pengobatan selama
satu bulan.
Surakarta.
1. Bahan
Surakarta. Pada lembar formulir pengumpulan data meliputi nomor rekam medis,
identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin), diagnosa, tekanan darah selama
pemeriksaan 3bulan , hasil laboratorium, obat yang diberikan (jenis, dosis, cara
pemberian, aturan minum). Data rincian harga obat dari instalasi farmasi dan data
2. Alat
sesuai dengan penelitian, alat tulis untuk mencatata dan alat hitung.
F. Jalannya Penelitian
1. Tahap Persiapan
pengambilan data
2. Tahap Pelaksanaan
data dengan mencari rekam medik pasien hipertensi stage 2 dengan terapi
pemeriksaan, yang diperoleh dari lembar indeks penyakit dalam dari unit rekam
yang dibutuhkan dalam penelitian. Data yang dikumpulkan dari rekam medik
meliputi nomor rekam medik, nama pasien, umur, jenis kelamin, tekanan darah
kombinasi yang digunakan, dosis obat, dan frekuensi pemberian. Sedangkan data
Data yang didapatkan dari rekam medik dianalisa dengan spss, agar
G. Analisis Hasil
dengan membandingkan subyek pria dan wanita yang memenuhi syarat inklusi
berdasarkan JNC VIII, umur 18-29 tahun, umur 30-59 tahun, dan umur diatas 60
tahun. Tiap kelompok umur dihitung persentase jumlah pasien pada tiap
kelompok terapi.
1.3. Persentase tekanan darah waktu awal pemeriksaan. Tekanan
darah yang diukur dibagi atas dua yaitu tekanan darah sistolik (TDS) dan tekanan
darah diastolik (TDD). Target nilai tekanan darah yang di rekomendasikan dalam
JNC VIII untuk pasien umur > 60 tahun tekanan darah ≤150/90 mmHg dan untuk
umur < 60 tahun adalah ≤ 140/90 mm Hg. Tiap kelompok TDS dan TDD waktu
Biaya terapi adalah biaya untuk obat antihipertensi, biaya pendaftaran dan
darahnya mencapai target pada waktu tiga bulan. Target tekanan darah bagi pasien
umur > 60 tahun tekanan darah ≤150/90 mmHg dan untuk umur < 60 tahun
target, dihitung dari jumlah pasien yang tekanan darahnya mencapai target
dan tingkat kepercayaan 95%. Uji yang dilakukan berdasarkan data yang akan
dianalisis, yaitu untuk mengetahui signifikansi efektivitas dilakukan uji chi square
dan untuk perbedaan biaya dalam terapi dengan uji t-test dan anova. Pemilihan uji
diatas apabila data yang dihasilkan terdistribusi normal, namun bila tidak
Hasil penelitian dari data rekam medis pasien hipertensi di Poliklinik rawat
jalan Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta dari bulan Januari sampai dengan
Desember 2017 didapatkan 312 data rekam medis pasien hipertensi stage 2 yang
lebih dari dua macam obat dan obat tunggal, pasien yang tidak melakukan
lebih banyak pasien perempuan daripada laki-laki dengan persentase 52,44% dan
pasien laki-laki 47,56%. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya
dimana pasien hipertensi banyak terjadi pada pasien perempuan (Juliantini, 2011 ;
kejadian hipertensi lebih tinggi pada perempuan sebagai akibat dari perubahan
hormon setelah menikah yang tepatnya terjadi setelah masa kehamilan dan
darah dapat meningkat. Tingginya hipertensi pada pasien laki-laki dapat terjadi
salah satu faktor penyebabnya adalah gaya hidup contohnya adalah, pekerjaan
Situmorang (2015) dimana ada hubungan pengaruh antara kebiasaan merokok dan
Tabel 5. Karakteristik pasien hipertensi berdasarkan jenis kelamin, umur, dan tekanan
darah pada awal pemeriksaan.
seiring bertambahnya umur. Berdasarkan tabel 5 pada umur 18-29 tahun tidak ada
pasien dengan hipertensi stage 2, pada kelompok umur ini jarang terjadi hipertensi
dikarenakan masa pertumbuhan dimana organ tubuh masih berfungsi secara baik.
Pada kelompok umur ini akibat pola hidup yang tidak sehat juga belum muncul.
Pada kelompok umur 30-59 tahun terdapat 48,78%, dan pada kelompok umur >
dengan bertambahnya umur, hal ini merupakan akibat dari pengapuran dinding
menjadi tinggi diumur > 60 tahun. Sejalan dengan pernyataan diatas prevalensi
hipertensi lebih tinggi pada kelompok lanjut usia juga disampaikan oleh Muhadi
(2016). Penelitian lain yang sejalan adalah penelitian Marlina (2013) yang
namun pada tahap hipertensi mula atau hipertensi stage 1. Hipertensi diusia muda
disebabkan oleh gaya hidup yang tidak baik seperti makan makanan cepat saji
dengan kandungan gula dan garam yang tinggi, serta kebiasaan merokok. Berbeda
dengan hipertensi yang terjadi pada umur diatas 60 tahun yang kebanyakan adalah
kelenturannya dan menjadi kaku sehingga darah dipaksa melewati pembuluh yang
apakah terapi yang digunakan dapat menurunkan tekanan darah mencapai target.
Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan dalam tabel 5 tekanan darah sistole
(TDS) 160-180 mmHg mencapai persentase tertinggi yaitu 58,54% dan tekanan
darah diastole (TDD) 80-90 mmHg sebanyak 70,73%. Hasil tersebut sesuai
dengan klasifikasi TD menurut JNC VIII, yang termasuk kategori hipertensi stage
tejadi peningkatan 20 mmHg tekanan darah sistole berarti terjadi dua kali
B. Gambaran Terapi
obat dan non farmakologi atau tanpa obat. Menurut JNC VIII terapi non
ini gambaran yang dilihat adalah gambaran terapi farmakologi yaitu terapi
menggunakan obat. Terapi dengan obat diberikan karena modifikasi gaya hidup
sudah tidak dapat mengontrol tekanan darah, dalam hal ini pasien hipertensi
adalah kategori berat yaitu hipertensi stage 2 yang menggunakan terapi kombinasi
dua obat.
1. Gambaran Antihipertensi
dua obat antihipertensi di Poliklinik rawat jalan Rumah Sakit Dr. Moewardi
yang berbeda. Pada penelitian ini di dapatkan obat antihipertensi yang digunakan
adalah golongan CCB, jenis antihipertensinya ada paten dan generik, obat generik
adalah Amlodipine, dan obat paten adalah Adalat oros (Nifedipine), Herbesser
golongan ARB adalah candesartan dan valsartan, golongan Beta Bloker hanya
adalah 35 pasien. Hasil penelitian yang sama dimana penggunaan amlodipine dan
dan candesartan.
Tabel 7. Pola Terapi pasien hipertensi di Poliklinik rawat jalan Rumah Sakit Dr.Moewardi
Surakarta Tahun 2017.
Poliklinik rawat jalan Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta didapatkan gambaran
Pola terapi kombinasi dua obat antihipertensi untuk pasien hipertensi stage 2
seperti tersaji dalam tabel 7. Gambaran pola terapi yang ditemukan adalah
golongan ACEI, ARB, Beta Bloker, CCB, dan Diuretik sebagai obat kombinasi
sebagai kombinasi antihipertensi awal. Menurut algoritma terapi beta bloker dapat
ditambahkan pada kondisi khusus yaitu adanya komorbid (Muhadi, 2016). Namun
berdasarkan diagnosa pasien dalam data rekam medis pasien hanya tertuliskan
hipertensi stage 2 tanpa komorbid. Hal tersebut tidak dapat diketahui alasan
pastinya dikarenakan penelitian ini adalah non eksperimental sehingga tidak bisa
candesartan untuk terapi hipertensi adalah paling banyak dan paling efektif.
proses berpindahnya kalsium menuju sel otot jantung dan otot polos dari dinding
antihipertensi lainnya. Kombinasi CCB + ARB lebih efektif dari pada penggunaan
golongan CCB yang bisa diatasi oleh golongan ARB melalui efek vasodilatasi
3. Efektivitas Terapi
hipertensi untuk mencapai target tekanan darah. Target tekanan darah yang
direkomendasikan dalam JNC VIII untuk umur < 60 tahun adalah 140/90 mm Hg
mencapai target dibagi dengan jumlah pasien. Berdasarkan hasil penelitian yang
tinggi, diketahui efektivitas paling tinggi adalah kelompok golongan CCB + ARB.
Kombinasi CCB dan ARB lebih efektif dibandingkan kombinasi yang lainnya
dengan nilai persentase 86,67 %. Setelah dilakukan uji Chi Square diketahui nilai
p < 0,05 yaitu 0,00, berarti ada perbedaan yang signifikan pada efektivitas terapi
terhadap pemilihan kombinasi obat. Pada penelitian yang lain efektivitas golongan
CCB + ARB juga menunjukkan angka paling tinggi dalam mengontrol tekanan
kombinasi lain termasuk CCB + ACEI yang berada pada peringkat kedua untuk
banyak dapat disebabkan karena ARB memiliki efektivitas yang hampir sama
dengan ACEI namun tidak menimbulkan efek samping batuk. CCB menjadi
mempunyai kemampuan yang baik dalam menurukan tekanan darah dalam waktu
singkat dan efek sampingnya saling menutupi dengan pemakaian kombinasi
Tabel 9. Gambaran penurunan tekanan darah dengan penggunaan kombinasi dua obat
antihipertensi di Poliklinik rawat jalan RS. Dr.Moewardi Surakarta Tahun 2017.
itu dilakukan perhitungan penurunan tekanan darah sebagai gambaran apakah pola
terapi yang digunakan adalah tepat. Rata-rata penurunan tekanan darah dalam
penelitian ini tersaji dalam tabel 9. Berdasarkan penurunan TD dari setiap pola
terapi yang ada memiliki kemampuan menurunkan rata-rata TDS lebih dari 20
mm Hg. Berdasarkan uji paired t test untuk rata-rata penurunan tekanan darah
semua menunjukkan nilai p >0,05, yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan pada penurunan tekanan darah terhadap pola terapi. Diketahui setiap
menurunkan angka kematian akibat diabetes sebesar 15%, infark miokard 11%,
penelitian ini diketahui penurunan rata-rata TDS lebih dari 10 mm Hg yang dapat
diartikan timbulnya penyakit penyerta pada pasien hipertensi di Poliklinik rawat
4. Biaya Terapi
Biaya terapi yang termasuk dalam komponen penelitian ini adalah biaya obat
pemeriksaan, dan total biaya terapi. biaya antihipertensi diperoleh dari instalasi
farmasi, biaya administrasi diperoleh dari bagian pendapatan rumah sakit, dan
total biaya terapi merupakan penjumlahan dari biaya obat antihipertensi dengan
biaya administrasi. Biaya terapi dalam penelitian ini adalah biaya langsung yang
Tabel 10. Gambaran Total Biaya Terapi pada Pasien Hipertensi Poliklinik rawat jalan
Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2017.
jumlah obat yang dipakai oleh pasien tiap hari sesuai dengan dosis masing-masing
antihipertensi dapat dilihat pada tabel 10. Pada kombinasi golongan CCB+ACEI
menunjukkan biaya obat antihipertensi terendah yaitu Rp. 26.415,02
2017. Biaya administrasi tersebut sebesar Rp. 35.000,00 adalah biaya setiap
Total biaya rata-rata pasien hipertensi adalah total biaya yang dikeluarkan
pasien setiap bulan meliputi biaya obat antihipertensi dan biaya administrasi.
Total biaya atau biaya medik langsung dihitung dengan menjumlahkan total
biaya obat antihipertensi dengan biaya administrasi seluruh pasien dibagi dengan
jumlah seluruh pasien pada tiap kombinasi golongan terapi. Total Biaya medik
langsung dapat dilihat pada tabel 10, dimana untuk golongan CCB + ARB cukup
tinggi, karena dalam golongan tersebut terdapat jenis obat paten. Obat paten
dengan obat generik diketahui sangat berbeda untuk selisih harganya. Kelompok
golongan CCB + ACEI merupakan obat generik sehingga total biaya terapi nya
paling murah yaitu Rp. 61.415,00. Sedangkan total biaya tertinggi pada
kombinasi golongan CCB + ARB sebesar Rp. 97.616,42. Analisis statistik dimana
data terdistribusi normal maka dilakukan uji Anova diketahui nilai p < 0,05 yaitu
0,003, yang artinya ada perbedaan signifikan total biaya terhadap pemilihan
tabel 10 dapat dibahas bahwa, pola terapi yang digunakan dibandingkan dengan
efektivitas terapi dilakukan uji chi square menunjukkan nilai signifikansi <0,05
yaitu sebesar 0,00. Hal tersebut menunjukkan ada perbedaan yang signifikan
efektivitas terapi terhadap pola terapi. Total biaya dengan pola terapi yang
signifikansi < 0,05 yaitu sebesar 0,003, yang berarti ada perbedaan signifikan
untuk total biaya terapi terhadap pola terapi. Pemilihan kombinasi dua obat
antihipertensi terapi berpengaruh pada pemilihan total biaya kombinasi dua obat
antihipertensi.
Tabel 11. Gambaran Efektivitas Biaya Kombinasi Golongan Obat pada Pasien Hipertensi
Poliklinik rawat jalan Rumah Sakit Dr.Moewardi Surakarta Tahun 2017.
paling banyak digunakan serta memiliki efektivitas paling tinggi yaitu sebesar
dapat dilihat rata-rata biaya total untuk terapi adalah 97.616,42 ± 51.120,46, biaya
total dan standart deviasi memiliki rentang yang cukup besar dikarenakan dalam
golongan ini ada obat paten dan generik. Hasil penelitian ini berbeda dengan
penelitian Timur (2012) dimana kombinasi yang paling efektif adalah kombinasi
ACEI+CCB. Penelitian lain yang juga berbeda dengan penelitian ini dimana
2016).
Tabel 12. Gambaran Efektivitas Biaya Terapi Per Kombinasi Obat dari Masing-masing Golongan
pada Pasien Hipertensi Poliklinik rawat jalan Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta
Tahun 2017
Rumah Sakit Dr.Moewardi Surakarta Tahun 2017 terdapat lebih dari satu jenis
efektivitas dan biaya untuk setiap jenis obat pada kombinasi golongan terapi,
dengan tujuan melihat satu persatu kombinasi yang ada seperti dapat dilihat pada
tabel 12.
dengan penggunaan paling tinggi pertama. Ada 4 jenis kombinasi obat dalam
golongan tersebut. Dari 4 jenis kombinasi obat terdapat golongan obat generik
(amlodipine, valsartan, dan candesartan) dan paten ( Herbesser dan Adalat oros),
efektivitas tidak bisa langsung dijadikan kesimpulan. Setelah dilakukan uji Chi
square untuk golongan CCB + ARB diketahui nilai signifikansinya adalah < 0,05
yaitu 0,00. Hal tersebut berarti bahwa ada perbedaan signifikan untuk efektivitas
dengan rata-rata biaya yang di analisis dengan uji Annova diketahui nilai p <0,05
yaitu sebesar 0,048, diartikan bahwa ada perbedaan yang signifikan untuk rata-
rata total biaya terapi terhadap kelompok terapi kombinasi CCB+ARB. Perbedaan
rata-rata biaya yang besar pada kelompok CCB+ARB dipengaruhi oleh perbedaan
pengguna terbanyak kedua. Golongan ACEI yang digunakan adalah lisinopril dan
yang memiliki efektivitas 66,67%. Golongan ACEI baik lisinopril dan captopril
obat dalam kelompok terapi dengan efektivitas diketahui p < 0,05 yaitu 0,008,
yang berarti ada perbedaan yang signifikan efektivitas terhadap kelompok terapi.
Sedangkan untuk kelompok terapi dengan rata-rata total biaya dengan uji
Independent T Test nilai signifikansi 0,765 berarti tidak ada perbedaan yang
signifikan total biaya terapi terhadap kelompok terapi. rata-rata biaya pada
kedua, dimana golongan diuretik thiazide, ACEI, ARB atau CCB tidak dapat
2016; James 2014). Penambahan beta bloker berdasarkan indikasi khusus yaitu
adanya komorbid, namun pada penelitian ini diagnosis pasien adalah hipertensi
stage 2 tanpa komorbid. Adanya kombinasi beta bloker dalam pola terapi rumah
sakit perlu dievaluasi karena pembatasan beta bloker untuk terapi awal pada
hipertensi memiliki alasan yaitu, pertama kurang efektif dalam menurunkan risiko
stroke dan penyakit jantung iskemik jika dibandingkan dengan golongan obat lain.
ketiga lebih mahal dari segi pembiayaan jika dipakai sebagai terapi awal beta
bloker dipilih untuk terapi hipertensi pada wanita hamil karena ACEI dan ARB
bisoprolol baik dengan ARB maupun dengan ACEI dimana jumlah pasien hanya
2 dan presentase efektivitas 100% tidak dapat dijadikan kesimpulan akhir karena
lainnya.
Chi Square diketahui nilai signifikansi dari golongan BB+ARB yaitu 0,096, bisa
diartikan bahwa tidak ada perbedaan efektivitas terapi terhadap kelompok terapi.
Sedangkan pada biaya total dengan uji t test signifikansinya 0,101 yang berarti
bahwa tidak ada perbedaan total biaya yang dikeluarkan pasien terhadap
kelompok terapi. Tingkat signifikansi untuk golongan BB + ACEI dengan uji Chi
Square diketahui nilai signifikansinya 0,058, berarti bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan efektivitas terapi terhadap kelompok terapi. Pada rata-rata total
biaya dengan signifikansi dengan uji Independent T Test diketahui p < 0,05 yaitu
0,028 menunjukkan ada perbedaan total biaya terapi terhadap kelompok terapi.
Kombinasi Diuretik thiazide + ARB terdapat tiga jenis kombinasi obat
seperti dapat dilihat pada tabel 12. Pada golongan ini efektivitas kombinasi obat
Efektivitas kombinasi jenis obat yang lain sama kecil senilai 33,33% untuk
pasien yang menggunakan kombinasi dalam kelompok ini juga tidak proporsional
dengan uji Chi Square menunjukkan nilai signifikansi 0,527 dimana p > 0,05,
berarti tidak ada perbedaan yang signifikan efektivitas terapi terhadap kelompok
terapi. Hal tersebut sama pada biaya total yang dilakukan uji Annova juga tidak
ada perbedaan yang signifikan total biaya terhadap kelompok terapi ditunjukkan
untuk efektivitas dengan uji Chi Square diketahui nilai signifikansinya 0,317 dan
pada total biaya dengan uji T Test diketahui nilai signifikansinya 0,053 sama-sama
>0,05 berarti tidak ada perbedaan yang signifikan efektivitas dan total biaya terapi
jumlah pasien 8 tingkat efektivitas terapinya 100% dan biaya terapi terendah yaitu
Rp.61.185,66.
2. Keterbatasan Penelitian
melihat tingkat kepatuhan pengobatan dan modifikasi gaya hidup termasuk diet
dan olahraga yang dilakukan. Modifikasi gaya hidup tersebut sangat berpengaruh
pada keberhasilan terapi. Kedua adalah jumlah sampel yang tidak proporsional
A. Kesimpulan
Rp. 61.185,66, dan rata-rata total biaya berdasarkan golongan terapi adalah
B. Saran
dua obat antihipertensi yang paling banyak digunakan dalam hasil penelitian
ini. Sehingga dapat diketahui jenis obat mana yang paling cost effective antara
dapat diketahui efek samping dan komplikasi yang terjadi pada pemakaian
RINGKASAN
maupun seluruh Dunia. Peningkatan tekanan darah dalam jangka waktu lama
dapat merusak pembuluh darah di ginjal, jantung, serta otak. Ditambah dengan
(Tedjasukmana, 2012).
hipertensi membutuhkan waktu yang lama bahkan seumur hidup. Bila penanganan
atau pemilihan obat tidak tepat maka dapat menyebabkan komplikasi (Rahajeng,
antihipertensi kombinasi apabila dalam satu bulan terapi tidak terjadi penurunan
darah, maka kontrol tekanan darah sangat penting. Target tekanan darah yang
harus dicapai berdasarkan The eight Joint National Committee (JNC VIII), pada
pasien diatas 60 tahun adalah < 150/90 mm Hg, untuk pasien kurang dari 60 tahun
adalah < 140/80 mm Hg, sedangkan untuk semua pasien dewasa (≥18 tahun)
dengan penyakit penyerta baik diabetes atau penyakit ginjal kronik adalah <
tentang jenis obat, mekanisme kerja maupun efek samping yang akan ditimbulkan
pada pasien dengan penyakit penyerta maupun tanpa penyerta. Hipertensi berat
yang lebih parah, untuk itu diperlukan pemilihan kelompok kombinasi dua obat
dengan kombinasi dua obat antihipertensi yang tepat dapat mencegah timbulnya
penyakit penyerta serta memerlukan biaya yang relatif tidak sedikit karena
National Committe) JNC VIII adalah diuretik thiazide, beta blocker (BB),
disarankan pemakaian ACE inhibitor dengan ARB, atau bisa dipilih salah satu
tekanan darah maka dilakukan terapi farmakologi. Pada terapi non farmakologi
semua pasien hipertensi baik tanpa penyakit penyerta (komorbid) maupun dengan
penyakit penyerta harus melakukan perubahan gaya hidup. Modifikasi gaya hidup
yang penting untuk menurunkan tekanan darah adalah dengan mengurangi berat
badan untuk individu yang obes atau gemuk; mengadopsi pola makan DASH
(Dietary Approach to Stop Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium,
diet rendah natrium, aktifitas fisik, dan tidak mengkonsumsi alkohol. Mengurangi
garam dan berat badan dapat membebaskan pasien dari menggunakan obat.
dengan pemilihan obat yang tepat. Pemilihan golongan obat berbeda untuk tiap
tingkatan tekanan darah dan keparahannya, dan berbeda lagi bila hipertensi
(ARB), dan Calcium Chanel Bloker (CCB) merupakan agen primer berdasarkan
sistem fisiologi dihalangi dengan terapi satu obat. Selain peningkatan kontrol
tekanan darah pada fase awal pengobatan hipertensi, terapi kombinasi terbukti
mengetahui besar biaya dan outcome kombinasi dua obat antihipertensi pada
dilakukan secara retrospektif yang diambil dari data rekam medis pasien
poliklinik rawat jalan, data biaya obat dari instalasi farmasi dan data biaya
Dr.Moewardi Surakarta.
identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin), diagnosa, tekanan darah selama
pemeriksaan 3bulan , hasil laboratorium, obat yang diberikan (jenis, dosis, cara
pemberian, aturan minum). Data rincian harga obat dari instalasi farmasi dan data
Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif yaitu
karakteristik pasien, gambaran terapi kombinasi dua obat yang dipakai, efektivitas
terapi, biaya terapi dan efektivitas biaya. Analisis karakteristik pasien meliputi
jenis kelamin, umur, dan tekanan darah pada awal pemeriksaan. Karakteristik
mengelompokkan umur berdasarkan JNC VIII, umur 18-29 tahun, umur 30-59
tahun, dan umur diatas 60 tahun. Tiap kelompok umur dihitung persentase jumlah
pasien pada tiap kelompok terapi. Persentase tekanan darah dibagi atas dua yaitu
tekanan darah sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD). Target nilai
tekanan darah yang di rekomendasikan dalam JNC VIII untuk pasien umur > 60
tahun tekanan darah ≤150/90 mmHg dan untuk umur < 60 tahun adalah ≤ 140/90
mm Hg. Tiap kelompok TDS dan TDD waktu pemeriksaan pertama di Poliklinik
rawat jalan rumah sakit dihitung persentasenya terhadap jumlah pasien pada tiap
kelompok terapi.
diperoleh dengan merekap resep yang diberikan kepada pasien hipertensi rawat
Sakit Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2017. Analisis efektivitas terapi didapatkan
dengan melihat jumlah pasien yang memakai kombinasi yang sama pada tiap
jumlah pasien yang mencapai target dengan jumlah pasien pada masibg-masing
biaya terapi dan efektivitas biaya. Analisis biaya terapi diketahui dengan
rumah sakit dan biaya administrasi yang didapatkan dari bagian keuangan rumah
sakit. Keefektifan biaya diketahui dengan membandingkan total biaya pada tiap
rawat jalan Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta dari bulan januari sampai
dengan desember 2017 didapatkan 312 data rekam medis pasien hipertensi stage
2 yang dijadikan populasi dan hanya 82 sampel yang memenuhi kriteria inklusi.
lebih dari dua macam obat dan obat tunggal, pasien yang tidak melakukan
oleh kaum perempuan sebagai akibat dari perubahan hormon setelah menikah
tahun tidak ada pasien dengan hipertensi stage 2, pada kelompok umur ini jarang
berfungsi secara baik. Pada kelompok umur ini akibat pola hidup yang tidak sehat
juga belum muncul. Pada kelompok umur 30-59 tahun terdapat 48,78%, dan pada
kelompok umur > 60 tahun dengan persentase tertinggi 51,22%. Tekanan darah
meningkat sesuai dengan bertambahnya umur, hal ini merupakan akibat dari
tekanan darah. Hasil untuk karakteristik Tekanan Darah (TD) pada awal
persentase tertinggi yaitu 58,54% dan tekanan darah diastole (TDD) 80-90 mmHg
sebanyak 70,73%. Hasil tersebut sesuai dengan klasifikasi TD menurut JNC VII,
adalah captopril, lisinopril, dan ramipril, golongan ARB adalah candesartan dan
valsartan, golongan Beta Bloker hanya satu yaitu bisoprolol, dan golongan
Disusul peringkat tertinggi kedua adalah candesartan dengan jumlah pasien yang
terbanyak adalah CCB + ARB dengan persentase 36,59%. Hasil berdasarkan pola
terapi diketahui kombinasi CCB + ARB lebih efektif dari pada penggunaan
golongan CCB yang bisa diatasi oleh golongan ARB melalui efek vasodilatasi
vena dan arterial secara bersamaan. Sehingga kombinasi ini tepat untuk
CCB + ARB. Kombinasi CCB dan ARB lebih efektif dibandingkan kombinasi
yang lainnya dengan nilai persentase 86,67 %. Pada penelitian yang lain
efektivitas golongan CCB + ARB juga menunjukkan angka paling tinggi dalam
mengontrol tekanan darah yaitu 58,3 % (Baroroh, 2017). pola terapi yang dipakai
pola terapi yang dipakai di Poliklinik rawat jalan rumah sakit Dr. Moewardi
Surakarta adalah baik. Penelitian yang sejenis adalah penelitian oleh Musdalifah
(2015), dimana kelompok terapi candesartan (ARB) dan amlodipine (CCB) lebih
terapi yang lebih tinggi. Hal tersebut terjadi karena kombinasi CCB dan BB
memiliki mekanisme kerja yang lebih selektif dalam menurunkan tekanan darah
(Wijayanti, 2016). Penurunan rata-rata TDS pada penelitian ini lebih dari 10 mm
Poliklinik rawat jalan RS Dr. Moewardi Surakarta tahun 2017 dapat ditekan.
Hasil untuk analisis biaya dan efektivitas terapi dimana pola terapi yang
<0,05 yaitu sebesar 0,00. Hal tersebut menunjukkan ada perbedaan yang
dua obat antihipertensi tetapi efektivitas tersebut akan berbeda pada setiap
individu. Total biaya dengan pola terapi yang ada menunjukkan tingkat
signifikansi < 0,05 yaitu sebesar 0,003, yang berarti ada perbedaan signifikan
untuk biaya terapi dari berbagai pola terapi yang ada. pola terapi golongan CCB +
dengan kombinasi golongan lainnya. Pada golongan ini dapat dilihat juga rata-rata
biaya total dan standart deviasi memiliki rentang yang cukup besar dikarenakan
dan olahraga yang dilakukan. Kedua adalah jumlah sampel tidak proporsional.
Kesimpulan dari penelitian ini yang pertama adalah kombinasi dua obat
CCB+ARB yaitu 36,59%. Kedua, Biaya dan outcome kombinasi dua obat
efektivitas 100% dan total biaya terendah 61.185,66 dan berdasarkan golongan
terapi adalah kombinasi CCB + ARB dengan tingkat efektivitas 86,67% dan total
jenis kombinasi dua obat antihipertensi yang paling banyak digunakan dalam hasil
penelitian ini. Sehingga dapat diketahui jenis obat mana yang paling cost effevtive
pasien hipertensi dengan jangka waktu yang lebih lama agar dapat diketahui efek
samping dan komplikasi yang terjadi pada pemakaian kombinasi dua obat jangka
lama.
DAFTAR PUSTAKA
Henry ML, Patrick JM. 2001. cost effectiveness analysis second edition, Sage
Publications, Inc, United Sates of America.
Nasution SR. 2012. Hipertensi pada pasien diabetes: obat pilihan yang digunakan
dan sasaran pengobatan. Di dalam: Dharmeizar, N Ginova, Lydia A,
Hustrini NM. Editor. Naskah lengkap 12th Jakarta nephrology and
hypertension course. Jakarta: Pernefri. 120-125.
Navar-Boggan A, Pencina MJ, Williams K, Sniderman AD, Peterson ED. 2014.
Proportion of us adults potentially affected by the 2014 hypertension
guideline. JAMA 311:1424-9.
Nurmainah, Fudholi A., dan Dwiprahasto, I. 2013. Persistensi Penggunaan Obat
Antihipertensi pada Pasien Hipertensi Rawat Jalan , Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional 8:1.
Px JK Usia Tekanan Darah Ketercapaian Intervensi Terapi Biaya Biaya Total Biaya
B1 B2 B3 target Nama 2 Obat Klompok Obat antihipertensi Administrasi
amlodipine 10mg
P1 2 63 159/78 150/77 149/75 Ya valsartan 80mg CCB & ARB 30.825,00 35.000,00 65.825,00
amlodipine 10mg
P2 1 71 190/80 170/90 150/90 Ya candesartan 8 mg CCB & ARB 32.248,80 35.000,00 67.248,80
bisoprolol
P3 2 80 190/86 160/80 150/80 Ya candesartan 16mg β Bloker & ARB 51.823,80 35.000,00 86.823,80
Amlodipine 10 mg
P4 2 55 180/108 169/119 140/71 Ya Captopril 25mg CCB & ACEI 19.822,40 35.000,00 54.822,40
bisoprolol
P5 1 63 170/90 150/90 150/90 Ya ramipril β Bloker & ACEI 22.124,70 35.000,00 57.124,70
furosemide
P6 2 70 185/75 170/70 151/63 Tidak candesartan 16mg Diuretik & ARB 48.888,60 35.000,00 83.888,60
spironolakton
P7 1 47 175/115 170/120 160/115 Tidak candesartan 16mg Diuretik & ARB 81.673,80 35.000,00 116.673,80
bisoprolol
P8 1 63 178/74 170/90 179/92 Tidak candesartan 16mg β Bloker & ARB 51.823,80 35.000,00 86.823,80
amlodipine 10mg
P9 1 64 150/90 150/90 140/80 Ya valsartan CCB & ARB 43.666,20 35.000,00 78.666,20
amlodipine 10mg
P10 2 59 150/90 150/80 130/80 Ya candesartan 8 mg CCB & ARB 32.248,80 35.000,00 67.248,80
Furosemide
P11 1 44 160/90 145/90 120/80 Ya Valsartan Diuretik & ARB 31.377,30 35.000,00 66.377,30
spironolakton 25mg
P12 1 33 166/97 150/90 140/80 Ya captopril 25mg Diuretik & ACEI 31.859,40 35.000,00 66.859,40
adalat oros 10
P13 1 60 180/100 180/100 160/90 Tidak candesartan CCB & ARB 180.823,80 35.000,00 215.823,80
spironolakton 25mg
P14 1 62 190/100 160/100 170/90 Tidak ramipril Diuretik & ACEI 21.524,70 35.000,00 56.524,70
amlodipine 10mg
P15 2 80 172/85 162/88 166/85 Tidak candesartan 16mg CCB & ARB 48.336,30 35.000,00 83.336,30
herbesser 100mg
P16 2 73 170/80 168/78 150/74 Ya candesartan 8 mg CCB & ARB 193.236,60 35.000,00 228.236,60
amlodipine 10mg
P17 2 56 175/85 159/78 140/75 Ya valsartan 160mg CCB & ARB 49.928,70 35.000,00 84.928,70
amlodipine 10mg
P18 2 44 160/100 160/100 130/80 Ya lisinopril CCB & ACEI 27.262,50 35.000,00 62.262,50
amlodipine 10mg
P19 2 38 170/100 150/100 130/80 Ya candesartan 8 mg CCB & ARB 32.248,80 35.000,00 67.248,80
amlodipine 10mg
P20 1 64 170/90 160/100 138/80 Ya candesartan 16mg CCB & ARB 48.336,30 35.000,00 83.336,30
amlodipine 10mg
P21 2 60 160/90 140/90 120/80 Ya candesartan 16mg CCB & ARB 48.336,30 35.000,00 83.336,30
amlodipine 10mg
P22 1 64 150/90 150/90 140/80 Ya valsartan 160mg CCB & ARB 43.666,20 35.000,00 78.666,20
bisoprolol
P23 2 65 170/80 140/75 133/71 Ya ramipril β Bloker & ACEI 22.124,70 35.000,00 57.124,70
spironolakton25mg
P24 2 55 150/90 140/80 150/80 Tidak captopril 25 mg Diuretik & ACEI 27.339,60 35.000,00 62.339,60
amlodipine 10mg
P25 1 46 170/110 130/80 130/80 Ya lisinopril CCB & ACEI 27.263,00 35.000,00 62.263,00
P26 1 52 160/100 140/80 130/70 Ya amlodipine 10mg 27.263,00 62.263,00
lisinopril CCB & ACEI 35.000,00
amlodipine 10mg
P27 2 55 150/90 140/80 139/80 Ya lisinopril CCB & ACEI 27.263,00 35.000,00 62.263,00
amlodipine 10mg
P28 1 54 170/100 120/80 130/70 Ya candesartan CCB & ARB 32.249,30 35.000,00 67.249,30
amlodipine 10mg
P29 1 54 170/100 150/80 130/80 Ya lisinopril CCB & ACEI 27.263,00 35.000,00 62.263,00
spironolakton 25mg
P30 1 54 170/100 140/100 120/80 Ya captopril 25mg Diuretik & ACEI 27.339,60 35.000,00 62.339,60
adalat oros 10
P31 1 60 180/100 160/100 140/100 Tidak candesartan 8 mg CCB & ARB 72.236,30 35.000,00 107.236,30
amlodipine 10mg
P32 2 73 175/85 160/80 150/80 Ya candesartan 16mg CCB & ARB 48.336,80 35.000,00 83.336,80
bisoprolol
P33 1 63 170/90 150/90 150/90 Ya ramipril β Bloker & ACEI 22.124,70 35.000,00 57.124,70
bisoprolol
P54 2 60 190/86 160/80 150/80 Ya candesartan 10mg β Bloker & ARB 51.824,00 35.000,00 86.824,00
Amlodipine 10 mg
P55 2 55 180/90 190/90 160/90 Tidak Captopril 25mg CCB & ACEI 19.822,40 35.000,00 54.822,40
Bisoprolol 35.000,00
P56 1 63 170/90 150/80 140/80 Ya Ramipril β Bloker & ACEI 22.125,00 57.125,00
furosemide
P57 2 67 190/80 160/70 140/80 Ya candesartan 16mg Diuretik & ARB 48.888,80 35.000,00 83.888,80
spironolakton
P58 1 57 170/110 170/100 150/80 Ya candesartan 16mg Diuretik & ARB 60.374,00 35.000,00 95.374,00
bisoprolol
P59 1 63 170/80 170/80 160/80 Tidak candesartan 16mg β Bloker & ARB 51.824,00 35.000,00 86.824,00
amlodipine 10mg
P60 1 56 150/90 150/90 130/80 Ya valsartan CCB & ARB 43.667,00 35.000,00 78.667,00
amlodipine 10mg
P61 2 59 150/90 150/80 130/80 Ya candesartan 8 mg CCB & ARB 32.249,00 35.000,00 67.249,00
furosemide
P62 1 41 160/90 140/90 120/80 Ya valsartan Diuretik & ARB 31.377,30 35.000,00 66.377,30
bisoprolol
P63 2 76 180/86 150/80 135/72 Ya candesartan 16mg β Bloker & ARB 71.323,00 35.000,00 106.323
Amlodipine 10 mg
P64 2 57 178/98 159/119 134/79 Ya Captopril 25mg CCB & ACEI 26.084,40 35.000,00 61.084,40
spironolakton
P65 1 43 175/110 160/120 160/100 Tidak candesartan 16mg Diuretik & ARB 44.286,30 35.000,00 79.286,30
bisoprolol
P66 1 61 168/84 160/70 149/72 Ya valsartan β Bloker & ARB 44.062,00 35.000,00 79.062,50
Amlodipine 10 mg
P67 2 58 170/98 159/99 140/78 Ya Captopril 25mg CCB & ACEI 26.084,40 35.000,00 61.084,40
bisoprolol
P68 1 63 167/90 150/90 155/90 Tidak ramipril β Bloker & ACEI 31.874,70 35.000,00 66.874,70
furosemide
P69 2 60 175/75 160/80 141/83 Tidak candesartan 16mg Diuretik & ARB 60.149,40 35.000,00 95.149,40
Furosemide
P70 1 46 170/90 155/90 130/80 Ya Valsartan Diuretik & ARB 57.301,00 35.000,00 92.301,80
spironolakton 25mg
P71 1 33 160/87 140/90 125/78 Ya captopril 25mg Diuretik & ACEI 34.571,28 35.000,00 69.571,28
bisoprolol
P72 2 61 170/90 140/75 132/70 Ya ramipril β Bloker & ACEI 31.874,70 35.000,00 66.874,70
spironolakton25mg
P73 2 55 160/90 140/80 150/80 Tidak captopril 25 mg Diuretik & ACEI 34.571,28 35.000,00 69.571,28
amlodipine 10mg CCB & ACEI
P74 2 46 160/100 160/80 130/78 Ya lisinopril 29.767,50 35.000,00 64.767,50
amlodipine 10mg CCB & ARB
P75 2 37 170/90 165/80 132/80 Ya candesartan 8 mg 41.016,30 35.000,00 76.016,30
bisoprolol
P76 2 78 190/90 180/80 150/80 Ya candesartan 16mg β Bloker & ARB 71.323,00 35.000,00 106.323,00
Bisoprolol
P77 2 56 170/80 140/88 143/82 Tidak Ramipril β Bloker & ACEI 31.874,70 35.000,00 66.874,70
adalat oros 10
P78 1 56 170/100 150/80 130/70 Ya candesartan 8 mg CCB & ARB 72.236,30 35.000,00 107.236,30
Amlodipine 10 mg
P79 2 57 180/80 190/90 160/90 Tidak Captopril 25mg CCB & ACEI 31.301,28 35.000,00 66.301,28
Bisoprolol
P80 2 61 185/100 160/90 145/80 Ya Valsartan β Bloker & ARB 44.062,00 35.000,00 79.062,50
Bisoprolol
P81 2 67 180/100 160/80 150/80 Ya Captopril β Bloker & ACEI 35.771,00 35.000,00 70.771,00
Bisoprolol
P82 2 70 180/90 160/85 148/85 Ya Captopril β Bloker & ACEI 35.771,00 35.000,00 70.771,00
Lampiran 2. Data statistik Persentase Efektivitas Terapi.
Chi-Square Test
Test Statistics
N 30 30 30
Mean 2,0333 29,0333 8,7000
Normal Parametersa,b
Std. Deviation ,85029 12,16406 7,28792
Absolute ,282 ,183 ,296
Most Extreme Differences Positive ,282 ,150 ,296
Negative -,218 -,183 -,271
Kolmogorov-Smirnov Z 1,546 1,002 1,621
Asymp. Sig. (2-tailed) ,017 ,267 ,010
N Correlation Sig.
Mean Difference
Lower Upper
N 14 14 14
Mean 1,4286 34,5714 16,4286
Normal Parametersa,b
Std. Deviation ,51355 12,23308 9,58937
Absolute ,369 ,213 ,214
Most Extreme Differences Positive ,369 ,186 ,214
Negative -,296 -,213 -,180
Kolmogorov-Smirnov Z 1,382 ,796 ,802
Asymp. Sig. (2-tailed) ,044 ,551 ,541
N Correlation Sig.
Mean Difference d)
Lower Upper
N 9 9 9
Mean 1,2222 30,5556 6,2222
Normal Parametersa,b
Std. Deviation ,44096 16,14087 11,97683
Absolute ,471 ,387 ,270
Most Extreme Differences Positive ,471 ,185 ,147
Negative -,307 -,387 -,270
Kolmogorov-Smirnov Z 1,412 1,162 ,811
Asymp. Sig. (2-tailed) ,037 ,134 ,526
N Correlation Sig.
Mean Difference
Lower Upper
N 10 10 10
Mean 1,2000 25,8000 7,6000
Normal Parametersa,b
Std. Deviation ,42164 12,28187 7,69126
Absolute ,482 ,139 ,178
Most Extreme Differences Positive ,482 ,124 ,178
Negative -,318 -,139 -,162
Kolmogorov-Smirnov Z 1,525 ,439 ,561
Asymp. Sig. (2-tailed) ,019 ,990 ,911
N Correlation Sig.
Mean Difference
Lower Upper
N 10 10 10
Mean 1,9000 32,8000 8,4000
Normal Parametersa,b
Std. Deviation ,87560 12,03513 10,01332
Absolute ,248 ,240 ,263
Most Extreme Differences Positive ,248 ,175 ,260
Negative -,195 -,240 -,263
Kolmogorov-Smirnov Z ,784 ,758 ,833
Asymp. Sig. (2-tailed) ,570 ,614 ,491
Mean Difference
Lower Upper
N 9 9 9
Mean 1,2222 26,8889 12,8889
Normal Parametersa,b
Std. Deviation ,44096 12,52442 5,30199
Absolute ,471 ,154 ,263
Most Extreme Differences Positive ,471 ,149 ,263
Negative -,307 -,154 -,132
Kolmogorov-Smirnov Z 1,412 ,461 ,788
Asymp. Sig. (2-tailed) ,037 ,984 ,564
N Correlation Sig.
Mean Difference
Lower Upper
N 82 82
Mean 2,7927 81239,0041
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 1,79669 35044,32622
Absolute ,207 ,278
Most Extreme Differences Positive ,207 ,278
Negative -,159 -,225
Kolmogorov-Smirnov Z 1,875 2,519
Asymp. Sig. (2-tailed) ,002 ,000
ANOVA
biaya terapi
ANOVA
CCBARB
Group Statistics
variances
assumed
not
assumed
3. Kelompok terapi BB+ARB
Group Statistics
Group Statistics
assumed
ANOVA
B.Total
Group Statistics
assumed
Chi square
Test Statistics
CCBARB efektivitas
a. 0 cells (0,0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell
frequency is 7,5.
b. 0 cells (0,0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell
frequency is 15,0.
Test Statistics
CCBACEI efektivitas
a
Chi-Square ,286 7,143a
df 1 1
Asymp. Sig. ,593 ,008
a. 0 cells (0,0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell
frequency is 7,0.
Test Statistics
BB ARB EFEKTIVITAS
a. 2 cells (100,0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell
frequency is 4,5.
Test Statistics
BBACEI EFEKTIVITAS
a. 0 cells (0,0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell
frequency is 5,0.
Test Statistics
DiuretikARB EFEKTIVITAS
a. 3 cells (100,0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell
frequency is 3,3.
b. 0 cells (0,0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell
frequency is 5,0.
Test Statistics
DiuretikACEI EFEKTIVITAS
a. 2 cells (100,0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell
frequency is 4,5.