Anda di halaman 1dari 284

ANALISIS KESESUAIAN KEBERADAAN SAFETY SIGN

BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG PROFILLING


PRISMATIC MACHINE DEPARTEMEN MACHINING DIREKTORAT
PRODUKSI PT. DIRGANTARA INDONESIA TAHUN 2014

SKRIPSI

OLEH:
EVIANTI ANGGUN LESTARI
1110101000009

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M / 1434 H

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Skripsi,

Juli 2014

Evianti Anggun Lestari, NIM : 1110101000009

ANALISIS

KESESUAIAN

KEBERADAAN

SAFETY

SIGN

BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG PROFILLING


PRISMATIC MACHINE DEPARTEMEN MACHINING DIREKTORAT
PRODUKSI PT. DIRGANTARA INDONESIA TAHUN 2014
178 Halaman, 21 Tabel, 19 Gambar, 2 Bagan, 11 Lampiran

ABSTRAK
Menurut OHSAS 18001:2007, implementasi Sistem Manajemen K3 di
perusahaan harus menerapkan HIRARC yang meliputi identifikasi bahaya,
penilaian dan pengendalian risiko. Pentingnya identifikasi dan pengendalian
bahaya sangat berpengaruh besar terhadap angka kecelakaan kerja dan kesehatan
pekerja. Oleh karena itu, perusahaan membutuhkan aplikasi yang tepat untuk
mereduksi pekerja dari bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan ditempat
kerja.Terdapat 5 spesifik tindakan pengendalian, yaitu dengan pendekatan
eliminasi, substitusi, pengendalian teknis, pengendalian administrasi dan alat
pelindung diri. Pengendalian risiko yang dilakukan PT. Dirgantara Indonesia
masih dengan pendekatan administrasi, yaitu diantaranya dengan pelatihan kerja,
rotasi kerja, pemberian safety sign. Akan tetapi, berdasarkan hasil studi
pendahuluan safety sign yang diterapkan di Bidang Profilling Prismatic Machine
masih belum tepat, karena belum sesuai dengan potensi bahaya, risiko dan lokasi
kerjanya.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yang dimaksudkan untuk
melihat kesesuaian penerapan pengendalian administrasi, dalam bentuk safety sign
di PT. Dirgantara Indonesia. Adapun pengambilan data dilakukan melalui
wawancara mendalam (dengan informan utama, pendukung, dan kunci), observasi
dan telaah dokumen.
Hasil identifikasi bahaya dan penilaian risiko memiliki hasil yang
bervariasi dari low risk hingga high risk. Sebagian besar keberadaan dan
kebutuhan safety sign tidak sesuai berdasarkan hasil identifikasi bahaya yang ada.

Untuk meningkatkan kewaspadaan pekerja terhadap potensi bahaya di


tempat kerja, maka sebaiknya PT. Dirgantara Indonesia memasang safety sign
sesuai dengan bahaya. Selain itu, sebaiknya PT. Dirgantara Indonesia melakukan
inspeksi risiko bahaya secara rutin keseluruh Direktorat Produksi.

Daftar bacaan : 49 (1970 2014)

ii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE


PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY SPECIALIZATION
Undergraduate Thesis,

Juli 2014

Evianti Anggun Lestari, NIM : 1110101000009

ANALYSIS ON THE SUITABILITY PRESENCE OF SAFETY SIGN


BASED ON HAZARD IDENTIFICATION IN PROFILLING PRISMATIC
MACHINING
MACHINE
DEPARTMENT
PRODUCTION
DIRECTORATE PT. DIRGANTARA INDONESIA IN 2014
178 Pages, 21 Table, 19 Picture, 2 Chart, 11 Appendix

According to OHSAS 18001:2007, implementation of Health and Safety


Works Management System in a company should applying HIRARC which
consists of hazard identification, risk assesment and risk controlling. The
importance of risk identification and controlling have a big impact to number of
accidents and workers health. Therefore, a company needs right application to
reduce workers hazard that could cause accidents at work. There are five specific
controlling actions, which is elimination approach, substitution, technical control,
adminstration control, and personal protective equipment. Control risk by PT.
Indonesian Aerospace is the administrative approach, some of them with job
training, job rotation, the provision of safety signs. However, based on the results
of preliminary studies of safety sign that is applied in the field of profiling
Prismatic Machine is still not right, because it is not in accordance with the
potential hazards, risk and their places of work.
This study is a qualitative study, in order to to look at the suitability of the
application of administrative controls. Data collected through in-depth interview
(with key informants, suppoters, and key), observation, and document review.
Results hazard identification and risk assessment have varied results from
low risk to high risk. Most of the existence and needs of safety sign is not
appropriate based on the identification of hazards.
To increase awareness of workers against potential hazards in the
workplace, then you should PT. Indonesian Aerospace installing safety sign in
accordance with danger. In addition, should the PT. Indonesian Aerospace
conduct regular hazard inspections throughout the Production Directorate.
Reference

: 49 (1970 2014)
iii

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


Nama

: Evianti Anggun Lestari

Jenis Kelamis

: Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir

: Surabaya, 8 Januari 1992

Kebangsaan

: Indonesia

Status

: Belum menikah

Tinggi / Berat

: 151 cm / 58 kg

Agama

: Islam

Alamat

: Jl.Wr.Supratman Gg. Bacang No.90A Rt003 / Rw


009 Ciputat Timur, Tangerang selatan.

No. Ponsel

: 085694025327 / 087771037927

Email

: Hardshake_vi@yahoo.com
PENDIDIKAN

1996 1998 : TK Islam Al-Quran


1998 - 2004 : SD Negeri Pondok Ranji 1
2004 - 2007 : SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan
2007 - 2010 : SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan
2010 now

: UIN SYARIF HIDATATULLAH JAKARTA


Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Program Studi
Department

: Kesehatan Masyarakat
: Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(KKK/K3)

vi

KATA PENGANTAR
Diawali dengan segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT atas segala keberkahan, kenikmatan dan kebesaran Nya, serta sholawat
dan salam selalu tercurah kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW yang
telah memberikan kehidupan dari jaman jahiliyah menjadi jaman yang terang
benderang seperti saat ini. Sehingga alhamdulilah laporan skripsi dengan judul
ANALISIS KESESUAIAN KEBERADAAN SAFETY SIGN BERDASARKAN
IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG PROFILLING PRISMATIC MACHINE
DEPARTEMEN MACHINING DIREKTORAT PRODUKSI PT. DIRGANTARA
INDONESIA TAHUN 2014 dapat terselesaikan dengan baik, alhamdulillah.
Penyusunan laporan skripsi ini merupakan satu persyaratan kelulusan
program S1 Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dengan pelaksanaan penelitian skripsi ini yang dilaksanakan selama kurang lebih
tiga bulan, penulis mengalami banyak tantangan baru, sehingga penulis merasa
lebih semangat lagi untuk menjalankan amanah sebagai lulusan di bidang
Keselamatan dan Kesehatan kerja. Semoga laporan skripsi ini dapat bermanfaat
bagi yang membaca pada umumnya dan khususnya bagi penulis sendiri. Dan
dalam laporan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk memperbaiki
laporan ini.
Pada pelaksanaan dan pembuatan laporan ini banyak pihak terkait yang
telah membantu penulis dalam segi apapun sehingga dapat terselesaikannya
laporan skripsi yang telah memberikan banyak pelajaran bagi penulis. Oleh karena
itu penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
vii

1. Keluarga tercinta, Mama yang selalu memberikan nasihat nasihat di


setiap waktu, Bapa yang selalu mendukung di setiap langkahku demi
penjajakan kehidupan yang lebih baik di setiap harinya, dan adikku Dian
Nur Utami yang selalu membantuku di setiap hari kita bersama dan
senantiasa mendukung setiap kegiatan yang dilakukan.
2. Ibu Yuli Amran., SKM, MKM. Selaku pembimbing skripsi I yang telah
memberikan masukan, nasihat, dan telah membimbing dengan penuh
kesabaran sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan skripsi ini.
Terimakasih banyak Bu.
3. Ibu Iting Shofwati., ST, MKKK. Pembimbing skripsi II yang selalu
memberikan nasihat, trik trik dalam berusaha, memberikan semangat
yang sangat power full, dan kesabaran kepada peneliti sehingga
menjadikan inspirasi kepada penulis.
4. Mas Tri Anggoro Mardiutomo yang selalu ada dan mendukung penulis di
setiap waktu, selalu memberikan nasihat dan semangat yang positif dan
membangun, memberikan pandangan yang jauh kedepan.
5. Untuk para sahabat sahabatku Anis Syarifah Nasution, Vivi, Harum,
Dinda yang selalu memberikan dukungan di setiap waktu.
6. Untuk teman teman Kesehatan Masyarakat 2010 dan K3 2010 yang tidak
bisa disebutkan satu persatu, terimakasih telah mengisi di perjalanan
kehidupanku di tengah tengah bangku perkuliahan.
7. Komunitas Pelatih tari Ratoh Jaroe (Aceh) Jakarta yang selalu mendukung
dan membantu penulis dalam bidang seni tari.

viii

Akhir kata dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT, penulis


berharap semua kebaikan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari
Allah SWT. Amin.
Ciputat,

Juli 2014

Evianti Anggun Lestari

ix

DAFTAR ISI
Abstrak ...................................................................................................................i
Lembar Pengesahan .............................................................................................iv
Lembar Persetujuan Panitia Sidang Skripsi..........................................................v
Riwayat Hidup .....................................................................................................vi
Kata Pengantar ....................................................................................................vii
Daftar Isi ...............................................................................................................x
Daftar Tabel .......................................................................................................xiv
Daftar Gambar ...................................................................................................xvi
Daftar Bagan ....................................................................................................xvii
Daftar Istilah .................................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................7
1.3 Pertanyaan .......................................................................................................7
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................7
1.5 Manfaat Penelitian ..........................................................................................9
1.6 Ruang Lingkup ..............................................................................................10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................12
2.1 Bahaya............................................................................................................12
2.2 Keselamatan Kerja .........................................................................................13
2.2.1 Kecelakaan Kerja ... ................................................................................... 15
2.2.2 Incident ... .................................................................................................. 16
2.3 Manajemen Risiko ........................................................................................ 17
x

2.3.1 Identifikasi Bahaya .... ............................................................................... 19


2.3.1.1 Preliminary Hazard Analisis (PHA) ... .................................................. 23
2.3.1.2 Hazard and Operability and analysis (HAZOP) .................................... 23
2.3.1.3 Worksheet Failure Modes and Effect Analysis (FMEA) ....................... 26
2.3.1.4 Job Safety Analisis (JSA)....................................................................... 27
2.3.1.5 Task Risk Assessment (TRA) ................................................................. 28
2.3.1.6 Checklist .............................................................................................. 30
2.3.1.7 Brainstorming . .......................................................................................32
2.3.2 Penilaian Risiko .........................................................................................33
2.3.2.1 Analisis Kualitatif .................................................................................. 34
2.3.2.2 Analisis Kuantitaif ................................................................................. 36
2.3.2.3 Analisis Semi Kuantitatif.........................................................................37
2.3.3 Pengendalian Risiko .................................................................................. 39
2.4 Safety Sign .................................................................................................... 43
2.4.1 Pengertian ................................................................................................. 43
2.4.2 Kategori Safety Sign ................................................................................. 47
2.4.2.1 Kategori Berdasarkan OSHA ................................................................. 47
2.4.2.2 Kategori Berdasarkan ANSI Z535 . ....................................................... 49
2.4.2.3 Kategori Safety Sign Menurut BSI 5499 ................................................ 55
2.4.3 Psikologi Warna Berdasarkan BSI 5499 ....................................................67
2.5 Kerangka Teori .......................................................... ..................... .............68
BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI ISTILAH .........................69
3.1 Kerangka Berpikir .........................................................................................69
xi

3.2 Definisi Istilah .............................................................................................. 71


BAB IV METODELOGI PENELITIAN ............................................................73
4.1 Jenis Penelitian ..............................................................................................73
4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ........................................................................ 73
4.3 Informan Penelitian .......................................................................................73
4.4 Instrumen Peneltian ............................................................... .......................75
4.5 Sumber Data ..................................................................................................76
4.6 Metode Pengumpulan Data .......................................................................... 76
4.7 Pengolahan Data ...........................................................................................77
4.8 Analisis Data ................................................................................................78
4.9 Triangulasi data .............................................................................................80
4.10 Penyajian Data .............................................................................................82
BAB V HASIL ................................................................................................... 83
5.1 Proses Produksi di Bidang Profilling Prismatic Machine .......................... 83
5.2 Pelaksanaan Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Bidang Profilling
Prismatic Machine ...................................................................................... 88
5.2.1 Hasil Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendalian di mesin
DGMP dan DGAL Bidang Profilling Prismatic Machine ............................... 90
5.2.2 Hasil Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendalian di mesin
MATEC dan JOBS ............................................................................................99
5.2.3 Daftar Potensi Bahaya dan Risiko di Bidang Profilling Prismatic Machine..
............................................................................. ....................................106
5.3 Keberadaan Safety Sign Bidang Profilling Prismatic Machine ................ 109
5.3.1 Prosedur Penerapan Safety Sign di Departemen Machining . ..................116
xii

5.3.2 Standar Safety Sign yang Digunakan ......................................................117


5.3.3 Petugas yang Memasang Safety Sign ..................................................... 118
5.4 Analisa Kebutuhan Safety Sign Berdasarkan Hasil Identifikasi Bahaya di
Bidang Profilling Prismatic Machine .............................................................. 120
5.5 Analisis Kesesuaian Keberadaan Safety Sign di Bidang Profilling Prismatic
Machine ............................................................................................................ 135
BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................150
6.1 Keterbatasan Penelitian ...............................................................................150
6.2 Prosedur Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, dan Pengendalian Risiko ..
............................................................................. ..............................................151
6.3 Daftar Bahaya, Risiko, Penilaian Risiko dan Pengendalian Berdasarkan Hasil
Identifikasi Bahaya di Bidang Profilling Prismatic Machine .......................... 152
6.4 Keberadaan Safety Sign di Bidang Profilling Prismatic Machine ............. 155
6.5 Kebutuhan Safety Sign Berdasarkan Daftar Bahaya .................................. 162
6.6. Kesesuaian Keberadaan Safety Sign di Bidang Profilling Prismatic Machine.
...........................................................................................................................167
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 172
7.1 Kesimpulan ................................................................................................. 172
7.2 Saran ........................................................................................................... 174
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................175
LAMPIRAN

xiii

Daftar Tabel
2.1 Informasi Identifikasi Bahaya ... .................................................................. 22
2.2 Contoh HAZOP .............................................................................................25
2.3 Contoh Worksheet Failure Modes and Effect Analysis FMEA ....................26
2.4 Contoh Job Safety Analysis Worksheet. ..................................................... 28
2.5 Contoh Analisis Risiko dengan Task Risk Assessment (TRA) .................. 30
2.6 Contoh Checklist ..........................................................................................31
2.7 Ukuran Kualitatif dari likelyhood Menurut standar AS/NZS 4360 ......... 34
2.8 Ukuran Kualitatif dari consequency MENURUT STANDAR AS/NZS 4360
................................ .............................. .............................. ...............................35
2.9 Perkiraan Probabilitas.................................................................................... 36
2.10 Analisis Kuantitatif ......................................................................................37
2.11 Analisis Semi Kuantitatif ............................................................................38
4.1 Informan Penelitian ......................................................................................74
4.2 Karakteristik Informan ................................................................................ 74
4.3 Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 77
4.4 Triangulasi Data ...........................................................................................81
5.1 Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dengan Task Risk Assessment dan
Keberadaan Safety sign di Mesin DGMP dan DGAL ........................................ 91
5.2 Hasil Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendalian di mesin
MATEC dan JOBS ............................................................................................99
5.3 Daftar Potensi Bahaya dan Risiko di Bidang Profilling Prismatic
Machine..............................................................................................................106
5.4 Keberadaan Safety Sign di Bidang Profilling Prismatic Machine ............. 109

xiv

5.5 Analisa Kebutuhan Safety sign Berdasarkan Hasil dari Manajemen Risiko dan
Keberadaan Safety sign pada Mesin DGMP (A-B-C-D), SGMP-J, DGAL (E-F-GH), SGAL-I, MATEC dan JOBS........................................................................120
5.6 Analisis Kesesuaian Keberadaan Safety sign berdasarkan hasil Identifikasi
Bahaya dan Keberadaan Safety sign dengan Kebutuhan Safety sign di Mesin
(DGMP-A,B,C,D, SGMP-J) .............................................................................135

xv

Daftar Gambar
2.1 Hirarki pengendalian .................................................................................. 45
2.2 Format safety sign yang dilengkapi signal word panel dan word message
......................................................... ................................................................... 53
2.3 Piktogram dengan STANDAR ANSI Z535...................................................54
2.4 Kategori safety sign BSI 5499. .....................................................................56
2.5 Kategori safety sign BSI 5499 ...................................................................... 67
2.6 Tanda larangan (Prohibition Sign) ................................................................58
2.7 Tanda bahaya (Danger Sign) ........................................................................59
2.8 Tanda kendaraan darurat (Emergency Response Sign) .................................61
2.9 Tanda api (Fire Fighting Sign)......................................................................63
2.10 Tanda perintah APD (mandatory sign) ...................................................... 65
2.11 Tanda perintah APD (mandatory sign).......................................................76
2.12 Psikologi warna menurut BSI .5499............................................................67
5.1 Flow chart proses produksi PT. Dirgantara Indonesia ................................. 89
5.1 Bidang Profilling Prismatic Machine (Area Mesin DGMP) .........................91
5.2 Bidang Profilling Prismatic Machine (Area Mesin DGMP) .........................92
5.3 Bidang Profilling Prismatic Machine (Area Mesin MATEC & JOBS) ....... 93
6.1 Keberadaan Safety Sign di Mesin DGMP....................................................159
6.2 Keberadaan Safety Sign di Mesin DGAL ...................................................160
6.3 Keberadaan Safety Sign di Mesin MATEC dan JOBS .............................. 161

xvi

Daftar Bagan
2.1 Bagan Alur Kerangka Teori ..........................................................................68
3.1 Bagan Alur. Kerangka Konsep ................................................................... 70

xvii

Daftar Istilah
-

Safety sign

: Tanda keselamatan, salah satu bentuk pengendalian

administratif dalam hirarki pengendalian K3


-

SIR

: Severity Injury Rate (tingkat keparahan kecelakaan kerja per-

tahun)
-

FIR

: Frekuensi Injury Rate (tingkat frekuensi kepaparan kecelakaan

kerja per-tahun)
-

ANSI : America National Standard Institute (Standar safety sign dari


Amerika)

BSI

: British Standard Institute (Standar Safety Sign dari Eropa /

British)
-

APD

: Alat Pelindung Diri (hirarki pengendalian bahaya yang terakhir

yaitu melindungi tubuh dari bahaya)


-

P2K3 : Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja

OHSAS : Occupational Health and Safety Standar Assessment (standar


penilaian mengenai sistem manajemen K3

P2K3 : Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja

TRA : Task Risk Assessment (salah satu metode untuk mengidentifikasi


bahaya)

HIRARC : Identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risko

xviii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan dalam kegiatan industri saat ini sangat pesat, salah
satunya industri manufaktur produksi pesawat yang memiliki risiko tinggi
terhadap aspek keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan. Mulai dari
penggunaan teknologi, material yang sangat berbahaya, prosedur kerja yang
kompleks, kegiatan produksi dengan risiko tinggi, ditambah jika terjadi
kecelakaan kerja ataupun bencana yang menimpa pekerja, peralatan, proses /
produksi, dan lingkungan yang sangat bervariasi.
PT. Dirgantara Indonesia bergerak dalam bidang industri dan jasa
dimana perusahaan ini memiliki beberapa unit usaha yang mendukung
perkembangan perusahaan serta merupakan suatu perusahaan yang bergerak
dibidang pembuatan pesawat terbang, salah satunya adalah satuan usaha (SU)
Aircraft Service (ACS) yang perkembangannya meliputi proses penyediaan
dan penjualan material sparepart pesawat terbang serta melakukan jasa
service pesawat terbang. Pada salah satu divisi AirCraft PT. Dirgantara
Indonesia mempunyai fungsi sebagai satuan produksi atau satuan yang
merancang serta membuat komponen luar dari pesawat terbang, seperti :
sayap, ekor, baling-baling, kepala pesawat, badan pesawat.
Menurut arsip iptek (2011) industri pesawat terbang merupakan salah
satu industri yang dianggap penting dan strategis bagi bangsa Indonesia.
Pesawat terbang memiliki keunggulan dalam hal kecepatan dan daya capai
1

bila dibandingkan dengan sarana transportasi darat dan laut. PT. Dirgantara
Indonesia adalah salah satu industri manufaktur terbesar di Indonesia, dimana
menurut Heizer dan Render (2005) manufaktur adalah industri membuat
dengan tangan (manual) atau dengan mesin sehingga menghasilkan sesuatu
barang.
Menurut data Jamsostek hingga akhir tahun 2012 telah terjadi 103.074
kasus kecelakaan kerja, dimana 91,21% korban kecelakaan kembali sembuh;
3,8% mengalami cacat fungsi; 2,61% mengalami cacat sebagian, dan sisanya
meninggal dunia (2.419 kasus) dan menalami cacat total tetap (37 kasus),
dengan rata-rata terjadi 282 kasus kecelakaan kerja setiap harinya (laporan
Tahunan Jamsostek, 2012) dalam Press Release Prof.dra. Fatma Lestari
(2014). Begitu juga menurut Cahyani (2009) data kecelakaan yang masih
sering

terjadi

menunjukkan

dunia

industri

di

Indonesia

cukup

mengkhawatirkan, terlebih pada sektor manufaktur Indonesia. Setiap tahun


ribuan kecelakaan terjadi di tempat kerja yang menimbulkan korban jiwa,
kerusakan materi dan gangguan produksi. Berdasarkan hasil dari riset
mengenai kecelakaan kerja menurut Syartini (2010) menyatakan bahwa
bahan baku, peralatan, manusia, serta lingkungan kerja mengandung potensi
bahaya yang tinggi sehingga diperlukan suatu upaya pencegahan agar tidak
terjadi kecelakaan. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya kecelakaan
kerja menurut Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 yaitu dibutuhkannya
upaya pemantauan dan pengukuran lingkungan kerja dengan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

Begitu juga dengan PT. Dirgantara Indonesia sebagai salah satu


industri manufaktur yang cukup besar di Indonesia membutuhkan aplikasi
Sistem Manajemen K3 dengan tepat, yang berguna untuk mereduksi pekerja
dari hazard / bahaya dan kecelakaan kerja. Walaupun kejadian kecelakaan
tidak dapat dihindari hingga zero accident, perusahaan dapat melakukan
tindakan pengendalian untuk meminimalisir angka kecelakaan di tempat
kerja, sehingga produk yang dihasilkan akan semakin meningkat sebagai
investasi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Menurut OHSAS 18001 (2007) di dalam klausal 4.3.1 dalam
implementasi Sistem Manajemen K3 di perusahaan harus menerapkan
HIRARC yaitu meliputi identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian
risiko. Setelah mengenali dan melakukan penilaian terhadap bahaya yang ada
di perusahaan, langkah penting selanjutnya yaitu menentukan pengendalian
bahaya. Berdasarkan hirarki pengendalian keselamatan dan kesehatan
menurut OHSAS 18001 ada 5 spesifik tindakan pengendalian dengan
pendekatan

eliminasi,

substitusi,

pengendalian

teknis,

pengendalian

administrasi, dan alat pelindung diri.


Pentingnya identifikasi dan pengendalian bahaya yang dilakukan
perusahaan sangat berpengaruh besar terhadap angka kecelakaan dan
kesehatan para pekerja. Berdasarkan hasil studi pendahuluan saat melakukan
magang bulan Februari 2014 di PT. Dirgantara Indonesia dengan metode
wawancara, observasi, telaah dokumen dan identifikasi bahaya di seluruh
Direktorat Produksi. Oleh karena itu, pemilihan lokasi penelitian di
departemen Direktorat Produksi dipilih berdasarkan pertimbangan dari angka
3

kecelakaan, nilai SIR, nilai FIR. Data tersebut didapat dengan melakukan
wawancara mendalam saat turun lapangan kepada informan utama (02).
Didapat dari hasil wawancara dengan informan utama (02) dan
analisa dokumen data kecelakaan 5 tahun terakhir, bahwa kecelakaan
tertinggi, nilai SIR, nilai FIR terdapat di Aerostructure Divisi Detail Part
Manufacurimg. Dalam pencatatan kecelakaan kerja belum berdasarkan per
divisi atau per departemen di Direktorat Produksi. Akan tetapi, dari hasil
pemaparan wawancara mendalam dengan informan utama (01, 02, 03)
kecelakaan kerja dan potensi bahaya tertinggi terdapat di Departemen
Machining Divisi Detail Part Manufacturing Direktorat Produksi.
Selanjutnya, hasil wawancara mendalam yang di dapat dari informan
pendukung yaitu Manajer (001) Departemen Machining memiliki beberapa
bidang dalam area kerjanya. Dari 7 bidang di Departemen Machining yang
saat ini masih mengalami perluasan area kerja, angka kecelakaan kerja
tertinggi dan yang memiliki tingkat risiko cukup tinggi adalah di bidang
Profilling Presmatic Machine. Pernyataan Informan pendukung (001) di
Departemen Machining juga didukung oleh Supervisor sebagai informan
pendukung (003, 004) karena memiliki banyak bahaya dibandingkan dengan
departemen lainnya. Salah satu karakteristik pekerjaan di Machining yaitu
pekerja dihadapkan langsung dengan bahan, mesin dan alat yang berbahaya.
Terdapat alat kerja yang sangat berbahaya, lantai kerja yang sangat licin,
pekerja masih banyak yang tidak menggunakan APD padahal terdapat tanda
wajib pakai APD, crane yang bergerak diatap hanggar ruang produksi,
kemudian bisingnya ruang produksi yang berasal dari suara mesin, debu
4

dengan bau yang menyengat dan dapat dirasakan di lingkungan kerja, jalur
evakuasi yang belum jelas, terpasangnya tanda bahaya yang masih belum
sesuai dengan standar berdasarkan penempatan, pemasangan, bentuk, bahan,
dan warna. Selain itu, ditemukan bahwa pelaksanaan identifikasi bahaya dan
pelaksanaan pengendalian belum dilaksanakan secara maksimal dan belum
dilakukan secara berkesinambungan.
Penerapan pengendalian teknis (engineering control) yaitu dengan
pendekatan eliminasi, substitusi, isolasi serta pengendalian jarak
diunkapkan oleh Ramli (2010),

yang

tidak mudah diterapkan di Direktorat

Produksi karena adanya beberapa kendala dan hambatan

yang ada di

lapangan seperti mengganggunya proses produksi. Sehingga pengendalian


selanjutnya yang diterapkan oleh perusahaan yaitu dengan pengendalian
administrasi. Perusahaan melengkapinya dengan pelatihan untuk Supervisor
dan P2K3, pengaturan jadwal kerja, penerapan safety sign, serta lanjut dengan
pengendalian Alat Pelindung Diri (APD). Pengendalian dengan program
tersebut juga belum efektif dan maksimal, yang didapat dari hasil wawancara
mendalam kepada informan pendukung (002) mengenai pengendalian yang
dilakukan. Pekerja hanya mengenal APD sebagai pengendalian bahaya.
Safety sign sebagai pengendalian administrasi yang diterapkan di
Divisi Detail Part Manufacturing Direktorat Produksi, berdasarkan hasil
observasi, terlihat kurang tepat jika dibandingkan dengan bahaya, risiko dan
proses kerjanya. Hal tersebut dapat memberikan persepsi yang berbeda
terhadap potensi bahaya yang ada dan keberadaannya juga kurang lengkap,
sehingga tidak dapat memberikan warning terhadap pekerja ataupun tamu
5

perusahaan bahwa di lingkungan kerja terdapat bahaya. Untuk itu, perlu


dilakukan analisa kebutuhan safety sign berdasarkan hasil identifikasi bahaya
yang benar, sehingga hasil kebutuhan safety sign sesuai dengan bahaya yang
ada.
Menurut Badan safety sign Indonesia (2009), safety sign / rambu
keselamatan adalah peralatan yang bermanfaat untuk membantu melindungi
keselamatan dan kesehatan para pekerja dan pengunjung yang berada di
lingkungan produksi. Safety sign memang bukan pengendalian yang utama
dan tidak dapat mengeliminasi atau mengurangi bahaya dan tidak dapat
mencegah terjadinya kecelakaan. Akan tetapi menurut Ilmi (2012) safety sign
dapat memberikan perhatian yang menarik, memberikan sikap waspada akan
adanya bahaya yang tidak terlihat oleh mata atau peringatan waspada
terhadap tindakan yang tidak diperbolehkan, memberikan informasi umum
dan memberikan pengarahan kepada tamu perusahaan akan adanya bahaya
yang dapat tertuang dengan berbagai macam bentuk dan gambar yang dapat
dilihat dari jarak kejauhan maupun dekat, serta mengingatkan para karyawan
dimana harus menggunakan peralatan perlindungan diri, mengindikasikan
dimana peralatan darurat keselamatan berada, dan sebaginya.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Direktorat Produksi PT.
Dirgantara Indonesia, yang memiliki banyak risiko bahaya baik untuk pekerja
maupun pengunjung yang datang ke wilayah produksi dimana masih kurang
dilakukannya pengendalian terhadap bahaya tersebut berdasarkan hirarki
pengendalian. Maka pengendalian yang memungkinkan yang dapat terlihat
oleh mata dan dapat memberikan himbauan bagi pekerja atau tamu
6

perusahaan untuk saat ini menurut peneliti yaitu dalam bentuk administrasi
dengan penerapan safety sign adalah tepat. Hal tersebut untuk memberikan
warning kepada pekerja dan tamu perusahaan karena adanya potensi bahaya
dan risiko, sehingga keelakaan kerja dapat diminimalisir. Oleh karena itu,
peneliti ingin melihat keberadaan safety sign apakah sesuai dalam
penerapannya khusus di wilayah kerja Departemen Machining Direktorat
Produksi dengan judul Identifikasi Kesesuaian Keberadaan Safety Sign
Di Bidang Profilling Prismatic Machine Departemen Machining
Direktorat Produksi Pt. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 dengan
standar yang digunakan sebagai acuan penerapan safety sign yaitu dengan
ANSI Z535 dan British Standard Institute (BSI 5499) .

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu pengendalian risiko yang
dilakukan PT. Dirgantara Indonesia masih dengan pendekatan administrasi,
yaitu diantaranya dengan pelatihan kerja, rotasi kerja, pemberian safety sign.
Akan tetapi, berdasarkan hasil studi pendahuluan safety sign yang diterapkan di
Bidang Profilling Prismatic Machine masih belum tepat, karena belum sesuai
dengan potensi bahaya, risiko dan lokasi kerjanya.

1.3 Pertanyaan
Berdasarkan uraian masalah sebelumnya, maka dirumuskan dalam
suatu pertanyaan sebagai berikut :
7

1. Bagaimanakah proses produksi di Bidang Profilling Prismatic Machine


Departemen Machining Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia
Tahun 2014 ?
2. Apa sajakah bahaya yang ada di Bidang Profilling Prismatic Machine
Departemen Machining Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia
Tahun 2014 ?
3. Bagaimanakah keberadaan safety sign yang telah ada di Departemen
Bidang Profilling Prismatic Machine Departemen Machining Direktorat
Produksi PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ?
4. Safety sign apa saja yang dibutuhkan berdasarkan bahaya yang ada di
Bidang Profilling Prismatic Machine Departemen Machining PT.
Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ?
5. Bagaimana kesesuaian safety sign yang sudah diterapkan di Bidang
Profilling Prismatic Machine Departemen Machining Direktorat Produksi
PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 dengan standar safety sign ANSI
Z535 dan BSI 5499 ?

1.4 Tujuan
1.4.1

Tujuan Umum
Tujuan umum dari skripsi ini adalah untuk menganalisis
kesesuaian keberadaan safety sign berdasarkan hasil identifikasi
bahaya dalam meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja
maupun pengunjung di PT. Dirgantara Indonesia, tahun 2014.

1.4.2

Tujuan Khusus
1. Diperolehnya informasi proses produksi di Bidang Profilling
Prismatic Machine Direktorat Produksi PT. Dirgantara
Indonesia Tahun 2014.
2

Diketahuinya bahaya apa saja yang ada di Bidang Profilling


Prismatic Machine Direktorat Produksi PT. Dirgantara
Indonesia Tahun 2014.

Diketahuinya keberadaan safety sign yang telah ada di Bidang


Profilling

Prismatic

Machine

Direktorat

Produksi

PT.

Dirgantara Indonesia Tahun 2014.


4

Diketahuinya kebutuhan penerapan safety sign berdasarkan


bahaya yang ada di Bidang Profilling Prismatic Machine PT.
Dirgantara Indonesia Tahun 2014.

Diketahuinya kesesuaian safety sign yang sudah diterapkan di


Bidang Profilling Prismatic Machine Direktorat Produksi PT.
Dirgantara Indonesia Tahun 2014 dengan standar safety sign
ANSI Z535 dan BSI 5499.

1.5 Manfaat Penelitian


1. Bagi Peneliti
Mengetahui sistem pengendalian administrasi dalam bentuk tanda
keselamatan / safety sign, jalur evakuasi, tanda berbahaya, tanda
penggunaan APD, tanda keadaan di lingkungan kerja yang baik dan tepat

sehingga dapat membantu untuk meminimalisir terjadinya potensi


kecelakaan kerja di tempat kerja di PT. Dirgantara Indonesia.
2. Bagi PT. Dirgantara Indonesia (Persero)
a. Memperoleh tambahan informasi dan penjelasan secara lebih rinci
mengenai penerapan safety sign dengan karakterisitik lingkungan
kerja di Machining Direktorat Produksi.
b. Memberikan kontribusi dalam upaya penerapan safety sign bukan
hanya di Machining teteapi di Departemen lainnya di Direktorat
Produksi PT. Dirgantara Indonesia.
c. Dapat menentukan standarisasi penerapan safety sign. Bukan hanya
standar yang berasal dari nasional saja tetapi juga standar
internasional yang disesuaikan dengan karakteristik dan bahaya di
Direktorat Produksi maupun gedung lainnya yang ada di PT.
Dirgantara Indonesia.

1.6 Ruang Lingkup


Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan sasaran manajemen
perusahaan Departemen K3LH, Supervisor, Team Leader dan beberapa pekerja
yang bekerja di Departemen Machining Direktorat Produksi pembuatan
komponen pesawat di PT. Dirgantara Indonesia Bandung, Jawa Barat yang
dilaksanakan pada bulan April Juni 2014.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer dilakukan dengan cara melakukan identifikasi bahaya
untuk mengetahui potensi bahaya apa saja yang terdapat ruang produksi
10

Bidang Profilling Prismatic Machine, melakukan wawancara terbuka dan


mendalam kepada pihak manajemen K3LH, pengawas lapangan (Supervisor),
dan Manajer mengenai proses, bahaya, dan pengendalian terhadap bahaya,
serta penerapan safety sign. Selanjutnya melihat kebutuhan safety sign dari
hasil identifikasi bahaya dan melakukan observasi kesesuaian keberadaan
safety sign yang di bandingkan dengan standar ANSI Z535 dan BSI 5499 serta
pengambilan dokumentasi dalam bentuk foto atau gambar tentang keberadaan
safety sign sebagai tanda bukti yang ada di Bidang Profilling Prismatic
Machine Departemen Machining Direktorat Produksi PT. Dirgantara
Indonesia. Data sekunder dilakukan dengan telaah dokumen di bagian
Departemen K3LH.

Dokumen yang digunakan yaitu prosedur penerapan

safety sign dengan No. Dok D4 S2 07.

11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahaya
Bahaya menurut OHSAS 18001 (2007) adalah sumber, situasi atau
tindakan yang menyebabkan kerugian bagi manusia, baik yang bisa
menyebabkan luka-luka, gangguan kesehatan ataupun kombinasi dari
keduanya (OHSAS, 2007).
Potensi bahaya yang ada dilingkungan kerja, diantaranya (Tarwaka,
2008) :
a. Potensi bahaya dari bahan bahan yang berbahaya
b. Potensi bahaya udara bertekanan
c. Potensi bahaya udara panas
d. Potensi bahaya kelistrikan
e. Potensi bahaya mekanik
f. Potensi bahaya gravitasi
g. Potensi bahaya radiasi
h. Potensi bahaya mikrobiologi
i. Potensi bahaya kebisingan dan getaran
j. Potensi bahaya ergonomi
k. Potensi bahaya lingkungan kerja
l. Potensi bahaya yang berhubungan dengan kualitas dan jasa, proses
produksi, properti, image publik.

12

2.2 Keselamatan Kerja


Keselamatan kerja menurut Sumamur (1981) adalah pengetahuan
tentang upaya untuk pencegahan kecelakaan kerja yang berhubungan dengan
penggunaan mesin, pesawat, alat, bahan, dan proses pengolahannya,
lingkungan tempat kerja serta melakukan pekerjaan. Tujuan dari keselamatan
itu sendiri adalah sebagai berikut (Suma'mur, 1981) :
a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta
produktivitas nasional.
b. Menjamin keselamatn setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
Adapun syarat-syarat keselamatan kerja yang di atur dalam Undang-Undang
keselamatan dan kesehatan kerja yang dibuat untuk (UUK3, 1970) :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja

13

g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,


kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar atau radiasi, suara dan getaran
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,
cara dan proses kerjanya
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman atau barang
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan
dan penyimpanan barang
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
r. Menyeseuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
Dalam implementasi bidang keselamatan dan kesehatan kerja di
lingkungan kerja dibutuhkannya sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja yang melindungi pekerja dari berbagai macam bahaya,
kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan melaksanakan upaya K3 secara

14

efisien dan efektif. Menurut OHSAS 18001, sistem manajemen merupakan


suatu set elemen-elemen yang terkait untuk menetapkan kebijakan dan
sasaran untuk mencapai objektif tersebut. Menurut OHSAS 18001,
manajemen risiko terbagi atas 3 bagian yaitu Hazard Identification, Risk
Assessment, dan Risk Control, biasa dikenal denganHIRARC. HIRARC
terdapat pada awal elemen perencanaan sistem manajemen K3 yang dijadikan
sebagai pangkal dari pengelolaan K3 (Ramli,2010).
Menurut OHSAS 18001 (2007), HIRARC harus dilakukan di seluruh
aktivitas organisasi untuk menentukan kegiatan organisasi yang mengandung
potensi bahaya dan menimbulkan dampak serius terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja.
2.2.1 Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang tidak
diinginkan yang dapat berakibat cedera, gangguan kesehatan hingga
kematian pada manusia, kerusakan properti, gangguan terhadap
pekerjaan (kelancaran proses produksi) atau pencemaran (Suardi,
2005). Beberapa ahli juga mendefinisikan kecelakaan kerja, yaitu
diantaranya:

Sumamur (1981) kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan


berhubung dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan
disini yaitu berarti bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh
pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan.

15

Tarwaka (2008) Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang


jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang
dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau
properti maupun korban jiwa yang terjadi didalam suatu proses
kerja industri atau yang berkaitan denganya

Sedangkan menurut UU No.03 Tahun 1992 Kecelakaan kerja


adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan
kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja,
demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan
berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah
melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.
Sehingga pendapat dari beberapa ahli dapat disimpulkan
bahwa kecelakaan kerja merupakan suatu hal yang tidak
diinginkan karena dapat mengakibatkan kerugian berupa cidera,
kerugian atau kerusakan property, kerugian materi, gangguan
kesehatan, bahkan menyebabkan kematian. Semuanya dapat
diartikan menimbulkan kerugian baik kerugian manusia (harm to
people), kerusakan material (damage to property), terhentinya
proses kerja (loss to process).

2.2.2

Incident
Incident yaitu suatu kejadian yang tidak diinginkan,
bilamana pada saat itu sedikit saja ada perubahan maka dapat

16

mengakibatkan terjadinya accident

(Widodo Siswowardojo,

2003). Critical incident adalah setiap luka atau kecelakaan kerja


yang menyebabkan :
a. Masuk rumah sakit
b. Kematian karyawan
c. Kematian pihak ketiga dalam lingkungan perusahaan dan atau
karyawan yang terlibat ketika menjalankan tugas pekerjaan.
d. Permulaan penuntutan
e. Persoalan perbaikan atau pengumuman larangan.
Near miss adalah insiden dimana belum sempat terjadi
kecelakaan atau penyakit. Sehingga menurut OHSAS 18001:2007,
incident dapat berupa kecelakaan atau near miss (OHSAS, 2007).

2.3 Manajemen Risiko

Menurut Webb (1994) manajemen risiko adalah suatu kegiatan yang


dilakukan untuk menanggapi risiko yang telah diketahui melalui rencana
analisa risiko atau bentuk observasi lain untuk meminimalisasi konsekuensi
buruk yang mungkin muncul. Sedangkan menurut Kerzner Harold (2001)
mengemukakan pengertian manajemen risiko sebagai semua rangkaian
kegiatan yang berhubungan dengan resiko, dimana didalamnya termasuk
perencanaan (planning), penilaian (assesment) (identifikasi dan dianalisa),
penanganan (handling), dan pemantauan (monitoring) risiko.

17

Sebagaimana penjelasan menurut beberapa ahli diatas bahwa


manajemen risiko adalah sebagai bentuk atau upaya untuk mengelola
terhadap risiko untuk meminimalisasikan konsekuensi bruuk yang mungkin
terjadi, dapat dilakukan dengan cara perencanaan, identifikasi, penanganan /
pengendalian, dan pemantauan risiko.

Didalam manajemen keselamatan dan kesehatan kerja juga mengatur


manajemen risiko dengan tujuan untuk mengurangi konsekuensi buruk yang
mungkin akan muncul dalam kegiatan industri. Menurut OHSAS 18001
dalam Ramli (2010). Manajemen K3 adalah upaya terpadu untuk mengelola
risiko yang ada dalam aktivitas perusahaan yang dapat mengakibatkan cidera
pada manusia, kerusakan atau gangguan terhadap bisnis perusahaan. Karena
itu salah satu klausal dalam siklus manajemen K3 adalah mengenai
manajemen risiko. Manajemen risiko dalam K3 yaitu HIRARC (Hazard
Identification, Risk Assessment, dan Risk Control).

Menurut standar AS/NZS 4360 dalam Ramli (2010) tentang standar


Manajemen Risiko, proses manajemen risiko mencakup lankah sebagai
berikut :

1. Menentukan konteks
2. Identifikasi risiko
3. Penilaian risiko

Analisa risiko

Evaluasi risiko

18

4. Pengendalian risiko
5. Komunikasi dan konsultasi
6. Pemantauan dan tinjau ulang

2.3.1 Identifikasi Bahaya

Menurut Ramli (2010), identifikasi bahaya adalah upaya


sistematis untuk mengetahui potensi bahaya yang ada di lingkungan
kerja. Dengan mengetahui sifat dan karakteristik bahaya, kita dengan
lebih

berhati-hati,

waspada

dan

melakukan

langkah-langkah

pengamanan agar tidak terjadi kecelakaan.


Namun demikian tidak semua bahaya dapat dikenali dengan
mudah.Bahkan untuk mencapai zero accident di lingkungan kerja
adalah hal yang paling sulit, karena kemungkinan bahaya dan risiko
pasti akan terus ada jika lingkungan kerja belum dikenali bahayanya
serta tindakan yang dilakukan untuk mengatasi bahaya tersebut dalam
menekan tingkat risiko accident masih minim dilakukan. Hal ini
dipengaruhi oleh pengetahuan dan kreativitas pekerja safety dalam
mengkaji pekerjaannya untuk menurunkan risiko kecelakaan, baik
dalam engineering control maupun administrative control.
Identifikasi

bahaya

merupakan

langkah

awal

dalam

mengembangkan manajemen risiko K3. Identifikasi bahaya merupakan


upaya sistematis untuk mengetahuin adanya bahaya dalam aktivitas

19

organisasi. Identifikasi bahaya merupakan landasan dari manajemen


risiko. tanpa melakukan identifikasi bahaya tidak mumgkin melakukan
pengelolaan risiko dengan baik (Ramli, 2010c). Identifikasi bahaya
mungkin didapat dari penggunaan berbagai macam alat, stategi, dan
sumber informasi, sumber informasi itu diantaranya (Taylor, 2004) :

Material safety data sheet (MSDS)

National, kecelakaan kerja berdasarkan daerah

Pengetahuan tentang bahaya kima dan penilaian dokumen


dibawah protokol OECD

Standar atau kriteria keselamatan dan kesehatan kerja


Menurut Ramli (2010b. P.84) prosedur identifikasi bahaya

dan penilaian risiko harus mempertimbangkan :


a.

Aktivitas rutin dan non rutin

b.

Aktivitas dari semua individu yang memiliki akses ke tempat


kerja termasuk kontraktor

c.

Perilaku manusia, kemampuan dan faktor manusia lainnya

d.

Identifikasi semua bahaya yang berasal dari luar tempat kerja


yang

dapat

menimbulkan

keselamatan manusia

efek

terhadap

yang berada

kesehatan

dan

dibawah perlindungan

organisasi di dalam tempat kerja

20

e.

Bahaya yang ditimbulkan di sekitar tempat kerja dari aktivitas


yang berkaitan dengan pekerjaan yang berada dibawah kendali
organisasi

f.

Infrastruktur, peralatan dan material di tempat kerja, apakah yang


disediakan organisasi atau pihak lain

g.

Perubahan atau rencana perubahan dalam organisasi, kegiatannya


atau material

h.

Modifikasi pada sistem manajemen K3, termasuk perubahan


sementara dan dampaknya terhadap operasi, proses dan aktivitas
Dalam teknik identifikasi bahaya ada berbagai macam yang

dapat diklasifikasikan atas (Ramli, 2010) :


1. Teknik / metode pasif
2. Teknik / metode semiproaktif
3. Teknik / metode proaktif
Menurut Peraturan Kepala BATAN untuk mengenali
identifikasi bahaya pada tahapan kegiatan dan bahaya yang
ditimbulkan, diperlukan beberapa informasi kunci seperti tabel
berikut (BATAN, 2012) :

21

Tabel 2.1 Informasi Identifikasi Bahaya


Parameter yang perlu
Cara mendapatkan informasi
diketahui
Tempat

pekerjaan

Denah lokasi pekerjaan/lay out

dilakukan
Personil

yang

Data pekerja, observasi

melakukan
pekerjaan
Peralatan dan bahan
yang digunakan
Tahanapan/urutan
pekerjaan
Tindakan

digunakan, MSDS, dan lain-lain


Diagram alir/prosedur/instruksi
kerja

kendali

yang telah ada


Peraturan

Daftar alat dan bahan yang

Laporan kecelakaann dan/atau


PAK

terkait

yang mengatur

Peraturan perundang-undangan,
standar, dan pedoman
Wawancara, inspeksi, audit dan
lain-lain

Sumber : Peraturan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Nomor :


020/Ka/I/2012

Untuk membantu pelaksanaan manajemen risiko khususunya untuk


melakukan

identifikasi

bahaya,

penilaian

dan

pengendaliannya

22

diperlukan metode atau perangkat. Berikut adalah identifikasi yang lebih


rinci untuk potensi bahaya dan risiko yang dilakukan berdasarkan
macam, penyebab, atau akibat yaitu diantaranya :
2.3.1.1 Preliminary Hazard Analysis (PHA)
Preliminary Hazard Analysis (PHA) menurut Budiono
(2003) yaitu metode identifikasi yang dilaksanakan sebagai analisis
awal.
2.3.1.2 Hazard and Operability Analysis (HAZOP)
Hazard and Operability Analysis (HAZOP) yaitu suatu
metode identifikasi bahaya yang digunakan untuk industri proses
seperti industri kimia, petrokimia, dan kilang minyak (Budiono,
2003). Dalam teknik HAZOP ini analisis lebih detail pada disain
dan operasi. Dengan kata lain metode ini digunakan sebagai upaya
pencegahan sehingga proses yang berlangsung dalam suatu sistem
dapat berjalan lancar dan aman (Juliana, 2008).
Tujuan penggunaan HAZOP sendiri adalah untuk meninjau
suatu proses atau operasi pada suatu sistem secara sistematis untuk
menentukan apakah proses penyimpangan dapat mendorong kearah
kejadian atau kecelakaan yang tidak diinginkan. HAZOP secara
sistematis mengidentifikasi setiap kemungkinan penyimpangan
(deviation) dari kondisi operasi yang telah ditetapkan dari suatu
plant, mencari berbagai faktor penyebab yang memungkinkan

23

timbulnya kondisi abnormal tersebut, dan menentukan konsekuensi


yang merugikan sebagai akibat terjadinya penyimpangan serta
memberikan rekomendasi atau tindakan yang dapat dilakukan
untuk mengurangi dampak dari potensi risiko yang telah berhasil
diidentifikasi (Munawir, 2010).
Langkah-langkah untuk melakukan identifikasi bahaya
dengan menggunakan HAZOP worksheet dan Risk Assessment
adalah sebagai berikut (Nugroho,dkk. 2013) :
1. Mengetahui urutan proses yang ada pada area penelitian.
2. Mengidentifikasi bahaya yang ditemukan pada area penelitian.
3. Melengkapi kriteria yang ada pada HAZOP worksheet dengan
urutan sebagai berikut:
a. Mengklasifikasikan bahaya yang ditemukan (sumber
bahaya dan frekuensi temuan bahaya)
b. Mendeskripsikan penyimpangan yang terjadi selama
proses operasi
c. Mendeskripsikan penyebab terjadinya penyimpangan
d. Mendeskripsikan apa yang dapat ditimbulkan dari
penyimpangan tersebut (consequences).
e. Menentukan tindakan sementara yang dapat dilakukan.
f. Menilai risiko (risk assessment) yang timbul dengan
mendefinisikan kriteria likelihood dan consequences

24

(severity). Kriteria likelihood yang digunakan adalah


frekuensi dimana dalam perhitunganya secara kuantitatif
berdasarkan data atau record perusahaan selama kurun
waktu tertentu. Kriteria consequences (severity) yang
digunakan

Tabel 2.2 Contoh Worksheet Hazard and


Operability Analysis (HAZOP)
Node

: 1. Tangki Air

Type

: Tangki

Design Condition : Level


Deviasi : More Level
Risk
Matrix
Causes
Consequences
Safeguards
S L RR
1. Pelampun 1. Level
ditangki 1 2 2 Tidak ada
g rusak
naik
2. Air tumpah
3. Rumah banjir
2. Auto
1. Pompa tidak bisa 2 3 6 Tidak ada
switch
berhenti
tidak
2. Pompa panas
berfungsi 3. Air tumpah
3. Pipa
1. Air tidak keluar 2 2 4 Level
penyalur
dari tangki
alarm
dari tangki 2. Level tangki naik
buntu
3. Tangki luber
Sumber : Ramli (2010)

Recommendations
1. periksa
pelampung
berkala
Periksa
secara
berkala

1. Periksa pipa
2. Flushing
berkala

25

2.3.1.3 Failure Modes and Effect Analysis (FMEA)


Failure Modes and Effect Analysis (FMEA) menurut Ramli
(2010) yaitu metode yang ditunjukkan untuk menilai potensi
kegagalan dalam produk atau proses. FMEA merupaka kajian
bahaya yang sistematis, terstruktur, dan komprehensif. FMEA
adalah suatu tabulus dari sistem, peralatan pabrik, dan pola
kegagalannya serta efeknya terhadap operasi, dapat dikatakan
suatu uraian mengenai bagaimana suatu peralatan dapat
mengalami kegagalan.
Tabel 2.3 Contoh Worksheet Failure Modes and Effect
Analysis FMEA
Subsistem: 1. Tangki bahan bakar
Type:
FAILURE
MODES
Tangki bocor

Minyak
bercampur air
Pelampung
rusak
Pipa penyalur
bocor

EFFECTS
Efek minyak
kosong,
mesin mati
Mesin mati
Ketinggian
BBM tidak
terdeteksi
Aliran BBM
berkurang
Pembakaran
tidak
sempurna
Kebakaran
jika kontak
dengan panas
BBM boros

RISK MATRIX
LL
S
RR
4
2
T

CONTROLS
Standar
ketebalan
lapisan
Saringan

Indicator
instrumen

Ketebalan
Pipa
Penyalur

RECOMMEND
ATIONS
Tank diperiksa
berkala
Periksa kualitas
BBM
Periksa berkala

Pemasangan pipa
pada posisi yang
aman terhadap
benturan

Sumber : Ramli (2010)

26

STA
TUS

2.3.1.4 Job Safety Analysis (JSA)


Job Safety Analysis (JSA) menurut Soeripto (1997) adalah
suatu cara yang digunakan untuk memerikasa metode kerja dan
menentukan bahaya yang sebelumnya telah diabaikan dalam
merencanakan pabrik atau gedung dan didalam rancang bangun
mesin-mesin, alat-alat kerja, material, lingkungan tempat kerja,
dan proses.
Pekerjaan yang memerlukan kajian JSA, antara lain :
1. Pekerjaan yang sering mengalami kecelakaan atau memiliki
angka kecelakaan tinggi
2. Pekerjaan berisiiko tinggi dan dapat berakibat fatal misalnya
membersihkan kaca dengan gondola
3. Pekerjaan yang jarang dilakukan sehingga belum diketahui
secara persis bahaya yang ada
4. Pekerjaan yang rumit atau kompleks dimana sedikit kelalaian
dapat berakibat kecelakaan atau cedera.
Langkah dalam melakukan JSA , yaitu (Ramli, 2010a) :
1.

Pilih pekerjaan yang akan dianalisa

2.

Pecah pekerjaan menjadi langkah aktivitas

3.

Identifikasi potensi bahaya pada setiap langkah

4.

Tentukan langkah pengamanan untuk megendalikan bahaya

5.

Komunikasikan kepada semua pihak yang berkepentingan

27

Tabel 2.4 Contoh Job Safety Analysis Worksheet


Pekerjaan : Mengganti Ban Serap
Langkah 1 : Memasang dongkrak
Konsekuen
si

Potensi
Cedera
1. Tangan
terjepit
2. Dongkra
k lepas

1. Luka
sayat
1. Cedera
2. Mobil
anjlok

3. Dst.

Risk Matrix
S
L
R
R
2
3
6
2

Pengendalian
yang ada
1. Tidak ada
1. Pasang
pengaman

saran

Tanggu
ng
jawab

1. Jaga
posisi
1. Posisi
dongkra
k
diperiks
a

Sumber : Ramli (2010)


2.3.1.5 Task Risk Assessment (TRA)
Task Risk Assessment (TRA) menurut Ramli (2010) yaitu
metode identifikasi bahaya yang dilakukan untuk mengetahui apa
saja dan besarnya potensi bahaya yang timbul selama kegiatan
berlangsung.
Pekerjaan yang memerlukan TRA yaitu :
1. Mengandung potensi bahaya yang tinggi seperti bekerja di
ketinggian, pembersihan tangki, pengelasan dan lainnya
2. Pekerjaan yang sebelumnya pernah mengalami kecelakaan
3. Pekerjaan yang bersifat baru atau jarang / belum pernah
dilakukan sebelumnya

28

Teknik melakukan TRA, yaitu :


1. Tentukan jenis pekerjaan yang akan dianalisa
2. Identifikasi apa saja aktivitas, material, peralatan, atau prosedur
kerja yang digunakan
3. Analisa semua potensi bahaya yang dapat terjadi untuk setiap
aktivitas dan konsekuensinya
4. Tentukan tingkat risiko untuk masing-masing aktivitas
5. Tentukan apa langkah pengamanan yang dperlukan
6. Tentukan sisa risiko dapat (residual risk) yang ada setelah
dilakukan langkah pengamanan
7. Jika risiko dapat

diterima

(tolerable)

pekerjaan dapat

dilangsungkan, tetapi jika risiko di atas batas yang dapat


diterima perlu dipertimbangkan langkah pengamanannya
lainnya, seperti perubahan metoda kerja, peralatan, atau
prosedur. Jika tidak memungkinkan pekerjaan dibatalkan.

29

Tabel 2.5 Contoh Analisis Risiko dengan Task Risk


Assessment (TRA)
No :

Assessed by ;

Pekerjaan

No.

1.

Hal :

ANALISA RISIKO PEKERJAAN

Activitas
Fasilitas
Alat

Pompa

Potensi
Bahaya

Konsekuensi
Bahaya

Sembur
an
minyak

kebakaran
jika kontak
dengan
panas
pencemara
n
cedera
manusia

Pengama
n yang
ada

Peringkat Risiko
L
L

R
R

Saran

Risi
ko

Sisa Risiko
L
L

Katup
buang

Sumber : Ramli (2010)


2.3.1.6 Checklist (Daftar Periksa)
Metode daftar periksa untuk mengidentifikasi bahaya sangat
mudah dan sederhana yaitu dengan membuat daftar pmeriksaan
bahaya di tempat kerja (Ramli, 2010).
Hal yang perlu di perhatikan dalam metode ini, yiatu :
1. Metode bersifat spesifik untuk peralatan atau tempat kerja
tertentu. Daftar periksa untuk gudang berbeda dengan daftar
periksa untuk bengkel atau unit proses,
2. Daftar

periksa

harus

dikembangkan

oleh

orang

yang

memahami atau mengenal tempat kerja atau peralatan. Dengan


demikian daftar periksa dapat menjangkau setiap kemungkinan
bahaya yang ada,

30

R
R

Risiko

3. Daftar periksa harus dievaluasi secara berkala, terutama jika


ditemukan ada bahaya baru, atau penambahan dan perubahan
sarana produksi, sistem atau proses, dan
4. Pemeriksaan bahaya dilakukan oleh mereka yang mengenal
dengan baik kondisi lingkungan kerjanya. Semakin dalam
pemahamannya, semakin rinci identifikasi bahaya yang apat
dilakukan. Karena itu, pengembangan daftar periksa perlu
melibatkan para pekerja setempat.

Tabel 2.6 Contoh Checklist


NO. PERTANYAAN

YA TIDAK

Apakah kondisi lantai dalam keadaan bersih dan tidak


1.
licin?
2.

Apakah penerangan cukup dan kondisi baik

3.

Apakah jalan-jalan aman dan tidak terhalang

4.

Apakah ventilasi mencukupi dan terpelihara


Apakah semua peralatan listrik dalam kondisi baik dan

5.
aman?
6.

Apakah alat pemadam tersedia dan kondisi baik ?

31

Apakah semua alat kantor dalam kondisi baik dan


7.
aman ?

2.3.1.7 Brainstorming
Brainstorming menurut Ramli (2010) yaitu melakukan
identifikasi bahaya dengan berdiskusi dalam suatu kelompok atau
tim ditempat kerja, tim dapat berasal dari suau bidang atau
departemen tetapi dapat juga bersifat lintas fungsi. Dalam kelompok
ini, setiap pekerja dapat mengungkapkan seluruh pendapatnya
mengenai bahaya yang ada dilingkungan kerja.

Berdasarkan prosedur identifikasi bahaya yang dilaksanakan PT.


Dirgantara Indonesia tidak baku dalam industri penerbangan. Maka dari
itu, peneliti menggunakan metode Task Risk Assessment (TRA) dalam
pelaksanaan identifikasi bahaya guna mengetahui kebutuhan pengendalian
administrasi tepatnya dalam penerapan safety sign.
Penggunaan dengan metode TRA dalam mengidentifikasi bahaya
dalam penelitian ini tepat sekali digunakan oleh peneliti. Dalam
mengidentifikasi yang membutuhkan teknik TRA yaitu jika pekerjaan
mengandung potensi bahaya yang tinggi seperti bekerja di ketinggian,
pembersihan tangki, pengelasan dan lainnya, pekerjaan yang sebelumnya

32

pernah mengalami kecelakaan, pekerjaan yang bersifat baru atau jarang /


belum pernah dilakukan sebelumnya. Hal tersebut sesuai dengan
karakterisitik keadaan dan pekerjaan yang terdapat di Bidang Profiling
Prismatic Machine yaitu memiliki mesin yang besar dan tinggi,
identifikasi bahaya jarang dilakukan, pernah terjadi kecelakan sebelumnya,
serta pekerjaan di bidang tersebut memiliki risiko yang tinggi.
Mengidentifikasi bahaya dengan metode TRA juga dapat dilakukan
berdasarkan jenis mesin. Oleh karena itu dalam proses mengidentifikasi
bahaya yang dilakukan oleh peneliti sendiri, peneliti menggunakan teknik
TRA.

2.3.2

Penilaian Risiko
Penilaian risiko adalah upaya untuk menghitung besarnya suatu
risiko dan mentapkan apakah risiko tersebut dapat diterima atau ditolak.
Mencakup dua tahapan proses yaitu menganalisa risiko (analysis risk)
dan mengevaluasi risiko (evaluation risk). Analisa risiko adalah untuk
menentukan besarnya suatu risiko yang merupakan kombinasi antara
kemungkinan dengan terjadinya dan keparahan jika risiko itu terjadi.
Sedangkan evaluasi risiko adalah untuk menilai apakah risiko tersebut
dapat diterima atau tidak, dengan membandingkan dengan standar yang
berlaku (Ramli, 2010). Metode dalam analisa risiko, yaitu :

33

2.3.2.1 Analisis kualitatif

Dalam

penilaian

risiko

dengan

analisa

kualitatif

menggunakan bentuk kata atau skala deskriptif untuk menjelaskan


seberapa besar kondisi potensial dari kemungkinan yang akan di
ukur. Pada

umumnya

analisis kualitatif digunakan untuk

menentukan prioritas tingkat risiko yang lebih dahulu harus


diselesaikan (AS / NZS 4360 : 2004).

Menurut standar AS/NZS 4360, kemungkinan / likelyhood


diberi rentang antara suatu risiko yang jarang terjadi sampai risiko
yang dapat terjadi setiap saat.

Tabel 2.7
Ukuran Kualitatif dari likelyhood Menurut standar AS/NZS 4360
Peringkat

Definisi

Uraian

Almost Certain

Dapat terjadi setiap saat

Likely

Kemungkinan terjadi sering

Possible

Dapat terjadi sekali-kali

Unlikely

Kemungkinan terjadi jarang

Sumber : Australian/New Zealand Standard (2004)

34

Tabel 2.8
Ukuran Kualitatif dari consequency MENURUT STANDAR
AS/NZS 4360
Peringkat

Definisi

Uraian
Tidak terjadi cedera, kerugian

Insignifant
finansial kecil
Cidera ringan, kerugian finansial

Minor
sedang
Cidera sedang, perlu penanganan

Moderate
medis, kerugian finansial besar
Cidera berat lebih satu orang,

Major

kerugian besar, gangguan


produksi
Fatal lebih satu orang, kerugian
sangat besar dan dampak luas

Catastrophic
yang berdampak panjang,
terhentinya seluruh kegiatan

Sumber : Australian/New Zealand Standard (2004)

35

Tabel 2.9
Perkiraan Probabilitas
Peringkat

Uraian

Uraian
> 0.1 kejadian (1 dalam 10

Sering terjadi

kemungkinan)
Sangat mungkin terjadi

0,1 0,01

Dapat terjadi atau


0,01 0,001

pernah terdengar

kejadian serupa
Jarang terjadi atau tidak
0,001 0,000001

pernah terdengar

kejadian serupa
Kemungkinan sangat
< 0,000001

E
kecil
Sumber : Australian/New Zealand Standard (2004)

2.3.2.2 Analisis kuantitatif

Dalam

penilaian

risiko

dengan

analisa

kuantitatif

menggunakan hasil perhitungan numerik untuk tiap konsekuensi dan


tingkat probabilitas dengan menggunakan data variasi, seperti
catatan kejadian, literatur, dan eksperimen. Dengan adanya sumber
data tersebut, hasil analisis kuantitatif memiliki keakuratan lebih
tinggi dibandingkan dengan analisis risiko yang lain (Kolluru, 1996).

36

Tabel 2.10 Analisis Kuantitatif

Sambaran petir

0,0000001 atau 1 dalam 10 juta


kejadian

Kebakaran / ledakan dirumah

0,000001 atau 1 dalam 1 juta

Mati dalam industri yang aman

0,00001 atau 1 dalam 100.000

Mati dalam kecelakaan lalu lintas

0,0001 atau 1 dalam 10.000

Mati di pertambangan

0,001 atau 1 dalam 1000

Terbang dengan pesawat komersil

0,00001 atau 1 dalam 100.000

Merokok

0,05 atau 1 dalam 200

Sumber : Center for Chemical process Safety (CCPS) (2000)

Contoh teknik kuantitatif antara lain :

Fault Tree Analysis (FTA)

Analisis Lapis Proteksi (Layer of Protection Analysis LOPA)

Analisa Risiko Kuantitatif (Quantitative Risk Analysis QRA)

2.3.2.3 Analisis Semi Kuantitatif

Dalam penilaian risiko dengan analisa semi kuantitaif yaitu


pada prinsipnya hampir sama dengan metode analisis kualitatif,
perbedannya terletak pada deskripsi parameter, pada analisis semi
kuantitatif dinyatakan dengan nilai atau skor tertentu. Menurut AS /
NZS 4360 : 1999, analisis semi kuantitatif mempertimbangkan

37

kemungkinan untuk menggabungkan 2 elemen, yaitu probabilitas


(likelihood) dan paparan (exposure) sebagai frekuensi.

Tabel 2. 11
Analisis Semi Kuantitatif
Konsekuensi
Kemungkinan

Tidak
signifikan

Kecil

Sedang

Berat

Bencana

B
C

S
R

T
S

T
T

E
E

E
E

E-Risiko Ekstrim

T-Risiko Tinggi

Kegiatan tidak boleh dilaksanakan atau dilanjutkan sampai risiko


telah direduksi.
Jika tidak memungkinkan untuk mereduksi risiko dengan
sumberdaya yang terbatas, maka pekerjaan tidak dapat
dilaksanakan.
Kegiatan tidak boleh dilaksanakan sampai risiko telah direduksi.
Perlu dipertimbangkan sumberdaya yang akan dialokasikan
untuk mereduksi risiko.

S-Risiko sedang

R-Risiko rendah

Apabila risiko terdapat dalam pelaksanaan pekerjaan yang masih


berlangsung, maka tindakan harus segera dilakukan.
Perlu tindakan untuk mengurangi risiko, tetapi biaya
pencegahan yang diperlukan harus diperhitungkan dengan teliti
dan dibatasi.
Pengukuran pengurangan risiko harus diterapkan dalam jangka
waktu yang ditentukan.
Risiko dapat diterima. Pengendalian tambahan tidak diperlukan.
Pemantauan diperlukan untuk memastikan bahwa pengendalian
telah dipelihara dan diterapkan dengan baik dan benar.

Sumber : Ramli (2010b)

38

2.3.3

Pengendalian Risiko

Risiko atau bahaya yang sudah diidentifikasi dan dilakukan


penilaian memerlukan langkah pengendalian untuk menurunkan
tingkat risiko atau bahaya ke titik yang aman. Untuk melakukan
pengendalian atau perubahan pengendalian risiko yang sudah ada
perlu melakukan tindakan yaitu hirarki pengendalian risiko. menurut
klausal 4.3.1 hirarki pengendalian risiko yaitu eliminasi, substitusi,
pengendalian teknis, pengendalian administratif/rambu keselamatan,
dan alat pelindung diri.
Seringkali, proses-proses pengendalian risiko pada hirarki
HIRARC, berujung pada rekomendasi pemasangan tanda-tanda
peringatan bahaya, tanda-tanda anjuran, ataupun tanda-tanda larangan
yang kita kenal dengan safety sign (Safety Sign Indonesia, 2013).
Berkaitan dengan risiko K3, pengendalian risiko dilakukan
dengan mengurangi kemungkinan atau keparahan dengan hirarki yaitu
: (Ramli, 2010a)
1. Eliminasi
Elimininasi

adalah

teknik

pengendalian

dengan

menghilangkan sumber bahaya, misalnya lobang dijalan ditutup,


ceceran minyak dilantai dibersihkan, mesin yang bising
dimatikan. Cara ini sangat efektif karena sumber bahaya
dieliminasi sehingga potensi risiko dapat dihilangkan. Karena itu,

39

teknik ini menjadi pilihan utama dalam hirarki pengendalian


risiko.
2. Substitusi
Substitusi adalah teknik pengendalian dengan mengganti
alat, bahan, sistem atau prosedur yang berbahaya dengan yang
lebih aman atau yang lebih rendah bahayanya. Teknik ini banyak
digunakam, misalnya, bahan kimia berbahaya dalam proses
produksi diganti dengan bahan kimia lain yang lebih aman.
3. Engineering Control / pengendalian teknis
Sumber bahaya biasanya berasal dari peralatan atau sarana
teknis yang ada dilingkungan kerja. Karena itu, pengendalian
bahaya

dapat

dilakukan melalui

perbaikan pada

desain,

penambahan peralatan dan pemasangan peralatan pengaman.


Sebagai contoh, mesin yang bising dapat diperbaiki secara teknis
misalnya dengan memasang dengan peredam suara sehingga
tingkat kebisingan dapat ditekan.
Pencemaran diruang kerja dapat diatasi dengan memasang
sistem ventilasi yang baik. Bahaya pada mesin dapat dikurangi
dengan memasang pagar pengaman atau sistem interlock.
4. Administrative Control / pengendalian administratif
Pengendalian

bahaya

juga

dapat

dilakukan

secara

administratif misalnya dengan mengatur jadwal kerja, istirahat,


cara kerja atau prosedur kerja yang lebih aman, rotasi atau

40

pemeriksaan kesehatan, pemasangan tanda bahaya atau ramburambu keselamatan.


Pada administrative control atau pengendalian administratif
dilakukan shift kerja, rotasi kerja dan mutasi personel, prosedur kerja
keselamatan, pemasangan

simbol/tanda-tanda

bahaya

termasuk

radiasi, lembar data keselamatan bahan (Material Safety Data


Sheet:MSDS) didaerah kerja (BATAN, 2012). Contoh pengendalian
risiko pada administratif control menurut BATAN (2012) terbagi
menjadi 7 yaitu jadwal pemeliharaan, on the job training, standard
operating procedure (SOP), rambu/amaran atau peringatan, program
kepedulian, jawal pemantauan, kesiapsiagaan dan tanggap darurat.
Pemasangan tanda keselamatan pada lingkungan kerja
adalah suatu upaya dalam implementasi pengendalian risiko yang
dapat mengantarkan paradigma pekerja untuk bekerja aman serta
menekan tingkat risiko. Lingkungan yang dikelilingi radiasi
khususnya wajib memasang tanda keselamatan agar pekerja maupun
pengunjung di wilayah pekerja mengetahui akan bahaya radiasi di
tempat tersebut ada. Dengan adanya tanda keselamatan atau rambu
keselamatan pekerja

juga akan lebih awareness terhadap bahaya

dilingkungan kerja. Serta menjadikan petunjuk arah jika terjadi


keadaan darurat di tempat kerja. Menurut Ramli (2010b) bahaya yang
ada di tempat kerja memiliki perbedaan tergantung jenis pekerjaan dan

41

tanda keselamatan mengikuti sesuai dengan bahaya atau lay out di


lingkungan kerja.

5. PPE / Alat pelindung diri


Pilihan terakhir untuk pengendalian bahaya adalah dengan
memakai alat pelindung diri. Misalnya, pelindung kepala, sarung
tangan, pelindung pernafasan (respirator/masker), pelindung jatuh, dan
pelindung kaki. Dalam konsep K3, penggunaan APD merupakan
pilihan terakhir atau last resort dalam pencegahan kecelakaan. Hal ini
disebabkan karena alat pelindung diri bukan untuk mencegah
kecelakaan (reduce likelyhood) namun hanya sekedar mengurangi efek
atau keparahan kecelakaan (reduce consequences).

Gambar 2.1 Hirarki Pengendalian


Sumber : Ramli (2010)

42

2.4

Safety Sign (Tanda Keselamatan)


2.4.1

Pengertian
Safety sign adalah adalah tanda informasi yang bersifat
himbauan, peringatan, maupun larangan. Ditujukkan secara positif
untuk mengendalikan, mengatur, dan melindungi publik. (Tinarbuko,
2008).
Pengertian safety sign atau tanda keselamatan menurut
beberapa sumber yaitu :
a. Menurut OSHA
Menurut OSHA, Sign / tanda adalah peringatan bahaya,
sementara atau permanen ditempelkan atau ditempatkan, di lokasi
di mana terdapat bahaya. Tanda-tanda akan dihapus ketika bahaya
sudah tidak ada lagi atau ditutupi selama jam ketika tidak ada
bahaya bagi pekerja atau masyarakat.(Simpson, 2013).
OSHA mempersempit ruang lingkup untuk menutup semua
tanda-tanda keselamatan kecuali orang-orang yang dirancang untuk
jalan-jalan, jalan raya, rel kereta api dan peraturan kelautan.
Spesifikasi tidak berlaku untuk papan buletin tanam atau poster
keselamatan. Peraturan tanda OSHA fokus pada pencegahan
potensi bahaya yang dapat menyebabkan cedera pada pekerja atau
masyarakat, atau kerusakan properti. (Simpson, 2013).

43

Rambu- rambu / simbol- simbol K3 adalah peralatan yang


bermanfaat

untuk

membantu

melindungi

kesehatan

dan

keselamatan para karyawan dan pengunjung yang sedang berada di


tempat

kerja.

Rambu-rambu

keselamatan

berguna

untuk

(Abdurrahman, 2013) :
a. Menarik perhatian terhadap adanya bahaya kesehatan dan
keselamatan kerja.
b. Menunjukkan adanya potensi bahaya yang mungkin tidak
terlihat.
c. Menyediakan informasi umum dan memberikan pengarahan.
d. Mengingatkan para karyawan dimana harus menggunakan
peralatan perlindungan diri.
e. Mengindikasikan dimana peralatan darurat keselamatan berada.
f. Memberikan peringatan waspada terhadap beberapa tindakan
yang atau perilaku yang tidak diperbolehkan.

b. Menurut ANSI (American National Standard Institute)


Safety Sign menurut standar ANSI yaitu tanda-tanda
keselamatan yang dapat menarik perhatian dengan jelas
mengingatkan

tentang potensi

bahaya.

Meskipun

banyak

organisasi dan perusahaan telah membuat pedoman sendiri untuk


memproduksi tanda-tanda keselamatan yang efektif dan nyata.
Standar yang ditetapkan oleh American National Standards

44

Institute (ANSI) biasanya norma yang paling diterima dalam


penerapan tanda (Marquette, 2013).

c. Menurut BSI (British Standard Institute)


British Standar Institute (BSI) adalah standar mengenai
penerapan tanda keselamatan. BSI memberikan peningkatan
representatif

teknis

dari

tanda-tanda

keselamatan

dan

memperkenalkan prinsip utama sebagai berikut (BSI, 1996) :


-

Memberikan rekomendasi dengan penggunaan huruf besar


dan kecil

Memberikan penjelasan untuk orang tuna netra

agar

membaca dan memahami seperti: peringatan, Api keluar


dll.
-

Semua tanda-tanda keselamatan BSI sekarang mematuhi


standar dengan teknis terbaru lainnya.

Standar safety sign dengan BSI series 5499 peneliti gunakan


dalam acuan penelitian mengenai kesesuaian keberadaan safety
sign. Semua standar safety sign yang ada memiliki kelebihan
masing-masing, akan tetapi dengan standar BSI dijelaskan
secara rinci mengenai ukuran, warna, spesifikasi, jenis, bentuk,
dan sebagainya secara lengkap.

45

Pembuatan Safety Sign yang baik menurut Sumbo


Tinarbuko (2008), yaitu harus memenuhi 4 kriteria berikut ini :
1. Mudah dilihat
Penempatan sign juga harus dipikirkan secara tepat. Dan
penempatan sign yang baik yaitu ditempat yang mudah
diakses orang.
2. Mudah dibaca
Bentuk huruf atau tipografi yang digunakan dalam sign.
Sebisa mungkin dapat terbaca.
3. Mudah dimengerti
Bentuk penulisan yang tertera pada sign harus mudah untuk
dipahami. Bentuk tulisan juga sebisa mungkin singkat dan
padat.
4. Dapat dipercaya
Kebenaran informasi yang ada dapat dipercaya tidak
menyesatkan.

Menurut Sumbo Tinarbuko (2008) dalam merancang desain


untuk Sign sistem harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut ini
:
1. Memahami institusi dan lingkungannya serta mengetahui
kegiatan utama institusi tersebut.

46

2. Mengidentifikasi fasilitas yang akan dipresentasikan. Serta sign


harus mengidentifikasikan fasilitas apa saja yang ada di institusi
itu.
3. Menentukan lokasi penempatan serta lokasi harus mudah dilihat
dan mudah diakses oleh semua orang.
4. Implementasi sign sistem. Selain desain, kita juga harus
memperhatikan material Dalam pembuatan sign. Sekarang ini,
desain menarik dan informasi yang benar saja tidaklah cukup.

2.4.2

Kategori Safety sign

2.4.2.1 Kategori Berdasarkan OSHA


Berikut adalah spesifikasi safety sign menurut OSHA dalam
(Simpson, 2013) , yaitu :
a. Tanda Bahaya / Danger Sign
OSHA membutuhkan tanda bahaya menjadi merah untuk
panel atas dengan garis hitam di perbatasan dan panel bawah putih
untuk kata-kata tambahan. Tidak ada variasi yang diizinkan.
OSHA mensyaratkan majikan untuk mendidik karyawan bahwa
tanda-tanda bahaya dan tindakan pencegahan yang diperlukan.
Gambar diterima tanda bahaya yang terkandung dalam peraturan
OSHA (Simpson, 2013).

47

b. Tanda Peringatan / Warning Sign


Tujuan dari tanda hati-hati adalah untuk memperingatkan
potensi bahaya atau untuk mengingatkan terhadap praktik yang
tidak aman. Menurut peraturan OSHA, tanda hati-hati memiliki
latar belakang kuning. Hitam diperlukan untuk panel atas dengan
tulisan kuning, membaca PERHATIAN Semakin rendah panel
kuning untuk kata-kata tambahan yang harus hitam. Bahan tanda
dan warna yang ditetapkan dalam Standar Nasional Amerika dan
dihubungkan pada website OSHA (Simpson, 2013).

c. Tanda Exit / Keluar (Emergency Sign)


OSHA membutuhkan tanda keluar berada di latar belakang
putih dengan huruf merah tidak kurang dari 6 inci tinggi. Script
Font harus tidak kurang dari 3/4th dari satu inci tebal.
d. Tanda dan Arah Keselamatan
Tanda keselamatan harus memiliki putih dengan panel atas
hijau dengan tulisan putih untuk menyampaikan pesan utama.
Panel bawah adalah menjadi huruf hitam pada latar belakang putih.
OSHA membutuhkan tanda-tanda arah untuk penggunaan non-lalu
lintas harus memiliki latar belakang putih dengan panel hitam dan
simbol directional putih.

48

e. Tanda Lalu Lintas


Daerah konstruksi harus memiliki tanda lalu lintas terbaca
yang memperingatkan bahaya. Semua rambu lalu lintas dan
perangkat yang digunakan untuk melindungi pekerja konstruksi
harus sesuai dengan Bagian VI Manual Uniform Traffic Control
Devices. Salinan manual ini tersedia di situs OSHA.

2.4.2.2 Kategori Berdasarkan ANSI Z535


Klasifikasi Safety Sign menurut standard ANSI Z535, yaitu :
(Marquette, 2013)
a. Tanda Bahaya (Danger Sign)
ANSI

telah

metetapkan

kata

bahaya

untuk

menggambarkan bahaya langsung yang dapat mengakibatkan


cidera parah atau kematian. Bahaya merupakan tingkat
tertinggi bahaya dalam situasi tertentu. ANSI juga telah diberi
warna merah untuk menunjukkan bahaya atau berhenti.
b. Tanda Peringatan (Warning Sign)
Peringatan menandakan tingkat tertinggi kedua dari
bahaya dan situasi indicatespotentially berbahaya di mana akan
memungkinkan terluka parah atau kematian. Warna oranye
digunakan pada tanda peringatan untuk memberi tahu bagian
dari mesin yang tidak aman dan yang peralatan energi.

49

c. Tanda Waspada (Caution Sign)


Tanda hati-hati mengingatkan pada situasi yang
membahayakan seperti menderita cedera kecil atau sedang,
atau memperingatkan terhadap perilaku berisiko. Selain itu
tanda hati-hati menurut ANSI dengan latar belakang kuning
solid, garis-garis kuning dan hitam atau pola kotak-kotak
kuning dan hitam.

d. Tanda Keselamatan lainnya (Others Safety Sign)


Tidak terkait dengan warna, tanda-tanda pemberitahuan
memberitahu tentang pedoman perusahaan yang berhubungan
dengan keselamatan atau keamanan properti perusahaan.
Tanda-tanda keselamatan umum memberikan petunjuk tentang
langkah-langkah

keamanan

yang

tepat,

praktek-praktek

keselamatan dan di mana untuk menemukan peralatan


keselamatan. Tanda-tanda ini tidak terkait dengan warna
tertentu. Tanda-tanda keselamatan kebakaran mengingatkan ke
lokasi alat pemadam kebakaran seperti alat pemadam
kebakaran. ANSI belum diberi warna wajib untuk tanda-tanda
ini.

50

e. Warna Keselamatan (Color Safety)


Beberapa warna keselamatan ANSI tidak berhubungan
dengan kata tertentu, tetapi mengidentifikasi peralatan dan
lokasi. Hijau mengidentifikasi peralatan keselamatan, kit
pertolongan

pertama

dan

pintu

keluar

darurat.

Biru

menandakan adanya informasi keselamatan pada tanda-tanda


dan papan buletin. Sampai saat ini, warna ungu, abu-abu dan
coklat tidak membawa makna tertentu.

f. Penempatan
Sama seperti ANSI mengatur warna dan kata-kata pada
tanda, juga mendikte penempatan tanda-tanda keselamatan, dan
tidak harus berada dalam bahaya sebelum melihat tanda. Ini
berarti bahwa semua tanda-tanda keselamatan harus digantung
di lokasi yang memberikan banyak waktu untuk menghindari
bahaya. Kata-kata pada tanda harus dapat dibaca dan
ditempatkan di lokasi di mana tidak menjadi bahaya untuk diri
sendiri. Selain itu tanda tidak dapat menggantung di pintu,
jendela atau benda portabel lainnya yang pergerakan objek
akan menyembunyikan tanda.

51

Menurut Standar ANSI Z535.4-2007 for Product Safety Sign


and Labels, panel pesan sinyal ditandai dengan warna sign yang
berbeda-beda, yaitu diantaranya :
a. Danger sign / tanda bahaya background berwarna
merah dengan

kata DANGER berwarna putih.

Mengindikasikan

situasi

bahaya

yang

memiliki

kemungkinan tinggi terjadinya kematian atau luka serius.


b. Warning sign / tanda peringatan background
berwarna oranye dengan kata

WARNING berwarna

hitam. Mengindikasikan situasi kemungkinan terjadinya


kecelakaan serius atau kematian.
c. Caution sign / tanda waspada background berwarna
kuning

dan

kata

Mengindikasikan

CAUTION
situasi

berwarna

berbahaya

hitam.

yang

bisa

menyebabkan luka ringan atau sedang.


d. Notice sign / perhatian background berwarna biru
dengan kata NOTICE berwarna putih. Mengindikasikan
pesan

yang

disampaikan

berhubungan

dengan

keselamatan personil atau perlindungan terhadap properti


perusahaan bersangkutan
e. Emergency / safety first / utamakan keselamatan
background berwarna hijau dan gambar atau kata
berwarna putih. Memberikan Instruksi-instruksi umum

52

yang berhubungan dengan praktek kerja yang aman dan


memberikan tanda jalur evakuasi.

Disain safety sign dengan ANSI dilengkapi dengan signal


word seperti warning, danger, caution, notice, safety first seperti
penjelasan diatas juga dilengkapi dengan symbol panel

piktogram serta terdapat kalimat yang memberikan pesan dari sign


tersebut. Contohnya seperti gambar dibawah ini :

Gambar 2.2 Format safety sign yang dilengkapi signal


word panel dan word message
Sumber : ANSI Z535.4-2007 for Product Safety Sign and
Labels.

53

Piktogram / simbol

yang dimilki standar Amerika

berdasarkan ANSI Z535.3-2011 Criteria for Safety Symbol yaitu


dapat digambarkan sebgai berikut :

54

Gambar 2.3Piktogram dengan STANDAR ANSI Z535


Sumber : ANSI Z535.3-2011 Criteria for Safety Symbol.

2.4.2.3 Kategori Safety Sign menurut BSI 5499


Berdasarkan warna, piktogram, simbol pada standar BSI sedikit
memilki perbedaan dengan standar ANSI, akan tetapi maksud dan

55

tujuanya sama. Berikut adalah kategori safety sign dengan panel simbol
prohibition / tanda larangan, command yaitu tanda mengindikasikan
peralatan keselamatan, danger yang mengindikasikan adanya bahaya,
rescue yang memberikan info kerja secara aman, fire protection yaitu
mengindikasikan adanya alat pemadam kebakaran.

Gambar 2.4 Kategori safety sign


Sumber : Standar BSI 5499 (www.bradyeurope.com)

56

Gambar 2.5 Kategori safety sign


Sumber : Standar BSI 5499 (www.bradyeurope.com)

a. Tanda Larangan (Prohibition Sign)


Prohibition Sign adalah salah satu rambu larangan
dalam British Standard (BS) yang sering digunakan oleh
perusahaan-perusahaan Multinasional yang berpusat di Inggris
juga atau negara-negara persemakmuran, seperti Australia,

57

Singapura, Malaysia, dan lain-lain. Sering pula digunakan


perusahaan multinasional yang berasal dari Eropa.
Prohibited Sign dalam bahasa indonesia disebut rambu
larangan, bertujuan untuk memberitahukan kepada orang yang
melihat untuk tidak melakukan hal-hal yang dilarang tersebut
karena dapat mengakibatkan kecelakaan fatal. Prohibited Sign
ditandai dengan piktogram berwarna hitam yang dikelilingi
geometri outline lingkaran dan tanda silang tunggal berwarna
merah.

Gambar 2.6 Tanda Larangan


Sumber : Standar BSI 5499 (www.bradyeurope.com)

58

b. Tanda Bahaya (Danger Sign)


Tanda

bahaya

adalah

rambu

bahaya,

yang

mengindikasikan kondisi yang sangat dekat dengan bahaya,


yang jika tidak dihindari, akan menyebabkan kematian atau
cedera serius. Rambu ini dibatasi penggunaannya hanya untuk
kondisi yang sangat ekstrim saja. Danger Sign ditandai dengan
bagian header berwarna merah ditambah geometri segitiga
dengan tanda seru dan tulisan danger atau bahaya berwarna
putih. Danger Sign yang sering digunakan antara lain : Bahaya
listrik tegangan tinggi, Bahaya radiasi, Bahaya bahan beracun,
dan lain-lain.

Gambar 2.7 Tanda Bahaya


Sumber : Standar BSI 5499 (www.bradyeurope.com)

59

c. Tanda Keadaan Darurat (Safety First / Emergency Sign)


Safety First / Emergency Sign adalah rambu utamakan
keselamatan / darurat. Walaupun pada beberapa industri di
Indonesia ada yang menggunakan header Safety First
(Utamakan Keselamatan) dan ada pula yang menggunakan
header Emergency (Darurat), namun pada prinsipnya Safety
First / Emergency Sign digunakan untuk menyampaikan
instruksi umum yang berhubungan dengan praktik kerja aman,
mengingatkan

prosedur

keselamatan

yang

sesuai

dan

menunjukkan lokasi peralatan keselamatan. Safety First /


Emergency Sign ditandai dengan bagian header berwarna hijau
dan tulisan Utamakan Keselamatan / Darurat berwarna putih.

60

Gambar 2.8 Tanda Keadaan Darurat


Sumber : Standar BSI 5499 (www.bradyeurope.com)

d. Tanda Api
Fire Sign / tanda api adalah salah satu rambu
pemadaman api yang cukup populer dalam British Standard
(BS) yang sering digunakan oleh perusahaan-perusahaan
Multinasional yang berpusat di Inggris atau negara-negara
persemakmuran, seperti Australia, Singapura, Malaysia, dan

61

lain-lain. Sering pula digunakan perusahaan multinasional yang


berasal dari Eropa. Fire Sign dalam bahasa indonesia disebut
rambu pemadaman api, bertujuan untuk memberikan informasi
kepada orang yang melihatnya agar mengetahui dimana letak
peralatan pemadaman api seperti fire extinguisher, fire hydrant,
fire alarm, dan lain-lain ketika terjadi kebakaran. Fire Sign
ditandai dengan piktogram berwarna putih yang dikelilingi
bentuk geometri segi empat berwarna merah.

62

Gambar 2.9 Tanda Api


Sumber : Standar BSI 5499 (www.bradyeurope.com)

e. Tanda Kondisi Aman


Safe

Condition

Sign

adalah

salah

satu

rambu

penyelamatan dalam British Standard (BS) yang sering

63

digunakan oleh perusahaan-perusahaan Multinasional yang


berpusat di Inggris juga atau negara-negara persemakmuran,
seperti Australia, Singapura, Malaysia, dan lain-lain. Sering
pula digunakan perusahaan multinasional yang berasal dari
Eropa.
Safe Condition Sign dalam bahasa indonesia disebut
rambu darurat, bertujuan untuk memberikan informasi kepada
orang yang melihatnya untuk mengetahui dimana letak
peralatan untuk menangani keadaan darurat. Safe Condition
Sign ditandai dengan pictogram berwarna putih yang dikelilingi
bentuk geometri segi empat berwarna hijau.

f. Tanda Perintah Alat Pelindung Diri (Mandatory Sign)


Mandatory

Sign adalah tanda yang bertujuan untuk

memberikan perintah agar pekerja dalam kondisi aman dengan


menggunakan alat pelindung diri sesuai dengan bahaya yang
ada di lingkungan kerja.

64

Gambar 2.10 Tanda Perintah APD (1)


Sumber : Standar BSI 5499 (www.bradyeurope.com)

65

Gambar 2.11 Tanda Perintah APD (2)


Sumber : Standar BSI 5499 (www.bradyeurope.com)

66

2.4.3

Psikologi Warna Berdasarkan BSI 5499

Gambar 2.12 Psikologi Warna Menurut BSI


Sumber : Standar BSI 5499 (www.bradyeurope.com)

Dimulai dari warna adalah peran penting sebagai tanda


keselamatan (safety sign), diantaranya dapat menyampaikan
pesan dan dapat memberikan arti keselamatan secara spesifik.
Sifat dari warna tanda keselamatan, yang artinya adalah :
-

Merah

: Larangan

Biru

: Perintah / saran

Kuning

: Peringatan / Perhatian

Hijau

: Kondisi selamat dan pertolongan pertama

67

Berdasarkan studi pendahuluan PT. Dirgantara Indonesia dalam penerapan


safety sign juga menggunakan standar ANSI dan BSI (pihak ketiga perusahaan).
Oleh karena itu,dalam penelitian ini standar yang lebih cocok digunakan di PT.
Dirgantara Indonesia dalam menganalisa penerapan standar safety sign yaitu
dengan standar ANSI dan BSI.

2.5 Kerangka Teori

Bahaya /
Hazard

Penilaian
Risiko

Pengendalian
bahaya

Kebutuhan
safety sign

2.1 Bagan Alur. Kerangka Teori

68

BAB III
KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI ISTILAH
3.1 Kerangka Berpikir
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif untuk menganalisis
kesesuaian keberadaan safety sign berdasarkan hasil identifikasi bahaya di
Bagian Profilling Prismatic Machine Departemen Machining Direktorat
Produksi PT. Dirgantara Indonesia. Setelah diketahui bahaya dan mengetahui
apa saja kebutuhan safety sign yang dibandingkan dengan konsep standar
safety sign ANSI Z535 dan BSI 5499.
Pengambilan data primer yaitu melakukan identifikasi bahaya di
Bidang Profilling Prismatic Machine dengan pengelompokkan mesin dan
proses kerjanya yang memiliki risiko bagi pekerja maupun tamu perusahaan
yang datang ke Bidang Profilling Direktorat Produksi. Maka langkah
selanjutnya yaitu dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan
yang bersangkutan untuk menemukan bagaimana langkah dalam menentukan
identifikasi bahaya dan menghasilkan kebijakan mengenai pengendalian
bahaya yang telah dilakukan. Selanjutnya menganalisa kebutuhan dan
kesesuaian safety sign berdasarkan hasil identifikasi bahaya.

69

Kerangka Berpikir
Input

1. Identifikasi bahaya dan


keberadaan safety sign
2. Indikator (undang
undang , standar safety
sign, SOP)

Proses

Analisa kebutuhan safety


sign berdasarkan
identifikasi bahaya &
penilaian risiko

Output
Kesesuaian keberadaan safety
sign dengan potensi bahaya
dan risiko dan standar ANSI
Z535 dn BSI 5499

3.1 Bagan Alur. Kerangka Konsep

70

3.2 DEFINISI ISTILAH


Istilah
Identifikasi
bahaya

Keberadaan
safety sign

Definisi

Cara Ukur

Identifikasi bahaya adalah upaya sistematis


untuk
mengetahui adanya bahaya dalam aktivitas
organisasi. Identifikasi bahaya
merupakan
landasan
dari
manajemen risiko.

Wawancara
Observasi

Penerapan safety sign yang sudah ada


-

Observasi
Wawancara
(informan utama
dan pendukung)

Alat Ukur
-

Kebutuhan
safety sign

Segala sesuatu yang dibutuhkan


dalam penerapan safety sign sesuai dengan hasil identifikasi bahaya

Observasi
Telaah dokumen
identifikasi bahaya
-

Hasil Ukur
Hasil
identifikasi
bahaya,
penilaian
risiko

Validitas

Tabel TRA (Task


Risk Assessment)
dilakukan oleh
peneliti
Daftar pertanyaan
wawancara
Kamera
Alat recording
Tabel TRA (Task
Risk Assessment)
Standar ANSI dan
BSI
Kamera

Hasil
penerapan
pengendalian safety sign
-

Standar ANSI Z535


dan BSI 5499
Hasil observasi
Hasil gambar

Tabel Kebutuhan
Standar ANSI
Z535 dan BSI
5499
Tabel identifikasi
bahaya

Hasil
analisis
kebutuhan
safety sign
berdasarkan
hasil
identifikasi
bahaya dan
keberadaan

Observasi
Standar ANSI Z355
dan BSI 5499

Transkip
wawancara
Hasil Observasi

71

Kesesuaian
safety sign

Diperolehnya informasi terkait


kualitas & kuantitas penerapan
safety sign yang sudah ada, yaitu
dengan cara membandingkan hasil
kebutuhan safety sign berdasarkan
hasil identifikasi bahaya dengan
keyataan keberadaan safety sign

Perbandingan
keberadaan safety
sign dan kebutuhan
safety sign

Data keberadaan
safety sign
Hasil kebutuhan
safety sign
Standar ANSI Z535 BSI 5499
Dokumen
perusahaan

safety sign
Sesuai dan
tidak sesuai
dengan
potensi
bahaya,
risiko dan
standar
ANSI Z535
dan BSI
5499

Standar ANSI
Z535 dan
rekomendasi BSI
5499
Identifikasi bahaya

72

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang ditujukan untuk
mendapatkan informasi tentang kesesuaian keberadaan safety sign berdasarkan
hasil identifikasi bahaya di Bidang Profilling Prismatic Machine Departemen
Machining.
4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan bulan April hingga Juli tahun 2014 di PT.
Dirgantara Indonesia Bandung.

4.3 Informan Penelitian


Pemilihan informan ini dilakukan dengan menggunakan metode
snowball sampling, dengan teknik snowball sampling yaitu penentuan
sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini dipinta
untuk

memilih

teman-temannya

untuk

dijadikan

sampel,

begitu

seterusnya. Sehingga jumlah sampel semakin banyak. (Sugiyono, 2008).


Informan yang akan di teliti di PT. Dirgantara Indonesia adalah
sebagai berikut :

73

Tabel 4.1 Informan Penelitian

No.

Bentuk

Definisi

Informan

1. Utama

Informan

Orang yang terlibat dengan Staf Departemen K3LH


pelaksanaan identifikasi bahaya
di Departemen K3LH secara
menyeluruh dan mengeluarkan
kebijakan penerapan safety sign.

2. Kunci

Seseorang yang secara lengkap Seseorang


dan

mendalam

yang

ditunjuk

mengetahui peneliti, berprofesi di bidang

informasi yang akan menjadi K3 dan ahli dalam penilaian


permasalahan dalam penelitian.

identifikasi

bahaya,

rekomendasi

serta

pengendalian

dalam penerapa safety sign di


lingkungan

kerja

yang

terdapat bahaya.
3. Pendukung

Orang yang dapat membantu Kepala

pekerja

dalam pelaksanaan identifikasi bidang

yang

di
ada

setiap
di

bahaya dan wawancara tentang Departemen Metal Forming


keadaan safety sign, karena yaitu Supervisor dan Team
informan pendukung memiliki Leader.
tangung jawab terhadap proses
kerja.

Tabel 4.2 Karakteristik Informan

No.
1.

2.

Informan
Utama 1

Utama 2

Kode
01
02

Jabatan/Pekerjaan
Kepala staf bidang pengendalian &
pengawasan
Staf bidang pengendalian & pengawasan
74

3.

Utama 3

03

Staf bidang pengendalian & pengawasan

4.

Utama 4

04

Staf bidang pengendalian & pengawasan

5.

Pendukung 1

001

Manajer

6.

Pendukung 2

002

Supervisatau Machining

7.

Pendukung 3

003

Supervisatau Machining

8.

Kunci

09

Staf ahli K3 diluar PT. Dirgantara Indonesia

4.4 Instrumen Penelitian


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Peneliti sendiri, yang dimaksud peneliti sebagai instrumen yaitu pada
tahap pengumpulan data, peneliti menggunakan wawancara terbuka
kepada inforaman. Pertanyaan yang diajukan dapat melebar berdasarkan
fokus

penelitian

yang

pertanyaannya

langsung

diucapkan

atau

ditambahkan oleh peneliti sendiri.


2. Tabel identifikasi bahaya, menggunakan TRA (Task Risk Assessment)
dengan standar AS/NZS 4360
3. Pedoman wawancara / indepth interview mengenai prosedur pengendalian
dengan safety sign.
4. Lembar observasi untuk menganalisis keberadaan safety sign berdasarkan
hasil identifikasi bahaya.
5. Pedoman standar safety sign Amerika dengan ANSI Z 535 dan Eropa
dengan British Standard Institute (BSI 5499).
6. Dokumen standar operasional prosedur safety sign yang telah di tetapkan
perusahaan.
7. Dokumen standar operasional prosedur CNC Operator bidang Profilling
Prismatic Machine
75

8. Checklist sebagai pendukung observasi dalam membandingkan kebutuhan


safety sign dengan kenyataan keberadaan safety sign diperusahaan, guna
untuk mendapatkan kesesuaian.
9. Alat perekam.
10. Alat tulis.
11. Kertas catatan.
12. Kamera.
13. Laptop.

4.5 Sumber Data


4.5.1

Data Primer
Data primer dari hasil wawancara mendalam / indepth interview,
observasi.

4.5.2

Data Sekunder
Data sekunder dengan menggunakan dokumen prosedur penerapan

safety sign dengan No. Dok D4 S2 07, tingkat kecelakaan, nilai SIR dan
FIR, jumlah bidang di Departemen Machining, serta Standar Operational
Prosedur CNC Operator di Bidang Profilling Prismatic Machine.

4.6 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang diambil dari penelitian ini adalah
dengan observasi lapangan, wawancara mendalam / indepth interview, dan
studi dokumentasi, yang dapat digambarkan kedalam matriks seperti dibawah
ini :
76

Tabel 4.3 Metode Pengumpulan Data


No.
1.

Metode

Keterangan

Observasi
Lapangan

2.

Wawancara
Mendalam
indepeth
interview

3.

Telaah Dokumen

Form
identifikasi
bahaya
Keberadaaan safety
sign
Transkrip
wawancara dalam
penerapan
safety
sign.
Matriks wawancara
dalam
penerapan
safety sign
SOP
Penerapan
safety sign
SOP proses kerja
Bidang Profilling
Kebutuhan
safety
sign
Standar ANSI Z535
dan BSI 5499

Jumlah
-

Setiap mesin
Proses kerja

Manajer
Supervisor
Staf
Departemen
K3LH

4.7 Pengolahan Data


Pengolahan data yang dilakukan untuk menganalisis kesesuaian
keberadaan safety sign berdasarkan bahaya yang terdapat di Departemen
Machining Divisi Detail Part Manufacturing Direktorat Produksi, yaitu
diantaranya :
1. Melakukan pengelolaan data hasil identifikasi bahaya dengan Task Risk
Assessment (TRA).
2. Melakukan pengelolaan data observasi terkait keberadaan safey sign yang
terpasang di Departemen Machining, hal ini berguna pada saat

77

menganalisis kesesuaian keberadaan safety sign dibandingkan dengan hasil


kebutuhan safety sign berdasarkan hasil identifikasi bahaya
3. Pengelolaan data untuk mengetahui bahaya apa saja yang perlu diberi
tanda keselamatan / safety sign yaitu dengan TRA, sebagai pemenuhan
kebutuhan yang didapat dari hasil hasil identifikasi bahaya dan penilaian
risiko di Bidang Profilling Prismatic Machine.
4. Data yang telah dikumpul guna mendapatkan kesesuaian, disusun dalam
bentuk tabel yaitu hasil observasi keberadaan safety sign, data kebutuhan
safety sign dengan standar safety sign ANSI Z.535 dan BSI 5499
berdasarkan hasil identifikasi bahaya.

4.8 Analisis Data


Analisis data pada penelitian ini menggunakan pendekatan analisis
kualitatif seperti yang diungkapkan oleh Milles dan Huberman dalam Tjetjep
(1992) terdiri dari :
1. Reduksi Data
Pada tahap ini dilakukan pemilihan tentang relevan tidaknya
antara data dengan tujuan penelitian. Data-data yang tidak penting dan
tidak

berkaitan

dengan

kebutuhan

penelitian

kemudian

dihapus/dihilangkan dan tidak dilakukan analisis lebih lanjut.


Sementara data-data yang penting kemudian diolah dan dianalisis
lebih lanjut.

78

2. Penyajian Data
Data-data pada variabel input yaitu hasil identifikasi bahaya,
keberadaan safety sign, SOP, undang-undang prosedur, dokumen.
Pada variabel proses yaitu analisa kebutuhan safety sign berdasarkan
identifikasi bahaya). Pada variabel output yaitu kesesuaian keberadaan
safety sign, berdasarkan hasil perbandingan antara penerapan/
keberadaan safety sign dengan kebutuhan safety sign yang sudah
direduksi kemudian dibuat dalam bentuk tabel, interpretasi hasil tabel,
hasil matriks, dan trasnkip wawancara.
3. Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis
isi atau content analysis. Dengan teknik analisis isi data-data dari
masing-masing variabel dalam penelitian ini (variabel input, proses
dan output) yang sudah direduksi dan disajikan kemudian dilihat
kesesuaiannya berdasarkan perbandingan kenyataan penerapan safety
sign dengan kebutuhan safety sign. Pada tahap proses yaitu analisa
kebutuhan safety sign, peneliti menggunakan standar ANSI Z535 dan
BSI 5499. Apakah hasil yang didapat pada kebutuhan safety sign,
sesuai atau tidak dengan kenyataan dilapangan berdasarkan hasil
identifikasi bahaya, risiko dan penerapan pengendalian bahaya.
4. Penarikan Kesimpulan

79

Kesimpulan dalam penelitian ini didapatkan setelah peneliti


melakukan analisis data. Penarikan kesimpulan yaitu dengan
mengaitkan antara hasil yang didapat dari penelitian dan dihubungkan
dengan teori dan standar safety sign.
4.9 Triangulasi Data
Untuk melengkapi keabsahan data peneliti menggunakan teknik
triangulasi data agar data yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan pada
saat penarikan kesimpulan. Menurut Denzin (1994) dapat dibedakan menjadi
4 macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yaitu triangulasi metode,
sumber, teori, dan penyidik. Dalam penelitian ini, uji keabsahan data
menggunakan triangulasi sumber dan metode, dimana menurut Sugiono
(2012) triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang
berbeda-beda dengan teknik yang sama. Sedangkan trianguasi metode adalah
teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari
sumber yang sama. Adapun untuk mencapai kepercayaan itu, langkah yang
akan dicapai adalah sebagai berikut :
1. Triangulasi Sumber
Melakukan pemeriksaan terhadap hasil wawancara mendalam
dengan informan utama dan pendukung. Pemeriksaan dilakukan dengan
membandingkan hasil wawancara mendalam dari informan utama dengan
informan pendukung tentang potensi bahaya dan penerapan safety sign.
Selanjutnya adanya informan kunci untuk memberikan masukan, pada

80

tahap melakukan identifikasi bahaya dan kebutuhan safety sign yang


dilakukan peneliti.

2. Triangulasi Metode
Metode yang digunakan selain wawancara mendalam, yaitu dengan
observasi, telaah dokumen dan membandingkan dengan standar regulasi
safety sign. Pada teknik observasi, dilakukan untuk mendukung hasil dari
wawancara mendalam. Adapun observasi yang dilakukan yaitu dengan
melakukan identifikasi bahaya dan observasi keberdadaan safety sign.
Sedangkan telaah dokumen yaitu dengan Standar Operasional Prosedur
Penerapan safety Sign dan Proses kerja di Bidang Profilling. Standar
regulasi safety sign berdasarkan ANSI Z535 dan BSI 5499, yaitu
digunakan pada tahap pemenuhan kebutuhan safety sign berdasarkan hasil
potensi bahaya yang ada. Adapun tabel triangulasi data dapat dilihat
sebagai berikut
Tabel 4.4
Triangulasi data
Triangulasi Data
Variabel
Penelitian

Prosedur
penerapan
safety sign
Kondisi
safety sign
Standar

Triangulasi Sumber
Informan
Utama

Informan
Pendukung

Triangulasi Metode

Informan
Kunci
-

Wawancara
Mendalam

Observasi

Telaah
Dokumen

Standar
Safety
Sign

81

Triangulasi Data
Variabel
Penelitian

Triangulasi Sumber
Informan
Utama

safety sign
yang
diterapkan
Alasan
mengguna
kan
standar
tersebut
Petugas
pemasang
safety sign

Informan
Pendukung

Triangulasi Metode
Observasi

Telaah
Dokumen

Standar
Safety
Sign

Informan
Kunci

Wawancara
Mendalam

4.10 Penyajian Data


Data yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk tabel hasil identifikasi
bahaya, pengendalian dan keberadaan safety sign serta dilengkapi narasi
dengan menyimpulkan hasil matriks wawancara yang disertai kutipan dari
transkrip. Penyajian data akan didukung dengan hasil kebutuhan safety sign
untuk mendapatkan kesesuaian penerapan safety sign.

82

BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Proses Produksi di Bidang Profilling Prismatic Machine
PT Dirgantara Indonesia (Persero) merupakan salah satu perusahaan
penerbangan di Asia yang berpengalaman dan berkompetensi dalam rancang
bangun, pengembangan, dan menufacturing pesawat terbang. Diawali dengan
membangun dasar penguasaan teknologi melalui lisensi, perusahaan industri
yang berdiri pada 23 Agustus 1976 ini, memproduksi helikopter dan pesawat
terbang: NBO-105, Super puma NAS-332, NC-212; dan tiga tahun kemudian
mengintegrasikan teknologi, PT Dirgantara Indonesia bersama CASA
merancang dan memproduksi CN-235.
Selanjutnya, dengan penguasaan teknologi serta keahlian yang terus
berkembang, Dirgantara Indonesia merancang bangun N250, generasi
pesawat penumpang subsonic dengan daya angkut 64-68 penumpang dengan
fly by wire sistem. Prototype pertamanya telah berhasil diterbangkan pertama
kalinya, pada tanggal 10 Agustus 1995, dan telah menjalani sekitar 600 jam
uji terbang. Kemudian diteruskan dengan mengembangkan N2130 pesawat jet
transonic dengan inovasi baru, dalam tahap preliminary design. Namn, kedua
program tersebut terhenti adanya kendala pendanaan.
Kini, PT Dirgantara Indonesia telah berhasil sebagai industri
manufaktur dan memiliki diversifikasi produknya, tidak hanya bidang
pesawat terbang, tetapi juga dalam bidang lain, seperti teknologi infomasi,

83

telekomunikasi, otomotif, maritim, militer otomasi dan kontrol, minyak dan


gas, turbin industri, teknologi simulasi, dan engineering services.
Berikut adalah proses produksi di seluruh Direktorat Produksi PT.
Dirgantara Indonesia :

Gambar 5.1 Flow Chart Proses Produksi PT. Dirgantara Indonesia


Berdasarkan hasil data bagan flow chart kegiatan Produksi di
PT. Dirgantara Indonesia yang berada di bawah pimpinan Direktorat
Produksi, yaitu terdiri dari berbagai Departemen, diantaranya :
1. Raw Material
2. Pre-Cutting
3. Metal Forming
4. Proses Machining
5. Welding
6. Proses Surfafe Treatment
7. Proses Bonding & Composite
8. Primer & Marking
9. Proses Tahap Akhir

84

10. Proses Pengujian Akhir


Pada tahap, Metal Forming, Machining dan Heat Treathment
dibawah pimpinan Divisi Detail Part Manufacturing memiliki risiko yang
dapat

menyebabkan

kecelakaan.

Sistem

kerja

di

bagian

tersebut

menggunakan 2 x shift kerja dan banyaknya potensi bahaya yang


ditimbulkan dari mesin, lingkungan kerja dan perilaku pekerja sehingga
dapat mempengaruhi pada hasil produktivitas kerja yang mengakibatkan
kecelakaan kerja seperti near miss, ringan, sedang, berat hingga fatality.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan utama
yaitu staf dari Departemen K3LH dan informan pendukung yaitu Manajer
dan para Supervisor di PT. Dirgantara Indonesia, mengarahkan peneliti
kepada salah satu bidang yang ada di Departemen Machining Divisi Detail
Part Manufacturing yaitu bidang Profilling Prismatic Machine dengan
memiliki justifikasi tingkat kecelakaan yang paling tinggi dan memiliki
risiko kerja yang tinggi berdasarkan karakterisitik mesin yang ada dan hasil
kesimpulan wawancara dengan informan utama dan pendukung.
Setelah melakukan wawancara mendalam, peneliti melakukan
identifikasi bahaya menggunakan metode Task Risk Assessment (TRA)
dengan standar AS/NZS 4360. Berdasarkan hasil wawancara, Bidang
Profilling Prismatic Machine memiliki karakteristik mesin yang besar-besar,
memiliki potensi bahaya tinggi, pernah terjadi kecelakaan. Karakteristik
tersebut tepat jika melakukan identifikasi dengan teknik TRA. Berdasarkan
hasil wawancara mendalam kepada informan 002 Bidang Profilling

85

Prismatic Machine terdapat 3 bagian pekerjaan dan dibagi berdasarkan jenis


mesin, diantaranya :
1. Mesin DGMP (Double Gantry Multi Purpose) yaitu mesin untuk
memotong dan melubangi material pesawat dengan kecepatan 3000
rpm mempunyai 1 meja mesin dan terdapat dua mesin gantry. Maka
dari itu penamaan mesin ini double. Mesin ini dalam kegunaannya
dapat melubangi, memotong dan membentuk material dari bahan apa
saja seperti baja, alumunium, besi, dsb. Mesin ini terdiri sebanyak 5
buah. Hanya satu 1 mesin dinamakan SGMP (Single Gantry Multi
Purpose) karena dalam 1 meja hanya terdapat 1 mesin Gantry. Standar
Operasional Prosedur pada proses ini dilampirkan dilembar lampiran.

Gambar 5.2 Bidang Profilling Prismatic Machine (Area Mesin


DGMP)

86

2. Mesin DGAL

(Double Gantry Alumunium) yaitu mesin untuk

memotong dan melubangi material pesawat dengan kecepatan 3000


rpm, mempunyai 1 meja dan terdapat dua mesin gantry. Maka dari itu
penamaan mesin ini double. Mesin ini dalam kegunaannya dapat
melubangi, memotong dan membentuk material, tetapi material hanya
dari bahan alumunium saja. Mesin ini terdiri sebanyak 5 buah. Hanya
satu 1 mesin dinamakan SGAL (Single Gantry Alumunium) karena
dalam 1 meja hanya terdapat 1 mesin gantry. Standar Operasiona
Prosedur pada proses ini dilampirkan dilembar lampiran.

Gambar 5.3 Bidang Profilling Prismatic Machine (Area Mesin DGAL)

3. MATEC dan JOBS yaitu mesin terbaru yang dimiliki PT. Dirgantara
Indonesia dengan kecepatan tinggi yaitu > 3000 rpm. Mesin ini
87

terdapat sebanyak satu per nama mesinnya, MATEC hanya 1 mesin


dan JOBS hanya 1 mesin, kegunaan dari pada mesin keduanya sama
yaitu untuk melubangi, memotong dan membentuk material dari bahan
apa saja seperti baja, alumunium, besi, dsb. Fungsi dan cara kerja
mesin MATEC dan JOBS memiliki karakter yang sama dengan mesin
DGMP, akan tetapi mesin terbaru ini sudah terlindungi disekeliling
mesinnya dengan alat penutup (terisolasi dari disain pabrik) sehingga
dalam proses pekerjaannya, pekerja dapat terlindungi serta dapat
mengurangi tingkat risiko pekerjaan. Standar Operasiona Prosedur
pada proses ini dilampirkan dilembar lampiran.

Gambar 5.3 Bidang Profilling Prismatic Machine (Area Mesin


MATEC & JOBS)

5.2 Pelaksanaan Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Bidang Profilling


Prismatic Machine
Bidang Profilling Prismatic Machine memiliki 3 bagian

dalam

pekerjaannya berdasarkan jenis mesin yang sudah diterangkan pada sub bab
sebelumnya. Dalam mengidentifikasi bahaya, bagian mesin DGMP dan
88

DGAL dibuat dalam satu tabel karena karakteristik mesin, proses kerja,
kecepatan mesin dengan 3000 rpm serta pengendalian yang diterapkan
memiliki kesamaan, sehingga potensi bahaya yang dihasilkan juga sama.
Akan tetapi perbedaannya hanya pada material yang dikerjakan. Walaupun
material yang ada di mesin DGMP dan DGAL berbeda, risiko yang
dihasilkan adalah sama yaitu gangguan pernapasan dan bisa mengakibatkan
paru-paru basah serta kanker paru-paru. Sedangkan mesin MATEC dan
JOBS jika dibandingkan dengan mesin DGMP memiliki persamaan dalam
karakteristik mesin, proses kerja dan material yang digunakan. Hanya saja
mesin MATEC dan JOBS sudah memiliki pengendalian isolasi yang berasal
dari pabrik pembuat mesin sehingga potensi risiko dapat berkurang.

89

5.2.1 Hasil Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendalian di


mesin DGMP dan DGAL Bidang Profilling Prismatic Machine
Identifikasi bahaya dan penilaian risiko dengan metode Task Risk
Assessment menggunakan standar AS/NZS 4360. Pada tahap identifikasi
bahaya dikelompokkan menjadi dua yaitu 2 bagian di Bidang Profilling
yang dijadikan satu pada bagian mesin DGMP dengan DGAL dan 1
bagian di mesin MATEC dan JOBS, karena 2 bagian yang terdapat di
mesin DGMP dan DGAL

memiliki karakteristik mesin dan

potensi

bahaya yang sama dengan kecepatan mesin 3000 rpm. Begitu juga dengan
mesin MATEC dan JOBS yang sudah memiliki pengendalian mesin yang
sudah di isolasi (kerangkeng) dari awal disain mesinnya dengan kecepatan
mesin > 3000 rpm. Berikut adalah hasil identifikasi bahaya, penilaian
risiko, pegendalian yang diterapkan pada mesin DGMP dan DGAL yang
hasilnya sudah disetujui dan disepakati oleh informan kunci dapat dilihat
pada tabel 5.1 berikut ini.

90

TABEL 5. 1 Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dengan Task Risk Assessment dan Keberadaan Safety Sign di Mesin DGMP dan DGAL
Bagian

: Mesin DGMP dan mesin DGAL

Aktivitas

: Melubangi, memotong dan membentuk material

Material

: DGMP (Baja, alumunium, besi, dsb) dan DGAL (alumunium)

Prosedur Kerja

: Standar Operating Milling


Project/Task Risk Assessment Fataum & Guide

Double Gantry Multi Purpose (DGMP-A, DGMP-B, DGMP-C, DGMP-D, SGMP-J)

Mesin
No.
1.

Departemen : Machining

Profiling Prismatic Machine

Bidang

Double Gantry Alumunium (DGAL-E, DGAL-F, DGAL-G, DGAL-H, SGAL-I)

Nama Pekerjaan :
CNS Operation

Semua mesin memiliki karakteristik sama, hanya material berbeda


Langkah Aktivitas
Start up mesin

Potensi Bahaya

Risiko

Peringkat Risiko
LL
RR
5
H

Lantai licin disebabkan oleh


cairan material dan oli

Terpeleset

C
2

Bekerja diketinggian lebih dari


1 m (meja mesin : 1 m) dan
(mesin DGMP & DGAL : >
3 m)
Crane yang bergerak di atap
Operation

Terjatuh

Tertimpa

Raw material (alumunium


baja, besi,dsb) yang tajam

Tersayat

Pengendalian

C
2

Sisa Risiko
LL
3

RR
M

Lantai tidak di keramik


Terdapat geng way (safety line)
Sepatu safety
Lantai diberihkan setiap 1 hari / 1 x
Sepatu safety
Diberi tangga ke meja mesin
Ada tangga dan penyanggah di mesin

Crane di sertifikasi 1 tahun / 1 X

Pekerja memakai sarung tangan

91

Project/Task Risk Assessment Fataum & Guide


Bidang
Mesin
No.

Profiling Prismatic Machine


Double Gantry Multi Purpose (DGMP-A, DGMP-B, DGMP-C, DGMP-D, SGMP-J)

Double Gantry Alumunium (DGAL-E, DGAL-F, DGAL-G, DGAL-H, SGAL-I)

Nama Pekerjaan :
CNS Operation

Semua mesin memiliki karakteristik sama, hanya material berbeda


Langkah Aktivitas

Potensi Bahaya

Risiko

Material hasil coollant yang


- Gangguan pernapasan
berbahaya yang berwarna putih - kanker paru-paru
- paru-paru basah
keabu-abuan
Ruang produksi di Departemen Kebakaran (risiko ruang kerja)
lain yang memiliki potensi
kebakaran, satu gedung dengan
bidang profiling machine
2.

Departemen : Machining

Melakukan pemeriksaan
dan pemahaman

C
3

Peringkat Risiko
LL
RR
4
H

Pengendalian

C
3

Sisa Risiko
LL
3

RR
H

medical check-up
Masker

Tersedia APAR
Jalur evakuasi (secara keseluruhan gedung)
Tanda alat APAR
Tanda dilarang merokok
Terdapat SOP manajemen kebakaran
Lantai tidak di keramik
Terdapat geng way (safety line)
Sepatu safety
Lantai diberihkan setiap 1 hari / 1 x
Crane di sertifikasi 1 tahun / 1 X

Lantai licin disebabkan oleh


cairan material dan oli

Terpeleset

Crane yang bergerak di atap


Operation
Bekerja diketinggian lebih dari
1 m (meja mesin : 1 m) dan
(mesin DGMP & DGAL : >
3 m)
Raw material (alumunium
baja, besi,dsb) yang tajam
Material hasil coollant yang
berbahaya yang berwarna putih
keabu-abuan
Posisi pekerja naik turun
keatas meja mesin, posisi
jongkok dan dilakukan secara
berulang-ulang
Ruang produksi di Departemen
lain yang memiliki potensi
kebakaran, satu gedung dengan

Tertimpa

Jatuh dari ketinggian

Sepatu safety
Diberi tangga ke meja mesin
Ada tangga dan penyanggah di mesin

Tersayat
Tergores

Pekerja memakai sarung tangan

Gangguan pernapasan
kanker paru-paru
paru-paru basah

medical check-up
Masker

Gangguan ergonomi (low back


pain)

Diberi tangga untuk memudahkan pekerja naik turun

Kebakaran (risiko ruang kerja)

Tersedia APAR
Jalur evakuasi
Tanda alat APAR

92

Project/Task Risk Assessment Fataum & Guide


Profiling Prismatic Machine

Bidang

Double Gantry Multi Purpose (DGMP-A, DGMP-B, DGMP-C, DGMP-D, SGMP-J)

Mesin
No.

Departemen : Machining

Double Gantry Alumunium (DGAL-E, DGAL-F, DGAL-G, DGAL-H, SGAL-I)

Langkah Aktivitas

Potensi Bahaya

Risiko

Peringkat Risiko
LL
RR

bidang profiling machine


3.

Nama Pekerjaan :
CNS Operation

Semua mesin memiliki karakteristik sama, hanya material berbeda

Melakukan set up

Pengendalian
-

Tanda dilarang merokok


Terdapat SOP manajemen kebakaran
Lantai tidak di keramik
Terdapat geng way (safety line)
Sepatu safety
Lantai diberihkan setiap 1 hari / 1 x
Sepatu safety
(APD) Sarung tangan

Crane di sertifikasi 1 tahun / 1 X

Sisa Risiko
LL

RR

Lantai licin disebabkan oleh


cairan material dan oli

Terpeleset

Kondisi meja mesin dan


material yang licin
Crane yangbergerak di atap
Operation
Unsafe condition

Terpeleset

Tertimpa

Tersengat listrik
Tersandung
Jari terpotong
Terjatuh

Sepatu safety
Diberi tangga ke meja mesin
Ada tangga dan penyanggah di mesin

Tertiban

sepatu safety
alat diletakkan di tempat penyimpanan alat

Bekerja diketinggian lebih dari


1 m (meja mesin : 1 m) dan
(mesin DGMP & DGAL : >
3 m)

Alat kerja yang cukup berat


dan bahaya (kunci, palu, karet,

93

Project/Task Risk Assessment Fataum & Guide


Profiling Prismatic Machine

Bidang

Double Gantry Multi Purpose (DGMP-A, DGMP-B, DGMP-C, DGMP-D, SGMP-J)

Mesin
No.

Double Gantry Alumunium (DGAL-E, DGAL-F, DGAL-G, DGAL-H, SGAL-I)

Nama Pekerjaan :
CNS Operation

Semua mesin memiliki karakteristik sama, hanya material berbeda


Langkah Aktivitas

Potensi Bahaya
pin, vacum, majun, sling, eye
bolt, T-Nut, hand gun, obeng
dan Dial indicatatau, dll)
Mesin dengan ukuran besar,
pekerja dapat masuk dibawah
bagian mesin yang berbahaya
- Cutter pin saat pemasang di
mesin
- Raw material (alumunium
baja, besi,dsb) yang tajam
Unsafe condition

4.

Departemen : Machining

Melakukan running
produksi

Risiko

Peringkat Risiko
LL
RR

Pengendalian

Sisa Risiko
LL

RR

Tergencet

Trainning pada pekerja baru

Tersayat
Jari terpotong

(APD) Sarung tangan


Terdapat alat angkut berat untuk membawa raw material

Tersengat listrik
Tersandung

Ruang produksi di Departemen


lain yang memiliki potensi
kebakaran, satu gedung dengan
bidang profiling machine

Kebakaran (risiko ruang kerja)

Posisi pekerja naik turun


keatas meja mesin, posisi
jongkok dan dilakukan secara
berulang-ulang
Area di dalam safety line
mesin Double Gantry dengan
kondisi lantai licin disebabkan
oleh cairan material dan oli

Gangguan ergonomi (low back


pain)

Terpeleset

Tersedia APAR
Jalur evakuasi
Tanda alat APAR
Tanda dilarang merokok
Terdapat SOP manajemen kebakaran
Diberi tangga untuk memudahkan pekerja naik turun

- Lantai tidak di keramik


- Terdapat geng way (safety line)
- Sepatu safety
- Lantai diberihkan setiap 1 hari / 1 x

94

Project/Task Risk Assessment Fataum & Guide


Bidang
Mesin
No.

Departemen : Machining

Profiling Prismatic Machine


Double Gantry Multi Purpose (DGMP-A, DGMP-B, DGMP-C, DGMP-D, SGMP-J)

Double Gantry Alumunium (DGAL-E, DGAL-F, DGAL-G, DGAL-H, SGAL-I)

Nama Pekerjaan :
CNS Operation

Semua mesin memiliki karakteristik sama, hanya material berbeda


Langkah Aktivitas

Potensi Bahaya

Risiko

Peringkat Risiko
LL
RR
2
H

Crane yang bergerak di atap


Operation

Tertimpa

C
4

Bekerja diketinggian lebih dari


1 m (meja mesin : 1 m) dan
(mesin DGMP & DGAL : >
3 m)
Raw material (alumunium
baja, besi,dsb) yang tajam

Terjatuh

- Tersayat
- Jari Tergores

Pengendalian

C
3

Sisa Risiko
LL
2

RR
M

Crane di sertifikasi 1 tahun / 1 X

Sepatu safety
Diberi tangga ke meja mesin
Ada tangga dan penyanggah di mesin

(APD) sarung tangan

Proses pembentukan dan


pelubangan material, hasilnya
chips terbang-terbang
Posisi pekerja naik turun
keatas meja mesin, posisi
jongkok dan dilakukan secara
berulang-ulang
Meja kerja mesin dan lantai
sekitar mesin yang licin
Suara mesin yang keras
(bising)
Material hasil coollant yang
berbahaya yang berwarna putih
keabu-abuan

Cipratan dural (baja/alumunium)


yang dapat mengenai mata

(APD) kaca mata / safety googles


Seragam kerja

Gangguan ergonomi (low back


pain)

Diberi tangga untuk memudahkan pekerja naik turun

Terpeleset

(APD) sepatu safety

Gangguan pendengaran

Gangguan kesehatan (kanker


paru-paru, paru-paru basah)

Limbah material yang tersisa

Tertusuk chips

- Dilakukan pengukuran jika ada permintaan


- (APD) ear muff / ear plug
- Dibersihkan setiap proses pembentukan material setiap
hari
- Diberikan kepada pihak ketiga yang menggunakan
limbah material tersebut
Sepatu safety

95

Project/Task Risk Assessment Fataum & Guide


Bidang
Mesin
No.

Profiling Prismatic Machine


Double Gantry Multi Purpose (DGMP-A, DGMP-B, DGMP-C, DGMP-D, SGMP-J)

Double Gantry Alumunium (DGAL-E, DGAL-F, DGAL-G, DGAL-H, SGAL-I)

Nama Pekerjaan :
CNS Operation

Semua mesin memiliki karakteristik sama, hanya material berbeda


Langkah Aktivitas

Potensi Bahaya

Risiko

berbentuk chips (kecil &


tajam) yang jatuh di meja
mesin dan sekitar mesin
Ruang produksi di Departemen
lain yang memiliki potensi
kebakaran, satu gedung dengan
bidang profiling machine
5.

Departemen : Machining

Melaksanakan handling /
load unload material

Pemasangan pengait Crane ke


material
material yang diangkat, tinggi
melebihi di atas kepala
Crane yang bergerak di atas
Operation dan pekerja
Kondisi meja mesin dan
material yang licin
Memegang material saat
dibalik dengan Crane
Penyemprotan material dengan
angin saat didirikan oleh Crane
Material yang diangkat untuk
dibalik dengan bantuan Crane
Material hasil coollant yang
berbahaya yang berwarna putih
keabu-abuan
Limbah material yang tersisa
berbentuk chips (kecil &
tajam) yang jatuh di meja
mesin dan sekitar mesin

Peringkat Risiko
LL
RR

Kebakaran (risiko ruang kerja)

Terjepit

Tertiban material (berat 500 kg


6 ton)
Tertimpa benda dari atas

Pengendalian

Sisa Risiko
LL

RR

Tersedia APAR
Jalur evakuasi
Tanda alat APAR
Tanda dilarang merokok
Terdapat SOP manajemen kebakaran
Sarung tangan
melakukan maintenance pada Crane

Pelatihan
Sepatu safety

Pelatihan penggunaan Crane


Sepatu safety

Lantai dan sisa limbah dibersihkan setiap hari


Sepatu safety

Terpeleset

Tersayat

(APD) sarung tangan

Sisa material mengenai mata

sarung tangan

Terbentur material

Pelatihan

Masker

Gangguan pernapasan
Gangguan kesehatan (kanker
paru-paru, paru-paru basah),
Tertusuk chips

Sepatu safety

96

Project/Task Risk Assessment Fataum & Guide


Profiling Prismatic Machine

Bidang

Double Gantry Multi Purpose (DGMP-A, DGMP-B, DGMP-C, DGMP-D, SGMP-J)

Mesin
No.

Departemen : Machining

Double Gantry Alumunium (DGAL-E, DGAL-F, DGAL-G, DGAL-H, SGAL-I)

Nama Pekerjaan :
CNS Operation

Semua mesin memiliki karakteristik sama, hanya material berbeda


Langkah Aktivitas

Potensi Bahaya
Ruang produksi di Departemen
lain yang memiliki potensi
kebakaran, satu gedung dengan
bidang profiling machine
Posisi pekerja naik turun
keatas meja mesin, posisi
jongkok dan dilakukan secara
berulang-ulang

Risiko
Kebakaran (risiko ruang kerja)

Gangguan ergonomi (low back


pain)

C
4

Peringkat Risiko
LL
RR
2
H

Pengendalian
-

Tersedia APAR
Jalur evakuasi
Tanda alat APAR
Tanda dilarang merokok

Diberi tangga untuk memudahkan pekerja naik turun

C
3

Sisa Risiko
LL
2

RR
M

Keterangan :
C

: Konsekuensi

LL

: Kemungkingkan terjadi

RR

: Penilaian Risiko = C LL

97

Berdasarkan hasil tabel 5.1 di atas, bahwa diketahui dari 5 tahapan proses
kerja di bagian mesin DGMP dan DGAL memiliki potensi bahaya dan risiko
yang berbeda, tetapi potensi bahaya yang ada cenderung sama. Sehingga risiko
yang muncul cenderung sama di setiap proses kerja. Hasil penilaian risiko dari
perkalian konsekuensi dan kemungkinan terjadi menunjukan peringkat risiko di
mesin DGMP dan DGAL mulai dari low risk sampai extreme risk, dengan ratarata tingkat

risiko high risk. Sedangkan hasil sisa risiko setelah dilakukan

pengendalian tidak mengalami perubahan yang signifikasn, karena hirarki


pengendalian dengan misalnya pendekatan

eliminasi, substitusi, teknis dan

administrasi belum diterapkan secara maksimal di bagian tersebut. Pengendalian


lebih mengutamakan kepada pengadaan dan penggunaan APD untuk pekerja agar
terhindar dari potensi bahaya, serta melakukan pelatihan-pelatihan untuk
karyawan baru dan rotasi kerja.

98

5.2.2 Hasil Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendalian di mesin MATEC dan JOBS
Berikut adalah tabel hasil identifikas bahaya, penilaian risiko dan pengendalian terhadap bahaya di bagian mesin MATEC dan JOBS yang
hasilnya sudah disetujui dan disepakati oleh informan kunci.
TABEL 5. 2 Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dengan Task Risk Assessment dan Keberadaan Safety Sign di Mesin MATEC & JOBS
Bagian

: Mesin Mesin MATEC dan JOBS

Aktivitas

: Membentuk dan Melubangi Dural (Raw Material Pesawat)

Material

: Baja, alumunium, besi, dsb

Prosedur Kerja

: Standar Operating Milling Operator

Karakteristik Mesin

: Mesin baru dengan kecepatan tinggi lenbih dari 3000 rpm, oleh karena itu disain mesin diberi pelindung agar material tidak
mengenai pekerja
Project/Task Risk Assessment Fataum & Guide

Mesin MATEC

Mesin
No.
1.

Departemen : Machining

Profiling Prismatic Machine

Bidang

Mesin JOBS

Nama Pekerjaan :
CNS Operation

Kedua mesin memiliki karakteristik dan material yang sama


Langkah Aktivitas
Start up mesin

Potensi Bahaya
Lantai licin disebabkan oleh cairan
material dan oli

Risiko
Terpeleset

C
2

Peringkat Risiko
LL
RR
5
H

Pengendalian
-

Lantai tidak di keramik


Terdapatt geng way (safety line)
Sepatu safety
Lantai diberihkan setiap 1 hari / 1 x

C
2

Sisa Risiko
LL
RR
3
M

99

Project/Task Risk Assessment Fataum & Guide


Bidang
Mesin
No.

Profiling Prismatic Machine


Mesin MATEC

Mesin JOBS

Nama Pekerjaan :
CNS Operation

Kedua mesin memiliki karakteristik dan material yang sama


Langkah Aktivitas

Potensi Bahaya

Risiko

Crane yang bergerak di atap operator

Tertimpa

Raw material (alumunium, besi,dsb) yang


tajam
Raw material (alumunium, besi,dsb)

Tersayat

Gangguan pernapasan
kanker paru-paru
paru-paru basah
Kebakaran

Unsafe condition
Melakukan pemeriksaan
dan pemahaman

Peringkat Risiko
LL
RR
2
H

C
4

Bahan dan alat berbahaya yang memiliki


risiko terbakar, terdapatt didalam satu
gedung produksi bidang dan Departemen
yang lain

2.

Departemen : Machining

Lantai licin disebabkan oleh cairan


material dan oli
Crane yang bergerak di atap operator
Raw material (alumunium, besi,dsb) yang
tajam
Raw material (alumunium, besi,dsb)

Posisi pekerja jongkok, berdiri, dan duduk


dilakukan secara berulang-ulang
Bahan dan alat berbahaya yang memiliki
risiko terbakar, terdapatt didalam satu
gedung produksi bidang dan Departemen
yang lain

Pengendalian

Sisa Risiko
LL
RR
2
M

Crane di sertifikasi 1 tahun / 1 X

C
3

Pekerja memakai sarung tangan

medical check-up
Masker

Tersedia APAR
Jalur evakuasi
Tanda alat APAR
Tanda dilarang merokok
Terdapat SOP manajemen kebakaran

Tersengat listrik
Tersandung
Terpeleset

Tertimpa

- Lantai tidak di keramik


- Terdapatt geng way (safety line)
- Sepatu safety
- Lantai diberihkan setiap 1 hari / 1 x
- Crane di sertifikasi 1 tahun / 1 X

Pekerja memakai sarung tangan

Gangguan pernapasan
kanker paru-paru
paru-paru basah
Gangguan ergonomi

medical check-up
Masker

Kebakaran

Tersayat
Tergores

Terdapat bangku untuk pekerja selama proses


running
-

Tersedia APAR
Jalur evakuasi
Tanda alat APAR
Tanda dilarang merokok
Terdapat SOP manajemen kebakaran

100

Project/Task Risk Assessment Fataum & Guide


Profiling Prismatic Machine

Bidang

Mesin MATEC

Mesin
No.
3.

Mesin JOBS

Nama Pekerjaan :
CNS Operation

Kedua mesin memiliki karakteristik dan material yang sama


Langkah Aktivitas
Melakukan set up

Potensi Bahaya

Melakukan running
produksi

Risiko

Peringkat Risiko
LL
RR
5
H

Lantai licin disebabkan oleh cairan


material dan oli

Terpeleset

C
2

Kondisi meja mesin dan material yang


licin
Crane yangbergerak di atap operator

Tergelincir

Tertimpa

Tertiban

Pengendalian
-

Lantai tidak di keramik


Terdapatt geng way (safety line)
Sepatu safety
Lantai diberihkan setiap 1 hari / 1 x
Sepatu safety
(APD) Sarung tangan

Kebakaran (risiko ruang kerja)

Posisi pekerja jongkok, berdiri, dan duduk


dilakukan secara berulang-ulang
Area di dalam safety line mesin Double
Gantry dengan kondisi lantai licin
disebabkan oleh cairan material dan oli

Gangguan ergonomi

Terpeleset

Crane yang bergerak di atap operator

Tertimpa

- Jari terpotong

Cipratan dural

Alat kerja yang cukup berat dan bahaya


(kunci, palu, karet, pin, vacum, majun,
sling, eye bolt, T-Nut, hand gun, obeng
dan Dial indicator, dll)
- Cutter pin saat pemasang di mesin
- Raw material (alumunium, besi,dsb)
yang tajam
Ruang produksi di Departemen lain yang
memiliki potensi kebakaran, satu gedung
dengan bidang profiling machine

4.

Departemen : Machining

Memahami masalah kondisi cutter pin


saat mesin beroperasi
Proses pembentukan dan pelubangan

Tersayat
Jari terpotong

C
2

Sisa Risiko
LL
RR
3
M

Crane di sertifikasi 1 tahun / 1 X

sepatu safety
alat diletakkan di tempat penyimpanan alat

(APD) Sarung tangan


Terdapatt alat angkut berat untuk membawa raw
material
- Tersedia APAR
- Jalur evakuasi
- Tanda alat APAR
- Tanda dilarang merokok
- Terdapat SOP manajemen kebakaran
Terdapat bangku untuk pekerja selama proses
running

- Lantai tidak di keramik


- Terdapatt geng way (safety line)
- Sepatu safety
- Lantai diberihkan setiap 1 hari / 1 x
- Crane di sertifikasi 1 tahun / 1 X

Disain mesin sudah terisolasi dengan tertutup, pada

101

Project/Task Risk Assessment Fataum & Guide


Bidang
Mesin
No.

Profiling Prismatic Machine


Mesin MATEC

Mesin JOBS

Nama Pekerjaan :
CNS Operation

Kedua mesin memiliki karakteristik dan material yang sama


Langkah Aktivitas

Potensi Bahaya

Risiko

material, hasilnya chips terbang-terbang

(baja/alumunium) yang dapat


mengenai mata
Gangguan pendengaran

Suara mesin yang keras (bising)

5.

Departemen : Machining

Melaksanakan handling /
load unload material

Peringkat Risiko
LL
RR

Pengendalian
saat running pekerja dilarang masuk kedalam
mesin
- Dilakukan pengukuran jika ada permintaan
- (APD) ear muff / ear plug
- Dibersihkan setiap proses pembentukan material
setiap hari
- Diberikan kepada pihak ketiga yang
menggunakan limbah material tersebut

Sisa Risiko
LL
RR

Limbah material berbentuk chips (tajam)


dan proses pembentukan material pada
saat diberi cooling (pendingin)
menyisakan cairan berbahaya berwarna
putih keabu-abuan
Limbah material yang tersisa berbentuk
chips (kecil & tajam) yang jatuh di meja
mesin dan sekitar mesin
Ruang produksi di Departemen lain yang
memiliki potensi kebakaran, satu gedung
dengan bidang profiling machine

Gangguan kesehatan (kanker


paru-paru, paru-paru basah)

Tertusuk chips

Sepatu safety

Kebakaran (risiko ruang kerja)

Terjepit

material yang diangkat, tinggi melebihi di


atas kepala
Crane yang bergerak di atas operator dan
pekerja
Kondisi meja mesin dan material yang
licin

Tertiban material (berat 500 kg


6 ton)
Tertimpa benda dari atas

Tersedia APAR
Jalur evakuasi
Tanda alat APAR
Tanda dilarang merokok
Terdapat SOP manajemen kebakaran
Sarung tangan
melakukan maintenance pada Crane
Pelatihan
Sepatu safety

Pemasangan pengait Crane ke material

Pelatihan penggunaan Crane


Sepatu safety

Lantai dan sisa limbah dibersihkan setiap hari


Sepatu safety

Memegang material saat dibalik dengan


Crane
Proses pembentukan material pada saat
diberi cooling (pendingin) menyisakan

Tergelincir
Terpeleset
Terjatuh
Tersayat

(APD) sarung tangan

Gangguan pernapasan
Gangguan kesehatan (kanker

Masker

102

Project/Task Risk Assessment Fataum & Guide


Profiling Prismatic Machine

Bidang

Mesin MATEC

Mesin
No.

Departemen : Machining

Mesin JOBS

Nama Pekerjaan :
CNS Operation

Kedua mesin memiliki karakteristik dan material yang sama


Langkah Aktivitas

Potensi Bahaya

Risiko

cairan berbahaya berwarna putih keabuabuan


Limbah material yang tersisa berbentuk
chips (kecil & tajam) yang jatuh di meja
mesin dan sekitar mesin
Ruang produksi di Departemen lain yang
memiliki potensi kebakaran, satu gedung
dengan bidang profiling machine

paru-paru, paru-paru basah),

Posisi pekerja jongkok, berdiri, dan duduk


dilakukan secara berulang-ulang

Peringkat Risiko
LL
RR

Pengendalian

Tertusuk chips

Sepatu safety

Kebakaran (risiko ruang kerja)

Gangguan ergonomi

- Tersedia APAR
- Jalur evakuasi
- Tanda alat APAR
- Tanda dilarang merokok
- Terdapat SOP manajemen kebakaran
Terdapat bangku untuk pekerja selama proses
running

Sisa Risiko
LL
RR

Keterangan :
C

: Konsekuensi

LL

: Kemungkingkan terjadi

RR

: Penilaian Risiko = C LL

103

Berdasarkan hasil tabel 5.2 di atas, bahwa diketahui dari 5 tahapan proses
kerja di bagian mesin MATEC dan JOBS memiliki potensi bahaya dan risiko
yang berbeda-beda, tetapi potensi bahaya yang ada cenderung sama. Sehingga
risiko yang muncul cenderung sama di setiap proses kerja. Hasil penilaian risiko
dari perkalian konsekuensi dan kemungkinan terjadi menunjukan peringkat risiko
di mesin tersebut
tingkat

mulai dari low risk sampai extreme risk, dengan rata-rata

risiko high risk. Sedangkan hasil sisa risiko setelah dilakukan

pengendalian tidak mengalami perubahan yang signifikasn, kecuali pada proses


running potensi bahaya yang muncul yaitu chips yang dapat terbang-terbang,
sehingga dapat mengenai mata mendapatkan nilai sisa risiko yang berbeda jauh.
Hal tersebut dikarenakan bentuk dari mesin yang sudah diberikan pengendalian
isolasi dari pabrik mesin, sehingga paparan potensi bahaya yang akan mengenai
pekerja dapat berkurang.
Selain itu pada potensi bahaya dan risiko lainnya tidak mengalami
perubahan yang siginifikan, karena

hirarki pengendalian dengan pendekatan

eliminasi, substitusi, teknis, dan administrasi belum diterapkan secara maksimal


di bagian tersebut. Pengendalian lebih mengutamakan kepada pengadaan dan
penggunaan APD untuk pekerja agar terhindar dari potensi bahaya, serta
melakukan pelatihan-pelatihan untuk karyawan baru dan rotasi kerja.
Kesimpulan dari ketiga bagian di Bidang Profilling Prismatic Machine
memiliki fungsi kerja yang sama,

sehingga potensi bahaya dan risiko yang

dihasilkan sama. Sedangkan bentuk mesin, kecepatan mesin antara DGMP dan
DGAL dengan MATEC dan JOBS berbeda, sehingga sisa risiko yang dihasilkan
juga akan berbeda. Misalnya, pada potensi bahaya chips terbang-terbang peringkat
104

risiko yang dihasilkan dengan high risk. Akan tetapi, karena mesin MATEC dan
JOBS sudah ada pengendalian isolasi / mesin dikerangkeng dari disain pabrik,
maka sisa risiko yang dihasilkan menjadi low risk. Berbeda dengan mesin DGMP
dan DGAL yang tidak penerapan pengenndalian dengan pendeketan teknik, hanya
mengandalkan sarung tangan saja, oleh karena itu sisa risikonya sama dengan
peringkat risikonya yaitu high risk. Penilaian risiko tersebut terdapat dalam tabel
5.1 dan 5.2 identifikasi di ketiga bagian di Bidang Profilling Prismatic Machine.

105

5.2.3 Daftar Potensi Bahaya dan Risiko di Bidang Profilling Prismatic


Machine
Berdasarkan potensi bahaya yang terdapat di Bidang Profilling
Prismatic Machine pada ketiga bagian mesin , bahwa memiliki risiko yang
berbeda-beda, akan tetapi pada beberapa proses kerja memiliki risiko
bahaya yang sama. Oleh karena itu, dapat disimpulkan daftar potensi
bahaya dan risiko mesin DGMP dan DGAL dengan kecepatan memotong
3000 rpm dan bagian mesin MATEC dan JOBS dengan kecepatan
memotong > 3000 rpm, dijelaskan seperti tabel dibawah ini.
TABEL 5.3
Daftar Potensi Bahaya dan Risiko di Bidang Profilling
Prismatic Machine

No.

Potensi Bahaya

Risiko

Lantai licin disebabkan oleh cairan


material dan oli

1.

Keterangan
Bahaya Tahapan
pada Proses

Terdapat
pada
mesin
DGMP
dan DGAL

Terdapat
pada
mesin
MATEC
dan JOBS

1, 2, 3

Area di dalam safety line mesin


Double Gantry dengan kondisi lantai
licin disebabkan oleh collant dan oli

Terpeleset

Kondisi meja mesin dan material


yang licin

3, 4, 5

2.

Bekerja diketinggian lebih dari 1 m


(meja mesin : 1 m) dan (mesin
DGMP dan DGAL : > 3 m)

Terjatuh

1,2, 3, 4, 5

3.

Crane yang bergerak di atap


operator

Tertimpa

1, 2, 3, 4, 5

4.

Tersayat
Tergores

1, 2, 3, 4, 5

5.

Memahami kondisi cutter pin saat


mesin beroperasi

Jari terpotong

6.

Material hasil coollant yang


berbahaya yang berwarna putih
keabu-abuan

7.

Unsafe condition

8.

Posisi pekerja naik turun keatas meja


mesin, posisi jongkok dan dilakukan
secara berulang-ulang

Cutter pin saat pemasang di mesin


Raw material (alumunium, besi
baja, ,dsb) yang tajam

Gangguan
pernapasan
kanker paru-paru
paru-paru basah
Tersengat listrik
Tersandung
Gangguan ergonomi
(low back pain)

--

1,2 , 5

2, 3

2, 3, 4, 5

--

106

No.

Potensi Bahaya

Posisi pekerja jongkok, berdiri, dan


duduk dilakukan secara berulangulang
Alat kerja yang cukup berat dan
bahaya (kunci, palu, karet, pin,
vacum, majun, sling, eye bolt, TNut, hand gun, obeng dan Dial
indicator, dll)
Mesin dengan ukuran besar, pekerja
dapat masuk dibawah bagian mesin
yang berbahaya

Risiko

Keterangan
Bahaya Tahapan
pada Proses

Terdapat
pada
mesin
DGMP
dan DGAL

Terdapat
pada
mesin
MATEC
dan JOBS

Gangguan ergonomi
(low back pain)

2,3,5

Tertiban

Tergencet

--

11.

Proses pembentukan dan pelubangan


material, hasilnya chips terbangterbang

Cipratan dural
(baja/alumunium)
yang dapat
mengenai mata

--

12.

Suara mesin yang keras (bising)

Gangguan
pendengaran

13.

Limbah material yang tersisa


berbentuk chips (kecil & tajam)
yang jatuh di meja mesin dan sekitar
mesin

14.

Pemasangan pengait Crane ke


material

Terjepit

15.

material yang diangkat, tinggi


melebihi di atas kepala

Tertiban material
(berat 500 kg 6
ton)
Terbentur material

16.

Penyemprotan material dengan


angin saat didirikan oleh Crane

Sisa material
mengenai mata

17.

Ruang produksi di departemen lain


yang memiliki potensi kebakaran,
satu gedung dengan bidang
Profiling Prismatic Machine

Kebakaran (risiko
ruang kerja)

1, 2, 3, 4, 5

9.

10.

Tertusuk chips

--

4, 5

Keterangan :
-

Proses 1

: Start up mesin

Proses 2

: Melakukan pemeriksaan dan pemahaman

Proses 3

: Melakukan set-up

Proses 4

: Melakukan running produksi

Proses 5

: Melaksanakan handling / load unload material

Berdasarkan hasil tabel 5.3 di atas, bahwa pada mesin DGMP dan DGAL,
terdapat 19 daftar potensi bahaya dan 22 risiko yang dirangkum menjadi 17
bagian di tabel tersebut, karena terdapat lebih dari satu risiko di satu kolom tabel
107

potensi bahaya dan terdapat lebih dari satu potensi bahaya dalam satu risiko.
Sedangkan pada mesin MATEC dan JOBS, terdapat 17 daftar potensi bahaya dan
18 risiko yang dirangkum menjadi 14 bagian di tabel tersebut, karena terdapat
lebih dari satu risiko di satu kolom tabel potensi bahaya dan terdapat lebih dari
satu potensi bahaya dalam satu risiko.
Berdasarkan daftar potensi bahaya dan risiko di mesin DGMP dan DGAL
bahwa dapat disimpulkan risiko yang muncul yaitu terpeleset, tertimpa, gangguan
pernapasan, tersayat, jari terpotong, tersengat listrik, tersandung, gangguan
ergonomi, tertiban, tergencet,

cipratan dural yang mengenai mata, gangguan

pendengaran, tertusuk chips, terjepit, tertiban material seberat 500 kg 6 ton, sisa
material mengenai mata, serta risiko terjadinya kebakaran. Sedangkan risiko yang
muncul

di mesin MATEC dan JOBS yaitu terpeleset, tertimpa, gangguan

pernapasan, tersayat, tergores, jari terpotong, tersengat listrik, tersandung,


gangguan ergonomi, tertiban, tergencet, gangguan pendengaran, tertusuk chips,
tertiban material seberat 500 kg 6 ton, serta risiko terjadinya kebakaran.

108

5.3 Keberadaan Safety Sign Bidang Profilling Prismatic Machine


Berdasarkan hasil observasi keberadan safety sign yang disesuaikan dengan daftar potensi bahaya dan risiko di Bidang Profilling
Prismatic Machine yang dibagi berdasarkan 3 bagian mesin yaitu DGMP, DGAL, MATEC dan JOB S seperti tabel 5.4 di bawah ini.
TABEL 5.4
Keberadaan Safety Sign di Bidang Profilling Prismatic Machine
No.

Potensi Bahaya

Risiko

Lantai licin
disebabkan oleh
cairan material dan
oli

1.

Area di dalam
safety line mesin
Double Gantry
dengan kondisi
lantai licin
disebabkan oleh
collant dan oli

Kondisi meja
mesin dan material
yang licin

Terpeleset

Keberadaan Safety Sign


Di Mesin DGMP

Keterangan

Tidak menunjukkan
tanda peringatan
bahwa adanya risiko
terpeleset hanya
dibatasi dengan safety
line (geng way).
Hanya saja
pengendalian dengan
menggunakan sepatu
safety terdapat 2 tanda
mandatory
penggunaan sepatu
safety di samping meja
mesin DGMP-C dan di
ujung jalan
ditempelkan di tembok
dengan jarak 20 m dari
mesin

Keberadaan Safety Sign


Di Mesin DGAL

Keterangan

Terdapatt safety line


Terdapatt 1 tanda
bahaya terpeleset yang
gantungkan dengan
diberi tiang didepan
mesin DGAL-F
Terdapatt 1 tanda sepatu
safety di gantungkan
disamping mesin
DGAL-H

Keberadaan Safety
Sign
Di Mesin MATE &
JOBS

Keterangan

Tidak ada tanda potensi


bahaya dengan risiko
terpeleset

109

No.

2.

3.

Potensi Bahaya

Bekerja
diketinggian lebih
3
dari 1 m (meja
.
mesin : 1 m) dan
(mesin DGMP dan
DGAL : > 3 m)

Terjatuh

4 Crane yang
. bergerak di atap
Operation

Tertimpa

4.

5.

Risiko

5
.-

Cutter pin saat


pemasang di
mesin
Raw material
(alumunium,
besi,dsb) yang
tajam

7 Memahami kondisi
. cutter pin saat
mesin beroperasi

Tersayat
Tergores

Jari terpotong

Keberadaan Safety Sign


Di Mesin DGMP

Keterangan
Tidak ada
menunjukkan tanda
peringatan bahwa
adanya risiko terjatuh.
Hanya saja
pengendalian dengan
menggunakan sepatu
safety dan terdapat 2
tanda mandatatau
sepatu safety di
samping mesin
DGMP-C dan di
ujung jalan
ditempelkan di tembok
dengan jarak 20 m dari
mesin
Tidak ada yang
menunjukkan risiko
jika ada Crane yang
bergerak untuk
melakukan operasi di
mesin yang lain.

Keberadaan Safety Sign


Di Mesin DGAL

Keterangan

Keberadaan Safety
Sign
Di Mesin MATE &
JOBS

Tidak ada tanda bahaya


terjatuh. Hanya ada 1 tanda
mandatory sepatu safety

Keterangan

----

Tidak ada tanda bahaya


aktivitas Crane

Tidak ada tanda risiko


tersayat atau tergores
serta juga tidak ada
tanda mandatory
penggunaan APD
sarung tangan.

Tidak ada tanda risiko


tersayat dan tidak ada
tanda mandatory
penggunaan sarung tangan

Tidak ada tanda potensi


bahaya dengan risiko
tersayat, hanya ada tanda
prohibition gunting di
dinding pentutup mesin

Tidak ada indikasi


adanya potensi
tersayat dan juga tidak
ada tanda mandatory
penggunaan APD
sarung tangan

Tidak ada tanda bahaya


cuuter dan risiko jari
terpotong

Tidak ada tanda bahaya


cutter pin yang berisiko
jari terpotong

Tidak ada tanda bahaya


aktivitas Crane

110

No.

6.

7.

8.

Potensi Bahaya

Material hasil
coollant yang
berbahaya yang
berwarna putih
keabu-abuan

8
. Unsafe condition

Posisi pekerja naik


turun keatas meja
mesin, posisi
jongkok dan
9 dilakukan secara
. berulang-ulang
Posisi pekerja
jongkok, berdiri,
dan duduk
dilakukan secara
berulang-ulang

Risiko

Gangguan
pernapasan
- kanker
paru-paru
paru-paru
basah

Keberadaan Safety Sign


Di Mesin DGMP

Tersengat
listrik
Tersandung

Gangguan
ergonomi
(low back
pain)

Keterangan

Keberadaan Safety Sign


Di Mesin DGAL

Potensi pada saat


coollant, chips yang
berserakan dilantai dan
sekitar meja mesin,
ram material yang
diletakkan di samping
mesin. Tidak ada tanda
infataumasi bahwa
pekerja harus
menggunakan masker
dan bahan berbahaya.
Tidak terdapat tanda
indikasi adanya
sengatan listrik hanya
pengendalian dengan
disediakannya APAR.
Tidak ada tanda
bahaya gangguan
ergonomi ada pekerja

---

Keterangan

Tidak ada tanda risiko


pada gangguan kesehatan

Tidak ada tanda bahaya


tersengat listrik dan tanda
tersandung

Tidak ada tanda bahaya


dengan risiko gangguan
ergonomi pada pekerja

Keberadaan Safety
Sign
Di Mesin MATE &
JOBS

Keterangan

Tidak ada tanda potensi


bahaya dengan risiko
gangguan pernapasan

Tidak ada tanda bahaya


aliran listrik dan risiko
tersandung

----

Tidak ada tanda potensi


bahaya dengan risiko
gangguan ergonomi pada
pekerja

111

No.

9.

10.

11.

12.

Potensi Bahaya

Alat kerja yang


cukup berat dan
bahaya (kunci,
1 palu, karet, pin,
0 vacum, majun,
. sling, eye bolt, TNut, hand gun,
obeng dan Dial
indicatatau, dll)

Risiko

Tergencet

Proses
1 pembentukan dan
3 pelubangan
. material, hasilnya
chips terbangterbang

Cipratan
dural
(baja/alumuni
um) yang
dapat
mengenai
mata

Keterangan

Gangguan
pendengaran

Keberadaan Safety Sign


Di Mesin DGAL

Tidak terdapat tanda


bahaya tertiban . hanya
terdapat tanda
mandatory
penggunaan sepatu
safety

Tertiban

Mesin dengan
1 ukuran besar,
2 pekerja dapat
. masuk dibawah
bagian mesin yang
berbahaya

1
4 Suara mesin yang
. keras (bising)

Keberadaan Safety Sign


Di Mesin DGMP

Keterangan

Tidak ada tanda risiko


tertiban benda kerja atau
alat kerja, tidak ada
mandatory penggunaan
Helm, hanya ada 1 tanda
penggunaan sepatu safety

Keberadaan Safety
Sign
Di Mesin MATE &
JOBS

Keterangan

Tidak ada tanda potemsi


bahaya dengan risiko
tertiban dengan alat kerja
dan juga tidak ada
mandatory penggunaan
sepatu safety

Tidak terdapat tanda


bahaya tergencet

Terdapat satu tanda


mandatory
penggunaan kaca
mata, akan tetapi
letaknya 20 m dari
area kerja mesin
DGMP
Mandatory safety sign
penggunaan Ear muff
hanya satu di area
mesin DGMP yaitu
terletak 20 m dari
mesin DGMP(A,B,C,D,E)

Tidak terdapatt tanda


bahaya tergencet

----

Tidak ada tanda bahaya


dari risiko cipatran dural,
hanya ada satu tanda
mandatory pengunaan kaca
mata

Terdapat tanda
prohibition dilarang
masuk

Tidak ada himbauan


besaran hasil desibel
kebisingan di area kerja
mesin DGAL dan tidak ada
himbauan adanya
penggunaan ear muff

Tidak ada tanda


informasi tentang besar
kebisingan di area kerja
dan tidak ada tanda
mandatory penggunaan
safety sign

112

No.

13.

14.

15.

16.

Potensi Bahaya

Limbah material
yang tersisa
1
berbentuk chips
5
(kecil & tajam)
.
yang jatuh di meja
mesin dan sekitar
mesin

Risiko

Terjepit

1 material yang
7 diangkat, tinggi
. melebihi di atas
kepala

Tertiban
material
(berat 500 kg
6 ton)
Terbentur
material

Sisa material
mengenai
mata

Keterangan

Keberadaan Safety Sign


Di Mesin DGAL

Tidak ada tanda


bahaya tertusuk chips,
hanya terdapat tanda
penggunaan sepatu
safety di samping
mesin DGMP-C dan di
ujung jalan sejauh
20 m

Tertusuk
chips

1
Pemasangan
6
pengait Crane ke
.
material

1 Penyemprotan
8 material dengan
. angin saat didirikan
oleh Crane

Keberadaan Safety Sign


Di Mesin DGMP

Tidak ada tanda


bahaya risiko terjepit
oleh mesin atau dural.

Keterangan

Keberadaan Safety
Sign
Di Mesin MATE &
JOBS

Tidak ada tanda potensi


bahaya dengan risiko
tertusuk chips, hanya ada 1
tanda mandatory
penggunaan sepatu safety

Keterangan

----

Tidak ada tanda potensi


bahaya dengan risiko
terjepit

Tidak ada tanda potensi


bahaya limbah materiah
dan risiko tertusuk chips

Tidak ada tanda


bahaya tertiban
material, hanya
terdapat tanda
penggunaan sepatu
safety di samping
mesin DGMP-C dan di
ujung jalan sejauh
20 m

Tidak ada tanda potensi


bahaya material dengan
risiko tertiban dan
terbentur material.hanya
ada 1 tanda sepatu safety

Tidak ada tanda potensi


bahaya dengan risiko
tertiban material

Hanya ada 1 tanda


mandatory kaca mata,
tidak ada tanda
mandatory
menggunakan masker
dan sarung tangan

Tidak ada tanda bahaya


material yang dapat
mengenai mata dan
mandatory penggunaan
masker & sarung tangan.
Hanya ada 1 tanda
mandatory penggunaan
kaca mata

----

113

No.

17.

Potensi Bahaya

Ruang produksi di
Departemen lain
1
yang memiliki
9
potensi kebakaran,
.
satu gedung dengan
bidang p Profiling
Prismatic Machine

Risiko

Kebakaran
(risiko ruang
kerja)

Keberadaan Safety Sign


Di Mesin DGMP

Keterangan

Terdapat 3 buah
APAR yang masih
dapat digunakan dan
tanda merah segitiga
alat pemadam
kebakaran. Letak
APAR kehalangan
oleh mesin yang besar
dan terdapat tanda
dilarang merokok di
letakkan di sentral
seluruh mesin DGMP.

Keberadaan Safety Sign


Di Mesin DGAL

Keterangan

Terdapatt 1 APAR dan 1


tanda segitiga merah yang
mengindikasikan adanya
alat pemadam di samping
meja operator

Keberadaan Safety
Sign
Di Mesin MATE &
JOBS

Keterangan

Tidak ada tanda segitiga


pemadam api dan APAR
dan jalur evakuasi yang
tepat

114

Berdasarkan tabel 5.4 di atas, bahwa safety sign yang terpasang


berdasarkan

hasil observasi di lingkungan kerja Bidang Profilling Prismatic

Machine berdasarkan bagian mesin DGMP, DGAL, MATEC dan JOBS belum
memenuhi semua standar potensi bahaya sesuai dengan proses kerjanya.
Berdasarkan hasil identifikasi bahaya dengan disimpulkan daftar potensi bahaya
dan risiko di mesin DGMP dan DGAL bahwa safety sign yang terdapat di area
kerja tersebut hanya berupa mandatory sign saja seperti sepatu safety, kaca mata
safety. Berdasarkan hasil penilaian risiko pada tabel 5.1 risiko rata-rata dari
proses kerja di mesin DGMP dan DGAL dengan skor risiko tinggi.
Begitu juga di bagian mesin MATEC dan JOBS, belum memenuhi semua
standar potensi bahaya dan risiko sesuai dengan proses kerjanya. Berdasarkan
hasil identifikasi bahaya dengan disimpulkan daftar potensi bahaya dan risiko di
mesin MATEC dan JOBS bahwa safety sign yang terdapat di area kerja tersebut
hanya berupa safety sign yang berasal dari pabrik pembuat mesin. Sign tersebut
hanya mengindikasikan adanya potensi bahaya yang muncul di mesin jika
beroperasi. Safety sign di mesin MATEC dan JOBS juga belum dibuat sama
sekali oleh pihak Departemen K3LH maupun manajerial dari Bidang Profilling
Prismatic Machine. Berdasarkan hasil penilaian risiko pada tabel 5.1 nilai risiko
rata-rata dari proses kerja di mesin MATEC dan JOBS dengan skor risiko tinggi.
Pengendalian dengan teknik dan administrasi juga belum maksimal
dilaksanakan di Bidang Profilling Prismatc Machine. Seharusnya jika safety sign
di area kerja diterapkan secara optimal sesuai potensi bahaya dan risiko akan
memberikan peringatan atau tanda hati-hati kepada pekerja, agar pekerja merasa
aman dan selamat dalam bekerja.
115

5.3.1 Prosedur Penerapan Safety Sign di Departemen Machining


Safety sign adalah tanda keselamatan yang diterapkan di
perusahaan untuk mengindikasikan adanya potensi bahaya, perintah untuk
menggunakan APD atau pekerjaan lain, jalur evakuasi, dsb. Kesimpulan
dari hasil matriks wawancara mendalam informan utama yaitu berdasarkan
potensi bahaya dari hasil identifikasi bahaya, audit, rekomendasi
investigasi jika terjadi kecelakaan, serta sampai tahap mendisain dan
mencetak warning sign. Sedangkan kesimpulan hasil matriks informan
pendukung prosedur penerapan safety sign di departemen machining yaitu
dilakukan oleh tim K3LH produksi dan pengadaan safety sign dari
Departemen K3LH. Sebelumnya, penempatan safety sign disesuaikan
dengan bahaya dan penggunaan APD yang bekerja sama dengan pihak
produksi/bengkel. Kesimpulan tersebut dapat dibuktikan dari pernyataan
informan utama dan pendukung dengan kutipan sebagai berikut :
Informan 01 :
Nah, di HIRAC itu kan ada yak, kemudian didalam sub itu tadi
diakhirnya kan ada administratif. Disitulah kita lakukan, oh ini harus
safety sign dipasang, apa. Nah, itu apa ya yang juga udah cetak banyak.
Jadi kita himbau safety sign yang sudah labur, sudah rusak dll. Diganti.
Yang lain, ada proses baru, dimana ada potensi bahayanya yang apa,
perintahnya apa, tinggal pinta kesini.
Informan 03 :
....., dari langkah awal yah, dari mendisain, di fungsi kita kan ada, fungsi
saya itu ada pengadaan warning sign, diantaranya kita membuat
merencanakan kebutuhan dibengkel itu seperti apa, ..... kebanyakan harus
memakai safety atau sepatu safety atau harus apa kalau digudang harus
pakai masker dan lain2.

116

Informan 04
..... berdasarkan satu inspeksi dilapangan yaa kalau sekarang itu lebih
cenderung audit. Yaa untuk selanjutnya yaa, kemudian biasanya kalau ada
investigasi kecelakaan dimana ada kekurangan safety sign itu bisa juga..

5.3.2 Standar Safety Sign yang Digunakan


Standar safety sign yang digunakan berdasarkan kesimpulan hasil
matriks wawancara dengan informan utama yaitu mengikuti kebijakan
terdahulu, menggunakan beberapa referensi sumber internet serta lebih
menganut ke standar Amerika yaitu ANSI. Kesimpulan tersebut dapat
didukung oleh pernyataan informan utama dengan kutipan sebagai berikut
:
Informan 01
........... dari kita sudah menggunakan manual kebijakan K3LH aja,
nomor berapa, cuman kan disitu terakhir ada referensinya.
.......... referensi dari vendatau.
Nah kita pakai semua, semua kita pakai. Makanya tadi kan, dari audit
dari ANSI dari standar Amerika, nah kita pakai standar Amerika. Supaya
sama gitu, sudut pandang persepsinya, dengan fataumat yang sama.

Informan 02
gak tau, ini pak ya*** tuh, pak ya*** (informan03) itu yang
pengukurannya. Saya juga engga tau dari mana. Sebenarnya gini, dalam
manual itu dibelakangnya ada yah.
Jadi kita engga spesifik ke BSI.. saya engga terlalu ini yah.. jadi
referensinya ya kalau menurut saya si searching darimana mana.. jadi
manual kabeh aya diditu terus di ditu aya, jadi kesemua, tidak mengacu
117

kemana-mana. Tapi kalau disini kan diliyat dari kepantasan yang ada di
lingkungan.
Informan 03
Kayanya kita ngambil dari referensi mana2 yah, .....
Informan 04
safety sign itu kita ngadopnya itu... (diam) kita itu OHSAS biasanya
karena kemarin itu kan kaya semacam hanya menjelaskan ini yah,
warning sign sistem ini kan yang wajib biru, tapi kalau menurut ini
wajibnya kuning.. nah ANSI ya kalau warna kuning itu. Nah itu yang
wajib dikita itu kuning.

5.3.3 Petugas yang Memasang Safety Sign


Pemasangan safety sign berdasarkan kesimpulan hasil matriks
wawancara mendalam dengan informan utama yaitu pengadaan terpusat di
Departemen K3LH, yang memasang bisa dari Supervisor yang meminta
ke Departemen K3LH, kataupatauasi K3LH produksi maupun pihak
P2K3 sebagai

jembatan antara produksi dan K3LH.

Sedangkan

kesimpulan hasil matriks wawancara mendalam dengan informan


pendukung yaitu Kerjasama antara atauang dari machining, K3LH
produksi dan Departemen K3LH. Kesimpulan dari informan utama dan
pendukung memiliki jawaban yang sama bahwa pemasangan safety sign
dilakukan oleh kerjasama anatara Departemen K3LH, pihak kataupatauasi
K3LH, Supervisor sebagai pihak dari bengkel, dan P2K3 sebagai jembatan
antara keduanya. Kesimpulan itu dapat dibuktikan dari pernyataan
informan utama dan pendukung dengan kutipan sebagai berikut :

118

Informan 02 :
yaa kita, tapi sebenernya kalau ada yang minta kita kasih, gituu..
Informan 04 :
kalau sekarang itu karena sudah di desentralisasi, jadi warning sign
yang sekarang yang pasang itu oleh Organisasi yang terkait. Jadi kalau
disana misalkan disana teh ada K3LH nya, kadang2 orang K3LH nya
minta berapa puluh untuk di anu di anu.. kemudian mereka di
distribusikan lagi.. kalau P2K3 itu hanya untuk penjebatannya aja, kalau
praktek dilapangan itu harus dengan riset sebenarnya. Kaya kita bikin
risk assessment, nah risk assessment itu kan perlu diketahui unit
Organisasinya, yg tanda tangan itu P2K3nya itu..
Informan 002 :
kadang itu orang dari K3LH produksi yah, tapi pernah kita juga yang
memasang seperti tanda terjatuh itu..
Informan 003 :
itu kerjasama antara orang K3LH dan bengkel.

Hasil kutipan di atas sudah memiliki tanggapan yang sama dan


jawaban sudah jenuh, pemasangan safety sign adalah kerja sama antara
pihak Departemen K3H dan Departemen Machining.

119

5.4 Analisa Kebutuhan Safety Sign Berdasarkan Hasil Identifikasi Bahaya di Bidang Profilling Prismatic Machine
Dari hasil identifikasi bahaya dengan karakteristik mesin dan proses pekerjaan, analisa kebutuhan safety sign terhadap bahaya, risiko dan
pengendaliannya pada proses kerja di bagian mesin DGMP dan DGAL yaitu dijelaskan pada tabel berikut :
TABEL 5.5
Analisa Kebutuhan Safety Sign Berdasarkan Hasil dari Manajemen Risiko dan Keberadaan Safety Sign pada Mesin DGMP (A-B-C-D), SGMPJ, DGAL (E-F-G-H), SGAL-I, MATEC dan JOBS
No.
1.

Potensi Bahaya
Lantai licin disebabkan oleh
cairan material dan oli

Area di dalam safety line


mesin Double Gantry dengan
kondisi lantai licin disebabkan
oleh collant dan oli

Risiko
Terpeleset

Pengendalian
-

Lantai tidak di keramik


Terdapat geng way
(safety line)
- Sepatu safety
- Lantai dibersihkan
setiap 1 hari / 1 x

Kebutuhan Safety Sign

Caution - Risiko terpeleset

ANSI Standard

Notice APD (sepatu safety)

Keterangan

Untuk
Mesin
DGMP &
DGAL

Untuk
Mesin
MATEC &
JOBS

Ditempatkan disamping meja mesin


dekat operator atau pekerja.
S = Small (20 x 40) cm2
M = Medium (30 X 60) cm2
Al. = Aluminium
Ac. = Acrylic
Lum = Luminous
S = Small (20 x 40) cm2
M = Medium (30 X 60) cm2
Al. = Aluminium
Ac. = Acrylic
Lum = Luminous

ANSI Standard

120

No.

Potensi Bahaya

Risiko

Pengendalian

Kondisi meja mesin dan


material yang licin

Kebutuhan Safety Sign

CAUTION lintasan forklift

ANSI Standard
2.

3.

Bekerja diketinggian lebih


dari 1 m (meja mesin : 1 m)
dan (mesin DGMP dan DGAL
: > 3 m)

Crane yang bergerak di atap


Operation

Terjatuh

Tertimpa

Sepatu safety
Seragam kerja
Diberi tangga ke meja
mesin
Ada tangga dan
penyanggah di mesin

Crane di sertifikasi 1 tahun


/1X

Keterangan

Untuk
Mesin
DGMP &
DGAL

Untuk
Mesin
MATEC &
JOBS

Diletakkan di samping area safety line


memasuki area kerja mesin DGMP
S = Small (20 x 40) cm2
M = Medium (30 X 60) cm2
Al. = Aluminium
Ac. = Acrylic
Lum = Luminous

Caution Risiko terjatuh

ANSI Standard
Meja mesin dan mesin gantry diberi tangga

S = Small (20 x 40) cm2


M = Medium (30 X 60) cm2
Al. = Aluminium
Ac. = Acrylic
Lum = Luminous
S = Small (20 x 40) cm2
M = Medium (30 X 60) cm2
Al. = Aluminium
Ac. = Acrylic
Lum = Luminous

--

WARNING
S = Small (20 x 30) cm2
M = Medium (40 x 60) cm2
Al. = Aluminium
Ac. = Acrylic
Lum = Luminous
BSI Standard

121

No.

Potensi Bahaya

Risiko

Pengendalian

Kebutuhan Safety Sign

Keterangan

Untuk
Mesin
DGMP &
DGAL

Untuk
Mesin
MATEC &
JOBS

NOTICE Gunakan Helm


S = Small (20 x 40) cm2
M = Medium (30 X 60) cm2
Al. = Aluminium
Ac. = Acrylic
Lum = Luminous
ANSI + BSI Standard
4.

Cutter pin saat pemasang


di mesin
Raw material (alumunium,
besi, baja, dsb) yang tajam

Tersayat
Tergores

Pekerja memakai sarung


tangan

WARNING bahaya benda tajam

ANSI standard

S = Small (20 x 40) cm2


M = Medium (30 X 60) cm2
Al. = Aluminium
Ac. = Acrylic
Lum = Luminous

NOTICE APD (sarung tangan)


S = Small (20 x 40) cm2
M = Medium (30 X 60) cm2
Al. = Aluminium
Ac. = Acrylic
Lum = Luminous
ANSI + BSI Standard
5.

Memahami kondisi cutter pin


saat mesin beroperasi

Jari terpotong

WARNING bahaya benda tajam

S = Small (20 x 40) cm2


M = Medium (30 X 60) cm2
Al. = Aluminium
Ac. = Acrylic
Lum = Luminous

122

No.

Potensi Bahaya

Risiko

Pengendalian

Kebutuhan Safety Sign

Keterangan

Untuk
Mesin
DGMP &
DGAL

Untuk
Mesin
MATEC &
JOBS

WARNING bahaya cutter

ANSI Standard

NOTICE APD (sarung tangan)


S = Small (20 x 40) cm2
M = Medium (30 X 60) cm2
Al. = Aluminium
Ac. = Acrylic
Lum = Luminous
ANSI + BSI Standard
6.

Material hasil coollant yang


berbahaya yang berwarna
putih keabu-abuan

Gangguan pernapasan
kanker paru-paru
paru-paru basah

medical check-up
Masker

Label Sign Karsinogenik

Ditempel dialat angkut raw material


Dengan ukuran : small (10 x 10) cm2

Respiratatauy sensitization, categatauy


1
Germ cell mutagenicity, categatauies
1A, 1B, 2
Carcinogenicity, categatauies 1A, 1B, 2
Reproductive toxicity, categatauies 1A,
1B, 2
Specific target ataugan toxicity
following single exposure, categatauies
1, 2

123

No.

Potensi Bahaya

Risiko

Pengendalian

Kebutuhan Safety Sign

Keterangan

Untuk
Mesin
DGMP &
DGAL

Untuk
Mesin
MATEC &
JOBS

Specific target ataugan toxicity


following repeated exposure,
categatauies 1, 2
Aspiration hazard, categatauies 1, 2
S = Small (10 x 10) cm2
M = Medium (30 x 30) cm2
L = Large (60 x 60) cm2

NOTICE - APD (masker)


S = Small (20 x 40) cm2
M = Medium (30 X 60) cm2
Al. = Aluminium
Ac. = Acrylic
Lum = Luminous
ANSI Standard
7.

Unsafe condition

Tersengat listrik
Tersandung

WARNING bahaya tegangan

ATAU

ANSI Standard

Ditempel di dekat mesin

S = Small (20 x 40) cm2


M = Medium (30 X 60) cm2
Al. = Aluminium
Ac. = Acrylic
Lum = Luminous

124

No.

Potensi Bahaya

Risiko

Pengendalian

Kebutuhan Safety Sign

CAUTION Bahaya Tersandung

ANSI Standard

8.

Posisi pekerja naik turun


keatas meja mesin, posisi
jongkok dan dilakukan secara
berulang-ulang

Gangguan ergonomi

Diberi tangga untuk


memudahkan pekerja naik
turun

CAUTION Lakukan kerjaan Per tahap

BSI Standard
Posisi pekerja jongkok,
berdiri, dan duduk dilakukan
secara berulang-ulang

Terdapat bangku untuk


pekerja selama proses
running

Keterangan

Untuk
Mesin
DGMP &
DGAL

Untuk
Mesin
MATEC &
JOBS

Dapat dipajang / diempel di samping


tumpukan raw material atau didalam
geng way
S = Small (20 x 40) cm2
M = Medium (30 X 60) cm2
Al. = Aluminium
Ac. = Acrylic
Lum = Luminous
Ditempatkan disamping tangga meja
mesin dan mesin gantry
S = Small (20 x 40) cm2
M = Medium (30 X 60) cm2
Al. = Aluminium
Ac. = Acrylic
Lum = Luminous

--

Hati-hati

--

BSI Standard

125

No.
9.

Potensi Bahaya
Alat kerja yang cukup berat
dan bahaya (kunci, palu,
karet, pin, vacum, majun,
sling, eye bolt, T-Nut, hand
gun, obeng dan Dial
indicatatau, dll)

Risiko
Tertiban

Pengendalian

Kebutuhan Safety Sign

Sepatu safety
Alat diletakkan
ditempat
penyimpanan alat

Notice APD (sepatu safety)

Keterangan

ANSI Standard

Tergencet

Trainning pada pekerja


baru

Ditempatkan di dekat penyimpanan alatalat


S = Small (20 x 40) cm2
M = Medium (30 X 60) cm2
Al. = Aluminium
Ac. = Acrylic
Lum = Luminous

ANSI standard
Mesin dengan ukuran besar,
pekerja dapat masuk dibawah
bagian mesin yang berbahaya

Untuk
Mesin
MATEC &
JOBS

S = Small (20 x 40) cm2


M = Medium (30 X 60) cm2
Al. = Aluminium
Ac. = Acrylic
Lum = Luminous

WARNING manual handling yang benar


untuk pekerja

10.

Untuk
Mesin
DGMP &
DGAL

WARNING untuk pekerja Bahaya Terjepit /


tergencet
Ditempelkan / dipajang di mesin Gantry
S = Small (20 x 40) cm2
M = Medium (30 X 60) cm2
Al. = Aluminium
Ac. = Acrylic
Lum = Luminous

--

ANSI Standard
11.

Proses pembentukan dan


pelubangan material, hasilnya

Cipratan dural
(baja/alumunium) yang

(APD) kaca mata /


safety googles

Label Sign Karsinogenik

Ditempel dialat angkut raw material


Dengan ukuran : small (10 x 10) cm2

126

No.

Potensi Bahaya
chips terbang-terbang

Risiko
dapat mengenai mata

Pengendalian

Kebutuhan Safety Sign

Keterangan

Sepatu safety
Seragam kerja

Untuk mesin MATEC dan


JOBS, disain mesin sudah
terisolasi dengan tertutup,
maka pada saat mesin
running pekerja dilarang
masuk kadalam mesin

Untuk
Mesin
DGMP &
DGAL

Untuk
Mesin
MATEC &
JOBS

Respiratatauy sensitization, categatauy


1
Germ cell mutagenicity, categatauies
1A, 1B, 2
Carcinogenicity, categatauies 1A, 1B, 2
Reproductive toxicity, categatauies 1A,
1B, 2
Specific target ataugan toxicity
following single exposure, categatauies
1, 2
Specific target ataugan toxicity
following repeated exposure,
categatauies 1, 2
Aspiration hazard, categatauies 1, 2
S = Small (10 x 10) cm2
M = Medium (30 x 30) cm2
L = Large (60 x 60) cm2
Ditempelkan di tabung penyimpanan
limbah chips dengan ukuran small (10 x
10) cm

LIMBAH B3 Berbahaya terhadap


lingkungan

Material :
Vinyl Reflective Sticker (Cutting
Sticker)
Vinyl Sticker (Printing)

Ukuran
Simbol yang dipasang pada kemasan
minimal berukuran 10 cm x 10 cm

127

No.

Potensi Bahaya

Risiko

Pengendalian

Kebutuhan Safety Sign

Keterangan

Untuk
Mesin
DGMP &
DGAL

Untuk
Mesin
MATEC &
JOBS

Sedangkan simbol pada kendaraan


pengangkut limbah B3 dan tempat
penyimpanan limbah B3 minimal 25 cm
x 25 cm.

NOTICE APD (mata)

ANSI Standard
NOTICE seragam kerja

S = Small (20 x 40) cm2


M = Medium (30 X 60) cm2
Al. = Aluminium
Ac. = Acrylic
Lum = Luminous

BSI Standard
DANGER Prohibition Dilarang masuk
-ANSI Standard
12.

Suara mesin yang keras


(bising)

Gangguan pendengaran

- Dilakukan pengukuran
jika ada permintaan
- (APD) ear muff / ear plug

NOTICE - APD Ear Muff

S = Small (20 x 40) cm2


M = Medium (30 X 60) cm2
Al. = Aluminium
Ac. = Acrylic

128

No.

Potensi Bahaya

Risiko

Pengendalian

Kebutuhan Safety Sign

Keterangan

Untuk
Mesin
DGMP &
DGAL

Untuk
Mesin
MATEC &
JOBS

Lum = Luminous

ANSI Standard
13.

Limbah material yang tersisa


berbentuk chips (kecil &
tajam) yang jatuh di meja
mesin dan sekitar mesin

Tertusuk chips

Sepatu safety
NOTICE APD (sepatu safety)
S = Small (20 x 40) cm2
M = Medium (30 X 60) cm2
Al. = Aluminium
Ac. = Acrylic
Lum = Luminous
ANSI Standard

14.

Pemasangan pengait Crane ke


material

Terjepit

Sarung
tanganmelakukan
maintenance pada
Crane

WARNING untuk pekerja Bahaya Terjepit

ANSI Standard
15.

Material yang diangkat, tinggi


melebihi di atas kepala

Tertiban material (berat


500 kg 6 ton)
Terbentur material

Pelatihan
Sepatu safety

WARNING manual handling yang benar


untuk pekerja

ANSI Standard

Ditempelkan / dipajang di mesin Gantry


S = Small (20 x 40) cm2
M = Medium (30 X 60) cm2
Al. = Aluminium
Ac. = Acrylic
Lum = Luminous
Ditempatkan di dekat penyimpanan alatalat
S = Small (20 x 40) cm2
M = Medium (30 X 60) cm2
Al. = Aluminium
Ac. = Acrylic
Lum = Luminous

129

No.

Potensi Bahaya

Risiko

Pengendalian

Kebutuhan Safety Sign

WARNING Terbentur benda

ANSI Standard

Keterangan

Untuk
Mesin
DGMP &
DGAL

Untuk
Mesin
MATEC &
JOBS

Ditempel di dekat meja mesin / di


samping mesin Operation
S = Small (20 x 40) cm2
M = Medium (30 X 60) cm2
Al. = Aluminium
Ac. = Acrylic
Lum = Luminous

APD sepatu safety


S = Small (20 x 40) cm2
M = Medium (30 X 60) cm2
Al. = Aluminium
Ac. = Acrylic
Lum = Luminous
ANSI Standard
16.

Penyemprotan material
dengan angin saat didirikan
oleh Crane

Sisa material mengenai


mata

(APD)
- sarung tangan
- Masker
- Kaca mata

APD

S = Small (20 x 40) cm2


M = Medium (30 X 60) cm2
Al. = Aluminium
Ac. = Acrylic
Lum = Luminous

--

ANSI Standard

130

No.
17.

Potensi Bahaya
Ruang produksi di
Departemen lain yang
memiliki potensi kebakaran,
satu gedung dengan bidang
Profiling Prismatic Machine

Risiko
Kebakaran (risiko ruang
kerja)

Pengendalian
- Tersedia APAR
- Jalur evakuasi
- Tanda alat APAR
Tanda dilarang merokok

Kebutuhan Safety Sign

Keterangan

Untuk
Mesin
DGMP &
DGAL

Untuk
Mesin
MATEC &
JOBS

DANGER Petunjuk APAR

DANGER Bahaya Kebakaran

ANSI Standard
DANGER Dilarang Merokok

ANSI Standard

Sign Description
Sign Reads: Alat Pemadam Api
Colataus: White - Red
Signs are available in: Sticker Only,
Aluminum 1,2mm, Aluminum 2mm,
Acrilyc 2mm
S = Small (25 x 20) cm2
M = Medium (35 x 30) cm2
Al. = Aluminium
Ac. = Acrylic
Lum = Luminous

BSI Standard
Safe Condition

ANSI Standard

131

Berdasarkan hasil tabel 5.5 di atas, bahwa safety sign di bagian mesin
DGMP dan DGAL yang memiliki karakteristik, fungsi kerja yang sama, maka
kebutuhan yang dihasilkan juga memiliki kesamaan.

Sementara pada mesin

MATEC dan JOBS memiliki fungsi mesin yang sama dengan meisn DGMP.
Tetapi, ada beberapa potensi bahaya yang berbeda, sehingga menimbulkan risiko
yang berbeda juga. Berdasarkan hasil potensi bahaya, risikonya dan pengendalian
yang diterapkan, didapatkan hasil kebutuhan berupa caution sign, warning sign,
danger sign, prohibition sign dan notice sign. Kebutuhan dengan caution sign di
mesin DGMP dan DGAL untuk mengingatkan agar pekerja lebih waspada
terhadap risiko bahaya berdasarkan potensi bahayanya, risikonya, dan
pengendaliannya yaitu seperti :
a. Risiko bahaya terpeleset dengan standar safety sign ANSI Z535
b. Lintasan forklift dengan standar safety sign ANSI Z535
c. Risiko bahaya terjatuh dengan standar safety sign ANSI Z535
d. Bahaya adanya aktivitas crane dengan standar BSI 5499
e. Risiko bahaya tersandung dengan standar safety sign ANSI Z535
f. Risiko bahaya tertiban alat kerja dengan standar safety sign ANSI
Z535
Sedangkan kebutuhan caution sign pada mesin MATEC dan JOBS sama
seperti urutan diatas, teapi ada yang berbeda dengan kebutuhan safey sign mesin
DGMP dan DGAL, karena bentuk mesin yang berbeda. Diantaranya tidak ada
risiko bahaya terjatuh untuk mesin MATEC dan JOBS. Hal tersebut karena mesin

132

MATEC dan JOBS mempunyai ukuran yang sedang, tidak tinggi dengan disain
mesin sudah terisolasi.
Selain caution sign, kebutuhan safety sign sesuai dengan potensi bahaya
dan risiko di mesin DGMP dan DGAL pada warning sign yaitu seperti :
a. Adanya bahaya benda yang tajam yang dapat berisiko tersayat dan
tergores dengan standar safety sign ANSI Z535,
b. Adanya bahaya benda tajam yang dapat berisiko jari terpotong dengan
standar safety sign ANSI Z535
c. Adanya potensi bahaya unsafe condition yang dapat berisiko
tengangan listrik dan tersandung dengan standar safety sign ANSI
Z535
d. Adanya potensi bahaya mesin yang besar yang dapat berisiko terjepit
atau tergencet dengan standar safety sign ANSI Z535
e. Adanya tanda bahaya dari aktivitas handling yang dapat berisiko
terbentur mengenai kepala
Sama seperti caution sign, kebutuhan warning sign pada mesin MATEC dan
JOBS juga terdapat perbedaan yaitu dengan warning sign potensi bahaya mesin
yang besar yang dapat berisiko terjepit atau tergencet. Hal tersebut karena bentuk
mesin MATEC dan JOBS dengan ukuran tidak besar seperti mesin DGMP dn
DGAL.
Kebutuhan safety sign sesuai dengan potensi bahaya dan risiko di mesin
DGMP dan DGAL dengan mesin MATEC dan JOBS pada notice sign yang
mengindikasikan informasi untuk mandatory penggunaan alat pelindung diri
memiliki kesamaan, karena potensi dan risikonya sama yaitu seperti :
133

a. Sepatu safety dengan standar safety sign ANSI Z535


b. Helm dengan standar safety sign ANSI Z535
c. Gloves / sarung tangan dengan standar safety sign ANSI Z535
d.

Masker dengan standar safety sign ANSI Z535

e. Kacamata safety dengan standar safety sign ANSI Z535


f. Earmuff dengan standar safety sign ANSI Z535
Kebutuhan safety sign sesuai dengan potensi bahaya dan risiko di mesin
DGMP dan DGAL pada prohibition sign seperti tanda dilarang merokok yang
dapat menyebabkan kebakaran. Sedangkan kebutuhan safety sign sesuai dengan
potensi bahaya dan risiko di mesin MATEC dan JOBS pada prohibition sign
selain tanda dilarang merokok, terdapat juga dan dibutuhkan tanda dilarang masuk
kedalam mesin jika sedang beroperasi Selain itu kebetuhan safety sign di seluruh
bagian Bidang Profilling Prismatic Machine dengan indikasi adanya alat fire
fighting dilengkapi dengan lambang segitiga Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
Kebutuhan safety sign lainnya pada tanda jalur evakuasi (safe condition)
dilengkapi dengan tanda EXIT. Selain itu kebutuhan safety sign untuk
kesehatan pekerja dilengkapi dengan pelabelan karsinogenik yang ditempatkan
pada box raw material dan bahaya limbah pada tabung pengangkut chips yang
mengindikasikan bahan berbahaya pada limbah.

134

5.5 Analisis Kesesuaian Keberadaan Safety Sign di Bidang Profilling Prismatic Machine
Analisis kesesuaian penerapan safety sign berdasarkan hasil identifikasi bahaya dan keberadaan safety sign (tabel 5.4)
dibandingkan dengan kebutuhan safety sign (tabel 5.5). Kebutuhan safety sign dilampirkan dengan standar ANSI Z535 dan BSI 5499.
Sedangkan dalam penerapan keberadaannya dilihat berdasarkan hasil observasi dan standar operasional prosedur tentang kebijakan
safety sign.
TABEL 5.6
Analisis Kesesuaian Keberadaan Safety Sign berdasarkan hasil Identifikasi Bahaya dan Keberadaan Safety Sign
dengan Kebutuhan Safety Sign di Mesin (DGMP-A,B,C,D, SGMP-J)

Keberadaan
Safety Sign Bidang Profilling Prismtic Machine
No.

Potensi Bahaya

Risiko

Pengendalian
Mesin DGMP

1.

Terpeleset

Kebutuhan
Safety Sign

Caution - Risiko terpeleset

Lantai licin
disebabkan oleh
cairan material dan
oli

Lantai tidak di
keramik
- Terdapat geng way
(safety line)
- Sepatu safety
Lantai dibersihkan setiap

Mesin DGAL

Mesin MATEC dan


JOBS

Kesesuaian
keberadaan
safety sign
Ya
Tidak

ANSI Standard

135

Keberadaan
Safety Sign Bidang Profilling Prismtic Machine
No.

Potensi Bahaya

Risiko

Pengendalian
Mesin DGMP

Mesin DGAL

Mesin MATEC dan


JOBS

Kebutuhan
Safety Sign

Kesesuaian
keberadaan
safety sign
Ya
Tidak

1 hari / 1 x
Notice APD (sepatu safety)
Area di dalam safety
line mesin Double
Gantry dengan
kondisi lantai licin
disebabkan oleh
collant dan oli

ANSI Standard

CAUTION lintasan forklift

Kondisi meja mesin


dan material yang
licin

ANSI Standard
Caution Risiko terjatuh

2.

Bekerja
diketinggian lebih
dari 1 m (meja
mesin : 1 m) dan
(mesin DGMP dan
DGAL : > 3 m)

Terjatuh

Sepatu safety
Seragam kerja
Diberi tangga ke meja
mesin
Ada tangga dan
penyanggah di mesin

ANSI Standard

136

Keberadaan
Safety Sign Bidang Profilling Prismtic Machine
No.

Potensi Bahaya

Risiko

Pengendalian
Mesin DGMP

Mesin DGAL

Mesin MATEC dan


JOBS

Kebutuhan
Safety Sign

Kesesuaian
keberadaan
safety sign
Ya
Tidak

Meja mesin dan mesin gantry


diberi tangga

BSI Standard
Crane yang
bergerak di atap
Operation

3.

Tertimpa

Crane di sertifikasi 1
tahun / 1 X

NOTICE Gunakan Helm

ANSI Standard
4.

Cutter pin saat


pemasang di
mesin
Raw material
(alumunium,
besi,dsb) yang

Tersayat
Tergores

(APD) Sarung tangan


Terdapat alat angkut
berat untuk membawa
raw material

WARNING bahaya benda tajam


-

137

Keberadaan
Safety Sign Bidang Profilling Prismtic Machine
No.

Potensi Bahaya

Risiko

Pengendalian
Mesin DGMP

Mesin DGAL

tajam

Mesin MATEC dan


JOBS

Kebutuhan
Safety Sign

Kesesuaian
keberadaan
safety sign
Ya
Tidak

ANSI Standard

NOTICE APD (sarung tangan)

ANSI + BSI Standard


WARNING bahaya cutter

5.

Memahami kondisi
cutter pin saat mesin
beroperasi

ANSI Standard
Jari terpotong

NOTICE APD (sarung tangan)

ANSI + BSI Standad

138

Keberadaan
Safety Sign Bidang Profilling Prismtic Machine
No.

Potensi Bahaya

Risiko

Pengendalian
Mesin DGMP

Mesin DGAL

Mesin MATEC dan


JOBS

Kebutuhan
Safety Sign

Kesesuaian
keberadaan
safety sign
Ya
Tidak

Label Sign Karsinogenik

6.

Material hasil
coollant yang
berbahaya yang
berwarna putih
keabu-abuan

Gangguan
pernapasan
kanker paruparu
paru-paru
basah

medical check-up
Masker

NOTICE - APD (masker)

ANSI Standard
WARNING bahaya tegangan

7.

Unsafe condition

Tersengat
listrik
Tersandung

ATAU

ANSI Standard
CAUTION Bahaya Tersandung

139

Keberadaan
Safety Sign Bidang Profilling Prismtic Machine
No.

Potensi Bahaya

Risiko

Pengendalian
Mesin DGMP

Mesin DGAL

Mesin MATEC dan


JOBS

Kebutuhan
Safety Sign

Kesesuaian
keberadaan
safety sign
Ya
Tidak

ANSI Standard
CAUTION Lakukan kerjaan Per
tahap

Posisi pekerja naik


turun keatas meja
mesin, posisi
jongkok dan
dilakukan secara
berulang-ulang
8.
Posisi pekerja
jongkok, berdiri,
dan duduk
dilakukan secara
berulang-ulang

Diberi tangga untuk


memudahkan pekerja
naik turun

BSI Standard

Gangguan
ergonomi (low
back pain)

Terdapat bangku untuk


pekerja selama proses
running

Hati-hati

---

BSI Standard

9.

Alat kerja yang


cukup berat dan
bahaya (kunci, palu,
karet, pin, vacum,
majun, sling, eye
bolt, T-Nut, hand
gun, obeng dan Dial
indicatatau, dll)

Notice APD (sepatu safety)


Tertiban

Sepatu safety
Alat diletakkan
ditempat
penyimpanan alat

ANSI Standard

140

Keberadaan
Safety Sign Bidang Profilling Prismtic Machine
No.

Potensi Bahaya

Risiko

Pengendalian
Mesin DGMP

Mesin DGAL

Mesin MATEC dan


JOBS

Kebutuhan
Safety Sign

Kesesuaian
keberadaan
safety sign
Ya
Tidak

CAUTION manual handling


yang benar untuk pekerja

ANSI standard
WARNING untuk pekerja
Bahaya Terjepit / tergencet

10.

Mesin dengan
ukuran besar,
pekerja dapat masuk
dibawah bagian
mesin yang
berbahaya

Tergencet

Trainning pada pekerja


baru

ANSI Standard
Label Sign Karsinogenik

11.

Proses pembentukan
dan pelubangan
material, hasilnya
chips terbangterbang

Cipratan dural
(baja/alumuniu
m) yang dapat
mengenai mata

(APD) kaca mata /


safety googles
Sepatu safety
Seragam kerja

141

Keberadaan
Safety Sign Bidang Profilling Prismtic Machine
No.

Potensi Bahaya

Risiko

Pengendalian
Mesin DGMP

Mesin DGAL

Mesin MATEC dan


JOBS

Kebutuhan
Safety Sign

Kesesuaian
keberadaan
safety sign
Ya
Tidak

LIMBAH B3 Berbahaya
terhadap lingkungan

NOTICE APD (mata)

ANSI Standard
APD seragam

BSI Standard
Untuk mesin MATEC
dan JOBS, disain mesin
sudah terisolasi dengan
tertutup, maka pada saat
mesin running pekerja
dilarang masuk kadalam
mesin

DANGER Prohibition Dilarang


masuk

ANSI Standard

142

Keberadaan
Safety Sign Bidang Profilling Prismtic Machine
No.

Potensi Bahaya

Risiko

Pengendalian
Mesin DGMP

Mesin DGAL

Mesin MATEC dan


JOBS

Kebutuhan
Safety Sign

Kesesuaian
keberadaan
safety sign
Ya
Tidak

NOTICE - APD Ear Muff

12.

Suara mesin yang


keras (bising)

Gangguan
pendengaran

- Dilakukan pengukuran
jika ada permintaan
- (APD) ear muff / ear
plug

ANSI Standard

13.

Limbah material
yang tersisa
berbentuk chips
(kecil & tajam) yang
jatuh di meja mesin
dan sekitar mesin

NOTICE APD (sepatu safety)


Tertusuk chips

Sepatu safety

ANSI Standard

WARNING untuk pekerja


Bahaya Terjepit
14.

Pemasangan pengait
Crane ke material

Terjepit

Sarung tanganmelakukan
maintenance pada Crane

ANSI Standard

143

Keberadaan
Safety Sign Bidang Profilling Prismtic Machine
No.

Potensi Bahaya

Risiko

Pengendalian
Mesin DGMP

Mesin DGAL

Mesin MATEC dan


JOBS

Kebutuhan
Safety Sign

Kesesuaian
keberadaan
safety sign
Ya
Tidak

CAUTION manual handling


yang benar untuk pekerja

ANSI Standard

15.

material yang
diangkat, tinggi
melebihi di atas
kepala

Tertiban
material (berat
500 kg 6 ton)
Terbentur
material

WARNING Terbentur benda


-

Pelatihan
Sepatu safety

ANSI Standard
APD sepatu safety

ANSI Standard

16.

Penyemprotan
material dengan
angin saat didirikan
oleh Crane

Sisa material
mengenai mata

(APD)
- sarung tangan
- Masker
- Kaca mata

APD (masker)
-

144

Keberadaan
Safety Sign Bidang Profilling Prismtic Machine
No.

Potensi Bahaya

Risiko

Pengendalian
Mesin DGMP

Mesin DGAL

Mesin MATEC dan


JOBS

Kebutuhan
Safety Sign

Kesesuaian
keberadaan
safety sign
Ya
Tidak

APD (mata)

APD (sarung tangan)

ANSI Standard

DANGER Petunjuk APAR

17.

Ruang produksi di
Departemen lain
yang memiliki
potensi kebakaran,
satu gedung dengan
bidang p Profiling
Prismatic Machine

Kebakaran
(risiko ruang
kerja)

Tersedia APAR
Jalur evakuasi
Tanda alat APAR
Tanda dilarang
merokok

DANGER Dilarang
Merokok

ANSI Standard

145

Keberadaan
Safety Sign Bidang Profilling Prismtic Machine
No.

Potensi Bahaya

Risiko

Pengendalian
Mesin DGMP

Mesin DGAL

Mesin MATEC dan


JOBS

Kebutuhan
Safety Sign

Kesesuaian
keberadaan
safety sign
Ya
Tidak

BSI Standard
DANGER Bahaya Kebakaran

ANSI Standard

Emergency Route

ANSI Standard

146

Berdasarkan tabel 5.6 tentang kesesuaian keberadaan safety sign


dari hasil keberadaan safety sign atau kenyataan dilapangan, jika
dibandingkan dengan kebutuhan safety sign yang dibuat sesuai dengan hasil
identifikasi bahaya, risiko dan pengendaliannya menggunakan standar ANSI
Z535 dan BSI 5499. Semua gambaran kesesuaian keberadaan safety sign di
bagian mesin DGMP , DGAL, MATEC dan JOBS Bidang profilling
Prismatic Machine menunjukkan ketidaksesuaian. Walaupun terdapat tanda
mandatory penggunaan APD seperti septu safety, kacamata safety, earmuff,
tidak mendukung jika dibandingkan dengan kebutuhan safety sign yang ada.
Hal tersebut dikarenakan safety sign yang terpasang belum di update
kembali, kondisinya sudah mulai luntur, tidak sesuai dengan standar ANSI
pada tahun 2014 dengan piktogram yang berbeda dan tidak menampilan
word message pada safety sign yang diterpakan, penempatan safety sign
juga tidak terlihat karena terhalang oleh mesin yang besar dan diletakkan
jauh dari mesin sejauh 20 m.
Hasil tersebut telah didukung berdasarkan wawancara mendalam
dengan informan. Kondisi safety sign yang ada di Departemen Machining
menurut kesimpulan dari matriks dengan informan utama yaitu cukup baik,
akan tetapi belum di update, sudah mengelotok, warnanya luntur, serta
keberadaannya belum sesuai dengan tempat kerja karena masih adanya
struktural Organisasi yang berubah sehingga lokasi produksi juga berubah
yang mempengaruhi safety sign yang sudah ada. Kesimpulan tersebut telah
didukung oleh penyataan wawancara kepada informan utama dan
pendukung, seperti kutipan dibawah ini :

147

Informan 02
.... udah pada luntur. Belum di up date lah.
Informan 03
alahamdulillah ada,...... terus juga sekarang lebih bagus lagii aaa K3LH
yang disana katanya dalam bentuk plat. Karena kan kalau dari kita itu kan
cepet ngelotok yah,, ehhm cukup lah...
Informan 04
kondisinya kalau menurut saya itu, 90 % tu udah bagus gitu.. 90 %
masih bagus, ya 10% nya masih ada kekurangan untuk tempat2 tertentu
karena sekarang itu masih terjadi movible. Karena masih ada perubahan,
karena asih ada perubahan struktural itu maka otomatis terjadi perubahan
tempat kerja, yang tadinya safety sign harusnya nya ini ini itu, sekarang itu
laen, jadi kita monitatau terus..
Berdasarkan hasil kesimpulan informan utama kondisi safety sign
yang ada cukup bagus, bahkan informan 04 menyatakan bahwa ..., 90 % tu
udah bagus .... 10% nya masih ada kekurangan untuk tempat2 tertentu...
Sedangkan kesimpulan hasil dari matriks informan pendukung yaitu kualitas
masih kurang, karena sign yang ada sudah buram, letaknya sudah tidak
sesuai, kotatau, dan bahkan banyak yang tidak ada sign nya. Kesimpulan
berdasarkan informan pendukung sedikit berbeda dengan jawaban yang
diberikan. Pernyataan informan pendukung 002 sebagai Supervisor Bidang
Profilling Machine juga memberikan jawaban yang sama, bahwa safety sign
yang ada cukup lengkap, akan tetapi kualitas sudah buram, kotatau, hilang,
hanya tanda mandatatauy / penggunaan APD saja, tidak di maintenance. .
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut :
Informan 002 :
Ya cukup lengkap sebenarnya, Cuma penerapan safety sign yang disaya
tuh yang Cuma mandatatory apa gitu. Nah itu tuh yang mungkin karena
148

penerapan safety sign jauh lama dari lama, semenjak awal kita baru
bangun bengkel ini. Nah mungkin kualitasnya udah belel, udah kotatau,
atau udah ditiup angin, .... atau udah ada yang ngambil buat alas duduk,
kan gitu.. nah itu tidak ada yang memaintenance.

Berdasarkan kesimpulan matriks dan transkrip wawancara dengan


hasil observasi menunjukkan bahwa

terdapat kesamaan yaitu adanya

ketidaksesuaian antara keberadaan safety sign dilapangan dengan kebutuhan


safety sign. hanya saja terdapat satu safety sign yang sesuai yaitu pada
prohibition sign dilarang merokok.

149

BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu dipaparkan
sebagai berikut.
1. Informan kunci tidak hadir saat melakukan identifikasi bahaya di
Bidang Profilling Prismatic Machine. Hal itu disebabkan karena
adanya keterbatasan ijin dari pihak PT. Dirgantara Indonesia dan
keterbatasan waktu yang dimiliki oleh informan kunci sebagai staf
ahli K3 di suatu perusahaan. Oleh karena itu, informan kunci
dalam

memberikan masukan

terhadap

identifikasi

bahaya,

penilaian risiko dan analisa kebutuhan safety sign yang telah dibuat
oleh peneliti untuk diliat keakuratannya. Hanya saja dalam
memahami gambaran proses kerja pada mesin di Bidang Profilling
kepada informan

kunci,

didukung oleh rekaman video yang

dibuat peneliti saat melakukan identifikasi bahaya.


2. Kualitas gambar safety sign yang diambil dalam rangka
menunjukkan keberadaan safety sign yaitu dengan jarak yang jauh
karena kondisi yang tidak memungkinkan. Sehingga berpengaruh
pada kualitas gambar yang diambil.

150

6.2 Prosedur Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, dan Pengendalian


Risiko
Berdasarkan prosedur risk assessment No. Dokumen D4 G0 03
dengan

judul petunjuk penilaian dan pengendalian risiko (risk

assessment), bahwa penilaian

risiko menggunakan teknik semi

kuantitatif dan mengklasifikasikan bahaya berdasarkan mesin yang ada di


proses tersebut. Menurut PP No.50 tahun 2012 sebagaimana pengusaha
paling sedikit harus melakukan identifikasi potensi bahaya, penilaian dan
pengendalian risiko. Maka PT. Dirgantara Indonesia telah sesuai untuk
melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan pemerintah dengan
melakukan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko.
Prosedur

manajemen risiko yang dimiliki PT. Dirgantara

Indonesia berdasarkan hasil wawancara kepada kepala staf pengendalian


dan pengukuran Departemen K3LH bahwa manual kebijakan dalam
melakukan manajemen risiko tidak mutlak dengan indutri penerbangan.
Oleh karena itu peneliti melakukan observasi dengan mengidentifikasi
potensi bahaya dan penilaian risiko di Bidang Profilling Prismatic
Machine dengan metode Task Risk Assessment dalam AS/NZS 4360:2004.

151

6.3 Daftar Bahaya, Risiko, Penilaian Risiko dan Pengendalian


Berdasarkan Hasil Identifikasi Bahaya di Bidang Profilling Prismatic
Machine
Menurut Peraturan Pemerintah No.50 tahun 2012 tentang
penerapan SMK3 yang menyatakan bahwa identifikasi potensi bahaya,
penilaian dan pengendalian risiko sebagai rencana strategi K3 yang
dilakukan oleh petugas yang berkompeten. Hal tersebut sebagaimana
telah disampaikan menurut Redja (2003), risiko dapat diartikan sebagai
kejadian yang tidak tentu dan dapat mengakibatkan suatu kerugian. Pada
tahap ini peneliti menggunakan informan kunci sebagai staf ahli K3 yang
membantu dalam proses identifikasi dan penilaian risiko, bahwa terdapat
potensi bahaya yang bersumber dari berbagai faktor yaitu faktor teknis,
faktor lingkungan, dan faktor manusia. Hal tersebut sebagaimana telah
diungkapkan oleh Tarwaka (2008) yang menyatakan potensi bahaya
dilingkungan kerja bersumber dari berbagai faktor yaitu faktor teknis,
lingkungan dan manusia.
Menurut Risk Assessment and Management Handbook risiko
terbagi menjadi 5 macam, yaitu diantaranya risiko keselamatan kerja
(Safety Risk), risiko kesehatan (Health Risk), risiko lingkungan dan
ekologi,

risiko

kesejahteraan

masyarakat,

dan

risiko

keuangan.

Berdasarkan Risk assessment and Management Handbook, di Bidang


Profilling Prismatic Machine juga memiliki macam-macam risiko, yaitu

152

diantaranya risiko keselamatan kerja, risiko kesehatan, risiko lingkungan


dan ekologi yang didapat dari hasil identifikasi bahaya.
Sebagaimana macam-macam risiko yang sudah dijelaskan, risiko
yang ada di Bidang Profilling Prismatic Machine yang dapat
mengakibatkan kecelakaan, diantaranya yaitu terpeleset, terjatuh, tertimpa,
tersayat, tergores, jari terpotong, gangguan pernapasan, tersengat listrik,
tersandung, tertiban, tergencet, cipratan dural (kontak dengan bahaya),
terjepit, gangguan pendengaran, tertusuk, sisa material mengenai mata,
dan kebakaran. Risiko yang ada di area mesin DGMP, DGAL, MATEC,
dan JOBS berdasarkan klasifikasi menurut jenis kecelakaan sebagaimana
telah diungkapkan menurut ILO (1962) yaitu seperti terjatuh, tertimpa
benda jatuh, terkena benda-benda, terjepit oleh benda, gerakan melebihi
kemampuan, pengaruh suhu tinggi, terkena arus listrik, serta kontak
dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi, jika dibiarkan akan
mengakibatkan kecelakaan kerja dan akan menimbulkan kerugian. Oleh
karena itu, harus dilakukan strategi terhadap pengendalian risiko bahaya.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Peraturan Pemerintah No. 50 tahun
2012 tentang penerapan SMK3 yang dibahas pada bab 2.1 rencana strategi
K3.
Selanjutnya klasifikasi penilaian risiko terhadap potensi bahaya
menurut Tarwaka (2008), yaitu dibedakan berdasarkan tingkat bahaya
sangat tinggi, serius, sedang, dan kecil. Hal tersebut telah sesuai dengan
hasil penilaian risiko yang telah dilakukan dan diklasifikasikan

153

berdasarkan tingkat risiko extrime, high, medium, low. Dari hasil


identifikasi penilaian risiko di Bidang Profilling Prismatic Machine
sebagian besar adalah high risk.
Menurut Tarwaka (2008) apabila suatu risiko terhadap kecelakaan
dan penyakit akibat kerja telah di identifikasi dan dinilai, maka
pengendalian risiko harus diimplementasikan untuk mengurangi risiko
sampai batas-batas yang dapat diterima berdasarkan ketentuan, peraturan
dan standar yang berlaku. Sedangkan Menurut AS/NZS 4360:2004 risiko
adalah peluang munculnya suatu kejadian yang dapat menimbulkan efek
terhadap suatu objek. Oleh karena itu, sesuai dengan pengendalian yang
dilakukan di Direktorat Produksi dalam prosesnya produksinya

untuk

mencegah terjadinya risiko kecelakaan dilakukan pengendalian di Bidang


Profilling Prismatic Machine. Menurut OHSAS 18001, terdapat 5 hirarki
pengendalian risiko yaitu dengan eliminasi, substitusi, pengendalian
teknis, pengendalian administratif, dan penggunaan APD (Alat Pelindung
Diri). Pengendalian yang diterapkan di bidang Profilling Prismatic
Machine masih dengan pendekatan administratif dan penggunaan APD,
yaitu dengan pelatihan, pengaturan jadwal kerja, penerapan safety sign,
penggunaan APD yang disesuaikan dengan potensi bahaya dengan tujuan
untuk mengurangi risiko terjadinya kecelakaan. Oleh karena itu, Bidang
Profilling Prismatic Machine sebaiknya lebih meningkatkan pengendalian
dengan hirarki yang lain. Seperti misalnya dengan pengendalian teknis,
bentuk lain dari pengendalian administratif.

154

Hirarki pengendalian dengan pendekatan administratif yaitu salah


satunya dengan tindakan pemasangan safety sign di Bidang Profilling
Prismatic Machine berdasarkan No. Dokumen D4 S2 07 tentang Standar
Rambu Keselamatan Kerja telah sesuai dengan UU No.01 Tahun 1970
bahwa telah memenuhi syarat keselamatan kerja untuk mencegah dan
mengurangi kecelakaan. Pada UU No.01 Tahun 1970 Pasal 14b yang
menyatakan memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua
gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan
lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut
petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja. Akan tetapi,
keberadaan safety sign di Bidang Profilling Prismatic Machine belum
sesuai jika disesuaikan dengan hasil identifikasi bahaya. Analisa
kesesuaian tersebut dapat terlihat pada tabel 5.6. Hal tersebut dikarenakan
masih minimnya safety sign yang terpasang di area kerja Bidang Profilling
Prismatic Machine yang disesuaikan dengan potensi bahaya maupun
risiko pekerjaan.

6.4 Keberadaan Safety Sign di Bidang Profilling Prismatic Machine


Berdasarkan daftar bahaya di mesin DGMP dan DGAL yang
memilki karakteristik mesin yang sama dari hasil identifikasi bahaya.
Menurut Tarwaka (2008) terdapat potensi bahaya dari proses produksi,
yaitu potensi bahaya yang ditimbulkan oleh berbagai kegiatan yang

155

dilakukan dalam proses produksi, yang sangat tergantung dari bahan, dan
peralatan yang dipakai, serta jenis kegiatan yang dilakukan. Potensi
bahaya mekanik dari proses produksi tersebut di mesin DGMP dan DGAL
mengakibatkan risiko terpeleset, terjatuh, tertimpa, tersayat, tergores, jari
terpotong, tertusuk chips, tertiban, tergencet, terjepit. Selanjutnya,
pengendalian yang diterapkan terhadap potensi bahaya mekanik dan risiko
di mesin tersebut yaitu dengan penggunaan APD, seperti sepatu safety agar
pekerja tidak terpeleset, tertiban, tertusuk chips, penggunaan

sarung

tangan agar tidak tersayat, helm agar tidak tertimpa. Diberi tangga agar
pekerja tidak jatuh. Diberi pelatihan agar pekerja tidak tergencet dan risiko
jari terpotong.
Selain potensi bahaya mekanik dari proses produksi di mesin
DGMP dan DGAL juga terdapat potensi bahaya fisik, kimia, fisiologis
dan ergonomi. Hal tersebut sebagaimana telah diungkapkan oleh Tarwaka
(2008),

potensi bahaya fisik di area mesin DGMP dan DGAL dapat

mengakibatkan gangguan pendengaran, karena bahaya dari suara mesin.


Potensi bahaya kimia dapat mengakibatkan risiko paparan toksisitas dari
material, risiko gangguan kesehatan berasal dari cairan hasil collant yang
dapat membahayakan kesehatan. Sedangkan potensi bahaya fisiologis
dalam bentuk posisi kerja naik turun mesin, jongkok, berdiri dan duduk
yang dilakukan secara berulang-ulang, dapat mengakibatkan gangguan
ergonomi pada pekerja / operator mesin. Semua potensi bahaya dan risiko

156

dijelaskan pada tabel 5.1 dan 5.2 yaitu identifikasi dan penilaian risiko
pada mesin DGMP, DGAL, MATEC dan JOBS.
Jika ditempat kerja memiliki potensi bahaya maka harus dilakukan
pengendalian, yang dapat mereduksi paparan bahaya kepada pekerja.
Menurut Tarwaka (2008), terdapat 2 metode yaitu sarana pengendalian
permanen (jangka panjang) dan pengendalian sementara (jangka pendek).
Untuk menentukan sarana dengan pengendalian permanen atau sementara
harus dilakukan prioritas pengendalian terlebih dahulu. Sebagaimana yang
yang diungkapkan oleh Ramli (2010a) terdapat strategi pengendalian
risiko yaitu menekan likelihood / kemungkinan terjadinya suatu kejadian,
menekan kosekuensi / paparan yang diterima, dan pengendalian risiko.
Sebagaimana pedoman pengendalian risiko yang lebih spesifik
menurut

OHSAS

yaitu

dengan

pendekatan

eliminasi,

substitusi,

pengendalian teknis, pengendalian administratif, dan penggunaan alat


pelindung diri (APD). Sebagaimana berdasarkan beberapa teori yang telah
diungkapkan bahwa hirarki pengendalian tentu saja harus dibuat prioritas
untuk menekan kemungkinan terjadinya kejadian. Berdasarkan prinsip
pengendalian permanen menurut Tarwaka (2008), pengendalian teknis
seperti eliminasi (menghilangkan sumber bahaya) adalah yang utama,
selanjutnya diikuti oleh pengendalian lainnya. Di Bidang Profilling
Prismatic Machine itu sendiri berdasarkan hasil wawancara mendalam dan
observasi belum pernah meningkatkan dengan pengendalian teknis.
Manajemen meningkatkan dengan pengendalian administratif dalam

157

bentuk pelatihan, shift kerja, penerapan safety sign. Akan tetapi dalam
pelaksanaan pengendalaian administratif dengan penerapan safety sign
masih belum maksimal.
Oleh karena itu, sebaiknya pengendalian administratif dalam
bentuk safety sign dibuat sesuai dengan potensi bahaya, risiko dan
pengendaliannya agar pekerja dan tamu perusahaan mengetahui potensi
dan risiko bahaya yang mungkin terjadi. Menurut standar ANSI
pemasangan safety sign harus berdasarkan potensi bahaya yang ada di
tempat kerja dan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.50 tahun 2012
pada bab keamanan bekerja berdasarkan SMK3 tentang sub bab area
terbatas,

bahwa rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu

darurat harus dipasang sesuai dengan standar dan pedoman teknis. Jika
dibandingkan dengan kenyataan, tidak ada satupun keberadaan safety sign
yang mengindikasikan risiko dan potensi bahaya dari proses produksi
secara tepat. Sementara, pengaruh dari potensi bahaya dan risiko tersebut
dapat mengganggu kesehatan secara fisik dimana dapat menyebabkan
gangguan-gangguan atau kerusakan pada tubuh (Tarwaka, 2008).
Di bagian mesin DGMP dan DGAL hanya terdapat tanda berupa
mandatory penggunaan sepatu safety, kacamata safety, ear muff, dan safety
line. Letak 1 tanda sepatu safety juga terhalang oleh mesin besar dari
DGMP sehingga tidak terlihat dan tidak dapat memberikan pesan kepada
pekerja maupun pengunjung yang datang ke area kerja. Safety sign lainnya
di are mesin DGMP juga terletak jauh dari area mesin yaitu sejauh 20 m.

158

Warna sign juga sudah pudar dan ukurannya juga kecil Karena belum di
update.

Gambar 6.1 Keberadaan Safety Sign di Mesin DGMP

Gambar 6.2 Keberadaan Safety Sign di Mesin DGAL

Keberadaan Safety Sign di mesin DGMP dan DGAL menurut


standar safety sign ANSI Z535.4-2007 berdasarkan situasi bahaya yang
menginstruksikan pesan keselamatan untuk melindungi pekerja maupun
properti dari risiko kerugian belum sesuai dengan risiko bahaya yang ada
ditempat kerja. Oleh karena itu, harus dilakukan evaluasi terhadap
penerapan safety sign sebagai bentuk pengendalian bahaya yang sudah
diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang sistem
manajemen keselamatan.
Menurut Sumbo Tinarbuko (2008), pembuatan safety sign yang
baik adalah yang memenuhi 4 kriteria seperti : mudah dilihat, mudah
dibaca, mudah dimengerti, dan dapat mudah dipercaya. Safety sign di

159

mesin DGAL memiliki kelebihan dibandingkan dengan mesin DGMP,


yaitu dengan adanya caution sign (terpeleset). Letak 1 tanda sepatu safety
juga terhalang oleh mesin besar dari DGAL sehingga tidak terlihat dan
tidak dapat memberikan pesan kepada pekerja maupun pengunjung yang
datang ke area kerja. Warna sign juga sudah pudar dan ukurannya juga
kecil karena penerapan safety sign yang belum di update. Sedangkan
tanda-tanda tersebut bertujuan menyampaikan suatu informasi sehingga
bersifat komunikatif.

Menurut Sumbo Tinarbuko (2008), keberadaan

safety sign mampu menggantikan sesuatu yang lain, dapat dipikirkan, atau
dibayangkan. Berdasarkan teori tersebut bahwa keberadaan safety sign di
mesin DGMP dan DGAL sepenuhnya belum lengkap dan belum berfungsi
dengan baik. Hal tersebut dapat dibuktikan pada tabel 5.4 yaitu keberadaan
safety sign berdasarkan potensi bahaya dan risiko.
Begitu juga keberadaan safety sign yang ada di mesin MATEC dan
JOBS yang memilki

potensi bahaya dan

risiko sama dengan mesin

DGMP, seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya. Tetapi, terdapat


sedikit perbedaan potensi bahaya yang dihasilkan yaitu risiko terjatuh,
tergencet karena mesin MATEC dan JOBS tidak tinggi dan besar. Risiko
terpapar cipratan dural, karena bentuk dari mesin MATEC dan JOBS yang
sudah terisolasi. Di mesin MATEC dan JOBS tidak ada sama sekali
indikasi penerapan safety sign untuk pekerja, hanya terdapat tanda
prohibition di kerangkeng mesin, itupun juga berasal dari pabrik mesin.

160

Gambar 6.3 Keberadaan Safety Sign di Mesin MATEC dan JOBS

Keberadaan Safety Sign di mesin MATEC dan JOBS menurut


standar safety sign ANSI Z535.4-2007 berdasarkan situasi bahaya yang
menginstruksikan pesan keselamatan untuk melindungi pekerja maupun
properti dari risiko kerugian belum sesuai dengan risiko bahaya yang ada
ditempat kerja. Hal tersebut karena tidak ada safety sign sama sekali yang
terpajang di mesin MATEC dan JOBS, yang mengindikasikan adanya
tanda risiko bahaya sesuai dengan hasil identifikasi yang dilakukan.
Menurut Kusrianto (2009), bahwa manusia mampu memberikan
makna dan menginternalisasikan makna terhadap suatu objek, tempat,
maupun suasana dari orang-rang yang berada dalam lingkungan simbolik.
Hal tersebut menunjukkan bahwa di mesin MATEC dan JOBS

tidak

terdapat makna untuk mengindikasikan suasana bahaya yang dapat terjadi


kapan saja untuk pekerja dan tamu perusahaan, karena tidak adanya
satupun safety sign yang terpasang.
Menurut Gustosign (2013) sebagai ahli konsultan dan pembuat
safety sign, keberadaan safety sign memiliki tujuan untuk mencegah
kecelakaan ditempat kerja. Safety sign berisi pesan-pesan mengenai
bahaya serta penempatan informasi lain yang berhubungan dengan

161

keamanan kerja. Begitu juga di Bidang Profilling Prismatic Machine,


penempatan safety sign yang masih kurang tepat serta tidak adanya safety
sign yang mengindikasikan adanya potensi bahaya atau pemberitahuan
akan memberikan makna sikap yang normal saja untuk pekerja. Akan
tetapi, jika disetiap mesin atau proses kerja yang memiliki sign akan
memberikan rasa tanggung jawab untuk menjaga dirinya agar lebih
berhati-hati untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Sehingga risiko yang
dapat muncul, bisa diminalisir dengan memunculkan safety sign tersebut.
Sebaiknya, PT. Dirgantara Indonesia dalam manajemen K3LH,
pada penerapan safety sign, menggunakan standar yang berlaku dan
memilih perusahaan pembuat safety sign yang terbaik agar penerapan
safety sign dapat tepat sesuai dengan standar dan komposisi. Selain itu,
keberadaan safety sign sebaiknya dilakukan berdasarkan hasil identifikasi
bahaya, agar penerapannya dapat berguna untuk meminimalisir terjadinya
kecelakaan kerja.

6.5 Kebutuhan Safety Sign Berdasarkan Daftar Bahaya


Kebutuhan safety sign berdasarkan hasil identifikasi bahaya yang
telah didiskusikan oleh key informan, yaitu dengan memberikan
rekomendasi safety sign di mesin DGMP, DGAL, MATEC dan JOBS
berdasarkan situasi bahaya dan risiko pekerjaan. Safety sign dalam bentuk
mandatory yang sudah ada juga dibuat kebutuhan berdasarkan referensi

162

standar ANSI Z535 dan BSI 5499 dengan pictogram, symbol panel, signal
word, dan word message yang terbaru.
Berdasarkan hasil identifikasi bahaya dan penilaian risiko, di dapat
daftar potensi bahaya yang ada di mesin DGMP, DGAL, MATEC dan
JOBS adalah berupa potensi bahaya mekanik, fisik, kimia, fisiologis,
ergonomis. Kebutuhan safety sign berdasarkan risiko bahaya dan
pengendalian yang diterapkan di Bidang Profilling Prismatic Machine.
Oleh karena itu, analisa kebutuhan safety sign sudah sesuai

dengan

pedoman Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang penerapan


sistem keselamatan dan kesehatan kerja pada bab area terbatas yang
menyatakan bahwa rambu-rambu K3 harus dipasang sesuai dengan standar
dan pedomen teknis. Standar yang digunakan yaitu dengan ANSI Z535
dan BSI 5499 yang dibuat berdasarkan hasil identifikasi bahaya di Bidang
Profilling Prismatic Machine.
Berdasarkan daftar potensi bahaya, risiko dan pengendalian
kebutuhan safety sign sudah disesuaikan dengan klasifikasi tanda bahaya
sesuai dengan standar ANSI Z535 dan BSI 5499. Diantaranya warning
sign, caution sign, danger sign, notice sign, dan prohibition sign. Potensi
bahaya yang memilki risiko tinggi sangat diutamakan untuk diberikan
informasi, karena akan mengakibatkan bahaya mekanik seperti terpeleset,
terjatuh, tertimpa, tertusuk chips, tersayat, terpotong, tertiban, dan terjepit.

163

Menurut standar safety sign ANSI Z535.4-2007 yang menyatakan


bahwa safety symbol dipilih berdasarkan representasi grafis dengan jelas
untuk menyampaikan pesan keselamatan secara spesifik, dan juga
memberikan signal word (DANGER : merah, WARNING : oranye.
CAUTION : kuning, NOTICE : biru). Safety sign menurut ANSI Z535.42007 juga harus dilengkap dengan symbol panel (pictogram), dan pesan
yang disampaikan. Hal tersebut membuktikan keberadaan safety sign
belum sesuai dengan standar ANSI Z535 yang juga diterapkan di Bidang
Profilling Prismatic Machine.
Untuk memberikan perbandingan kesesuaian terhadap keberadaan
safety sign dilapangan, kebutuhan penggunaan safety sign berdasarkan
potensi bahaya, risiko dan perintah penggunaan APD. Menurut ANSI
Z535.4 2007 dan Gustosign (2013) dapat dijelaskan dengan pesan yang
disampaikan seperti :
a. Warning sign
Warning sign dengan background berwarna oranye dan kata
WARNING berwarna hitam. Hal tersebut mengindikasikan situasi
kemungkinan terjadinya kecelakaan serius atau kematian. Sementara
di Bidang Profilling Prismatic Machine memiliki risiko bahaya
tersayat, tergores, jari terpotong, tertusuk chips, tersengat listrik,
terjepit mesin, serta tertiban benda berat. Oleh karena itu, di Bidang
Profilling Prismatic Machine dibutuhkan warning sign. Tetapi,

164

khusus di mesin MATEC dan JOBS karena karakteristik bentuk mesin


yang tidak besar maka tidak dibutuhkan warning sign dengan risiko
bahaya terjepit.
b. Caution sign
Caution sign dengan background berwarna kuning dan kata
CAUTION berwarna hitam, mengindikasikan situasi berbahaya yang
dapat menyebabkan luka ringan atau sedang. Oleh karena itu,
himbauan atau waspada akan adanya risiko bahaya di Bidang
Profilling Prismatic Machine

dibutuhkan tanda caution sign,

diantaranya karena adanya potensi bahaya dan risiko terpeleset,


lintasan forklift, bahaya terjatuh (hanya mesin DGMP dan DGAL),
tersandung, serta tertiban alat kerja yang berat.
c. Danger sign
Danger sign dengan background berwarna merah dan kata
DANGER berwarna putih, mengindikasikan situasi bahaya yang
memiliki kemungkinan tinggi terjadinya kematian atau luka serius.
Sementara di Bidang Profilling Prismatic Machine memiliki risiko
bahaya kebakaran karena satu ruang dengan ruang produksi yang
memiliki risik terbakar. Oleh karena itu, dibutuhkan tanda bahaya
terbakar, mengindikasikan adanya alat APAR sebagai fire fighting
sign dan dilarang merokok.

165

d. Notice Sign
Notice sign dengan background

berwarna biru dan kata

NOTICE berwarna putih, yang menyampaikan pesan keselamatan


personil

atau

perlindungan

terhadap

properti

perusahaan

bersangkutan. Notice sign biasa dipakai unuk membeikan mandatory


sign. Di Bidang Profilling Prismatic Machine membutuhkan Notice
sign dalam bentuk himbauan pemakaian / mandatory penggunaan alat
pelindung diri seperti : sepatu safety, helm, sarung tangan, masker,
seragam kerja, earmuff, dan kacamata safety.
e. Safe Condition Sign / safety first background berwarna hijau dan
gambar atau kata berwarna putih, yang

memberikan Instruksi-

instruksi umum yang berhubungan dengan praktek kerja yang aman,


serta memberikan tanda jalur evakuasi. Oleh karena itu, berdasarkan
potensi

bahaya

di

Bidang

Profilling

Prismatic

Machine

dibutuhkannya tanda jalur evakuasi.


f. Selain tanda diatas kebutuhan safety sign juga ditambah dengan
adanya prohibition sign di mesin MATEC dan JOBS yaitu tanda
dilarang masuk saat mesin beroperasi. Selain itu, untuk semua mesin
di Bidang Profilling dibutuhkan tanda bahaya dari limbah material
dan risiko gangguan kesehatan pada pekerja efek dari collant dan
material yang dibentuk oleh mesin.

166

Material yang digunakan berdasarkan standar BSI 5499 yaitu


diantaranya adalah poliester, plastik kaku, alumunium dan polypropylene
juga sudah sesuai secara keseluruhan, karena material safety sign yang
digunakan di Bidang Profilling Prismatic Machine terbuat dari bahan
alumunium, plastik kaku dan stainless.
Walaupun sifat dari pengendalian dalam bentuk safety sign hanya
berupa tanda peringatan, pemberitahuan / informasi akan lebih baik jika
safety sign diterapkan secara optimal berdasarkan potensi bahaya dengan
memberikan tanda warning, caution, danger, notice, serta indikasi adanya
alat-alat pemadam kebakaran.
6.6 Kesesuaian Keberadaan Safety Sign di Bidang Profilling Prismatic
Machine
Menurut Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 bahwa ramburambu mengenai keselamatan dan tanda pintu darurat harus dipasang sesuai
dengan standar dan pedoman.

Berdasarkan hasil identifikasi bahaya,

terdapat risiko bahaya terpeleset, tertimpa, terjatuh, tersayat, tergores,


tertiban, kebisingan, gangguan ergonomi, yang diklasifikasikan secara
potensi bahaya fisik menurut Tarwaka (2008) dapat menyebabkan gangguan
pendengaran, kerusakan pada otot, dapat menyebabkan kelelahan kerja,
bahkan potensi terjadinya kebakaran. Tetapi, keberadaan safety sign tidak
ada yang sesuai dengan analisa kebutuhan safety sign berdasarkan potensi
bahaya yang ada.

167

Berdasarkan hasil kebutuhan safety sign yang dibandingkan


dengan keberadaan safety sign di mesin DGMP dan DGAL dengan tanda
perintah (mandatory sign) yaitu penggunaan sepatu safety, ear muff, safety
googles tidak memiliki kesesuaian. Hanya terdapat 2 kesesuaian yaitu
indikasi potensi bahaya dengan tanda segitiga mengindikasikan alat APAR
dan tanda dilarang merokok. Selebihnya safety sign berdasarkan potensi
bahaya dan risiko di mesin DGMP tidak memiliki kesesuaian. Walaupun
terdapat tanda sepatu safety, peggunaan earmuff, kaca mata safety di
masing-masing mesin, safety sign yang terpasang sudah tidak sesuai
dengan standar regulasi ANSI Z535 yang berlaku. Menurut ANSI Z535
safety sign harus dilengkapi dengan kata sinyal, simbol peringatan
keselamatan, dan pesan dari kata sinyal.
Begitu juga dengan analisa kesesuaian keberadaan safety sign di
mesin MATEC dan JOBS berdasarkan potensi bahaya dan risiko di mesin
tersebut tidak memiliki kesesuaian berdasarkan keberadaan dan kebutuhan
safety sign, karena safety sign yang terdapat di mesin MATEC dan JOBS
hanya berdasarkan sign yang sudah teridentifikasi dari pabrik pembuatan
mesin tersebut mesin, bukan berdasarkan pekerjaan yang berhubungan
dengan mesin tersebut yang seharusnya di buat kebijakan yang baru oleh
pihak Departemen K3LH atau Bidang Profilling Prismatic Machine.
Potensi bahaya yang terdapat di mesin MATEC dan JOBS
memiliki kesamaan dengan mesin DGMP, akan tetapi terdapat beberapa
perbedaan seperti terjatuh dan tergencet karena bentuk mesin MATEC dan

168

JOBS tidak besar. Oleh karena itu berdasarkan kebutuhan safety sign tidak
ada.
Menurut Undang-undang Tahun 1970 tentang keselamatan kerja
pasal 9,12 dan 14 penggunaan APD di tempat kerja merupakan suatu
keharusan. Oleh karena itu berdasarkan APD yang sesuai dengan risiko
bahaya yang teridentifikasi juga harus didukung oleh tanda perintah
(mandatory sign) penggunaan APD di lingkungan kerja. Hal tersebut
adalah untuk mendukung perilaku pekerja agar menggunakan APD sesuai
dengan potensi bahaya di tempat kerja agar terhindar dari kejadian atau
kecelakaan kerja. Di Bidang Profilling Prismatic Machine sendiri, tanda
mandatory tidak mendukung dari setiap potensi bahaya yang ada. Selain
tidak terpasang, safety sign dengan sinyal pemberitahuan penempatannya
tidak sesuai yaitu jauh dari pekerja dan kondisinya sudah kurang baik.
Sebagaimana disampaikan oleh Tinarbuko (2008),

bahwa

terdapat 4

kriteria penerapan safety sign yang baik yaitu mudah dilihat, mudah
dibaca, mudah dimengerti, dan dapat dipercaya. Jika tanda penggunaan
APD pada mandatory sign tidak dirubah sesuai dengan tempatnya, maka
yang akan terjadi adalah tidak dapat dilihat dan dimengerti karena tidak
dapat memberikan pesan kepada pekerja atau tamu perusahaan, bahwa di
area tersebut menyimpan bahaya dan harus melindungi diri dengan APD.
Akibatnya dapat menimbulkan risiko bahaya seperti terpeleset, terjatuh,
tersayat, jari terpotong, dsb.

169

Selain tanda indikasi perintah, pada potensi bahaya biologis


terhadap gangguan pernapasan juga tidak disertai dengan simbol dan
tanda berbahaya di sekitar mesin DGMP, DGAL, MATEC dan JOBS. Hal
tersebut menunjukkan ketidaksesuaian terhadap potensi bahaya biologis
yang mengakibatkan gangguan pernapasan. Oleh akrena itu, upaya
pengendalian yang dilakukan dalam bentuk safety sign perlu dilakukan
evaluasi. Evaluasi berdasarkan

ketidaksesuaian tersebut diatur dalam

Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 pada bab keamanan bekerja


berdasarkan SMK3 yang menyatakan upaya pengendalian risiko di
evaluasi secara berkala apabila terjadi ketidaksesuaian atau perubahan
pada proses kerja.
Menurut Health and Safety Executive (2009) yang mengikuti
ketentuan dari BSI bahwa safety sign terbagi menjadi 5 yaitu prohibition
sign (tanda larangan), warning sign (tanda peringatan), mandatory sign
(tanda perintah, safe condition sign (tanda kondisi aman), dan fire fighting
(tanda peralatan kebaran). Sedangkan dengan standar ANSI Z535
memiliki kesamaan dengan standar BSI akan tetapi terdapat perbedaan
yaitu terdapat caution sign dan notice sign pada standar ANSI. Warna
simbol warning sign juga berwarna oranye, jika di BSI berwarna kuning
warna kuning dengan standar BSI adalah indikasi adanya warning sign.
Oleh karena itu PT. Dirgantara Indonesia dalam penerapan safety sign
dapat menggunakan salah satu standar atau kedua-duanya sesuai dengan
potensi bahaya di tempat kerja.

170

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat berdasarkan hasil dari tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Proses produksi di Bidang Profilling Prismatic Machine memiliki 3
bagian berdasarkan karakteristik dan jenis kerja mesin diantaranya
mesin DGMP, DGAL, MATEC dan JOBS. fungsi dari ketiga bagian
mesin yaitu melubangi dan membentuk material yang berasa dari
alumunium, besi, baja, dsb.
2. a) Potensi bahaya yang terdapat di Bidang Profilling Prismatic Machine
yang terbagi berdasarkan 3 bagian mesin yaitu DGMP, DGAL,
MATEC dan JOBS, memiliki potensi bahaya yang berasal dari
proses produksi. Terdapat bahaya mekanik, fisik, kimia, fisiologis
dan ergonomi. yang dijelaskan pada tabel 5.3
b) Sebagian besar tingkat risiko di Bidang Profilling Prismatic Machine
dari hasil penilaian risiko yaitu high risk. Diantaranya dibedakan
berdasarkan tingkat bahaya sangat ekstrim, tinggi, serius, sedang,
dan kecil. Risiko yang ada di Bidang Profilling Prismatic Machine
yaitu bahaya mekanik (terpeleset, terjatuh, tertimpa, tersayat,
tergores,

jari

terpotong,

gangguan

pernapasan,

gangguan

pendengaran, tersengat listrik, tersandung, tertiban, serta tergencet).

171

Bahaya fisik (cipratan dural, sisa material/chips). Selanjutnya risiko


gangguan ergonomi dan kimia (limbah hasil material).
3. Keberadaan safety sign yang mengindikasikan risiko dan potensi bahaya
dari proses produksi masih kurang tepat, karena belum sesuai dengan
potensi bahaya dan risiko ditempat kerja.
4. Analisa kebutuhan safety sign dilakukan sesuai

dengan

pedoman

Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012, standar ANSI Z535 dan BSI
5499 di Bidang Profilling Prismatic Machine yaitu dibutuhkannya
caution sign, warning sign, notice sign, dnger sign, prohibition sign,
serta safe conition sign yang telah disesuaikan dengan hasil identifikasi
bahaya.
5. Hasil analisa kesesuaian keberadaan safety sign di Bidang Profilling
Prismatic Machine menunjukkan tidak sesuai. Ketidaksesuaian
berdasarkan aspek keberadaan, penempatan, kondisi, analisa kebutuhan,
dan hasil wawancara mendalam, bahwa jika dibandingkan dengan
standar dan potensi bahaya tidak cocok. Hal tersebut telah didukung
dari hasil perbandingan antara kebutuhan dengan keberadaan safety sign
di 3 bagian Bidang Profilling, berdasarkan hasil identifikasi bahaya dan
risiko bahaya.

172

7.2 Saran
Adapun saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Sebaiknya dilakukan kegiatan identifikasi bahaya ulang dan inspeksi
bahaya rutin di seluruh Direktorat Produksi. Inspeksi dilakukan dengan
tujuan untuk melihat kemunculan potensi bahaya yang tidak terlihat
saat melakukan identifikasi bahaya.
2. Walaupun safety sign bukan pengendalian yang utama, tapi dapat
memberikan

gambaran

bahaya

di

area

kerja

serta

dapat

meminimalisasikan kecelakaan ditempat kerja. Oleh karena itu, akan


lebih baik jika safety sign diterapkan secara optimal berdasarkan
potensi bahaya dengan memberikan tanda warning, caution, danger,
notice,safe condition serta indikasi adanya alat-alat pemadam kebakaran
sesuai dengan standar yang berlaku.

173

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, S. 2013. Modul Kesehatan dan Keselamatan Kerja (pp. 26).
ANSI Standard. 2007. ANSI Z535.4-2007 for Product Safety Sign and Labels.
Rosslyn : National Electrical Manufactures Association.
ANSI Standard. 2011. ANSI Z535.3-2011 Criteria for Safety Symbol. National
Electrical Manufactures Association (NEMA)
Alijoyo, Antonius. 2005. Enterprise Risk Management, Pendekatan Praktis. Ray
Indonesia.
Australia Standars/New Zaeland. 2004. Risk Management 4360. Standard
Association of Australia, Strathfield.
B. Miles, Matthew & Huberman, A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif.
Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi, Jakarta : UI Press.
British Standar Institute. 1996. Safety Sign Regulations. British. Brady
Budiono, sugeng A.M. 2003. Manajemen Risiko dalam Hiperkes dan
Keselamatan Kerja Bunga Rampai Hiperkes dan KK Edisi kedua
Semarang : Universitas Diponegoro.
Badan Safety Sign Indonesia. 2009. Diakses di http://safetysign.co.id/ pada 12
Maret 2014 3 Juli 2014
Cahyani, P. 2009. Pemetaan Sistem Organisasi Sebagai Refleksi Budaya
Keselamatan Kerja (Safety Culture) Industri Manufaktur Indonesia.
Institut Teknologi Bandung, Bandung.

174

Center for Cheemical Process Safety (CCPS). 2000. Guidelines for Chemical
Process Quantitative Risk Analysis, 2 edition, American Institute of
Chemical Engineers (AIChE). New York.
Gustosign. 2013. Safety sign atau rambu keselamatan/rambu K3 merupakan
kelompok sign yang berfungsi untuk mejaga keselamatan kerja.
Bandung. Diakses di http://gustosign.com/web/safety-sign/ pada 1 Juli
2014.
Harold, Kerzner. 2001. Project Management: a. System to Planning, Scheduling
and Controlling.
Harold, Kerzner. 2001. Project Management: a. System to Planning, Scheduling
and Controlling.
Health and Safety Executive. 2009. The Health and Safety (Safety Signs and
Signals) Regulation 1996. United Kingdom.
Herdiansyah, Haris. 2011. Metodologi Penelitian Kulitatif. Jakarta: Salemba
Humanika.
Ilmi, Toyibatul. 2012. Rambu-Rambu Kesehatan & Keselamatan Kerja.
Engineering Articles.
Juliana, Anda Ivana 2008. Implementasi Metode Hazops dalam Proses
Identifikasi Bahaya dan Analisa Risiko Pada Feedwater System di Unit
Pembangkitan Paiton PT. PJB. Surabaya: Politeknik Perkapalan Negeri
Surabaya.

175

Jay Heizer dan Barry Render. 2005. Operation Management, 7th edition. Jakarta :
Salemba Empat
Kolloru, Rao V et all. 1996. Risk Assessment and Management handbok for
environmental health and safety professionals. Newyork : Mc Graw Hill.
Kusrianto, Adi. 2009. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: ANDI.
Lestari, Fatma. 2014. Strategi Peningkatan Keselamatan Kerja & Keselamatan
Publik di Indonesia melalui Pendekatan Sistematik Pencegahan
Munawir, A. 2010. HAZOP, HAZID, VS JSA. Migas Indonesia
Marquette, K. 2013. ANSI Standars for Safety Signs. eHow
NFPA 1600. Standar on Disaster / Emergency Management and Business
Continuity

Program 2007 Edition, NFPA, Batterymarch Park, Quincy

Norman K Denzin, Yvona Lincoln. 1994. Hand Book of Qualitative Research,


California : SAGE Publications
OHSAS 18001. 2007 Occupational Health and Safety Assessment Series, OH&S
Safety Management System Requirements.
PT.

Dirgantara

Indonesia.

2011.

Arsipiptek.

Diakses

di

http://arsipiptek.blogspot.com/2011/01/pt-dirgantara-indonesia-peluangdan.html) pada 12 November 2013 pukul 11.25 PM


Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. oleh : Presiden RI
Redja, George E. 2003. Principles of Risk Management and Insurance. Eight
Edition : Person Education.
176

Render, B. J. Heizer. 2005. Operations Management. Penerbit Salemba Empat.


Pearson Education Asia.
Ramli, S. 2010. Manajemen Risiko Dalam Perspektif K3 OHS Risk Management.
Jakarta: Dian Rakyat.
Ramli, S. 2010b. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS
18001 (Vol. 01). Jakarta: Dian Rakyat.
Safety Line Institute. 2005. Identify Hazard and Assess OHS Risk. Australia.
Safety Line Institute. 2005. Risk Management Process. Australia.
Sumamur, Dr. P.K. Msc. 1981. Keselamatan Kerja & Pencegahan Kecelakaan.
PT. Toko Gunung Agung.
Simpson, Mary Anne. 2013. OSHA Sign Standards. eHow.
Standard Nasional Indonesia (SNI). 2006. Manajemen Tanggap Darurat untuk
Keadaan Darurat di kegiatan Usaha Pertambangan
Siswowardojo, Widodo. 2003. Norma Perlindungan Ketenaga Kerjaan,
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta
Syartini, Titi. 2010. Penerapan SMK3 dalam Upaya Pencegahan Kecelakaan
Keja di PT. Indofood CBP Sukses Makmur Divisi Noodle Cabang
Semarang. Surakarta : Laporan Khusus Program Diploma III Hiperkes
Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Soeripto, IR. Vol. XXXI : No. 1 Oktober-Desember. 1997. Job Safety Analysis.
Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja.

177

Tarwaka. 2008. Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surkarta :


Harapan Press.
Tinarbuko, Sumbo 2008. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta : Jalasutra
Taylor, G., dkk. 2004. Enhancing Occupational Safety and Health. India: Great
Britain.

UNSW Health and Safety. 200). Risk Management Program. Canberra:


University

of

New

South

Wales.

Diakses

http://www.ohs.unsw.edu.au/ohs-riskmanagement/index.html.

di

pada

Mei 2014)
Undang-undang No. 03 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Oleh :
Presiden RI.
Undang-undang No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. oleh : Presiden RI
Webb, A. 1994. Risk Analysis for Business Decisions. Engineering Management
Journal.

178

LAMPIRAN

Kepada Yth :
Calon Informan Penelitian
Di PT. Dirgantara Indonesia

Dengan Hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini Mahasiswi Program Studi Kesehatan
Masyarakat Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Nama : Evianti Anggun Lestari
NIM : 1110101000009
Akan mengadakan penelitian dengan judul Analisis Kesesuaian
Keberadaan Safety Sign Berdasarkan Bahaya yang terdapat di Departemen
Machining Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia, Tahun 2014.
Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas
akhir untuk memperoleh gelar sarjana Strata 1 di Program Studi Kesehatan
Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan
safety sign berdasarkan hasil dari identifikasi bahaya dalam kegiatan proses
indutsri bidang manufaktur PT. Dirgantara Indonesia. Penelitian ini tidak
menimbulkan akibat yang merugikan bagi informan dan kerahasiaan semua
informasi yang diberikan akan dijaga, serta hanya digunakan dalam kepentingan
penelitian.
Atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu yang bersedi menjadi informan saya
ucapkan terima kasih.
Peneliti,

Evianti Anggun Lestari

Pedoman Wawancara
ANALISIS KESESUAIAN KEBERADAAN SAFETY SIGN BERDASARKAN
BAHAYA YANG TERDAPAT DI DEPARTEMEN METAL FORMING
DIREKTORAT PRODUKSI PT. DIRGANTARA INDONESIA, TAHUN 2014

Panduan Wawancara Informan Utama


(Staf Departemen K3LH)
Kode Informan

Tanggal Informan

Pewawancara

Identitas Informan

a. Nama / Inisial Informan :


b. Jabatan / Jenis Pekerjaan :
c. Jenis kelamin

d. Usia

Tertanda Bersedia Menjadi Informan :


Signature Informan,

(.......................................)

Topik : Informasi Mengenai Tempat Penelitian di Direktorat Produksi


Panduan Wawancara
1. Bagaimana angka kecelakaan di Direktorat Produksi ?
2. Terdapat di Departemen apa kecelakaan tertinggi di Direktorat Produksi ?
3. Berapa angka SIR dan FIR di Departemen yang memiliki angka
kecelakaan tertinggi selama kurun waktu 5 tahun sebelumnya ?

Topik : Informasi Mengenai Pelaksanaan Manajemen Risiko


Panduan Wawancara
1. Bagaimanakah pelaksanaan proses produksi di Direktorat Produksi PT.
Dirgantara Indonesia ?
2. Bahaya apa saja yang terdapat di Departemen Machining Direktorat Produksi
PT. Dirgantara Indonesia ?
3. Bagaimana cara melakukan identifikasi bahaya di Direktorat Produksi oleh
Departemen K3LH PT. Dirgantara Indonesia ?
4. Bagaimana cara menilai bahaya atau risiko yang dilaksanakan Departemen
K3LH di PT. Dirgantara Indonesia ?
5. Bagaimana cara pengendalian bahaya yang dilakukan Departemen K3LH PT.
Dirgantara Indonesia berdasarkan hasil identifikasi dan penilaian risiko /
bahaya ?
6. Siapa saja orang yang terlibat dalam penentuan kebijakan dalam mengatur
manajemen risiko di Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia ?
7. Apakah form yang dipakai dalam mengidentifikasi bahaya, penilaian serta
pengendalian bahaya yang digunakan adalah prosedur yang mutlak dalam
manajemen risiko di industri penerbangan seperti PT. Dirgantara Indonesia ?
8. Bagaimana penerapan pengendalian teknis / engineering control yang sudah
dilaksanakan oleh Departemen K3LH ?
9. Bagaimana penerapan pengendalian administrasi / administrasi control yang
sudah dilaksanakan oleh Departemen K3LH ?
10. Bagaimana cara pengendalian bahaya yang dilakukan Departemen K3LH
berdasarkan penggunaan APD yang harus dipakai pekerja ?

Topik

: Informasi Penerapan Safety Sign


Panduan Wawancara

1. Bagaimana kebijakan terhadap penerapan safety sign sebagai bentuk


pengendalian adinistrasi di Direkorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia ?
2. Bagaimana kondisi safety sign saat ini yang sudah diterapkan ?
3. Standar safety sign apa yang digunakan di Direktorat Produksi

PT.

Dirgantara Indonesia ?
4. Apa alasan menggunakan standar safety sign tersebut ?
5. Siapakah yang ditugaskan untuk memasang safety Sign di Direktorat Produksi
?

Panduan Wawancara Informan Pendukung


(Manajer / Supervisor / Team Leader)
Kode Informan

Tanggal Wawancara

Pewawancara

Identitas Informan

a. Nama / Inisial Informan

b. Jabatan / Jenis Pekerjaan :


c. Jenis kelamin

d. Usia

Tertanda Bersedia Menjadi Informan:


Signature Informan,

(.......................................)

Panduan Wawancara Nara Sumber Pendukung


(Manajer / Supervisor / Team Leader)
Kode Nara Sumber

Tanggal Wawancara

Pewawancara

Identitas Nara Sumber

a. Nama / Inisial Nara Sumber :


b. Jabatan / Jenis Pekerjaan :
c. Jenis kelamin

d. Usia

Tertanda Bersedia Menjadi Nara Sumber :


Signature Informan,

(.......................................)

Panduan Wawancara (Manajer)


1. Terdapat berapa bidang tahapan di Departemen Machining ?
2. Bagaimana tingkat incident / kejadian di Departemen Machining ?
3. Bagaimana tingkat kecelakaan di Departemen Machining ?
4. Pada tahap bidang apa tingkat kecelakaan tertinggi di Departemen Machining
?
5. Bagaimana tahapan proses produksi di bidang tersebut ?
6. Berapa jumlah mesin yang terdapat di bidang tersebut ?
7. Bahaya apa saja yang terdapat di bidang tesebut ?
8. Bagaimana catatan P3K di bidang tersebut ?
9. Bagaimana pelaksanaan manajemen risiko (identifikasi bahaya, penilaian
risiko dan pengendalian risiko) di Departemen Machining dan di bidang yang
memiliki tingkat kecelakaan tertinggi ?
10. Bagaimana penerapan pengendalian bahaya yang sudah dilakukan di
Departemen Machining dan di bidang yang

memiliki tigkat kecelakaan

tertinggi ?
11. Bagaimana penerapan pengendalian teknis (engineering control) yang sudah
diterapkan di Departemen Machining ?
12. Bagaimana penerapan pengendalian administrasi (administrasi control) yang
sudah dilakukan ?
13. Bagaimana prosedur penerapan safety sign di Departemen Machining ?
14. Bagaimana keadaan safety sign di Departemen Machining ?
15. Apakah penempatan safety sign yang sudah ada sesuai dengan bahaya dan
proses kerja di Departemen Machining ?
16. Siapakah yang bertugas memasang Safety Sign di Departemen Machining ?

17. Bagaimana pendapat Bapak/ibu tentang pentingnya penerapan safety sign di


Departemen Machining Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia ?

Panduan Wawancara (Supervisor)


1. Terdapat berapa bidang tahapan di Bidang ini ?
2. Bagaimana tingkat incident / kejadian di Departemen Machining ?
3. Bagaimana tingkat kecelakaan di Departemen Machining ?
4. Pada tahap bidang apa tingkat kecelakaan tertinggi di Departemen Machining
?
5. Bagaimana tahapan proses produksi di bidang tersebut ?
6. Berapa jumlah mesin yang terdapat di bidang tersebut ?
7. Bahaya apa saja yang terdapat di bidang tesebut ?
8. Bagaimana catatan P3K di bidang tersebut ?
9. Bagaimana pelaksanaan manajemen risiko (identifikasi bahaya, penilaian
risiko dan pengendalian risiko) di Departemen Machining dan di bidang yang
memiliki tingkat kecelakaan tertinggi ?
10. Bagaimana penerapan pengendalian bahaya yang sudah dilakukan di
Departemen Machining dan di bidang yang

memiliki tigkat kecelakaan

tertinggi ?
11. Bagaimana penerapan pengendalian teknis (engineering control) yang sudah
diterapkan di Departemen Machining ?
12. Bagaimana penerapan pengendalian administrasi (administrasi control) yang
sudah dilakukan ?
13. Bagaimana prosedur penerapan safety sign di Departemen Machining
khususnya dibidang tersebut ?
14. Bagaimana keadaan safety sign di Departemen Machining khususnya di
bidang tersebut ?

15. Apakah penempatan safety sign yang sudah ada sesuai dengan bahaya dan
proses kerja di Departemen Machining khususnya di bidang tersebut ?
16. Siapakah yang bertugas memasang Safety Sign di Departemen Machining ?
17. Bagaimana pendapat Bapak/ibu tentang pentingnya penerapan safety sign di
Departemen Machining Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia ?

Lampiran

Matriks Hasil Wawancara Penerapan Safety Sign


Informan Utama

Topik
Pembahasan

Penerapan
Safety Sign

Kriteria

Prosedur
penerapan safety
sign

Informan 1
(01)
Penanggung Jawab
Staf Bidang
Pengendalian &
Pengukuran
Departemen K3LH
Sesuai dengan
potensi bahaya hasil
identifikasi, hasil
audit, jika sudah
labur, rusak, ada
proses baru dll.
Diganti dan tinggal
meminta ke
Departemen K3LH.

Informan 2
(02)

Informan 3
(03)

Informan 4
(04)

Staf Bidang
Pengendalian &
Pengukuran
Departemen K3LH

Staf Bidang
Manajemen
Departemen K3LH

Staf Bidang
Pengendalian &
Pengukuran
Departemen K3LH

Kesimpulan

Berdasarkan
inspeksi lapangan,
audit, rekomendasi
pengendalian
setelah investigasi
kecelakaan kerja,
untuk di awal
berdasarkan
identifikasi bahaya.

Berdasarkan potensi
bahaya yang didapat
dari proses hasil
identifikasi bahaya,
audit, rekomendasi
investigasi jika terjadi
kecelakaan, serta
sampai tahap
mendesain dan
mencetak warning

Melihat potensi
bahaya.

Pengadaan dari,
K3LH. Dimulai dari
mendisain,
merencakan sesuai
dengan kebutuhan di
proses produksi.

Kondisi safety sign Bagus, jika barang


sudah habis, sudah
diantisipasi dengan
mencetak yang baru,
selalu ter-update.

Standar safety
sign yang
diterapkan

Alasan
menggunakan

Referensi dari mana


saja, dengan
kebijakan manual
K3LH, standar
SMK3 refernsinya
dari vendor. Semua
dipakai dari audit,
ANSI, standar
amerika. Dominan
pakai standar
Amerika.
Memenuhi
requirement

Belum di update lagi,


sudah luntur.

Ada, cepat
mengelotok, sekarang
dalam bentuk plat
yang dibuat oleh
K3LH produksi.

90% bagus, 10%


masih kurang
karena masih
terjadi perubahan
struktural lokasi
prosuksi perbagian.

Searching dari mana


saja, menggunakan
sumber dari mana
saja.

Referensi dari mana


saja.

Warnanya kuningkuning, ANSI

Tidak tahu alasannya.

Menggunakan
kebijakan dari yang

Menganut ke
Amerika

sign.
Cukup baik, akan
tetapi belum di
update, sudah
mengelotok, warnanya
luntur, belum sesuai
dengan tempat kerja
karena masih adanya
struktural organisasi
yang berubah
sehingga lokasi
produksi juga berubah
yang mempengaruhi
safety sign yang sudah
ada.
Berdasarkan kebijakan
terdahulu,
menggunakan
beberapa referensi
sumber internet serta
lebih menganut ke
standar Amerika yaitu
ANSI.

Sebagai pemenuhan
requirement customer.

standar tersebut

customer.

Petugas pemasang
safety sign

Jika ada yang


meminta ke
Departemen K3LH
diberikan.

terdahulu, dan
mengadop dari
perusahaan besar.
Staf departemen
Pengadaan dari
K3LH, akan tetapi
K3LH, jadi jika di dari
jika ada yang meminta direktorat produksi
diberikan.
ingin memakai tinggal
menggunakan saja.

Organisasi terkait,
petugas K3LH
produksi dan
sebagai jembatan
adalah P2K3

Pengadaan ada di
departemen K3LH,
yang memasang bisa
dari Supervisor yang
meminta ke
Departemen K3LH,
tim K3LH produksi
maupun pihak P2K3
sebagai jembatan
antara produksi dan
K3LH.

Lampiran

Topik Pembahasan

Penerapan safety
ign

Matriks Hasil Wawancara Penerapan Safety Sign


Informan Pendukung

Kriteria

Bagian/bidang yang ada


di Departemen
Machining

Prosedur penerapan
safety sign

Informan 1
(001)
Manajer Departemen
Machining

Informan 2
(002)
Supervisor di Departemen
Machining

Bagian adalah
organisasi, mempunyai
7 Supervisor dengan
struktur bidang yang
baru. Dibedakan
berdasarkan gru dri
teknologi.
Dilakukan identifikasi
bahaya oleh tim dari
Machining dan tim dari
Departemen K3LH
dan K3LH produksi.
Pengadaan dari
Departemen K3LH,
pelaksanaan oleh

Saat ini masih ada 4 bidang


yaitu profilling, medium,
small, dan late. 7 bidang
adalah rencana organisasi
selanjutnya dan sedang
berproses.
Dalam penerapan safety
sign pihak Machining tidak
dilibatkan, yang
menerapkan adalah K3LH
di produksi yang meminta
sign ke Departemen K3LH.
Akan tetapi dalam
penempatannya masih

Informan 3
(003)
Supervisor di
Departemen
Machining
Saat ini ada 4 bidang,
Saya berwewenang
di Bidang 3 Axis
Prismatic Machine.

Telah disesuaikan
dengan bahaya dan
APD yang digunakan
di tempat kerja.

Kesimpulan

Saat ini masih ada 4


bidang, dan akan adanya
perluasan struktur
organisasi yang akan
datang menjadi 7 bidang.

Pelaksanaan dilakukan
oleh tim K3LH produksi,
dan pengadaan safety
sign dari Departemen
K3LH. Sebelum
penempatan safety sign
disesuaikan dengan
bahaya dan penggunaan

K3LH produksi.

Kondisi safety sign

Kondisinya tidak
memuaskan.

Ada yang sudah sesuai


ada yang belum karena
belum pick
pemindahan rotasi
kerja dan belum di
revisi termasuk safety
sign yang ada.
Pentingnya sebesar
Alasan menggunakan
10% karena fungsinya
standar tersebut
hanya untuk
mengingatkan saja,
sedangkan operator
maupun pekerja
lainnya sudah tahu
risiko yang ada di
lingkungan kerja.
Petugas pemasang safety Semua dari K3LH.
sign
Standar safety sign yang
diterapkan

kurang tepat, sehingga sign


yang ada tidak memberikan
makna.
Safety sign lengkap, tetapi
kualitas sudah buram, kotor,
hilang, hanya tanda
mandatory/penggunaan
APD, tidak di maintenance.

Masih kurang dan


harus dipasang lagi,
karena adanya
perubahan tata letak
lokasi produksi.

Sudah sesuai dengan


mandatory, akan tetapi
hanya letaknya saja yang
belum tepat.

Belum sesuai dengan


potensi bahaya
karena masih terjadi
perpindahan lokasi
kerja.

Secara manajemen itu


penting, tapi secara moral
belum mencapai efektivitas
kepada pekerja.

Sangat penting
karena yang utama
dan dapat
mengindikasikan
adanya potensi
bahaya maupun
tanda peringatan agar
terhindar dari
kecelakan.
Kerjasama antara tim
K3LH dan bengkel.

Sudah ada dari di


bangunnya ruang produksi.

APD yang bekerja sama


dengan pihak
produksi/bengkel.
Kualitas masih kurang,
karena sudah buram,
letaknya sudah tidak
sesuai, kotor, dan bahkan
banyak yang tidak ada
sign nya.
Ada yang sudah sesuai
dan ada yang belum
sesuai karena masih
adanya perpindahan
lokasi kerja.

Di pandang penting
karena dapat
memberikan pengaruh
kepada pekerja untuk
mengindikasikan adanya
potensi bahaya dan
mandatory yang ada di
tempat kerja.
Kerjasama antara orang
dari machining, K3LH
produksi dan

Departemen K3LH.

Lampiran
Transkip Hasil Penerapan Safety Sign Informan Utama

Topik
Penerapan Safety
sign

Kode Informan

: 01

Inisial

: SY

Tanggal Wawancara

: 13 Mei 2014

Peneliti
ok pak, karena saya disini fokus
kepada safety sign yaitu salah
satu tindakan bentuk
pengendalian administrasi, itu
tahapan prosedur penerapan
safety sign yang ada disini seperti
apa pak?
Berarti yang melakukan
identifikasi itu siapa pak?

Informan (Kepala Staf Bidang Pengawasan dan Pengukuran Departemen K3LH)


Nah, di HIRAC itu kan ada yak, kemudian didalam sub itu tadi diakhirnya kan ada
administratif. Disitulah kita lakukan, oh ini harus safety sign dipasang, apa. Nah, itu apa ya
yang juga udah cetak banyak. Jadi kita himbau safety sign yang sudah labur, sudah rusak dll.
Diganti. Yang lain, ada proses baru, dimana ada potensi bahayanya yang apa, perintahnya
apa, tinggal pinta kesini.

iya, kita libatkan antisipasi mereka, kenapa, karena ketika semuanya dipandu dari sini, dia
merasa tidak dilibati, enggak merasa berkepentingan. Padahal kan safety itu kepentingan
semua orang, sehingga smua orang harus peduli. Ketika kepedulian itu datang dari diri
sendiri itu bagus, peduli apa, ya peduli mengingatkan. Pedulikan kondisi lingkungan aman
tadi kan. Misalnya warning sign, kadang2 banyak yang lupa untuk ngingetin. Katanya, gak
ada warning sign nya sih, mana. Itu terbukti diaudit ada kompinen tadi.
ok pak berarti yang pertama dai heem, baguss baguss..jadi kita asudah antisipasi ketika barang ini habis, kita sudah cetak.
hasil identifikasi ya pak, lalu yang Kemudian, poster juga pernah kita lombakan, untuk membuat hal yang baru lah maksudnya.
kedua berdasarkan hasil audit.
Jadi itu kita update terus yah. Disamping fasilitasnya di update, itu juga disesuaikan juga
Lalu bagaimana kondisi safety
dengan fasilitasnya.
sign saat ini yang ada pak, baik
materialnya, penempatannya,

serta baik keberadaannya?


itu apakah sesuai dengan
bahayanya pak, dalam
pemasangan safety sign.lalu
bagaimana keadaan safety sign
saat ini, misalkan ada bagian
yang tdk boleh di pegang, disitu
ada tandanya, tanda harus
menggunakan face shield ada
tandanya. Nah, di PT. DI sendiri
ini apakah sudah sesuai ?
itu di seluruh karyawan di
Direkorat Produksi pak, itu
membuat warning, tanda slogan
atau poter dan lain sebainya ?
Lalu pak, standar yang di
tetapkan, menurut prosedur yang
ada di Departemen K3LH,
mengenai safety sign sendiri itu
menggunakan standar apa pak?
tapi mohon maaf pak, setelah
saya mencari referensi standar
dari K3LH maupun SMK3 belum
mengeluarkan standar safety sign
pak?
Nah pak, vendornya itu terdapat
dari bagian negara apa pak,
karena kan standar yang saya
pelajari itu ada dari amerika,
eropa, dan OHSAS itu juga. Nah
PT. Di sendiri vendornya dari
cassa ya pak, cassa itu kan airbus

Ahh, tentang warning sign disamping kita juga memberikan peluang mereka untuk berkreasi.
Mungkin slogan, rambu-rambu, warning sign yang kita buat sudah standar. tapi mereka kita
juga berikan kebesan berkreasi, yang penting slogan it bermanfaat dan sesuai dengan potensi
berbahaya yang ada di tempat kerjanya. Itu banyak itu, dan itu kita juga apresiasi tinggi dan
punya nilai yang tinggi. Karena dia bisa berinisiatif sendiri dan ternyata dari segi estetika dll
itu bagus. Kita bisa mengadop dari mereka2. Cuman umumnya di PT. Di maunya terima jadi.
Ahhh, kalau udah mau terima jadi, yaudah yang standar, kita kasih aja yang ada, buat itu
yang standar. karena dari bentuk dan ukuran dan lain-lain itu kan seolah kaku yah, gak ada
nyeni nya lah gitu. Nah, kita berikan kebebsan juga disitu, yang penting ada potensi bahaya
tinggi tidak terjadi kecelakaan.
yaaah, eehh, artinya kami memberikan peluang ya untuk mereka berkarya, Cuma ya sedikit.
Biasanya ya ketika mau ikut lomba 5 R, nah pesertanya itu yan punya mental juara, dia
berkreasi sendiri, karena itu dapet point tinggi. Gak hanya mainn terima jadilah gitu, dari sini
tempel2 kan gitu..
Ada, referensi boleh dicari dimana saja, tapi dari kita sudah menggunakan manual
kebijakan K3LH aja, no berapa, cuman kan disitu terakhir ada referensinya.

iya, ahh SMK3 yah, emang belum ada. Tapi referensi dari vendor.

(sambil menjawab betul, betul...)


Nah kita pakai semua, semua kita pakai. Makanya tadi kan, dari audit dari ANSI dari
standar amerika, nah kita pakai standar amerika. Supaya sama gitu, sudut pandang
persepsinya, dengan format yang sama.

ya pak, nah itu dari Eropa.


Apakah PT.DI menggunakan
standar dari British dengan nama
BSI (British Standar Institute,
kalau yang dari Amerika
namanya ANSI..?
oh berarti keduanya di padukan
gitu pak?
nah di setiap standarnya kan
juga punya kelebihan dan
kekurangan dari segi
pictogramnya, tergantung selera
ya pak. Kebetulan saya bawa
regulasi standar BSI pak (sambil
menunjukkan file BSI). Ini kan
kebetulan proposal skripsi saya
menggunakan standar dari BSI ,
karena saya pikir BSI ini sering
banyak dipakai di berbagai
perusahaan, khususnya di Asia,
lalu PT. DI sendiri kan bekerja
sama dengan cassa yang lekat
dengan Eropa makanya saya
bawa standar ini pak. Mengenai
tandanya ANSI dan BSI maksud
dan tujuannya sama, Cuma warna
dan bentuknya aja yang berbeda
pak..

iyah, iyah....
nahh, iya kalau hanya unsur selera, cirilah ciri, artinya kita itu gak terlalu kekeh lah. Jadi
kita ikutin itu ketika ada audit, nah eropa juga kan sekaran uni eropa, spanyol itu, engga itu
khusus pesawat terbang itu airbus. Itu uni eropa kita, gak ada spanyol lagi, gak ada. Jadi
airbus, kita ikutin airbus, makanya standarnya kita pakai. Kan PT. DI itu industri pesawat
terbang bertara internasional. Kita bisa terima semua order dari mana saja, kita harus
menyesuaikan persyaratan yang diminta. Soalnya apa, termasuk tentang K3LH juga begitu.
Mencaku K3LH juga harus dipenuhi. Makanya kalau mencakup warna2 disini emang banyak
warna2. Ahh, gitu, kaya misalnya helmt ada warna kuning ada biru, kita juga punyaa.... dulu
kalau misalkan mau lewat sini ada warna2, tapi skrg engga. Kalau dulu di bengkel kerja juga
ada warna hijau karna dulu jerman kita. Trs kan skrg uni eropa, apakah skrg memperhatikan
warna2 itu, engga terlalu penting juga sih, tapi kan dalam rangka menyenangkan costumer
kita, menyenangkan vendor kita, kita ikutin, hanya sekedar warna apa susahnya sih? Iya kan,
beli misalkan helmt disana misalkan standarnya harus kuning, apa susah nya kita beli yang
warna kuning,kan gitu.. nah, itu bukan substansinya sebenarnya, jadi substansi yang
sebenarnya ya itu pakai helmt nya untuk lebih menyenangkan lagi. Kalau perlu untuk helmt2
yang ada warna warni suoaya bisa menyesuaikan permintaan dia, ya kita warnain kuning y
engga masalah, kan gitu.. dan anda harus tahu, ketika kita produk N250 itu referensinya dari
mana2 itu udh gak kita pakai, tapi pakai standar nusantara. Nahh,, semacam SNI nya lah
skrg. udah, termasuk skrg tadi ISO itu dll nya pakai SMK3 , kita kedepankan standar produk
kita. Dan kita yakinkan apa yang mereka mau, sudah mencakup di SMK3, tinggal kita
terjemahkan kita polakan apa yang mereka inginkan, kan masing2 negara juga punya. Nah
kalau standar kita bisa kuat, bisa diakui oleh mereka, bahkan standar kita bisa diikuti oleh
mereka. Nah berhubung, kita masih belum kuat, yang kuat dikatakan amerika tadi, ya dia
duluan ya enak aja dia bisa menguasai dunia pakai standar ini, ibaratnya yang metal itu ISO

lalu kenapa alasan PT. DI


menggunakan berbagai standar
safety sign yang tadi bapak bilang
itu standar indonesia, ANSI, BSI
dicampur seperti itu pak?
pak, mohon maaf setelah saya
tanyakan ke pembimbing saya
apakah Indonesia sudah
mempunyai standar safety sign itu
rasanya belum meluncurkan atau
mengeluarkan standar sendiri
pak. Nah, kalau untuk
memadukan prosedur disini bisa
jadi, tapi kalau dari SMK3 sendiri
belum ada, kecuali OHSAS secara
umum itu sudah ada...

lah, yang bisa diterima di semua pihak. Padahal masukannya kan ISO juga dimasukan
berdasarkan standar2 didalam negara yang maju duluan, gitu..
yah, memenuhi requirement customer gitu.. misalnya airbus aja, kita harus mengacu kesana.
Kalau yang dipesan. Kalau engga ya kita pakai standar nasional. Misalnya untuk K3LH nya
kita pakai aja SMK3.
iyah. Nah dulu kita itu ada fungsi yang menangani standarisasi yang berbau keperawatan
yah, itu ada dan kreati f yah, apalagi diluar itu ada haki haki kan. Cuma untuk standar2 saya
belum pernah liyat. Apalagi yang berhubungan dengan safety sign tadi yah. Jadi kalau belum
ada kita gunakan saja standar2 yang sudah paten sudah terkenal. Tapi untuk tingkat
manajemennya kita pakai SMK3. Singkat aja yang akan kita kedepankan. Nah, umumnya
ketika SMK3 kita itu bagus di setiap divisi2 yang diaudit oleh luar itu, bagus SMK3LH nya dia
juga bagus diaudit dari model mana aja, gitu..

Lampiran
Transkip Hasil Penerapan Safety Sign Informan Utama

Topik
Penerapan
safety sign

Kode Informan

: 02

Inisial

: TD

Tanggal Wawancara

: 13 Mei 2014

Peneliti
Ok pak, karena saya fokus dengan
penerapan safety sign yang ada disini,
nah safety sin kan juga saah satu
bentuk dari pengendalian administrasi
yah, lalu bagaimana kebijakan
penerapan safety sign yang ada disini
seperti apa pak?
lalu bagaimana sih pak kondisi
safety sign saat ini yang ada di
lapangan seperti apa pak?
lalu standar safety sign yang
digunakan itu berdasarkan apa pak
khususnya di Machining, kan ada
standar dari amerika, eropa, juga
ohsas ?
Jadi yang digunakan itu berdasarkan
apa pak, ini kan saya bawa regulasi
dari BSI karena waktu proposal saya
fikir karena ini perusahaan yang

Informan (Staf Bidang Pengawasan dan Pengukuran Departemen K3LH)


Kan udah diliyat, lupa lah tuh hihihi.. nah dilihat dari identifikasi bahaya dulu,mulai dari
situ kita bisa lihat potensi bahaya yang ada itu apa, misalnya kebisingan itu misalnya diberi
tanda.kondisinya berubah-ubah, kalau abis pengukuran desibelnya berubah ya tandanya
diganti

eee, inih, udah pada luntur. Belum di up date lah.


gak tau, ini pakk yayan tuh, pak yayan itu yang pengukurannya. Saya juga engga tau dari
mana. Sebenarnya gini, dalam manual itu dibelakangnya ada yah.

jadi gini eehh, apah pemilihan safety sign yang ada di machining misalnya kita bikinnya
yang kecil kan engga mungkin, ukurannya berapa kali berapa.. jadi disana tuh sesuai dengan
lokasinya justru. (menanyakan ke pak yayan salah satu staf dengan campuran bhs sunda)
pak yayan ari safety sign emang itu masuk kamana pak yayan? Mengacu kamana bikin

bekerja sama dengan eropa makanya


mengarah ke BSI, tapi bagaimana pak
kalau kondisi dilapangannya?

duluna?nya aturan, tapi aturanna terlalu banyak. Jawab pak yayan : Jadi kita secara garis
besarnya aja yah.. semua ada yah yang tadi disebut. Informan 2 langsung menjawab: Jadi
kita engga spesifik ke BSI.. saya engga terlalu ini yah.. jadi referensinya ya kalau menurut
saya si searching darimana mana.. jadi manual kabeh aya diditu terus di ditu aya, jadi
kesemua, tidak mengacu kemana-mana. Tapi kalau disini kan diliyat dari kepantasan yang
ada di lingkungan.
Ya karena...itu tadi.. gak tau alasannya apa, karena engga tahu, sesuai itu aja..

Terus kenapa pak menggunakan


beberapa referensi?
lalu siapa yang bertugas memasang yaa kita, tapi sebenernya kalau ada yang minta kita kasih, gituu..
safety sign?
Ok pak, mungkin itu saja yang saya tanyakan , terimakasih pak ..

Lampiran
Transkip Hasil Penerapan Safety Sign Informan Utama

Topik
Penerapan
Safety Sign

Kode Informan

: 03

Inisial

: YS

Tanggal Wawancara

: 19 Mei 2014

Peneliti
Ok pak, karena fokus penelitian saya ke
safety sign yaitu salah satu tindakan hail
dari pengendalian dengan pendekatan
administratif. Kebijakan dalam penerapan
safety sign disini seperti apa pak untuk di
direktorat produksi?
Kalau untuk mengklasifikasikan safety
sign nya sendiri itu per proses atau per
mesin pak?
Ok pak, baik kalau gitu bagaimana si
pak kondisi safety sign yang ada saat ini
yang sudah diterapkan menurut bapa?

Informan (Staf Bidang Pengawasan dan Pengukuran Departemen K3LH)


aaaah, seperti safety sign, dari langkah awal yah, dari mendisain, di fungsi kita kan ada,
fungsi saya itu ada pengadaan warning sign, diantaranya kita membuat merencanakan
kebutuhan dibengkel itu seperti apa, jadi kita juga seperti di bengkel A misalnya
kebanyakan harus memakai safety atau sepatu safety atau harus apa kalau digudang
harus pakai masker dan lain2.
enggak, itu per area. Tapi untuk permesin itu ada seperti kata2 gini yah, aaaa hanya
boleh dijalankan oleh yang berwenang, karena dia kan permesin. Biasanya ada warning
sign gitu yah, seperti cuci tangan, apah cuci tangan setelah operasi, yang gitu2 ada,
banyak sebenernya.
alahamdulillah ada, tapii seee,, biasanya selalu ada, terus juga sekarang lebih bagus
lagii aaa K3LH yang disana katanya dalam bentuk plat. Karena kan kalau dari kita itu
kan cepet ngelotok yah,, ehhm cukup lah...

Lalu pak, standar yang digunakan dalam


penerapan safety sign ini menggunakan
apa pak, standar safety sign ini sendiri
kan juga ada dari eropa yaitu BSI,
amerika yaitu ANSI dan juga OHSAS.
Nah, kalau PT. DI sendiri dalam
penerapannya mengikuti standar apa
pak?
Kalau secara lebih spesifik lagi
mengadop atau menggunakan referensi
dari mana pak?
Lalu alasan PT.DI menggunakan
beberapa referensi itu kenapa pak?

Kayanya kita ngambil dari referensi mana2 yah, kayanyaaa yah.... Karena saya kan
juga warisan dari yang dulu yah, mungkin yang dulu2 ngambilnya dari mana saya juga
kurang tahu. Tapi di kita dicoba di manual kan ada yah, di khusus manual , mungkin
seperti itu. Nah mungkin dibelakang ada referensi dari mana, bisa aja dari situ dijadikan
menjadi referensi.

Aduh, saya juga kurang, kurang tahu yahh...

Kita mengambil yang sudah berjalan di tempat lain, terus dari perusahaan besar juga,
ya itu kan nyari di google kan banyak. Kalau dari dulu2 mungkin ya dari pemerintah kan
juga ada yah. Tapi dibuku itu gak ada yah?
Jadi ini saya bawa regulasi dari BSI pak tapi ada yang sama kan yah dengan kita? eehhhmmm, eehhmmm.. (sambil membuka
seperti ini, karena kebetulan proposal
selembaran hand out standar safety sign BSI 5499)
saya menggunakan referensi dari BSI
dari beberapa mungkin ada yang saa nih, tapi mungkin dari warna kan kita juga kuning
(sambil memberikan hand out tersebut)
yah? Iya kayanya kita ngambil dari..
itu dalam pemasangannya mereka di
iyah, karena yang pengadaannya kita. Jadi kalau mereka butuh kita inii kasihhh..
roduksi meminta ke departemen K3LH
kadang kan kalau kita audit, kelihatan sudah kusam. Kadang2 kita yang kasih, kalau
pak?
misalkan seperti ini di area yang jauh seperti di Tasik, kan kasian jauh. Pas ada orang
yang mau kesana ada kepentingan nahh minta tolong titip. Jadi macem2 gitu, terus
kemarin yang ke surabaya juga sama. Nanti dititip, tp nanti dipesan tolong
pemasangannya diperhatikan ketinggiannya seberapa, harus dimana, gitu..
tapi bapak apakah punya standar
kalau yang seperti ini saya gak punya. Pokonya yang dijadikan acuan itu yang ada
regulasi manual khusus yang seperti
dimanual itu lah pokonya intinya. Walau pada kenyataannya kan berkembang yang gak
regulasi yang saya bawa ini misalnya?
selalu seperti itu.
Ok baik pak terimakasih atas waktu Bapak, semoga informasi dari bapa bisa bermanfaat

Lampiran
Transkip Hasil Penerapan Safety Sign Informan Utama
Kode Informan

: 04

Inisial

: ES

Tanggal Wawancara

: 20 Mei 2014

Topik
Peneliti
Pembahasan
Penerapan
lalu pak bagaimana kebijakan
safety sign
penerapan safety sign yang sudah
diterapkan disana?
itu dilakukan identifikasi bahaya
dulu tidak pak sebelumnya?

Informan (Staf Bidang Pengawasan dan Pengukuran Departemen K3LH)


hhmm sebentar, sebentar... hhmmm kebijakannya itu, sebenarnya kita itu berdasarkan satu inspeksi
dilapangan yaa kalau sekarang itu lebih cenderung audit. Yaa untuk selanjutnya yaa, kemudian
biasanya kalau ada investigasi kecelakaan dimana ada kekurangan safety sign itu bisa juga..
aaah iya kalau itu mah.. kalau inii kan untuk penerapan selanjutnya. Nah kalau penerapan
awalnya itu dilihat dari potensi bahaya yang ada dilingkungan kerja, ya kemudian kita itu kan masih
sentralisasi, lalu kita bagi-bagi, malah dulu mah kita masang sendiri, warning sign nya kita pasangpasang warning sign nya. Kemudian poster-posternya kita pasang sendiri. Nah kemudian kalau
sekarang, karena sudah di sentralisasi kaya APD mah dulu di sentralisasi jadi penerapanny aitu
paling juga berdasarkan audit, kemudian dari temuan itu mereka suka minta, nih temuannya warning
sign kurang, ini ini.. yah mereka yang aware datang kekita. Nah kemudian di audit kan di kasih
rating nah dengan dikasih audit itu mereka merespon, kok kita rting saya kecil, seperti ini.. kemudian
dari kebijakan di manual pun ada kalau utnuk safety sign itu. Kalau gak salah ada rambu2

Lalu pak menurut bapak


bagaimana kondisi safety sign
yang ada pada saat ini pak?
Ok pak standar safety sign yang
digunakan itu berdasarkan apa
pak? Kan ada ANSI, OHSAS,
BSI..
tapi yang saya lihat ANSI yang
ada itu yang sudah lama, karena
mungkin dipengaruhi
perpindahan tempat ya pak. Lalu
yang saya observasi itu yang d
tempat penyimpanan limbah ada
yang mebggunakan BSI yang
warnanya biru-biru pak..
lalu kenapa pak menggunakan
standar tersebut pak?
lalu pak yang bertugas untuk
memasang safety sign siapa
pak?

pak tadi itu kan bapak


menyebutkan kalau kondisi yang
ada 90% baik, nah itu terdapat di
departemen apa pak?

keselamatan kerja. itu uga meruopakan aplikasi dilingkungan kerja?


kondisinya kalau menurut saya itu, 90 % tu udah bagus gitu.. 90 % masih bagus, ya 10% nya masih
ada kekurangan untuk tempat2 tertentu karena sekarang itu masih terjadi movible. Karena masih
ada perubahan, karena asih ada perubahan struktural itu maka otomatis terjadi perubahan tempat
kerja, yang tadinya safety sign harusnya nya ini ini itu, sekarang itu laen, jadi kita monitor terus..
safety sign itu kita ngadopnya itu... (diam) kita itu ohsas biasanya karena kemarin itu kan kaya
semacam hanya menjelaskan ini yah, warning sign sistem ini kan yang wajib biru, tapi kalau menurut
ini wajibnya kuning.. nah ANSI ya kalau warna kuning itu. Nah itu yang wajib dikita itu kuning.
yaa itu bedaa, kalau di limbah itu itu warning sign nya logam biaya. Sebenarnya itu waktu audit
tahun lalu di jadikan temuan sama kita. Sekarang kan masa, kita PT. DI tapi warningnya sign tu
berbeda, yang lainnya itu warna kuning kok ini biru. Ya mungkin karena kemarin itu karena apa,
karena mesin press nya udh berjalan makanya belum di tindak lanjuti.

(diam) hhhhmm kalau alasannya yah, hhmm kalau itu kan saya tidak berkopeten yah, kita staf jadi
itu kadang-kadang hirarki nya itu kan dari atasan. Ya kalau misalkan mau ngambil ini ini.. nah itu
juga cenderung ke amerika.. itu kebijakan manajer lama kalau yang sekarang mah kan belum..
kalau sekarang itu karena sudah di desentralisasi, jadi warning sign yang sekarang yang pasang itu
oleh organisasi yang terkait. Jadi kalau disana misalkan disana teh ada K3LH nya, kadang2 orang
K3LH nya minta berapa puluh untuk di anu di anu.. kemudian mereka di distribusikan lagi.. kalau
P2K3 itu hanya untuk penjebatannya aja, kalau praktek dilapangan itu harus dengan riset
sebenarnya. Kaya kita bikin risk assessment, nah risk assessment itu kan perlu diketahui unit
organisasinya, yg tanda tangan itu P2K3nya itu..
ini kalau ini saya ini berbicara keseluruhan bukan melihat per departemen, karena kalau disini itu
melihat kondisi buram atau enggaknya, dan tadi itu apakah sudah memenuhi, bukan memenuhi yah..
apakah sudah terpasangi, karena kan sekarang itu kan kita masih melihat-melihat dulu nih, kira
bagaimana yang pindah kesini pindah kesini.. nah jangan sampai warning sign itu dipasang aja.. oh
sekarang idlarang merokok diatas meja disitu karena kan yang namanya safety sign itu mahal satu
nya 80rb. Kemudian ini ada bahan kimia berbahaya, korosif, tempel aja disitu dimeja dikantor.

Padahal gak ada sangkut pautnya, nah setelah kita tanya-tanya itu ruangan tertentu yang fungsinya
sekarang dudah berubah. Nah mereka main ambil aja dan gatau kalau itu tuh mahal, main tempel
aja kan mungkin menarik bagus tempel aja. Nah pada saat itu audt kita menemukan seperti itu, pak
ini bukan pada tempatnya harganya mahal gini gini gini.. jadi biar aplikatif dilapangan itu harus
pada tempatnya..
Ok pak, mungkin cukup sampai segitu aja wawancara dari saya, terimakasih pak..

Lampiran
Transkip Hasil Penerapan Safety Sign Informan Pendukung

Topik
Pembahasan
Penerapan safety
sign

Kode Informan

: 001

Inisial

: TN

Tanggal Wawancara

: 14 Mei 2014

Peneliti
Ok pak, kebetulan penelitian saya ini
mengenai kesesuaian penerapan safety
sign, safety sign sendiri kan adalah bentuk
rekomendasi dari pengendalian
administrasi ya pak. Nah di machining
sendiri bagaimana prosedur penerapan
safety sign ?
nah pak untuk menerapkan safety sign
sendiri apakah dilakukan identifikasi
bahaya dulu sebelumnya?
oh gitu ya pak, lalu bagaimana pak
keadaan safety sign di machining ini pak?

Manajer Departemen Machining Divisi Detail Part Manufacturing Direktorat


Produksi
gini, jadi kalau safety sign itu kan bukan prosedur yah, kalau prosedur sih ada, bahwa
harus dipasang safety sign. dibawah itu kita sudah pasang bahwa ada tanda dilarang
merokok, dan tergantung di daerahnya. Dan kalau di daeerah mana harus pakai sepatu
kita pasang itu. Nah, itu yang ngadain semuanya dari K3LH.

Iya yang melakukan identifikasi itu artinya dari machining dan tim K3LH sehingga
waktu machining dan K3LH, itu waktu kita manajemen risiko kita kan ada manajemen
risiko di tiap ini risikonya apa baru kita ada safety sign disitu. Karena ada juga yah,
kalau safety sign terlalu banyak dan tidak sesuai dengan tempatnya itu juga engga
efektif sih..
Tadi saya pertanyakan saya belum puas dengan K3LH ini, tidak puas karena
kondisinya tidak seperti yang saya bayangkan. Contohnya aja, anda liyat lantai bengkel
itu yah, ingin saya engga seperti itu, Cuma petugas pembersih lantai kan dari luar.
Barusan saya udah telfon fungsi dari cleaning service saya minta engga mau seninharus
bersih. Nah, lantai aja menjaganya susah, karena tiap pagi, setiapjam oli nyebrot ke

Lalu menurut bapa safety sign yang ada


sekarang ini sudah tepat dengan bahaya
yang ada di Machining sendiri belum
pak?

Ok kalau menurut bapa sendiri seberapa


besar sih pak pentingnya safety sign
sebagai pengendalian bahaya?

lantai. Tapi pagi yang bersihin setelah itu gak muncul besok lagi, begitu siang kan kotor
kan. Saya inginnya tiap jam dibersihin gitu. Jadi artinya mengurus K3LH disini adalah
tanggung jawab saya, tetapi yang melaksanakan dari fungsi luar bukan tanggung jawab
saya, itu satu kendala. Contohlah , saya perlu sepatu, saya butuh sepatu, tapi orang
yang beli sepatu adalah orang lain.gak bisa saya, yoo kamu beli sepatu saya gak bisa
seperti itu.. terus banyak listrik masih berserakan dilantai, pipa2 dilantai, untuk supaya
itu gak dilantai saya punya keinginan, saya gak mau di lantai kotor. Tapi untuk
menggali fungsi fasilitasnya harus pindah di tempat lain lagi gitu. Jadi mekanisme itu
gak bisa kalau saya bilang hari ini minggu depan itu ada. Mungkin tahun depan adanya
gitu loh.. tapi walaupun demikian, saya punya plan yang transision plan itu. Tahun 2013
saya punya 32 item tansision plan, ya artinya meyangkut K3LH harus dibenahi. Nah
dari 32 item itu sekarang 2014 baru 16 yang selesai yang lainnya belum selesai. Yaa,
karena menyangkut uag dsb nya kan ada diluar. Nah, karena saking besarnya PT. DI.
Gini, safety sign itu dipasang 2013 yang terakhir yah. Cuma pada 2013 pertengahan,
machining di rotasi, pindah-pindah tempat. Bisa jadi safety sign yang ada sekarang itu
karena belum pick pemindahannya, belum direvisi. Ada yang masih sesuai tapi mungkin
ada yang belum ada dan ada yang belum sesuai. Contohnya daerah sana ada dipasang
safet sign, tetapi mesinnya udah dipindah semua. Harusnya udah engga ada tapi
ditempat baru belum dipasang lagi kan, karena pemindahannya belum selesai, nanti
kalau udah selesai semuanya saya petakan, pasangkan lagi yang baru. Karena 2013
2014 saya punya program yang namanya pembenahan bengkel, termasuk itu fitter.
Kalau anda tahu dulu itu fitter di tengah2 itu, untuk fitter itu kalau saya mau mindahin
ke suatu tempat. Kalau fitter itu kan debu, masalahnya ditempatkan di tengah debunya
itu kan kemana2. Nah untuk memindahkannya kesini saya perlu waktu 1 tahun itu.
Karena apa, perlu benahin listrik benahin keuangan, mindahin mesin dsb, itu baru satu
tahapan sehingga debu tidak menyebar disana. Belum lagi muncul masalah barum
ruangannya ini belum bagus penyedot udaranya, sehingga operator saat ini tidak
menghisap debu kan, nah itu kan saya punya plan bagaimana debu menyedot itu. Itu
juga perlu perencanaan dan prosesnya lama, perlu dana, perlu disain dsb.
Persenannya apa? Gimana maksudanya?

Gini pak menurut bapak pentingnya safety


sign?

Kalau safety sign itu penting hanya untuk mengingatkan aja yah, tapi tanpa safety sign
pun operator tuh udah dikasih tau udah diajarin bahwa apa aja yang harus dilakukan
disitu. Sign hanya untuk mengingatkan saja. ya tapi pentingnya menurut saya ya 10 %.
Ya artinya karena kalau tidak ada safety sign pun orang sudah sadar, kan dia udah tahu
kalau kaya di cincinati, operatornya tuh udah dikasih tau risikonya disitu ada kepleset,
kejepit, kan gitu, sama percikan. Sehingga kalau kamu mau gak kepleset kamu harus
menggunakan sepatu safety yang kualitasnya seperti ini, supaya gak kejepit, kamu alat
handlingnya harus seperti ini, itu ada. Sudah disiapin alat handlingnya. Supaya biar gak
kejepit operatornya cranenya harus di training, kan sudah di training kan gitu.. tidak
ada safety sign pun juga kalau dia menjalankan kan gak masalah begitu loh .. kalau dia
sadar, supaya dia engga kena percikan misalnya dia harus pakai pelindung mesin dsb.
Cuma safety sign bahwa disitu saya sudah ingatkan kalau disitu risiko kecelakaannya
ada.
Tapi pekerjanya sendiri sudah tahu pak
kalau tamu saya gak tahu yah, tapi kalau operator machining harusnya udah tahu,
kalau disitu ada bahaya, baik pekerja baru karena kan ada satu materi pelajaran waktu dia sebelum jadi operator salah satunya
maupun lama, ataupun tamu perusahaan. kan tentang K3LH itu
Ok baik pak terimakasaih atas waktu yang telah diberikan, semoga informasi yang diberikasn dapat bermanfaat

Lampiran
Transkip Hasil Penerapan Safety Sign Informan Pendukung
Kode Informan

: 002

Inisial

: RI

Tanggal Wawancara

: 14 Mei 2014

Topik
Pembahasan
Penerapan
safety sign

Peneliti
Ok pak kebetulan tema penelitian
saya ini kan tentang penerapan
safety sign, nah bagaiman pak
prosedur safety sign yang ada di
Machining khususnya di bidang
profilling?
Itu biasanya permasalahannya
dalam penempatan safety sign nya
seperti apa aja pak?
nah menurut bapa sendiri keadaan
safety sign yang sudah ada seperti
apa pak di profilling sendiri
khususnya?
Pak kalau menurut bapa

Informan
(Supervisor Departemen Machining Divisi Detail Part Manufacturing
Direktorat Produksi)
Nah safety sign dikita itu kan itungannya engga dilibatkan, nah itulah tadi yang
dalam departemen machinng, bahkan site produksi itu ada petugas bidang
masalah K3LH. Mereka lah yang menerapkan nah itu kadang2 itu tidak tepat.
Yaa kurang tepat itu istilahnya ya karena sign nya kurang dilihat, like nya kaya
gimana. Daerah orang yang sering melewati disana, kalau orang sekali kali
lewat sana dipasang safety sign yah apa artinya kan gitu.. nah tapi dia
mengingatkan misalnya yang lain gak ada celah kan gitu, gak ada tempat, ya
begitu lah ..
iyaa nah, gitu lah permasalahannya karena gak ada tempat, kadang2 kan
disana gelap,nah contohnya kan gitu..
Ya cukup lengkap sebenarnya, Cuma penerapan safety sign yang disaya tuh
yang Cuma mandatory apa gitu. Nah itu tuh yang mungkin karena penerapan
safety sign jauh lama dari lama, semenjak awal kita baru bangun bengkel ini.
Nah mungkin kualitasnya udah belel, udah kotor, atau udah ditiup angin,
hiihihihi kan gitu.. atau udah ada yang ngambil buat alas duduk, kan gitu.. nah
itu tidak ada yang memaintenance.
Secara ilmu safety itu udah jelas itu himbauan, terus kembali kalau menurut

bagaimana efektivitas penerapan


safety signyang sudah ada itu
seberapa pentingnya menurut
bapa?

saya kalau bangsa kita itu khususnya kembali ke atitute. Atitute dalam arti pada
dasarnya makin banyak safety sign itu disiplinnya masih banyak dibawah
standar, kan gitu.. nah sekarang penyakit kita safety sign safety sign gua gua gua
gua, kan gitu. Nah efektivitasnya kalau boleh dikatakan itu tuh secara moral
belum terlalu mengena. Tapi kalau secara manajemen istilahnya itu tuh kita
persyaratan safety sign nya udah terpenuhi kan mungkin udah, kan gitu.. nah
karena gini, penyakit orang kita itu kan kaya 5 R misalnya. 5 R itu kalau kita
ringkas resik rapih rawat rajin. 1 2 3 ini itu aktivitas, ini moral kalau menurut
saya, nah rawat rajin kita kalau presiden mau datang kesini, kita bersih, bisa
semua, kan gitu.. bahkan kan yang kepake juga kadang hilang. Baru aja presdien
keluar pagar, nanti di kasih snack, snacknya udah kemana mana itu hahaha.. itu
istilah saya, jadi pengaruhnya masih kurang,
Udah, udah sesuai karena kan itu ada setiap shop itu ada mandatory, karena
kalau dia disini yang mandatory safety sign nya seperti safety shoes, kan gitu..
mungkin permasalahannya hanya letaknya saja ya..

Pak, lalu menurut bapa


penempatan safety sign yang sudah
ada itu sesuai tidak dengan bahaya
yang ada di tempat kerja?
Lalu siapa orang yang bertugas
kadang itu orang dari K3LH produksi yah, tapi pernah kita juga yang
memasang safety sign pak?
memasang seperti tanda terjatuh itu..
Ok pak kalau gitu terimakasih banyak ya pak atas waktunya..

Lampiran
Transkip Hasil Penerapan Safety Sign Informan Pendukung

Topik
Pembahasan
Penerapan safety
sign

Kode Informan

: 003

Inisial

: ST

Tanggal Wawancara

: 19 Mei 2014

Peneliti
Ok pak, nah penelitian saya ini kan
mengenai penerapan safety sign ya pak
yang ada disini. Nah kalau prosedur
penerapan sampai adanya safety sign
ditempat kerja itu seperti apa pak?

lalu kalau menurut bapa sendiri safety


sign yang ada disini sesuai dengan bahaya
dan proses kerjanya tidak pak?
lalu siapa pak orang yang berwewenang
memasang safety sign ?
lalu menurut bapa seberapa pentingnya
sih adanya penerapan safety sign sebagai
tanda bahaya di tempat kerja?

Informan
(Supervisor Departemen Machining Divisi Detail Part Manufacturing Direktorat
Produksi)
Kalau penerapannya ya emang kebutuhannya kita harus pakai safety, harus dianjurkan
berdasarkan K3LH tadi. Jadi udah ada aturannya gitu. Ya biasanya kita pertama itu
pelatihan, kalau safety sign itu kita gambar2 aja, kalau yang masang itu dari K3LH, jadi
kalau perusahaan yang pasang itu berarti sudah standar. jadi itu tergantung dari
potensinya, misalkan potensinya karena potensi suara, terus harus pakai ear plug, dan
itu harus ada tanda ear plug. Terus disitu kalau ada harus pakai sepatu, berarti harus
ada tanda sepatu safety. Disini sih hampir semua area ada tanda itu, terus ada area
misalnya ada tanda kimia misalnya kalau ditempat lain, itu ada tanda api misalnya itu
gak boleh disitu. Itu biasanya sudah disesuaikan dengan lokasi kerjanya. Gitu..
kelihatannya kalau sekarang kurang karena tempatnya kan baru, ada perpindahan
tempat, atau perubahan atau transisi plan, dari satu tempat ketempat lain. Jadi
istilahnya ada perubahan tata letak. Jadi tanda2 itu kelihatannya perlu ditambah lagi.
Yang dulu pernah ada tapi dicopot, jadi perlu ditambah.
itu kerjasama antara orang K3LH dan bengkel.
kalau memang namanya suatu bahaya itu kan penting yah, harusnya diadakan. Jadi
tanda2 itu yang menunjukkan kalau orang itu harus hati2. Jadi ya emang mau gak mau
harus dipasang, kan gitu.

nah pak kalau di 3 axis prismatic itu


sendiri bagaimana keadaan safety sign nya
pak?
kalau menurut bapa kebutuhan akan
safety sign di 3 axis prismatic ini ada yang
kurang atau sesuai tidak pak?begitu juga
dengan jalur evakuasi sebenarnya
dibutuhkan tidak menurut bapa?
kalau menurut bapa sendiri seberapa
besar pentingnya dilakukan penerapan
safety sign itu pak??

kalau keadaan yang itu tadi saya bilang karena adanya perubahan tata letak, sehingga
tanda2 itu ada yang hilang gitu. Jadi memang harus dipasang lagi
ada yang kurang, dan jalur evakuasi ya dibutuhkan. Itu kan harusnya artinya harus
digambarkan, sekarang kan ga ada karena tadi kan ada perubahan tata letak itu yang
dulunya ada sekarang tidak ada, jadi harus dibuat lagi.

Ya sangat penting karena yang utama. Iya karena kalau ini terjadi, kebetulan karena
disini belum banyak yah, mereka juga care terhadap kecelakaan mau gak mau mereka
juga sudah menjiwai apa2 yan ada di areanya. Kalau menurut saya itu tetep menjadi
yang utama. Iya, datang harus selamat pulang juga harus selamat, kan gitu.. jadi gitu,
kalau prinsipnya orang berangkat selamet pulang gak selamet berarti itu bermaslah
didalamnya, kan berarti ada sesuatu yang dibenahi. kalau untuk seberapa persen ya
karena memang kecelakaannya kalau dilihat dari angkanya yaitu baru sedikit, ya sedikit
sekali gitu yah.
ok pak baik terimakasih atas waktunya pak..

Lampiran
Matriks Hasil Wawancara- Studi Pendahuluan
Informan Utama

Topik
Pembahasan

Pemilihan
Lokasi
Penelitian di
Direktorat
Produksi

Kriteria

Tingkat
kecelakaan di
Direktorat
Produksi

Tingkat

Informan 1
(01)
Penanggung Jawab
Staf Bidang
Pengendalian &
Pengukuran
Departemen K3LH
Sebanyak2nya ada
satu dua, incident
tidak semua
dilaporkan. Tertinggi
ada di Machining
dan Metal Forming.

Informan 2
(02)

Informan 3
(03)

Informan 4
(04)

Staf Bidang
Pengendalian &
Pengukuran
Departemen K3LH

Staf Bidang
Manajemen
Departemen K3LH

Staf Bidang
Pengendalian &
Pengukuran
Departemen K3LH

Kesimpulan

Incident masih minus,


tapi kalau accident
ada didata dan
pecatatannya tidak per
departemen tapi sePT.DI.

Informan mengikuti
data yang ada di
informan 02.

Berdasarkan
jumlah kejadian
mengalami
peningkatan 2
tahun belakang
dalam perhitungan
kuantitasnya.

Informan mengikuti

Departemen

Tingkat kecelakaan di
Direktorat Produksi
mengalami
peningkatan 2 tahun
terakhir, pencatatan
hanya dilihat jika ada
accident dan
pencatatan di seluruh
PT. Dirgantara
Indonesia.
Di Divisi Detail Part

Divisi Detail Part

Di Aerostructure di

kecelakaan di
Divisi dan
Departemen

Penyebab
Kecelakaan

Manufacturing
Departemen
Machining. Kalau di
Metal Forming &
heat treathment
memiliki potensi yg
tinggi.
Unsafe action

manufacturing.
Berdasarkan
pelaporan paling
sering di departemen
machining karena
bahaya yang tinggi.

data yang ada di


informan 02.

Masih muda,kurang
pembinaan senior,
setelah pelatihan
diawal kurang diawasi
lagi, kelelehan kerja.
(Tercatat dari data
yang terdapat di
komputer informan)

Karyawan baru, tidak


pakai APD,
keteledoran, dan
kelelahan kerja.

Nilai SIR dan SIR


di Departemen
yang memiliki
angka kecelakaan

Datanya ada di Pak


Te** (informan 2)

Informan mengikuti
data yang ada di
informan 02.

Pemilihan Divisi
tempat penelitian
di Direktorat
Produksi

Divisi Detail Part


Manufacturing. Ada
di Machining

Manufacturing
Informan kurang
departemen machining mengetahui.

Pelaksanaan

Receiving, storage,

Idem dengan informan Merekomendasikan

Machining

Manufacturing
Departemen
Machining.

Karyawan baru.
kurang pengawasan,
kelelahan kerja,
unsafe action.
Data berdasarkan
Informan 2.

Departemen
Machining bagian
milling
konvensional,
mesin cincinati
Pekerjaan

Data SIR dan FIR dari


tahun 2009 sampai
2013. Pencatatan
berdasarkan seluruh
PT. Dirgantara
Indonesia dan tingkat
kejadian yang paling
besar ada di
Aerostructure
Departemen
Machining
Divisi Detail Part
Manufacturing
Departemen
Machining.
Mulai dari

proses produksi di pre cutting,Sheet


Metal : bengkel
Direktorat
komposit
Produksi
&machining.

Bahaya yang
terdapat di
Departemen yang
memiliki potensi
bahaya tinggi

Pelaksanaan Cara melakukan


manajemen identifikasi
risiko
bahaya

Cara menilai
bahaya

01

informan 01 yang
lebih mengerti.

(Dept. Machining)
Putaran mesin.

Hasilnya ada
didokumen manual
yang ada.

Dari mesin,
kecelakaan mesin.

Penanggung jawab
Departemen K3LH,
serta bekerja sama
dengan ahli di
direktorat produksi
dan membuat
kebijakan juga
bersama.
Berdasarkan manual
kebijakan dan yang
melibatkan
kebijakan ada SOP
administrasi
prosedur, tingkat
internal, dan
bertingkat

Sesuai dengan UUD,


dari hasil pelatihanpelatihan.

Dari hasil pengamatan


/ observasi, dari
adanya kecelakaan
kerja.

Berdasarkan hasil
analisis dengan
kategori high middle,
medium, low.

Sesuai HIRAC yang


ada di buku manual

berdasarkan acc
dari tahap
sebelumnya dan
sesuai dengan
permintaan gambar,
ukuran, tebal.
Bahaya tergantung
pada mesin. Potensi
terlilit, tersayat,
gangguan ergonomi
dan terjepit,
pekerjaan di Dep.
Machining.
Berdasarkan mesin,
spesial proses dan
alatnya. Pihak
Dept. K3LH dan
produksi.

Menanyakan
kepada pihak
lapangan dan yang
memberi masukan
tentang bahayanya
apa saja.
menjelaskan
proses/mesin yang

receiving,storage, lalu
masuk ke aktivitas
manufacturing dan
lanjut ke perakitan
pesawat (assembly).
Sumber bahaya dari
mesin dan material.

Melakukan observasi
berdasarkan mesin,
dan proses kerja.
Departemen K3LH
bekerja sama dengan
karyawan yang ahli /
Supervisor
dilapangan.
Berdasarkan prosedur
penilaian bahaya yang
disesuaikan dengan
bahaya yang ada
dilapangan.

Pengendalian
bahaya yang
dilakukan

Orang yang
terlibat penentu
kebijakan
manajemen risiko

Form yang
dipakai dalam
HIRARC mutlak
atau tidak pada
industri
penerbangan
(pembuatan
pesawat)
Bagaimana
pengendalian
teknis
(engineering

berbahaya
Melakukan perbaikan Jika terjadi masalah
mesin yang rusak serta dan gangguan pada
pegendalian terhadap
alat yang dihasikan.
pencahayaan.

Setelah adanya
investigasi
kecelakaan kerja
dengan menambah
& membuat
pengaman,
melakukan HIRAC
lagi dan safety
briefing, dengan
APD.
Departemen K3LH
dan pihak yang ahli
dibidang produksi.

Pelatihan karyawan
kembali.

Departemen K3LH,
jika di lapangan ada
K3LH produksi.

Departemen K3LH

Departemen K3LH

Form sesuai standar.

Bukan berdasarkan
industri penerbangan,
berdasarkan
identifikasi mesin
yang ada. Identifikasi
belum ter-update.

Awal mengadopnya
dari penerbangan.

Dibuat berdasarkan
hasil identifikasi
bahaya dan
dibuatkan risk
assessment yang
sudah ada.

Temuan-temuan dari
audit di tindak
lanjuti, houskeeping
kontest secara rutin.

Memperbaiki pijakan
kaki, eliminasi,
substitusi.

Kurang mengetahui.

- Di pompa surface
treathment :
mereduksi
kebisingan

Setelah adanya
kecelakaan , mesin
yang rusak dilakukan
rekomendasi
pengendalian dan
diadakan pelatihan
untuk mencegah
terjadinya kecelakaan.

Departemen K3LH,
K3LH produksi dan
pihak yang ahli di
direktorat produksi
seperti Manajer dan
Supervisor.
Prosedur dari
kebijakan terdahulu
sebagai industri
penerbangan dan
mengalami perluasan
sumber mengikuti
kemajuan teknologi.
Melakukan
pengendalian dengan
pendekatan eliminasi,
substitusi, isolasi,

control)

Dengan mengisolasi
selang pipa yang
bocor. Merubah
material, merubah
disain, merubah
proses kerja.

Bagaimana
pengendalian
administratif
(administratif
control)

Check up, rotasi /


shift kerja,
membatasi jam
lembur, safety
briefing, rapat LIN
manufaktur di meja
panel mengenai
SQCDP tingkat
manajer, Supervisor,
dan Direktorat
Disesuaikan dengan
bahaya, seperti
sarung tangan woll,
sepatu, masker.

Bagaimana
pengendalian
dengan APD

Pelatihan, safety
briefing.

Mengadakan
pelatihan, pengadaan
warning sign.

Safety shoes, seragam


kerja.

Sesuai dengan potensi


bahaya yang ada.

dengan
memberikan air
pada exhaust di
- Di shot pining :
mereduksi debu
dibuat cerobong
asap
Training Manajer,
Supervisor,
Karyawan.
Penerapan warning
sign

merubah material,
merubah proses kerja
dan merubah disain.

Sesuai potensi
bahaya di tempat
kerja. dibuatkan
petunjuk
penggunaan APD.

Disesuaikan dengan
potensi bahaya yang
ada di tempat kerja,
seperti pengadaan
safety shoes, sarung
tangan, masker,
seragam kerja.

Mengadakan
pelatihan, medical
check up, membatasi
jam lebur kerja, safety
briefing, warning sign
, shift kerja, dan rapat
LIN manufacture.

Lampiran
Matriks Hasil Wawancara Studi Pendahuluan
Informan Pendukung

Topik Pembahasan

Kriteria

Bagian/bidang yang ada


di Departemen
Machining

Tingkat kecelakaan

Tingkat Incident di
Departemen Machining

Potensi accident di
Departemen Machining

Informan 1
(001)
Manajer Departemen
Machining

Informan 2
(002)
Supervisor di Departemen
Machining

Bagian adalah
organisasi, mempunyai
7 Supervisor dengan
struktur bidang yang
baru. Dibedakan
berdasarkan gru dri
teknologi.
Masih diambang batas,
pernah ada accident di
tahun 2013.

Saat ini masih ada 4 bidang


yaitu profilling, medium,
small, dan late. 7 bidang
adalah rencana organisasi
selanjutnya dan sedang
berproses.

Berdasarkan
keparahannya cacat,
tangannya putus,
jarinya putus.
Frekuensinya 1 tahun 1

Record kejadian terpusat di


Departemen K3LH karena
setiap bidang tidak
menyimpan datanya,
diklasifikasikan mulai dari
kecelakaan tingkat berat,
ringan dan sedang.
Jari terjepit karena material
yang besar dan tidak
seiramanya/kekompakan
antara operator dengan
pekerja.

Informan 3
(003)
Supervisor di
Departemen
Machining
Saat ini ada 4 bidang,
Saya berwewenang
di Bidang 3 Axis
Prismatic Machine.

Kesimpulan

Saat ini masih ada 4


bidang, dan akan adanya
perluasan struktur
organisasi yang akan
datang menjadi 7 bidang.

Tidak ada, karena


tidak ada alat safety.

Tidak adanya pelaporan


dan data yang jelas
tentang incident.

Jarang terjadi.

Jarang terjadi, hanya


dulu pernah ada kejadian
jari terputus, terjepit,
mengalami cacat.

Pemilihan lokasi
penelitian di bidang
yang ada di
Departemen
Machining

Bidang yang memiliki


risiko dan tingkat
kecelakaan tertinggi
Tahapan proses di
bidang tersebut

x.
Bidang Profiling
Prismatic Machine dan
bidang Lathe & Milling
Machine
(Bidang Profiling
Prismatic Machine)
Memotong,
pelubangan,
membentuk material.
Di Machining ada pre
operasi, main operasi,
post operasi yang
tersebar dalam 7
bidang.

Tercatat di Departemen
K3LH dan tingkat korporet
K3LH produksi.
(Bidang Profiling Prismatic
Machine)
Raw material detail part
sesuai yang diinginkan
dengan cara prepare raw
material, proses,
mengangkat airbot dengan
crane, operasikan mesin,
memotong material kasar
menjadi material.

Tingkat kecelakaan
paling sering di
bidang Milling
konvensional.
(3 axis prismatic
machine)
Ada 2 tahap yaitu
pre operation
mengerjakan lubang
dan main operation:
yaitu di 3 axis.

Jumlah mesin yang ada


di bidang tersebut

Seluruhnya di
Machining ada 165
mesin.

Seluruhnya ada 10 mesin.


Terdapat 2 bagian, yang
pertama 5 mesin jenis multi
purpose, yang kedua 5
mesin jenis alumunium.

Ada 14 mesin.

Catatan P3K di bidang


tersebut

Terdapat 25 kotak di
seluruh Machining,
akan tetapi penyediaan
isi dari P3K belum
dilaksanakan dengan

Terletak dekat dengan


pekerja, pengadaan sudah
sesuai dengan kebutuhan,
akan tetapi kontinyuitas
control nya yang masih

Kurang dalam
mendukung dalam
pengadaan isi dai
kotak P3K. Tidak
ada pencatatan

Tercatat di Departemen
K3LH terdapat di Bidang
Profilling Prismatic
Machine dan Milling.
Di Departemen
Machining terdapat
tahapan tahapan pre
operasi, main operasi,
post operasi. Di bidang
profilling prismatjc
machine yaitu
membentuk, memotong,
melubangi dural. Di
bidang 3 axis prismatic
machine hanya 2 tahap
yaitu pre operasi dan
main operasi.
Mesin diseluruh
Departemen Machining
terdapat 165 mesin. Di
bidang profilling
prosmatic machine
terdapat 10 mesin mesin,
di bidang axis prismatic
machine terdapat 14
mesin.
Dalam penggunaan alat
P3K tidak dicatat. Kotak
P3K terdapat diseluruh
lingkungan Machining
dengan total 25 kotak

Manajemen Risiko

konsisten dan
kontinyuitas. Serta
belum ada karyawan
sebagai penanggung
jawab P3K yang tetap.
(Bidang Profiling
Prismatic Machine)
Terjepit, terpleset,
tersayat.

lemah.

Pelaksanaan
manajemen risiko di
Machining

APD disesuaikan
dengan bahaya di
tempat kerja. jika
pekerja tidak memiliki
APD yang layak maka
dilarang untuk bekerja.

Identifikasi secara visual,


pengendalian dengan teori
dalam K3LH, setelah
pelaksanaan audit dilakukan
perbaikan-perbaikan.

Penerapan
pengendalian di
Departemen Machining

Training pada operator, Pengendalian moral yaitu


membuat grup K3LH
selalu mengingatkan pekerja
untuk melaporkan dan satu sama lain.
mengawasi.

Risiko bahaya yang


terdapat di bidang
tersebut

Tidak menerapkan
Pengendalian teknis /
engineering control yang engineering control.
diterapkan

penggunaan kotak
P3K tapi sering
digunakan.

Manual handling, chips


Licin, tergelincir,
yang terbang, hasil dari
tersayat, terpotong,
coollant, ergonomi karena
terjepit.
operator yang bekerja diatas
meja mesin, bahan material
yang menyebabkan tergores.

Engineering control dengan


visual dan pengendalian
engineering dari hasil
rekomendasi audit.

Penggunaan APD
berdasarkan hasil
identifikasi
disesuaikan dengan
pekerjaan dan
bahaya.

Ada tanda-tanda
bahaya ditempel,
mengingatkan
penggunaan APD,
membersihkan lantai
yang licin.
-

P3K. Akan tetapi,


kontinyuitas dalam
pengadaan isi dari P3K
masih lemah.
Terpeleset, tergelincir,
terjepit, tersayat,
terpotong, gangguan
ergonomi, chips yang
ada dilantai dan meja
mesin, hasil dari
coollant.
Identifikasi dilakukan
secara visual dan
pengendalian dilakukan
setelah program audit
dengan mengutamakan
penggunaan APD pada
pekerja disesuaikan
berdasarkan bahaya yang
ada ditempat kerja.
Melakukan training
pekerja, memberikan
pengawasan dan saling
mengingatkan,
memberikan tanda
bahaya dan penggunaan
APD.
Tidak menerapkan
pengendalian teknis.

Penerapan safety
sign

Pengendalian
administrasi yang
diterapkan

Persyaratan dari
Machining dikasih ke
K3LH untuk disiapkan,
lalu membuat program
Training, pertemuan
LIN manufacturing
melalui jalur
manajerial.

P2K3 membuat rapat plan


Training pekerja on
tindakan apa saja yang harus the spot.
dilakukan untuk aspek
K3LH.

Melakukan training,
pertemuan LIN
manufacturing.

Prosedur penerapan
safety sign

Dilakukan identifikasi
bahaya oleh tim dari
Machining dan tim dari
Departemen K3LH
dan K3LH produksi.
Pengadaan dari
Departemen K3LH,
pelaksanaan oleh
K3LH produksi.

Telah disesuaikan
dengan bahaya dan
APD yang digunakan
di tempat kerja.

Kondisi dan keadaan


safety sign

Kondisinya tidak
memuaskan.

Dalam penerapan safety


sign pihak Machining tidak
dilibatkan, yang
menerapkan adalah K3LH
di produksi yang meminta
sign ke Departemen K3LH.
Akan tetapi dalam
penempatannya masih
kurang tepat, sehingga sign
yang ada tidak memberikan
makna.
Safety sign lengkap, tetapi
kualitas sudah buram, kotor,
hilang, hanya tanda
mandatory/penggunaan
APD, tidak di maintenance.

Penerapan Safety sign


sesuai dengan bahaya

Ada yang sudah sesuai


ada yang belum karena
belum pick
pemindahan rotasi
kerja dan belum di
revisi termasuk safety

Sudah sesuai dengan


mandatory, akan tetapi
hanya letaknya saja yang
belum tepat.

Belum sesuai dengan


potensi bahaya
karena masih terjadi
perpindahan lokasi
kerja.

Pelaksanaan dilakukan
oleh tim K3LH produksi,
dan pengadaan safety
sign dari Departemen
K3LH. Sebelum
penempatan safety sign
disesuaikan dengan
bahaya dan penggunaan
APD yang bekerja sama
dengan pihak
produksi/bengkel.
Kualitas masih kurang,
karena sudah buram,
letaknya sudah tidak
sesuai, kotor, dan bahkan
banyak yang tidak ada
sign nya.
Ada yang sudah sesuai
dan ada yang belum
sesuai karena masih
adanya perpindahan
lokasi kerja.

Masih kurang dan


harus dipasang lagi,
karena adanya
perubahan tata letak
lokasi produksi.

Bagaimana pentingnya
penerapan safety sign di
Departemen Machining

Orang yang bertugas


memasang safety sign di
Departemen Machining

sign yang ada.


Pentingnya sebesar
10% karena fungsinya
hanya untuk
mengingatkan saja,
sedangkan operator
maupun pekerja
lainnya sudah tahu
risiko yang ada di
lingkungan kerja.
Semua dari K3LH.

Secara manajemen itu


penting, tapi secara moral
belum mencapai efektivitas
kepada pekerja.

Sudah ada dari di


bangunnya ruang produksi.

Sangat penting
karena yang utama
dan dapat
mengindikasikan
adanya potensi
bahaya maupun
tanda peringatan agar
terhindar dari
kecelakan.
Kerjasama antara tim
K3LH dan bengkel.

Di pandang penting
karena dapat
memberikan pengaruh
kepada pekerja untuk
mengindikasikan adanya
potensi bahaya dan
mandatory yang ada di
tempat kerja.
Kerjasama antara orang
dari machining, K3LH
produksi dan
Departemen K3LH.

Lampiran
Transkip Wawancara Studi Pendahuluan
Lembar Transkip Wawancara Informan Utama
Analisa Kesesuaian Keberadaan Safety Sign
Di PT. Dirgantara Indonesia

Kode Informan

: 01

Inisial

: SY

Topik

: Tempat penelitian, manajemen risiko, dan penerapan safety sign

Topik
Pemilihan Lokasi
Penelitian di
Direktorat
Produksi

Peneliti
Jadi gini pak, saya ingin
menentukan di Departemen apa
saya meneliti yang ada di
Direktorat produksi. Tingkat
kecelakaan tertinggi yang
terdapat di Direktorat Produksi
terdapat di Departemen apa pak
?khususnya dari incident sampai
tingkat accident ?
kalau diantara Departemen
Machining sama Metal Forming
tingkat kecelakaan tertinggi ada

Informan (Kepala Staf Bidang Pengawasan dan Pengukuran Departemen K3LH)


Hehe ,ya sebanyak- banyaknya satu dua, tapi sayang kalau tingkat incident tidak semua
dilaporkan datanya, tapi kalau kita lihat sepintas di bengkel tingkat kecelakaan tertinggi ya
ada di surface treathment, heat treathment. (sambil mengambil data Departemen yang ada di
Direktorat Produksi) Nah, ini yang paling tinggi ada di Divisi Detail Part Manufacturing, itu
kan ada Machining, nah di Machining dan high speed machining juga di metal forming.

yaa, kalau dari hasil kecelakaan ya, bukan dari incident. Karena kalau dari incident itu tidak
dilaporkan. Jadi kita hanya melihat data berdasarkan laporan hasil analisa ituuu... tapi kalau
dari data kecelakaan terakhir di machining ada, kemudian perawatan fasilitas produksi,

dimana pak?

Tingkat
kecelakaan

nah, kalau kecelakaan 5 tahun


belakangan ini itu ada di
Departemen apa pak ?
Jadi DPM itu terdiri dari apa
aja pak?

lalu pak, incident yang sering


terjadi di machining itu karena
apa pak ?
Ok pak, berarti saya tahu key
word kecelakaan terbesar
menurut bapa kan di Machining
pak. Nah, lalu angka nilai SIR
dan FIR di Departemen
Machining dalam 5 tahun
kebelakang berapa pak?
Tapi kalau ada datanya berarti
ada dong pak di Departemen
Machining berapa datanya?

inipun bukan karyawan tetap. Jadi kalau Divisi yaa di Divisi Detail Part Manufacturing dan
kalau departemen Departemen Machining. Terus di metal forming dan heat treathment punya
potensi tertinggi, tapi tidak ada kecelakaan. Berarti, K3 nya berjalan bagus. Nah, kalau metal
forming sama heat treathment lebih tinggi heat treathment karena banyak terdapat bahan
kimianya yah... kemudian, Surface treathment juga tinggi potensinya karena terdapat bahan
kimiajuga yaa.. karena incidentnya tidak dilaporkan jadi kita gak punya data , kecuali kita
menyaksikan langsung..
Kalau incident itu yaa ada disini niii,, Divisi Detail Part Manufacturing (DPM) yaa
Departemennya Machining.
Jadi DPM itu, terdiri dari ahh, Manajer namanya disini DM 1000 itu perencanaan
pengendalian produksi, kemudian laen manufactur, kemudian machining sendiri, kemudian
high speed machining. Nah, karena machining itu sekarang banyak, maka kit a kelompokkan
menjadi dua yaitu yang low speed dibawah 3000 RPM , kemudian yang high speed itu diatas
3000 RPM karena putarannya tinggi. Nah, karena putaran tinggi makanya mesinnya di
kerangkeng, jadi bahayanya lebih tinggi itu..
Biasanya itu karena pekerjanya, pekerja yaitu unsafe action namanya, tindakan perilaku
tidak aman
Nah, kalau per Departemen kita gak ada sih yah, itu datanya ada di pak Tedy. Tapi mungkin
kalau di hitung bisa kali yah. Kita hanya buat itu sa-PT DI. Bisa-bisa itu tidak ada, apakah
pertahun ada kecelakaan atau gak ada

nah iya itu kalau ditelusuri kemungkinan bisa saja, karena kita buat datanya se-PT.DI kalau
misalnya ada satu ya berarti itulah kebetulan satu adanya di machining

Manajemen
Risiko

Ok pak, bagaimana sih pak


pengendalian yang sudah
dilakukan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan yang ada
Departemen Machining atau di
Direktorat Produksi?

Nah itu kan masuk kepada


identifikasi bahaya, penilaian
risiko dan pengendalian ya pak.
Nah, pegendaian yang dilakukan
itu seperti apa pak?
jadi pengendalian yang sudah
dilakukan apa pak?
lalu pak, pengendalian teknis /
engineering control yang sudah
dilakukan baik sebelum terjadi
kecelakaan maupun setelah
terjadinya kecelakaan ?

iya kan, nah, dari hasil investigasi kan kita tahu penyebabnya. Pada umumnya itu perilaku
tidak aman kan. Nah itu kalau perilakunya kita kasih disitu contohnya (sambil mengeluarkan
berkas investigasi kecelakaan dengan metode domino) tuuhh, terakgi tanggal 7 April di
Machining produksi. Kemudian, di 2 april maintenance di daerah machining, tapi ini
karyawan kontrak. Nih misalnya satu ini penyebabnya tindakan tidak aman, karena kurang
jam terbang, karyawan baru, karena meletakkan tangan bukan pada tempatnya, lalu jarinya
terpotong, lalu saya masukin kekulkas itu jarinya, tapi sudah saya kubur (sambil
membacakan kejadian di salah satu dokumen investigasi kecelakaan) . lalu korban lupa kalau
tangannya ada dilintasan jalan mesin, dan pas diangkat tangannya sudah lepas aja segini,
kemudian kondisi fisiknya baik. Tidakan perbaikannya yaitu mengidentifikasi potensi bahaya
di tempat kerja, lalu kita menyarankan untuk dibuatkan pengaman, kemudian diberikan safety
breafing seperti yang kalian lakukan itu ya, jadi sebelum bekerja karyawan diberikan
pengarahan terlebih dahulu tentang cara-cara mengoperasikan mesin, kemudian mencegah
bagaimana cara terjadinya kecelakaan, itu salah satunya sudah termasuk kedalam
pencegahan.
nah, yang jelas membuat dalam investigasi penyebabnya 2 aja tidak bercabang unsafe action
dan unsafe condition. Namun diluar itu ini kan untuk pengendalian langsung kepada
pengendalian utama. Walaupun ada sebab akibat, itu juga kita lakukan. Dalam investigasi ini
kita hanya mencari route cause yang utama
nah, karena penyebab nya sudah diketahui, yaitu pertama pengendalian yang dilakukan
membuat dan menambah alat pengaman. Lalu melakukan HIRAC lagi dan safety briefing.
Lalu dengan APD. Walaupun APD terakhir, ya tidak masalah yang penting cari route cause
nya.
yak, dengan membuat program K3LH secara kontinyus, yaitu salah satu program
pengendalian yang ada yah, audit itu dengan luasnya area, dengan banyaknya struktur
organisasi. Kita lihat aja programnya aja ya, programnya itu sekarang sudah masuk bulan
april juli itu kita ada audit setalah juli ini ada monitoring ada yang terjadwal nah itu
konsisten. Nah ini temuan-temuan yang ada di tindak lanjuti, kemudian houskeeping kontes itu

secara rutin supaya bisa membudidayakan K3LH nya. Terus monitoring itu ada yang
terjadwal ada yang on the spot nah itu secara konsisten. Nah tadi ada temuan salah satu
selang solar ada yang bocor. Nah, itu punya potensibahaya tinggi,kalau ada putung rokok aja
bisa, maka langsung ditindak lanjuti. Nah konsiten kita untuk menjadikan temuan-temuan
yang memiliki potensi tinggi, lalu dilakukan pengendalian karena disitu ada potensi bahaya
yang tinggi.
nah yak, ehm, ketika ada tata pelaksanaan mereka harus memperbaiki, kita fleksibel. Kalau
memang bisa, dari sejak awal kasusnya dari awal bisa di engineering ya dilakukan.Nsh, kalau
tidak bisa ya dengan APD kan gapapa dilakukan.

Nah lalu ketika ada bahaya


tindakan pengendalian teknis
seperti eliminasi, substitusi,
menghilangkan bahaya itu, lalu
isolasi yang tadi bapak bilang
ketika terdapat kecelakaan mesin
nya dilindungi, itu yang saya
tanyakan sudah dilakukan selain
itu apa saja pak?
Lalu engineering yang dilakukan ya bisa saja merubah material kah, merubah desain, merubah proses kerjanya.
dalam bentuk apa pak?
yang sering dilakukan dalam
ya kalau dilakukan ya dilihat dulu dalam bentuk kecelakaan apa, disitu kan ada . nah ini kan
bentuk apa pak?
cerita ilmu pengetahuannya tadi. Tapi real nya saya tidak hafal. Misalnya tahun kemarin ada
kecelakaan apa saya tidak hafal, misalnya juga tindakannya. Artinya kita tidak kita kaku,
ketika ada kejadian, kita langsung berikan solusinya. Nah kan ada 5 aspek juga bisa kan,
semakin banyak barier yang di berikan jika gugur satu masih ada 4, kan begitu. Jadi ketika
dilapangan kita informasikan kemungkinan yang bisa dilakukan tahap pertahapnya, ya
dilakukan. Jadi umumnya yang menyangkut biaya itu akan terkendala, kan gitu. Tapi kalau
menyangkut biaya tapi itu sampai fatal ya itu sampai korban jiwa ya itu rekomendasinya cepet
juga. Ya itu misalnya tadi bocoran, seperti bocor pipa. Maka harus diganti kan pipanya. Nah
untuk pengendaliannya kan ditutupi plastik dulu, karena masalah biaya dan lainnya. Untuk
tindakan permanennya di tindak lanjuti.
Terus pak pengendalian secara
nah itu tadi, kalau tergores itu kan incident yah. Nah, kalau kita gak dikasih tahu kita gak

teknis khusus di machining apa


pak yang sudah dilakukan?
Nah, pak kan kalau APD bukan
teknisnya pak, kalau teknisnya
gimana pak? nanti kalau APD
ada lagi pak.

Nah, pas kan pak, penelitian


saya kan dengan tema safety sign,
nah, kalau pekerja sendiri aja gak
tahu yang harus pakai filter
dimana harus menggunakan
sarung tangan dimana, tanpa
adanya tanda, makanya saya
ingin melanjuti seperti itu pada
akhirnya nanti, kebutuhan safety
sign ........
baik pak, mungkin cukup untuk
penjelasan pengendalian
teknisnya. Lalu bagaimana pak
pengendalian administrasi yang
sudah dilakukan seperti yang
bapak bilang safety breafing,
pelatihan, lalu safety sign

tahu. Paling kalau pas lagi audit aja dia cerita, oh iya ni ni ni.. kita sampaikan disitu,
solusinya. Yaaa, paling ya itu tadi APD nya.
yah, eee misalnya contohnya yang tergores yah. Dia tergores umumnya sarung tangannya
tidak tepat. Jadi kita sarankan jangan model yang woll, apalagi yang gerinda. Nah kalau
pakai woll kan bisa ketarik kan, padahal sarung tangan macem2. Jadi umumnya gitu aja,
ehhmm itu aja ada ketidak pahaman juga dalam pembelian. Orang pembelian itu tidak tahu
baik sepatu, sarung tangan, masker, itu kan macem2 kan dari sisi K3 tergantung bahayanya
apa debu, partikel atau hanya sekedar cipratan aja, air, kotoran, itu kan macam2. Nah kalau
sudah bicara masker, orang kalau gak paham di beli aja, asal masker asal murah kuat. Nah,
padahal di K3LH idak bicara harganya dulu. Kita malah gak lihat itu harganya berapa, tapi
fungsinya yah.ketika partikel2 debu itu kita harus rapet, filternya didalem, diganti dalem
filternya ajaa...
saya sih kalau kecenderungan karyawan itu tau.tapi kan yang belinya gak tahu. Jadi
pertimbangannya mungkin belum training K3 kali yah, ya memang si stafing tidak prioritas,
ya bukan prioritas kan menurut dia, tapi kalau menurut K3 kan seluruhnya wajib mengikuti
training. Jadi tetep harus walau bukan prioritas tapi wajib dong. Nah kalau yang prioritas
orang produksi berarti orang stafing yang selanjutnya dong. Nah itu makanya kesalahan
pembelian itu. Ini bukan spesifikasinya, mereka tahu. Ya tapi dari pada gak ada mau gimana...
nah, gitu kan bisa di cek kan..dari pada gak ada ya pakai yang ada..

yaa, yaa, yaa.. yah, check up. Kemudian itu diberi pengertian, bekerja itu kan juga ada
waktunya. Bekerja itu kan sehari 8 jam, kalau lembur maksimal juga 3 jam. Itu juga kadang2
karena kebutuhan, memaksakan diri. Kalau karyawan ditanya itu sehat-sehat aja, bisa2 aja
lembur full ternyata setelah itu sakit, nah itu diberikan kesadaran bahwa kemampuan fisik
manusia itu terbatas. Dengan cara diperketat, dengan lembur dibatasi. Misalnya lembur per
orang maksimal 2 jam. Nah, kadang2 ketika ada peraturan kecuali lembur khusus,
rekomendasi pimpinan, itu juga adaa.. manusia kan kadang2 kalau dikejar kan materi, nah

termasuk didalamnya ?
Nah, pak kalau pelatihan itu
sasarannya kesiapa aja pak?

Lalu pak safety briefing


dilaksanakan secara rutin juga
pak?

ketika ada lembur khusus ini yasudah....


pelatihan K3 itu kan ada macam2 ya, contoh safety cuture itu untuk seluruh karyawan , itu
diberikan pada saat karyawan baru masuk. Satu tahun satu kali idealnya kan gitu. Jangankan
yang umum yang khususkrtika satu tahun sekali mau refreshing yah juga kesibukan, program
K3 mah kita adakan. Ada p3k3 untuk siapa? Untuk pengurus P3k3. Berarti pengurus P2K3
itu, ya karyawan dan perwakilan manajemen. Nah, bukan juga yang bukan pengurus P2K3
gak boleh ngurus itu, yah boleh, kan pengurus itu juga berotasi, jadi gak ada si A ada si B.
Jadi gak mutlak trainingnya itu P2K3. Nah ketika ada P2K3 ada persyaratan berikutnya
harus mengikuti training. Perkara yang ikut, ada orang yang bukan P2K3, gak masalah
karena itu juga akan bermanfaat. Kemudian ada training 5 R untuk seluruh karyawan dari top
manajemen sampai level karyawan. Nah kemudian ada trainning K3 sendiri, K3 sendiri itu
suda spesifik, k3 di bengkel machining ya K3 machining, k3 dibonding ya bonding, sheet metal
sheet metal, k3 welding ya welding. Nah materinya itu ada spesifik, manual handling ya gitu..
terus operator untuk crane ya crane K3 nya. Untuk forklift ya forklift. Itu K3 spesifik. Nah,
terus materi2 HIRAC nya sendiri, untuk para supervisor, nah, selebihnya banyak.
ya Cuma tidak dalam bentuk namanya safety briefing , ya sebelum kerja dilakukan
penjelasan mengenai keselamatan kerja lah. Itu juga sekarang ada lin manufaktur kan, anda
bisa lihat disitu di meja panel ada SQCDP. S nya itu safety jadi kita kalau kontrol, tinggal
lihat S nya saja, ada warna merah atau hijau. Kalau warna merah itu ada persoalan dari sisi
safety nya, kita lihat persoalannya apa solusinya apa. Kita lihat sudah siklus belum, kalau
belum kita lihat apa pesoalannya. Cuma belum ada pernah kalau ada persoalan safety kami
diundang. Itu sekedar sharing sampaikan solusi. Nah, safety briefing yang anda lakukan itu
juga baik, ternyata di respon positif kan, jadi medianya bisa menggunakan lin manufacturing.
Paling lama 15 menit untuk berbagai tingkatan, tingkatan pertama itu flur, paa anggota
dipimpin oleh leader, dia membahas persoalan2 yang terjadi di bengkelnya masing2.
Persoalan apa, ya masalah SQCDP itu, nah, masalah safety ada gak, quality ada gak, control
ada gak, delivery ada gak, personal ada gak gitu.. oh ternyata bisa diselesaikan di level
pertama, oh yaudah clear. Nah kalau di level pertama dipimpin leader gak selesai naik kelevel
kedua, itu jam seperempat berikutnya berarti jam 8.15 WIB. Itu rutin yah dan harus konsisten,

dipimpin oleh supervisor. Begitu tidak selesai, naik kelevel ketiga dipimpin oleh manajer.
Level 4 dipimpin oleh divisi, level 5 dimpimpin oleh direksi,itu jam 2 biasanya siang. itu ada
sampai tingkat direktur juga yang harus memutuskan biasanya yang menyangkut biaya besar,
mobilitas tinggi, itu yang melibakan kebijakan2 perusahaan, itu ada.
Tempat
ok pak, mungkin pertanyaan
yaa soalnya kalau bicara soal proses produksi itu tergantung tingkat levelnya yah. Kalau
Penelitian di
tentang safety sign sudah cukup,
anda secara umum udh plan tour kan yah. Jadi yang gambaran umum proses produksi, mulai
Direktorat
selanjutnya mengenai manajemen dari receiving, ya disitu peran K3LH dia harus mengecek material2 yang datang sesuai
Produksi dan
risiko pak. Lalu pak yang pertama dengan spesifikasi. Apalagi yang bahan kimia itu msds nya harus ada. Kemudian masuk ke
pelaksanaan
bagaimana pak proses produksi
storage/gudang. Ya itu, standar K3LH nya standar penyimpanannya, apalagi kan itu barang
manajemen risiko yang ada di Departemen
kimia, gaboleh dicampur ini itu dari sisi K3 nya itu juga kita peduli di gudang. Setalah itu, di
Machining ?
pre cutting, itu pemotongan awal ya kotak2 lah sebelum, panjang lebar itu kan di pre cutting.
Setelah di pre cutting masuk ke proses produksi itu ada yang melalui sheet metal ada yang di
bengkel komposit ada yang machining. Nah kalau yang sheet metal berarti raw materialnya
dalam bentuk sheet / lembar. Yang dinamakan sheet itu 3 milli ke bawah, diatas itu menjadi
plat tebel, berarti masuk proses machining karena di kerok2 menjadi keping. Kalau sheet
metal di bentuk di press di ini itu dari yang sheet. Kemudian yang non metal itu dibonding.
lalu pak di Machining sendiri
ya sekarang katakan saja di machining, skrg di machining kan dibagi dua, jadi machining
ada berapa bagian pak dalam
yang konvensional itu dengan putaran kecepatan mesinnya, dibawah 3000 itu masuk
pengerjaannya?
machining. Padahal machining itu ada konvensional ada TNC , CNC. Yang konvensional itu
diputar pakai tangan, yang TNC sudah pakai touch di machining jadi tinggal mencet. Nah ada
CNC yang sudah komputerise, ada programnya jadi operator tinggal mengawasin, kan dia
tinggal masukin programnya saja.
Manajemen
lalu pak ada data per bagian di
nah, itu kan organisasi di tingkat Departemen yah, kalau se departemen nya saya tidak tahu
Risiko
machining tidak pak karena saya karena itu kan perubahannya lebih cepat. Jadi bisa saja disini anda datang, untuk mengetahui
untuk melakukan identifikasi
apa saja bagiannya. Tapi secara pintas seperti tadi yang saya jelaskan. Nah secara garis
bahaya harus mengelompokkan
besar penempatannya dibuat blok blok ada 2 bagian yaitu machining dan high speed
berdasarkan bagiannya pak?
machining, jadi itu yang putaran2 tinggi. Nah ini dari machining nya sendiri dibagi menjadi
beberapa supervisor lagi itu. Machining ini isinya mesin yang putarannya dibawah 3000,
mesin apa saja, milling, grinding, borring. Nah terus yang high speed mesin, itu yang

ok pak, lalu untuk melakukan


identifikasi bahaya itu apakah
dilakukan oleh pihak Supervisor
atau dari departemennya atau
bareng2 yg seperti bapak bilang
tadi?
lalu pak yang dimaskud dengan
ahli ini itu adalah supervisor
pak?
Ok pak, lalu mengenai form
identifikasi itu mutlak atau tidak
mutlak pak digunakan seperti di
industri penerbangan/pembuatan
pesawat?
lalu pak langkah menilai risiko
setelah melakukan identifikasi itu
bagaimana pak dalam
pelaksanaannya?

kecepatannya tinggi. Jadi mesinnya macem2 lah pokoknya, pengaturannya penempatannya


suka2 orang sana.
ya itu tadi, HIRAC itu kan dilakukan bertanggung jawab ini ya K3LH dan pimpinan di
departemen machining. Pimpinan disana ya konotasinya orang yang tahu, jadi sebagai
penanggung jawab kita tapi yang membuat itu kan kita sebagai penanggung jawab belum
tentu ahlinya. Kalau memang ahli tetap menggunakan user yang lebih tahu. Kalau kita disini
tapi kan yang disana lebih tahu ya mereka ahlinya. Jadi yang menanggung jawab kita dan
user2 mengapprove juga. Menentukan kebijakan juga sama2 bareng2.
ya sebenarnya yang dinamakan pimpinan seharusnya tahu apa yang kita buat itu bener, gitu
loh.. jadi kan bisa dikonotasikan yang ahli yang kompeten yang lebih tahu, yang lebih
bertanggung jawab, yang buat bs siapa saja kan.
formnya ya sudah standar.

Ya dituangkan dalam kebijakan yang harus menjadi panduan bagi siapa saja yang bekerja di
tempat itu, jadi kita tuangkan dalam bentuk petunjuk, itu bertingkat ada petunjuk internal ,
bisa internel bengkel, divisi, direktorat. Kalau yang melibatkan antar kebijakan ada yang
namanya OP , PA, ada yg namanya SOP, ada yang namanya SOP administrasi prosedur, ada
yang tingkat internal, itu bertingkat.
itu pak cara menilainya itu
Jadi semuanya sudah ada di manual kebijakan kita. Referensinya dari apa ya betul, jadi kita
menggunakan apa bagaimana pak pandulah, namun petunjuk ini juga kan harus up to date mengikuti jaman, bisa berubah. Nah,
apa berdasarkan tingkat high,
siapa yang merubah boleh datang dari mana saja, intinya kan yang lebih inisiatif kan si user
medium.... (terpotong)
karena dia kan yang lebih taulah karena kita kan Cuma diatas meja saja.
lalu pak di daerah machining itu di machining itu kan pada umumnya putaran mesin, nah putaran mesin ini kan memiliki
terdapat bahaya apa saja pak?
tinggi bahaya, nah itu kan berarti potensi bahaya. Nah umumnya itu diberi pelindung isolasi
tadi yang suka engga dipasang kalau mesin lama. misalnya gerindra, padahal beli barunya itu
lengkaploh termasuk kaca pelindung. Nihh kadang2 kaca pelindungnya dilepas, baik sengaja

maupun tidak sengaja.


nah kalau di machining itu kan APD yang disarankan itu sepatu, sepatu juga ada yang
frekuensinya 3 bulan sekali, setahun sekali, tergantung itu potensi bahayanya. Kalau yang di
machining itu tinggi potensi bahayanya, dia mesti menginjak itu coolen atau pelumas, ini gak
tahan lama kalau itu kan merusak dia kan, jadi itu 3 bulan udah mengangak sepatunya. Kalau
di machining ini sepatu utama disamping jelas sparepaknya, lalu sarung angan ear muff ear
plug, tergantung mesinnya seperti apa, kalau mesin yang menghasilkan suara tinggi. Kalau
mesin yang mengandung cipratan tinggi, seperti cipratan api, bisa bentuk partikel ya
macam2.
Ok pak baik mungkin cukup sekian wawancara dari saya terimakasih atas waktunya pak.....
terus pak pengendalian terhadap
bahaya yang sudah dilakukan
berarti isolasi itu ya pak, lalu
pengendalian lainnya yang
dilakukan seperti APD yang
disarankan pak?

Lampiran
Transkip Wawancara Studi Pendahuluan
Lembar Transkip Wawancara Informan Utama
Analisa Kesesuaian Keberadaan Safety Sign
Di PT. Dirgantara Indonesia

Kode Informan

: 02

Inisial

: TN

Tujuan

: Informasi Mengenai Tempat Penelitian di Divisi Detail Part Manufacturing Direktorat Produksi

Topik
Pemilihan
Lokasi
Penelitian
di
Direktorat
Produksi

Peneliti
Ok pak Tedy langsung saja. pak,
bagaimana tingkat kecelakaan yang
ada di Direktorat Produksi?
Terdapat di Departemen apa
kecelakaan yang tertinggi di
Direktorat produksi pak?
ok pak, kalau begitu nilai SIR dan
FIR yang memiliki angka kecelakaan
tertinggi selama kurun waktu 5 tahun
berapa aja pak?

Informan (Staf Bidang Pengawasan dan Pengukuran Departemen K3LH)


Nah, kalau incident di kita mah ya minus, tapi kalau tingkat accident nya ini ada datanya
(sambil cari file yang ada di komputer)

Nah, kebetulan pencatatannya tidak per departemen sih ya. Tapi ini nih ada yang paling
tinggi itu setau saya di Aerostructure, ya itu di manufacturing. Kalau dari pelaporan ya itu
paling sering di Machining karena bahayanya juga tinggi yah disana..
(sambil menunjukkan data angka kecelakaan kerja, SIR dan FIR di komputer) kalau di PT.
Di mah pencatatannya ya se PT.DI jadi engga per divisi, jadi kalau per divisi atau per
departemen kita gak punya datanya. Jadi pelaporan jika terjadi kecelakaan aja gitu baru
dicatat per direktoratnya. Nah itu paling besar ada di Aerostructure yah... kalau
departemennya di Machining.
itu penyebab kecelakaan yang terjadi yang pertama itu masih muda, yang kedua pembinaan dari senior, pembinaan yang

disana biasanya disebabkan oleh apa


pak?

dilapangan itu ke junior nya juga kurang mempuni. Jadi hasilnya Cuma seadanya dari hasil
pelatihan pertama kali masuk kerja, kalau masuk kan pelatihan dulu disini. Jadi pas udah
dilapangan jarang yang diawasi. Itu yang pertama, yang kedua lembur, kadang kelelahan
juga bisa mempengaruh insiden itu.
Manajemen Nah, kalau sudah terjadi kecelakaan tadi pak Dar**** (informan utama 1) gimana? Udah kan? Sama lah jawabannya, idem lah..
risiko
tadi menurut pak (informan utama 1)

itu dilakukan identifikasi bahaya, nah ok, sebelumnya kita sudah punya manual nya kan soal identifikasi itu, disana misalnya kan
cara melakukan identifikasi risiko di
mesin x disitu
departemen machining gimana pak?
Nah, manual nya itu sebagai form
kita yang ada disini, kita yang ada disini.. manual mesin yang ada disini, bukan
identifikasi mutlak di pakai di industri berdasarkan industri penerbangan. Jadi mesin2 yang ada disini, semuanya kita identifikasi
penerbangan atau tidak pak?
bahayanya seperti apa, kita sudah punya sebenarnya, sudah ada. Tinggal orang2 yang ada
disana pengawasannya seperti apa.terus pekerja2 disana supervisornya, leader2nya
harusnya punya SOP nya lah.. ya seperti itu..
Terus cara melakukannya mengikuti iya seharusnya seperti itu, hehehehehe ..
manual yang ada gitu pak?
Nah, yang melakukannya siapa
seharusnya kan pas pelatihan itu disitu liyat, cuman pas pelakasanaannya ya itu tadi, ada
pak?
kelelahan juga terus dia mengabaikan SOP nya itu.. jadi, kalau manual sih sudah ada tapi
pelaksanaannya kurang dari orang itu..
kalau orang yang terlibat dalam
Sebenarnya kan kita, departemen K3LH. Cuman kan kalau misalkan dilapangan, ada K3LH
pembuatan kebijakan identifikasi
yang di produksi, tapi kita sih yang buat kebijakan sebenarnya..
bahaya itu siapa pak?
pak kalau form identifikasi bahaya
form apa nih? Ohh form identifikasi kan udah ada, kita form yang ada disini sesuai dengan
yang diugnakan itu mutlak dan harus UUD kalau gak salah sama apalah, lupa gitu, yang udah didapat sama pelatihan-pelatihan
digunakan oleh industri penerbangan gitu kan.. dan engga mutlak berarti yah.. hehehe kan udah liyat kan?
di PT. DI atau tidak pak?
Ok pak, lalu setelah melakukan
Kan disitu sudah ada, di form nya sudah ada. Itu ada high, middle, terus apa.. dari medium,
identifikasi kan menilai bahaya, kalau low, disitu kan ada. Segala macemnya kan sudah ada penilaian. Nah kalau misalkan, disitu
cara assessment terhadap penilaian
kan udah ada kok, nilainya tergantung dari hasil analisis itu.

bahayanya disini gimana pak?


Nah, setelah dilakukan semuanya
kan dilakukan rekomendasi
pengendalian ya pak, itu
pengendalian yang sudah dilakukan
bagaimana pak?
selain pelatihan apa lagi pak?
iya, jadi yang pertama itu kan
eliminasi, substitusi, engineering
control, administrasi control, lalu
APD pak.
Pak, bahaya yang ada di Machining
yang sudah diidentifikasi itu terdapat
bahaya apa saja sih pak?
terus pengendalian yang
berdasarkan penggunaan APD itu
apa aja pak di Machining?
identifikasi bahaya yang dilakukan
itu di update tidak pak dalam
pelaksanaannya?
lalu pak bagaimana penerapan
engineering control atau
pengendalian teknis yang sudah
dilakukan ?
hehe pak pelatihan kan tadi udah
termasuk kedalam administrasi

eeeeeeee, yang sudah dilakukan yang sudah banyak dilakukan itu pelatihan kembali.

eee itu modifikasi ya, apa itu namanya .. disini itu kan ada tempat mesin apa tempat pijakan
kaki yah, itu kan ergonominya yah, kalau misalkan itu harus diperbaiki itunya, substitusi. Apa
dah, ada 5 yah?
iya iya nanti aja itu ada diujian itu..

kalau saya sih belum kesana yah.. yang sudah ada dimanual aja di machining tuh, tapi yang
jelas kan di machining itu sudah berbentuk yang diidentifikasi berdasarkan manual yang ada.
Hasil2 nya juga sudah ada di manual. Jadi kalaupun mau liyat disana kan bisa diliyat disana
dan juga ada nilai2 nya kok.
Di machining ya, kalau disitu kan ya yg standar2 aja, kaya safety shoes, kemudian baju
kerja, sebenernya pekerja itu bukan APD sih..tapi kalau baju sih ini yah, engga mutlak.
Yaa, sebenarnya kata kita gak ada mesin yang baru dan identifikasinya juga baru kemarin
ya jadi belum di up date lah.. haha. Karena sudah ada disana, dari nilainya sekian sampai
sekian..
ya yang pertama mungkin itu tadi, pelatihan itu

eh udah ya, itu dimana tadi? Pengendalian teknis ya, jadi bingung saya, liyat kamu jadi
bingung saya.. itu pak Dar apa? Samain aja lah ya samain aja...

control
kalau sama seperti apa pak
contohnya?
lalu kalau administrasi control yang
sudah dilaksanakan apa saja pak?
kalau regulasinya seperti apa pak?
kalau pemasangan proteksi aktif
pasif seperti alarm disini ada tidak
pak, itu kan juga temasuk
administratif control
kalau dengan pengaturan jarak dari
bahaya itu apa pak yang sudah
dilakukan?

itu eliminasi ada gak? Artinya gini, kalaupun tarolah mesinnya nah kadang bukan mesinnya
tapi tool nya seperti untuk pengamanan dari pada tool tersebut. Jadi, kalau misalkan si tool
tool yang tajam itu kan bisa dilindungi, ini kadang kan kita bisa terpeleset.
hhmm, gak tahu apa.. hehehehehmmmhmhm...
Bukan regulasi yah, tapi mungkin kalau disana mah ada yah kaya misalkan sebelum kerja
karyawan sama leadernya semacam safety briefing yah
itu hubungannya apa dengan pengendalian? Kalau pengendalian bahaya dari
machiningnya kebakaran apa? Kalau menurut saya ya misalkan dipasang hhmm bisa juga
lah karena kabel kabel kan.. hehe yah boleh lah bolehh.. karena kemarin sudah ada kejadian
kebakaran itu, tapi kebakarannya bukan dari situnya, dari sumber yang lain,
uuu kalau itu gak ada yah..

Lampiran
Transkip Wawancara Studi Pendahuluan
Lembar Transkip Wawancara Informan Utama
Analisa Kesesuaian Keberadaan Safety Sign
Di PT. Dirgantara Indonesia

Kode Informan

: 03

Inisial

: YS

Tanggal Wawancara : 19 Mei 2014


Tujuan

Topik
Pemilihan
Lokasi
Penelitian
di
Direktorat
Produksi

: Informasi Mengenai Tempat Penelitian di Divisi Detail Part Manufacturing Direktorat Produksi

Peneliti
Bagaimana sih pak proses pelaksanaan
produksi di Direktorat produksi di PT.DI
yang bapa tahu di manufacturing?

jadi gini pak, ini kan hanya gambaran


sebelum saya menentukan tempat

Informan (Staf Bidang Pengawasan dan Pengukuran Departemen K3LH)


oo, ehhhmm, ini sih saya agak kurang ini sih.. hhmm udah dapet masalah di direktorat
produksi? Kalau dari pak Dar? Yang lebih memenuhi kan pak dar suka memberikan
training tentang masalah itu, mungkin lebih tau dia.Karena dia itu kan asal dari trainer,
jadi semua permasalahan yang ada hubungannya dengan produksi dia trainer gitu.
Mungkin, mungkin lebih itu lagi, atau kalau ke tempat yang direktorat produksinya sudah
bertanya masalah ini?
Tingkat kecelakaan produksii... datanya ada di Pak Te** (informan 02) yah? Kalau
untuk masalah kecelakaan kerja datanya ada di pak Tedy. Itu lebih itu, karena kan saya

penelitian saya di direktorat produksi


dimana, makanya saya ingin memilih
tempat di departemen apa gitu pak, tapi
saya arus memiiki justifikasi yang kuat
untuk memilih tempat tersebut, ok kalau
gitu nanti saya tanyakan ke pak dar,
kebetulan saya sudah wawancara beliau.
Ok pak, kalau gitu, bagaimana sih pak
tingkat kecelakaan yang ada di direktorat
produksi?
Ok pak,nah menurut bapak, terdapat di
departemen apa pak kecelakaan tertinggi
di direktorat produksi?
lalu nilai SIR dan FIR gimana pak?
Manajemen Karena kemarin saya dapet informasi
Risiko
dari informan sebelumnya kecelakaan
tertinggi di Machining, nah menurut bapa
penyebab nya karena apa pak kecelakaan
bisa terjadi di departemen Machining ?
ok pak, lalu bagaimana si pak cara
melakukan identifikasi bahaya di
Direktorat Produksi PT. Dirgantara
Indonesia?
Lalu selanjutnya langkah untuk menilai
risiko seperti apa pelaksanaannya dan
pakai standar apa pak?
Lalu pak, bagaimana cara pengendalian
bahaya yang dilakukan PT.DI
berdasarkan hasil identifikasi dan

manajemen.

waduh,, saya kurang tahu dulu datanya ada di pak Tedy kayanya..
ehem, juga di pak Tedy
di machining? Ya bahaya2 nya ya mungkin dari mesinnya, itu dari kecelakaan mesin,
dari apa, biasanya dari mungkin anak baru yah, kurang mengetahui begitu, jadi akhirnya
mereka...mungkin tidak pakai APD yah bisa.. terus selain itu mungkin keteledoran bisa,
mungkin karena kecapean, tingkat ini.. mungkin bisa saja.
kan ininya ada di kita, identifikasi ada. Dengan pengamatan bisa, kaya misalnya pak
edy kan asalnya dari bengkel. Jadi pengamatan, ya dari pengamatan, dari observasi,
terus dari seringnya terjadinya kecelakaan juga bisa diliyat juga yah..
mungkin ini dari HIRAC ya neng yah, yang pernah dibawa itu kan yah, ehem , iya
seperti itu..
Untuk mengendalikan bahaya itu, ya mungkin dengan perbaikan diarea mesin yang
rusaknya, misalnya atau antisipasi pendukungnya seperti pencahayaan.

penilaian risiko pak?


Kalau untuk pencahayaannya dilakukan
pengukuran terlebih dahulu gak pak?
lalu selain pengukuran pencahayaan
apa ada lagi pak?
Terus pak, form yang dipakai dalam
mengidentifikasi bahaya itu yang
digunakan apakah prosedur yang mutlak
digunakan di industri penerbangan
seperti PT. DI atau tidak pak?
Ok pak, lalu bagaimana sih pak
penerapan engineering control /
pengendalian teknis yang sudah
dilaksanakan di departemen machining
itu?
Lalu pak setelah pengendalian teknis,
kalau dengan pendekatan pengendalian
administrasi misalnya dalam bentuk
slogan, 5 R itu gimana ak?
Lalu bagaimana pak pengendalian
dalam bentuk APD ?

kalo, dari kita K3 misalnya ada permintaan pengukuran, tapi kita kan kalau audit juga
kan seperti pencahayaan, dari secara kasat mata kan kelihatan yah, oh ini gelap. Aahh,
tapi kalau ingin memperjelas untuk ada bukti kita juga ada kok datanya.
hoo, pencahayaan ya kan seperti udara mah kan diluar yah, iklim kerja yah paling,
cahaya , udara nah apa air yah, banyak kayanya. Ohh, eneng fokusnya untuk diruangan
itu yah
Mungkin, mungkin awalnya dari penerbangan kayanya yah, ngadopnya, mungkin dulu
dari boeing atau apa. Saya juga kurang, kurang mengerti.

Kurang, kurang mengetahui. Karena kan itu eehh data dari mereka yah

ehhm, oh iya itu ada kalau yang itu. Pelatihan2 ada, terutama untuk karyawan baru,
terus itu juga ada tentang penerapan warning sign. kebetulan kan untuk mengadakannya
di K3LH, jadi untuk yang butuh biasanya mereka kesini, gitu.. terus pak waktu audit kita
juga kasih tau, di tempat kita sudah tersedia, karena ini potensinya ini ini ini, tinggal
ambil aja, nanti ngambil kekita.
Membelikan APD tapi sesuai dengan kebutuhan mereka, disesuaikan dengan potensi
bahaya yang ada. Tidak semua dibelikan.

Lampiran
Transkip Wawancara Studi Pendahuluan
Lembar Transkip Wawancara Informan Utama
Analisa Kesesuaian Keberadaan Safety Sign
Di PT. Dirgantara Indonesia

Kode Informan

: 04

Inisial

: ES

Tanggal Wawancara : 20 Mei 2014


Tujuan
Topik
Pembahasan
Pemilihan
Lokasi
Penelitian di
Direktorat
Produksi

: Informasi Mengenai Tempat Penelitian di Divisi Detail Part Manufacturing Direktorat Produksi
Peneliti

ok pak, langsung saja,


bagaimana pak tingkat
kecelakaan di Direktorat Produksi
jika dlihat dari segi incident dan
accident nya pak?
Ok pak kalau begitu menurut
Bapak terdapat di Departemen

Informan (Staf Bidang Pengawasan dan Pengukuran Departemen K3LH)


Nah itu mungkin dengan adanya pertambahan karyawan, tadinya hanya 3000 sekrang udah 4000,
dan notabennya di bengkel itu banyak. Apalagi kalau sekarang itu... yah yah, kalau dilihat dari
persentasi sih gak begitu banyak yaa, tapi kalau dilihat dari jumlah kejadian itu meningkat. Kalau
datanya kan itu terpusat, ada di pak Te** (informan 02). Kalau tahun2 sebelumnya, itu ada
berapalah gitu..itu kan kalau sekarang itu ada peningkatan, tapi itu kan dalam arti dalam
kuantitasnya, bukan dari perhitungan apa teh zero accidentnya. Kan harus di hitung per 1000.000
pekerja, itu kan ada hitungannya..
itu teh, kalau gak salah mungkin dalam arti bukan tertinggi yah, agak2 paling banyak yah.. kalau
gak salah itu tuh di Departemen Machining.

Manajemen
Risiko

apa pak angka kecelakaan


tertinggi di Direktorat Produksi?
itu biasanya kejadian apa pak
yang terjadi?
Ok pak tapi ketika ada pekerja
yang tersayat itu ada catatannya
tidak pak?
ok pak untuk catatan SIR dan
FIR itu sudah di pak Tedy yah?
Ok pak lalu bagaimana sih pak
proses di direktorat Porduksi di
Direktorat Produksi?

Lalu pak bahaya apa saja sih


pak yang tedapat di Direktorat
Produksi itu pak?

Itu biasanya luka karena tersayat biasanya..


hhmm jadi gini yah, kalau mereka melaporkan kekita itu artinya tersayat itu yang dimaksudkan itu
seandainya kalau 1 hari tidak masuk kerja yang mengakibatkan kehilangan hari kerja gitu yah.. tapi
kalau masih mampu bekerja ya di anggap incident, gitu..
iyaa bener sudah di pak Ted** (informan 02)
oh di direktorat produksi yah, karena di direktorat produksi segalanya sudah tersedia itu
gambarnya sudah ada, biasanya itu ada proses cat, cat itu misalnya diawali dengan pengadaan
gambarnya, kemudian proses yang dimintanya itu apa, kemudian dari situ ke planner sudah di acc
kemudian proses turun ke bengkel. Nah itu material disitu yang dimintanya berapa kekerasannya
beberpaa tebelnya berapa. apakah itu untuk proses machining, apakah itu untuk proses sheet metal.
Nah apakah itu yang diminta yang metal atau non metal, logam atau non logam, gitu yaa.. mah
kemudian disitu ada yang proses pre cutting nah disitu ada yang untuk proses machining ada yang
sheet metal. Nah kemudian mereka meminta ukuran di gambar dan di proes. Karena yang diminta itu
ukurannya jelas, lebar sekian, tebal sekian, itu acc per drawing itu biasanya mereka itu.
di machining itu kalau di lihat bahaya itu tergantung dari pada mesinnya, nah sekarang itu kan
sudah datang mesin yang relatif cukup aman dari segi keselamatan kerja, kalau yang konvensional
yaitu masih kompleks dari bahayanya. Itu dilihat dari mesin konvensional, itu biasanya di milling
machine tuhh, maupun borring lah gitu, maupun bubut.lalu yang kedua itu ada bahaya terjepit pada
saat setting material benda kerja dengan tool picture dengan meja mesinnya. Ya mereka itu kan
kadang2 terjepit, kemudian dari segi ergonominya juga seperti pada saat setting keatas harus naik ke
mesinnya seperti termasuk cincinati itu mereka disana kemudian terpleset pun ada karena memang
bukan kotor, memang seperti itu keadaannya. Licin oleh coollant atau oli. Kalau di coolent itu kan
ada basednya oli. Kemudian terbentur juga karena naik turun nya kerja yang mempengaruhi
ergonominya. Itu bisa, kemudian dari ergonomi juga berpengaruh, yang dari percikan chips ataupun
dari percikan coollant nya sendiri. Mungkin pada saat di mesin konvensional itu tuh yang di

itu kalau apakah termasuk


penyakit akibat kerja pak dan
sudah pernah ada medical check
up yang dilakukan pak?
Lalu pak bagaimana proses
dalam melakukan identifikasi
bahaya pak khususna di
Departemen Machining pak?

lalu pak langkah selanjutnya,


bagaimana cara menilai
bahayanya dari identifikasi
tersebut?

cincinati, nah itu kan ada proses pendinginan atau coolling antara pemotong dengan benda
kerjanya. Nah disitu kan terjadilah akumulasi kabut fium dari putaran mesin, kemudian memutarkan
coollant nya sendiri. Nah itu kan akhirnya terbang kemana, nah akhirnya kecium oleh karyawan
yang ada disitu.
iyaa iyaa, itu kan karena bisa menimbulkan paru-paru basah yah. Nah kalau di check itu belum,
tapi kalau check apa tuh namanya yang ditiup teh, tapi hanya di beberapa bagian yang cenderung
potensi dari vium atau apa namanya tuh, itu pernah. Apa namanya , ahh test paru-paru. Itu pernah
dilakukan di seluruh PT. Di yang memiliki potensi bahaya tinggi dengan aspek kimia yaitu termasuk
mungkin disitu.
kalau di machining itu kalau di kita kan identifikasi lapangan, kemudian kita lengkapkan isian
blangko kosong dari kita mengenai identifikasi, jadi dari disitu dijelaskan nomor satu, dari proses
mesin, atau alatnya itu apa, karena kita berbicara identifikasi tuh bukan perproses atau bukan per
bagian, karena kalau sewaktu-waktu ada bagian tertentu berubah organisasi nanti berubah lagi,
jadi kita tuh diisini per mesin, per spesial proses dan per alat.
Yaa itu, kita identifikasinya itu kesatu mengenal mesinnya seperti apa,kedua kita kita konversikan
semacam angket, hhmm bukanyaa ngket yah, yah semacam isian identitas lah kepada supervisor
masing2 dilapangan, diseluruh PT. DI. Jadi waktu itu bukan DP yah, waktu itu kan masih
aerostructure, nah misalkan di daerah aerostructure sekarang programnya ini kita kasihkan
misalkan di daerah machining, ini tolong diisi potensi bahayanya apa aja. Nah sambil kita berikan
data based di machining itu misalkan yang ini nih untuk potensi bahayanya yang muncul apa, kalau
ada kekurangan dan kelebihannya tolong dikoreksi.nah kita nunggu dari mereka, nah seandainya
kita nunggu tapi mereka karena kesibukan atau apalah, kemudian mereka engga mengirim. Yaa apa
boleh buat, kita sendiri yang membuat identifikasi bahaya.
ya kita dari identifikasi potensi bahaya nantikan itu dari satu mesin ada proses. Dalam satu mesin
misalkan di mesin cincinati misalkan, ya kita kelompokkan hanya di milling machine. Di milling
machine itu yang satu itu handling duu, dalam arti itu kalau identifikasi sebelumnya handling itu
dipisah. Itu handling anggap buang sajalah.. nah satu itu hhhhmmmmmm,, apa namanya.. loading
unloading kalau ga salah.loading itu dalam arti disitu persiapan lah. Itu identifikasinya dulu ya
persiapan lah, nah itu dari situ persiapan potensi bahayanya apa. Ya persiapaan dalam arti misalkan

ini material, belum ada, belum ada handlingnya. Kemudian beri apa beri apa..kemudian yang
pertama itu setting tool picture pada meja kerja. nah tool picture yang dibutuhkan beda-beda kan.
Nah dari situ kan potensi bahaya ada yang terpentur, terjatuh terpeslest kan.. tapi kalau ada pekerja
yang kasih masukan ini pak ada potensi bahaya disini pak disini, ya kita msukan,, kita
pertimbangkan betul gak ada kejadian, kalau ada kita masukan ada bahayanya. Kemudian setelah
setting itu barulah ada proses mesinnya,nah pada saat proses itulah seperti mesin konvensional
seperti percikan coollantnya, percikan chips nya, panas, kemudian pada saat rapping ada kebisingan
ya kebisingan tinggi. Kalau di profilling itu gak besar, nah kalau yang di mesin cincinati yang besar..

nah kebetulan saya sudah


nah kalau profilling itu kan istilahnya,oohh kalau pak renaldi itu di large prismatic machine
ketempat profilling dan itu
bukannya. Naahh kalau memang bgtu yang mesinnya ada DGAL , DGMP itu kita masukkan dalam
mesinnya cincinati pak. Kebetulan pengelompkkan mesin milling konvensional. Nah itu petugasnya pada saat pengerjaan tadi itu kan,
saya sudah ketemu dengan pak
kemudian kalau misalkan disitu ada penerangan kurang, nah kalau di situ kan ada limbahnya.
re***** pak sebagai
Kemudian setelah selesai itu kan kebisingan itu muncul pada saat proses rapping nya muncul
supervisornya..
kebisingan, pada saat pemakaian pertama. Nah kalau yang proses akhir mah engga karena kan
prosesnya beda yah.. nah pada saat rapping itu kan proses pemakanan pertama, jadi memerlukan
tenaga besar kan nah selanjutnya ganti cutter kan , tambah lagi kecepatannya. Nah setelah itu masuk
lagi ke proses coolling tadi. Nah selanjutnya itu pembongkaran setelah kerja itu potensi bahayanya
sama dengan loading. Kemudian pada saat pembongkaran benda kerja itu potensinya sama.
ohh begitu ya pak, lalu siapa pak oo kalau di direktorat produksi itu.. kalauu,, sebenarnya apa yang kita buat kemaren, untuk
yang mengatur kebijakan dalam
manajemen risiko untuk mengenai itu kita buatkan berdasarkan identifikasi aspek K3LH yang telah
manajemen risiko?
kita buat, dengan kita bikinkan RMS nya, tinggal kta buat risk assessmentnya.
pak, lalu kedudukan divisi DPM aaahh, iya kalau DPM itu bagian dari direktorat produksi, kan dibawahnya DP itu ada Divisi2 apa
itu bagian dari direktorat
saja dibawahnya itu.. DPM itu membawahi machining, departemen machining, meal forming,
produksi kan pak?
surface treathment, aaaa aaaa... nah itu setelah kita buatkan risk assessment, setelah kita buatkan
risk assessment kemudian kita itu disini di evaluasi bersama. Kami sebagai pembuatnya misalkan
sebagai penyusun, kemudian menajar kita juga di semprong istilahnya itu pake auto fokus, kemudian
ada temen-temen para supervisor misalkan gitu taah, mereka saling mengoreksi kira-kira ini ada
kelebihan ada kekurangan, kita kira2 bisa gak temen2 itu mempersentasikan. Kalau menurut ini nih

lalu pak pengendalian yang


sudah dilakukan berdasarkan
pendekatan engineering control,
lalu administrasi control, serta
APD seperti apa pak di DPM dan
di direktorat produksi?

Kalau dengan penerapan atau

begini gini tapi ah sebenarnya aya seperti ini ini. Sebenarnya kan risk assessment kan lebih pada
kekerapan kejadian, nah kekerapan kejadian disitu kan kaya apa..
aaaa kalau dari produksi atau dari manaa, oo kalau dari K3LH pusat dari engineering control
biasanya begini, kan itu mesin kan sudah ada apa namanya tuh sudah di setting semua disitu, nah
seandainya sewaktu waktu terjadi masalah, dan kemudian bukan melibatkan kita yah, itu mah
kewajiban kita yaah untuk mengendalikan dan mengukur lingkungan kerjanya seperti apa, dan
kemudian kalau ada yang berbahaya seperti apa misalkan kebisingannya tinggi, dan kemudian
engineering control kita itu merubah kira2 seperti apa nih, satu contoh kita dulu ada kebisingan di
pompa apaa namanya yah itu namanya di pompa surface treathment, itu terjadi suatu kebisingan
pada pompa saat menekan dan mengempes, itu kebisingannya sampai merambat jauh ke gedung
ditek, kemudian mereka itu komplain kekita. Kita ukur, kemudian kita ukur sampai sejauh mana nih
kebisingannya , lalu kebisingan disana itu sampai 50 kebisingan sampai 50 itu memang kita kalau
untuk standar misalkan standar perkantoran teh harusnya 40 lah tapi kalau misalkan ada mesin pick
manual kan itu bisa 60 dB. Tapi mereka tetep komplain karena merasa konsentrasi keganggu, dari
pengendalian teknisnya kan itu kan ke pak Do**. Itu exhausnya itu dibuat sedemikian rupa,
kemudian exhaustnya itu dimasukan kedalam air... akhirnya kebisingannya itu kan bisa direndem,
jadi sekarang itu kan bisa sekalipun spontan mesin itu berjalan, karena kan otomatis gak bising lagi.
Dikasih air di exhausntnya jadi suara itu gak langsung keluar merambat melalui keudara tapi
terendam dulu sama air. Kemudian, exhaust yang di shot pining juga itu dulu bermasalah karena
pada saat terjadi proses shot pining di blower itu kelur debu, masuk keruangan kerja. selain tidak
membuat kenyamanan terhadap karyawan, juga bisa mengotori komponen-komponen yang sudah
jadi. Kemudian itu dari aspek teknis nya, seperti apa dibuatkan cerobong sedemikian rupa, sehingga
terbuang secara bebas, itu teknisnya... kalau pengendalian administrasinya itukita kadang-kadang
kan satu itu mengadakan training, apakah tingkat manajer, apakah level supervisor, apakah
karyawan. Kemudian dari training itu dicoba di kasikan oleh suatu percobaan apa namanya tuh,
perbandingan, studi kasus lapangan, nah seperti ini mkisalkan dikasihnya seperti apa.. risk
assessmentnya apa, pak Bam**** seperti apa. Kemudian kita tuh seperti menguji karyawan ware ke
tempat lingkungannya..
aaaa iyaa iyaa itu termasuk, barusan tu juga saya mau sampaikan, itu juga termasuk itu warning

dengan rekomendasi safety sign


tanda keselamatannya itu kan
termasuk dengan pengendalian
administrasi..
lalu pengendalian APD nya
seperti apa pak?

sign, nah warning sign itu kan ada yang berupa poster, ada yang berupa warning sign, dalam
warning sign itu kan dalam bentuk misalkan seperti harus pakai APD ini ini ini, kalau poster kan
harus tertera ini ini ini. Kalau bila kan bekerja selamat keluarga menanti dirumah, nahh itu kan
salah satu bentuknya.
yaa kalau pengendalian APD itu kita dilihat dulu potensi bahayanya seperti apa, bahaya yang ada
di bengkel atau di tempat kerja yang bersangkutan, karena kan tidak semua tempat kerja harus
dikasih ear muff, tidak semua tempat pekerja harus dikasih sarung tangan karet ya kan.. nah
patokannya kita itu ke risk assessment, dari risk asssessment kan muncul bahayanya itu apa, nah
memang mengendalikan supaya yang tadinya major menjadi minor itu harus seperti apa. Kalau kita
inikan itu potensi bahayanya secara risk assessment itu ini major nih masuknya major atau mungkin
dari karakteristiknya termasuk bahayanya tinggi atau nanti apa tuh, ya kan nanti disitu
pengendaliannya itu bisa tadi dari engineering, administrasi itu diadakan training, kemudian dari
dikasih dokumen pentingnya itu. Untuk lingkungan kerja ini seperti apa, kemudian dari potensi
bahaya yang muncul, kita aplikasikan APD yang kita kasih, ini apa aja yang ada. Dipetunjuk itu kan
juga dijelaskan misalkan petunjuk yang di Maching itu kan di machining kan dikasih sarung tangan.
Itu kan di petunjuk dijelaskan, khusus digunakan sarung tangan pada saat men setting, dilarang
menggunakan sarung tangan pada saat berhadapan dengan benda yang berputar. Kecuali dengan
yang berpress silahkan kalau yang sepeerti itu mah silahkan, takut terlilit, seperti itu. Kalau APD itu
tuh kita sesuaikan dari risk assessment tadi.

Lampiran
Transkip Wawancara Studi Pendahuluan
Lembar Transkip Wawancara Informan Pendukung
Analisa Kesesuaian Keberadaan Safety Sign
Di PT. Dirgantara Indonesia

Kode Informan

: 001

Inisial

: TN

Tanggal Wawancara : 14 Mei 2014

Topik
Pembahasan

Tingkat
kecelakaan

Peneliti
(menjelaskan maksud dan tujuan penelitian
penelitian serta memilih Departemen
Machining karena dari hasil wawancara dan
dokumen kecelakaan kerja, nilai SIR dan
FIR)
Ok langsung saja pak, di Machining
sendiri tuh terdapat berapa bagian pak
dalam proses tahapannya? //
iya, seperti di Departemen Metal Forming

Manajer Departemen Machining Divisi Detail Part Manufacturing Direktorat


Produksi

Organisasinya yah maksudnya?//


Enggak, bedakan proses produksi dengan organisasi, karena bagian itu organisasi.
Kalau organisasi saya bilang Machining itu punya 7 Supervisor (sambil mengambil
kertas, dan memberikan kepada peneliti struktur organisasi di Machining)

yang memiliki profile press forming, sheet


metal forming, nah kalau di Machining ini
sendiri seperti apa pak berdasarkan proses
produksinya?

Ok pak, untuk pertanyaan selanjutnya,


bagaimana tingkat kecelakaan Incident
atau kejadian di Departemen Machining ?

Ok kalau tingkat kecelakaan di


departemen Machining sendiri itu seperti
apa pak?
Pemilihan lokasi
Nah, kalau diantara 7 bidang yang ada
penelitian di
disini itu pada bidang apa pak tingkat
bidang yang ada di kecelakaan tertinggi?

Nih, Kalau organisasi ya punya supervisor Tapi, Supervisor bukan menunjukkan


tahapan operasi, mungkin kalau di tempat lain bisa iya, tapi kalau di Machining itu dia
lebih banyak ke grup tekhnologi, jadi grup tekhnologi, kaya misalnya ini grup dua
misalnya yah, tekhnologi yang profiler aja, tekhnologi yang bermain. Jadi, ada 7
bidang, bisa jadi pro mekanisme kerja setiap bidang itu sama. Cuma, digarapannya
teknlogi berbeda gitu.. Tapi kalau tahapan kerja beda kalau di Machining itu tahapan
kerjanya itu, dari sini bisa jadi masuk kesini bisa jadi masuk kesini (sambil menunjuk
strutur organisasi bidang yang tadi diberikan). Karena tergantung teknologinya tadi.
Satu contoh, ada suatu kelompok part, dia harus masuk di bidang ini dulu misalnya,
setelah itu dia masuk kesini, ada bagian dia harus masuk kesini. Dari sini dia bisa jadi
masuk lagi kesini, bisa jadi dari sini kesini, jadi organisasinya tidak by proses.
Organisasinya berdasarkan gru teknologi, jadi grup teknologi patok besar itu satu
bidang sendiri, grup teknologi 5 eksis part satu bidang sendiri. Perencanaan produksi
ada disini, gitu.. (menunjuk bidang Machining Production Planning)
Kita tuh punya target yah, satu per sejuta yah. Jadi istilahnya satu kali accident per
sejuta man hours. Itu targetnya nol, tapi ee artinya targetnya itu nol. Tetapi kalau kita
satu per sejuta masih masuk artinya masih di bawah ambang batas minimum, tapi
tergetnya kan nol itu. Tapi safety itu harus nol, gak boleh targetnya satu dua tiga, gak
boleh. Target safety harus nol.tapi kita kejadian di 2013 itu kejadiannya adalah satu
kali. Tapi anda bisa hitung man hours di Machining, man hours di machining 300 orang
x 8 jam x 1 tahun lebih dari satu juta itu. Jadi artinya masih diambang batas gitu kan.
Bentuknya atau frekuensinya? Kalau frekuensinya saya bilang, keparahannya itu
sampai cacat yah, yang paling parah kita cacat aja, ada yang patah, tangannya putus,
itu yang paling parah. Jarinya putus, karena kejepit benda kerja, ya itu kecelakaannya.
Tapi frekuensinya ya itu tadi satu tahun ya paling satu kali. 2012 nol, 2013 terjadi satu
kali. 2014 terjadi 1 kali. Padahal kita baru 5 bulan yah.
Yang terjadi disini nih, disini sama disini (sambil menunjuk struktur bidang Profiling
Prismatic Machine dan bidang Lathe & Milling Machine) Itu yang memiliki tingkat
risiko tertinggi, karena ini plat2 besar kemudian disini part2 nya agak rumit dan

Departemen
Machining
Terus jumlah mesin yang ada disini ada
berapa banyak pak?
Kalau tahapan produksi di bagian
profiling prismatic machine secara garis
besarnya itu seperti apa pak?

Manajemen risiko

lalu pak bahaya apa saja sih pak yang


terdapat di bidang yang memiliki
kecelakaan tertinggi (sambil menunjuk
bidang profiling machine)
ok pak lalu bagaimana pak catatan P3K
yang ada di machining ini?

alat2nya konvensional, kalau ditempat lain alat2nya udah canggih. Disini tingkat
risikonya gede. Anda kepeleset aja bisa keseleo. Anda salah angkat beda kerja kan
tajam anda tidak pakai sarung tangan nanti tangan anda tergores. Kalau part kecil
Cuma menekan yah, tapi kalau besar kan bisa kejepit itu.
saya perbagiannya jumlahnya enggak hapal, tapi kalau di totalkan ada 165 mesin,
kalau ditotalkan keseluruhan
Ya tahapannya adalah ini kan dia hanya memotong aja, dia memasang kemudian
memotong ya disetiap mesin itu. Istilahnya kita ada 3 kelompok yah itu ada pre operasi,
main operasi, post operasi. Nah, pre operasi itu di siapkan benda itu supaya bisa
dipotong, bagaimana dia mengklaimnya, dia harus disiapin, dia harus disiapin di
fishing dulu, kemudian dibikin lubang dulu. Kemudian main operasi dn i ngebentuk
sesuai dengan desain yang diminta. Nah, post operasi dia ada menghaluskan
menghilangkan yang tajam, membuat lubang yang presisi, yaitu di post operasi. Nah
tahapannya sampai kesitu. Cuman di pre operasi main operasi post operasi tidak
berurutan disetiap bidang. Pre operasi paling banyak bidang disini (menunjuk bidang
Lathe & Milling) Nah main operasi ada disini semuanya (menunjuk 5 bidang diantara
7 bidang) Nah post operasi ada disini (Bidang Fitter drill & dorring machine) Nah
disini juga terdapat main operasi gitu, karena kita organisasnya bukan berdasarkan
proses. Berdasarkan teknologi.
Yang banyak itu yah, yang pertama kejepit, kepleset, tersayat itu yang paling banyak.
Yang paling banyak itu tersayat, terpeleset, terjepit.
Nih gini, P3K di bengkel itu banyak, satu lokasi ini lebih jumlahnya ada dua. Dan itu
ada orangnya yang di pernah di training P3K. Cuman permaslaahannya program P3K
ini dari pusatnya kurang lancar, banyak orang yang sudah keluar belum ada
penggantinya belum di training lagi. Terus kalau kotak P3K nya sudah disiapin dari
setiap tempatnya itu ada beberapa lebih dari 25 diseluruhnya ini, cuman konsistensi
pengisian didalamnya itu yang tidak lancar. Kan seharusnya betadine kosong terus

Lalu pak, bagaimana pelaksanaan


manajemen risiko seperti identifikasi
bahaya, penilaian risiko serta
pengendaliannya di departemen machining
dan di bidang yang memiliki risiko tinggi
pak seperti prismatic ini?

Lalu pak bagaimana si pak tindakan


pengendalian di machining dan di tempat
yang memiliki risiko tinggi dan tingkat
kecelakaan yang tinggi ?

ganti, kan gitu. Ini enggak konsisten, begitu kita minta stoknya kosong habis hiehiehie
kan gitu.. jadi itu aja konsistennya aja yang belum baik, kontinyuitasnya.
aa untuk risiko ini sebenarnya udah didefinisikan tadi yah disetiap tempat itu ada
risikonya, nah risikonya itu kita buat APD apa yang cocok disini yang dikelompokkan
tadi, grup2 ini adalah yang paling banyak adalah satu kepleset, sama terjepit, makanya
aturan dimesin itu anda boleh tidak kerja, kalau sepatu anda rusak itu karena disitu
mutlak. Nah itu boleh enggak kerja kalau sepatu anda rusak. Anda boleh tidak bekerja
kalau sarung tangan habis. Itu saya intruksikan itu memang. Karena saya gak mau
denger, mereka celaka karena sepatunya rusak gitu loh.. Jadi sudah saya antisipasi
duu, saya gak mau denger dia celaka gara2 sepatunya rusak. Makanya saya bilang,
kamu ga boleh kerja kalau kamu gak punya sepatu, jadi gak ada alasan, kamu gak boleh
kerja kalau kamu gak pakai sarung tangan. Jadi saya gak mau denger, oh syaa kejepit
karena saya gak dikasih sarung tangan. Kan saya udah instruksikan kamu gak boleh
bekerja, kan gitu.. nah terus disini itu ada risikonya terjepit sama terciprat logam. Nah
kalau disana itu di mesin, kalau kamu mau bekerja, kamu harus pakai kaca mata, kan
gitu.. kamu boleh berenti bekerja kalau kacamata kamu gak ada, kan gitu.. nah cuman
kan kadang-kadang dilemanya kan begitu ketika kaca matanya rusak begitu kita minta
ganti kan belum siap, kan begitu..harusnya dari K3LH membuat stok kan, karena saya
tidak boleh yang membuat stok. Yang membuat stok di K3LH seharusnya ketika habis,
rusak dituker kan gitu.. Tapi tetep say aakan meiliah berhenti.
Ya itu tadi, yang pertama yah didalam standar operasi SOP operator itu sebelum jadi
operator juga di training, itu sudah cukup dijelaskan kalau kamu bekerja apa saja yang
harus kamu siapin. Terus yang kedua adalah tadi, saya membuat grup2 K3LH. Itu grup2
K3LH fungsinya bukan cuma hanya melaporkan tetapi juga harus mengawasi temennya.
Nah, mengawasi temennya dari aspke K3LH itu. Cuman memang kendalanya adalah, ini
bukan cuma di PT.DI aja yah tapi diseluruh Indonesia juga. Disiplin itu emang paling
masalah, contohnya aja yah, tidak boleh merokok di bengkel. Orang itu kalau liyat saya
turun terus di merokok terus diumpetin sampe ada yang kebakar tangannya. Tapi gak
sadar, dia harusnya gak merokok itu kan bahaya. Disitu ada oli dan sebagainya yah,

Lalu penerapan pengendalian dengan


pendekatan engineering control / secara
teknis terhadap bahaya seperti apa saja pak
yang dilakukan?
Kalau dengan pendekatan administrasi
controlnya misalnya pelatihan, briefing
sebelum kerja, lalu alarm kebakaran, lalu
safety sign gimana pak?

nah kesadarannya itu yang susah sehingga dia merokok setanem gitu. Tapi kan akhirnya
ketahuan, karena dia buang puntung sembarangan, padahal ada tempat puntungnya kan
gitu.. Ditegur saat itu nurut, tapi besok lusa ngelakuin kaya gitu lagi gitu. Itu yang
memang agak beratnya disiplin seperti itu.
Kalau engineering saya, saya gak ada. Gak nerapin seperti itu

aahh kalau itu, mengenai kelengkapan safety itu, machining itu punya persyaratan yah
nah persyaratannya itu, dikasihkan ke K3LH nanti K3LH yang nyiapin, dia yang
membuat program training, dia yang membuat kelengkapan bengkel, dan apa yang
dimintakan. Seperti tadi yang dibilang saya sebagai eksekutor hanya mengontrol apakah
perlengkapan di machining sudah terpenuhi atau belum, kalau belum balik lapor kamu
belum dilengkapi. Nah terus yang kedua saya mengontrol operator itu sudah
menjalankan atau belum, nah program2 yang belum dinyatakan apa yang sudah apa
yang belum itu yang sebatas saya membuat laporan dan wewenang saya membuat
usulan. Usulan itu yang dituangkan, satu bisa lewat P2K3 yang ada pertemuan tiap
bulan atau bisa lewat jalur yang manajerial, yang seperti setiap hari itu jam 8 jam 2. Itu
pertemuan SQCDP namanya. Pertemuan LIN manufacturing. Jadi ada pertemuan LIN
ada pertemuan LIN di direktorat produksi itu, dan pertemuan itu seragam diseluruh
direktorat produksi. Nah, pertemuan itu ada level 1,2,3,4,5. Level 1 itu pertemuan
diantara operator, tapi itu biasanya engga sistematis, jadi itu biasanya melaporkan tiap
paginya itu ada masalah apa. Jam 8 itu di level supervisor2. Nah di level supervisor
disampaikan ada masalah apa, nah itu yang masalahnya itu harus SQCDP. Nah itu
masalah safety, quality, delivery, maslah cost. Nah itu harus dilaporkan. Safety itu
K3LH maksudnya. Nah jam 8.30 itu di level manajer, jadi setiap masalah naik keatas
terus dalam hari ini. Jam 2 di level kepala divisi. Nah dalam seminggu sekali dilevel
direktur. Jadi ada yang salah jika disuatu masalah tidak sampai ke direktur.

Lampiran
Transkip Wawancara Studi Pendahuluan
Lembar Transkip Wawancara Informan Pendukung
Analisa Kesesuaian Keberadaan Safety Sign
Di PT. Dirgantara Indonesia

Kode Informan

: 002

Inisial

: RI

Tanggal Wawancara : 14 Mei 2014

Topik
Pembahasan

Tingkat
kecelakaan

Peneliti

Informan
(Supervisor Departemen Machining Divisi Detail Part Manufacturing
Direktorat Produksi)

(menjelaskan maksud dan tujuan


penelitian serta memilih Departemen
Machining karena dari hasil
wawancara dan dokumen
kecelakaan kerja, nilai SIR dan FIR)
Terdapat berapa bagian pak di
Oh itu mungkin yang kedepan, organisasi kedepan rencananya mau 7, tapi
Departemen Machining ini?
sebelumnya itu ada 4, itu sebenernya belum resmi yang 7 ini. Ini sebenernya
Kebetulan saya sudah dapat dari
sistemnya masih 4, yang itu saya bilang tadi, 4 yang profilling, medium, small,

Pak didin itu menurut beliau ada 7


bidang ya pak?
oh gtu pak, ok kalau gitu
bagaimana sih pak tingkat insident
atau kejadian yang ada di
Departemen Machining?

tapi kalau tingkat keparahan yang


ada yang pernah terejadi itu seperti
apa pak?

Pemilihan
lokasi
penelitian di
bidang yang
ada di
Departemen
Machining

lalu pak terdapat di bidang apa


pak kecelakaan yang paling sering
di Departemen Machining ini pak?
jadi tidak ada datanya ya pak, ok
kalau gitu bagaimana tahapan
proses produksi yang bapa pegang
itu pak di bidang profilling?

sama late. Nah itu pengembangannya tapi yang sampai level 3 tingkat supervisor
ini sebenernya belum.
kalau kejadian sebenernya tingkat record dengan aturan kita sebenernya wajib
lapor, tapi itu dikoleksinya di departemen itu enggak mengoleksi sebenarnya.
Walaupun setiap bidang itu pengawasan secara safety secara kualiti hasil
produk secara perfomance manusianya itu tanggung jawab supervisor, kan gitu..
nah kalau untuk recordnya itu mungkin bisa dilihat di bidangnya di K3LH. Nah
kalau dari kita sendiri itu sebenarnya data kecelakaannya itu tidak ke record
boleh dikatakan. Karena kalaupun ada kejadian itupun recordnya langsung ke
K3LH. Nah itu kalau kecelakaan yang ada itu tingkat berat ringan, kalau boleh
dikatakan itu tidak ada.
kalau tingkat keparahan yang terjadi, itu seperti terjepit, karena materialnya
besar-besar. Nah waktu dia download raw material tadi, karena mungkin dia
bekerja lebih dari orang satu, ya mungkin itu irama mungkin kesepakatan dia
kapan mau turun kapan mau melepas rem itu tidk seirama ya mungkin dia belum
siap ya mungkin dia terjepit itu biasanya, jari.
nah itu dia karena saya tidak megang data, mungkin itu datanya bisa di kolek
di departemen K3LH itu. Kalau produksi itu kalau gak salah pak sudarman
kalau gaksalah kalau dulu. Sekarang mungkin pak apa, pak junaedi. Nah kita
kan di produksi nah itu setiap tingkat korporet K3LH nya juga ada, itu pak
suparman itu kalau gak salah.
itu kita intinya membuat bahan baku, barang yang awalnya dari raw material
padat gitu yah, nah itu di proses menjadi detail part sesuai yang diinginkan. Nah
lalu prosesnya itu kalau dilihat tahapan2 itu kita mungkin satu prepare dari raw
material kan, dari proses tadi kan bagaimana dia mengangkat yaitu crane yaitu
di sana juga ada airbot yaitu sling yaitu diangkat. Nah pada suatu dia ingin
memindahkan dari suatu tempat ke material tadi dari meja mesin, nah tahapan
selanjutnya itu mendownload benda kerja hasilnya kan, hasil tahapan itu dia
disimpan itu ada tahapan itu aman dia memasang bendanya tadi di mesin entah

lalu pak mesin yang ada di


profilling ini ada berapa pak?

Manajemen
risiko

lalu pak bahaya apa saja sih pak


yang terdapat di bisang profilling
ini?
nah itu sudah pernah terjadi pak
kejadian seperi itu?

ok pak selanjutnya, bagaimana


catatan P3K di profilling ini pak?

dia pakai apa dia pakai baut misalnya entah pakai alat misalnya neumatik gan
pokonya dia mulai mengoperasikan mesin, nah di operasi mesin tadi dia proses
situ itu ada programing dia menggunakan program, terus dia menggunakan
cutting tool sama mesin. Jadi operator tadi mengendalikan mesin dari program
sama cutting tool, memotong material kasar tadi menjadi material jadi. Nah
disana risikonya ada, istilahnya chips atau pemotongan, terbang gitu kan, itu
risikonya. Aahh risiko kedua itu muncrad itu dari pendingin tadi, nah risiko
ketiga itu cutting tool tadi. Kalau cutter itu patah mungkin dia bisa jadi mental
gtu.
ada 10, itu dibagi menjadi 2 jenis. Jenis pertama dia punya 5 multi purpose itu
kita sebut bagian. Nah yang kedua khusus alumunium, itu dia hanya bisa
memotong yang dari alumunium. Tapi yang multi purpose dia juga bisa
memotong hard metal, bisa juga memotong alumunium
ya itu tadi risiko yang saya bilang tadi kan, ya pada saat memindahkan
mengangkat raw material, yang kedua terus pada saat dia mengoperasikan saat
produksi risiko itu chips terbang, nah risiko coollant, nah terus risiko pada saat
bekerja. Operator tadi bekerja di atas meja mesin. Pada saat dia download
unload, aahh clean up itu dia naik keatas meja mesin, ahh itu risiko terpeleset.
yaaaa aahh belum sih, tapi risikonya itu.nah itu makanya kita pakai safety
shoes yang oil resistennya bagus.nah safety shoes pas menginjak gramnya itu
tajam kalau keinjak. Nah itu ada di meja mesin. Makanya kita melakukan
penelitian yang besar di mesin profilling ini, safety shoes paling lama umurnya 2
bulan. Butuh biaya hahaha..
P3K itu kita ada lokasi, ada posisi2nya. Jadi disusun daerah misalnya barat
utara, itu mewakili dengan yang terdekat dengan pekerja. Yaa itu kita udah
siapin aja denahnya. Di setiap machining juga ada sebenarnya. Nahh, P2K3 itu
kadang2 kelemahannya kalau kita pengadaannya itu udah disesuaikan dengan
kebutuhannya hanya saja itu kontinyuitas kontrol barangnya tidak tersedia. Itu
tuh kita di support sama departemen yang lain. Nah itu departemen yang lain

kita punya kap itu tadi kalau menurut saya resposibelnya kalau kata saya itu kita
hanya melaporkan. Kotak P3K tadi kosong kadang2 stoknya enggak punya
disana. Karena saking seringnya digunakan,mereka misalnya tergores kan gitu,
ya betadine misalnya terus handiplas.
itu kejadian seperti itu sering
yaa iya sering, ya biasalah gores2..ah kalau operator udah gak aneh, kalau
terjadi pak?
bahasa sundanya kan disini jauh keneh tinah peujit hahaha.
lalu pak kalau pelaksanaan
Ya pengendalian itu kan kita bisa secara teori, misalnya teori dalam K3LH itu
identifikasi risiko, penilaian risiko
udah ada. Nah identifikasi tadi kita secara visual kebanyakan, jadi bakal bahaya
dan pengendalian risiko yang ada di udah bahaya, misalnya liyat lantai atau liyat apa aliran listrik. Nah itu tuh kita
Departemen Machining seperti apa udah luput sama yang namanya audit tadi. Pada saat audit tadi kita bisa
pak?
memperbaikinya.
lalu pengendalian yang sudah
kita istilahnya dalam arti jangan bosen kita gingetin pekerja, kan gitu..itu
diterapkan seperti apa saja pak?
pengendalian moral namanya, kita ingetin, kan gitu.
Ok pak, saya spesifik lagi
kalau yang engineering control kita plan nya tadi hanya yang dari visualnya
pengendalian dengan pendekatan
aja. Visual, terus nanti ada data audit. Audit misalnya taun lalu nanti ada
engineering control pak.
referensi, nanti kontrolnya kesana.
Ok pak lalu bagaimana dengan
heem, ya sebenarnya itu yang kita lakukan manajemen K3LH itu ada yang
pengendalian dengan pendekatan
namanya P2K3, nah P2K3 lah istilahnya yang menularkan ke bagian2 yang lain.
administrasi pak? Seperti rotasi
Karena saya tadinya di P2K3 cara saya ya itu kalau ada kita menularkan ada
kerja, pelatihan kerja, alarm
program di P2K3 pada saat rapat, kita mau apa, nah itu kita bikin plan. Itu aja
kebakaran, tanda bahaya, dsb.
yang dilaksanakan.
nah plan yang biasa dilaksanakan ya plan nya ya biasanya kita, kalau diruangan saya misalnya di profilling, saya
itu seperti apa pak?
butuh membenahi safety line misalnya kan, itu yah, safety line, safety sign. nah
itu nanti apa aja, nah terus siapa responsiblenya, karena pengadaannya kan
begitu aja.

Lampiran
Transkip Wawancara Studi Pendahuluan
Lembar Transkip Wawancara Informan Pendukung
Analisa Kesesuaian Keberadaan Safety Sign
Di PT. Dirgantara Indonesia

Kode Informan

: 003

Inisial

: ST

Tanggal Wawancara : 19 Mei 2014

Topik
Pembahasan

Tingkat

Peneliti
(menjelaskan maksud dan tujuan penelitian
penelitian serta memilih Departemen
Machining karena dari hasil wawancara dan
dokumen kecelakaan kerja, nilai SIR dan
FIR)
Ok pak, ada berapa tahapan pak di

Informan
(Supervisor Departemen Machining Divisi Detail Part Manufacturing Direktorat
Produksi)

Kalau Departemen Machining, kebetulan kan saya hanya menangani LIN , kalau mau

Kecelakaan

Departemen Machining ini?


Mohon maaf sebelumnya Bapa sebagai
Supervisor di bidang apa?
Ok pak kalau begitu, lalu menurut bapa
bagaimana tingkat incident di Bidang 3
Axis Prismatic Machine?
pak bagaimana pak kalau tingkat
kecelakaan di bidang 3 axis prismatic ?
ok pak, lalu menurut bapa tingkat pada
bagian apa pak tingkat kecelakaan
tertinggi di Machining ?
Kalau begitu bagaimana pak tahapan
produksi di 2 axis prismatic ini pak?
kalau jumlah mesin yang ada di 3 Axis
prismatic ada berpaa pak?
lalu pak, menurut bapak bahaya apa saja
pak yang terdapat di bidang 3 axis
prismatic ini?
terus kejadian seperti itu sudah pernah
terjadi pak?
lalu pak, bagaimana pak catatan P3K di 3
axis prismatic ini?
kalau penggunaan P3K sendiri itu gimana

tanya tentang Machining harusnya ke Pak Didin. Harusnya Pak Didin karena dia
Departemennya. Kalau untuk menanyakan bagian saya bisa menjawab, tapi bukan ini
saya gitu..
oo kalau sekarang itu ada 4 bidang, tapi kalau ada yang baru hhmmm berarti saya ada
di Bidang 3 Axis Prismatic Machine
kalau apa nih? Kalau tingkat keseringan itu karena memang tidak ada alat safety nya.
Yaitu karena alat safety nya belum dipenuhi. Jadi mungkin dulu ada, tapi tiba2 kalau
diminta stok nya gak ada. Ya seperti sarung tangan, ya seperti APD, kebanyakan APD.
Itu jarang yah, jarang terjadilah.
di 3 Axis itu nama mesinnya HAAS. Kalau tingkat kecelakaan paling sering ya Milling
yah. Karena kan manual yah. Ya itu di milling
ada 2 tahap, yang pertama ada pre operation, pre operation itu mengerjakan lubang,
lubang untuk dikerjakan di mesin main operasi. Nah main operasi itu 3 axis tadi.
Setelah dari tool itu dikerjakan lalu ke HAAS ini. Setelah dikerjakan di HAAS baru
dikerjakan di fitter finishing.
ada 14 mesin
Kalau bahaya itu banyak, potensi bahaya itu banyak. Ya seperti tergelincir, ya artinya
licin ya tergelincir, tersayat, terpotong, terus satu lagi adalah terjepit.
yaa kebetulan kalau disini, potensi yang selain tersayat belum ada. Kalau yang
ditempat lain itu mungkin ada. Kalau terjepit itu misalnya, dibagian Cincinati itu di
Profilling, itu pernah terjadi tapi tahun2 belakangan kesana. Saya kurang tahu tahun
berpanya.
kalau P3K keliatannya kurang memang, kurang supportnya lah, kadang2 terlambat
stok nya gak ada, kadang kosong
kalau penggunaannya sendiri ya sering. Kalau artinya sering itu kan karena kalau

pak?
Manajemen Risiko Lalu pak, bagaimana pelaksanaan
manajemen risiko, seperti identifikasi
bahaya, penilaian risiko, dan pengendalian
risiko yang ada di 3 axis prismatic ini?
Lalu pak sebelum dilakukan
pengendalian itu adanya identifikasi
bahaya ya pak, bagaimana identifikasi
bahaya yang telah dilakukan pak?

tersayat sendiri itu kan gak di catat yah, kalau yang luka2 sedikit itu biasanya gak di
catat. Ya kan itu gak tercatat di LIN lah yah maksudnya. Kalau misalkan ada yang
tersayat dan perlu jahitan itu baru dicatat, dan pernah terjadi tahun 2014.
Kita hanya ada satu , ada gambar ada tanda2 bahaya, potensi2 bahaya itu biasanya di
tempel, lalu kita selalu mengingatkan bahwa kita selalu menggunakan APD

kalau identifikasi bahaya itu udah lama, sudah ada. Kaya sarung tangan kan
sebenarnya itu kan udah difeinisikan. Terus sepatu safety itu uda didefinisikan, harus
pakai pakaian kerja itu didefinisikan. Terus pakai kaca mata atau masker atau tutup
telinga ear plug, itu udah didefinisikan. Cuma pada saat sekarang itu untuk pemenuhan
ini, itu biasanya stoknya kadang2 sudah kurang, gitu.. itu masalahnya stok, kalau
penggunaan sebenarnya kalau orang kasih pasti dipakai,
Lalu pak, pengendalian bahayanya sendiri Kalau pengendalian yang ada itu kan sebenarnya sudah ada. Itu kaya lantai licin itu
yang sudah dilakukan itu dalam bentuk apa dibersihkan, ya artinya ada cleaning service. Itu di pel lantainya. Kalau lantainya kena
pak?
oli itu dibersihkan. Kalaupun misalnya ada himbauan bekerja itu artinya bentuknya
kontrol berarti kan.
ok pak itu kan salah satu bentuk
ada pelatihan itu kaya on the spot gitu yah, kaya misalnya di tempat kerja, dan itu kita
pengendalian administratif ya pak, lalu
kasih tau bahwa itu trainingnya langsung disitu gitu.
selain pemberian tanda apa lagi pak?

Lampiran
Triangulasi Sumber

Triangulasi Data
Variabel

Triangulasi Sumber

Penelitian
Informan Utama

Prosedur
penerapan
safety sign
Berdasarkan potensi bahaya
yang didapat dari proses hasil
identifikasi bahaya, audit,
rekomendasi investigasi jika
terjadi kecelakaan, serta
sampai tahap mendesain dan
mencetak warning sign.

Kondisi
safety sign

Standar
safety sign
yang
diterapkan

Cukup baik, akan tetapi belum


di update, sudah mengelotok,
warnanya luntur, belum sesuai
dengan tempat kerja karena
masih adanya struktural
organisasi yang berubah
sehingga lokasi produksi juga
berubah yang mempengaruhi
safety sign yang sudah ada.
Berdasarkan kebijakan
terdahulu, menggunakan
beberapa referensi sumber
internet serta lebih menganut
ke standar Amerika yaitu
ANSI.

Alasan
menggunaka
n standar
Sebagai pemenuhan
tersebut
requirement customer

Informan
Pendukung

Informan
Kunci

Pelaksanaan dilakukan
oleh tim K3LH
produksi, dan
pengadaan safety sign
dari Departemen
K3LH. Sebelum
penempatan safety sign
disesuaikan dengan
bahaya dan
penggunaan APD yang
bekerja sama dengan
pihak
produksi/bengkel.

Pada hasil identifikasi bahaya,


penilaian risiko, dan kebutuhan
safety sign

Kualitas masih kurang,


karena sudah buram,
letaknya sudah tidak
sesuai, kotor, dan
bahkan banyak yang
tidak ada sign nya.

Pada hasil identifikasi bahaya,


penilaian risiko, dan kebutuhan
safety sign

Ada yang sudah sesuai


dan ada yang belum
sesuai karena masih
adanya perpindahan
lokasi kerja.

Pada hasil identifikasi bahaya,


penilaian risiko, dan kebutuhan
safety sign

Di pandang penting
karena dapat
memberikan pengaruh
kepada pekerja untuk
mengindikasikan
adanya potensi bahaya
dan mandatory yang

Pada hasil identifikasi bahaya,


penilaian risiko, dan kebutuhan
safety sign

ada di tempat kerja.


Petugas
pemasang
safety sign

Pengadaan ada di departemen


K3LH, yang memasang bisa
dari Supervisor yang
meminta ke Departemen
K3LH, tim K3LH produksi
maupun pihak P2K3 sebagai
jembatan antara produksi dan
K3LH.

Kerjasama antara orang


dari machining, K3LH Pada hasil identifikasi bahaya,
penilaian risiko, dan kebutuhan
produksi dan
safety sign
Departemen K3LH.

Lampiran
Triangulasi Metode

Triangulasi Metode
Variabel Penelitian
Wawancara
Mendalam
Prosedur penerapan safety
sign

Informan
Utama dan
Pendukung

Kondisi safety sign

Standar safety sign yang


diterapkan
Alasan menggunakan
standar tersebut
Petugas pemasang safety
sign

Informan
Utama dan
Pendukung
Informan
Utama dan
Pendukung
Informan
Utama dan
Pendukung
Informan
Utama dan
Pendukung

Telaah
Dokumen

Observasi

Standar
Safety Sign

- prosedur
risk
assessme
nt No.
Dokume
n D4 G0
03
- No.
ANSI Z535
Dokume dan BSI
n D4 S2 5499
07
tentang
Standar
Rambu
Keselam
atan
Kerja

Keberadaan
safety sign
pada tabel 5.4

ANSI dan BSI

Berbagai
referensi

ANSI Z535

Anda mungkin juga menyukai