Anda di halaman 1dari 103

PRAKTIK KERJA LAPANGAN I

IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RISIKO, DAN


PENGENDALIAN BAHAYA PELEPASAN PANAS PREHEATER PADA
PROSES PRODUKSI KLINKER
PT. HOLCIM INDONESIA TBK PABRIK CILACAP
01 Agustus 2017 – 31Agustus 2017

Oleh :
HENING TUNGGA DEWANGGI 151511713033

PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA III


PROGRAM STUDI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017

i
LEMBAR PERSETUJUAN PROGRAM STUDI

Laporan Praktik kerja Lapangan I ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
akademis dalam melaksanakan Ujian Tugas Akhir di Program Pendidikan
Diploma III Program Studi Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Fakultas Vokasi Universitas Airlangga

Oleh :

HENING TUNGGA DEWANGGI 151511713033

Surabaya, 30 Januari 2018

Mengetahui, Menyetujui,
Koordinator Program Studi
Hiperkes dan Keselamatan Kerja Dosen Pembimbing PKL

Erwin Dyah Nawawiwetu, dr., M.Kes Tofan Agung Eka Prasetya, S.Kep.,M.KKK
NIP. 196208071989032002 NIP. 1988070220116033101

ii
LEMBAR PERSETUJUAN PERUSAHAAN

Laporan Praktik Kerja Lapangan I ini telah diperiksa oleh pembimbing


perusahaan dan disetujui oleh Pimpinan Perusahaan PT. Holcim Indonesia Tbk
Pabrik Cilacap.

Disusun Oleh :

HENING TUNGGA DEWANGGI 151511713033

Tempat Praktik Kerja Lapangan : PT. HOLCIM INDONESIA TBK PABRIK


CILACAP
Departemen : OHS
Waktu Praktik Kerja Lapangan : 01 Agustus 2017 – 31 Agustus 2017

Disetujui oleh
Pembimbing Perusahaan,

Mohamad Fauzi
NIP. 62200939

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karuniaNya sehingga dapat terselesaikannya Laporan Praktik Kerja Lapangan
dengan judul “Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendalian
Bahaya Pelepasan Panas preheater pada proses produksi klinker di PT.
Holcim Indonesia Tbk Pabrik Cilacap“ sebagai salah satu persyaratan
akademis dalam rangka menyelesaikan pendidikan di Program Pendidikan
Diploma III Program Studi Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Vokasi
Universitas Airlangga.
Laporan Praktik Kerja Lapangan ini dilaksanakan untuk mengenal dan
memahami penerapan Hiperkes dan Keselamatan kerja, melakukan identifikasi
potensi bahaya dan melakukan pemeriksaan dan pengukuran lingkungan kerja.
Dalam pelaksanaan sampai dengan penyusunan laporan praktik kerja
lapangan ini, kami telah mendapatkan bimbingan, bantuan, serta dukungan dari
banyak pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesarnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Widi Hidayat, SE., M.Si.,Ak, selaku Dekan Fakultas Vokasi
Universitas Airlangga.
2. Eni Inayati, drg., M.Kes, selaku Ketua Departemen Kesehatan Fakultas
Vokasi Universitas Airlangga.
3. Erwin Dyah Nawawinetu, dr., M.Kes, selaku Koordinator Program Studi
Pendidikan Diploma III Program Studi Higiene Perusahaan, Kesehatan
dan Keselamatan Kerja Fakultas Vokasi Universitas Airlangga.
4. Tofan Agung Eka Prasetya, S.Kep., M.KKK selaku dosen pembimbing
Praktik Kerja Lapangan I Program Diploma III Program Studi Higiene
Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja Fakultas Vokasi
Universitas Airlangga.
5. Bapak dan Ibu Staf pengajar dan karyawan/karyawati Program Diploma
III Program Studi Higiene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Fakultas Vokasi Universitas Airlangga.
6. Pimpinan, pihak Safety Officer, pihak Occupational Health dan pihak Fire
Rescue PT. Holcim Indonesia Tbk Pabrik Cilacap yang senantiasa
memberikan kesempatan, bimbingan dan bantuan ketika melaksanakan
Praktik Kerja Lapangan.
7. Bapak Sodiq Hindrat Pidekso selaku Manajer Departement Occupational
Health and Safety PT. Holcim Indonesia Tbk Pabrik Cilacap yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk Praktik Kerja Lapangan di
PT. Holcim Indonesia Tbk Pabrik Cilacap.
8. Bapak Wijayatno selaku pembimbing instansi dan lapangan sekaligus
anggota Safety Officer yang telah memberikan informasi dan
membimbing kami selama di PT. Holcim Indonesia Tbk Pabrik Cilacap.
9. Pak Harry Ghautama, Pak Muhammad Fauzi, Pak Risejal Manupil, Pak
Rahmat, Pak Sugiarto, Pak Rahardian AP, Pak Wasta, Pak Suwarno, Pak
Mujiono, Pak Rizki, Pak Yatimin, Pak Dimas Guntur Prasetya, Pak Galih
Adi W, Pak Deny, Pak Ambar, dan anggota departemen H&S lainnya
yang telah memberikan bimbingan dan ilmu di lapangan serta masukan
bagi penulis selama melakukan identifikasi di lapangan.

iv
10. Keluarga tercinta yang selalu memberi kasih sayang, doa, nasehat dan
semangat yang tak terhingga, terima kasih, tiada kata yang dapat penulis
ucapkan selain doa dan kasih sayang.
11. Seluruh rekan-rekan yaitu Deviari Restiningtiyas, Mas Ulul Azmi, Mbak
Bilqis Azzahra, Mbak Dyah Ayu, Mbak Febri, Mbak Sari, Mbak Dian dan
Mbak Cintia terimakasih atas semangat bantuan serta rasa kekeluargaan
yang telah diberikan kepada penulis.
12. Kepada keluarga D-III Hiperkes dan Keselamatan Kerja angkatan 2015.
13. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuannya.

Besar harapan kami agar laporan ini dapat bermanfaat dan menjadi bahan
masukan yang membangun tidak hanya bagi PT. Holcim Indonesia Tbk pabrik
Cilacap, tetapi juga bagi kami sebagai satu pengalaman belajar untuk bekal
penerapan ilmu Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di dunia kerja.
Kami menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari
sempurna,oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan isi laporan ini.

Surabaya, 25 April 2018

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i


HALAMAN JUDUL........................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PROGRAM STUDI .......................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PERUSAHAAN ................................................ iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ix
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN, DAN ISTILAH ......................... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................... 1
1.1.1 Tujuan Praktik Kerja Lapangan ............................... 4
1.1.2 Tujuan Umum .......................................................... 4
1.1.3 Tujuan Khusus ......................................................... 4
1.2 Manfaat Praktik Kerja Lapangan ................................... 4
BAB II METODE KEGIATAN
2.1 Pengarahan oleh Pembimbing Lapangan ............................ 6
2.2 Observasi Dokumen dan Lingkungan .................................. 7
2.3 Diskusi dengan pembibing ................................................... 10
BAB III HASIL KEGIATAN
3.1 Sejarah singkat PT. Holcim Indonesia Tbk ......................... 12
3.2 Visi dan Misi PT. Holcim Indonesia Tbk ............................ 17
3.2.1 Visi ............................................................................. 17
3.2.2 Misi ............................................................................ 17
3.2.3 Nilai – nilai inti .......................................................... 17
3.3 Gambaran Umum Perusahaan PT. Holcim Indonesia Tbk . 18
3.4 Struktur Organisasi K3 di PT. Holcim Indonesia Tbk ....... 23
3.5 Kebijakan K3 di PT. Holcim Indonesia Tbk ...................... 28
3.6 Sistem Manajemen K3 di PT. Holcim Indonesia Tbk ....... 29
3.7 Proses Produksi Semen di PT. Holcim Indonesia Tbk ...... 30
3.8 HIRADC dan Tugas terkait K3 .......................................... 44
3.9 Program K3 di PT. Holcim Indonesia Tbk ........................ 47
3.10 Pengukuran dan Penilaian Lingkungan Kerja .................... 58
3.11 Identifikasi Permasalahan K3 ............................................ 59
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan pengendalian
pelepasan panas preheater pada proses produksi klinker ...... 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .......................................................................... 70
5.2 Saran ..................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 74
LAMPIRAN ....................................................................................................... 76

vi
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

1. Tabel II.1 Lembar catatan dan absensi 8


2. Tabel IV.2 Tingkat Paparan 64
3. Tabel IV.3 Tingkat Kemungkinan 64
4. Tabel IV.4 Tingkat Konsekuensi 64
5 Tabel IV.5 Risk Level 65

vii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman

Gambar III.1 PT. Holcim Indonesia Tbk 18


Gambar III.2 Sruktur Organisasi PT. Holcim Indonesia Tbk 23
Gambar III.3 Sruktur Organisasi K3 PT. Holcim Indonesia Tbk 24
Gambar III.4 Departement Health and Safety 24
Gambar III.5 Diagram Proses Produksi Semen 30
Gambar III.6 Area Crusher di Nusakambangan 39
Gambar III.7 Raw Mill 39
Gambar III.8 Blending Silo 40
Gambar III.9 Rotary Kiln 41
Gambar III.10 Area Finish Mill 42
Gambar III.11 Diagram Persentase potensi bahaya pada proses
produksi klinker 45
Gambar III.12 Safety Talk 54
Gambar III.13 Safety Board di area dekat Alternatif Storage 55
Gambar III.14 Safety patrol yang dilakukan oleh pihak safety 55
Gambar III.15 Memakai APD 56
Gambar III.16 Safety Sign 58
Gambar III.17 Membersihkan gudang milik departemen H&S 58
Gambar IV.18 Poster 69

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Lampiran

1 Lampiran I (HIRADC PT. Holcim Indonesia Tbk)


2 Lampiran II (Undang – Undang K3 di PT. Holcim )
3 Lampiran III (Kebijakan K3 PT. Holcim Indonesia Tbk)
4 Lampiran IV (5 Rules Health and Safety)
5 Lampiran V (CIP Safety Matrix)
6 Lampiran VI (Ijin Kerja Umum)
7 Lampiran VII (Job Planning Tool)
8 Lampiran VIII (Live Saving Talk)

ix
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN, DAN ISTILAH

APD = Alat Pelindung Diri


ALARA = As long as Risk Assessment
APAR = Alat Pemadam Api Ringan
APAB = Alat Pemadam Api Beroda
BC = Belt Conveyor
BKPMA = Badan Koordinasi Penanaman Modal Asing
CIP = Cement Industrial Plant
CSMS = Contractor Safety Manajement System
CCR = Central Control Room
CM = Centi Meter
CO = Carbon Monoksida
DIY = Daerah Istimewa Yogyakarta
Dll = Dan lain - lain
GWP = General Work Permit
GHOTA = Gerakan Holcim Orang Tua Asuh
GM = General Manager
HR = Human Resources
Ha = Hektare (satuan luas)
HIRADC = Hazard Identification Risk Assessment & determining Control
IT = Information Technology
H&S = Health & Safety
JSA = Job Safety Analysis
JSO = Job Safety Observation
JPT = Job Planning Tool
K3 = Kesehatan dan Keselamatan Kerja
KK = Kecelakaan Kerja
LST = Live Saving Talk
LOTO = Lock out Take out
LOTOTO = Lock Out Take Out Try Out
MEN = Menteri
MM = Milimeter
OHIH = Occupational Health & Industrial Hygiene
OHSAS = Occupational Health and Safety Assesment Series
PP = Peraturan Pemerintah
P3K = Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
PMA = Penanaman Modal Asing
PMDN = Penanaman Modal Dalam Negeri
PT = Perseroan Terbatas
RM = Raw Mill
SMK3 = Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
SWP = Save Working Procedure
SK = Surat Keterangan
SOP = Standart Operational Procedure
SII = Standar Industri Indonesia
UU = Undang - undang

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.3 Latar Belakang

Industrialisasi telah tumbuh dan berkembang dengan pesat dalam

kurun waktu yang relatif singkat. Pertumbuhan industri yang pesat tanpa

upaya pengendalian terhadap kemungkinan efek samping yang akan

ditimbulkan, maka menyebabkan munculnya berbagai masalah. Masalah

yang dapat ditimbulkan seperti penyakit akibat kerja, kecelakaan kerja,

dan kematian pada pekerja, serta dapat mengganggu lingkungan

masyarakat sekitar perusahaan (Tarwaka, 2008).

Modernisasi teknologi di negara Indonesia diperlukan untuk

membantu memenuhi kebutuhan hidup manusia, apalagi dengan kondisi

negara Indonesia yang masih menjadi negara berkembang. Namun jika

tanpa pengendalian yang sesuai pada teknologi yang semakin berkembang

pesat setiap tahunnya, hal tersebut juga dapat merugikan manusia itu

sendiri. Saat ini kebutuhan manusia akan perkembangan teknologi tidak

dapat terelakkan, apalagi di dunia industrialisasi yang ditandai dengan

adanya proses mekanisasi dan elektrifikasi. Pada dasarnya kemajuan dari

teknologi dapat memudahkan kehidupan manusia tetapi tidak menutup

kemungkinan bahwa terdapat efek samping yang ditimbulkan dari

penggunaan teknologi tersebut.

Menurut Wardhani dalam Sahab, S (1997), yaitu kemajuan dari

teknologi dapat menjadi ancaman bagi kesehatan dan keselamatan kerja.

Untuk meminimalisir dampak dari teknologi yang digunakan tersebut,

1
2

maka pencegahan perlu dilakukan daripada harus menunggu timbulnya

penyakit akibat kerja atau kecelakaan kerja.

Berdasarkan data dari Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi

serta dari badan statistik, jumlah kasus kecelakaan kerja di Indonesia dari

tahun ke tahun mengalami jumlah kasus kecelakaan kerja yang fluktuatif.

Pada tahun 2011 telah terjadi kasus kecelakaan kerja yaitu sebanyak 9.891

kasus, tahun 2012 sebanyak 21.735 kasus, tahun 2013 sebanyak 35.917

kasus, tahun 2014 yaitu sebanyak 24.910 kasus, pada tahun 2015 terdapat

kasus sebanyak 105.182 kasus dan untuk tahun 2016 terdapat kasus

sebanyak 101.367 kasus kecelakaan kerja. Dari data yang diperoleh angka

kasus kecelakaan kerja yang ada di Indonesia masih tergolong tinggi untuk

setiap tahunnya dan kasus tertinggi terjadi pada tahun 2015 yaitu sebanyak

105.182 kasus kecelakaan kerja yang terjadi di Negara Indonesia (Osha,

2015).

Setiap perusahaan pasti tidak menginginkan kerugian sehingga

salah satu upaya yang dilakukan untuk mencegah bahaya yang ada di

tempat kerja yaitu dengan meningkatkan standar keselamatan dan

kesehatan kerja yaitu dengan penerapan identifikasi bahaya dan penilaian

risiko seperti yang diisyaratkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja

Nomor 5 Tahun 1996 tentang sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja. Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat

kerja merupakan upaya utama dalam mewujudkan lingkungan kerja yang

aman, nyaman dan sehat serta melindungi dan meningkatkan

pemberdayaan pekerja yang sehat, selamat dan berkinerja tinggi serta


3

dapat dijadikan petunjuk untuk mengatasi kemungkinan terjadinya

dampak negatif di area PT. Holcim Indonesia Tbk pabrik Cilacap.

PT. Holcim Indoneia Tbk pabrik Cilacap merupakan suatu

perusahaan produsen semen yang proses produksinya dominan

menggunakan mesin. Teknologi mesin yang digunakan oleh perusahaan

ini digunakan untuk memudahkan perusahaan dalam menghasilkan semen,

namun tidak menutup kemungkinan bahwa terdapat efek samping atau

risiko bahaya dari penggunaan mesin tersebut. Untuk menghindari efek

samping atau risiko bahaya tersebut maka, perusahaan harus melakukan

upaya pencegahan dan pengendalian terhadap teknologi mesin yang

digunakan, karena kemungkinan terdapat potensi bahaya negatif yang

dapat merugikan perusahaan dari segi biaya, material, waktu, tenaga, dan

kerugian lainnya.

Cara yang dapat digunakan untuk mengatasi kemungkinan

terjadinya dampak negatif di area kerja yaitu menerapkan persyaratan

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 dengan melakukan

HIRADC (Hazard Identification Risk Assessment and Determining

Control) dimana suatu perusahaan melakukan proses identifikasi bahaya,

penilaian risiko, dan upaya pengendaliannya sesuai dengan potensi bahaya

yang ada. Setiap organisasi melakukan hal tersebut dalam bentuk yang

berbeda. Bentuk dari proses identifikasi bahayanya dan penilaian risiko

tergantung pada situasi dan kondisi dari tempat kerja. Untuk itu organisasi

harus mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengendalikan risiko

keselamatan dan kesehatan kerja pada semua aktifitasnya, maka semua


4

tahapan tersebut menjadi dasar dalam pengembangan dan penerapan

sistem penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di

perusahaan.

1.4 Tujuan Praktik Kerja Lapangan

1.4.1 Tujuan Umum

Menerapkan ilmu K3 di perusahaan dengan pengetahuan dan

keterampilan yang diperoleh di perkuliahan dan mempelajari

implementasinya di PT. Holcim Indonesia Tbk Pabrik Cilacap.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mempelajari Struktur Organisasi K3, kebijakan dan SMK3 yang

diterapkan di PT. Holcim Indonesia Tbk Pabrik Cilacap.

2. Mempelajari proses produksi di PT. Holcim Indonesia Tbk Pabrik

Cilacap.

3. Mempelajari HIRADC yang dilakukan oleh regu keselamatan

kerja pada PT. Holcim Indonesia Tbk Pabrik Cilacap.

4. Mempelajari program K3 di perusahaan

5. Mampu melakukan pengukuran lingkungan kerja dengan

menggunakan alat ukur yang tersedia

6. Menganalisis HIRADC Pelepasan Panas Preheater pada proses

produksi klinker.

1.5 Manfaat Praktik Kerja Lapangan

1.5.1 Manfaat bagi mahasiswa

1. Mahasiswa memperoleh pengetahuan dan pengalaman melalui

kegiatan praktik kerja lapangan dalam perusahaan manufaktur


5

semen khususnya dalam bidang identifikasi bahaya, penilaian

risiko dan pengendaliannya.

2. Mengetahui keselarasan antara materi yang didapat diperkuliahan

dengan aplikasi praktis di dunia kerja.

1.5.2 Manfaat bagi instansi pendidikan

1. Sebagai tambahan masukan dan informasi untuk perkembangan

ilmu pengetahuan dan penelitian mengenai identifikasi bahaya.

2. Sebagai tambahan informasi (khususnya bagi mahasiswa) yang

akan melaksanakan praktik kerja lapangan atau penelitian

selanjutnya di PT. Holcim Indonesia Tbk Pabrik Cilacap.

1.5.3 Manfaat bagi perusahaan

1. Sebagai bahan masukan dalam hal koreksi dan informasi terhadap

pelaksanaan identifikasi bahaya yang ada di perusahaan dari

mahasiswa yang melakukan praktik kerja lapangan.

2. Adanya hubungan kerjasama atau hubungan yang baik antara

Universitas dengan perusahaan, sehingga PT. Holcim Indonesia

Tbk lebih dikenal oleh kalangan akademis pendidikan.


BAB II

METODE KEGIATAN

2.1 Pengarahan oleh Pembimbing Lapangan

Pengarahan dari pembimbing lapangan di PT. Holcim Indonesia

Tbk yaitu mengenai peraturan dan prosedur keselamatan yang berlaku di

PT. Holcim Indonesia Tbk melalui safety induction yang diberikan oleh

pihak H&S perusahaan kepada orang yang baru masuk seperti tamu,

kontraktor, karyawan baru, hingga pelajar yang melakukan praktik kerja

lapangan. Dalam safety induction tersebut berisikan materi tanggap

darurat, titik kumpul atau evakuasi, APD, bahaya yang ada di perusahaan,

serta hal lainnya terkait dengan kesehatan dan keselamatan kerja yang ada

di PT. Holcim Indonesia Tbk.

Banyak kegiatan yang ada di PT. Holcim Indonesia Tbk yang

dapat dilakukan seperti safety patrol, pengukuran kebisingan, pengukuran

kelelahan, pengecekan berkas tiap area dan lain sebagainya. Kegiatan yang

akan dilakukan biasanya sudah tercantum dalam sistem action log yang

yang kemudian akan diselesaikan secara bertahap dengan membagi tugas

atau jobdes kepada masing anggota departemen H&S. Setelah

penyelesaian tugas biasanya tiap anggota membuat laporan terkait dengan

tugas atau action log yang dilakukan.

Untuk mahasiswa yang melakukan praktik kerja lapangan yang

dilakukan adalah mengikuti pengarahan mentor dan mempelajari,

mengamati, menggali informasi mengenai kesehatan dan keselamatan

kerja di perusahaan, apa saja yang dilakukan oleh regu H&S dan melihat

6
7

bagaimana kinerjanya serta mengamati proses penerapan HIRADC dan

sistem yang ada di perusahaan.

2.2 Observasi Dokumen dan Lingkungan

1. Observasi Dokumen

Dokumen yang digunakan untuk observasi diperoleh dari

perusahaan dan instansi yang bersangkutan. Data yang diperoleh yaitu

seperti profil PT. Holcim Indonesia Tbk pabrik Cilacap, struktur

organisasi yang ada bersangkutan dengan penerapan K3, Work Permit,

CIP Safety Matrix, Kebijakan K3 dan dokumen penunjang lainnya.

2. Observasi Lingkungan

Pengamatan dan observasi secara langsung dilapangan terhadap

kondisi yang sebenarnya ada dilapangan.pengamatan yang dilakukan

sembari dengan safety patrol juga mengenai potensi bahaya,

pengendalian yang digunakan untuk meminimalisir potensi bahaya,

kebiasaan pekerja untuk berbudaya K3 dengan mematuhinya standar

operasional prosedur, dan penggunaan APD. Fasilitas umum maupun

fasilitas tanggap darurat yang ada di PT. Holcim Indonesia Tbk.

Peninjauan dari tempatnya, proses identifikasi bahaya untuk

laporan ini termasuk dalam data lapangan karena mendapat data primer

dengan melakukan wawancara kepada regu keselamatan kerja di

pabrik dan melakukan observasi langsung di tempat kerja mengenai

identifikasi bahaya pada preheater PT. Holcim Indonesia Tbk Pabrik

Cilacap.
8

Tabel II.1 Catatan dan absensi kegiatan PKL I di PT. Holcim Indonesia Tbk 2017
WAKTU KEGIATAN
Minggu I
01 Agustus 2017 - Pengenalan profil perusahaan PT. Holcim Indonesia Tbk
Pabrik Cilacap
- Proses Produksi Semen Holcim
02 Agustus 2017 - Penjelasan mengenai Security Induction
03 Agustus 2017 - Penjelasan materi mengenai Safety Induction
04 Agustus 2017 - Pembagian APD kepada peserta magang
Minggu II
07 Agustus 2017 - Pembagian departemen
- Belajar mengenai Kesehatan Kerja dan Klinik
- Pengenalan dengan anggota Safety officer, OHIH, dan Tim
Rescue
08 Agustus 2017 - Pemberian tugas CIP Safety Matrix dan memahami dasar
K3
09 Agustus 2017 - Meeting pagi (Safety Pause)
10 Agustus 2017 - Meeting pagi (Safety Pause)
- Ikut mentor kelapangan (Area Kiln dan Limestone Storage)
11 Agustus 2017 - Meeting pagi (Safety Pause)
- Ikut mahasiswa lain ke area Lab Chemical dan Area
Grinding Media
Minggu III
14 Agustus 2017 - Meeting pagi (Safety Pause)
- Ikut dengan pak Rahmat dan pak Manupil ke area Clay
Quarry di area Jeruk Legi dan ke area pabrik untuk
melakukan pengecekan Dump Truck
15 Agustus 2017 - Ke lapangan dengan mentor untuk melihat Safety Talk
- Melakukan pengecekan Container di area plant (yang dicek
adalah aspek 5S dan label layak guna pada alat )
16 Agustus 2017 - Meeting pagi (Safety Pause)
- Melakukan pengeditan untuk laporan Dump Truck
18 Agustus 2017 - Meeting pagi (Safety Pause)
- Membantu untuk membuat checklist SMK3 sebagai
persiapan safety officer untuk melakukan Audit Sistem
Manajemen K3
- Membantu merevisi guideline milik CGL vs Plant GL untuk
confine space
Minggu IV
21 Agustus 2017 - Meeting pagi (Safety Pause)
- Melakukan pengecekan Alarm Kebakaran di area Preheater
bersama Tim Fire Rescue
- Melakukan Meeting dengan Fire Rescue dan Security untuk
membahas mengenai Drill yang akan diadakan
- Mengunjungi area recleamer coal storage untuk
menyerahkan skenario drill
22 Agustus 2017 - Meeting pagi (Safety Pause)
9

WAKTU KEGIATAN
- Membantu pak Rahmat untuk mengisi checklist SMK3
- Persiapan melakukan drill di area recleamer coal storage
- Membantu pak Rahmat untuk membuat soal induksi
- Mengikuti diskusi mengenai checklist SMK3 dengan
anggota officer
23 Agustus 2017 - Meeting pagi (Safety Pause)
- Belajar mengenai Preheater, Kiln dengan mentor
- Mengerjakan laporan PKL
24 Agustus 2017 - Meeting pagi (Safety Pause)
- Ikut mentor ke Quarry di Nusakambangan untuk sertifikasi
BC
25 Agustus 2017 - Housekeeping
- Ikut mentor dan Pak Harry ke area Alternative Storage,
Preheater, Dust bin untuk inspeksi dan melakukan
pengecekan apakah pekerja sudah bekerja sesuai prosedur
- Belajar mengenai HSIP dengan Mas Ulul
- Membahas soal induksi dengan Pak Rahmat
- Mengerjakan Laporan
Minggu V
28 Agustus 2017 - Meeting pagi (Safety Pause)
- Mengukuti diskusi SMK3 PP 50 tahun 2012 yang mengacu
pada OHSAS 18001 tahun 2007
- Bertanya kepada mas Ulul mengenai OHIH, dan kegiatan
safety yang belum tercantum dalam laporan
- Mengerjakan dan perbaikan laporan
29 Agustus 2017 - Meeting pagi (Safety Pause)
- Membuat PPT untuk presentasi
- Action log tentang parameter penilaian risiko dari
Universitas dengan yang ada di PT. Holcim Indonesia Tbk
30 Agustus 2017 - Belajar mengenai materi yang akan di Presentasikan
- Melakukan wawancara kepada Pak Galih mengenai bahaya
di area preheater untuk yang kegiatan rutinnya dan
bagaimana pula pengendaliannya.
- Bertanya kepada Pak Wijayatno mengenai hal yang masih
belum dipahami
31 Agustus 2017 - Pengembalian APD
- Presentasi tugas
- Meminta tanda tangan kepada mentor
10

2.3 Diskusi dengan Pembimbing

Kegiatan yang ada di PT. Holcim Indonesia Tbk ini banyak yang

harus diperhatikan agar Kesehatan dan Keselamatan Kerja bagi pekerja di

lingkungan kerja dapat tercapai. Berbagai macam potensi bahaya yang ada

di PT. Holcim Indonesia Tbk harus diminimalisirkan. Untuk mencapainya

maka dibutuhkan dukungan dari semua pihak agar terwujud kesehatan dan

keselamatan kerja dan diperoleh kondisi lingkungan kerja yang aman dan

selamat.

Usaha yang dilakukan oleh Health and Safety Officer (H&S

Officer) akan lebih optimal ketika semua pihak mendukung dan

manajemen berkomitmen untuk mnegimplementasikan program-program

yang dibuat oleh departemen H&S. Implementasi Kesehatan dan

Keselamatan Kerja kurang berjalan lancar jika komitmen yang kurang

terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja oleh manajemen. Karena pada

dasar terlaksananya Kesehatan dan Keselamatan kerja berasal dari

manajemennya,tak hanya faktor manajemen saja tetapi juga faktor lain

seperti faktor manusianya sendiri yang sudah menjadi kebiasaan bagi para

pekerja yang sulit diubah. Ini menjadikan tantangan bagi H&S officer

untuk mengubah menjadi perilaku sesuai dengan budaya kesehatan dan

keselamatan kerja dan disesuaikan juga dengan prosedur dan aturan yang

berlaku di perusahaan. Pengadaan training dan sosialisasi untuk para

pekerja agar lebih mengetahui dan lebih mengenal budaya dari kesehatan

dan keselamatan kerja agar pekerja bisa melakukan pekerjaan yang sesuai

dengan bidangnya masing- masing dengan kondisi terlatih, aman dan


11

selamat. Upaya ini untuk menambah pengetahuan dari pekerja mengenai

pentingya penerapan budaya kesehatan dan keselamatan kerja di area

kerja.

Pekerjaan yang dilakukan di PT. Holcim Indonesia Tbk ini sangat

erat dengan kondisi health and safety yang ada pada mesin produksi yang

digunakan untuk memproduksi semen Holcim. Setiap safety patrol

dilakukan adalah pengawasan dan pengarahan kepada pekerja mengenai

hal yang berbau dengan kesehatan dan keselamatan kerja agar banyaknya

bahaya di area kerja bisa diminimalisir atau dicegah, serta meningkatkan

kesadaran pekerja tentang pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja di

perusahaan.
BAB III

HASIL KEGIATAN

3.1 Sejarah singkat PT. Holcim Indonesia Tbk Pabrik Cilacap

PT. Holcim Indonesia Tbk Pabrik Cilacap dan merupakan anak

perusahaan semen dunia, Holcim Ltd (Swiss). PT. Holcim Indonesia Tbk

atau dahulu dikenal dengan nama PT. Semen Nusantara yang didirikan

berdasarkan Undang – Undang Penanaman modal asing No. 1 Tahun 1967

dan UU No.11 tahun 1970. Hasil rapat BKPMA (Badan Koordinasi

Penanaman Modal Asing) pada tanggal 20 Desember 1973 telah

menyatakan kelayakan terhadap proyek proposal pendirian Pabrik Semen

Cilacap Jawa Tengah (dalam rangka penanaman modal asing). Pendirian

pabrik semen di Cilacap telah disetujui oleh Presiden RI dengan SK. No.

B-26/PRES/3/1974 tertanggal 4 Maret 1974, sesuai permohonan dari para

pemegang saham yaitu:

1. PT. Gunung Ngadeg Jaya (pengusaha swasta nasional)

2. Onoda Cement Co. Ltd (pengusaha swasta Jepang)

3. Mitsui Co. Ltd (pengusaha swasta Jepang)

PT. Holcim Indonesia sebagai perusahaan berbadan hukum secara resmi

didirikan berdasarkan Akte Notaris Kartini Mulyadi SH di Jakarta dengan

register No. 133 tanggal 18 Desember 1974 dengan usulan akte perubahan

No. 46 tanggal 11 Maret 1975, dalam bentuk perseroan terbatas dan

berstatus penanaman modal asing/joint venture. Selanjutnya dikukuhkan

oleh Menteri Kehakiman RI No. Y.A5/96/25 pada tanggal 23 April 1975.

Pulau Nusakambangan yang dinyatakan tertutup (sesuai SK Gubernur

12
13

Hindia Belanda No. 25 tanggal 10 Agustus 1912 Jo. No. 34 diktrum ke-3

sub. a, telah dicabut dengan SK Presiden RI No. 38 tahun 1974. Dengan

demikian dimungkinkan bagi PT. Holcim Indonesia Tbk untuk

memanfaatkan sebagian areal Pulau nusakambangan sebagai lokasi

penambangan batu kapur yang merupakan salah satu bahan baku utama

pembuatan semen.

a. Konsesi penambangan batu kapur Nusakambangan seluas 1000 Ha

sejak tahun 1977.

b. Konsesi penambangan tanah liat di Desa Tritih Wetan, Kecamatan

Jeruk Legi seluas 250 Ha sejak tahun 1977.

c. Lokasi Pabrik Semen Holcim di Desa Karang Talun Kecamatan

Cilacap Utara dengan luas 26,5 Ha.

d. Lokasi untuk perumahan karyawan di Desa Gunung Simping seluas

10 Ha.

e. Lokasi Service Station/ Shipping Distribution lengkap dengan

Loading Facility seluas 3,5 Ha (status kontrak dengan Perum

Pelabuhan III cabang Cilacap).

Peletakan batu pertama pendirian Pabrik Semen Holcim dilakukan

oleh Bupati KHD tingkat II Kabupaten Cilacap yaitu Bapak H. RYK.

Mukmin pada tanggal 19 Juni 1975 dan pembangunan fisik dimulai

tanggal 1 Juli 1975 dan selesai 2 April 1977. Dalam pembangunan Pabrik

Holcim Indonesia, sebagai konsultan perencanaan dan pembangunan

adalah Naigai Consultant & Co. Ltd. Jepang. Supplier mesin dan

pembangunan adalah FL. Smith peralatan dari Jerman, Perancis, Denmark,


14

Jepang, Civil Engineering dilaksanakan oleh PT. Jaya Obayashi Gumi dan

instalasi listrik ditangani oleh PT. Promits. Selama pembangunan pabrik

tersebut, memperkerjakan sekitar 1800 orang tenaga kerja Indonesia dan

150 orang tenaga kerja asing yang bertindak sebagai tenaga ahli yang

berasal dari Perancis, Jerman dan Jepang.

Pada tanggal 1 Juli 1977, PT. Holcim Indonesia sudah mulai

berproduksi dan produksi komersial telah ditetapkan sejak 1 September

1977. Jenis semen yang dihasilkan oleh PT. Holcim Indonesia adalah

semen Portland tipe 1, dengan logo Candi Borobudur dan bunga

Wijayakusuma. Sedangkan pengawasan mutu dilakukan oleh Technical

Assistant dari Onoda Jepang dan Lembaga Penelitian Bahan oleh

Departemen Perindustrian dan Kimia Bandung.

Sejak 10 Juni 1993 saham milik swasta Jepang diambil oleh pihak

Indonesia, sehingga sudah tidak ada saham asing di PT. Holcim Indonesia

dan status perusahaan berubah dari PMA menjadi PMDN. Kemudian

diakuisisi oleh PT. Semen Cibinong pada tanggal 14 Juli 1993 dan menjadi

PT. Semen Nusantara sebagai unit ke IV dari Cibinong Group. Pemenuhan

kebutuhan pasar khususnya di daerah Jawa Tengah dan DIY dilakukan

oleh PT. Semen Cibinong Tbk. Pabrik Cilacap dengan cara memperbesar

kapasitas produksi melalui :

1. Pengadaan Pregrinding, sehingga dapat mempercepat penggilingan

yang diharapkan kapasitas produksi bertambah 500.000 ton/tahun

sehingga produksi menjadi 1.500.000 ton/tahun dan dimulai

operasi pada Juni 1995.


15

2. Perluasan dengan menambah 1 unit pabrik lagi dan merupakan unit

ke V yang dibangun di kawasan Industri Cilacap II dengan design

kapasitasnya 2.600.000 ton/tahun.

Pada tanggal 30 Desember 2004 Holcim Participations Ltd.

menjual seluruh saham tersebut kepada induk perusahaannya yaitu

Holderfin BV. Mulai tanggal 1 januari 2006, nama PT. Semen Cibinong

resmi digantikan dengan PT. Holcim Indonesia Tbk, sesuai dengan

keputusan rapat yang diadakan pada tanggal 24 april 2005. Selanjutnya,

Holcim Indonesia menjadi anggota Asosiasi Semen Holcim Indonesia, dan

sebagai unit usaha di bawah group Holcim, perusahaan aktif sebagai

anggota World Bussines Council for Sustainable Development (WBCSD)

dan anggota pendiri Cement Sustainability Initiative.

Penentuan lokasi PT. Holcim Indonesia Tbk Pabrik Cilacap

dilakukan dengan memperhatikan pembangunan pabriknya, karena lokasi

pabrik secara tidak langsung akan menentukan keberlangsungan dan

keberhasilan suatu perusahaan. Adapun pemilihan lokasi pabrik PT

Holcim Indonesia, Tbk Pabrik Cilacap yaitu di Jl. Ir. H. Juanda PO BOX

272, Desa Karangtalun, Cilacap Jawa Tengah, didasarkan pada

pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :

1. Orientasi bahan baku

Batu kapur di Pulau Nusakambangan.

a. Tanah liat di daerah Tritih wetan, Kecamatan Jeruk Legi.

b. Pasir Kwarsa di daerah Jatorogo Jawa Timur dan sekitar

Bandung Jawa Barat.


16

d. Pasir besi di sepanjang pantai selatan pulau Jawa dengan

pusat penimbunan di Cilacap (PT. Aneka Tambang

Cilacap).

1) Pelabuhan alam sudah terdapat di Cilacap dan sudah

mempunyai fasilitas bongkar muat yang cukup

memadai.

2) Jalur jalan darat sudah dipersiapkan sehingga

memudahkan transportasi baik melalui truck maupun

kereta api ke daerah pemasaran.

2 Merupakan daerah kawasan industri

Kota Cilacap sejak tahun 1970 telah dipersiapkan sebagai

daerah kawasan industri dengan fasilitas transportasi yang cukup

memadai.

3 Orientasi Pemasaran

Di Pulau Jawa khususnya Jawa Tengah merupakan daerah

yang padat penduduknya dan sedang giat-giatnya melaksanakan

pembangunan fisik ini sangat potensial untuk pemasaran semen

apabila didukung dengan kemudahan dan kelancaran distribusi ke

konsumen.

4 Orientasi Tenaga Kerja

Faktor tenaga kerja adalah salah satu faktor yang cukup

penting bagi suatu industri. Berhasil tidaknya suatu industri

mencapai keuntungan dengan penekanan biaya produksi akan

dipengaruhi tenaga kerja di pabrik.


17

5 Penyediaan Air

Kota Cilacap merupakan kota yang dikelilingi laut maka

kebutuhan air mudah diperoleh. Selain itu, di lingkungan pabrik

tersedia sumur sebagai sumber air melalui pengeboran dan

desalinasi.

3.2 Visi dan Misi PT. Holcim Indonesia Tbk Pabrik Cilacap

3.2.1 Visi

PT. Holcim Indonesia Tbk memiliki visi yaitu menjadi perusahaan

yang terdepan dengan kinerja terbaik dalam industri bahan bangunan

Indonesia.

3.2.2 Misi

PT. Holcim Indonesia Tbk memiiki misi yang meliputi:

1. Memastikan nihil bahaya dalam setiap kegiatan operasional dan

bisnis

2. bermitra dengan para pelanggan untuk mewujudkan solusi

berbeda dan inovatif.

3. mengembangkan sumber daya manusia yang berkinerja tinggi

melalui lingkungan kerja yang beragam dan melibatkan setiap

individu didalamnya.

4. menciptakan nilai yang sama dan solusi yang berkelanjutan bagi

para pemangku kepentingan.

3.2.3 Nilai – nilai inti yang menjadi panduan bagi pegawai Holcim

1. Customers : membagun organisasi dan budaya yang berorientasi

pada pasar dan pelanggan.


18

2. Result : bersemangat mencapai target dan mewujudkannya

dengan eksekusi yang seksama, tanpa bahaya bagi siapapun.

3. Integrity : menciptakan lingkungan dengan fokus dan komitmen

pada kepatuhan

4. Sustainability : menunjukkan kepemimpinan dalam pengelolaan

lingkungan dan teladan tanggung jawab bagi generasi

mendatang

5. People, Openness, and Inclusion : peduli dan menghargai

setiap individu

3.3 Gambaran Umum Perusahaan PT. Holcim Indonesia Tbk Pabrik

Cilacap

Gambar III.1 PT. Holcim Indonesia Tbk

Sebagai bagian dari Lafarge Holcim Group yang beroperasi di

lebih dari 90 negara di seluruh dunia dengan pengalaman lebih dari 180

tahun, Holcim Indonesia memiliki komitmen untuk menjadi perusahaan

yang terdepan dengan kinerja terbaik dalam industri bahan bangunan di

Indonesia. Holcim Indonesia melangkah untuk memenuhi kebutuhan


19

pembangunan di Indonesia dengan kapasitas produksi 15 juta ton semen

per tahun. Kehadiran Holcim di Indonesia ditandai dengan beroperasinya

empat pabrik di Lhoknga (Aceh), Narogong (Jawa Barat), Cilacap (Jawa

Tengah) dan Tuban (Jawa Timur). Kegiatan produksi PT. Holcim

Indonesia Tbk juga ditunjang dengan adanya fasilitas penggilingan &

terminal distribusi yang tersebar hingga ke Kalimantan dan Sumatra.

PT. Holcim Indonesia Tbk adalah sebuah perusahaan produsen

semen. Perusahaan yang dulunya dikenal dengan nama PT. Semen

Cibinong Tbk ini didirikan sejak tanggal 1971. Perubahan nama ini terjadi

pada tanggal 1 Januari 2006. Perusahaan ini dimiliki oleh Holcim Ltd

(Swiss) sebesar 77,33% dan publik sebesar 22,7%. Perusahaan juga

memiliki anak perusahaan PT. Holcim Beton yang sebelumnya bernama

PT. Trumix Beton.

Perusahaan memiliki dua pabrik yaitu pabrik Narogong dan pabrik

Cilacap dengan kapasitas maksimum 7,9 juta ton per tahun. Perusahaan

juga mengoperasikan banyak batching plant beton, dua tambang dan

jaringan logistik lengkap yang mencakup pula gudang dan silo. Produknya

dijual di 9.000 toko bangunan di seluruh Indonesia.

Perusahaan yang berkantor pusat di Gatot Subroto No. 38, Jakarta,

Indonesia ini merupakan satu-satunya produsen yang menyediakan produk

dan layanan terintegrasi yang meliputi 10 jenis semen, beton dan agregat,

bahkan kini sedang mengembangkan usaha waralaba yang unik, yakni

Solusi Rumah, yang menawarkan solusi perbaikan dan pembangunan

rumah dengan biaya terjangkau dengan dukungan lebih dari 14.700 ahli
20

bangunan binaan Holcim, waralaba yang hingga 2012 telah mencapai 433

gerai, dan staf penjualan via telepon yang jumlahnya terus bertambah.

Perusahaan yang memiliki visi untuk menyediakan solusi

berkelanjutan untuk membangun masa depan masyarakat Indonesia ini

memiliki misi untuk membangun perusahaan yang memberikan nilai

tambah bagi para pemangku kepentingan dengan menyediakan solusi

pembangunan sesuai prinsip berkelanjutan bagi setiap segmen pelanggan

tertentu, memperhatikan keselamatan kerja dan kelestarian lingkungan,

dan membina kemampuan sumber daya manusia, berinovasi dan

membangun jaringan yang kuat.

Perusahaan selalu mendengar setiap kebutuhan dari pelanggannya

dan mengembangkannya menjadi solusi inovatif yang ditangani langsung

oleh tim yang handal. Sebagai mitra pembangunan, PT. Holcim hadir

dengan rangkaian semen yang dapat dijumpai di toko bangunan di tiap

kota. Produk yang dihasilkan oleh PT. Holcim Indonesia Tbk ini yaitu

Semen Holcim Serba Guna, Semen Andalas, serta rangkaian Holcim

Mortar. Tidak hanya itu, perusahaan ini juga menyediakan solusi agregat

dan beton inovatif seperti; MiniMix, SpeedCrete, ThruCrete dan PakCrete.

Untuk memudahkan dan membantu dalam membangun rumah impian,

Holcim juga hadir dengan Solusi RumahKu dan MobileLab yang siap

memberikan layanan konsultasi dan dukungan teknis yang handal.

Melalui unit bisnis Geocycle, PT. Holcim Indonesia Tbk juga

menawarkan solusi pengelolaan limbah bagi perusahaan terkemuka di

Indonesia. Didukung tenaga profesional yang berpengalaman menangani


21

limbah dari berbagai sektor industri, Geocycle menawarkan berbagai

layanan, mulai dari analisa, penanganan dan pengangkutan limbah di

lokasi pelanggan, pemetaan dan konsultasi limbah, hingga penyiapan dan

pemusnahan limbah menggunakan teknologi co-processing. Geocycle

merupakan mitra strategis untuk industri dalam mencapai posisi

lingkungan yang lebih baik, menuju masa depan tanpa limbah. Sistem

manajemen pengelolaan limbah dan laboratorium analisa limbah

perusahaan ini yang terakreditasi memastikan proses pengelolaan limbah

berikut pemusnahannya dilaksanakan sesuai peraturan lingkungan hidup

yang berlaku.

Komitmen kuat untuk lingkungan dan keberlanjutan berlandaskan

nilai yang dijalankan, PT. Holcim Indonesia berkomitmen untuk

melakukan pembangunan berkelanjutan. Sejalan dengan perkembangan

perusahaan, PT. Holcim berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi,

bermitra dengan masyarakat sekitar untuk bersama sama meningkatkan

standar hidup dan pada waktu yang sama juga turut mengelola sumber

daya alam secara bertanggung jawab melalui solusi inovatif untuk

menekan pengurangan air, pengurangan emisi CO2, efisiensi energi dan

pelestarian keanekaragaman hayati & lingkungan.

Bidang keselamatan dalam bekerja di PT. Holcim yaitu karyawan

harus berperan dalam keselamatan dan kesehatan dalam bekerja dengan

target keselamatan yang selalu ditingkatkan setiap tahunnya, perusahaan

berharap catatan keselamatan serta kesehatan karyawan menjadi lebih


22

baik. Tidak hanya pada saat mereka bekerja, tetapi juga saat mereka

kembali bersama keluarga di rumah.

Tanggung jawab lokal dengan kepemimpinan global sebagai

perusahaan yang bertanggung jawab. Secara aktif, perusahaan mendukung

masyarakat untuk berswadaya dalam bidang utama infrastruktur,

pendidikan, kesehatan dan pengembangan bisnis.

1. Peternakan terpadu

Peternakan terpadu merupakan fasilitas penggemukan ternak untuk

kelompok tani setempat yang mendulang sukses di lingkungan

pabrik.

2. Green Posdaya

Holcim terjun membantu kegiatan budidaya tanaman obat, bank

sampah, pendidikan anak usia dini, pengolahan air bersih.

3. Gerakan Holcim Orang Tua Asuh (GHOTA)

kegiatan yang diprakarsai karyawan pabrik Cilacap yang bertujuan

membantu anak yatim dari keluarga tidak mampu agar mereka

dapat melanjutkan pendidikan untuk masa depan yang lebih baik.

4. Berdaya Bersama

Program ini merupakan prakarsa pihak perusahaan dan masyarakat

dalam mengedepankan kebersamaan dalam pelaksanaan program-

program pengembangan masyarakat.


23

3.4 Struktur Organisasi PT. Holcim Indonesia Tbk Pabrik Cilacap

Direktur CIP PT.


Holcim Indonesia Tbk

General Manager (GM)

Departemen Departemen Departemen Departemen Departemen Departemen Lapor ke


Quarry Produksi Maintenance Technical Health and Community Head
Safety Relations Office di
and General Jakarta
Affairs

Gambar III.2 Struktur Organisasi PT. Holcim Indonesia Tbk

Keterangan tiap departemen :

1. Departemen Quarry : mengelola dan mengambil material hasil

tambang

2. Departemen Produksi : mengolah bahan material yang didapat dari

departemen quarry menjadi bahan jadi.

3. Departemen Maintenance : berfokus pada perbaikan peralatan/mesin

4. Departemen Technical :menentukan teknik yang digunakan pada lab,

proses engineering contohnya seperti melakukan uji kualitas bahan dll

5. Departemen Health and Safety : mengelola hal yang berhubungan

dengan kesehatan kerja dan keselamatan di tempat kerja

6. Departemen Community Relations and General Affairs : melakukan

pelayanan internal dan eksternal

Yang melapor ke Head Office di Jakarta :

a) Departement Coorporate Communication

b) HR (Human Resources)
24

c) Accounting

d) IT

e) Logistik dan procurement

PT. Holcim Indonesia Tbk memiliki departemen yang terkait dengan

penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di perusahaan yaitu di departemen

H&S. Departemen ini dipimpin oleh seorang manager yang membawahi divisi

kesehatan, keselamatan, dan tim rescue.

Health & Safety Departement

Health & Safety Manager

OHIH Safety Fire and Rescue

Superintendent OHIH Officer Superintendent Safety Officer Superintendent Anggota 8


(4 orang) orang

Gambar III.3 Struktur Organisasi K3 PT. Holcim Indonesia Tbk

Gambar III.4 Departement Health & Safety


25

1. OHIH (Occupational Health & Industrial Hygiene) :

Yang dilakukan oleh OHIH dalam PT. Holcim Indonesia Tbk yaitu :

A. Administratif

a) Petunjuk Kerja Penghitungan Tingkat Kesehatan (Health index)

b) Petunjuk Kerja Penggunaan Framingham Risk Score

c) Prosedur Permintaan Jaminan Karyawan dan Keluarga untuk

pengobatan ke Rumah Sakit Rekanan

d) Prosedur Entry Data Hasil Medical Check Up Karyawan

e) Prosedur Kosultasi Hasil Medical Check Up

f) Prosedur Penanganan dan Pelaporan Keracunan Makanan

B. Klinis medis

a) Prosedur Penatalaksanaan Pemeriksaan Diagnostik Pasien

b) Prosedur Penanganan Trauma Dengan Kegawat Daruratan Medis

c) Prosedur Penanganan Penderita Dengan Gejala serangan Jantung

d) Prosedur Pelayanan Klinik ,Pemberian Obat dan Tindakan Medis

e) Prosedur Medical Evacuation

f) Prosedur Penanganan Patah Tulang

g) Prosedur Penanganan Cedera Kepala

h) Prosedur Penanganan Luka Bakar

i) Prosedur Penanganan Benda Asing Pada Mata

j) Prosedur Penanganan Luka Terbuka

C. Industrial Hygiene

a) Prosedur Penggunaan dan Pencatatan Alat Pengukur Debu Personal

Dust Sampler
26

b) Pengukuran Kebisingan dengan alat sound level meter

c) Pengukuran Cahaya di Tempat Kerja

d) Prosedur Pengukuran Tingkat Kelelahan Karyawan

e) Prosedur Penatalaksanaan dan Pemusnahan Limbah B3 Klinik

f) Prosedur Pemeriksaan Sampel Kelayakan Makanan kantin

g) Pengaturan Kotak P3K, Kotak Obat dan Petugas P3K

h) Prosedur Petunjuk Kerja Penggunaan Alat Ukur Lingkungan 4 in 1

i) Prosedur Penilaian Kebugaran

2. Safety

Yang dilakukan oleh anggota safety yaitu :

a) Memberitahukan aturan keselamatan untuk akses Holcim

b) Hazard Report

c) Menyampaikan aturan keselamatan untuk Tindakan Tanggap Darurat

d) Melakukan pengawasan dan pengarahan mengenai keselamatan dan

prosedur untuk memasuki Confine space

e) Pengawasan Hygienis Kantin

f) Aturan Kerja Aman OPS Dumping Loading

g) Melakukan pengawasan terhadap aturan kerja Las Acetylene

h) CSMS

i) Aturan Kerja Scaffolding

j) Pengaturan untuk Portable Electritical Hand Tools Guideline

k) Aturan untuk bekerja di Ketinggian

l) Aturan Keselamatan LOTOTO

m) Aturan Keselamatan bekerja dekat air


27

n) Menyampaikan aturan lain terkait Kesehatan dan Keselamatan Kerja

di PT. Holcim Indonesia Tbk.

3. Fire & Rescue

Yang dilakukan oleh tim Fire & Rescue PT. Holcim Indonesia Tbk yaitu :

a) Inspeksi Peralatan Perlengkapan Confined Space Rescue

b) Inspeksi Operational Fire Truck

c) Inspeksi Peralatan Ambulance dan perlengkapannya

d) Inspeksi APAR

e) Inspeksi Hydrant jenis Pilar/ Gedung

f) Inspeksi Eye Washer Jenis Fix

g) Inspeksi Peralatan Zieger & Genset

h) Inspeksi Cable Tunnel

i) Operasional Fire Alarm Gedung

j) Operasional Portable Fire Pump & Fire Pump

k) Oprasional APAR jenis CO2, DC, Foam

l) Operasional APAB (trolly) jenis CO2, DC, Foam

m) Operasional Hydrant jenis pilar (lapangan)

n) Operasional SCBA dan refill

o) Rencana tanggap darurat di area WQ, RM, GCT, EP kiln, Cooler,

Kiln, Clay Crusher, Rec Limestone, SU


28

3.5 Kebijakan K3 di PT. Holcim Indonesia Tbk Pabrik Cilacap

Kebijakan yang berlakuu pada PT. Holcim Indonesia Tbk :

1. PT. Holcim Indonesia Tbk akan mengutamakan dan menjamin

kesehatan dan keselamatan bagi seluruh karyawan, kontraktor, dan

setiap orang yang berada di lokasi kerja serta berkomitmen untuk

senantiasa mematuhi UU dan peraturan Kesehatan dan Keselamatan

Kerja yang berlaku di Indonesia

2. Menggunakan Manajemen K3 Aktif, kami berusaha mencegah

terjadinya kecelakaan dan timbulnya penyakit akibat kerja dengan

menyediakan tempat kerja dan sistem kerja yang aman, peralatan

keselamatan yang diperlukan, pelatihan prosedur K3 bagi karyawan

dan perhatian yang khusus terhadap manajemen k3 untuk kontraktor.

3. Berfokus kepada aktivitas yang kami ketahui telah menimbulkan

kecelakaan fatal dan cidera serius di waktu yang telah berjalan,

peraturan tersebut berlaku di seluruh area kami, serta berlaku baik bagi

karyawan, kontraktor, maupun pengunjung, dimana mereka akan diberi

informasi dan pelatihan mengenai peraturan keselamatan. Peraturan ini

harus dijalankan secara menyeluruh tanpa kecuali.

4. Seluruh direksi, manajer, superintendent dan pimpinan regu

bertanggung jawab untuk mewujudkan dan memelihara standar

kesehatan dan keselamatan kerja di tiap unit kerja.

5. Setiap karyawan dan kontraktor mempunyai tanggungjawab secara

pribadi atas kinerja K3 dan bertanggung jawab untuk keselamatan


29

dirinya, teman sekerjanya dan mengambil langkah segera untuk

meminimalkan kondisi tidak aman.

6. Mencapai target lingkungan kerja tanpa bahaya dan kita secara

berkelanjutan akan berupaya untuk mencapai target tersebut.

a) Nihil kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang menyebabkan

kematian atau cacat yang bersifat permanen.

b) Angka Tingkat Kekerapan kecelakaan dengan Hilang Hari Kerja

<0,5 setiap tahun

c) Angka Tingkat Keparahan Kecelakaan dengan Hilang Hari

Kerja <3,0 setiap tahun

d) Angka Tingkat Kekerapan Kecelakaan Total <3,7 setiap tahun

3.6 Sistem Manajemen K3 di PT. Holcim Indonesia Tbk Pabrik Cilacap

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut

Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 yang disingkat SMK3 adalah

bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam

rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna

terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Sistem

Manajemen yang digunakan di PT. Holcim Indonesia Tbk pabrik Cilacap

ini yaitu mengacu pada OHSAS 18001 yang kemudian penerapannya

dengan menggunakan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 oleh

Pemerintah Indonesia tepatnya pada lampiran I, II, III. Pelaksanaan

diwujudkan dengan melakukan audit internal secara berkala dengan

menggunakan checklist dari lampiran II PP 50 tahun 2012.


30

3.7 Proses Produksi Semen di PT. Holcim Indonesia Tbk Pabrik

Cilacap

PT. Holcim Indonesia Tbk Pabrik Cilacap memproduksi semen

General Use (Serba Guna) dengan menggunakan proses kering (dry

process). Umpan berupa tepung baku (Raw Meal) dengan kadar air

sekitar 0.5-1 %.
Persiapan Penggilingan Proses
Bahan Baku Awal homogenisasi

Penggilingan Pendinginan Proses


Akhir pembakaran
(100⁰ -
1520⁰C)
Pengemasan Pemasaran

Gambar III.5 Diagram Proses Produksi Semen

3.7.1 Persiapan dan Pengadaan Bahan Baku

3.7.1.1 Penambangan dan Penyediaan Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan PT. Holcim Indonesia Tbk

pabrik Cilacap adalah:

a) Batu Kapur (limestone)

Batu kapur merupakan komponen yang terpenting dalam

proses pembuatan semen karena komposisinya terbanyak + 75%

yaitu CaCO3 dan sisanya MgCO3. Batu kapur ini diambil dari

Pulau Nusakambangan ditangani oleh Departemen Tambang.

b) Tanah Liat (Clay)

Tanah liat merupakan komponen utama pembentukan

semen yang komposisinya + 17% yaitu Si2O3 dan A12O3.


31

Penambangan tanah liat PT. Semen Holcim Tbk pabrik Cilacap

terletak di Desa Tritih Wetan, Jeruklegi Cilacap seluas 250 Ha.

c) Pasir Besi (Iron Ore) dan Pasir Silika (Silica Sand)

Bahan baku lain dari semen adalah pasir besi dan pasir

silika. Dalam pasir besi terkandung Fe2O3 dan dalam pasir silika

terkandung SiO2. Pasir besi dan pasir silika diangkut ke lokasi

pabrik menggunakan dump truck dari Jatirogo. Pasir besi dibeli

dari PT. Aneka Tambang Cilacap. Pasir silika diangkut + 200

ton/hari, sedangkan pasir besi hanya 30 ton/hari.

d) Raw Material Reclaiming

Raw material reclaiming merupakan sub unit yang

berfungsi sebagai pencampuran awal material iron ore dan silica

sand, lalu digaruk secara vertikal dan tarikan reclaimer yang

kemudian dibawa oleh belt conveyor ke dalam iron ore bin dan

silica sand bin.

Limestone dan clay produk crusher disimpan dalam

masing-masing storagenya. Pada limestone storage dilengkapi

dengan reclaimer bridge sebagai penarik material yang kemudian

tarikan dan garukan dari reclaimer tersebut dibawa dengan belt

conveyor yang dilengkapi oleh magnetic separator untuk menarik

material yang mengandung logam menuju limestone bin.

Sedangkan clay storage dilengkapi dengan reclaimer bridge untuk

menggaruk material yang hasilnya diangkut oleh belt conveyor

untuk dibawa ke clay bin.


32

3.7.1.2 Pengeringan dan Penggilingan Bahan Baku

Limestone dalam limestone bin diatur pengeluarannya oleh

appron conveyor, selanjutnya ditimbang oleh weight feeder.

Pengeluaran clay dari clay bin, iron ore dari iron ore bin, silica

sand dari silica sand bin ditimbang oleh weight feeder. Selanjutnya

keempat bahan baku diangkut menggunakan belt conveyor masuk

ke bin. Bin ini berfungsi sebagai tempat penampung sementara

selanjutnya material menuju raw mill.

Keempat bahan baku tersebut akan mengalami size

reduction dan penguapan kadar air. Udara panas yang digunakan

untuk pengeringan tepung baku ini berasal dari sisa udara panas

suspension preheater dan clinker cooler. Produk dari raw mill

berupa tepung baku halus dibawa aliran udara panas menuju

cyclone untuk proes pemisahan antara gas dengan material. Produk

dari cyclone akan jatuh ke bawah karena gaya gravitasi menuju ke

air slide, dan yang mengandung debu akan keluar dari tiap cyclone

karena hisapan raw mill fan yang kemudian ± 90% dari material

raw mill after mill akan terpisahkan dari udara panas, sedangkan

10% yang merupakan sisa produk yang terbawa oleh aliran udara

panas akan ditangkap oleh electrostatic precipitator. Reject dari

raw mill berupa produk yang kasar akan keluar dari bagian bawah

raw mill turun ke belt conveyor dibawa ke bucket elevator dan

kembali ke raw mill untuk digiling dan dikeringkan kembali.


33

Selama raw mill down, debu dari conditioning tower

diangkut oleh conveyor bersamaan dengan debu dari electrostatic

precipitator. Selanjutnya debu diangkut oleh bucket elevator ke

dust bin, dari dust bin dibawa bersama-sama dengan material

hasil/produk cyclone-cyclone, lalu dibawa lagi oleh air slide

menuju blending silo.

3.7.2 Proses Clinkerization

3.7.2.1 Homogenisasi

Produk dari raw mill ditransport oleh air slide menuju ke

west blending silo dan east blending silo secara bergantian melalui

diverter gates setiap 36 menit yang kemudian dilewatkan air slide.

Material distribusi dan pencampuran secara merata, bottom silo

terdiri 42 segmen blower dengan 7 buah cone pengeluaran. Proses

pencampuran akan berjalan dengan baik apabila terbentuk

sebanyak mungkin layer material yang berbeda komposisi. Produk

raw mill yang keluar dari silo tersebut dimasukkan ke kiln feed

yang kemudian diangkut menuju preheater.

3.7.2.2 . Pemanasan Awal (Preheating)

Proses pemanasan awal kiln feed terjadi di suspension

preheater. Suspension preheater adalah bagian dari kiln yang

berfungsi mengeringkan dan memanaskan kiln feed sebelum masuk

ke rotary kiln. Umpan masuk suspension preheater bersuhu ± 80-

100 oC. Aliran material berlawanan arah dengan gas panas dimana
34

kiln feed masuk melalui bagian atas samping cyclone sedangkan

udara atau gas panas dialirkan dari bagian bawah cyclone.

Pemanasan kiln feed masuk kedalam cyclone dari samping

sehingga terjadi gerakan spiral yang disebabkan oleh gaya

centrifugal, gaya gravitasi dan gaya angkat gas dalam cyclone.

Gaya centrifugal dan gaya gravitasi lebih dominan untuk material

kiln feed yang kasar sedangkan untuk material kiln feed yang halus

berlaku gaya angkat gas sehingga material akan terangkat oleh gas

panas keluar dari cyclone.

Reaksi yang terjadi dalam material di suspension preheater :

1. Pada suhu 100-110 oC.

Menguapkan H2O yang ada di dalam Raw Mill.

2. Pada suhu 450-800 °C.

Menguapkan bound water yang terkandung di dalamn clay.

3. Pada suhu 710-730oC.

Proses kalsinasi MgCO3 (Peruraian garam-garam karbonat).

4. Pada suhu 750-900oC.

Pembentukan senyawa dikalsium silikat (C2S).

3.7.2.3 Pembakaran di Rotary Kiln

Kiln feed setelah mengalami pemanasan awal di dalam

suspension preheater akan masuk ke rotary kiln. Rotary kiln yang

berfungsi untuk membakar slurry atau kiln feed menjadi semen

setengah jadi yaitu clinker. Sumber panas dalam rotary klin

dihasilkan dari pembakaran batu bara di dalam burner. Rotary kiln


35

terbagi menjadi 4 zone sesuai dengan reaksi yang terjadi pada suhu

dimana reaksi itu berlangsung. Zone tersebut adalah :

a) Zone kalsinasi pada suhu 800-1200oC.

b) Zone transisi pada suhu 1200-1400oC.

c) Zone burning/pembakaran pada suhu 1400-1520oC.

d) Zone pendinginan pada suhu 1520-1290oC.

Reaksi yang terjadi sampai terbentuk clinker :

a). Reaksi kalsinasi lanjut dari CaCO3 dan MgCO3.

b). Reaksi pembentukan senyawa C2S (dikalsium silikat).

c). Reaksi pembentukan senyawa C3A (trikalsium aluminaferit).

d). Reaksi pembentukan senyawa C3S (trikalsium silikat).

Bahan bakar yang digunakan untuk pembakaran di rotary

kiln adalah batu bara yang didapat dari ADARO. Batu bara

dihancurkan dalam coal mill dan dikeringkan dalam coal mill

dengan memanfaatkan gas panas dari suspension preheater. Serbuk

batu bara (fine coal) ditampung dalam coal bin, kemudian

disemprotkan ke rotary kiln melalui burner.

3.7.2.4. Pendinginan Clinker

Produk dari tepung yang telah mengalami proses pembakaran

dalam rotary klin berupa lelehan akan didinginkan secara mendadak

(quenching) supaya dihasilkan clinker (terak) yang mudah digiling

pada penggilingan akhir. Klinker didinginkan dari suhu ± 1290 °C

menjadi ± 150 °C dengan memanfaatkan udara pendingin dari


36

cooler. Selain itu sebagian udara dari cooler yang dimanfaatkan

untuk pengeringan dalam raw mill.

Clinker yang kasar akan tertinggal dalam grate cooler, untuk

klinker yang halus berupa debu akan terbawa menuju udara oleh

electrostatic precipitator. Debu yang terkumpul jatuh ke chain

conveyor dan yang diangkut menuju deep drawn pan conveyor.

Udara buang yang dihasilkan keluar melalui stack. Sedangkan

clinker yang agak halus akan jatuh menembus lubang-lubang kecil

pada grate dan akan ditampung dalam hopper. Sebelum produk

clinker dimasukkan ke dalam clinker bin sebagian produk klinker

akan diangkut oleh deep drawn pan conveyor menuju clinker

storage silo.

Produk clinker dari dalam bin clinker dipasarkan sesuai

permintaan konsumen dan diangkut dengan menggunakan truk.

Debu dari deep drawn pan conveyor akan diangkut menuju ke

clinker storage silo.

Pengeluaran clinker dari clinker storage silo diatur oleh 10

discharge gate. Clinker yang keluar dari discharge gate 1, 2, 3, 4, 5,

6, 7, 8, 9, dan 10 diangkut oleh belt conveyor menuju ke bucket

elevator menuju ke clinker bin. Clinker dari bucket elevator

ditampung dalam clinker bin lalu ditimbang oleh weight feeder dan

diangkut oleh belt conveyor ke bucket elevator menuju vertical

raw mill.
37

3.7.3 Penggilingan Akhir dan Distribusi Produk

3.7.3.1 Penggilingan Akhir

Penggilingan pendahuluan (pre grinder) dilakukan dalam

vertical raw mill (362-RM1) yang menggunakan gaya tekan roller

pada meja putar. Clinker dihancurkan dengan 4 roller vertikal dan

landasan grinding table yang horizontal menjadi butiran-butiran

kecil berukuran ± 10 mm. Produk clinker yang sudah halus diangkut

oleh bucket elevator.

Gypsum dalam gypsum bin ditimbang lebih dahulu oleh

weight feeder. Selanjutnya gypsum diangkut oleh belt conveyor

bersama-sama dengan clinker menuju ball mill sebagai penggilingan

akhir. Penggilingan akhir dimaksudkan untuk memperoleh semen

dengan derajat kehalusan yang sesuai dengan ketentuan SII (Standar

industri Indonesia). Semen yang dihasilkan dengan penggilingan

akhir mempunyai derajat kehalusan antara 3650 cm2/g.

Cement mill (ball mill) yang digunakan untuk penggilingan

akhir berbentuk silinder horisontal dimana didalamnya terdapat dua

kamar yang dibatasi oleh diafragma yang berfungsi untuk menahan

media grinding agar tidak bercampur antara ukuran yang besar dan

ukuran yang kecil dan juga bersifat menyaring material. Kamar I

(Compartment 1) memiliki bola baja (grinding ball) dengan

diameter bolanya antara lain yaitu 60, 70, 80, 90 (dalam satuan mm)

sedangkan kamar II diameter Grinding Ballnya adalah 15, 17, 20,

25, 30, 40, 50 (dalam satuan mm). Material yang halus terbawa
38

aliran udara menuju dust colector. Debu yang terkumpul diangkut

oleh screw conveyor menuju air slide. Produk semen dari ball mill

dibawa oleh air slide bersamaan dengan debu dari dust colector

menuju bucket elevator, lalu menuju ke onoda separator.

Produk semen dari ball mill ini ditransport ke onoda

separator yang berfungsi misahkan material halus dan kasar.

Material semen yang kasar karena gaya gravitasi akan turun

kebawah, lalu dibawa oleh air slide selanjutnya masuk ke belt

conveyor kembali ke ball mill untuk digiling. Sedangkan material

yang halus terbawa aliran udara oleh hisapan fan menuju cyclone.

Cyclone akan memisahkan material semen yang halus dari

gas/udara. Produk material semen yang halus dari cyclone dibawa

menuju cement silo.

3.7.3.2. Pengantongan Semen

Tahap pengantongan semen dimulai dari cement silo.

Sebagian semen akan dipasarkan secara curah melalui juntion box,

kemudian ditampung di dalam bin. Semen dari bin dibawa oleh air

slide menuju ke bucket elevator yang mengangkut semen ke feed

bin, sebelum diayak menggunakan screen. Setelah itu dari feed bin,

semen masuk kedalam packing machine yaitu rotary packing

machine yang dilengkapi dengan spout tube berupa suntikan untuk

memasukkan semen kedalam kantong semen. Pemasukan semen

kedalam kantong semen diatur dengan berat 40 kg dan 50 kg.


39

3.7.4 Spesifikasi Alat Utama

3.7.4.1 Hammer Crusher

Gambar III.6 Area Crusher di Nusakambangan

Alat ini dipakai secara luas di industri semen, yaitu

digunakan untuk size reduction atau pengecilan ukuran material

batu kapur dari bongkahan berukuran maksimal 1200 mm menjadi

material kecil berukuran 90 - 108 mm. material yang kecil kemudian

akan ditampung oleh belt conveyor yang kemudian akan diarahkan

ke penampungan material.

3.7.4.2 Raw Mill

Gambar III.7 Raw Mill

Raw Mill mempunyai konsumsi energi spesifik yang rendah,

tidak memerlukan area yang luas untuk penempatannya dan biaya

investasinya rendah. Alat ini berfungsi untuk menggiling,

mencampur, sekaligus mengeringkan campuran dari raw material

sehingga keluar dari mill dengan ukuran 170 mesh dan kadar air
40

maksimal 1 persen. Penggilingan yang diikuti dengan pengeringan

ini selain bertujuan untuk mendapatkan ukuran material yang

seragam juga bertujuan untuk menguapkan kandungan air yang

masih terdapat dalam material.

3.7.4.3 Blending Silo

Gambar III.8 Blending Silo

Blending silo yang berkapasitas 20.000 ton berfungsi ganda

yaitu sebagai mixing chamber dan sebagai storage silo yang

dioperasikan secara continous flow silo. Raw material diumpankan

ke blending silo secara bergantian dengan setting time setiap 36

menit.

3.7.4.4 Suspension Preheater

Tipe dari Suspension Preheater yang digunakan di PT

Holcim Indonesia Tbk Pabrik Cilacap adalah type double string.

Dimana pada setiap string pada preheater terdiri dari 4 tahap (stage)

Cyclone yang terpasang secara seri satu di atas yang lain. Untuk

meningkatkan efisiensi pemisahaan antara gas panas dan material di

dalam Preheater, maka pada stage teratas di pasang Cyclone ganda.

Cyclone I sampai III berfungsi sebagai pemanas awal material


41

umpan kiln, sedangkan Cyclone IV dipakai sebagai pemisah produk

luar dari calsiner yang telah terkalsinasi.

3.7.4.5 Rotary Kiln

Gambar III.9 Rotary Kiln

Rotary Kiln merupakan peralatan paling utama pada proses

pembuatan semen. Fungsi utamanya adalah sebagai tempat

terjadinya kontak antara gas panas dan material umpan kiln

sehingga terbentuk senyawa-senyawa penyusun semen yaitu C3S,

C2S, C3A dan C4AF. Kiln tanur mampu membakar umpan dengan

kapasitas 7800 ton/jam hingga menjadi terak klinker.

3.7.4.6 Clinker Cooler

Clinker Cooler berfungsi sebagai alat pendingin clinker yang

dilakukan secara mendadak. Tujuan dari pendinginan secara

mendadak ini adalah agar dihasilkan clinker yang bersifat amorf

sehingga mudah digiling. Terak panas yang bersuhu sekitar 1300⁰C

keluar dari kiln dan akan segera didinginkan oleh “Reciprocating

Grate Cooler“ yang terbagi menjadi 16 kompartemen. Udara

dihembuskan oleh 14 undergrate fan dalam Cooler untuk

mendinginkan terak sampai ± 80⁰C.


42

3.7.4.7 Finish Mill

Gambar III.10 Area Finish Mill

Finish Mill digunakan untuk penggilingan dan pencampuran

clinker dan gypsum sehingga akan diperoleh produk mill dengan

kehalusan yang diinginkan atau yang disebut dengan semen. Finish

mill yang digunakan adalah tipe Ball Mill. Ball Mill terdiri dari dua

kompartemen dimana masing-masing kompartemen mempunyai

ukuran bola yang berbeda yaitu :

1. Kompartemen I

Panjang 2,5 m berisi bola logam berdiameter 60 – 90 mm,

berfungsi sebagai penggiling material kasar menjadi material

agak halus.

2. Kompartemen II

Panjang 10,5 m berisi bola logam berdiameter 15 – 50 mm,

berfungsi sebagai penggiling material setengah halus menjadi

halus.

Antara kedua kompartemen tersebut terdapat semacam

sarangan atau sekat yang berfungsi sebagai penyaring material yang

sudah agak halus dan mencegah bercampurnya bola logam yang ada

di kompartemen I dan II.


43

3.7.5 Spesifikasi Alat Pendukung

Alat proses yang digunakan di PT. Holcim Indonesia Tbk

Pabrik Cilacap pada dasarnya dapat digolongkan menjadi alat utama

dan alat pendukung yang sifatnya menunjang kerja dari alat utama.

Alat utama ini merupakan sarana untuk mengakomodasikan proses

utama pembuatan semen, alat penunjang atau pendukung ini antara

lain meliputi : unit alat transportasi dan unit alat penangkap debu.

3.7.5.1. Alat Transport

Alat pendukung ini digunakan untuk mengangkut material

atau produk dari suatu alat proses ke alat proses lainnya atau

ketempat penyimpanan. Alat-alat pengangkut yang digunakan antara

lain :

1. Drag Chain Conveyor digunakan untuk mengangkut material

yang berupa butiran, serbuk atau material campuran dalam

keadaan panas. Posisinya datar atau miring, turun atau naik.

2. Screw Conveyor digunakan untuk mengangkut material

berbentuk serbuk atau butiran dalam keadaan panas. Posisinya

mendatar atau miring ke bawah atau ke atas.

3. Belt Conveyor digunakan untuk mengangkut material padatan

dari satu tempat ke tempat lainnya. Posisi mendatar atau

miring.

4. Bucket Elevator digunakan untuk mengangkut material yang

berbentuk serbuk, butiran pada posisi vertikal.


44

5. Air Slide adalah satu alat ini digunakan untuk mengangkut

semen dari cement silo ke bucket elevator yang kemudian akan

menuju ke unit packing. Material yang diangkut berupa padatan

dalam ukuran yang kecil dalam bentuk serbuk halus dalam

kondisi yang panas. Air Slide yang sering digunakan dalam

posisi miring.

3.7.5.2 Alat Penangkap Debu

Dalam usaha penangkapan debu PT. Holcim Indonesia Tbk

Pabrik Cilacap menggunakan alat electrostatic precipitator dan bag

filter sebagai alat untuk penangkap debu.

1. Electrostatic precipitator adalah alat ini merupakan alat untuk

memisahkan debu dari gas dengan menggunakan medan listrik.

2. Bag Filter adalah alat ini merupakan alat pemisah gas dari debu

melalui saringan yang merupakan tong dari cottoc soll atau

asbes.

3.8 HIRADC dan tugas terkait K3 Pabrik Cilacap

3.8.1 HIRADC Clinker Production PT. Holcim Indonesia Tbk

HIRADC (Hazard Identification Risk Assessment Determining Control)

merupakan elemen penting dalam sistem manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja karena berkaitan langsung dengan upaya pencegahan dan

pengendalian bahaya yang digunakan untuk menentukan rencana kesehatan

dan keselamatan kerja di perusahaan. HIRADC merupakan salah satu

persyaratan dari pedoman OHSAS 18001 pada klausal 4.3.1 bahwa


45

organisasi harus menetapkan prosedur dan melakukan identifikasi bahaya,

penilaian risiko dan pengendalian risiko atau yang disebut HIRADC.

Berdasarkan hasil identifikasi bahaya yang ada pada proses produksi

klinker yang termasuk dalam HIRADC PT. Holcim Indonesia Tbk yaitu

terdapat potensi bahaya medium dengan jumlah 70 potensi (96%) dan

potensi bahaya substantial risk berjumlah 3 potensi (4%). (Lampiran I)

Risiko bahaya

4%

Medium
Substantial

96%

Gambar III.11 Diagram persentase potensi bahaya pada proses produksi

klinker

3.8.2 Tugas terkait Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Tugas terkait K3 yang lain seperti pembuatan JSA (Job Safety Analysis),

serta mengawasi pengisian berkas General Work Permit, Save Working

Prosedur, Job Planning Tool, dan Life Saving Talk yang digunakan untuk

pekerjaan yang mempunyai risiko tinggi seperti bekerja pada ketinggian,

pekerjaan ruang terbatas (confine space), pekerjaan umum, pekerjaan

pengelasan dll. Departemen H&S juga memberikan laporan rutin terkait


46

action log yang dilakukan dan laporan saat melakukan pengamatan yang ada

di lapangan.

Tugas dari tim H&S yaitu mengawasi pekerja dan mengarahkan pekerja

agar menjalankan pekerjaannya sesuai dengan peraturan yang berlaku di

perusahaan yang sesuai dengan standar. Disini tim safety harus memahami

bagaimana prosedur standar dari tiap pekerjaan dengan benar, baik tentang

pekerjaan dari pekerja, peralatan yang digunakan, peraturan atau standar yang

mengatur, SOP yang benar, penggunaan APD yang sesuai, potensi bahaya

yang ada di tempat kerja, beserta upaya pencegahan yang dilakukan agar

pekerja bisa bekerja dalam keadaan aman, nyaman dan selamat.

Tim safety juga memiliki tugas untuk melakukan audit internal dari

Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang dilakukan oleh

tim safety yang akan dilakukan pada bulan september tahun ini. Untuk

penerapan audit sistem manajemen perusahaan Holcim menggunakan

pedoman dari OHSAS 18001 yang merupakan international standart dan

untuk penerapannya juga menggunakan pedoman kesehatan dan keselamatan

kerja dari Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012. Tujuan dilakukannya

audit SMK3 yaitu untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari kegiatan

yang ada di perusahaan, sedangkan fungsi dari audit internal yaitu membantu

organisasi untuk memelihara pengendalian potensi bahaya yang ada di

lingkungan perusahaan dengan efektif dan melakukan evaluasi sejauh

manakah kesesuaian dengan pengendalian kebijakan, rencana dan prosedur

yang telah ditetapkan, serta menentukan sejauh manakah aktivitas perusahaan

dapat dipertanggung jawabkan dan diamankan dari segala bentuk kehilangan.


47

3.9 Program K3 di PT. Holcim Indonesia Tbk Pabrik Cilacap

PT. Holcim merupakan perusahaan besar yang memiliki program

perusahaan dan program keselamatan kerja perusahaan. Program

kesehatan dan keselamatan kerja yang dilakukan secara berkelanjutan, di

departemen Health & Safety di perusahaan yaitu menggunakan sistem

action log yang mana tiap program yang selesai maka akan diperbaharui

dan digantikan dengan action log yang baru dan ada program K3 yang

diterapkan yaitu :

1. Training

Program ini dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan tentang

pemahaman K3 pada pekerja, tetapi peltihan ini bergantung pada

kebutuhan setiap departemen. Training ini dilaksanakan pada internal

perusahaan dan external perusahaan. Training diwajibkan dan dipahami

oleh pekerja yang ada di PT. Holcim Indonesia Tbk pabrik Cilacap

terutama pada pekerja khusus, dan training yang dilkukan sesuai dengan

bidangnya masing-masing misalnya seperti training tentang LOTO,

Working at Height, Confine space dst.

2. Safety Inspection

Safety inspection ini dilakukan oleh Safety Officer yang ada di

departmen H&S untuk memeriksa dengan metode pengamatan atau

observasi lingkungan kerja apakah terdapat penyimpangan ataupun bahaya

yang ada di tempat kerja, jadi tak hanya pada peralatan, mesin saja

melainkan juga mengamati pekerjanya baik penggunaan APD yang

digunakan, SOP kerja maupun pengisian data rutin tiap area. Hasil dari
48

inspeksi ini lalu di analisis dan mencari pengendalian yang akan dilakukan

jika masih ada bahaya ataupun penyimpangan yang ada lingkungan kerja.

Lalu yang memiliki bahaya yang tingkatnya sedang hingga high risk maka

akan didiskusikan oleh pihak terkait yang ada di pabrik sehingga dapat

terlaksana pengendalian yang tepat untuk masalah yang ada. Inspeksi yang

dilakukan yaitu inspeksi mengenai housekeeping, area kerja, karyawan dan

lingkungan.

Tak hanya pihak safety saja yang melakukan inspeksi tapi juga dari

pihak fire and rescue yang melakukan banyak kegiatan inspeksi seperti

inspeksi peralatan perlengkapan Confined Space Rescue, peralatan

Ambulance dan perlengkapannya, APAR, Hydrant jenis pilar/ gedung, Eye

Washer Jenis Fix, peralatan Ziegler, peralatan Genset, Cable Tunnel dll.

3. Reporting

Laporan yang dilakukan oleh departemen Occupational Health and

Safety yaitu laporan harian, mingguan, bulanan, juga tahunan. Laporan

One a day adalah laporan yang dilakukan secara harian, laporan weekly,

monthly, yearly berisi tentang kegiatan yang dilakukan anggota

departemen Health & Safety dalam melaksanakan Kesehatan dan

Keselamatan Kerja di perusahaan.

4. OHIH (Occupational Health Industrial Higiene)

Pada program ini dilakukan untuk menjaga kesehatan dari karyawan

yang bekerja di PT. Holcim Indonesia Tbk pabrik Cilacap. Di perusahaan

ini terdapat satu klinik yang menjadi tempat khusus yang disediakan untuk

melakukan hal yang berhubungan dengan kesehatan kerja seperti


49

perawatan pada karyawan yang sakit atau melakukan konsultasi mengenai

kesehatan. Dokter yang ada di klinik ini juga sudah memiliki surat ijin dan

sertifikat untuk lekakukan praktik di PT. Holcim Indonesia Tbk. Di OHIH

ini juga melakukan medical check up untuk mengetahui kondisi karyawan

sehingga perusahaan dapat mengetahui kondisi kesehatan karyawan dan

bagaimana upaya yang harus dilakukan untuk mengontrol agar kondisi

karyawan PT. Holcim Indonesia Tbk selalu dalam kondisi yang baik dan

produktifitasnya terjaga.

Tes kesehatan untuk karyawan baru dilakukan saat akan merekrut

karyawan baru yang akan dipekerjakan. Tes kesehatan ini hampir sama

dengan medical check up yang diperuntukan bagi karyawan baru untuk

mengetahui kondisi awal dan penempatan pekerja pada divisi apa yang

cocok sesuai dengan kemampuannya.

Yang disediakan oleh Occupational Health yaitu :

a. Kotak P3K

Pengelolaan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengurangi

angka kecelakaan kerja adalah penerapan P3K. Program ini

dijalankan dengan seksama dan memerlukan koordinasi yang kuat

dari semua karyawan dilingkungan kerja. Kotak P3K disediakan di

masing-masing office.

b. Medical Check Up

Medical check up dilakukan oleh PT. Holcim Indonesia Tbk selama

satu tahun sekali, untuk mengetahui kondisi dari pekerja apakah ada
50

perubahan signifikan pada kesehatannya seperti kemungkinan

adanya penyakit akibat kerja.

c. Medical Service

Melakukan perawatan terhadap pekerja di PT. Holcim Indonesia

Tbk yang sakit.

d. Rumah Sakit Rujukan

PT. Holcim Indonesia Tbk memiliki dokter perusahaan yang

bertugas untuk menangani pasien jika terjadi hal yang berkaitan

dengan kesehatan pekerja tetapi untuk jenis penyakit atau

kecelakaan besar dan memerlukan pertolongan pertama atau

perawatan yang lebih intensif, maka pihak perusahaan akan

mengirimkan pasien atau karyawan tersebut ke rumah sakit rujukan

terdekat seperti Rumah Sakit Fatimah Cilacap.

5. CIP Safety Matrix

Suatu program dari PT. Holcim Indonesia Tbk untuk melakukan audit

terhadap hal yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja di

perusahaan. Audit yang dilakukan yaitu meliputi :

Working at height, vehicle and traffic management, isolations/machine

guarding, electritical safety, lifting & supporting loads, contractor

management system, working near water, quarrys,cement, geocycle.

6. Program JSA (Job Safety Analysis)

Job Safety Analysis (JSA) banyak dikenal dengan nama Job Hazard

Analysis merupakan dokumen yang berisi mengenai cara melakukan

pekerjaan yang aman dengan diawali dari melakukan pembagian


51

pekerjaan dalam tahapan langkah kerja, identifikasi bahaya yang

terkait, serta tindakan pencegahan yang direkomendasikan.

Tahap dari JSA yang ada di PT. Holcim Indonesia Tbk yaitu :

1. Sequent Of Activity

a. Dilakukan secara sistematis hingga selesai.

b. Berfokus pada inti kegiatan yang dilakukan.

c. Sequent kegiatan jangan terlalu banyak dan jangan terlalu

sedikit.

d. Semakin detil sequent aktivitas maka semakin tajam

identifikasi bahaya.

2. Risk Identification

a. Mempertimbangkan kondisi tidak aman yang ada di tempat

kerja

b. Semakin detil risiko, semakin baik.

c. Menyebutkan risiko dan penyebabnya, untuk memudahkan

dalam menentukan control measure.

d. Mempertimbangkann semua masukan, baik dari si pekerja,

pengawas, maupun orang yang punya pengalaman dalam

melakukan pekerjaan tersebut.

3. Risk Control Measure Recommendation

a. Mengutamakan tindakan pencegahan (preventif)

b. Menggunakan Hierarchy of control (APD sebagai pilihan

terakhir)
52

c. Mempertimbangkan emergency action, jika akan melakukan

pencegahan pada risiko bahaya.

d. Setelah JSA dikomunikasikan ke penanggung jawab dan

disetujui, maka JSA tersebut akan disosialisasikan ke seluruh

pekerja yang terlibat dengan pekerjaan tersebut.

7. Other Program

a. Safety Induction and Security Induction

Melakukan safety induksi untuk karyawan yang masih baru

maupun tamu seperti mahasiswa yang sedang magang, serta

kontraktor agar mengetahui peraturan dan mengetahui hal yang

terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja yang ada di PT.

Holcim. Sedangkan security induksi yaitu suatu proses penjelasan

mengenai peraturan keamanan yang berlaku dalam perusahaan agar

bisa tercipta keamanan bagi pengguna dan bisa meminimalisir

kejadian yang mungkin terjadi di area pabrik. Dalam Safety

induction penjelasannya mencakup :

1) Definisi bahaya, insiden, kecelakaan, near miss, konsekuensi,

risiko

2) Hazard (unsafe Action and unsafe Condition)

3) Teori gunung es

Dimana semakin banyak bahaya maka semakin banyak

kemungkinan kematian

4) 5 Rules of OH&S
53

Aturan 1 : Saya melakukan penilaian dan mengontrol risiko

sebelum memulai pekerjaan, lakukan assessment dan

identifikasi bahaya sebelum melakukan pekerjaan, lakukan

JSA (Job Safety Analysis), menerapkan Hierarki

Pengendalian.

Aturan 2 : Saya hanya melakukan aktifitas yang menjadi

kewenangan saya.

Aturan 3 : Saya tidak pernah melanggar atau

menyalahgunakan peralatan kesehatan dan keselamatan dan

saya selalu memakai APD yang dipersyaratkan saat

mengemudi kendaraan, saat bekerja di ketinggian, saat

bekerja pada mesin, proses isolasi (elektritical/mesin

guarding) LOTOTO.

Aturan 4 : Saya tidak bekerja dalam pengaruh alkohol dan

obat – obatan.

Aturan 5 : Saya melapor seluruh insiden.

5) Tindakan darurat, komunikasi dalam kondisi emergency, titik

evakuasi, Kotak P3K & Obat, health care center, emergency

plan

6) Kebijakan lingkungan (housekeeping/5S)

7) Eco Office Projects yitu program untuk mengurangi dampak

kesehatan dengan menjaga lingkungan yang tidak sehat

terhadap tempat kerja kita, lingkungan kerja serta diri sendiri.

Contoh penerapan dari program ini yaitu : hemat air, hemat


54

energi, mengurangi sampah plastik, menjaga udara sekitar

tetap sehat.

b. Safety Talk

Safety Talk adalah salah satu kegiatan untuk bertukar informasi

dan mensosialisasikan bahaya dari pekerjaan yang akan dilakukan.

Pada kegiatan ini semua pekerja dapat menyampaikan seluruh

informasi yang mungkin penting untuk seluruh pekerja tak

terkecuali masalah keselamatan kerja disini juga merupakan proses

dimana supervisor memberikan arahan kepada pekerjanya terkait

tempat kerja dan apa yang akan dilakukan pada hari itu. Untuk

keselamatan kerja setiap hari harus memberikan informasi apa saja

mengenai penyimpangan atau nasihat-nasihat lainnya berkaitan

dengan keselamatan kerja pada pekerja yang ada di PT. Holcim

Indonesia Tbk.

Gambar III.12 Safety Talk

c. Safety Board

Safety baord ini disediakan oleh PT. Holcim Indonesia Tbk yaitu

sebagai tempat untuk menaruh gambaran dari peralatan atau mesin,

untuk meletakkan GWP, LST, JPT dan sertifikat, serta ijin kerja

lainnya. Tak hanya itu yang di tampilkan pada safety board pun

beragam biasanya mengenai isu yang terbaru tentang kesehatan dan


55

keselamatan kerja yang ada di area yang terdapat safety board

tersebut.

Gambar III.13 Safety Board di area dekat alternative storage

d. Safety Patrol

Safety patrol adalah kegiatan pemantauan rutin oleh Safety Officer

pada area kerja untuk melihat atau mengamati perilaku pekerja,

potensi bahaya baru, kelengkapan APD dan kelengkapan berkas

kerja harian seperti Work Permit dan Life Saving Talk. Temuan

ketidaksesuaian dari aktifitas yang didapat dari kegiatan safety

patrol nantinya akan dishare dan selanjutnya hasil temuan tersebut

akan di follow up.

Gambar III.14 Safety patrol yang dilakukan oleh pihak safety

e. Instrumen Keselamatan Kerja APD (Alat Pelindung Diri)

PT. Holcim Indonesia Tbk menyediakan perlengkapan

pelindung diri yang diperlukan oleh seluruh pegawai serta

pengunjung secara cuma-cuma karena APD merupakan

tanggung jawab perusahaan dalam rangka melindungi pekerja


56

dan pengunjung. APD yang digunakan harus sesuai dengan

potensi bahaya yang ada di setiap area kerja.

Gambar III.15 Memakai APD

Macam alat pelindung diri yang disediakan oleh PT. Holcim

Indonesia Tbk yaitu :

1. Pakaian kerja

Standar pakaian kerja di daerah kerja adalah memiliki

garis pendar cahaya dan warna mencolok.

2. Safety Shoes

Safety shoes wajib dikenakan oleh pegawai Holcim

setiap waktu apabila bekerja pada area kerja.

3. Safety Helmet

Safety helm dikenakan wajib oleh seluruh pekerja pada

area kerja terkecuali pada kantor.

4. Alat pelindung telinga

Personil yang wajib menggunakan yaitu dengan area

kerja yang menjadi sumber kebisingan seperti earplug

atau earmuff.

5. Alat pelindung mata

Pekerja wajib menggunakan kacamata di area

pabrik karen aterdapat potensi bahaya debu, dan juga


57

untuk pekerja yang melakukan pekerjaan menggunakan

alat seperti pada pekerjaan pengelasan dll.

6. Masker hidung dan mulut

APD digunakan untuk pekerjaan pada area berdebu,

terpapar bahan kimia dan penggunaan gas berbahaya.

7. Sarung tangan

Sarung tangan digunakan untuk melindungi tangan

saat handling botol atau pekerjaan lainnya yang

diharuskan memakai sarung tangan. Seperti di area lab

chemical dll.

8. Celemek pelindung (apron)

Celemek pelindung ini digunakan oleh area

pengelasan untuk melindungi pekerja dari percikan api

yang terbuat dari kulit.

9. Safety Harness

APD ini digunakan untuk pekerjaan di ketinggian

wajib mengenakan safety harness karean pada pekerjaan

di ketinggian terdapat poensi bahaya terjatuh. Safety

harness ini gunakanya untuk menopang badan agar tidak

terjatuh.

f. Safety Sign

Rambu digunakan untuk membantu penerapan kesehatan dan

keselamatan kerja di perusahaan ditempatkan di area sesuai dengan

potensi bahayanya. Seperti bahan yang berbahaya atau tempat yang


58

berisiko mengalami kecelakaan kerja. Rambu dipasang ditempat

yang mudah dilihat oleh mata, rambu tidak boleh rusak atau

dipindahkan dalam keadaan apapun serta rambu-rambu ini harus

dipatuhi dan ditaati oleh seluruh pekerja yang adadi tempat

tersebut.

Gambar III.16 Safety Sign

g. Housekeeping

Bagian dari kegiatan departemen yang dilakukan untuk

mengatur atau menata peralatan, menjaga kebersihan, melaporkan

kerusakan, member dekorasi dengan tujuan agar tempat tersebut

tampak bersih, rapi, menarik, dan menyenangkan, dan nyaman

saat digunakan untuk melakukan pekerjaan.

Gambar III.17 Membersihkan gudang milik departemen H&S

3.10 Pengukuran dan Penilaian Lingkungan Kerja Pabrik Cilacap

PT. Holcim Indonesia Tbk ini melakukan pengukuran dan menilai

lingkungan kerja yang meliputi kebisingan, getaran, audiometri, kelelahan,

debu, pencahayaan, heatstress, silica, benzene, heavymetal fumes,


59

ergonomi. Pengukuran dan penilaian lingkungan kerja dilakukan oleh

pihak departmen H&S dibantu dengan pihak lain yang terkait seperti lab,

user dll. Untuk tahun ini pihak H&S memfokuskan pada kebisingan di

area pabrik terutama pada bagian produksi dan mesin yang digunakan.

Sebelum melakukan pengukuran kebisingan, pihak safety menentukan

terlebih dahulu titik dimana akan dilakukan pengukuran di area pabrik.

Setelah penentuan titik maka pihak health and safety bisa segera

melaksanakan pengukuran.

3.11 Identifikasi Permasalahan K3 PT. Holcim Indonesia Tbk Pabrik

Cilacap

Selama berada pada PT. Holcim Indonesia Tbk telah mengamati

kegiatan yang ada di perusahaan. Dari berbagai tempat yang diamati ada

beberapa penerapan mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang

belum optimal dan cara kerja ada yang masih berpotensi menimbulkan

potensi bahaya bagi pekerja. Potensi bahaya yang ada, jika dibiarkan saja

maka akan dapat menimbulkan kerugian, baik dari segi material, biaya,

waktu, maupun tenaga. Untuk mencegah terjadinya kerugian tersebut,

maka upaya pencegahan perlu diterapkan baik melalui peraturan, prosedur

kerja maupun upaya yang lainnya, tetapi untuk utamanya untuk melakukan

pencegahan yaitu kesehatan dan keselamatan di perusahaan harus berjalan

terlebih dahulu. Dengan berjalannya kesehatan dan keselamatan kerja di

perusahan memang tidak menghilangkan potensi bahaya melainkan untuk

meminimalisir terjadinya kerugian terutama seperti kecelakaan kerja dan

penyakit akibat kerja.


60

Di perusahan Holcim ini kesehatan dan keselamatan kerjanya

sudah berjalan, bisa dibilang baik dalam cara penerapannya dan banyak

yang sudah dilakukan pengendalian, tetapi semua potensi bahaya tidak

dikendalikan secara langsung melainkan secara bertahap, contoh

pengendalian yang sudah dilakukan yaitu seperti pada belt conveyor, fan

blower dan mesin lain yang mempunyai potensi bahaya langsung

diberikan machine guarding sebagai upaya pencegahan agar pekerja tidak

melakukan kontak secara langsung dengan mesin yang memiliki potensi

bahaya. Upaya lainnya yaitu pemberian safety induction, security

induction penerapan Standar Operational Procedure, LST, SWP, JPT,

instruksi kerja, safety talk, safety patrol dll. Dalam pelaksanaan upaya

pencegahan banyak hal yang dapat menghambat jalannya penerapan

kesehatan dan keselamatan kerja, baik dari segi biaya, pengetahuan

pekerja, manajemen, atau pekerjanya sendiri dan mungkin yang lainnya.

Di beberapa bagian pabrik juga sedang dilakukan pembangunan

sehingga banyak potensi bahaya yang akan muncul, untuk itu setiap hari

pihak safety perusahaan selalu melakukan safety patrol untuk memastikan

upaya kesehatan dan keselamatan kerja dalam perusahaan sudah

dijalankan dengan benar sesuai dengan standar dan prosedur yang berlaku

di perusahaan, dan bila ditemukan penyimpangan atau potensi bahaya baru

maka pihak safety akan segera bertindak sesegera mungkin untuk

melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian terhadap potensi

bahaya baru tersebut.


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan pengendalian pelepasan panas

preheater pada proses produksi klinker

Pada Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 pada pasal 11 ayat 3 dan

pasal 7 tentang kebijakan K3 ayat 2a menyebutkan bahwa pengusaha harus

melakukan tinjauan awal kondisi K3 yang meliputi identifikasi potensi bahaya,

penilaian risiko, dan pengendalian risiko. Berdasarkan hal tersebut PT. Holcim

Indonesia Tbk pabrik Cilacap menerapkan proses identifikasi bahaya, penilaian

risiko, dan pengendalian risiko/ dikenal dengan HIRADC (Hazard Identification,

Risk Assessment and Determining Control).

Penerapan identifikasi bahaya dimaksudkan untuk mengetahui dan

mengenal adanya bahaya pada suatu sistem baik peralatan, unit kerja, atau

prosedur yang berpotensi sebagai penyebab terjadinya suatu kecelakaan kerja dan

penyakit akibat kerja yang mungkin akan timbul di tempat kerja. Pelaksanaan

identifikasi bahaya yang dilakukan oleh PT. Holcim Indonesia Tbk selaras dengan

identifikasi bahaya menurut Wardhani dalam (Ridley, J., 2008) bahwa identifikasi

bahaya adalah menentukan kemungkinan ada atau tidaknya paparan bahaya

terhadap tenaga kerja di tempat kerja melalui :

a) Survei potensi bahaya sekaligus patroli keselamatan kerja

b) Audit keselamatan kerja

c) Pemeriksaan lingkungan

d) Laporan kecelakaan yang terjadi /yang nyaris terjadi

e) Masukan dari para karyawan

61
62

Penerapan identifikasi bahaya yang dilakukan oleh regu keselamatan kerja

adalah menentukan kemungkinan ada atau tidaknya paparan bahaya terhadap

tenaga kerja di tempat kerja melalui bentuk patroli keselamatan kerja (safety

patrol), patroli keselamatan kerja dilakukan secara menyeluruh atas area kerja

dimana setiap harinya dilakukan penjadwalan inspeksi pada rute-rute yang telah

ditentukan. Tujuan dari inspeksi tersebut adalah untuk menemukan bahaya baik

dari faktor manusia, segi bahan, alat, proses produksi, dan cara kerja yang salah

atau tidak sesuai dengan standar yang berlaku.

Pelaksanaan identifikasi bahaya di area pabrik Cilacap, petugas yang

melakukan identifikasi bahaya tidak hanya mengacu pada instruksi kerja, proses

produksi atau standart operation procedure (SOP) tiap penggunaan alat/mesin

produksi, tetapi juga memperhitungkan hasil pengukuran (pengukuran kebisingan,

debu dan iklim kerja) serta memperhitungkan record kecelakaan kerja atau

penyakit akibat kerja di tahun sebelumnya. Hal ini dapat dikatakan bahwa data

yang digunakan sebagai acuan dalam melakukan identifikasi bahaya di PT.

Holcim Indonesia Tbk sudah baik.

Dalam proses identifikasi yang dilanjutkan dengan analisis potensi bahaya

yang dilakukan oleh regu keselamatan kerja PT. Holcim Indonesia Tbk diperoleh

73 potensi bahaya yang disajikan dalam bentuk tabel (Lampiran I). Setelah proses

identifikasi bahaya akan dilanjutkan dengan penilaian risiko. Berdasarkan

Permenaker No. 5/MEN/1996 penilaian risiko merupakan suatu proses untuk

menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat risiko kecelakaan atau

penyakit akibat kerja. Penilaian risiko dimaksudkan untuk menganalisis dan


63

evaluasi suatu risiko dalam tindakan sebuah organisasi sehingga dapat

meminimalkan risiko yang dapat terjadi.

Agar penilaian risiko yang dilakukan bisa seobyektif mungkin, maka

perlu mengumpulkan informasi sebelum menilai risiko dari suatu aktifitas,

diantaranya : (Wardhani,2010)

1. informasi aktifitas (durasi, frekuensi, lokasi, siapa yang melakukan).

2. tindakan pengendalian risiko yang sudah ada.

3. Peralatan atau mesin yang digunakan

4. Bahan/ material yang digunakan.

5. Hasil studi, survey atau pemantauan .

6. Analisis risiko dan menentukan tingkat kemungkinan dan

keparahan.

7. Evaluasi risiko.

8. Mengkaji ulang penilaian yang sudah dilakukan.

Pada PT. Holcim Indonesia Tbk tindakan penilaian risiko dilakukan oleh

orang yang sudah berkompeten di bidang penilaian risiko sehingga dapat

menentukan pengaruh atau akibat bahaya yang dilaksanakan melalui tahap atau

langkah yang berkelanjutan. Pada proses penilaian risiko di PT. Holcim Indonesia

Tbk memiliki cara tersendiri dengan menggunakan 3 parameter, sama dengan

metode yang diutarakan dalam Salami, Indah RS dkk dalam bukunya bahwa

terdapat 3 parameter utama yang diperhitungkan dalam penentuan risiko yaitu

paparan, kemungkinan dan keparahan. Pada 3 parameter penilaian risiko yang

digunakan oleh PT. Holcim Indonesia Tbk yaitu :

1) Estimasi tingkat paparan (Exposure)


64

Tabel IV.2 Tingkat Paparan

Paparan Nominal
Continuosly 10
Frequently 6
Occasionally 3
Infrequenty 2
Rarely 1
Very rare 0.5

2) Estimasi tingkat kemungkinan (Probability)

Tabel IV.3 Tingkat Kemungkinan

Kemungkinan Nominal
almost certain 10
quite possible 6
unusual but possible 3
remotely possible 1
conceivable 0.5
practically impossible 0.1

3) Estimasi tingkat konsekuensi/dampak (Consequence)

Tabel IV.4 Tingkat Konsekuensi

Konsekuensi Nominal
Catastrophe 100
Disaster 40
Very serious 15
Serious 7
Important 3
Noticeable 1

4) Penentuan tingkat risiko (Score)

Penentuan tingkat risiko dilakukan dengan menggunakan rumus :


65

Score = Exposure x Probability x Consequence

Setelah diperoleh perkalian dari ketiga parameter maka akan diperoleh

score yang akan digunakan untuk mengetahui tingkat risiko dari potensi

bahaya yang ada.

5) Penentuan prioritas

Setelah dilaukan penentuan tingkat risiko, selanjutnya dibuat skala

prioritas risiko untuk setiap bahaya yang diidentifikasi dalam upaya

menyusun rencana pengendalian risiko. Tujuan dari langkah ini adalah

untuk menentukan prioritas utama untuk tindak lanjut karena tidak semua

aspek bahaya potensial dapat ditidak lanjuti. Prioritas pengendalian risiko

dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

Tabel IV.5 Risk Level

Risk Level Nominal


very high > 400
high 200 – 400
Substantial 70 – 200
medium 20 – 70
low < 20

Pada preheater proses produksi klinker PT Holcim Indonesia Tbk pabrik

Cilacap yang tercantum dalam HIRADC memiliki potensi bahaya paling tinggi

yaitu adanya pelepasan panas pada preheater. Pada preheater memiliki potensi

bahaya lebih besar dibandingkan rotary kiln yang digunakan untuk membakar

material dengan panas yang lebih tinggi dibandingkan dengan preheater,

alasannya karena untuk mesin kiln ini pekerja tidak melakukan kontak langsung

dengan panas karena pembakaran berlangsung di dalam tanur putar (rotary kiln)
66

yang terdapat batu tahan api dan diluarnya terdapat fan blower sebagai pendingin

dan proses pengecekan atau aktivitas pengawasannya berada pada CCR (Central

Control Room).

Dalam CCR terdapat monitor yang mengamati langsung pembakaran

dalam rotary kiln, baik dari suhu, kandungan oksigen, bahan bakar, juga gas yang

dihasilkan seperti jika terdapat gas CO maka akan dilakukan penambahan oksigen

atau komponen lain yang diperlukan agar pembakarannya tetap dalam kondisi

sempurna. Dari HIRADC pada proses produksi klinker PT. Holcim Indonesia Tbk

pabrik Cilacap tersebut diperoleh 73 potensi bahaya yang terdiri dari 70 potensi

bahaya medium dan 3 prioritas utama yang memiliki bahaya paling tinggi dan

tergolong dalam substantial risk.

Dari 3 prioritas bahaya tertinggi dipilih kembali 1 bahaya yang dapat

dikendalikan terlebih dahulu sesuai dengan kemampuan perusahaan. Diantara 3

prioritas telah dipilih bahaya pertama yaitu pada lokasi proses preheating untuk

aktivitas inspeksi area. Bahaya yang ada disini yaitu bahaya mesin atau peralatan

dan tempat kerja yaitu berupa pelepasan panas. Memiliki tingkat exposure atau

paparan yaitu 2 (infrequently), tingkat kemungkinan 6 (quite possible) dan

konsekuensi sebesar 15 (very serious). Dari ketiga parameter tersebut maka

diperoleh score sebanyak 180 yang tergolong dalam substantial risk.

Setelah dilakukan pemilihan prioritas selanjutnya pemilihan pengendalian

yang sesuai dengan prioritas bahaya yang sudah terpilih dalam penilaian risiko.

Berdasarkan Permenaker No 5/Men/ 1996 tentang Sistem Manajemen Kesehatan

dan Keselamatan Kerja menyatakan bahwa “perusahaan harus merencanakan

pengelolaan dan pengendalian kegiatan, produk barang dan jasa yang dapat
67

menimbulkan risiko kerja yang tinggi” hal ini merupakan standar bagi tempat

kerja, perencanaan pabrik dan bahan, prosedur, serta instruksi kerja untuk

mengatur dan mengendalikan kegiatan produk barang dan jasa.

Upaya pengendalian dilakukan dengan menggunakan metode Hierarki

Pengendalian :

a. Eliminasi yaitu menghilangkan sesuatu atau tahapan proses yang

berbahaya.

b. Subtitusi adalah suatu proses dimana material/peralatan yang berbahaya

dapat digantikan dengan material yang kurang berbahaya.

c. Engineering/rekayasa yaitu proses untuk memisahkan atau memodifikasi

mesin yang digunakan agar tidak terlalu bahaya. Misal : isolasi atau

sistem ventilasi.

d. Administrasi adalah proses pengendalian menggunakan prosedur (SOP)

yang digunakan sebagai langkah untuk mengurangi risiko di tempat kerja.

e. Alat Pelindung Diri atau APD diberikan kepada pekerja jika pengendalian

diatas sudah dilakukan tetapi bahayanya masih ada, sehingga pekerja

harus terus menerus kontak dengan faktor bahaya yang ada.

Upaya pengendalian yang dilakukan oleh regu keselamatan kerja PT.

Holcim Indonesia Tbk terhadap bahaya pelepasan panas preheater yaitu dengan

menggunakan metode engineering yaitu installation additional blower dan upaya

administrasi yaitu dengan memberikan SOP, SWP, JSA, pelaporan sebelum

bekerja pada area khusus dan meminta Ijin Khusus (panas) kepada pihak K3,

pemberian sign, dan selain kedua pengendalian tersebut dianjurkan pula


68

penyediaan APD yang sesuai dengan potensi bahaya pelepasan panas agar tidak

menimbulkan dampak yang serius terhadap pekerja.

APD yang dapat direkomendasikan yaitu APD yang tahan panas, mungkin

seperti baju milik pemadam kebakaran yang tahan api, mungkin juga pelindung

wajah seperti yang digunakan oleh pekerja pengelasan agar wajah tidak terkena

pelepasan panas, dan juga dapat menggunakan sarung tangan tahan panas, serta

mengatur durasi untuk kontak dengan area panas agar pekerja tidak mengalami

dehidrasi dan kelelahan kerja, karena jika menggunakan APD tahan panas yang

umumnya lebih tebal dan sedikit lebih berat dibandingkan dengan APD biasa.

Penggunaan APD berupa masker oleh pekerja juga dapat mengurangi

kontak langsung terhadap pelepasan panas untuk mengenai wajah dan juga

terhirup masuk ke saluran pernafasan. Penggunaan masker ini hendaknya lebih

ditekankan saat berada di sekitar area produksi karena terdapat paparan debu juga

selain pelepasan panas, dan jika pekerja berada di area produksi disarankan untuk

tetap memakai masker meskipun saat sedang berbicara dengan pekerja lain,

karena debu tidak hanya debu makro yang dapat terlihat oleh mata namun juga

debu yang mikro ataupun yang berukuran lebih kecil lagi, sehingga dengan

penggunaan masker ini dapat mencegah debu memasuki saluran pernafasan dan

juga melindungi wajah dari paparan panas yang ada pada mesin preheater.

Selain itu pemberian tanda, dan prosedur kerja pada area berbahaya seperti

SOP, ijin kerja panas, LST, sign dan mungkin bisa ditambahkan poster di area

berbahaya yaitu poster terkait bahaya pelepasan panas preheater saat pelaksanaan

cyclone inspection.
69

Poster potensi bahaya hot release pada proses cyclone inspection

Gambar IV.18 Poster


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pelaksanaan kerja praktik kerja lapangan sangat bermanfaat bagi

mahasiswa untuk membandingkan teori yang didapat dari perkuliahan

dengan yang terjadi di industri sesungguhnya. Setelah melakukan kerja

praktik penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

a. Struktur organisasi K3 PT. Holcim Indonesia Tbk yang terdapat

pada departemen H&S terdiri dari manager, safety officer, pihak

occupational health dan fire rescue, yang bertugas untuk menangani

hal terkait kesehatan, keselamatan, dan tindakan darurat dalam

perusahaan. Kebijakan K3 tercantum di semua departemen sebagai

komitmen perusahaan dalam menerapkan K3 di perusahaan. PT.

Holcim Indonesia Tbk ini menerapkan sistem manajemen

kesehatan dan keselamatan kerja menurut PP No 50 Tahun 2012

dan juga menggunakan OHSAS 18001.

b. Proses produksi PT. Holcim Indonesia Tbk terdiri dari tahapan :

1) Persiapan bahan baku berupa batu kapur, tanah liat, pasir besi,

pasir silica, batubara.

2) Penggilingan awal bahan baku dengan menggunakan crusher

yang kemudian dibawa ke storage dan ditimbang dengan weight

feeder lalu diangkut menggunakan belt conveyor menuju ke bin.

Selanjutnya akan diarahkan ke raw mill untuk dipilah antara

tepung yang halus dan kasar lalu yang halus akan dibawa

70
71

menuju cyclone yang hasilnya akan diangkut menuju blending

silo.

3) Proses clinkerization yaitu produk raw mill dibawa oleh air slide

menuju west blending silo dan east blending silo untuk

pencampuran. Setelah itu masuk ke kiln bin dan diangkut ke

preheater.

4) Pembakaran terdiri dari pemanasan awal didalam preheater

mulai dari suhu 100⁰C -900⁰C dan pembakaran material setelah

dari preheater akan dibakar mencapai suhu 1520⁰C di rotary

kiln.

5) Pendinginan setelah mengalami pembakaran pada suhu tinggi

material akan didinginkan secara mendadak sehingga dihasilkan

klinker yang mudah untuk digiling pada penggilingan akhir.

6) Penggilingan akhir klinker yang dicampur dengan gypsum

dilakukan di ball mill. Lalu produk dari ball mill di bawa

menuju osepa untuk dipilah yang halus dan kemudian dibawa ke

cement silo.

7) Pengemasan dari cement silo di bawa ke packing machine yang

kemudian dimasukkan ke kantong semen ukuran 40-50 kg

8) Produk siap distribusikan ke konsumen.

c. Dari HIRADC PT. Holcim Indonesia Tbk pada unit produksi

klinker diperoleh 73 potensi bahaya yang kemudian diperoleh 3

potensi dengan risiko tertinggi yang kemudian diprioritaskan

kembali dari ketiganya dan diperoleh satu bahaya yang harus


72

didahulukan berdasarkan kemampuan perusahaan, yaitu potensi

bahaya pelepasan panas pada preheater.

d. Program K3 PT. Holcim Indonesia Tbk yaitu : Safety induction,

training, JSA, ijin kerja khusus, Safety patrol. Program lain dalam

manajemen pencegahan KK dan PAK dilakukan dengan

menggunakan SOP, SWP, APD yang sesuai, serta sign, poster dsb.

e. Pengukuran dilakukan oleh pihak departemen H&S PT. Holcim

Indonesia Tbk yang pada pengukuran tertentu bekerjasama dengan

pihak terkait seperti lab atau user. Untuk tahun ini dilakukan

pengukuran yang memfokuskan pada kebisingan di perusahaan.

5.2 Saran

PT. Holcim Indonesia Tbk Pabrik Cilacap perlu lebih meningkatkan

hasil produksi sesuai kapasitas pabrik.

a. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas semen produksi PT.

Holcim Indonesia Tbk Pabrik Cilacap.

b. Pengawasan untuk pekerja dari segi prosedur, ijin kerja berisiko

tinggi, pengisian LST, SWP, JPT lebih ditingkatkan kembali agar

tidak terjadi kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja yang dapat

memberikan kerugian bagi perusahaan.

c. Memastikan bahwa pengisian berkas harian selalu dilaksanakan oleh

pekerja sesuai dengan prosedur yang berlaku di perusahaan.

d. Memastikan bahwa supervisor dan pekerjanya sudah melakukan

tugasnya dengan benar.


73

e. Meningkatkan pengawasan kesehatan dari pekerja terhadap potensi

bahaya di area kerja seperti debu, panas, bising dll. Tak hanya itu

pengawasan juga dilihat dari segi higienis perusahaan dan kantin.

f. Memastikan mesin yang digunakan untuk proses produksi selalu

dalam keadaan aman untuk digunakan dan melakukan pengecekan

secara berkala secara detil pada mesin yang digunakan tersebut.

g. Memastikan bahwa saat pekerja sedang melakukan pekerjaannya

sudah sesuai dengan prosedur dan menggunakan APD yang sesuai

dengan tempat kerjanya serta mengetahui potensi bahaya dan

pencegahan terhadap bahaya yang ada di tempat kerja.

h. Untuk memudahkan pengendalian pada pelepasan panas preheater

perlu adanya usaha pengendalian dari segi engineering, administrasi

dan juga penggunaan APD.

i. Perlu disediakannya perpustakaan, fasilitas internet, buku yang lebih

lengkap dan terbaru khususnya untuk mahasiswa kerja praktik

sebagai upaya untuk pengembangan temuan, gagasan, aspirasi dari

mahasiswa demi kemajuan bersama.


DAFTAR PUSTAKA

Wardhani, Rini Setya, 2010. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko pada Unit
Kiln Tuban I PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Tugas Akhir. Surabaya:
Universitas Airlangga.

Anonim, 2016. Laporan Praktik Kerja PT. Holcim Indonesia Bab I Pendahuluan.
Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik. Surakarta : Universitas
Muhammadiyah Surakarta

Amirullah Fuad, 2015. Pelaksanaan Inspeksi di PT. Holcim Indonesia Tbk Pabrik
Narogong. Laporan Praktik Kerja Lapangan II. Surabaya : Universitas
Airlangga.
Ramli, Soehatman.2013. Smart Safety.Jakarta : PT. Dian Rakyat

Salami, Indah R.S. 2016. Kesehatan dan Keselamatan Lingkungan Kerja.


Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Departermen Tenaga Kerja RI, 1996. Peraturan Menteri Tenaga Kerja


No.05/MEN/1996 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Jakarta: Depnaker RI.

Ratnasari, Septa Tri. 2009. Analisis Risiko. Jakarta: Universitas Indonesia

Nindriyawati, Annisa. 2010 Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko dalam


Proses Penggantian Catalys di Butane Treater dalam upaya Mencegah
Terjadinya Kecelakaan di Petrochina. Laporan Khusus. Surakarta :
Universitas Sebelas Maret.

Ramli, Soehatman. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Risiko. Jakarta : PT. Dian
Rakyat.

Anonim, 2011. BAB II Alat Pelindung Diri, dalam


http://erepo.unud.ac.id/17354/3/1102106007-3-BAB%20II.pdf Diakses
pada : 27 Agustus 2017

Anonim, 2011. BAB II Uraian Teoritis Housekeeping dalam


http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/40492/Chapter%20I
I.pdf;jsessionid=E140AE98DF8BEA5BA50DCB930FD2076F?sequence=3
Diakses pada : 28 Juli 2017

Meita fitriana, Laporan Umum Magang kesehatan dan keselamatan kerja dalam
http://eprints.uns.ac.id/7170/1/103392809200909282.pdf Diakses pada : 29
Juli 2017

74
75

Dewi Ismiyanti, Laporan Umum Magang Tentang Penerapan K3 dalam


http://eprints.uns.ac.id/4883/1/161962608201011471.pdf Diakses pada : 29
Juli 2017

Osha, 2015. Situasi Kesehatan Kerja (Kecelakaan kerja), dalam


http://www.safetyshoe.com/tag/data-kecelakaan-kerja-tahun-2015-menurut-
ilo/. Diakses pada : Rabu, 13 September 2017, pukul 19.00 WIB

Osha, 2015. Situasi Kesehatan Kerja (Kecelakaan kerja), dalam


http://www.safetyshoe.com/tag/data-kecelakaan-kerja-tahun-2016-menurut-
ilo/. Diakses pada : Rabu, 13 September 2017, pukul 19.00 WIB

Disnakertrans, 2016. Peringatan Bulan K3 (Jumlah Kecelakaan Kerja), dalam


http://disnakertrans.ntbprov.go.id/peringatan-bulan-k3-tahun-2016/.
Diakses pada : Rabu, 13 September 2017, pukul 19.00 WIB
LAMPIRAN
Lampiran I (HIRADC PT. Holcim Indonesia Tbk)

76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88

Lampiran II (Undang – Undang K3 di PT. Holcim )


89

Lampiran III (Kebijakan K3 PT. Holcim Indonesia Tbk Pabrik Cilacap)

Lampiran IV (5 Rules Health and Safety)


90

Lampiran V (CIP Safety Matrix)


91

Lampiran VI (Ijin Kerja Umum)


92

Lampiran VII (Job Planning Tool)

Lampiran VIII (Live Saving Talk)


93

Lembar Persetujuan Perusahaan

Anda mungkin juga menyukai