PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk Menyusun Skripsi Program Studi Teknik Industri
NPM : 18113056
NAMA : GIMSAR ABDULLAH
JENJANG STUDI : SRATA SATU (S1)
PROGRAM STUDI : TEKNIK INDUSTRI
Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Penerapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) pada
Adalah benar-benar hasil Karya sendiri, kecuali kutipan yang sudah saya sebutkan sumbernya,
belum pernah diajukan pada intitusi mana pun, dan bukan karya jiplakan. Saya bertanggung
jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjun
tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan dan paksaan
dari pihak mana pun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata di kemudian hari
pernyataan ini tidak benar.
i
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing I Pembimbing II
NIDN : NIDN :
ABSTRAK
Pabrik tahu di Indonesia termasuk dalam sektor industri informal, yang umumnya
pekerja tidak memperoleh pelayanan kesehatan kerja maupun jaminan kesehatan. Pekerja di
pabrik tahu bekerja dengan iklim yang panas serta kondisi lingkungan yang terbatas sehingga
seringkali mengabaikan alat perlindungan diri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
penerapan keselamatan dan kesehatan pekerja di pabrik tahu serta kelengkapan Alat
Perlindungan Diri (APD) yang digunakan. Sehingga dapat digunakan sebagai bahan evaluasi
agar terhindar dari kecelakaan kerja dan menciptakan keselamatan kerja (K3). Penelitian ini
merupakan jenis penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan kualitatif sebagai
gambaran akan kesadaran tentang penggunaan Alat Pelindungan Diri (APD) pada pekerja dan
analisis pelatihan K3. Metode pengambilan data dilakukan dengan wawancara secara
langsung kepada pekerja di pabrik tahu Mojosongo. Setelah itu dilakukan pula analisis resiko
dengan melihat konsekuensi peluang terjadinya kecelakaan dan dianalisis dengan metode
Hazard and Operability Study (HAZOP). Pekerja di pabrik tahu Mojosongo secara umum
sudah mengetahui tentang pentingnya keselamatan dan kesehatan pekerja. Namun pada
prakteknya penggunaan APD pada saat bekerja masih kurang diterapkan, presentasenya hanya
30%. Hal ini juga berkaitan dengan belum adanya sosialisasi terkait dengan K3 dan peraturan
dari dinas terkait. Pekerja yang sudah mengikuti pelatihan K3 sebesar 69,7%. Kata Kunci:
analisa K3, pabrik tahu, APD, Metode HAZOP, kecelakaan kerja.
iv
ABSTRACK
Indonesian tofu factory includes an informal industrial sector. Generally, labors do not
get occupational health services or health insurance. The labor in the tofu factory working
with a hot climate and limited space but they ignore personal protective equipment (PPE). The
purposes of this research are to determine the safety and health of labor in tofu factories and
the completeness of PPE. It can be used as an evaluation to avoid work accidents and create
occupational health and safety (OHS). This research is a type of descriptive study that uses a
qualitative approach as an illustration of awareness about the function of protection equipment
(PPE) on labor and analysis of OHS training. The collection data method was carried out by
interviewing directly to the labor of the Mojosongo tofu industry. After that, a risk analysis is
also done by looking at the chance of an accident using a Hazard and Operability Study
(HAZOP) method. Most of the labor in the Mojosongo tofu factory already known about the
importance of occupational health and safety but still not implement it by using PPE, the
percentage is only 30%. This case also relates to the absence of OHS socialization and
regulation from government service. The labor who had attended OHS training was 69.7%.
Keywords: OHS analysis, tofu factory, PPE, HAZOP method, work accident.
v
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan
Hidayah-Nya dan kesehatan yang telah ia diberikan, sehingga penulis dapat menyekesaikan
proposal Skripsi dengan judul “Peningkatan produktivitas Mesin Tayor CNC S-G 5000
Cutting dengan pendekatan Total Productive Maintenance (TPM) Di PT Wika Industri Dan
Konstruksi”.
Selanjutnya penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu,
diantaranya sebagai berikut:
1. Bapak Muhammad Naseer S.Kom., M.T., Selaku Ketua STT Bandung.
2. Bapak Danny Aidil Rismayadi, S.Kom., M.Kom., selaku Wakil Ketua I Sekolah Tinggi
Teknologi Bandung.
3. Ibu Rika Andriyanti Dinata, S.T., selaku Kepala Program Studi Teknik Industri Sekolah
Tinggi Teknologi Bandung.
4. Selaku Dosen Pembimbing 1.
5. Kedua Orang tua dan kakak kakak yang selalu memberikan doa, dukungan dan fasilitas
memadai dalam penyusunan proposal skripsi ini.
6. Kepada saya sendiri, Gimsar Abdullah yang berjuang dalam menyelesaikan segala bentuk
kegiatan dan melewati berbagai rintangan dalam melaksanakan penelitian kali ini
7. Seluruh keluarga besar Pabrik Tahu Pay Aye yang sudah membantu dalam proses
penelitian ini.
8. Siti Sarah yang memberikan semangat serta dorongan untuk melaksanakan dan
menyelesaikan Laporan penelitian ini.
Semoga penulisan pada Skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................................i
ABSTRAK..................................................................................................................................ii
ABSTRACK................................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR................................................................................................................iv
DAFTAR ISI...............................................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL.....................................................................................................................vii
BAB I..........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................................................3
1.5 Batasan Masalah................................................................................................................3
1.6 Sistematika Penulisan........................................................................................................3
BAB II.........................................................................................................................................5
LANDASAN TEORI..................................................................................................................5
2.1 Tahu Sumedang.................................................................................................................5
2.2 Proses Pembuatan Tahu.....................................................................................................5
2.3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja....................................................................................8
2.3.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja...........................................................8
2.3.2 Peraturan tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja..............................................11
2.4 Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) dan Penyakit Akibat Kerja (PAK).............................13
2.4.1 Kecelakaan Akibat Kerja Kecelakaan kerja.............................................................13
2.4.2 Penyakit Akibat Kerja..............................................................................................18
2.5 Macam-macam Alat Pelindung Diri (APD)....................................................................27
2.6 Tujuan K3........................................................................................................................28
BAB III......................................................................................................................................30
METODOLOGI PENELITIAN................................................................................................30
vii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
1
2
160 juta yang terkena penyakit akibat kerja. Angka keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
perusahaan di Indonesia secara umum ternyata masih rendah. Berdasarkan data ILO,
Indonesia menduduki peringkat ke-26 dari 27 negara. Sumber : Rudi Suardi, "Sistem
Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja". Kewajiban untuk menyelenggarakan Sistem
Manajemen K3 pada perusahaan-perusahaan besar melalui UndangUndang ketenagakerjaan,
baru menghasilkan 2% saja dari 15.000 lebih perusahaan berskala besar di Indonesia yang
sudah menerapkan Sistem Manajemen K3. Sektor jasa konstruksi adalah salah satu yang
paling beresiko terhadap kecelakaan kerja, disamping sektor utama lainnya yaitu pertanian,
perikanan, perkayuan dan pertambangan. Jumlah tenaga kerja di sektor konstruksi yang hanya
mengenyam pendidikan sampai dengan tingkat Sekolah Dasar, bahkan sebagian dari tenaga
kerja ini belum pernah mendapatkan pendidikan formal apapun. Sebagian besar dari mereka
juga berstatus tenaga kerja harian lepas atau borongan yang tidak memiliki ikatan kerja yang
formal dengan perusahaan. Kenyataan ini tentunya mempersulit penanganan masalah K3 yang
biasanya di lakukan dengan metoda pelatihan dan penjelasan-penjelasan mengenai Sistem
Manajemen K3 yang terapkan pada perusahaan konstruksi.
Menurut ILO (International Labour Organization) 1989, pencegahan kecelakaan dan
penyakit akibat kerja diklasifikasikan yaitu, (a) peraturan-peraturan, (b) standarisasi, (c)
pengawasan, (d) penelitian-penelitian baik teknik medis, psikologis maupun statistik, (e)
pendidikan, (f) pelatihan, (g) persuasi, (h) asuransi, (i) penataan dan pengaturan ruangan yang
baik, (j) tindakan-tindakan atau pemakaian alat-alat pengaman yang dilakukan oleh masing-
masing individu berupa sepatu pengaman, dapat melindungi kaki dari terpeleset, tertusuk
benda tajam di lantai, benda jatuh; tali-temali pelindung, dapat melindungi diri dari terjatuh.
Untuk mengetahui hal ini lebih dalam, saya mencoba mengevaluasi Penerapan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang dijalankan oleh sektor konstruksi. Salah satu
contoh kegiatan sektor 2 konstruksi adalah di PT. Indokon Raya. PT. Indokon Raya
merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang bergerak dibidang konstruksi. Melihat
karakterisitk pekerjaan yang dimiliki oleh PT. Indokon Raya yang sangat beresiko tinggi,
maka penulis ingin melakukan penelitian untuk melihat pelaksanaan manajemen K3
perusahaan, selanjutnya dibandingkan dengan standar Sistem Manajemen K3 Indonesia
(Peraturan Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.01/Men/1980)
2. Bagi Penulis
Kajian ini sebagai sumber ilmu dan pengetahuan untuk menambah wawasan dan
profesionalisme dalam K3.
1.5 Batasan Masalah
Dalam pengerjaan tugas akhir kali ini penulis hanya membatasi masalah yang akan di
bahas dengan memperhatikan standar keselamatan dan kesehatan kerja yang di gunakan dalam
proyek konstruksi,maka penulisan tugas akhir ini,penulis membatasi masalah pada penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja menggunakan Standart Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.01/Men/1980).
Di PT. Indokon Raya.
Menjelaskan tentang tata urutan dan langkah-langkah penelitian, penjelasan dan pemilihan
data pembahasan yang digunakan dalam penelitian, serta pembuatan kerangka sampel.
BAB 4 : DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini dijelaskan tentang penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sesuai
dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.01/Men/1980.
BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN
Berupa penarikan kesimpulan serta saran-saran yang di perlukan untuk penerapan K3.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tahu Sumedang
Tahu merupakan produk hasil olahan kedelai yang merupakan bahan baku hasil
pertanian. Kabupaten Sumedang merupakan kota yang terkenal dengan produksi Tahu
Sumedang. Tahu sumedang terkenal karena memiliki tekstur yang khas, yaitu warna putih saat
tahu masih mentah dan memiliki bentuk fisik yang khas setelah digoreng yaitu kulit yang
garing berwarna kuning keemasan atau coklat namun isinya masih lunak. Usaha pembuatan
tahu merupakan usaha pokok bagi sebagian masyarakat Kabupaten Sumedang karena
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dalam menyuplai kebutuhan pangan terutama protein
nabati (Hapsari et al. 2016).
5
6
6. Tambahkan bahan pembuat tahu (batu tahu atau asam cukup) dan aduk rata. Proses ini
akan menghasilkan endapan tahu (gumpalan). Endapan siap untuk dipress.
7. Selanjutnya adonan tahu dalam cetakan dikempa/dipress agar air yang terkandung di
dalam adonan tahu tersebut dapat terperas habis tak tersisa untuk menekan ampas
supaya kandungan airnya benar-benar habis.
8
kompleks (Kotek & Tabas, 2012). HAZOP bekerja dengan mencari faktor penyebab yang
memungkinkan menyebabkan kecelakaan kerja dan menentukan konsekuensi atau kerugian
akibat kecelakaan serta memberikan rekomendasi untuk mengurangi dampaknya (Juniani
dkk., 2007). Setelah ditemukan adanya potensi bahaya kemudian dianalisis dengan Job
Hazard Analysis yaitu melakukan penilaian proses operasi (Li dkk., 2019).
2.4 Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) dan Penyakit Akibat Kerja (PAK)
2.4.1 Kecelakaan Akibat Kerja Kecelakaan kerja
Menurut beberapa sumber, diantaranya:
1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 03/Men/98 adalah suatu kejadian yang tidak
dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan
atau harta benda.
2. OHSAS 18001:2007 menyatakan bahwa kecelakaan kerja didefinisikan sebagai
kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan cidera atau
kesakitan (tergantung dari keparahannya), kejadian kematian, atau kejadian yang dapat
menyebabkan kematian.
14
satunya adalah standar Australia AS 1885-1 (1990)1 . Berikut adalah pengelompokan jenis
cidera dan keparahannya:
1. Cidera fatal (fatality) Adalah kematian yang disebabkan oleh cidera atau penyakit
akibat kerja
2. Cidera yang menyebabkan hilang waktu kerja (Loss Time Injury)adalah suatu kejadian
yang menyebabkan kematian, cacat permanen, atau kehilangan hari kerja selama satu
hari kerja atau 18 lebih. Hari pada saat kecelakaan kerja tersebut terjadi tidak dihitung
sebagai kehilangan hari kerja.
3. Cidera yang menyebabkan kehilangan hari kerja (Loss Time Day)adalah semua jadwal
masuk kerja yang mana karyawan tidak bisa masuk kerja karena cidera, tetapi tidak
termasuk hari saat terjadi kecelakaan. Juga termasuk hilang hari kerja karena cidera
yang kambuh dari periode sebelumnya. Kehilangan hari kerja juga termasuk hari pada
saat kerja alternatif setelah kembali ke tempat kerja. Cidera fatal dihitung sebagai 220
kehilangan hari kerja dimulai dengan hari kerja pada saat kejadian tersebut terjadi.
4. Tidak mampu bekerja atau cidera dengan kerja terbatas (Restrictedduty) Adalah
jumlah hari kerja karyawan yang tidak mampu untuk mengerjakan pekerjaan rutinnya
dan ditempatkan pada pekerjaan lain sementara atau yang sudah di modifikasi.
Pekerjaan alternatif termasuk perubahan lingungan kerja pola atau jadwal kerja.
5. Cidera dirawat di rumah sakit (Medical Treatment Injury) Kecelakaan kerja ini tidak
termasuk cidera hilang waktu kerja, tetapi kecelakaan kerja yang ditangani oleh dokter,
perawat, atau orang yang memiliki kualifikasi untuk memberikan pertolongan pada
kecelakaan.
6. Cidera ringan (first aid injury) Adalah cidera ringan akibat kecelakaan kerja yang
ditangani menggunakan alat pertolongan pertama pada kecelakaan setempat, contoh
luka lecet, mata kemasukan debu, dan lain-lain.
7. Kecelakaan yang tidak menimbulkan cidera (Non Injury Incident) Adalah suatu
kejadian yang potensial, yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja atau penyakit
akibat kerja kecuali kebakaran, peledakan dan bahaya pembuangan limbah.
E. Definisi Rate
1. Incident rate Adalah jumlah kejadian/kecelakaan cidera atau sakit akibat kerja setiap
seratus orang karyawan yang dipekerjakan.
2. Frekwensi rate Adalah jumlah kejadian cidera atau sakit akibat kerja setiap satu juta
jam kerja
3. Loss Time Injury Frekwensi Rate Jumlah cidera atau sakit akibat kecelakaan kerja
dibagi satu juta jam kerja
4. Severity Rate Waktu (hari) yang hilang dan waktu pada (hari) pekerjaan alternatif
yang hilang dibagi satu juta jam kerja
5. Total Recordable Injury Frekwensi Rate Jumlah total cidera akibat kerja yang harus
dicatat (MTI, LTI & Cidera yang tidak mampu bekerja) dibagi satu juta jam kerja
17
menyatakan bahwa rantai batu tersebut diputus pada batu ketiga sehingga kecelakaan dapat
dihindari. Konsep dasar pada model ini adalah:
a. Kecelakaan adalah sebagai suatu hasil dari serangkaian kejadian yang berurutan.
Kecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya.
b. Penyebabnya adalah faktor manusia dan faktor fisik.
c. Kecelakaan tergantung kepada lingkungan fisik dan sosial kerja.
Kecelakaan terjadi karena kesalahan manusia.
diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit dalam bekerja akan berdampak pada diri,
keluarga, dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir penyakit akibat
kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk menangani
korban yang terpapar penyakit akibat kerja dan dapat memberikan penyuluhan kepada
masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.Tujuan memahami
penyakit akibat kerja ini adalah untuk memperoleh informasi dan pengetahuan agar lebih
mengerti tentang penyakit akibat kerja dan 24 dapat mengurangi korban yang terpapar
penyakit akibat kerja guna meningkatkan derajat kesehatan dan produktif kerjakerja.
terutama peda hari senin (yaitu hari awal kerja pada setiap minggu). Pada bisnosis yang
sudah lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti dengan penyakit bronchitis
kronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema. 27
d. Penyakit Antrakosis Penyakit antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang
disebabkan oleh debu batu bara. Penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja-pekerja
tambang batubara atau pada pekerja-pekerja yang banyak melibatkan penggunaan
batubara, seperti pengumpa batubara pada tanur besi, lokomotif (stoker), dan juga pada
kapal laut bertenaga batubara, serta pekerja boiler pada pusat Listrik Tenaga Uap
berbahan bakar batubara. Penyakit antrakosis ada tiga macam, yaitu: penyakit antrakosis
murni, penyakit silikoantrakosis, dan penyakit tuberkolosilkoantrakosis.
e. Penyakit Beriliosis Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa
logam murni, oksida, sulfat, maupun dalam bentuk halogenida, dapat menyebabkan
penyakit saliran pernafasan yang disebut beriliosis. Debu logam tersebut dapat
menyebabkan nasoparingtis, bronchitis, dan pneumonitis yang ditandai dengan gejala
sedikit demam, batuk kering, dan sesak nafas. Penyakit beriliosis dapat timbul pada
pekerja-pekerja industri yang menggunakan logam campuran berilium, tembaga, pekerja
pada pabrik fluoresen, pabrik pembuatan tabung radio, dan juga pada pekerja pengolahan
bahan penunjang industri nuklir.
f. Penyakit Saluran Pernafasan PAK pada saluran pernafasan dapat bersifat akut maupun
kronis. Akut misalnya asma akibat kerja. Sering didiagnosis sebagai tracheobronchitis
akut atau karena virus kronis, misal: asbestosis. Seperti gejala Chronic Obstructive
Pulmonary Disease (COPD) atauedema paru akut. Penyakit ini disebabkan oleh bahan
kimia seperti nitrogen oksida.
g. Penyakit Kulit Pada umumnya tidak spesifik, menyusahkan, tidak mengancam kehidupan,
dan kadang sembuh sendiri. Dermatitis kontak yang dilaporkan, 90% merupakan penyakit
kulit yang berhubungan dengan pekerjaan. Penting riwayat pekerjaan dalam
mengidentifikasi iritan yang merupakan penyebab, membuat peka, atau karena faktor lain.
28 h. Kerusakan Pendengaran Banyak kasus gangguan pendengaran menunjukan akibat
pajanan kebisingan yang lama, ada beberapa kasus bukan karena pekerjaan. Riwayat
pekerjaan secara detail sebaiknya didapatkan dari setiap orang dengan gangguan
pendengaran. Dibuat rekomendasi tentang pencegahan terjadinya hilang pendengaran.
h. Gejala pada Punggung dan Sendi Tidak ada tes atau prosedur yang dapat membedakan
penyakit pada punggung yang berhubungan dengan pekerjaan daripada yang tidak
berhubungan dengan pekerjaan. Penentuan kemungkinan bergantung pada riwayat
pekerjaan. Artritis dan tenosynovitis disebabkan oleh gerakan berulang yang tidak wajar.
i. Kanker Adanya presentase yang signifikan menunjukan kasus Kanker yang disebabkan
oleh pajanan di tempat kerja. Bukti bahwa bahan di tempat kerja (karsinogen) sering kali
didapat dari laporan klinis individu dari pada studi epidemiologi. Pada Kanker pajanan
untuk terjadinya karsinogen mulai > 20 tahun sebelum diagnosis.
j. Coronary Artery Penyakit ini disebabkan oleh karena stres atau Carbon Monoksida dan
bahan kimia lain di tempat kerja.
k. Penyakit Liver Sering didiagnosis sebagai penyakit liver oleh karena hepatitis virus atau
sirosis karena alkohol. Penting riwayat tentang pekerjaan, serta bahan toksik yang ada. m.
22
b. Faktor Kimia
Asal: bahan baku, bahan tambahan, hasil sementara, hasil samping(produk), sisa produksi
atau bahan buangan. Bentuk: zat padat, cair, gas, uap maupun partikel Cara masuk tubuh
dapat melalui saluran pernafasan, saluran pencerrnaan kulit 30 danmukosa. Masuknya dapat
secara akut dan sevara kronis. Efek terhadap tubuh: iritasi, alergi, korosif, asphyxia, keracunan
sistematik, kanker, kerusakan kelainan janin. Terjadi pada petugas/ pekerja yang sering kali
23
kontak dengan bahan kimia dan obat-obatan seperti antibiotika. Demikian pula dengan solvent
yang banyak digunakan dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang
paling karsinogen. Semua bahan cepat atau lambat ini dapat memberi dampak negatif terhadap
kesehatan. Gangguan kesehatan yang paling sering adalah dermatosis kontak akibat kerja
yang pada umumnya disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh
karena alergi (keton). Bahan toksik (trichloroethane, tetrachloromethane) jika tertelan,
terhirup atau terserap melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan
kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang
irreversible pada daerah yang terpapar. Pencegahan :
1) Material safety data sheet (MSDS) dari seluruh bahan kimia yangada untuk diketahui oleh
seluruh petugas laboratorium.
2) Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegah tertelannyabahan
kimia dan terhirupnya aerosol.
3) Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan, celemek, jas
laboratorium) dengan benar.
4) Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata dan lensa.
5) Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.
c. Faktor Biologi
Viral Desiases: rabies, hepatitis
Fungal Desiases: Anthrax, Leptospirosis, Brucellosis, TBC, Tetanus
Parasitic Desiases: Ancylostomiasis, Schistosomiasis
Lingkungan kerja padaPelayanan Kesehatan favorable bagi berkembang biaknya strain
kuman yang resisten, terutama kuman-kuman pyogenic, colli, bacilli dan staphylococci, yang
bersumber dari pasien, benda-benda yang terkontaminasi, dan udara. Virus yang menyebar
melalui kontak dengan darah dan sekreta (misalnya HIV dan Hepatitis B) dapat menginfeksi
pekerja sebagai akibat kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya karena tergores atau tertusuk
jarum yang terkontaminasi virus. Angka kejadian infeksi nosokomial di unit Pelayanan
Kesehatan cukup tinggi. Secara teoritis kemungkinan kontaminasi pekerja LAK sangat besar,
sebagai contoh dokter di Rumah Sakit mempunyai risiko terkena infeksi 2 sampai 3 kali lebih
besar dari pada dokter yang praktek pribadi atau swasta, dan bagi petugas Kebersihan
menangani limbah yang infeksius senantiasa kontak dengan bahan yang tercemar kuman
patogen maupun debu beracun mempunyai peluang terkena infeksi. Pencegahan :
1) Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan, epidemilogi, dan
desinfeksi.
2) Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan pekerja untuk memastikan dalam
keadaan sehat badan, punya cukup kekebalan alami untuk bekrja dengan bahan infeksius,
dan dilakukan imunisasi.
3) Melakukan pekerjaan laboratorium dengan praktek yang benar (Good Laboratory
Practice).
4) Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan yang benar.
24
5) Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan infeksius, dan spesimen
secara benar.
6) Pengelolaan limbah infeksius dengan benar.
7) Menggunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai.
8) Kebersihan diri dari petugas.
d. Faktor Ergonomi/Fisiologi
Faktor ini sebagai akibat dari cara kerja, posisi kerja, alat kerja, lingkungan kerja yang
salah, dan kontruksi yang salah. 32 Efek terhadap tubuh: kelelahan fisik, nyeri otot,
deformirtas tulang, perubahan bentuk, dislokasi, dan kecelakaan. Ergonomi sebagai ilmu,
teknologi, dan seni berupaya menyerasikan alat, cara, proses, dan lingkungan kerja terhadap
kemampuan, kebolehan, dan batasan manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan
kerja yang sehat, aman, nyaman, dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya. Pendekatan
ergonomi bersifat konseptual dan kuratif, secara populer kedua pendekatan tersebut dikenal
sebagai To fit the Job to the Man and to fit the Man to the Job Sebagian besar pekerja di
perkantoran atau Pelayanan Kesehatan pemerintah, bekerja dalam posisi yang kurang
ergonomis, misalnya tenaga operator peralatan, hal ini disebabkan peralatan yang digunakan
pada umumnya barang impor yang disainnya tidak sesuai dengan ukuran pekerja Indonesia.
Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja
menjadi kurang efisien dan dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan
psikologis (stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back
pain)
e. Faktor Psikologi
Faktor ini sebagai akibat organisasi kerja (tipe kepemimpinan, hubungan kerjakomunikasi,
keamanan), tipe kerja (monoton, berulang-ulang, kerjaberlebihan, kerja kurang, kerja shift,
dan terpencil).Manifestasinya berupa stress.Beberapa contoh faktor psikososial yang dapat
menyebabkan stress antara lain:
1) Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut hidup mati
seseorang. Untuk itu pekerja di laboratorium kesehatan di tuntut untuk memberikan
pelayanan yang tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan dan keramahan-tamahan
2) Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton.
3) Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau sesama teman
kerja.
4) Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor formal ataupun informal
Untuk dapat mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja pada individu perlu dilakukan suatu
pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan menginterpretasinya
secara tepat.
Pendekatan tersebut dapat disusun menjadi 7 langkah yang dapat digunakan sebagai pedoman:
a. Menentukandiagnosis klinis Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu
dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya dilakukan
untuk mendiagnosis suatu penyakit. Setelah diagnosis klinik ditegakkan baru dapat
dipikirkan lebih lanjut apakah penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan atau tidak.
b. Menentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini Pengetahuan mengenai
pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja adalah esensial untuk dapat
menghubungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya. Untuk ini perlu dilakukan anamnesis
mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat dan teliti, yang mencakup:
1) Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh penderita secara
kronologis 2) Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan
2) Bahan yang diproduksi
3) Materi (bahan baku) yang digunakan
4) Jumlah pajanannya
5) Pemakaian alat perlindungan diri (masker)
6) Pola waktu terjadinya gejala
7) Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami gejala serupa)
8) Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan (MSDS, label, dan
sebagainya)
c. Menentukan apakah pajanan memang dapat menyebabkanpenyakit tersebut Apakah
terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung pendapat bahwa pajanan
yang dialami menyebabkan penyakit yang diderita. Jika dalam kepustakaan tidak
ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal tersebut di atas, maka tidak dapat
ditegakkan diagnosa penyakit akibat kerja. Jika dalam kepustakaan ada yang mendukung,
d. Menentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untukdapat mengakibatkan
penyakit tersebut. Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan
tertentu, maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting untuk diteliti
lebih lanjut dan membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk dapat
menentukan diagnosis penyakit akibat kerja.
e. Menentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi Apakah ada
keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat pekerjaan yang dapat mengubah keadaan
pajanannya, misalnya penggunaan APD? Riwayat adanya pajanan serupa sebelumnya
sehingga risikonya meningkat. Apakah pasien mempunyai riwayat kesehatan (riwayat
keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih sensitif terhadap pajanan yang
dialami.
f. Mencari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit Apakah ada
faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit? Apakah penderita mengalami
pajanan lain yang diketahui dapat merupakan penyebab penyakit? Meskipun demikian,
26
adanya penyebab lain tidak selalu dapat digunakan untuk menyingkirkan penyebab di
tempat kerja.
g. Membuat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan olehpekerjaannya Sesudah
menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu keputusan berdasarkan informasi
yang telah didapat yang memiliki dasar ilmiah. Seperti telah disebutkan sebelumnya, tidak
selalu pekerjaan merupakan penyebab langsung suatu penyakit, kadang-kadang pekerjaan
hanya memperberat suatu kondisi yang telah ada sebelumnya. Suatu pekerjaan/pajanan
dinyatakan sebagai penyebab suatu penyakit apabila tanpa melakukan pekerjaan atau tanpa
adanya pajanan tertentu, pasien tidak akan menderita penyakit tersebut pada saat ini.
Sedangkan pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila penyakit telah ada
pada waktu yang sama tanpa tergantung pekerjaannya, tetapi pekerjaannya/pajanannya
memperberat/mempercepat timbulnya penyakit. Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa
untuk menegakkan diagnosis Penyakit Akibat Kerja diperlukan pengetahuan yang spesifik,
tersedianya berbagai informasi yang didapatbaik dari pemeriksaan klinis pasien,
pemeriksaan lingkungan di tempat kerja (bila memungkinkan), dan data epidemiologis.
6. Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Berikut ini beberapa tips dalam mencegah penyakit
kerja, diantaranya:
a. Memakai alat pelindung diri secara benar dan teratur
b. Mengenali resiko pekerjaan dan cegah supayah tidak terjadi lebih lanjut
c. Segara akses tempat kesehatan terdekat apabila terjadi luka yang berkelanjutan Selain itu
terdapat pula beberapa pencegahan lain yang dapat ditempuh seperti berikut ini:
1) Pencegahan Pimer – Healt Promotio
Perilaku kesehatan
Faktor bahaya di tempat kerja
Perilaku kerja yang baik
Olahraga
Gizi
2) Pencegahan Skunder – Specifict Protectio
Pengendalian melalui perundang-undangan 36
Pengendalian administratif/organisasi: rotasi/pembatas jam kerja
Pengendalian teknis: subtitusi, isolasi, alat pelindung diri (APD)
Pengendalian jalur kesehatan imunisasi
3) Pencegahan Tersier
Pemeriksaan kesehatan pra-kerja
Pemeriksaan kesehatan berkala
Pemeriksaan lingkungan secara berkala
Surveilans
Pengobatan segera bila ditemukan gangguan pada pekerja
Pengendalian segera ditempat kerja
Dalam pengendalian penyakit akibat kerja, salah satu upaya yang wajib dilakukan adalah
deteksi dini, sehingga pengobatan bisa dilakukan secepat mungkin. Dengan demikian,
27
a. Sarung Tangan, banyak alat yang bersifat panan oleh karena itu perlu menggunakan
sarung tangan
b. Sepatu, lantai dipabrik terdapat cairan, sisa bahan bakar yang bisa menyebabkan gatal.
Selain itu terkadang cairan panas yang terdapat di wajan besar jatuh ke bawah ketika
dalam proses pengadukan, sehingga sangat penting menggunakan sepatu agar
terhindar dari ceprikan air tersebut.
c. Celemek, digunakan untuk melindungi dari percika air panas dari perebusan dan
lainnya.
d. Masker, asap dan bau dari pembuatan tahu yang terus menurus dihirup selama bekerja
dapat mengganggu pernafasan maka dari itu perlu digunakan masker.
2.6 Tujuan K3
Melindungi dan menjamin semua dari keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain
di tempat kerja. Untuk menjamin setiap sumber dari produksi dapat digunakan secara aman
dan efesien. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional.
K3 berperan untuk menjamin setiap tenaga kerja yang mendapat perlindungan dari
kesehatan dan keselamatan selama bekerja, menjamin setiap sumber produksi yang layak dan
aman digunakan sehingga mengurangi resiko kerugian yang di akibatkan oleh kecelakaan
kerja.
Pelaksanaan K3 juga memiliki beberapa tujuan khusus seperti poin-poin di bawah ini:
2. Mencegah timbulnya beragam penyakit akibat kerja, baik itu dalam bentuk fisik, psikis,
infeksi, keracunan atau penularan.
3. Meningkatkan kesejahteraan, kesehatan dan perlindungan terhadap para pekerja baik
selama ataupun setelah masa kerja.
4. Membuat para pekerja agar optimal dalam bekerja.
5. Menciptakan sistem kerja yang aman.
6. Memastikan bahwa kondisi alat kerja aman, nyaman dan layak untuk digunakan.
7. Mencegah kerugian akibat terjadinya kecelakaan kerja.
8. Melakukan pengendalian terhadap terhadap resiko-resiko yang ada di lingkungan kerja.
9. Memelihara kebersihan, kesejahteraan dan ketertiban lingkungan kerja dan lingkungan
sekitarnya.
Memudahkan pekerja dalam mengikuti arahan dari k3 untuk menghindari hal yang tidak
diinginkan;
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian yaitu sebuah bentuk diagram yang menunjukkan bagaimana alur
penelitian dalam garis besar yang tersusun secara sistematis dimana penggambaran setiap
variabel satu dengan yang lainnya dapat terkoneksi secara tersusun dan detail. Menurut Uma
Sekaran (1992), kerangka penelitian adalah gambaran yang menjelaskan secara koseptual
antara teori dalam penelitian dan identifiaksi atas beragam permasalahan yang menjadi
rumusan mengapa pentingnya riset tersebut dijalankan dan diselesaikan.
30
31
Dari Tabel 3.2 menunjukan bahwa pendidikan terakhir pekerja pabrik tahu paling banyak
yaitu SMA dan paling sedikit yaitu SD. Berdasarkan hasil pengamatan di pabrik tahu pekerja
sudah mulai membantu di pabrik sebelum lulus dari pendidikan terakhirnya.
c. Lama Waktu Pekerja dalam Sehari
Tabel 3. 3 Data Lama Waktu Bekerja di Pabrik Tahu Pak Endang
Dari Tabel 3 menunjukan bahwa massa rata-rata pekerja di pabrik tahu Pak Endang
menghabiskan 5-10 jam dalam sehari. Berdasarkan hasil 6 pengamatan di pabrik bahwa
pekerja juga diberikan waktu jeda istirahat dalam sehari dan libur dalam setiap minggunya.
33
d. Mengikuti Pelatihan K3
Tabel 3. 4 Pekerja yang Telah Mengikuti Pelatihan K3 Sebelum Bekerja di Pabrik Tahu
Pak Endang
Dari Tabel 3.4 menunjukan bahwa pekerja di pabrik tahu yang belum pernah
mengikuti pelatihan K3 lebih banyak. Berdasarkan hasil pengamatan di pabrik pekerja tidak
adanya penyelenggaraan pelatihan khusus oleh dinas terkait, justru mereka harus mencari dan
mengikuti sendiri pelatihan yang dilaksanakan oleh pihak swasta dan informasinya masih
jarang diketahui oleh pekerja. Faktor lainnya merupakan keterbatasan biaya.
Dari Tabel 3.5 menunjukan bahwa lebih banyak pekerja yang merasa bising di sekitar
area pabrik tahu. Berdasarkan hasil pengamatan kondisi di sekitar pabrik, bising diakibatkan
oleh bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat yang beroperasi selama produksi tahu.
Dari Tabel 3.6 menunjukan bahwa lebih banyak pekerja yang merasa iklim panas di
area pabrik tahu. Berdasarkan hasil pengamatan kondisi di sekitar pabrik, iklim panas
disebabkan karena proses pemasakan yang membutuhkan suhu yang tinggi dan area pabrik
yang sempit menyebabkan tidak tersedianya pembuangan asap hasil pembakaran.
34
Dari Tabel 3.7 menunjukan bahwa lebih banyak pekerja yang merasa tidak nyaman
menggunakan APD saat bekerja. Berdasarkan hasil pengamatan di pabrik, ketidaknyamanan
yang dirasakan oleh pekerja seperti kepanasan dan mengganggu ruang gerak. Ditambah lagi
dengan tidak adanya himbauan secara langsung maupun tertulis tentang penggunaan APD.
h. Kelengkapan Alat Perlindungan Diri Pekerja
Tujuan penggunaan alat perlindungan diri adalah untuk mencegah terjadinya
kecelakaan pada saat bekerja baik akibat kesalaham teknis maupun human error. Karena
kecelakaan di pabrik tidak terjadi begitu saja, melainkan karena pengaruh tindakan yang
salah atau kondisi yang tidak aman. 8 Namun apabila melihat fakta secara langsung yaitu
pada pabrik tahu, dilihat dari data yang diambil melalui wawancara dengan pekerja dan
hasil pengamatan lapangan berbanding terbalik dengan teori penggunaan Alat
Perlindungan diri yang wajib dikenakan ketika bekerja. Adapun Alat Perlindugan diri
yang perlu digunakan di dalam pabrik tahu yaitu hairnet, sarung tangan dan sepatu boot.
Hasilnya didapatkan bahwa lebih dari 50% pekerja di pabrik tahu Mojosongo tidak
mengenakan Alat Perlindungan Diri secara lengkap ketika sedang bekerja.
Dari hasil penelitian bahwa pekerja di pabrik tahu Pacitan tidak menggunakan Alat
Perlindungan Diri yang memadai yaitu hanya memakai baju, celana pendek serta sepatu
boot.
3. Observasi
Melakukan pencarian data baik primer maupun sekunder dengan melakukan
peninjauan langsung yang dilakukan di
DAFTAR PUSTAKA
[3] http://repository.untag-sby.ac.id/1242/8/JURNAL.pdf
[4] https://jurnal.lppm.unram.ac.id/index.php/prosidingpepadu/article/download/27/27
[5] http://staffnew.uny.ac.id/upload/198812242014042002/pendidikan/Buku
%20K3%20FT%20UNY.pdf’
[6] https://jurnal.uns.ac.id/matriks/article/download/37039/24263
[7] https://keselamatankerja.com/kumpulan-jurnal-k3/
[8] http://eprints.dinus.ac.id/6487/1/jurnal_12190.pdf
[10] https://journal.unismuh.ac.id/index.php/jeb/article/download/4554/pdf
[11] https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH/article/download/892/702
[12] delfitriani,+12+Said+105-113.pdf
35