Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS SERTIFIKAT KESELAMATAN BAGI PEKERJA DALAM UPAYA

MENGURANGI KECELAKAAN KERJA PADA DOCKING KAPAL

PROPOSAL PRAKTIK AKHIR

Oleh :
AJI KURNIAWAN

POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN


2024
ANALISIS SERTIFIKAT KESELAMATAN BAGI PEKERJA DALAM UPAYA
MENGURANGI KECELAKAAN KERJA PADA DOCKING KAPAL

Oleh :
AJI KURNIAWAN
NRP 56202112994

Proposal Praktik Akhir Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk


Melakukan Praktik Akhir

PROGRAM SARJANA TERAPAN


PROGRAM STUDI PERMESINAN PERIKANAN
POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN
JAKARTA
2024

ii
PROPOSAL PRAKTIK AKHIR

Judul : Analisis Kecelakaan Yang sering terjadi dikamar mesin


terkait dengan kepemilikan sertifikat keselamatan dan
pengalaman kerja anak buah kapal pada KP.Hiu Macan
03
Penyusun : Stefanus Belleh
NRP : 56202113040
Program Studi : Permesinan Perikanan

Menyetujui
Dosen Pembimbing,

M. Yusuf Syam, A.Pi, M.M Marsono, .St.Pi., M.T.


Pembimbing I Pembimbing II

Mengetahui,

Ade Hermawan, S.St.Pi, M.T Mustopa Kamal, S.St.Pi, M.Tr.Pi

iii
Ketua Program Studi Sekretaris Program Studi

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal
Praktik Akhir untuk Karya Ilmiah Praktik Akhir (KIPA) yang berjudul
“Analisis sertifikat keselamatan bagi pekerja dalam upaya mengurangi kecelakaan
kerja pada docking kapal”. Proposal ini disusun dan diajukan sebagai salah satu
syarat untuk melakukan praktik akhir pada Program Studi Permesinan Perikanan,
Politeknik Ahli Usaha Perikanan. Keberhasilan dalam pembuatan dan penyelesaian
teknik penyusunan skripsi ini tidak lepas dari motivasi, bantuan, dan bimbingan dari
berbagai pihak dan tidak lupa penulis mengapresiasikan atas dukungan dan
kerjasama dari:
1. Ibu Dra. Ani Leilani, M.Si. Selaku Direktur Politeknik Ahli Usaha Perikanan
Jakarta.
2. Bapak Ade hermawan, S.St.Pi., M.T. Selaku Ketua Program Studi
Permesinan Perikanan.
3. Bapak Mustopa Kamal, S.St.Pi., M.Tr.Pi. Selaku Sekretaris Program Studi
Permesinan Perikanan.
4. Bapak M. Yusuf Syam, A.Pi., M.M. Selaku Dosen Pembimbing I
5. Bapak Marsono, S.St.Pi., M.T. Selaku Dosen Pembimbing II
6. Teruntuk orang tua saya Yang tidak pernah berhenti mendoakan, memberi
support dan motivasi kepada penulis.
7. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal praktik
akhir ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Proposal Praktik Akhir ini menjadi acuan penulis dalam melakukan praktik
akhir. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
guna perbaikan proposal ini.

iv
Jakarta, Februari 2024

Aji Kurniawan

v
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. iv

DAFTAR ISI .............................................................................................................. vi

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2 Tujuan ......................................................................................................... 2

1.3 Batasan Masalah ........................................................................................ 3

1.4 Manfaat ....................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 5

2.1 Pengertian Analisis ...................................................................................... 5

2.2 Sertifikat ...................................................................................................... 5

2.3 Perusahaan atau Agen Kapal ...................................................................... 6

2.4 Produktifitas Docking ................................................................................... 7

2.5 Kompetensi Kerja ...................................................................................... 11

2.6 Penelitian Terdahulu .................................................................................. 13

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................................. 15

3.1 Waktu dan Tempat .................................................................................... 15

3.2 Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 17

vi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara umum kondisi keselamatan dan kesehatan kerja di Indonesia termasuk
dalam kategori sedang. Hal ini dibuktikan dengan posisi Indonesia yang berada
pada tingkat 82 dari 187 negara pada indeks keselamatan dunia (Kumairoh 2018;
Purwangka, dkk. 2022:207).
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu permasalahan yang
banyak menyita bagi perusahaan saat ini karena mencakup perikemanusiaan, biaya,
manfaat ekonomi, aspek hukum, serta citra perusahaan itu sendiri. Analisis
kecelakaan atau resiko dari suatu pekerjaan saat ini sangatlah diperlukan,
menghitung banyaknya kecelakaan yang terjadi di tempat kerja, dan meningkatnya
angka korban luka, cacat, maupun meninggal akibat kecelakaan kerja setiap
tahunnya, dan juga perusahaan perlu menjaga asetnya seperti manusia yang
merupakan aset utama dari sebuah perusahaan, alat dan lainnya yang berada
diruang lingkup perusahaan tersebut (Noeryanto. 2021:493).
Kecelakaan kerja umumnya terjadi karena kelalaian pada manusia dan
kurangnya pengawasan oleh pihak perusahaan. Suatu perusahaan harus
menciptakan lingkungan kerja yang aman bagi para pekerjanya dengan menerapkan
keselamatan dan kesehatan kerja. Kecelakaan kerja didefinisikan sebagai kejadian
yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan cidera atau
kesakitan (tergantung keparahannya), keja-dian kematian, atau kejadian yang dapat
menyebabkan kematian pekerja (Riptifah dan Meidisty 2021).
Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pengertian tenaga
kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
masyarakat. Pelaksanaan Keselamatan dan kesehatan kerja penting dilakukan di
area perusahaan. Menurut data International Labor Organization (ILO) tercatat
setiap tahunnya lebih dari 2 juta orang yang meninggal akibat kecelakaan dan
penyakit akibat kerja. Sekitar 160 juta orang menderita penyakit akibat kerja dan
terjadi sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun diseluruh dunia (ILO 2013).

1
Untuk menurunkan angka kecelakaan kerja perlu diadakan program
pencegahan kecelakaan kerja yaitu dengan melaksanakan. Manajemen resiko untuk
mengetahui bahaya serta potensi resiko yang terdapat ditempat kerja sehingga
dapat dilakukan tindakan pencegahan dan pengendalian bahaya tersebut.
Kondisi system docking dan undocking yang tidak sesuai dengan lahan atau
area kerja menjadi dampak yang besar dalam keselamatan dan kesehatan kerja
saat prosess docking dan undocking berlangsung, Kondisi kerja yang buruk dapat
menyebabkan kecelakaan kerja. Mudah sakit, stress, sulit berkonsentrasi sehingga
dapat menyebabkan menurunnya produktif kerja. Kondisi kerja meliputi variabel fisik
seperti distribusi jam kerja, suhu penerangan, suara, dan ciri-ciri arsitektur tempat
kerja lingkungan yang kurang nyaman misalnya : panas, berisik, sirkulasi udara
kurang, kurang bersih, mengakibatkan pekerja mudah stress (Supardi. 2013).
Sebagai upaya untuk mengurangi potensi kecelakaan kerja, perusahaan perlu
memperbaiki dan melengkapi SOP sesuai dengan standar keselamatan kerja. Untuk
mendukung hal tersebut, perlu dilakukan identifikasi perilaku tenaga kerja dan
potensi bahaya pada setiap aktivitas docking kapal yang dapat merugikan pekerja
ataupun pihak perusahaan (Muhtia et al. 2020).
Berdasarkan uraian diatas, kecelakaan kerja di lingkungan pelabuhan dan saat
proses docking kapal merupakan masalah yang serius dan dapat berdampak yang
merugikan tidak hanya bagi pekerja, tetapi juga bagi operasi keseluruhan. Oleh
karena itu, analisis sertifikat keselamatan bagi pekerja dalam upaya mengurangi
kecelakaan kerja pada proses docking kapal menjadi sangat penting untuk
meningkatkan keselamatan dan kesejahteraan para pekerja serta mengurangi risiko
kecelakaan.

1.2 Tujuan

1. Menganalisis keterkaitan antara sertifikat keselamatan dengan kepatuhan


dan kesadaran pekerja terhadap prosedur keselamatan.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya
kecelakaan kerja docking kapal di PT. Citra Bahari Shipyard.

2
3. Menganalisis dampak dari implementasi sertifikat keselamatan terhadap
tingkat kecelakaan kerja di lingkungan docking kapal.

Dengan pencapaian tujuan ini, diharapkan bahwa keselamatan dan


kesejahteraan para pekerja yang terlibat dalam proses docking kapal dapat
ditingkatkan, serta risiko kecelakaan kerja dapat diminimalkan, menciptakan
lingkungan kerja yang lebih aman dan produktif.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, terdapat batasan-batasan masalah yang akan


diteliti diantaranya:

1. Analisis keterkaitan antara sertifikat keselamatan dengan kepatuhan dan


kesadaran pekerja terhadap prosedur keselamatan ?
2. Analisis sertifikasi pekerja docking kapal?
3. Identifikasi Faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya
kecelakan kerja ?

1.4 Manfaat

Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan


kegunaan bagi pihak pihak yang terkait dengan dunia pelayaran, dunia keilmuan,
dan pengetahuan bagi individu. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai
berikut:

1. Secara teoritis
Diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis, terutama mengenai
ilmu Keamanan Kesehatan dan Keselamatan kerja (K3) pada saat kegiatan
docking dan juga berguna untuk pengembangan dan ilmu pengetahuan
bagi sumber daya manusia yang akan bekerja di dunia kerja yang bergerak
di jasa Bongkar Muat.
2. Secara praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi operasional di
perusahaan PT. Citra Bahari Shipyard untuk meningkatkan efektivitas

3
kegiatan khususnya dalam penerapan keamanan kesehatan dan
keselamatan di Perusahaan PT. Citra Bahari Shipyard.
b. Dalam hal ini Politeknik Ahli Usaha Perikanan akan mendapatkan data
tertulis dengan lengkap mengenai perkembangan dunia Perikanan dan
kelautan serta sebagai bahan informasi yang dapat diberikan kepada
taruna yang sedang aktif pada bangku perkuliahan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Analisis

Menurut Harahap dalam Azwar (2019:6) pengertian analisis merupakan suatu


kegiatan berfikir untuk menguraikan atau memecahkan suatu permasalahan dari unit
menjadi unit terkecil. Analisa atau analisis menurut Sugiyono (2015:335)
mengatakan bahwa analisis adalah sebuah kegiatan untuk mencari suatu pola selain
itu analisis merupakan cara berpikir yang berkaitan dengan pengujian secara
sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian, hubungan antar bagian dan
hubungannya dengan keseluruhan.

2.2 Sertifikat

Pengertian sertifikat K3 bagi pekerja adalah dokumentasi yang menegaskan


bahwa pekerja telah menyelesaikan pelatihan atau sertifikasi dalam bidang
kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Sertifikat K3 ini menunjukkan bahwa pekerja
telah memahami dan menerapkan praktik-praktik K3 yang aman dan sesuai dengan
standar yang berlaku di lingkungan kerja mereka.
Sertifikat K3 bagi pekerja bisa diperoleh melalui pelatihan K3 yang
diselenggarakan oleh lembaga atau institusi yang terakreditasi, dan sertifikat ini
mencerminkan kompetensi pekerja dalam hal K3. Sertifikat K3 bagi pekerja sangat
penting karena menunjukkan bahwa mereka memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk menjaga keselamatan diri dan rekan kerja di
tempat kerja.
Pada umumnya, sertifikat K3 untuk teknisi docking kapal didasarkan pada
pedoman dan regulasi dari organisasi dan badan yang berkompeten dalam
keselamatan maritim, seperti International Maritime Organization (IMO),
Occupational Safety and Health Administration (OSHA), dan lembaga-lembaga
setempat yang mengatur keselamatan kerja.

5
Berikut beberapa sertifikat keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang
diperlukan untuk teknisi yang terlibat dalam proses docking kapal diantaranya:
1. Confined Space Entry (CSE): Pelatihan untuk bekerja di ruang terbatas,
yang sering ditemui saat melakukan perawatan di dalam lambung kapal
selama proses docking.
2. Hot Work Permit (HWP): Untuk pekerjaan yang melibatkan penggunaan
api atau proses panas, yang mungkin diperlukan selama perbaikan atau
pemeliharaan di dok kapal.
3. Working at Heights: Pelatihan untuk pekerjaan di ketinggian, yang
mungkin diperlukan saat melakukan pekerjaan di area tinggi atau bagian
atas kapal selama proses docking.
4. Gas Testing and Monitoring: Untuk memastikan bahwa lingkungan kerja
aman dari gas berbahaya atau kebakaran selama proses perbaikan atau
pemeliharaan di kapal.
5. Personal Protective Equipment (PPE) Training: Pelatihan penggunaan
peralatan pelindung diri seperti helm, sepatu pelindung, sarung tangan,
dan peralatan keamanan lainnya.
6. Marine First Aid: Pelatihan pertolongan pertama yang khusus
disesuaikan dengan kebutuhan pekerja di kapal.
7. Shipyard Safety Instruction: Panduan keselamatan khusus yang berlaku
di area galangan kapal, termasuk aturan dan prosedur keamanan
selama proses docking.

2.3 Perusahaan atau Agen Kapal

Kapal sebagai transportasi laut akam mengalai kerusakan pada hull, kontruksi
maupun peralatan-peralatan yang ada pada kapal yang disebabkan oleh operasi
kapal, dampak lingkungan maupun kecelakaan yang terjadi. Oleh karna itu untuk
menstabilkan kondisi kapal agar dalam operasional kapal tetap optimal serta kondisi
kontruksi maupun peralatan yang terdapat didalam kapal sebagai suatu sistem
pendukung maupun inti tetap baik serta sesuai dengan persyaratan maka kapal
perlu di-docking secara rutin tahunan berkala (Sihombing dan Lestari, 2019).
Keagenan diartikan sebagai hubungan berkekuatan secara hukum yang terjadi bila

6
mana dua pihak bersepakat membuat perjanjian, dimana salah satu pihak yang
dinamakan agen (agent) setuju untuk mewakili pihak lainya yang dinamakan pemilik
(principal) dengan syarat bahwa pemilik tetap mempunyai hak untuk mengawasi
agenya mengenai kewenangan yang dipercayakan kepadanya (Sihombing dan
Lestari, 2019). Sedangkan agen pelayaran merupakan sebuah badan usaha yang
bergerak dalam kegiatan atau aktivitas kapal atau perusahaan pelayaran. Apabila
suatu kapal berlabuh disuatu pelabuhan maka kapal tersebut membutuhkan
pelayanan yang harus dipenuhi, Secara garis besar agen memiliki tugas untuk
melaksanakan semua kepentingan kapal dan memberikan pelayanan kepada ABK
atas perintah kantor pusat maupun pemerintah langsung dari princial (Sihombing
dan Lestari.,2019).

2.4 Produktifitas Docking

Banyak istilah yang digunakan dalam dunia perkapalan, salah satunya adalah
kata Dok atau Docking. Dok atau docking yaitu sebuah kondisi dimana sebuah kapal
berada dikondisi diatas dok atau dermaga untuk dilakukan perawatan ataupun
perbaikan. Menurut Nugraha dkk (2018) Docking kapal adalah sebuah tempat
diperairan yang berfungsi untuk melakukan proses pembangunan kapal, perbaikan
kapal dan pemeliharaan kapal. Analisis docking memiliki resiko kecelakaan yang
mengecam pekerja dan kapal itu sendiri. Sehingga semua pekerja diwajibkan
memelihara kesehatan dan keselamatan kerja secara maksimal melalui tindakan
yang aman supaya dapat menekan terjadinya resiko kecelakaan (Nugraha dkk.,
2018). Tempat docking kapal adalah sebuah tempat diperairan dengan fungsinya
untuk melakukan proses pembangunan kapal, perbaikan kapal dan pemeliharaan
kapal (Nugraha dkk, 2018) .

Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas perbaikan docking kapal di


galangan menurut Suwarsa dkk (2019) antara lain:

a. Naik Dock
Menurut KBBI dok atau docking berfungsi untuk menggalang kapal yang akan
diperbaiki dan sebagainya, dapat dimasuki kapal digunakan untuk
membersihkan dan memperbaiki kapal. Naik dock yang artinya kapal sudah

7
siap untuk reparasi. Alokasi adalah penentuan penggunaan sumber daya
(tenaga kerja, mesin, dan perlengkapan) demi pencapaian hasil yang optimal.
Sebelum kapal naik keatas dock maka ada beberapa hal yang harus
dipersiapkan yaitu data-data kapal, informasi tentang kapal kepada kepala
dock (dock master) dan beberapa yang yang masuk kontrak kerja dan peraa.
Rincian pekerjaan yang harus dikerjakan oleh pihak dock.
a. Dari pihak galangan memberikan rincian kepada pemilik kapal atau pihak
ketiga (agen kapal) apa saja yang akan dikerjakan terlebih dahulu,
dengan melihat kerusakan kapal yang dialami dan memerlukan beerapa
waktu untuk penyelesaian pekerjaan. Pihak galangan melakukan survey
untruk mengetahui kerusakan yang telah dialami oleh kapal tersebut,
setel;ah mengtahui kerusakan maka pihak galangan mengkoordinasikan
kerusakan kepada pemilik kapal atau pihak ketiga untuk mengetahui
waktu yang diperluakan dan biaya-biaya reparasi.
b. Waktu penyelesaian pekerjaan (kalender kerja). Berdasarkan definisi
tersebut maka pengalokasian tenaga kerja adalah penentuan
penggunaan tenaga kerja demi mencapai hasil yang efektif dan
efisien.Jam kerja bagi para pekerja di sektor swasta diatur dalam
undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan pasal 77
sampai dengan 85. Pasal 77 ayat 1 UU No. 13 tahun 2003 mewajibkan
setiap pengusaha melaksanakan ketentuan jam kerja, yaitu 8 jam kerja
dalam 1 hari untuk 5 hari kerja dengan waktub kerja sekurang-kurangnya
setengah jam setelah bekerja selama 4 jam terus menerus yang
dijelaskan pada UU No 13 Tahun 2003 pasal 79, sehingga waktu efektif
kerja adalah 7 jam perhari (Tri iriana,dkk., 2017). Sedangkan jam kerja,
waktu Istirahat kerja, waktu lembur diatur dalam pasal 77 sampai pasal
85 Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Beberapa perusahaan, jam kerja, waktu istirahat dan lembur
dicantumkan dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB). Jam Kerja adalah
waktu untuk melakukan pekerjaan, dapat dilaksanakan siang hari dan
atau malam hari (Tri iriana dkk, 2017).watan dan perbaikan kontrak kerja
antar lain: Waktu efektif perbaikan kapal berat bedasarkan indeks
produktifitas waktu kerja tidak mengalami perdebatan dengan waktu

8
yang dialokasikan galangan yaitu 10 hari. Hal ini selalu disebabkan
proses perbaikan mesin yang tidak dapat dihitung indeks
produktifitasnya karena memiliki ketidak pastian waktu yang tinggi
(Apriliani dkk., 2014). Efektivitas kerja perbaikan kapal dan di tingkatkan
lagi melalui pengawasan yang lebih baik serta memberikan motivasi
kepada karyawan untuk bekerja lebih giat dan tidak membuang
waktuuntuk kegiatan yang tidak evektif (Apriliani dkk, 2014).
c. Dan data-data yang diperlukan untuk kegiatan docking kapal.
administrasi surat permohonan dari pihak pemilik kapal antara lain:
1) Surat penawaran dari pihak galangan kapal setelah mengadakan
survey pada kapal tersebut.
2) Pihak kapal menyerahkan gambar-gambar kapal antara Data yang
harus disertakan pada saat persiapan proses pengedockan antara
lain:
a. Gambar rencana docki dari kapal (docking plain).
b. Gambar rencanaan umum (general arangement).
c. Gambar kapasitas tangki ganda dan tangki-tangki lainya.
d. Gambar bukaan kapal.
3) Dilaksanakanya kontrak yang ditanda tangani oleh kedua belah pihak
dalam kontrak disebutkan total biaya kerja, kalender kerja, addendum
dan sanksi.
4) Pihak dock melaksanakan perlatan penunjang dock, tenaga kerja,
sumber tenaga listrik serta repairing list kepada masing-masing
bagian.
b. Shafting
Shafting dalam bahasa Indonesia artinya poros. Biro Klasifikasi Indonesia
(BKI) mensyaratkan poros baling-baling harus dicabut dan diperiksa pada selang
waktu tiga tahun untuk sistem poros dengan pelumas air laut dan pada selang waktu
lima tahun untuk sistem dengan pelumasan minyak (Hendrawan andi, 2020). Baling-
baling adalah alat untuk menghasilkan gaya dorong pada sebuah kapal laut, baling-
baling diputar oleh poros yang digerakan oleh penggerak utama dalam kamar mesin.
Kecepatan kapal ditentukan oleh daya dorong yang dihasilkan oleh baling-baling
tersebut (Nugroho dan Wibowo, 2017). Poros baling-baling (propeller shaft)

9
merupakan salah satu bagian terpenting dari instansi penggerak kapal (Hendrawan
andi, 2019). Shafting (poros) menjadi salah satu elemen penting pada penggerak
kapal, maka kondisi kesehatan shafting harus selalu diperhatikan pada saat
pengedokan akan dilaksanakan. Apabila shafting mengalami keausan maka shafting
harus diganti, jika shafting yang mengalami keausan parah dan tidak diganti maka
kinerja mesin kapal didak akan maksimal dan kecepatan kapal akan melambat.
Melihat shafting yang akan diganti pihak galangan melihat ukuran shafting dan
mencocokan persediaan yang ada digudang jika ada maka dapat diganti dengan
waktu singkat, apabila shafting tidak ada maka dilakukan pemesanan sesuai dengan
shafting yang dibutuhkan. Pergantian shafting dilihat dari harga, kualitas shafting
dan tersedianya shafting.
c. Realisasi jadwal docking.
Dapat diketahui bahwa proses perbaikan kapal adalah proses panjang yang
melibatkan banyak pihak seperti galangan, klasifikasi, dan pemilik kapal.Tahap awal
perbaikan kapal pihak pemilik kapal akan mengajukan list komponen kapal yang
rusak dan perlu dilakukan perbaikan. Namun seiring dengan proses perbaikan kapal,
akan ada beberapa tambahan pengerjaan yang diajukan galangan atau klasifikasi
untuk dikerjakan (Padaga dkk, 2018). Nantinya tambahan pekerjaan tersebut harus
disetujui oleh pihak pemilik kapal pekerjaan tersebut harus disetujui oleh pihak
pemilik kapal. Aktivitas dan kegiatan yang dilakukan dalam proses perbaikan kapal
berbeda-beda tergantung jenis survey yang dilakukan. Jenis survey itu sendiri
dibedakan berdasarkan waktu dan kebutuhan dari kapal tersebut (Padaga dkk,
2018). Beberapa jenis survey berdasarkan klasifikasi yang umum adalah:
a. Annual survey, survey yang dilakukan setahun sekali.
b. General survey, survey yang dilakukan empat tahun sekali
c. Emergency Survey

Kegiatan survey yang dilakukan pada setiap docking berbeda-beda sesuai


dengan peraturan klasifikasi dan kebutuhan dari kapal tersebut. Namun berdasarkan
rules dari klasifikasi, maka setiap docking kapal akan dilakukan perbaikan berupa:
a. Perbaikan dan perawatan konstruksi kapal
b. Perbaikan dan perawatan lambung
c. Perbaikan dan perawatan mesin.

10
d. Perbaikan dan perawatan outfitting.
e. Perbaikan dan perawatan sistem perpipaan.
f. Perbaikan dan perawatan sistem kelistrikan.

Dilihat dari survey yang dilakukan maka pelaksanaan docking dapat


dijadwalkan dengan baik,setelah adanya perjanjian antara pemilik kapal atau agen
kapal dengan galangan kapal, serta izin dari pihak KSOP. Adanya kesepakatan dan
peralatan serta perlengkapan yang telah tersedia maka kegiatan docking dapat
dilaksanakan dalam waktu sekurangkurangnya 7-10 hari. Adapun jadwal reparasi
kapal dengan daftar kapal yang telah didaftarkan untuk dilakukan kegiatan
perbaikan, serta dapat memperkirakan waktu kerja yang dibutuhkan untuk
mereparasi sebuah kapal, pengecekan sea trail sampai kapal siap layar. Semakin
banyak jadwal docking kapal yang terdaftar maka semakin produktif docking kapal.

2.5 Kompetensi Kerja

Secara umum pada aktifitas docking sering sekali pekerja tidak menerapkan
prosedur atau aturan-aturan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja terutama
pada docking tradisional (Nugraha dkk, 2018). Industri galangan kapal merupakan
salah satu rantai penting dalam sistem perkapalan nasional. Khususnya dalam
menjaga kondisi kapal agar tetap layak jalan sesuai standar Biro Klasifikasi
Indonesia. Studi empiris menunjukkan bahwa pekerja yang kompeten dan produktif
dan teknik kerja yang efektif merupakan faktor utama yang mempengaruhi tingkat
pemilihan perusahaan perkapalan pada suatu galangan (Suharto, 2015).
Beberapa faktor yang mempengaruhi kompetensi kerja docking kapal menurut
Nugraha dkk (2018) antara lain:

1. Pekerja pada tempat docking


Pekerja yang bertugas pada jasa docking di kelompokan menurut umur,
Pendidikan, dan kompetensi kerja. Pendidikan seseorang penting dan harus
diperhatikan untuk meningkatkan kesadaran tentang arti pentingnya kesehatan dan
keselamatan kerja (permana, 2014). Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai,
maka semakin baik pula proses pemahaman seseorang dalam menerima sebuah
informasi baru (Notoatmodjo, 2003). Pada usia pekerja yang lebih muda secara

11
psikologis akan cenderung lebih cepat , agresif, tergesa-gesa dan terburu-buru
dalam bekerja sehingga cenderung melakukan unsafe action yang berpotensi
mengurangi kinerja bahkan mengakibatkan kecelakaan kerja. Masa kerja biasanya
dapat menjadi penyebab dapat menjadi kecelakaan pada suatu pekerjaan karna
tenaga kerja baru biasanya belum mengetahui secara mendalam tentang pekerjaan
dan keselamatannya, kemudia pengetahuan pekerja mengenai cara kerja pada
docking diperoreh dari pengalaman yang ditemukan dilapangan. Tugas pekerja dari
jasa docking ialah menaikan dan menurunkan kapal, sementara pekerja dari
pengguna jasa docking bertugas untuk membersihkan badan kapal, dan mengecat
kapal.
2. Perilaku dan lingkungan berbahaya.
Perilaku manusia dalam bekerja dapat menciptakan munculnya resiko yang
berkaitan dengan keselamatan kerja. Perilaku yang tidak aman dianggap sebagai
hasil kesalahan yang dilakukan baik oleh pekerja yang terlibat secara langsung
(Wibisono, 2013). Perilaku berbahaya adalah kesalahan-kesalahan dan
pelanggaran-pelanggaran dalam bekerja yang dapat menyebabkan kecelakaan.
Sementara lingkungan berbahaya adalah segala kondisi yang dapat memberi
pengaruh yang merugikan terhadap kesehatan atau kesejahteraan orang yang
bekerja. Pelaku berbahaya dan perilaku berbahaya penting untuk diperhatiakan
karna kedua hal ini dapat menimbulkan potensi berbahaya yang dapat berdampak
pada kecelakaan kerja. Penyebab kecelakaan tidak hanya dilakukan oleh perilaku
berbahaya dan lingkungan berbahaya tetapi disebabkan pula oleh tata organisasi
atau pengelolah jasa docking yang tidak berjalan dengan baik. Kebijakan atau
aturan yang diterapkan oleh pengola jasa docking tidak berdampak langsung pada
kecelakaan namun berpengaruh terhadap perilaku pekerja saat bekerja.

3. Alat pelindung dan keselamatan


Pengendalian alat pelindung diri adalah kelengkapan yang wajib digunakan
saat bekerja sesuai dengan bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan
pekerja itusendiri dan orang disekitarnya. Penggunaan alat pelindung adalah upaya
terakhir dalam usaha pencegahan kecelakaan kerja. Kewajiban menggunakan alat
pelindung diri sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departemen Tenaga kerja
dan Transmigrasi Republik Indonesia. Hal ini tertulis diperaturan mentri tenaga kerja

12
dan transmigrasi Per.08/Men/VII/2010 tentang perlindungan diri. Penyebab
sedikitnya pekerja menggunakan alat pelindung diri karna sejauh ini pengelola
docking maupun pengguna jasa docking belum meyediakan alat perlindung diri.
Sedikitnya para pekerja yang tidak menggunaka alat pelindung diri menujukan
bahwa pekerja docking, atau pengelola docking, dan pengguna jasa docking
memilikin keesadaran yang rendah terhadap keselamatan kerja.

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah sebuah kajian yang telah dilakukan oleh peneliti
yang menghasilkan output bertujuan untuk perbaikan dari segi teknis ataupun non
teknis. Beberapa penelitian telah dilakukan berhubungan dengan kecelakaan kerja
yang hasilnya dapat dijadikan refrensi dalam penulisan ataupun penyusunan tugas
akhir ini. Perbedaan dengan penelitian terdahulu sangat diperlukan untuk
memperluas penerapan sebuah ilmu pngetahuan dan perbedaan penelitian
terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan sekarang ini dapat dilihat dalam
subbab dibawah ini:

a. Fis Purwangka,dkk (2022) Telah melakukan Penelitian dengan metode JSA


(Job Safety Analysis) dengan tujuan pencegahan upaya terjadinya sebuah
kecelakaan kerja pada sebuah aktifitas kerja yang dilakukan seorang pekerja.
Dalam penelitian yang dilakukan Fis Purwangka, dkk di tahun 2022. Dalam
penelitian ini didapatkan hasil bahwa Berdasarkan fakta yang didapatkan dan
di kumpulkan dilapangan bahwa insiden yang terjadi di Galangan X sebanyak
dalam beberapa periode terakhir terdapat 27 kejadian dengan distribusi
sebagai berikut: Kecelakaan kerja 16 kejadian, kebakaran 5 kejadian,
peledakan 1 kejadian, hampir celaka 0 kejadian, penyakit akibat kerja 2
kejadian, dan insiden lainnya 3 kejadian. Dimana besarnya nilai risiko pada
proses pekerjaan reparasi di Galangan X dengan nilai resiko tinggi sebesar
28% (16 pekerjaan), nilai resiko menengah 22% (13 pekerjaan), kemudian nilai
resiko rendah sebesar 14% (8 pekerjaan), dan nilai resiko sangat rendah
sebesar 36% (21 pekerjaan). Mengacu pada besarnya nilai resiko.
b. Baharuddin,dkk (2023) Telah melakukan Penelitian dengan metode JSA (Job
Safety Analysis) dalam kegiatan reparasi kapal yakni; pembersihan lambung

13
(sandblasting), penggantian plat lambung (replating), pemeliharaan rantai dan
jangkar, pemeliharaan propeller, pemeliharaan poros propeller, pembersihan
tangki dan pemeliharaan tongkat kemudi, jika diuraikan kedalam jenis
pekerjaan dengan beresiko tinggi sebanyak 33 item, pekerjaan berisiko
sedang sebanyak 29 item, dan pekerjaan beresiko rendah sebanyak 6 item.
Pada prinsipnya, pengendalian risiko dapat dilakukan melalui pengendalian
secara teknis dan pengendalian secara administratif.

14
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Waktu pelaksanaan penelitian ini tanggal 12 februari 2024 sampai 11 mei


2024, dilaksanakan di PT. Citra Bahari Shipyard yang terletak di desa Maribaya
Kecamatan Kramat,Kabupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah

3.2 Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan metode Job Safety Analysis (JSA).Metode ini
digunakan untuk mengidentifikasi, menganalisis, mengusulkan tindak pencegahan
bahaya. Setiap tahap merupakan bagian yang dapat menentukan tahap selanjutnya.

Langkah-langkah dalam pengumpulan dan pengolahan data dapat dilihat pada


table berikut :
Pengumpulan data : Pengolahan data :

1. Mengidentifikasi bahaya dan potensi 1. Menyimpulkan data sertifikat K3


kecelakaan kerja di PT. Citra Bahari yang dimiliki oleh para pekerja
Shipyard yang bekerja di docking kapal
2. Melakukan wawancara kepada para Mengidentifikasi bahaya dan
pekerja pemilik sertifikat K3 di PT. mengembangkan dengan metode
Citra Bahari shipyard terkait sistem JSA.
K3 yang diterapkan. 2. Mengidentifikasi resiko pekerjaan
apa saja yang mungkin terjadi dari
setiap langkah kerja.

Pada tahap pengumpulan data, langkah pertama yang dilakukan dalam


pengumpulan data pada penilitian ini adalah mengidentifikasi bahaya dan potensi
kecelakaan kerja di PT. Citra Bahari Shipyard. Langkah ini bertujuan untuk
mengetahui bahaya-bahaya yang terdapat di dalam aktivitas kerja. Langkah
selanjutnya adalah mengidentifikasi sertifikat keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
yang diterapkan oleh perusahaan. Langkah ini bertujuan untuk mengetahui siapa
saja pemilik sertifikat K3 yang diterapkan oleh perusahaan terkait sistem K3 dan

15
sebagai acuan untuk menetukan tindak pencegahan dan upaya pencapaian
produktifitas yang semaksimalnya dari suatu perusahaan industri lebih terjamin.
Langkah terakhir yang dilakukan adalah mengidentifikasi data-data tambahan
seperti struktur organisasi, instruksi kerja, dan job description serta memverivikasi
data mengenai bahaya yang teridentifikasi untuk memastikan data yang diperoleh
benar dan objektif. Secara keseluruhan, data-data tersebut diperoleh dengan cara
observasi serta wawancara kepada pekerja docking di PT. Citra Bahari Shipyard
serta studi literatur.
Pada proses pengelohan data, langkah pertama yang dilakukan adalah
menyimpulkan data sertifikat K3 yang dimiliki oleh para pekerja yang bekerja di
docking kapal. Langkah berikutnya adalah menyimpulkan potensi yang telah
teridentifikasi. kesimpulan tersebut akan digunakan untuk mengembangkan tindak
pencegahan dengan metode Job Safety Analysis (JSA). Langkah selanjutnya adalah
mengidentifikasi bahaya dengan metode Job Safety Analysis (JSA). Metode ini
diawali dengan memilih pekerjaan yang dinilai berpotensi terjadi kecelakaan kerja,
selanjutnya dilakukan penguraian pekerjaan kedalam suatu urutan langkah-langkah
berdasarkan work instruction dari aktivitas pekerjaan yang dianalisis berdasarkan
aturan-aturannya. Langkah terakhir adalah mengidentifikasi risiko pekerjaan apa
saja yang mungkin terjadi dari setiap langkah kerja.

Pengambilan sampel pekerja pada area docking menggunakan metode


purposive sampling. Jumlah kapal yang masuk area docking adalah 5 kapal dan
sampel 5 pekerja diambil dari aktivitas perbaikan kapal yang memenuhi satu siklus
perbaikan kapal. Wawancara dilakukan saat proses berlangsungnya docking kapal.

Metode Analisis Data


Analisis data dilakukan secara deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk
mengidentifikasi kelengkapan peralatan dan kondisi area kerja docking kapal dan
mengidentifikasi aktivitas yang berpotensi bahaya bagi pekerja di area docking.

16
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2019). Reliabilitas dan Validitas Edisi 4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Muhtia SA, Suharni AF, Alfina B. (2020). Analisis Risiko K3 dengan Metode HIRARC
pada Pekerja PT. Varia Usaha Beton Makassar Tahun 2020. Window of Public
Health Journal. 1(3): 166-175.
Neoryanto, Siboro. I & Wibowo. A. S. (2021). Analisis Resiko Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Dengan Menggunakan Risk Assessment Pada Dock System
Airbags Di PT. Meranti Nusa Bahari Balikpapan. Jurnal Keselamatan,
Kesehatan Kerja Dan Lindungan Lingkungan. 7(2).
Nugraha, S.A., Mawardi, W. & Purwangka, F. (2018). Identifikasi Kompetensi Kerja
Pada Area Docking Kapal Di Ppn Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi Jawa
Barat. Jurnal Ilmiah Samudra Akuantika. 2(1): 23-34.
Purwangka, F., Deornay I. V., & Wahyuningrum P. I. (2022). Keselamatan Kerja
Pada Aktivitas Di Area Docking Kapal Pt Perikanan Indonesia Muara Baru.
Jurnal Marine Fisheries. 13(2): 207-218.
Riptifah S, Meidisty SQ. (2021). Faktor-faktor Kejadian Kecelakaan pada Pekerja
Ketinggian di PT X Tahun 2019. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan. 17(1): 90-
98.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatatif dan R&D. Bandung:
ALFABETA.
Supardi, (2013). Aplikasi Statiska dalam penelitin konsep statiska yang lebih
komprehensif. Jakarta: Charge Publication.
Suwarsa, S., Mulyatno, I.P. & Zakki, A.F. (2019). Analisis Pencapaian Produktifitas
Reparasi Kapal di PT. Janata Marina Indah Semarang Menggunakan Metode
Objective Matrix. Jurnal Teknik Perkapalan. 7(2): 123-130.

17

Anda mungkin juga menyukai