Anda di halaman 1dari 46

TUGAS AKHIR

ANALISIS PENERAPAN K3LL MITRA KONTRAKTOR


KONTRAK KERJA SAMA (KKKS) TAHAP KUALIFIKASI
PADA PT TROPPEC TEKINDO MANDIRI DI BALIKPAPAN

Oleh:
Hasanul Bashri
147051510

PROGRAM STUDI FAKULTAS VOKASI


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
UNIVERSITAS BALIKPAPAN
BALIKPAPAN
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah hirobbil alamin, dengan memanjatkan puji syukur kepada

Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang maha pengasih dan maha penyayang, karena atas

Rahmat dan Hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal tugas

akhir ini guna melengkapi salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Program

Studi Fakultas Vokasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Universitas

Balikpapan.

Tugas akhir ini mungkin tidak dapat diselesaikan oleh penulis tanpa bantuan

dan dukungan dari berbagai pihak selama penyusunan proposal tugas akhir ini.

Pertama-tama peneliti mengucapkan terimakasih atas bimbingan dan dukungannya

kepada Bapak Luqmantoro, ST., M.KKK. selaku pembimbing satu dan kepada

Bapak Noeryanto, S.ST., M.Si. selaku pembimbing dua. Kemudian dalam

kesempatan ini penulis tidak lupa ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak

lainnya yang secara langsung dan tidak langsung telah memberikan dukungan dan

bantuannya kepada peneliti yaitu:

1. Dr. Piatur Pangaribuan, A.Md.,S.H.,M.H.,CLA selaku Rektor Universitas

Balikpapan

2. Ir.Maslina, MM.,MT selaku Dekan Program Studi Fakultas Vokasi K3

Universitas Balikpapan sekaligus sebagai dosen pembimbing I.

3. Andi Surayya Mapangille, SKM.,M.Kes selaku Wakil Dekan Program Studi

Fakultas Vokasi K3 Universitas Balikpapan

4. dr.Iwan Zulfikar, M.Si selaku Ketua Program Studi Fakultas Vokasi K3

Universitas Balikpapan

ii
5. Lina Yuliana, S.Kep.,M.KKK selaku Sekretaris Program Studi Fakultas Vokasi

K3 Universitas Balikpapan

Balikpapan, Juni 2020

Penyusun

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Pemohon,

Mahasiswa yang Bersangkutan

Hasanul Bashri
NPM: 147051510

Mengetahui

Pembimbing I Pembimbing II

Luqmantoro, ST., M.KKK. Noeryanto, S.ST., M.Si.


NIK. 015 007 043 NIK. 018 007 002
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertambangan dan Migas merupakan sumber pendapatan negara yang

sangat dominan, serta sebagai sektor pemenuhan kebutuhan masyarakat akan

sumber energi terbaru dan tidak terbarukan. Oleh karenanya menjadikan industri

pertambangan dan migas harus memiliki pengolahan yang baik untuk memastikan

kelangsungan proses produksi. Salah satu faktor penting untuk kelangsungan

produksi MIGAS secara terus-menerus yaitu adalah aspek Keselamatan Kesehatan

Kerja dan Lindung Lingkungan (K3LL) hal tersebut dikarenakan industri

pertambangan dan Migas memiliki tingkat risiko yang tinggi dan banyaknya kasus

seperti kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan, dan lainnya menyebabkan

industri migas dan pertambangan memiliki potensi bahaya yang tinggi terhadap

kejadian kecelakaan kerja (Ramli, 2010).

Pada proses kegiatan produksi yang dilakukan oleh industri pertambangan dan

Migas tidak terlepas oleh peran dan keterlibatan kontraktor. Hal tersebut dapat

dilihat dari jumlah jam kerja dan tenaga kerja kontraktor lebih tinggi dibandingkan

tenaga kerja permanen. Tercatat ditahun 2017 menurut IOGP (2018) jumlah jam

kerja kontraktor sebanyak 2.310.260 hours worked dan pada pekerja permanen

sebanyak 688.779 hours worked.

PT Troppec Tekindo Mandiri merupakan merupakan kontraktor tenaga kerja

yang rawan terhadap risiko K3, hal ini disebabkan pekerja kontraktor khususnya

pekerja PT Troppec Tekindo Mandiri selalu menghadapi pekerjaan secara langsung

1
2

dan kondisi lingkungan yang dinamis sedangkan pada pekerja permanen bekerja

dengan kondisi sistem, proses, dan prosedur dengan lingkungan sosial yang telah

terdefinisikan menciptakan budaya keselamatan dengan menggunakan komitmen

dari pimpinan yang akhirnya dapat menularkan kepada sesama karyawan tentang

penerapan K3 (Smith, 2014).

Menurut (OGP, 2010) bahwa kontraktor memiliki empat kali lebih sering untuk

terluka ditempat kerja dibandikan pekerja permanen. Angka kecelakaan pekerja

kontraktor pada tahun 2017 lebih tinggi yaitu 2314 kasus total recordable injury,

611 LTI dan 26 kematian dibandingkan pekerja permanen yaitu 498 kasus total

recorable injury, 194 LTI dan 7 kematian (IOGP, 2018).

Kasus yang sama terjadi pada Negara Indonesia dimana tren kecelakaan kerja

pada kontraktor atau mitra Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) lebih tinggi

dibandingkan pekerja permanen atau KKKS. Rekapitulasi kasus kecelakaan kerja

kategori berat hingga ringan menunjukan angka kecelakaan tahun 2015 dengan 27

korban dari KKKS dan 336 korban dari mitra kerja KKKS sedangkan pada tahun

2016 dengan 27 korban dari KKKS dan 220 korban dari mitra kerja KKKS (SKK

Migas, 2017).

Ketentuan penerapan SMK3 telah diatur pada PP No 50 Tahun 2012

berdasarkan pasal 5 ayat (1) dan (2) bahwa setiap perusahaan wajib menerapkan

SMK3 di perusahaan dengan ketentuan. mempekerjakan pekerja/buruh paling

sedikit 100 orang dan atau mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi.

Adanya globalisasi perdagangan saat ini memberikan dampak persaingan

sangat kertat dalam segala aspek khususnya ketenagakerjaan yang salah satunya

mempersyaratkan adanya perlindungan K3 pekerja kontraktor. Hal tersebut


3

dikarenakan pekerja kontraktor memiliki tingkat kerawanan untuk mengalami

kecelakaan kerja lebih tinggi dibandingkan pekerja permanen, hal tersebut

menjadikan aspek K3LL kontraktor merupakan hal yang sangat penting. Sehingga

diperlukan adanya pengelolaan K3LL pada mita kerja KKKS agar dapat

menciptakan kondisi yang aman dan mencegah terjadinya kecelakaan pekerja

kontraktor, salah satunya pada tahap kualifikasi mitra KKKS yang merupakan

langkah awal untuk melakukan screening kesesuaian aspek K3LL calon mitra

KKKS berdasarkan PTK-005/SKKO0000/2018/S0 tentang Pengelolaan Kesehatan,

Keselamatan dan Keselamatan Kerja dan Lindung Lingkungan untuk mendapatkan

HSE evaluasi K3LL khusus pengelolaan mitra kerja KKKS.

Berdasarkan observasi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti bahwa PT

Troppec Tekindo Mandiri pernah mengikuti proses tender pada PT Pama Persada

Nusantara di Balikpapan. Adapun berdasarkan hasil audit kualifikasi K3LL yang

didapatkan oleh PT Troppec Tekindo Mandiri adalah sebesar 40% yang mana

terdapat beberapa elemen yang memiliki nilai rendah salah satunya adalah elemen

4 tentang Manajemen Risiko dengan nilai 3 sedangkan nilai minimum yang harus

dicapai adalah 6. Oleh karenanya untuk kelangsungan proses bisnis agar

mendapatkan hasil evaluasi kualifikasi K3LL memenuhi standar high risk pada

kualifikasi di PT Troppec Tekindo Mandiri selanjutnya. Maka diperlukan

meningkatkan nilai pada elemen yang memiliki nilai rendah tersebut. Oleh karena

itu peneliti tertarik untuk mengambil penelitian berdasarkan topik pembahasan

diatas dengan judul Analisis Penerapan K3LL Mitra Kontraktor Kontrak

Kerja Sama (KKKS) Tahap Kualifikasi pada PT Troppec Tekindo Mandiri di

Balikpapan.
4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yangg ada diatas, maka rumusan masalah

mengenai "bagaimanakah tahapan kualifikasi HSE pada PT Pama Persada

Nusantara"

1.3 Tujuan Penilitian

Tujuan penelitian yang diperoleh untuk menjawab rumusan masalah yang ada

yaitu:

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat kesesuaian penerapan K3LL tahap kualifikasi

HSE kontraktor PT Troppec Tekindo Mandiri pada mitra PT Pama

Persada Nusantara.

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui kesesuaian penerapan K3LL berdasarkan pencapaian

kualifikasi HSE kontraktor PT Troppec Tekindo Mandiri pada mitra PT

Pama Persada Nusantara.

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini hanya pada elemen 4 tentang

Pengendalian Dokumen implementasi 4.1.1.


5

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

1. Dapat menambah wawasan terkait lingkup proses tender pada

industri Migas khususnya tahap kualifikasi K3LL oleh suatu

perusahaan atau kontraktor

2. Dapat mengimplementasikan keilmuan yang telah didapat pada

masa perkuliahan dalam bidang K3

1.5.2 Bagi Perusahaan

1. Penelitian ini diharapakan dapat membantu perusahaan dalam

meningkatkan pemenuhan terhadap persyaratan dan standar yang

dibutuhkan dalam tahap kualifikasi K3LL pada saat proses tender.

2. Peningkatan penerapan K3 yang baik pada perusahaan akan

meningkatkan reputasi perusahaan.

1.5.3 Bagi Program Studi Vokasi K3

1. Diharapkan dengan penulisan penelitian ini nantinya akan menjadi

sumber refrensi tambahan pada perpustakaan Universitas

Balikpapan (UNIBA).

2. Diharapkan dengan adanya penulisan penelitian ini akan dapat

menjadi sumber refrensi bagi peneliti-peneliti lainnya yang akan

mengambil topik K3LL khususnya pada CSMS.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Studi Peneliti Terdahulu

Adapun peneliti sebelumnya mengangkat judul atau topik sebagai berikut:

1. Penelitian yang ditulis oleh Oluwaseyi Modupe Ajayi (2016) bahwa

tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menguji dampak Contractor

Prequalification Criteria (CPC) pada kinerja waktu konstruksi dengan

maksud untuk mengembangkan model yang akan membantu pembuat

keputusan dalam memilih kontraktor yang sesuai yang akan dapat

menyelesaikan proyek dalam waktu yang ditentukan. Hasil penelitian

menunjukan bahwa Contractor Prequalification Criteria (CPC) adalah

kapasitas personel, pengalaman kerja dan kapabilitas, bonus, tingkat

teknologi, praktik kesehatan dan keselamatan dan praktik keuangan.

Dengan demikian, untuk memastikan kontraktor yang sesuai untuk

menyelesaikan proyek waktu, tingkat teknologi, kemampuan personel

dan kemampuan ikatan kontraktor adalah tolak ukur bagi kontraktor

yang menyelesaikan proyek untuk mencegah kebangkrutan,

keterlambatan dan pengabaian perusahaan. proyek. Oleh karenanya

peningkatan nilai untuk uang dan kepuasan keseluruhan, klien harus

melibatkan kontraktor dengan teknologi yang relevan (kemampuan

teknis), pengembangan organisasi dan kemampuan manajemen risiko

yang mapan untuk proyek.

6
7

2. Penelitian yang ditulis oleh Hera Yulinanda Pratiwi (2017), PT X

menerapkan Contractor Safety Management System (CSMS) yang

dituangkan dalam Prosedur SMT-KKK-26 sebagai upaya pengendalian

agar pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor menerapkan norma

keselamatan dan kesehatan kerja. Setelah prosedur tersebut diterapkan,

masih terjadi beberapa kasus kecelakaan kerja pada pekerja kontraktor

PT X. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis terhadap

pelaksanaan CSMS yang telah dituangkan dalam SMT-KKK-26

menggunakan siklus PDCA (Plan, Do, Check, Action). Berdasarkan

hasil pengamatan terhadap penerapan Contractor Safety Management

System (CSMS) di PT. X dapat disimpulkan bahwa CSMS yang

dilaksanakan pada PT. X tersebut masih memerlukan beberapa

perbaikan agar sesuai dengan kaidah siklus PDCA. Terdapat 154

kontraktor yang mampu memenuhi dokumen CSMS dan menjadi

rekanan PT X.

3. Pada penelitian yang ditulis oleh Tanti Olivina Sari (2017), tujuan

penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hazard pada pekerja

kontraktor sipil dengan menggunakan metode CSMS di PT X Pasuruan.

Penelitian ini bersifat deskriptif observasional dan disajikan dalam

bentuk narasi. Identifikasi bahaya meliputi kegiatan pra-pekerjaan dan

pelaksanaan pekerjaan pada kontraktor sipil PT X Pasuruan. Metode

pengambilan data yaitu dengan melakukan observasi, indepth interview,

dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan pada tahapan kegiatan

pra-pekerjaan PT X sebagai perusahaan kontraktor sipil yang bekerja


8

sama dengan PT X Pasuruan, hanya memenuhi 14 pokok bahasan

(93,3%). Pada tahapan pelaksanaan pekerjaan terdapat 2 item yang

realisasinya tidak tercapai.

4. Penelitian yang ditulis oleh Tri Wulan Amelia (2017) berjudul

Penerapan Contractor Safety Management System di PT Jamin Jaya

Abadi di Balikpapan. Pada jurnal tersebut membahas mengenai

penerapan CSMS tahap prakualifikasi yang mana melakukan

identifikasi elemen-elemen yang memiliki nilai terendah dan kemudian

menemukan faktor penyebab lemahnya elemen dengan menggunakan

metode fish bone. Metode penelitian jurnal tersebut menggunakan

rancangan penelitian kualitatif dengan teknik sampling yaitu purposive

sampling setelah data dianalisis menggunakan deskriptif kualitatif

dengan metode fish bone untuk menganalisis faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap elemen-elemen yang mendapatkan nilai rendah

pada tahap pra kualifikasi K3LL, sehingga diharapkannya dapat

mengetahui akar masalahnya.

2.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Pengertian K3 (Keselamata dan Kesehatan Kerja) umumnya terbagi menjadi

3 klasifikasi yaitu:

a. Secara Filosofisi

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah upaya dan pemikiran

untuk menjamin keadaan, keutuhan, dan kesempurnaan baik secara

jasmani maupun rohani diri pada umumnya dan tenaga kerja khususnya
9

beserta hasil karyanya dalam rangka menuju masyarakat yang adil,

makmur dan sejahtera (Tarwaka, 2008).

b. Secara Praktis

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu upaya untuk perlindungan

agar setiap tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja

senantiasa dalam keadaan sehat dan selamat serta sumber-sumber proses

produksi dapat dijalankan secara aman, efisien dan produktif (Tarwaka,

2008).

c. Secara Keilmuan

Ilmu dan penerapannya secara teknis dan teknologis untuk melakukan

pecegahan terhadap munculnya keelakaan kerja dan penyakit akibat

kerja dari setiap pekerjaan yang dilakukan (Tarwaka, 2008).

Pada perusahaan yang menerapkan K3 bahwa tujuan utama untuk

menciptakan tempat kerja yang aman dan selamat berdasarkan UU No. 1 Tahun

1970 terdapat 18 kriteria untuk tempat kerja aman yaitu:

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan

b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran

c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan

d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu

kebakaran dan kejadian-kejadian lain yang berbahaya

e. Memberi pertolongan pada kecelakaan

f. Memberi alat pelindung diri pada para pekerja


10

g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,

kelembapan, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,

sinar atau radiasi, serta suara dan getaran

h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik

fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan

i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai

j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik

k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup

l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban

m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,

cara dan proses kerjanya

n. Menggunakan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan

dan penyimpanan barang

o. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya

p. Menyesuiakan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan

yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Pada persyaratan tempat kerja sesuai dengan tujuan K3 berdasarkan UU No

1 Tahun 1970 nantinya akan dikembangkan dalam bentuk seperti kebijakan K3LL,

sasaran dan objektif K3LL, prosedur dan instruksi kerja pada perusahaan yang lebih

spesifik untuk penerapannya.

2.3 Sistem

Menurut L. James Heavery dalam ( Falenshina, 2012) sistem adalah prosedur

logis dan rasional untuk merancang suatu rangkaian komponen yang berhubungan
11

satu dengan yang lainnya dengan maksud berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam

usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Sistem berasal dari Bahasa Latin yaitu systéma dan Bahasa Yunani sustéma

yang berati suatu yang kesatuan yang terdiri atas komponen atau elemen yang

dihubungkan bersama untuk mempermudah aliran informasi, materi atau energi

(Ramli, 2013).

Sistem adalah suatu rangkaian yang terdiri dari dua atau lebih komponen

yang saling berhubungan dan saling berinteraksi satu sama lain untuk mencapai

tujuan dimana sistem biasanya terbagi dalam subsistem yang lebih kecil yang

mendukung sistem yang lebih besar menurut Romney dan Steinbart (2015) dalam

(Veronica, 2018).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan suatu rangkaian

komponen atau elemen yang terdiri dari dua atau lebih yang saling terhubung,

berunteraksi dan kesatuan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan

2.4 Manajemen

Manajemen merupakan suatu ilmu pengetahuan tentang seni memimpin

organisasi yang terdiri atas kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan

dan pengendalian terhadap sumber-sumber daya yang terbatas dalam usaha

mencapai tujuan dan sasaran yang efektif dan efisien (Veronica, 2018).

Sedangkan menurut James A. F. Stoner dalam Basri (2017) manajemen

adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-

usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber-sumber daya organisasi

lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan. Sumber-sumber daya


12

organisasi tersebut secara mendasar menurut George R. Terry dalam Basri (2017)

dikenal dengan 5M yaitu men, money, method, machine, and material.

Sehingga dapat diartikan bahwa manajemen merupakan suatu seni dan ilmu

pengetahuan yang digunakan pada suatu organisasi yang digunakan untuk

mengelola suatu anggota organisasi agar tercapainya tujuan dan sasaran organisasi

tersebut yang efektif dan efisien.

Pada Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) manajemen merupakan hal

yang sangat penting hal ini berhubungan dengan kondisi kerja yang aman dan sehat

tidak dapat dilakukan dengan beberapa orang saja atau bahkan hanya seorang yang

bertugas pada departemen K3LL saja, akan tetapi K3 dilakukan oleh semua orang

sehingga hal tersebut nantinya akan mempengaruhi kondisi lingkungan kerja yang

ada. Dengan organisasi yang bagus manajemen akan menciptakan tujuan dari

penerapan K3 yaitu mencegah Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan kecelakaan kerja.

Pada saat ini banyak perusahaan yang mengadopsi proses manajemen sebagai

standar penerapan sistem manajemen Health, Safety, Environment and Quality

(HSEQ) salah satu proses manajemen yang terkenal saat ini adalah Plan, Do, Check

and Action (PDCA) berupa perencanaan, penerapan, pengukuran dan tindakan

perbaikan berkelanjutan.

PDCA merupakan proses manajemen yang diperkenalkan oleh Edward

Deming yang menyebut dengan istilah Deming Wheel (Ramli, 2013).

Gambar 2.1 Deming Wheel


Sumber : (ILO, 2011)
13

Fungsi pokok manajemen pada gambar 2.1 diatas, yaitu:

1. Perencanaan (Planning)

Pada proses manajemen yang baik tidak terlepas dari tahap

perencanaan yang baik pula, dalam suatu organisasi haruslah

memiliki arah dan tujuan oleh karenanya dalam proses manajemen

ini organisasi menentukan serta merencanakan sasaran dan tujuan

yang ingin dicapai oleh seluruh anggota organisasi. Akan tetapi

untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut perlunya organisasi

untuk merencapai hal-hal yang harus dilakukan, sehingga perlu

juga seorang pemimpin organisasi untuk merencakan apa yang

harus dilakukan mencapai tujuannya. Biasanya adapun alat-alat

yang harus dipersiapkan yaitu sumber daya manusia, uang atau

modal, material, perlatan, metode dan pasar. Sehingga pada tahap

ini dilakukanya kajian awal untuk menentukan dengan sumber

daya yang dimiliki maka apakah perusahaan dapat mencapai

tujuan tersebut atau tidak dan bagaimana persiapannya.

2. Implementasi

Tahap selanjunya dari fungsi manajemen adalah menerapkan hal-

hal yang telah direncanakan pada tahap perencanan. Pada tahap ini

perusahaan melakukan mengorganisir, mengarahkan dan

mengatur kegiatan.
14

3. Pemantauan dan pengukuran

Setelah kegiatan dijalankan maka untuk memastikan berjalan

dengan baik dan benar diperlukannya memantau dan mengukur

kegiatan yang dilaksanakan.

4. Perbaikan

Fase ini merupakan kegiatan untuk meningkatkan hasil

pelaksanaan rencana kegiatan dengan melakukan tinjauan

manajemen sehingga kekurangan atau hal-hal yang tidak dicapai

dapat menjadi masukan untuk tindakan perbaikan nantinya.

2.5 Sistem Manajemen K3

Sistem manajemen K3 merupakan sistem yang digunakan mengelola aspek

K3 dalam organisasi. Sistem manajemen K3 merupakan bagian dari sistem

manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang

berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien

dan produktif (PP No. 50 Tahun 2012).

Penerapan SMK3 merupakan hal yang wajib bagi perusahaan untuk

mengelola aspek K3 yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.

Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan (PP No. 50

Tahun 2012). Adapun kriteria perusahaan yang wajib menerapkan SMK3 adalah

yang memiliki pekerja lebih dari 100 orang dan atau memiliki tingkat potensi

bahaya yang tinggi (PP No. 50 Tahun 2012).


15

Sehingga SMK3 merupakan suatu rangkaian yang terdiri dari beberapa

komponen atau elemen yang saling terhubung untuk mengelola risiko pada aspek

K3 yang bertujuan untuk mencegah kerugian dari aspek K3 dan menciptakan

kondisi yang aman, sehat dan produktif.

2.5.1 Tujuan Penerapan SMK3

Tujuan impelementasi SMK3 berdasarkan PP No. 50 tahun 2012

yaitu:

a. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan

kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur, dan

terintegrasi.

b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit

akibat kerja dengan melibatkan unsur manajemen,

pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja atau serikat buruh.

c. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien

untuk mendorong produktivitas.

Penerapan K3 pada perusahaan akan berbeda jika dibandingkan antara

organisasi yang menerapkan SMK3 dan tidak menerapkan SMK3. Hal ini

berhubungan dengan implementasi SMK3 dalam organisasi bertujuan untuk

meningkatkan kinerja K3 dengan melaksanakan upaya K3 secara efisien dan

efektif sehingga risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dicegah

dan dikurangi (Ramli, 2010).


16

2.6 Kontraktor

Perusahaan tidak dapat beroperasi tanpa adanya tenaga kerja kontraktor,

dikarenakan sumber daya kontraktor merupakan tenaga kerja yang dominan pada

suatu industri. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah jam kerja dan tenaga kerja

kontraktor lebih tinggi dibandingkan tenaga kerja permanen. Tercatat ditahun 2017

menurut IOGP (2018) jumlah jam kerja kontraktor sebanyak 2.310.260 hours

worked dan pada pekerja permanen sebanyak 688.779 hours worked. Oleh

karenanya peranan pekerja kontraktor sangat penting untuk menunjang proses

kerja.

Kontraktor didefinisikan sebagai individu atau organisasi yang melakukan

pekerjaan untuk perusahaan yang memiliki pekerjaan atau proyek, mengikuti

perjanjian lisan atau tertulis (IOGP, 2018). Salah satu aspek yang menjadi tolak

ukur pemilik kerja atau user untuk memilih atau mempercayakan pekerjaan ke

kontraktor adalah faktor K3LL.

Aspek K3LL pada kontraktor merupakan isu yang sangat penting

dikarenakan tanggung jawab pihak pengelola. Berdasarkan peraturan-perundangan

keselamatan kerja pengelola atau pemilik dari areal lingkungan pekerjaan memiliki

tanggung jawab akan orang yang bekerja dibawah pimpinannya.

Pada kondisi Kontraktor merupakan tenaga kerja yang rawan terhadap risiko

K3, hal ini disebabkan pekerja kontraktor selalu menghadapi pekerjaan secara

langsung dan kondisi lingkungan yang dinamis sedangkan pada pekerja permanen

bekerja dengan kondisi sistem, proses, dan prosedur dengan lingkungan sosial yang

telah terdefinisikan menciptakan budaya keselamatan dengan menggunakan


17

komitmen dari pimpinan yang akhirnya dapat menularkan kepada sesama karyawan

(Smith, 2014).

Menurut IOGP (2010) bahwa kontraktor memiliki empat kali lebih sering

untuk terluka ditempat kerja dibandikan pekerja permanen. Angka kecelakaan

pekerja kontraktor pada tahun 2017 lebih tinggi yaitu 2314 kasus total recordable

injury, 611 LTI dan 26 kematian dibandingkan pekerja permanen yaitu 498 kasus

total recorable injury, 194 LTI dan 7 kematian (IOGP, 2018).

Kasus yang sama terjadi pada Negara Indonesia dimana tren kecelakaan kerja

pada kontraktor atau mitra Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) lebih tinggi

dibandingkan pekerja permanen atau KKKS angka kecelakaan tahun 2015 dengan

27 korban dari KKKS dan 336 korban dari mitra kerja KKKS sedangkan pada tahun

2016 dengan 27 korban dari KKKS dan 220 korban dari mitra kerja KKKS (SKK

Migas, 2017).

Pada data yang telah disajikan bahwa kontraktor memiliki tingkat kerawanan

terhadap kecelakaan lebih tinggi dibandingkan pekerja permanen, menurut ramli

(2013) hal ini disebabkan beberapa hal yaitu:

a. Tenaga kontraktor khususnya untuk pekerjaan kasar merupakan tenaga

kerja kurang terdidik dibandingkan dengan tenaga kerja perusahaan. Dari

segi pendidikan merupakan hal yang sangat mempengaruhi pola pikir dan

tindakan seseorang yang tentukan pada aspek pendidikan atau pengetahuan

K3, maka akan mempengaruhi aspek prilaku K3 atau kewaspadaan

terhadap pekejaannya dan lingkungan sekitarnya.

b. Tenaga kontraktor umumnya berada atau bersinggungan langsung dengan

pekerjaan. Bahwa mereka merupakan pelaksana pekerjaan dan merekalah


18

yang langsung terpapar dari potensi bahaya saat proses kerja berlangsung,

pekerja perusahaan dominan sebagai pengawas dan memberikan instruksi

kerja kepada pekerja kontraktor oleh karena tingkat risiko kecelakaan pada

kontraktor lebih tinggi dibanding pekerja permanen.

c. Kepedulian kontraktor khususnya kontraktor kecil terhadap keselamatan

pekerjaanya masih relatif kurang, biasanya hal ini berhubungan dengan

biaya yang harus dikeluarkan untuk penerapan K3 salah satunya

penyediaan APD untuk pekerjanya.

d. Kontraktor selalu berupaya untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan

cepat karena dikejar jadwal atau target penyelesaian pekerjaan, sehingga

hal tersebut menimbulkan potensi untuk mengabaikan aspek keselamatan.

2.7 Contractor Safety Management System (CSMS)

Pada kondisi aktual banyaknya terjadi kecelakaan kerja yang disebabkan oleh

kontraktor, mendorong perusahaan atau user memiliki suatu program atau prosedur

untuk mengendalikan aspek K3LL kontraktor.

Sistem yang mengatur aspek K3LL kontraktor dikenal sebagai Contractor

Safety Management System (CSMS), merupakan sistem yang dimiliki oleh

perusahaan untuk mengendalikan dan pengawasan terhadap kontraktor bertujuan

mencegah dan mengurangi kecelakaan akibat kontraktor. Sedangkan pada PP No

50 Tahun 2012 bahwa aspek pengendalian kontraktor menjadi salah satu elemen

SMK3 yaitu kelima (pembelian). Sistem pembelian harus terintegrasi dalam

strategis untuk mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja, menjamin agar

produk barang dan jasa serta mitra kerja perusahaan mematuhi persyaratan K3.
19

CSMS merupakan sistem komprehensif dalam pengeloaan kontraktor sejak

tahap perencanaan sampai pelaksanaan pekerjaan yang bertujuan yaitu:

a. Untuk menyakinkan bahwa kontraktor yang bekerja dilingkungan

perusahaan telah memenuhi standar dan kriteria K3 yang ditetapkan

perusahaan

b. Sebagai alat untuk menjaga dan meningkatkan kinerja keselamatan

dilingkungan kontraktor

c. Untuk mencegah dan menghindarkan kerugian yang timbul akibat

aktivitas kerja kontraktor (Ramli, 2017)

CSMS merupakan sistem manajemen K3 yang mengelola aspek K3LL

kontraktor, dimana jika berhubungan dengan sistem maka terdapat elemen atau

komponen yang saling berhubungan dan kesatuan dengan fungsi manajemen yaitu

plan, do, check and action. Menurut Ramli (2013) terdapat beberapa tahapan proses

penerapan CSMS yaitu sebagai berikut:

a. Penilaian Risiko (Risk assessment) bertujuan untuk menetukan tingkat

risiko pekerjaan atau proyek yang diberikan oleh pihak penyelenggara

proyek atau perusahaan. Pada hasil penilaian risiko pekerjaan tersebut

semakin tinggi maka tingkat kualifikasi dan kualitas aspek K3LL

kontraktor yang butuhkan dan persyaratkan semakin tinggi juga.

b. Pra kualifikasi (Pra Qualification)

Melakukan penilaian terhadap kontraktor yang akan mengikuti lelang

dengan memberikan fomulir prakualifikasi untuk menentukan tingkat

kinerja K3LL kontraktor. Selanjutnya pengelola akan memberikan

penilaian terhadap kontraktor untuk terpenuhinya kriteria K3 yang


20

dinginkan. Biasanya akan dilakukan 2 sesi yaitu seleksi administrasi dan

melakukan kunjungan langsung ke lapangan atau perusahaan kontraktor.

c. Seleksi kontraktor (Selection)

Seleksi kontraktor dilakukan untuk memilih kontraktor yang akan

melaksanakan pekerjaan. Pemilihan ini mengikuti proses yang berlaku

dilingkungan organisasi, misalnya melalui pelelangan terbuka atau

penunjukan. Kontraktor yang dapat mengikuti lelang ini adalah yang

telah dinyatakan telah lolos pada tahap prakualifikasi seusai persyaratan

minimum yang ditetapkan oleh organisasi perusahaan penyelenggara.

d. Penentuan pemenang (Job Awarded)

Merupakan tahap penunjukan atau pemberian kontrak kepada kontraktor

yang terpilih.

e. Aktifitas Awal (Pre Job Activity)

Merupakan aktifitas yang dilakukan sebelum kontraktor memulai suatu

pekerjaan. Pada tahap ini kontraktor harus menyiapkan rencana

pengelolaan K3LL dalam pekerjaannya, mempersiapkan pekerja,

pelatihan, dan penyiapan sarana yang dibutuhkan. Biasanya dokumen

yang butuhkan adalah HSE plan, HSE Key Perfomance Indicator (KPI),

Emergency Respon Plan (ERP plan) dll.

f. Pelaksanaan pekerjaan (Work in Progress)

Merupakan aktfitas yang dilakukan selama pekerjaan berlangsung, pada

tahap ini merupakan bukti dan realisasi dari persyaratan dan ketentuan

persyaratan K3LL ditahap pre job activity yang beberapa contohnya


21

safety talk, inspeksi K3LL, pemenuhan Alat Pelindung Diri (APD),

pelatihan, Medical Check Up (MCU), management site visit dll.

g. Evaluasi Akhir (Final Evaluation)

Tahap ini dilakukan untuk mengevaluasi kinerja K3LL kontraktor

sebagai bahan pertimbangan untuk pekerjaan yang akan datang.

Sehingga perusahaan akan memiliki rekaman dari hasil kinerja aspek

K3LL kontraktor yang mana akan mempengaruhi untuk kedepannya

dalam mengikuti proses lelang kembali pada perusahaan tersebut.

2.8 Pengelolaan K3LL Mitra Kerja Kontraktor Kontrak Kerja Sama

(KKKS)

Pada industri hulu Migas Indonesia pengawasan berada dibawah lembaga

pemerintahan Satuan Kerja Khusus (SKK). Pada pengelolaan K3LL industri hulu

Migas telah diatur pada PTK-005/SKKO0000/2018/S0 tentang Pengelolaan

Kesehatan, Keselamatan dan Keselamatan Kerja dan Lindung Lingkungan.

Pada regulasi kontraktor disebutkan sebagai mitra kerja Kontraktor Kontrak

Kerja Sama (KKKS) sedangkan pemilik pekerjaan disebagai KKKS yaitu badan

usaha atau bentuk usaha tetap yang diberikan wewenang untuk melaksanakan

eksplorasi dan eksploitasi pada suatu wilayah kerja berdasarkan kontrak kerja sama

dengan badan pelaksana. Adapun tahapan proses pengelolaan aspek K3LL mitra

kerja berdasarkan PTK-005/SKKO0000/2018/S0 yaitu :

a. Penilaian Risiko

Tahap awal dilakukan adalah melakukan pengkategorian dan penilaian

tingkat risiko dari kegiatan yang akan dilakukan untuk mengidentifikasi


22

bahaya dan aspek K3LL yang dapat timbul terhadap K3LL. Dalam

menetapkan tingkat risiko pekerjaan mengacu pada tabel pengelompokan

jenis pekerjaan berdasarkan risiko yang sudah dicantumkan dalam

dokumen disistem Centralized Integrated Vendor Database (CIVD),

matriks penilaian risiko dan faktor penilaian risiko. Kemudian hasil dari

penilaian risiko adalah pengkategorian pekerjaan menjadi risiko rendah

(R), risiko sedang (S) dan risiko tinggi (T).

b. Penilaian Kualifikasi (PK)

Tahap ini merupakan tahap yang dilakukan pada calon mitra kerja yang

akan ikut proses pelelangan yang telah dikategorikan pekerjaan berisiko

sedang (S) dan tinggi (T). Pada tahap ini pekerjaan dengan risiko rendah

(R) tidak wajib melakukan tahap kualifikasi K3LL, risiko sedang (S) dan

tinggi (T) masing-masing wajib melalui penilaian kualifikasi dengan

kriteria pemenuhan minimum 54,3% risiko (s) dan risiko tinggi (T)

dengan kriteria pemenuhan minimum 60%. Prosedur ini bertujuan untuk

menilai kualifikasi mitra kerja dalam hal aspek K3LL dan menjaring

kontraktor yang mampu dalam mengelola K3LL untuk melakukan

pekerjaan yang sesuai dengan klasifikasinya. Setiap Kontraktor Kontrak

Kerja Sama (KKKS) menggunakan data hasil PK yang terdapat pada

CIVD. Apabila data PK mitra kerja tidak terdapat pada sistem CIVD,

maka pihak KKKS akan melakukan proses PK K3LL.

c. Seleksi

Proses seleksi dilakukan untuk memilih dan menentukan mitra kerja

yang akan melakukan pekerjaan dengan memenuhi persyaratan K3LL


23

yang ditetapkan selain persyaratan teknis, administrasi dan komersial.

Hal ini ditentukan dari hasil PK yang mana calon mitra kerja hanya dapat

mengikuti tahap ini jika telah dinyatakan lolos pada tahap PK yang aman

nilai minimum untuk kategori risiko sedang yaitu 54,3% dan risiko tinggi

adalah 60%. Sebelum proses seleksi mitra kerja dilakukan, panduan

pemenuhan persyaratan K3LL yang ditetapkan oleh Kontraktor Kontrak

Kerja Sama (KKKS) harus dilampirkan dalam dokumen tender dan

dikomunikasikan kesemua perserta tender dalam rapat klarifikasi pra

tender untuk pekerjaan risiko tinggi. Pada pekerjaan risiko sedang,

penyerahan rencana K3LL hanya diserahkan oleh pemenang tender

sesudah penerimaan penunjukan pemenang.

d. Penilaian Sebelum Bekerja (PSB)

Penilaian sebelum berkerja merupakan penilaian awal kinerja mitra kerja

oleh penanggung jawab kontrak untuk memastikan aspek K3LL yang

relevan termasuk rencana K3LL untuk pekerjaan risiko sedang dan tinggi

diserahkan, dikomunikasikan dan dipahamai oleh semua pihak sebelum

pelaksaaan kontrak.

e. Penilaian Berjalan (PB)

Penilaian berjalan adalah merupakan bagian dari pengawasan dan

evaluasi kinerja K3LL mitra kerja pada saat proses kerja sedang

berlangsung, bertujuan untuk menjamin agar pekerjaan yang

dilaksanakan sesuai dengan persyaratan dan rencana K3LL yang

disepakati dan menyampaikan temuan selama pelaksanaan pekerjaan. PB

dapat mencakup inspeksi dilokasi pekerjaan pertemuan untuk menilai


24

dan memastikan pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan persyaratan dan

rencana K3LL, melihat ketidaksesuaian yang ditemukan dan juga

menilai kinerja K3LL sesuai dengan indikator pengukuran kinerja

selama pekerjaan.

f. Penilaian Akhir (PA)

Penilaian akhir dilaksanakan sebagai evaluasi bersama terhadap

pelaksanaan pekerjaan, implementasi persyaratan dan rencana K3LL dan

penilaian kinerja K3LL mitra kerja sesuai dengan KPI selama pekerjaan.

Penilaian akhir dilakukan diakhir periode kontrak oleh penanggung

jawab kontrak.

2.8.1 Tahap Kualifikasi K3LL pada Mitra Kerja Kontraktor

Kontrak Kerja Sama (KKKS)

Tahap kualifikasi merupakan langkah pertama mengelola aspek

K3LL mitra kerja untuk mendapatkan daftar kontraktor atau mitra kerja

yang mampu mengelola aspek keselamatan, kesehatan kerja dan lindung

lingkungan. Alur proses pelaksanaan kualifikasi pada dilihar pada gambar

2.2 seperti dibawah ini, dengan penjelasan sebagai berikut:


25

Gambar 2.2 Alur Proses Pelaksanaan Kualifikasi


Sumber : (SKK Migas, 2018)

a. Sebelumnya Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) harus

melakukan tahap penilaian risiko untuk mengkategorikan jenis

pekerjaan termasuk risiko sedang atau tinggi, karenanya

nantinya berhubungan dengan tahap kualifikasi K3LL yang

hanya diwajibkan pada risiko sedang dan tinggi dengan


26

persyaratan lulus jika memenuhi minimum 54,3% untuk risiko

sedang dan 60% untuk risiko tinggi.

b. Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) memeriksa ke dalam

bank data K3LL dalam CIVD untuk melihat informasi status

kualifikasi K3LL dari mitra kerja yang bersangkutan, jika tidak

terdapat maka melakukan pendaftaran penyedia barang atau jasa

untuk menjadi mitra kerja KKKS pada risiko sedang atau tinggi.

Dan dilanjutkan dengan proses penilaian PK. Jika nilai PK telah

ada dan sesuai dengan kategori pekerjaannya maka dilanjutkan

untuk ke tahap ikut dalam proses lelang atau seleksi.

c. Melakukan proses penilaian PK yang mana menggunakan

formulir PK. Pada proses kualifikasi terbagi menjadi 2 tahap

menurut PTK-005/SKKO0000/2018/S0 yaitu:

1. Penilaian kualifikasi mandiri (self assessment) yang

dilakukan oleh mitra kerja secara elektronik di CIVD

2. Verifikasi penilaian kualifikasi yang dilakukan oleh

Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) melalui dokumen

penilaian kualifikasi K3LL berserta dokumen

pendukungnya. Pada tahap ini dapat melakukan kunjungan

lapangan dapat dilakukan untuk melakukan verifikasi bila

diperlukan.

d. Setelah mendapatkan hasil PK maka dikategorikan menjadi 2

lulus pada risiko kerja sedang dengan nilai 54,3% dan lulus pada

risiko kerja tinggi dengan nilai 60% atau mitra kerja tidak lolos
27

pada tingkat risiko sedang maka akan ditetapkan status

melakukan PK ulang di sistem CIVD dan mendapatkan

pembinaan oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS)

selama 6 bulan yang nanti akan melakukan PK ulang kembali.

e. Bagi perserta mitra kerja yang lulus pada tahap prakulifikasi

akan mendapatkan sertifikat PK dan nilainya akan dimasukan

sistem CIVD.

Hasil yang dikeluarkan dari tahap kualifikasi adalah sertifikat PK

oleh pihak Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), nantinya akan

dimasukan kedalam sistem CIVD berupa hasil nilai kualifikasi K3LL. Masa

validitas penilaian kualifikasi K3LL selama 2 tahun dan hal tersebut dapat

dibatalkan, jika pada tahap penilaian berjalan (PB) dan penilaian akhir (PA)

tidak terpenuhinya kualifikasi aspek K3LL, atau jika terjadinya kecelakaan

kerja yang mengakibatkan kematian 1 orang, menyebabkan cacat parsial

yang bersifat tetap atau menyebabkan banyak kematian (SKK Migas 2018).

2.8.2 Kriteria Penilaian Kualifikasi K3LL Elemen 4

Berdasarkan PTK-005/SKKO0000/2018/S0 elemen 4 tentang

Manajemen risiko merupakan elemen sistem untuk mengendalikan potensi

bahaya dan risiko yang pada kegiatan kerja, terhadap aspek kesehatan,

keselamatan, logistik, lingkungan, keamanan, tanggung jawab sosial dan

sistem pengaturan Alat Pelindung Diri (APD). Adapun bagian dari sub

elemen ini yaitu:


28

a. Penilaian risiko dan pengendalian

b. Bahaya-bahaya kesehatan

c. Bahaya keselamatan

d. Alat pelindung diri

e. Bahaya-bahaya logistik

f. Bahaya-bahaya lingkungan

g. Bahaya-bahaya keamanan

h. Bahaya-bahaya tanggung jawab sosial

Salah satu faktor sub elemen 4 merupakan elemen wajib memiliki

nilai atau skor 6 yaitu elemen 4.1 penilaian risiko dan pengendalian.
29

2.9 Kerangka Teori

Keterangan:
Diteliti Tidak Diteliti

Gambar 2.4 Kerangka Teori


Sumber : PTK-005/SKKO0000/2018/S0
30

2.10 Kerangka Konsep

Gambar 2.5 Kerangka Konsep


Sumber : (Data Olahan, 2019)
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah menggunakan

metode kualitatif, penelitian kualitatif tidak untuk mencari hubungan atau pengaruh

antara variable-variable tetapi untuk memperoleh pemahaman yang mendalam

tentang suatu fenomena dan bertujuan untuk mendapatkan data secara mendalam

tanpa memfokuskan proses generalisasi (Sugiyono, 2017). Pemilihan metode

kualitatif digunakan oleh peneliti disebabkan tujuan dari penelitian ini peneliti ingin

mendapatkan gambaran secara mendalam tekait pemenuhan penerapan K3LL PT

Troppec Tekindo Mandiri pada kualifikasi K3LL mitra kerja KKKS.

Pada penelitian kualitatif instrumen utama merupakan peneliti sendiri, namun

selanjutnya setelah fokus penelitian jelas maka akan dikembangkan pada

instrument penelitian yang sederhana dapat melengkapi data dan membandingkan

dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara (Sugiyono,

2017).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan pada perusahaan PT Troppec Tekindo Mandiri

beralamatkan di Jl. Inpres I No.6, Muara Rapak, Kec. Balikpapan Utara, Kota

Balikpapan, Kalimantan Timur 76125. Penelitian ini dilakukan pada Juni 2020

hingga September 2020.

31
32

Tabel 3.1 Jadwal Rencana Kegiatan Penelitian

No Jenis Kegiatan Juni Juli Agt Sep Okt

1 Studi litelatur, survei


awal, konsultasi dan
2 Pengajuan judul
proposal
3 Penyusunan proposal
4 Seminar proposal
5 Persiapan penelitian
6 Pelaksanaan
penelitian
7 Seminar hasil
penelitian
Sumber : (Data Olahan,2020)

3.3 Informan

Pada penelitian ini memilih informan melalui jenis purposive sampling

berjumlah 9 orang terdiri dari 3 orang (departemen HSE), 2 orang (departemen

quality control) dan 5 (supervisor workshop).

3.4 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Tabel 3.2 Definisi Operasional


No Variabel Definisi Cara Ukur Skala Ukur
Operasional
1 Elemen 4 Merupakan elemen Elemen tingkat Skor Rating
tentang yang membahas lanjutan (4.1.1)
Manajemen terkait pengendalian 1) Observasi
Risiko potensi bahaya dan 2) Wawancara
risiko yang pada 3) Dokumentasi
Sub Elemen kegiatan kerja,
4.1 terhadap aspek
kesehatan,
keselamatan, logistik,
lingkungan,
keamanan, tanggung
jawab sosial dan
sistem pengaturan Alat
Pelindung Diri (APD).
Sumber : (Data Olahan, 2020)
33

3.5 Pengumpulan Data

3.5.1 Data Primer

Proses pengumpulan data dilakukan secara triangulasi teknik dan

sumber. Pada triangulasi sumber yang berati untuk mendapatkan data dari

sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Sedangkan triangulasi

teknik menggunakan wawancara mendalam dan dokumentasi untuk sumber

yang sama secara serempak (Sugiyono, 2017). Pada triangulasi teknik

penelitian ini menggunakan beberapa jenis pengumpulan yaitu:

a. Observasi

Selain wawancara peneliti kemudian akan melakukan observasi peneliti

akan Pengamatan atau observasi lapangan pada PT Troppec Tekindo

Mandiri untuk mentukan kesesuaian antara hasil informasi yang

terdokumentasi dengan kondisi aktual lapangan.

b. Wawancara

Pada pengambilan data kepada informan menggunakan beberapa alat

bantu seperti buku catatan dan handphone sebagai fungsi (perekam suara

dan kamera) dan pedoman wawancara. Pada pengumpulan data primer

peneliti akan melakukan proses wawancara terlebih dahulu sesuai dengan

pedoman wawacara yang telah dibuat berdasarkan acuan standar PTK-

005/SKKO0000/2018/S0.

c. Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2010) bahawa studi dokumen merupakan

perlengkapan dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam

penelitian deskriptif. Hasil penelitian dari observasi dan wawancara akan


34

lebih kredibel atau dapat dipercaya jika didukung dengan dokumentasi.

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan mengumpulkan data-

data dan mempelajari dokumen-dokumen pendukung terkait dengan

objek penelitian yaitu penerapan K3LL di PT Troppec Tekindo Mandiri

seperti Standar Operasi Prosedur (SOP), Work Instruction (WI),

kebijakan dll.

3.5.2 Data Sekunder

Pengumpulan sumber data sekunder adalah sumber yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data atau peneliti (Sugiyono, 2017).

Pengumpulan data sekunder berhubungan dengan data kecelakaan, refrensi

landasan teori dari buku, jurnal atau penelitian sebelumnya yang terkait dengan

topik penelitian ini dan data yang didapatkan yang bersumber dari internet.

3.6 Pengolahan dan Penyajian Data

Pada penelitian ini menggunakan pengolahan data yang menjadi beberapa

tahapan yaitu:

1) Mengumpulkan data-data hasil observasi dari lembar checklist dan

dokumentasi serta wawancara.

2) Melakukan perbandingan terhadap tingkat atau persentase kesesuaian

kondisi aktual dari data-data berdasarkan tiap sub elemen yang diteliti

dengan standar PTK-005/SKKO0000/2018/S0 tentang Pengelolaan

Kesehatan, Keselamatan dan Keselamatan Kerja dan Lindung Lingkungan.

Persentase didapatkan dari hasil penjumlahan elemen persyaratan yang

sesuai sengan skor sebagai berikut:


35

a) 0 = Program/prosedur dan implementasi serta bukti pelaksanaan

tidak ada

b) 3 = Program/prosedur ada namun implementasi serta bukti tidak ada

atau sebaliknya

c) 6 = Program/prosedur ada namun implementasi tidak konsisten

dilakukan

d) 10 = Program/prosedur dan implementasi ada dan konsisten

dilakukan kemudian dibandingkan dengan jumlah keseluruhan

elemen checklist tersebut.

Penyajian data dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk tabel dan uraian

teks berbentuk naratif.

3.7 Validasi Data

Untuk menjaga keabsahan dan keakuratan data yang telah diperoleh, peneliti

melakukan validasi data. Dalam penelitian ini validasi yang digunakan yaitu data

triangulasi yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data

dan sumber data yang telah ada. Untuk menjaga keabsahan dan keakuratan data

yang diperoleh maka dilakukan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

1. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mendapatkan data dari sumber

yang berbeda-beda dengan teknik yang sama yaitu melakukan wawancara

mendalam kepada informan.


36

2. Triangulasi metode

Triangulasi metode yang dilakukan adalah dengan mengobservasi secara

langsung menggunakan kuesioner, menelaah dokumen, serta melakukan

wawancara mendalam untuk mendukung data yang diperoleh.

3.8 Analisis Data

Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis berdasarkan Miler dan

Huberman (1984) dalam Sugiyono (2017). Pada tahapan penelitian ini pertama-

tama melakukan pengumpulan data dengan menggunakan triangulasi teknik dan

triangulasi sumber, pengumpulan data dengan menggunakan teknik triangulasi

merupakan melakukan menguji kredibilitas data dengan jenis sumber dan teknik.

Menurut Miler dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2017) bahwa aktifitas

dalam analsis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan terus-menerus sampai

tuntas atau data sudah jenuh. Langkah-langkah analisis data tersebut terbagi

menjadi 3 yaitu reduksi data, penyajian data dan penggambaran kesimpulan.

Pada hasil data primer yang merupakan data kumpulan dari lapangan

jumlahnya cukup banyak baik dari berbagai sumber dan teknik, maka perlu

dilakukan pencatatan secara teliti dan rinci. Kemudian untuk menghindari

banyaknya data, maka peneliti melakukan proses analisis data melalui reduksi data

dengan melakukan merangkum dan memilah hal-hal yang pokok saja untuk

mempermudah peneliti jika melakukan pengumpulan data. Data yang diperoleh

merupakan hasil wawancara, observasi dan telaah dokumen yang disesuaikan


37

dengan elemen-elemen diteliti yaitu berdasarkan PTK-005/SKKO0000/2018/S0

dan akan direduksi sesuai dengan elemen yang menjadi fokus penelitian.

Pada tahap penyajian data menampilkan data berupa tabel dan uraian singkat

berupa narasi teks. Pada data yang disajikan bertujuan untuk mempermudah apa

yang terjadi, langkah apa yang selanjutnya berdasarkan dari data tersebut.

Penyajian data akan berfokus pada pemenuhan elemen yang ada pada PTK-

005/SKKO0000/2018/S0 kepada elemen 4 tentang Manajemen Risiko sub elemen

4.1 dengan menggunakan instrumen checklist penilaian observasi yang nantinya

akan menghasilkan output berupa hasil penilaiaan kualifikasi K3LL dengan

menggunakan instrumen formulir penilaian kualifikasi K3LL kemudian penyajian

akan ditampilkan dengan tabel dan narasi penjelasan tabel tersebut. Kemudian

setelah penyajian data maka dapat ditentukan langkah apa dan tindakan apa yang

harus dilakukan agar terpenuhinya standar penilaian yang baik pada kualifikasi

K3LL. Kemudian tahap terakhir pada analisis data kualitatif yaitu dengan

melakukan penarikan kesimpulan.


38

3.9 Diagram Alir Penelitian

Mulai

Survey Pendahuluan:
1. Observasi Lapangan
2. Studi Literatur/ Pustaka
3. Menentukan Konsep Penelitian

Perumusan Masalah dan Penetapan Tujuan Penelitian

Pengumpulan Data
Primer dan Sekunder

Analisa Data

Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian


Sumber : (Data Olahan, 2020)
39

DAFTAR PUSTAKA

Ajayi, Oluwaseyi Modupe. 2016. Contractor Prequalification Criteria (CPC) and


Project Time Perfomance in Nigeria. Jurnal. Faculty of Environmental
Sciences. University of Lagos.

Amelia, Tri Wulan. 2017. Penerapan Contractor Safety Management System pada
PT Jamin Jaya Abadi di Balikpapan. Jurnal. Program studi keselamatan dan
kesehatan kerja. Universitas Balikpapan.

Basri, Sudirman. 2017. Implementasi Contractor Safety Management System


(CSMS) dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Efektifitasnya
Terhadap Kinerja Safety Kontraktor di PT Vale Indonesia. Tesis. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis. Universitas Hasanuddin: Makasar.

Falenshina, Nizhenifa. 2012. Implementasi Contractor Safety Management System


(CSMS) Terhadap Kontraktor Project TA Unit CD III. Pertamina RU III
Palembang. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia:
Depok.

IOGP. 2018. Safety Perfomance Indicators- 2017 Data. Edisi 1.

Pratiwi, Hera Yulinanda. 2017. Analsisi Penerapan Contractor Safety Management


System (CSMS) di PT X Bontang Kalimantan Timur. Jurnal.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2012. Peraturan Pemerintah No. 50


Tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3.

Ramli, S. 2010. Manajemen Risiko Dalam Perspektif K3 OHS Risk Management.


Jakarta: Dian Rakyat.

Ramli, S. 2013. Smart Safety: Panduan Penerapan SMK3 yang Efektif. Jakarta:
Dian Rakyat.

Ramli, S. 2017. Manajemen Keselamatan Proses Berbasis Risiko (Risk Based


Process Safety Management) untuk Industri Migas dan Petrokimia.
Jakarta:Yayasan Pengembangan Keselamatan Prosafe Instutite. Jakarta: Dian
Rakyat.

Sari, Tanti Olivia. 2017. Identifikasi Hazard pada Pekerja Kontraktor Sipil Dengan
Metode CSMS di PT X Pasuruan. Jurnal.

SKK Migas. 2018. Pedoman Tata Kerja 005/SKKO0000/2018/S0 Tentang


Pengelolaan Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lindungan Lingkungan.
SKK Migas. 2017. Laporan Berkelanjutan 2016:Memastikan Berkelanjutan
Melalui Peningkatan Kualitas Ma . Edisi 1.
40

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung.


Alfabeta.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfa Beta

Tarwaka, 2008. Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta:


Harapan Press.

Undang-Undang Republik Indonesia. 1970. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970


Tentang Keselamatan Kerja.

Veronica, Marstella Berlian. 2018. Analisis Implementasi Contractor Safety


Management System (CSMS) pada Tahap Pelaksanaan di PT Petronesia
Benimel Duri Tahun 2018. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Sumatera Utara: Medan.
Lampiran I Pedoman Wawancara
Wawancara adalah proses komunikasi yang sanagat menentukan dalam proses penelitian.
Dengan wawancara data yang diperoleh akan lebih mandalam, karena mampu menggali
pemikiran atau pendapat secara detail. Sehingga untuk dapat berhasil dalam melakukan
wawancara, maka pewawancara harus memahami tujuan dan maksud dari wawancara,
materi serta pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan melalui daftar pertanyaan
wawancara.
Pedoman wawancara ini adalah instrumen untuk mengumpulkan data mengenai penerapan
K3LL Mitra Kerja KKKS yang berdasarkan standar PTK-005/SKKO0000/2018/S0

A. Identitas Infroman
Kode Informan :
Usia :
Pendidikan :
Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
Jabatan :
B. Pertanyaan
Pertanyaan Tertutup
Jawaban
No Pertanyaan
Iya Tidak
Apakah saudara mengetahui tentang Contractor
1
Safety Management System (CSMS) ?
Apakah saudara mengetahui bahaya dan risiko
2
pada proses kerja sudara?
3 Apakah saudara mengetahui pengendalian risiko
4 Apakah Saudara mengetahui Manajemen Risiko
5 Apakah saudara mengetahui dokumen K3
Apakah terdapat identfifikasi bahaya , menilai
6 risiko, mengendalikan danmemitigasi dampak, ke
tingkat yang dapat diterima?
Apakah terdapat prosedur Manajemen Risiko,
7
JSA/HIRARC ?
Apakah terdapat identifikasi status pada dokumen
8
K3?
Apakah terdapat tanggal pengeluaran dan
9
modifikasi dokumen K3?
Apakah bahaya dan risiko proses kerja saudara
10
telah dikendalikan dengan baik?
Apakah terdapat program untuk pengendalian
11
kesehatan kerja?
Apakah terdapat program pengendalian bahaya
12
keselamatan kerja?
Apakag terdapat program untuk pengadaan dan
13
pemberian APD kepada pekerja?
Apakah perusahaan menyediakan Alat Pelindung
14
Diri (APD) yang sesuai untuk karyawan Anda?
Apakah perusahaan memberikan pelatihan
15
mengenai cara menggunakan APD?
Apakah terdapat program pengendalian bahaya
16
logistik?
Apakah terdapat program pengendalian bahaya
17
lingkungan?
Apakah terdapat program pengendalian bahaya
18
keamanan?
Apakah terdapat program pengendalian bahaya
19
keamanan?
Apakah terdapat program pengendalian bahaya
20
sosial?
Total

Anda mungkin juga menyukai