Anda di halaman 1dari 6

Laporan Wawancara

PENERAPAN SISTEM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN


PROSES IMPLEMENTASI MANAJEMEN RISIKO DI TERMINAL PETI
KEMAS KOJA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Survey dan Pelaporan
yang diampu oleh bapak Santoso Sri Handoyo, MT.

Disusun oleh :
Rifwan Fadiansyah 1511517040

PROGRAM STUDI D3 TRANSPORTASI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sebagai negara maritim, tentunya keberadaan penumpukan
terminal peti kemas di Indonesia memiliki peranan tinggi dan penting
dalam kemajuan ekonomi.
Terminal Peti Kemas Koja (TPK Koja) bertanggung jawab untuk
mengelola industri ini mulai dari penetapan hingga penerapan regulasi
yang mengatur kegiatan bongkar muat seluruh operasional di kawasan
terminal peti kemas koja.
Dalam pelaksanaan tugas – tugasnya TPK Koja menerapkan
sistem K3 dan menerapkan manajemen risiko untuk meminimalisir serta
mengantisipasi berbagai hambatan yang mungkin terjadi pada TPK Koja.
Untuk mengatur keselamatan kerja pada pekerja, Terdapat UU No
1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yang harus diimplementasikan
setiap pelaku usaha sehingga angka kecelakaan kerja dapat
diminimalisir.
Maka dari itu, penulis mengambil judul “sistem K3 dan Proses
implementasi manajemen risiko di terminal petikemas Koja”. Penulis
memilih perusahaan bongkar muat ini karena perusahaan tersebut
menerima penghargaan diantara nya adalah safety award yang telah
diterimanya.
1.2 TUJUAN PENELITIAN
Dalam wawancara ini penulis bermaksud untuk mengetahui
bagaimana penerapan sistem K3 dan sistem manajemen risiko di terimal
petikemas Koja.
1.3 DAFTAR PERTANYAAN
1. Sebagai perusahaan yang bergerak di sektor petikemas,
apakah peran TPK Koja bagi indonesia ?
2. Sejak kapan terminal petikemas Koja telah memiliki unit
manajemen risiko dan menerapkan sistem manajemen risiko ?
3. Bagaimana cara mendaptkan sertifikat K3 ?
4. Alat apa saja yang tersedia di terminal petikemas koja jika
dalam keadaan darurat ?
5. Bagaimana cara bapak mengembangkan kultur manajemen
risiko di TPK Koja ?
6. Apa tatangan terbesar bapak dalam usaha mengembangkan
kultur manajemen risiko ?
BAB II
ISI WAWANCARA
2.1 WAKTU DAN TEMPAT WAWANCARA

 Hari dan Tanggal : Rabu, 23 Oktober 2019

 Tempat Pelaksanaan : Gedung TPK Koja Lantai 2


2.2 ISI WAWANCARA
Angga Wahyu adalah responden penulis saat ini, beliau adalah
seorang staff K3 di terminal petikemas koja. Jabatan dia saat ini adalah
seorang staff k3 yang sudah dijabati selama 2 tahun. Beliau sebelum
menjadi seorang ahli k3 adalah seorang operator RTG Pelabuhan. Ia
bertanggung jawab atas sistem manajemen k3 yang telah diterapkan di
terminal peti kemas koja dan beliau selalu mesosialisasikan tentang k3
kesetiap pegawai atau karyawan yang berlaku di lingkungan terminal peti
kemas koja.
Sebagai perusaahan yang bergerak dibidang petikemas, TPK
Koja berperan sangat penting dalam mendukung perekonomian
nasional. Apabila kegiatan bongkar muat lancar, maka perekonomian
pun akan tumbuh dengan baik. Khususnya dalam hal ekspor/impor. TPK
koja berperan dalam menjaga kelancaran keluar masuknya barang ke
dan dari luar negeri.
Disamping itu, TPK Koja juga berperan dalam melakukan
pemerataan distribusi barang pada tingkat nasional. Barang barang yang
biasanya cenderung berpusat di jakarta akan disalurkan ke daerah
meliputi TPK Koja.
TPK Koja telah memiliki unit manajemen risiko sejak tahun 2006.
Dalam perkembangan menjadi departemen manajemen risiko. Pada
tahun 2016, manajemen terminal petikemas koja membentuk sebuah
divisi manajemen risiko. Divisi ini dibawah Direktorat Teknik &
manajemen risiko. Pembentukan Divisi Manajemen Risiko ini juga dapat
menununjukan bahwa direksi memiliki komitmen untuk meperbesar
peran manajemen risiko.
Dalam halnya untuk mendapatkan sertifikat k3 itu adalah
mengikuti kegiatan yang ada atau dilaksanakan oleh perusahaan
tersebut atau setiap perusahaan akan melakukan tes k3 untuk
mendapatkan sertifikat k3. Ada pun kegiatan tes untuk medapatkan
sertifikat k3 yang dilakukan oleh setiap lembaga kegiatan.
Di terminal petikemas koja untuk alat alat k3 yang tersedia iyalah
misalnya : Mobil Pemadam kebakaran, safety shoes, Helm proyek, dsb.
Untuk penggunaan alat keselamatan diri di lapangan harus lengkap,
misal tidak menggunakan helm proyek maka pekerja dikenakan sanksi
yang diterapkan oleh manager k3 tersebut.
Tantangan terbesar adalah bagaimana perusahaan dapat
memperoleh dukungan dari manajemen puncak. Apabila mandat dan
komitmen telah diperoleh dari manajemen puncak, maka pembentukan
dan penerapan manajemen risiko dapat menjadi sebuah lebih baik dan
efektif.
Dan risiko yang dihadapi oleh terminal petikemas koja ialah pada
dasarnya dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu internal dan
eksternal. Risiko internal terbesar adalah risiko operasional. Sebagai
perusahaan yang bergerak di bidang bongkar muat dan penumpukan
peti kemas, setiap harinya melakukan kegiatan operasional dalam skala
yang sangat besar. Dan risiko eksternalnya adalah regulasi yang mana
dimaksud adalah didalam bidang pelabuhan terkadang batasan aturan
yang belum ada terlalu jelas dijabarkan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa dari wawancara tersebut sistem
manajemen k3 dan sistem manajemen risiko di perusahaan bongkar
muat ini sudah cukup baik. Ada beberapa hal yang mengganggu sistem
kinerja yang belum maksimal misalnya ada beberapa pekerja yang
melanggar sistem k3 yang berakibat fatal dan dapat mencelakakan diri
sendiri.

Anda mungkin juga menyukai