TAHUN 2016
SKRIPSI
Oleh:
NIM : 1112101000046
JAKARTA
1438 H / 2017 M
i
ii
iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Skripsi, Maret 2017
Farras Putri Arianti, NIM: 1112101000046
Faktor-Faktor yang Berpengaruh dengan Keluhan Kelelahan Mata pada
Pekerja Pengguna Komputer di Call Center PT. AM Tahun 2016
(xx + 138 halaman, 16 tabel, 11 gambar, 4 lampiran)
ABSTRAK
Pekerja pengguna komputer sering kali mengalami kelelahan mata atau
Computer Vision Syndrom (CVS). Hal ini dialami juga oleh pekerja Call Center
PT. AM yang menggunakan komputer selama 8 jam kerja/hari. Berdasarkan hasil
studi pendahuluan, diketahui bahwa 91,89% pekerja mengalami keluhan
kelelahan mata.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian
cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui faktor yang paling dominan
terhadap terjadinya keluhan kelelahan mata (jarak monitor, alat pelindung mata,
istirahat mata, tingkat pencahayaan, usia, jenis kelamin, dan kelainan refraksi
mata). Penelitian ini dilakukan pada bulan September-Oktober 2016.
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner, mistar, Lux Meter,
dan Snellen Chart. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pekerja Call Center
PT. AM tahun 2016 dengan jumlah sampel 170 pekerja yang diambil dengan
metode simple random sampling. Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji
Regresi Logistik Berganda.
Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 92,4% pekerja mengalami keluhan
kelelahan mata dan varibel tingkat pencahayaan serta kelainan refraksi mata
terbukti merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian keluhan kelelahan
mata.
Untuk mengantisipasi dan mengurangi kemungkinan terjadinya keluhan
kelelahan mata pada pekerja, perusahaan sebaiknya memperbaiki tingkat
pencahayaan bagi operator komputer sesuai standar (315-385 lux) , memasang
filter screen, mengatur posisi jarak dan waktu istirahat, serta melakukan
pemeriksaan mata pekerja secara berkala.
iv
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY
Undergraduated Thesis, March 2017
Farras Putri Arianti, NIM: 1112101000046
Factors Related to Computer Vision Syndrom Among Computer Workers in
Call Center of PT.AM Year 2016
(xx + 138 pages, 16 tables, 11 pictures, 4 attachments)
ABSTRACT
Computer office workers often experience eyestrain or Computer Vision
Syndrom (CVS). This was also experienced by workers in Call Center of PT. AM
who use computers for 8 hours/day. Based on the preliminary study, it was known
that 91,89% workers have eyestrain.
This is a quantitative study with cross sectional design. The objective of
this study is to examine the most dominant factors related to the occurence of
eyestrain (monitor distance, eye protection equipment, eye break, lighting level,
age, gender and eye refraction disorder). This study was conducted in September-
October 2016. The data were collected with questionnaire, ruler, Lux Meter, and
Snellen Chart. The population of this study were all computer workers in Call
Center of PT. AM with 170 workers who were chosen as study samples with
simple random sampling method. Data analysis of this study used Multiple
Logistic Regression test.
The results showed that 92,4% of computer workers had eyestrain.
Lighting level and eye refraction disorder were proven as factors that were related
to eyestrain.
In order to anticipate and reduce the possibility of eyestrain occurence
among workers, it is advisable for the company to improve the lighting quality for
computer workers according to the standard (315-385 lux), install the screen filter,
adjust the monitor distance position and rest time, and also do the routine eye
check up for workers.
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI
Agama : Islam
Bekasi.
Telepon : 085781304195
Email : farrasputriarianti@gmail.com
PENDIDIKAN FORMAL
Jakarta
vi
PENGALAMAN ORGANISASI
2005/2006
PELATIHAN
tahun 2012
Peserta Training SMK3 Based on OHSAS 18001 & PP No. 50 Tahun 2012
2014
vii
Peserta Seminar Profesi Gizi Kesehatan Masyarakat “Have Your Perfect
Weight with a Proper Diet” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014
tahun 2015
viii
Peserta Seminar Kajian Ilmu K3 Bersama “Basic Safety Awareness &
tahun 2015
KEPANITIAAN
Panitia Festival Saman “Let’s Preserve Our National Culture with Traditional
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
rahmat dan karunia-Nya, penulis mampu menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
serta salam tidak lupa penulis limpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW
beserta istri, sahabat, dan para pengikutnya yang telah membawa umatnya dari
dunia yang gelap ke dunia yang terang menderang dengan ilmu pengetahuan yang
diajarkannya.
Jakarta.
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
1. Keluarga tercinta, yaitu kedua orang tua penulis, Bapak H. Ir. Ardiyan dan
Ibu Hj. Santi Damayanti, adik saya Atika Tiara Putri, dan seluruh keluarga
besar yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, karena atas do’a dan
jenjang universitas.
x
2. Bapak Dr. M. Farid Hamzens, M.Si selaku pembimbing satu yang telah
3. Ibu Dr. Iting Shofwati, S.T, M.KKK selaku pembimbing dua dan dosen
4. Ibu Fajar Ariyanti, Ph.D selaku ketua program studi Kesehatan Masyarakat
dan para dosen Kesehatan Masyarakat atas semua ilmu yang telah diberikan.
5. Bapak Samsir dan Bapak Andi selaku perwakilan dari PT. AM yang telah
mewarnai masa-masa SMA penulis selama 2 tahun bahkan sampai saat ini.
Dwi Lestari, Arina Muthia Nursani, dan Atthina Ayu Mustika) dan Geng
Ika Nur Syafitriany), serta Destinia Putri yang selalu memberikan dukungan
xi
8. Teman-teman peminatan K3 dan Kesehatan Masyarakat 2012 UIN Jakarta
lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis. Terima kasih
atas kebersamaan, kekeluargaan, dan kerja samanya selama ini. Semoga kita
Demikian yang dapat penulis sampaikan, dengan do’a dan harapan bahwa
segala kebaikan yang mereka berikan dapat bermanfaat bagi penulis. Penulis
menyadari bahwa di dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
selanjutnya dapat menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
berguna dalam perkembangan ilmu Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan seluruh
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
xii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ i
LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... iii
ABSTRAK .................................................................................................... iv
ABSTRACT ................................................................................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. x
DAFTAR ISI ................................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 6
1.3 Pertanyaan Penelitian...................................................................... 7
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................ 8
1.4.1 Tujuan Umum ....................................................................... 8
1.4.2 Tujuan Khusus ...................................................................... 8
1.5 Manfaat Penelitian .......................................................................... 10
1.5.1 Bagi Perusahaan ................................................................... 10
1.5.2 Bagi Program Studi .............................................................. 10
1.5.3 Bagi Peneliti Lain ................................................................. 10
1.6 Ruang Lingkup ............................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelelahan Mata ............................................................................... 12
2.1.1 Patofisiologi Kelelahan Mata ............................................... 16
2.1.2 Pengukuran Kelelahan Mata ................................................. 19
2.1.3 Sifat Melihat (Visibilitas) ..................................................... 24
2.1.4 Faktor-Faktor Penyebab Kelelahan Mata ............................. 25
xiii
A. Faktor Perangkat Kerja .................................................... 25
B. Faktor Karakteristik Pekerjaan ........................................ 32
C. Faktor Lingkungan .......................................................... 36
D. Faktor Karakteristik Pekerja ............................................ 44
2.2 Kerangka Teori ............................................................................... 52
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep ........................................................................... 54
3.2 Definisi Operasional ....................................................................... 57
3.3 Hipotesis ......................................................................................... 61
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain ............................................................................................. 62
4.2 Waktu dan Lokasi ........................................................................... 62
4.3 Populasi dan Sampel ....................................................................... 62
4.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 65
4.5 Instrumen ........................................................................................ 67
4.6 Manajemen Data ............................................................................. 70
4.7 Analisis Data................................................................................... 72
BAB V HASIL
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian............................................... 75
5.2 Gambaran Keluhan Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna
Komputer di Call Center PT. AM Tahun 2016 ............................. 77
xiv
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian ................................................................. 95
6.2 Keluhan Kelelahan Mata ............................................................... 96
xv
DAFTAR TABEL
Tabel
2.1 Kelebihan dan Kekurangan Metode Pengukuran 22
Kelelahan Mata
2.2 Keluhan-Keluhan Kelelahan Mata Menurut Beberapa 23
Sumber
2.3 Persyaratan Pencahayaan Sesuai Peruntukan Ruangan 39
2.4 Rekomendasi Tingkat Pencahayaan pada Tempat dengan 40
Komputer
2.5 Korelasi antara Usia dengan Daya Akomodasi 46
2.6 Ringkasan Berbagai Masalah Pemfokusan dan 50
Karakteristiknya
4.1 Jumlah Sampel Minimal Tiap Variabel 64
4.2 Daftar Kode dan Skoring Variabel 70
5.1 Gambaran Keluhan Kelelahan Mata pada Pekerja 77
Pengguna Komputer di Call Center PT. AM Tahun 2016
5.2 Gambaran Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor- 79
Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Kelelahan
Mata pada Pekerja Pengguna Komputer di Call Center
PT. AM Tahun 2016
5.3 Analisis Hubungan antara Variabel Independen dengan 84
Keluhan Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna
Komputer di Call Center PT. AM Tahun 2016
5.4 Hasil Analisis Bivariat antar Variabel Independen dan 89
Variabel Dependen
5.5 Hasil Analisis Multivariat Uji Regresi Logistik Berganda 90
antara Variabel Independen dan Variabel Dependen
5.6 Hasil Analisis Multivariat Pembuatan Model antara 90
Tingkat Pencahayaan dan Kelainan Refraksi Mata dengan
Keluhan Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna
Komputer di Call Center PT. AM Tahun 2016
xvi
5.7 Hasil Uji Interaksi antara Tingkat pencahayaan dan 91
Kelainan Refraksi Mata dengan Keluhan Kelelahan Mata
pada Pekerja Pengguna Komputer di Call Center PT. AM
Tahun 2016
5.8 Hasil Analisis Multivariat Pembuatan Model antara 92
Tingkat Pencahayaan dan Kelainan Refraksi Mata dengan
Keluhan Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna
Komputer di Call Center PT. AM Tahun 2016
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Alat Uji Hilang Kelipan (Flicker Fushion Eye Test) 20
2.2 Alat Uji Waktu Reaksi (Reaction Timer) 21
2.3 Kerangka Teori 53
3.1 Kerangka Konsep 56
4.1 AMPROBE LM-100 Light Meter 68
4.2 Pengukuran dengan Snellen Chart 69
5.1 Jenis Keluhan Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna 78
Komputer di Call Center PT. AM Tahun 2016
6.1 Posisi Tubuh yang Tepat untuk Menggunakan Komputer 104
6.2 Kacamata Anti Radiasi dan Lapisannya 105
6.3 Perbedaan Kacamata Anti Radiasi dan Kacamata Biasa 106
6.4 Filter Screen 107
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
xix
DAFTAR ISTILAH
AC Air Conditioner
AOA The American Optometric Association
BUMN Badan Usaha Milik Negara
CVS Computer Vision Syndrome
Depkes Departemen Kesehatan Republik Indonesia
EDC Electronic Data Capture
IESNA Illuminating Engineering Society of North Amerika
NASD National Aging Safety Database
NIOSH National for Occupational Safety and Health
OR Odds Ratio
OSHA Occupational Safety and Health Administration
Permenkes Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
SNI Standar Nasional Indonesia
TPA Third Party Administrator
WHO World Health Organization
xx
BAB I
PENDAHULUAN
oleh upaya berlebihan dari sistem penglihatan yang berada dalam kondisi
merupakan tanda bahwa kondisi mata tidak sehat dan butuh penanganan
komputer atau smartphone dalam jangka waktu yang lama juga dapat
kabur, penglihatan rangkap, sakit kepala, dan kesulitan fokus (NIOSH, 1999).
Jika mata terlalu lelah, gejala yang ditimbulkan adalah penglihatan akan
menjadi tidak jelas atau kabur, memerah, berair, dan terasa nyeri.
iritasi, seperti mata berair, dan kelopak mata berwarna merah. Penglihatan
1
2
lain mata tegang (mata sakit atau mata lelah), sakit kepala, pandangan kabur
saat melihat dekat, fokus mata berubah perlahan, pandangan kabur saat
terhadap cahaya, iritasi mata (mata perih, mata kering, mata merah), lensa
kontak tidak nyaman, sakit pada leher dan bahu, serta punggung (Sheedy dan
Hawadi (2011) adalah mata yang nyeri dan memerah, penglihatan ganda,
sakit kepala, kurang mampu berakomodasi, dan penglihatan yang tidak tepat.
astenopia atau mata lelah pada pengguna komputer (Santoso dan Widajati,
perangkat kerja (ukuran objek, posisi, dan tampilan layar), lingkungan kerja
pencahayaan yang buruk, kesilauan pada layar digital, jarak melihat yang
tidak tepat, postur duduk yang buruk, masalah penglihatan, dan kombinasi
3
berbagai sumber, antara lain dengan meningkatnya usia, maka kelelahan mata
akan mudah terjadi, pengguna dengan kelainan refraksi mata, dan lama
komputer akan mencapai satu miliar pada akhir tahun 2008 dan diprediksi
akan mencapai angka dua miliar pada tahun 2015 (Kristo, 2007). Di
Indonesia sendiri, dalam survei yang dilakukan oleh BPS, lebih dari 75%
tak jarang pekerja kantor mengalami kelelahan mata akibat terlalu lama di
komputer lebih dari tiga jam perhari akan mengalami gangguan kelelahan
kelelahan mata, penelitian oleh Logaraj, dkk (2014) terhadap 416 pelajar
mengalami kelelahan mata sebanyak 69,3% dari 179 pekerja yang diteliti.
dilakukan oleh Yulyana Kusuma Dewi, Rico Januar Sitorus, dan Hamzah
dirasakan oleh responden akibat kelelahan mata sebagian besar terjadi pada
9,8% pekerja yang tidak mengalami keluhan tersebut. Lalu, penelitian yang
Outbound Call Gedung Graha Telkom BSD Tanggerang tahun 2011, bahwa
banyak dirasakan responden, yaitu mata pedih, sakit kepala, dan mata terasa
Bank Kalbar Kantor Pusat pada tahun 2012. Hasil penelitian ini menunjukkan
2013).
secara online dan realtime. Untuk melakukan tugasnya, Call Center berperan
pencahayaan awal di tempat kerja diketahui masih terdapat titik / meja kerja
keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT.
AM tahun 2016.
1.2.Rumusan Masalah
dalam jangka waktu yang panjang dan terus menerus dapat menimbulkan
efek samping. Salah satu efek samping yang ditimbulkan adalah keluhan
komputer di Call Center PT. AM, diketahui bahwa 34 pekerja (91,89%) dari
berkisar antara 90 - 360 lux, dimana masih terdapat titik / meja kerja dengan
tahun 2016.
AM tahun 2016?
7. Apakah faktor perangkat kerja (jarak monitor dan alat pelindung mata)
10. Apakah faktor karakteristik pekerja (usia, jenis kelamin, dan kelainan
tahun 2016?
2016.
tahun 2016.
AM tahun 2016.
tahun 2016.
para pekerja.
komputer.
11
Center PT. AM tahun 2016. Penelitian ini perlu dilakukan karena setiap
bulan September sampai Oktober 2016. Sasaran penelitian ini adalah pekerja
pengguna komputer di bagian Call Center PT. AM. Penelitian ini bersifat
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer yang
mata dengan Snellen Chart sedangkan sumber data sekunder berupa data
TINJAUAN PUSTAKA
Kelelahan mata dikenal sebagai tegang mata atau astenopia, yaitu kelelahan
ocular atau ketegangan pada organ visual dimana terjadi gangguan pada
mata dan sakit kepala berhubungan dengan penggunaan mata secara intensif
(Hanum, 2008).
adalah tegang otot siliaris yang berakomodasi saat memandang objek yang
sangat kecil dan pada jarak yang sangat dekat dalam jangka waktu yang
iritasi, seperti mata berair, dan kelopak mata berwarna merah. Penglihatan
oleh pegal di sekitar leher, bahu, dan punggung (Sheedy dan Shaw-
McMinn, 2003).
12
13
bola mata, otot akomodasi (otot siliaris) di dalam bola mata, otot-otot wajah
pada mata, rasa tidak nyaman di wajah dan kekakuan di area sekitar leher
dapat terjadi akibat adanya kontraksi otot yang tidak beraturan, disertai
2015).
membaca juga dapat menimbulkan kelelahan pada mata. Lelah pada mata
bukan saja timbul karena huruf yang kecil, melainkan dapat juga disebabkan
oleh cahaya yang kurang atau tidak baik dalam meletakkan lampu, salah
2011).
Syndrom (CVS). Gejala yang paling umum terjadi terkait CVS adalah mata
tegang, sakit kepala, pandangan buram, mata kering, dan sakit pada leher
buruk, tidak adanya filter screen, jarak pandang yang tidak sesuai, postur
duduk yang buruk, kelainan refraksi mata yang tidak terkoreksi, dan
(2003) juga mengungkapkan bahwa CVS adalah suatu gejala yang dapat
menyebabkan berbagai keluhan antara lain mata tegang (mata sakit atau
mata lelah), sakit kepala, pandangan kabur saat melihat dekat, fokus mata
pekerjaan dengan jarak dekat, sensitif terhadap cahaya, iritasi mata (mata
perih, mata kering, mata merah), lensa kontak tidak nyaman, sakit pada
Salah satu cara yang paling mudah untuk mengetahui gejala CVS
mengarah kepada gangguan mata yang serius. Dr. Masayuki Tatemichi, dari
Pengaruh jangka pendek dapat berupa mata menjadi berair dan lelah,
atau kelelahan mata. Pengaruh dalam jangka panjang dapat berupa katarak,
dermatitis pada muka, iritasi kulit, epilepsi dan cacat bawaan pada bayi serta
Selain itu, penyebab CVS adalah karena ada perbedaan antara huruf
dan gambar di kertas biasa, dengan huruf dan gambar pada layar komputer.
ketegangan pada mata. Pencahayaan ruangan yang kurang baik dan kurang
mata, yaitu pengaturan pencahayaan agar tidak terlalu tajam atau terlalu
lemah, melihat ke layar secara keseluruhan, jangan terpaku pada huruf atau
elektrostatik, dan istirahat setiap dua jam, karena setiap bekerja di depan
komputer selama satu sampai dua setengah jam, mata perlu istirahat 10-20
Center, 2017).
bayangan (fusi) oleh sistem penglihatan yang lebih sentral (otak), dan
retina. Obyek berukuran kecil, bentuk yang tidak teratur, dan kurang
dan otot-otot luar bola mata (faktor intristik). Kelelahan otot siliaris
gangguan oleh masalah fusi dapat terjadi bila bayangan pada kedua
mata tidak sama besar akibat perbedaan ukuran kacamata kanan dan
orang yang berbakat neurotik, orang yang sehat pun (terorginisis baik
diameter pupil yang lebih kecil pada penderita astenopia dan lebih
CVS sering terjadi karena mata tidak terlalu cocok untuk menatap
layar monitor. Mata tidak dapat lama berfokus pada pixel atau titik
buram serta timbul sakit kepala. Karena arah tatapan ke arah atas,
19
antara lain:
dapat membedakan antara retina dan pasca retina. Tes ini bertujuan
fungsi mata yang normal dan sehat harus dapat membaca di detik
berkurang dari 2 Hertz atau 0,6 Hertz. Pada seseorang yang lelah
frekuensi kerling mulus bias antara 0,5 Hertz atau lebih dibawah
Hertz jika memakai cahaya siang (day light) (Tarwaka dkk, 2004).
panjang waktu yang diperlukan untuk jarak antara dua kelipan. Uji
oleh reseptor daripada stimuli cahaya. Alat ukur waktu reaksi yang
Tabel 2.1
Kelebihan dan Kekurangan Metode Pengukuran Kelelahan Mata
Metode
No Pengukuran Kelebihan Kekurangan
Kelelahan Mata
1 Photostress a. Tes dengan teknik klinis Tidak adanya teknik standar
Recovery Test sederhana (Patel, 2014). dalam melakukan tes (Sherman
b. Berguna untuk berbagai dan Henkind, 1988).
diagnosis yang berbeda-beda
(Miller, dkk, 2005).
2 Tes Frekuensi Sering digunakan untuk tujuan Tes sebagian besar dilakukan
Subjek Kelipan penelitian dan juga untuk tujuan oleh dokter mata atau orang
Mata (Flicker diagnostik dalam praktek klinik ahli (Titcombe dan Willison,
Fusion Eye Test) (Bharathi dan Reddy, 2015). 1961).
3 Tes Uji Waktu Banyak metode yang dapat Harus memiliki alat ukur
Reaksi digunakan, seperti nyala lampu, waktu reaksi, seperti nyala
denting suara, sentuhan kulit atau lampu dan denting suara
goyangan badan (Tarwaka dkk, sebagai stimuli yang
2004). dikembangkan di Indonesia
(Tarwaka dkk, 2004)
mata terasa panas, nyeri, gatal, dan berair, nyeri kepala, pusing, dan
(NIOSH, 1999).
Tabel 2.2
Keluhan−Keluhan Kelelahan Mata
Menurut Beberapa Sumber
Sumber
Depkes, NIOSH, Sheedy dan
Keluhan
2003 1999 Shaw-Mc Minn,
2003
Nyeri atau terasa berdenyut
di sekitar mata √
Mata tegang √ √
Pandangan kabur √ √ √
Pandangan ganda √ √
Sulit fokus √ √
Mata perih √ √
Mata merah √ √ √
Mata berair √ √
Mata gatal/kering √ √
Sakit kepala √ √ √
Lensa kontak tidak nyaman √
Sakit pada leher dan bahu √
Sakit pada punggung √
Sensitif terhadap cahaya √
Ketajaman mata merosot √
Mengantuk √
keluhan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah mata tegang
(mata sakit atau mata lelah), sakit kepala, pandangan kabur saat
terhadap cahaya, iritasi mata (mata perih, mata kering, mata merah),
lensa kontak tidak nyaman, sakit pada leher dan bahu, serta sakit pada
paling umum terjadi terkait CVS adalah mata tegang, sakit kepala,
pandangan buram, mata kering, dan sakit pada leher serta bahu.
CVS atau tidak dari gejala-gejala yang ada. Untuk beberapa orang,
daerah visual menerima berita dari kedua mata akan timbul lukisan
(Pearce, 2011).
objek, durasi melihat objek, kelainan mata, atau kombinasi dari seluruh
berbeda-beda. Tidak semua benda yang dapat dilihat akan dapat dilihat
dengan kejelasan yang sama. Ada yang bisa melihat dengan mudah dan
cepat, ada yang berusaha dengan keras, dan ada yang tidak melihat
sama sekali.
1. Ukuran Objek
2. Jarak Monitor
terlalu jauh atau terlalu dekat. Jarak pandang yang salah dapat
nyaman dan aman untuk mata berkisar antara 18 dan 24 inci (45
harus diatur agar bagian tertinggi dari layar berada pada posisi
semakin kecil.
3. Tampilan Layar
oleh suatu objek dan cahaya dari latar belakang objek tersebut.
kering.
28
2017).
4. Karakteristik Monitor
5. Filter Screen
tetapi terkadang filter ini bahkan tidak bekerja dengan baik pada
2005).
31
100%. Lensa anti radiasi ini terdiri dari beberapa lapisan, yang
terdiri dari lapisan anti silau, lapisan tahan air, dan lapisan
1. Durasi Penggunaan
dengan komputer adalah 5,8 jam per hari atau 69% dari total
dengan lama waktu kerja antara 2-4 jam sehari secara terus-
menerus.
berturut-turut.
berkaitan dengan sifat atau fungsi mata yang tidak dibuat untuk
2013).
2. Istirahat Mata
lama, otot siliaris yang merupakan salah satu otot yang berperan
dan kekakuan. Hal ini secara tidak langsung akan membuat mata
mudah teriritasi dan memicu rasa tidak nyaman. Oleh karena itu,
istirahat 15 menit pada pagi hari dan istirahat pada jam makan
siang.
(Hanum, 2008).
Anshel (2005):
meningkatkan kewaspadaan.
otot.
= 0,314.
C. Faktor Lingkungan
1. Tingkat Pencahayaan
(Herjanto, 2008).
sistem metrik, satuan lux adalah ukuran yang tepat (Karlen dan
Benya, 2007).
beristirahat.
500 lux, meeting room 300 lux, respsionis 300 lux, koridor 100
Tabel 2.3
Persyaratan Pencahayaan Sesuai Peruntukan Ruang
Tabel 2.4
Rekomendasi Tingkat Pencahayaan
pada Tempat dengan Komputer
Tingkat Pencahayaan
Keadaan
(lux)
Kegiatan Komputer dengan sumber < 400
dokumen yang terbaca jelas
Kegiatan Komputer dengan sumber 400-500
dokumen yang tidak terbaca jelas
Tugas memasukan data > 500-700
Sumber: Grandjean, 1988
cahaya yang dapat diterima oleh mata. Pupil akan mengecil jika
2. Suhu Udara
atau perubahan suhu tubuh yang terjadi masih pada rentang yang
1. Usia
2006).
terhadap cahaya empat kali lebih besar (Guyton dan Hall, 2006).
penderita mata tua tidak dapat melihat benda yang terlalu jauh
orang, penglihatan jauh tetap baik pada mata tua (Pearce, 2011).
yang lebih sedikit dibandingkan dengan usia yang lebih tua dan
risiko kecelakaan.
Tabel 2.5
Korelasi antara Usia dengan Daya Akomodasi
2. Jenis Kelamin
sekresi dari air mata, sehingga lapisan air mata pada perempuan
dkk, 2006):
(Pearce, 2011).
Tabel 2.6
Ringkasan Berbagai Masalah Pemfokusan dan Karakteristiknya
subjek yang lebih jelas. Hal ini diperparah jika kelainan refraksi
maka mata akan menjadi lebih rileks dan fokusnya tidak terlalu
Pardianto, 2015).
terasa. Hal ini dapat terjadi karena mata yang dalam keadaan
lensa kontak.
Perangkat Kerja:
1. Ukuran objek pada layar
2. Jarak monitor
3. Tampilan layar
4. Karakteristik monitor
5. Filter screen
6. Alat pelindung mata
Karakteristik Pekerjaan:
1. Durasi penggunaan
2. Istirahat mata
Kelelahan Mata
Lingkungan Kerja:
1. Tingkat pencahayaan
2. Suhu udara
Karakteristik Pekerja:
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Kelainan refraksi mata
Gambar 2.3
Kerangka Teori
BAB III
komputer di Call Center PT. AM tahun 2016. Kerangka konsep ini dibuat
mata dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor perangkat kerja,
2011), filter screen (AOA, 2017), dan alat pelindung mata (Ningrum, 2007).
karakteristik pekerja, seperti usia (Guyton dan Hall, 2006), jenis kelamin
(Versura dan Campos, 2005), dan kelainan refraksi mata (Fajar, 2011).
54
55
diikutsertakan, yaitu untuk variabel ukuran objek pada layar dan tampilan
dan ruangan sudah menggunakan Air Conditioner (AC) yang diatur secara
Perangkat Kerja:
Jarak monitor
Karakteristik Pekerjaan:
Istirahat mata
Kelelahan Mata
Lingkungan Kerja:
Tingkat pencahayaan
Karakteristik Pekerja:
Usia
Jenis kelamin
Gambar 3.1
Kerangka Konsep
57
No Variabel Dependen Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
1 Keluhan Kelelahan Mata Keluhan gangguan kesehatan Kuesioner Memberikan 1. Ada keluhan Ordinal
mata akibat penggunaan otot kuesioner kepada (jika mengalami ≥ 2
mata secara berlebihan yang pekerja gejala)
dirasakan pekerja yang 2. Tidak ada keluhan
sebelumnya telah dilakukan (jika mengalami < 2
screening, dinyatakan sehat, dan gejala)
bebas dari gejala, dimana gejala- (Sheedy dan Shaw-
gejala keluhannya berupa: McMinn, 2003)
1. mata tegang (mata sakit atau
mata lelah),
2. sakit kepala,
3. pandangan kabur saat
melihat dekat,
4. fokus mata berubah
perlahan,
5. pandangan kabur saat
melihat jauh setelah
melakukan pekerjaan
dengan jarak dekat,
6. sensitif terhadap cahaya,
7. iritasi mata (mata perih,
mata kering, mata merah),
8. lensa kontak tidak nyaman,
9. sakit pada leher dan bahu,
10. sakit pada punggung
(Sheedy dan Shaw-McMinn,
2003)
58
No Variabel Independen Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
2 Jarak Monitor Jarak antara mata pekerja Mistar Mengukur secara 1. Jarak tidak ideal Ordinal
dengan layar monitor pada saat langsung (Jarak monitor dengan
menggunakan komputer. menggunakan mata < 50 cm)
mistar dari mata 2. Jarak ideal
bagian tengah ke (jarak monitor dengan
layar monitor mata ≥ 50 cm)
(OSHA, 1997)
3 Alat Pelindung Mata Alat pelindung yang digunakan Kuesioner Memberikan 1. Tidak menggunakan Ordinal
pada mata saat bekerja kuesioner kepada 2. Menggunakan
menggunakan komputer baik pekerja (Ningrum, 2007)
dalam bentuk kacamata khusus
anti radiasi ataupun lensa kontak
berbahan silikon hydrogel.
4 Istirahat Mata Kegiatan mengistirahatkan mata Kuesioner Memberikan 1. Tidak cukup Ordinal
dari layar monitor setiap selang kuesioner kepada (jika berpaling dari layar
waktu tertentu. pekerja komputer dan melihat
jauh, diikuti dengan
mengedipkan mata cepat
selama beberapa detik
setiap >10-20 menit
dan/atau berdiri,
bergerak, dan melakukan
sesuatu yang lain selain
menggunakan komputer
setiap >30-60 menit
dan/atau latihan cepat
peregangan otot setiap
>1-2 jam)
59
No Variabel Independen Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
2. Cukup
(jika berpaling dari layar
komputer dan melihat
jauh, diikuti dengan
mengedipkan mata cepat
selama beberapa detik
setiap 10-20 menit
dan/atau berdiri,
bergerak, dan melakukan
sesuatu yang lain selain
menggunakan komputer
setiap 30-60 menit
dan/atau latihan cepat
peregangan otot setiap 1-
2 jam)
(Anshel, 2005)
5 Tingkat Pencahayaan Jumlah cahaya yang diterima di Lux Meter Pengukuran 1. Tidak standar Ordinal
titik area dilakukannya langsung direct (< 315 atau > 385 lux)
pengukuran, dinyatakan dalam reading 2. Standar
lux, dan diukur sejajar meja atau instrument (315-385 lux)
tempat monitor komputer (SNI 03-6575-2001 dan
berada. Mempunyai perbedaan Permenkes No. 70 Tahun
maksimal 10% dari nilai tingkat 2016)
pencahayaan yang
dipersyaratkan (350 lux).
60
No Variabel Independen Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
6 Usia Lama hidup pekerja dihitung Kuesioner Memberikan 1. Berisiko (≥ 45 tahun) Ordinal
sejak tahun kelahiran sampai kuesioner kepada 2. Tidak berisiko (< 45
penelitian dilakukan dengan pekerja tahun)
melakukan pembulatan ke atas (Guyton dan Hall, 2006)
apabila lebih dari enam bulan
dan pembulatan ke bawah
apabila kurang dari enam bulan.
7 Jenis Kelamin Penampakan seseorang baik Kuesioner Memberikan 1. Perempuan Ordinal
secara fisik maupun biologis kuesioner kepada 2. Laki-laki
yang teridentifikasi pada pekerja pekerja (Versura dan Campos,
dan dibawa sejak dilahirkan. 2005)
8 Kelainan Refraksi Mata Ada atau tidaknya gangguan Snellen Chart Melakukan 1. Ada kelainan Ordinal
mata yang berupa gangguan pemeriksaan mata (jika hasil
penglihatan, sehingga pada pekerja pemeriksaan Snellen
penglihatan menjadi kabur, Chart positif ada
seperti rabun jauh, rabun dekat, kelainan, yaitu tidak
silinder, dan sebagainya. 6/6, dengan/tidak
menggunakan alat
koreksi apa pun)
2. Tidak ada kelainan
(jika hasil
pemeriksaan Snellen
Chart negatif ada
kelainan, yaitu 6/6
dengan/tidak
menggunakan alat
koreksi apapun)
(Gibson, 2002)
61
3.3. Hipotesis
1. Ada hubungan antara jarak monitor dengan keluhan kelelahan mata pada
2. Ada hubungan antara alat pelindung mata dengan keluhan kelelahan mata
3. Ada hubungan antara istirahat mata dengan keluhan kelelahan mata pada
2016.
5. Ada hubungan antara usia dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja
6. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan keluhan kelelahan mata pada
2016.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain
tahun 2016 yang berjumlah kurang lebih 500 pekerja dan dibagi ke dalam
tiga shift. Kriteria sampel yang diambil, yaitu semua pekerja pengguna
uji hipotesis beda dua proprosi karena sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu
untuk menguji hipotesis. Rumus besar sampel dan uji hipotesis beda dua
62
63
̅ (𝟏 − 𝑷
[𝒁𝟏− ∝⁄𝟐 √𝟐𝑷 ̅ ) + 𝒁𝟏−𝜷 √𝑷𝟏 (𝟏 − 𝑷𝟏 ) + 𝑷𝟐 (𝟏 − 𝑷𝟐 )]𝟐
𝐒𝐚𝐦𝐩𝐞𝐥 (𝐧) =
(𝑷𝟏 − 𝑷𝟐 )𝟐
Keterangan:
𝑃1 +𝑃2
𝑃̅ = Rata-rata proporsi pada populasi 2
besar sampel pada tiap-tiap variabel yang diteliti. Perhitungan besar sampel
Tabel 4.1
Jumlah Sampel Minimal Tiap Variabel
Keluhan
Penelitian
Variabel Kelelahan Mata n (n x 2)
Sebelumnya
P1 P2
Jarak Monitor (Permana, 2015) 0,643 0,955 33 66
Istirahat Mata (Maryamah, 2011) 0,824 0,528 51 102
Tingkat Pencahayaan (Maryamah, 2011) 0,634 0,154 20 40
Usia (Maryamah, 2011) 1 0,559 17 34
Jenis Kelamin (Anggraini, 2013) 1 0,696 28 56
Kelainan Refraksi Mata (Fadhillah, 2013) 0,794 0,562 84 168
maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 168 orang, lalu ditambah
dengan sampel cadangan sehingga total sampel menjadi 170 orang. Teknik
sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi
jumlah populasi. Pada setiap kertas tersebut ditulis nomor. Lalu kertas yang
telah diberi nomor tersebut digulung dengan ukuran yang sama besar dan
65
yang sudah ada pada daftar nama pekerja di Call Center PT. AM tahun
2016. Pekerja dengan nomor yang cocok itu lah yang akan dipilih sebagai
sampel dalam penelitian ini. Apabila pekerja yang terpilih sebagai sampel
tidak sesuai dengan kriteria yang ada, maka nomor akan dikocok dan
sampel. Pekerja yang terpilih menjadi sampel pada hari tersebut, namun
tidak sesuai dengan kriteria, masih memiliki peluang untuk menjadi sampel
primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dari pekerja
catatan, dan laporan dari perusahaan yang berhubungan. Data primer yang
yaitu tidak adanya teknik standar dalam melakukan tes untuk metode
Photostress Recovery Test, tes harus dilakukan oleh dokter mata atau
orang ahli untuk metode Flicker Fushion Test, dan keharusan memiliki
66
alat ukur untuk metode Tes Uji Waktu Reaksi. Metode berdasarkan
2. Jarak Monitor
khusus anti radiasi atau lensa kontak berbahan silikon hydrogel saat
4. Istirahat Mata
untuk mengistirahatkan mata, dan apa saja hal yang dilakukan saat
5. Tingkat Pencahayaan
6. Usia
7. Jenis Kelamin
Jenis kelamin dapat diketahui dengan observasi langsung dan pada saat
responden memiliki kelainan refraksi mata, seperti mata minus, plus, atau
4.5. Instrumen
1. Mistar
2. Lux Meter
Lux Meter yang digunakan pada penelitian ini adalah AMPROBE LM-
3. Snellen Chart
terdapat kelainan refraksi mata pada pekerja. Snellen Chart adalah kartu
yang terdiri dari deretan huruf atau angka dengan ukuran berjenjang
69
mampu membaca dengan jelas baris ketujuh dari urutan baris huruf
Snellen Chart pada jarak enam meter, baris keenam pada jarak sembilan
meter, dan akhirnya baris pertama pada jarak 60 meter. Mata normal
Chart yang ketujuh dapat dilihat dengan jelas pada jarak enam meter
(Gibson, 2002).
4. Kuesioner
Seluruh data yang terkumpul baik data primer maupun data sekunder
1. Data Coding
Tabel 4.2
Daftar Kode dan Skoring Variabel
2. Data Editing
3. Data Entry
4. Data Cleaning
mengecek kembali apakah ada data yang belum di entry atau sudah di
entry tetapi salah. Proses cleaning terdiri dari mengetahui missing data,
a. Analisis Uniavariat
b. Analisis Bivariat
ini terdiri dari jarak monitor, alat pelindung mata, istirahat mata, tingkat
uji statistik Chi-Square (X2) dengan α = 0,05. Jika PValue ≤ 0,05 artinya
variabel dependen, sedangkan jika PValue > 0,05 artinya tidak ada
(O − E)2
X2 =
E
Keterangan:
X2 = Chi-Square
c. Analisis Multivariat
(Amran, 2012).
dengan variabel dependen. Apabila hasil uji bivariat mempunyai nilai p <
variabel yang memiliki nilai PValue > 0,05, maka variabel tersebut harus
bertahap hingga tidak terdapat variabel yang memiliki PValue > 0,05.
HASIL
Sejak berdiri pada tahun 2002 hingga sekarang, layanan inti dari AM
TPA adalah perusahaan atau pihak yang menyediakan layanan atas nama
75
76
kesehatan terbesar di regional. Misi yang dimiliki oleh PT. AM, yaitu menjadi
dan mengambil semua informasi yang relevan tentang peserta dari database
lama dan terus menerus, yaitu selama 8 jam kerja/hari. Setiap ruangan di Call
Center PT. AM sudah menggunakan Air Conditioner (AC) yang diatur secara
akibat penggunaan otot mata secara berlebihan yang dirasakan pekerja yang
mata apabila orang tersebut mengalami minimal 2 gejala atau lebih. Gejala-
gejala keluhan tersebut dapat berupa mata tegang (mata sakit atau mata lelah),
sakit kepala, pandangan kabur saat melihat dekat, fokus mata berubah
dengan jarak dekat, sensitif terhadap cahaya, iritasi mata (mata perih, mata
kering, mata merah), lensa kontak tidak nyaman, sakit pada leher dan bahu,
Tabel 5.1
Gambaran Keluhan Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna
Komputer di Call Center PT. AM Tahun 2016
Jumlah
Variabel Kategori
(N) (%)
Ada Keluhan 157 92,4
Keluhan
Tidak Ada Keluhan 13 7,6
Kelelahan Mata
Total 170 100
78
Dari 170 pekerja, yang mengalami keluhan kelelahan mata adalah sebanyak
pengguna komputer di Call Center PT. AM Tahun 2016 dapat dilihat pada
Gambar 5.1.
Persentase (%)
Gambar 5.1
Jenis Keluhan Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna Komputer
di Call Center PT. AM Tahun 2016
Berdasarkan Gambar 5.1, diketahui jenis keluhan kelelahan mata yang
paling banyak dikeluhkan oleh pekerja adalah berupa sakit pada leher dan
bahu, yaitu sebesar 74,1%, sedangkan jenis keluhan kelelahan mata yang
paling sedikit dikeluhkan oleh pekerja adalah lensa kontak tidak nyaman,
yaitu sebesar 15,3%. Jenis keluhan lainnya yang paling banyak dikeluhkan
adalah sakit pada punggung sebesar 71,2% dan mata tegang (mata sakit atau
mata lelah) sebesar 70%. Dari data yang ada, diketahui bahwa keluhan bukan
79
hanya terletak pada bagian mata saja. Keluhan justru paling banyak terjadi
pada bagian leher, bahu, dan punggung. Hal ini dapat disebabkan karena
AM Tahun 2016
pengguna komputer di Call Center PT. AM Tahun 2016 dapat dilihat pada
Tabel 5.2
Gambaran Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Keluhan Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna
Komputer di Call Center PT. AM Tahun 2016
Jumlah
No Varibel Kategori
(N=170) (%)
Jarak Tidak
9 5,3
Jarak Ideal (< 50 cm)
1
Monitor Jarak Ideal
161 94,7
(≥ 50 cm)
Alat Tidak
137 80,6
2 Pelindung Menggunakan
Mata Menggunakan 33 19,4
Tidak Cukup 56 32,9
3 Istirahat Mata
Cukup 114 67,1
80
Jumlah
No Varibel Kategori
(N=170) (%)
Tidak Standar
(< 315 atau 149 87,6
Tingkat
4 > 385 lux)
Pencahayaan
Standar
21 12,4
(315-385 lux)
Berisiko
0 0
(≥ 45 tahun)
5 Usia
Tidak Berisiko
170 100
(< 45 tahun)
Jenis Perempuan 150 88,2
6
Kelamin Laki-Laki 20 11,8
Kelainan Ada Kelainan 93 54,7
7 Refraksi Tidak Ada
Mata 77 45,3
Kelainan
mengakibatkan mata cepat lelah dan sakit. Pada penelitian ini, distribusi
kategori pekerja yang bekerja dengan jarak monitor tidak ideal (< 50 cm)
dan jarak monitor ideal (≥ 50 cm). Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel
5.2, diketahui bahwa pekerja dengan jarak monitor yang tidak ideal (< 50
mata semakin lelah dan kering, sehingga alat pelindung mata dibutuhkan
dapat berupa kacamata khusus anti radiasi ataupun kontak lensa berbahan
3. Istirahat Mata
kelelahan mata dapat timbul saat aliran air mata ke mata berkurang yang
dari layar komputer dan melihat jauh, diikuti dengan mengedipkan mata
setiap >30-60 menit dan/atau latihan cepat peregangan otot setiap >1-2
layar komputer dan melihat jauh, diikuti dengan mengedipkan mata cepat
selama beberapa detik setiap 10-20 menit dan/atau berdiri, bergerak, dan
menit dan/atau latihan cepat peregangan otot setiap 1-2 jam. Berdasarkan
82
hasil penelitian pada Tabel 5.2, diketahui bahwa pekerja yang tidak cukup
(67,1%).
4. Tingkat Pencahayaan
Lux Meter pada meja kerja dengan kategori tingkat pencahayaan tidak
standar (< 315 atau > 385 lux) dan standar (315-385 lux). Berdasarkan
hasil penelitian pada Tabel 5.2 diketahui bahwa terdapat 149 meja kerja
5. Usia
dengan usia berisiko (≥ 45 tahun) dan pekerja dengan usia tidak berisiko
(< 45 tahun). Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 5.2, diketahui bahwa
kategori usia tidak berisiko dengan rata-rata usia pekerja adalah 26,7.
83
6. Jenis Kelamin
mata atau CVS. Kelelahan mata ini lebih berisiko dan lebih sering terjadi
memperberat ketegangan pada mata, leher, dan bahu karena mata terus
menerus berakomodasi untuk dapat melihat subjek yang lebih jelas. Pada
kepada para pekerja dengan kategori pekerja memiliki dan tidak memiliki
2016
monitor, alat pelindung mata, istirahat mata, tingkat pencahayaan, usia, jenis
Tahun 2014, dilakukan analisis bivariat dengan metode statistik uji Chi-
Tabel 5.3
Analisis Hubungan antara Variabel Independen dengan Keluhan
Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna Komputer di Call Center PT. AM
Tahun 2016
Keluhan Kelelahan Mata
Ada Tidak Ada Total PValue
No Variabel Hasil Ukur
Keluhan Keluhan
N % N % N %
Jarak Tidak 1
9 100 0 0 9 100
Ideal (< 50 cm)
Jarak
1 Jarak Ideal
Monitor 148 91,9 13 8,1 161 100
(≥ 50 cm)
Total 157 92,4 13 7,6 170 100
Tidak 0,467
Alat 125 91,2 12 8,8 137 100
Menggunakan
2 Pelindung
Menggunakan 32 97 1 3 33 100
Mata
Total 157 92,4 13 7,6 170 100
Tidak Cukup 53 94,6 3 5,4 56 100 0,549
Istirahat Cukup 104 91,2 10 8,8 114 100
3
Mata Total 157 92,4 13 7,6 170 100
85
dengan jarak yang tidak ideal (< 50 cm) terhadap komputer, seluruhnya
kelelahan mata, yaitu sebanyak 148 pekerja (91,9%). Berdasarkan hasil uji
Tahun 2016
kemaknaan 5%, tidak ada hubungan signifikan antara alat pelindung mata
dengan keluhan kelelahan mata, dimana PValue = 0,467 atau (p > 0,05).
hasil uji statistik Chi-Square, diketahui bahwa pada α = 5%, istirahat mata
Tahun 2016
diketahui bahwa pada α = 5%, ada hubungan yang signifikan (p > 0,05)
bahwa pada derajat kemaknaan 5%, antara jenis kelamin dan keluhan
kelelahan mata, tidak ada hubungan yang signifikan, PValue = 0,184 (p >
0,05).
88
AM Tahun 2016
pekerja, baik pekerja yang memiliki kelainan refraksi mata maupun tidak,
2016
keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT.
p < 0,25, maka variabel tersebut dapat masuk analisis multivariat dan
Tabel 5.4
Hasil Analisis Bivariat antar Variabel Independen dan
Variabel Dependen
Variabel PValue
Jenis Kelamin 0,184
Tingkat Pencahayaan 0,002
Kelainan Refraksi Mata 0,007
yang memiliki nilai PValue < 0,25. Dengan demikian hanya ketiga variabel
terjadi pada faktor dependen yaitu keluhan kelelahan mata pada pengguna
dilakukan adalah uji regresi linier berganda model prediksi. Apabila hasil
uji menunjukkan terdapat variabel yang memiliki nilai PValue > 0,05, maka
hingga tidak terdapat variabel yang memiliki PValue > 0,05. Hasil
Tabel 5.5
Hasil Analisis Multivariat Uji Regresi Logistik Berganda antara
Variabel Independen dan Variabel Dependen
PValue
Variabel
Model 1 Model 2
Jenis Kelamin 0,426 -
Tingkat Pencahayaan 0,001 0,001
Kelainan Refraksi Mata 0,014 0,011
dua variabel yang memiliki nilai pValue < 0,05, yaitu tingkat pencahayaan
(0,001) dan kelainan refraksi mata (0,011). Hasil ini menunjukkan bahwa
PT. AM tahun 2016. Hasil pembuatan model faktor paling dominan adalah
sebagai berikut.
Tabel 5.6
Hasil Analisis Multivariat Pembuatan Model antara Tingkat
Pencahayaan dan Kelainan Refraksi Mata dengan Keluhan
Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna Komputer di Call Center
PT. AM Tahun 2016
OR
Variabel B Wald Pwald
95% CI
Tingkat 8,488
2,139 10,460 0,001
Pencahayaan (2,322-31,021)
Kelainan Refraksi 7,883
2,065 6,483 0,011
Mata (1,609-38,637)
Constant -8,577 22,046 0,000 0,000
3. Uji Interaksi
yaitu tingkat pencahayaan dan kelainan refraksi mata akan dilakukan uji
Tabel 5.7
Hasil Uji Interaksi antara Tingkat pencahayaan dan Kelainan
Refraksi Mata dengan Keluhan Kelelahan Mata pada Pekerja
Pengguna Komputer di Call Center PT. AM Tahun 2016
Interaksi PValue
Kelainan Refraksi Mata*Tingkat
0,915
pencahayaan
Dari hasil uji interaksi pada Tabel 5.7, diketahui bahwa tidak terlihat
adanya interaksi antara kedua variabel tersebut (PValue > 0,05). Maka,
model akhir faktor paling dominan keluhan kelelahan mata pada pekerja
model yang digunakan adalah model akhir sebelum dilakukan uji interaksi,
Tabel 5.8
Hasil Analisis Multivariat Pembuatan Model antara Tingkat
Pencahayaan dan Kelainan Refraksi Mata dengan Keluhan
Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna Komputer di Call Center
PT. AM Tahun 2016
OR
Variabel B Wald Pwald
95% CI
Tingkat 8,488
2,139 10,460 0,001
Pencahayaan (2,322-31,021)
Kelainan Refraksi 7,883
2,065 6,483 0,011
Mata (1,609-38,637)
Constant -8,577 22,046 0,000 0,000
PValue = 0,000 Nagelkerke R Square = 0,255
kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM.
Hasil ini sesuai dengan hasil analisis bivariat yang menunjukkan bahwa
kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM.
pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM. Nilai OR pada tingkat
diteliti.
Y = a + b1X1 + b2X2
untuk tingkat pencahayaan dan 2,065 untuk kelainan refraksi mata. Nilai
pencahayaan dan 2,065 kalu yang disebabkan oleh kelainan refraksi mata.
PEMBAHASAN
keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT.
2. Waktu istirahat mata juga bersifat subjektif karena tidak dipantau penuh
3. Jarak antara pekerja dengan monitor tidak konsisten selama durasi kerja
dan berubah sesuai kondisi pekerja. Hal ini dapat menyebabkan keluhan
95
96
kelelahan ocular atau ketegangan pada organ visual dimana terjadi gangguan
pada mata dan sakit kepala berhubungan dengan penggunaan mata secara
gejala yang diakibatkan oleh upaya berlebihan dari sistem penglihatan yang
penglihatan.
komputer dalam waktu lama (Santoso dan Widajati, 2011). Banyak membaca
juga dapat menimbulkan kelelahan pada mata. Lelah pada mata bukan saja
timbul karena huruf yang kecil, melainkan dapat juga disebabkan oleh cahaya
yang kurang atau tidak baik dalam meletakkan lampu, salah memilih lampu,
perbandingan pencahayaan antara latar dan objek yang tidak seimbang, atau
menunjukkan bahwa dari 170 pekerja yang diteliti, diketahui sebagian besar
oleh Sheedy dan Shaw-McMinn (2003), jenis keluhan kelelahan mata yang
paling banyak dikeluhkan oleh pekerja adalah sakit pada leher dan bahu. Hasil
umumnya terjadi pada penderita CVS menurut AOA (2017), dimana mata
tegang sebesar 70%, sakit kepala sebesar 64,7%, penglihatan kabur sebesar
47,6-57,1%, mata kering sebesar 45,3%, sakit leher dan bahu sebesar 74,1%.
97
tidak adanya filter screen, jarak pandang yang tidak sesuai, postur duduk yang
buruk, kelainan refraksi mata yang tidak terkoreksi, dan kombinasi dari
McMinn (2003) maupun AOA (2017) tidak dijelaskan apakah ada hubungan
atau tingkat keparahan antara keluhan yang satu dengan keluhan lainnya.
Menurut Mario (2015), ketika bekerja terlalu lama di depan komputer akan
membuat syaraf pada mata menjadi tegang sehingga bisa memicu munculnya
sakit kepala. Dari sini, dapat diketahui bahwa keluhan mata tegang lebih dulu
Komala Sari dari website klikdokter, pada keluhan iritasi mata, keluhan mata
kering lah yang menyebabkan terjadinya keluhan mata merah. Hal ini
mata untuk berkedip akan berkurang menjadi setengahnya. Mata yang jarang
mengedip menyebabkan terlalu banyak air mata yang menguap ke udara dan
membuat mata menjadi kering serta iritasi, sehingga mata terlihat merah.
Menurut ahli penyakit mata, penglihatan mata kabur bukan kondisi medis,
gejala mata kabur lain, di antaranya sakit kepala, silau, mata lelah, mata
Pada dasarnya, ketegangan kepala, mata, dan leher sering terjadi secara
mata, otot akomodasi (otot siliaris) di dalam bola mata, otot-otot wajah dan
mata, rasa tidak nyaman di wajah dan kekakuan di area sekitar leher dapat
terjadi akibat adanya kontraksi otot yang tidak beraturan, disertai dengan
sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa kelainan refraksi mata dapat
mestinya (Pardianto, 2015). Pada penelitian ini diketahui dari 157 pekerja
terus menerus berakomodasi untuk dapat melihat subjek yang lebih jelas
kelelahan mata akan lebih cepat terasa. Hal tersebut juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Rahman dan Sanip (2011). Penelitian tersebut
keluhan kelelahan mata. Penerangan yang tidak didesain dengan baik akan
2004). Pada penelitian ini diketahui dari 157 pekerja yang mengalami keluhan
kelelahan mata, sebanyak 95,3% meja kerja memiliki pencahayaan yang tidak
ukuran benda. Hal ini membuat proses akomodasi mata lebih dipaksa dan
jarak yang tidak ideal (< 50 cm), seluruhnya mengalami keluhan kelelahan
mata dan yang bekerja dengan jarak ideal (≥ 50 cm) juga sebagian besar
maupun yang menggunakan alat pelindung mata, baik pekerja yang tidak
mata. Bahkan pekerja yang bekerja dengan tingkat pencahayaan standar juga
mata, yaitu pengaturan pencahayaan agar tidak terlalu tajam atau terlalu
lemah, melihat ke layar secara keseluruhan, jangan terpaku pada huruf atau
cursor, istirahatkan mata dengan mengedipkan mata dan melihat ke arah lain,
komputer sedemikian rupa sehingga jarak mata ke layar kurang lebih 55 cm,
istirahat setiap dua jam, karena setiap bekerja di depan komputer selama satu
sampai dua setengah jam, mata perlu istirahat 10-20 menit (Soedarso, 2000).
objektif, seperti Photostress Recovery Test, Flicker Fusion Eye Test, atau Tes
Uji Waktu Reaksi. Dimana setiap metode memiliki kelebihan yang berbeda.
b. Flicker Fusion Eye Test merupakan tes yang sering digunakan untuk
c. Tes Uji Waktu Reaksi memiliki banyak metode yang dapat digunakan,
seperti nyala lampu, denting suara, sentuhan kulit atau goyangan badan,
atau terlalu dekat. Jarak pandang yang salah dapat mengakibatkan mata
cepat lelah dan sakit. Jarak pandang yang nyaman dan aman untuk mata
berkisar antara 18 dan 24 inci (45 dan 60 cm). Namun, jarak ideal
minimal antara mata pengguna dan layar monitor adalah 20 inci atau 50
dengan diameter dan kedalaman layar itu sendiri. Posisi monitor juga
harus diatur agar bagian tertinggi dari layar berada pada posisi yang
pekerja bekerja dengan jarak ideal (≥ 50 cm), yaitu 94,7%. Dari 161
tidak ideal (< 50 cm), yaitu sebanyak 5,3% dan seluruhnya mengalami
mata. Hal ini selaras dengan penelitian Sya’ban dan Riski (2015)
pemakaian komputer dalam jangka waktu lama atau lebih dari 4 jam
otot mata tidak bekerja terlalu keras, penggunaan alat koreksi juga dapat
gesekan antara lensa dan kelopak mata. Bisa juga disebabkan oleh
kacamata yang tidak nyaman dan penggunaan lensa yang tidak sesuai
terjadinya hal ini. Pada penelitian ini, pekerja dengan jarak monitor
atau > 385 lux) mengalami keluhan kelelahan mata sebanyak 95%.
(Notoatmodjo, 2003).
mengatur posisi meja kerja sedemikian rupa agar pekerja dapat bekerja
Mata
membaca. Terdapat pula kacamata anti radiasi komputer. Kaca mata ini
adanya lapisan logam, juga ada beberapa lapisan lainnya, yaitu lapisan
anti silau, lapisan keras dan tahan air, serta ada lapisan lain yang
fouling dalam waktu yang bersamaan. Lensa anti radiasi dalam hal ini
Sumber: www.solidrop.net
Gambar 6.2
Kacamata Anti Radiasi Komputer dan Lapisannya
106
Sumber: www.solidrop.net
Gambar 6.3
Perbedaan Kacamata Anti Radiasi dan Kacamata Biasa
Sumber: indonesian.alibaba.com
Gambar 6.4
Filter Screen
yang tegang. Hal ini dikarenakan saat penglihatan jarak dekat, seperti
yang lama, otot siliaris yang merupakan salah satu otot yang berperan
kekakuan. Hal ini secara tidak langsung akan membuat mata mudah
108
dari tiga jam perhari akan mengalami gangguan kelelahan mata. Oleh
keluhan kelelahan mata dapat timbul saat aliran air mata ke mata
dilakukan oleh Anggraini (2013) dan Arumugam, dkk (2014). Hal ini
109
berlangsung.
Menurut OSHA (1997), pekerja cukup melihat ke arah lain atau keluar
jendela dari waktu ke waktu dan melihat objek lain setidaknya dengan
mata selama 2-3 menit juga terbukti efektif agar otot mata tidak
bagi pengguna komputer, yaitu eye breaks, rest breaks, dan exercise
110
dari layar komputer dan melihat jauh (minimal 6 meter) dan diikuti
tentang cara bekerja yang baik dan cara melakukan istiraha mata serta
tubuh yang efektif agar terhindar dari kejadian keluhan kelelahan mata.
Training sekitar satu menit agar mata bisa kembali segar. Program lain
memiliki fungsi yang sama dengan Eye Defender, namun program ini
menyediakan dua metode istirahat, yaitu micro break dan rest break.
111
Kelelahan Mata
dkk (2015) pada tempat, waktu, dan subjek yang berbeda. Penelitian
Namun kelelahan pada mata itu pun bersifat reversible. Jika mata
karena jika pencahayaan terlalu besar atau pun kecil, pupil mata harus
jika pencahayaan lebih besar atau lebih kecil, pupil mata harus berusaha
113
mengecil jika menerima cahaya yang besar. Hal ini merupakan salah
dalamnya, lampu yang digunakan tidak terlalu terang. Dari 170 meja
alami dan jauh dari lampu dengan pencahayaan yang memadai. Jadi tata
lampu jika padam dan kusam, menata letak meja kerja dan lampu agar
kelelahan mata, dimana keluhan kelelahan mata lebih berisiko dan lebih
air mata, sehingga lapisan air mata pada perempuan cenderung menipis
akan membuat mata mudah teriritasi dan memicu rasa tidak nyaman
2012).
kelamin laki – laki yang mengalami keluhan kelelahan mata. Dari hasil
terhadap keluhan kelelahan mata. Hal ini selaras dengan penelitian yang
tidak standar, istirahat mata yang tidak maksimal, dan kelainan refraksi
menatap layar komputer dalam jangka waktu yang lama dan terus
mata secara rutin, minimal 10 menit setiap jam setelah berada di depan
Kelelahan Mata
2006).
matanya, dan tidak tahu jika dirinya memiliki kelainan refraksi mata
kacamata atau lensa kontak maka mata akan menjadi lebih rileks dan
fokusnya tidak terlalu kuat sehingga otot-otot mata tidak bekerja terlalu
2007).
118
kelelahan mata.
yang memiliki tingkatan minus yang tinggi akan mengalami mata lelah
jika mengalami rabun dekat, tertutama usai fokus melihat objek dekat,
kepala, kelelahan pada mata (astenopia) lebih cepat terjadi, dan kabur
Hal ini dapat terjadi karena mata yang dalam keadaan memfokuskan
layar monitor akan jarang berkedip, sehingga bola mata menjadi cepat
lensa dan kelopak mata. Namun, kini sudah terdapat lensa kontak
pekerja secara berkala juga akan sangat berguna bagi penderita kelainan
refraksi mata atau penyakit mata sehingga dapat segera diatasi dan
akan berkurang.
BAB VII
7.1. Simpulan
komputer di Call Center PT. AM tahun 2016, yaitu sebagian besar pekerja
Call Center PT. AM tahun 2016, yaitu 87,6% meja kerja tidak memiliki
121
122
kelamin perempuan.
2016.
AM tahun 2016.
8. Tidak ada hubungan antara istirahat mata dengan keluhan kelelahan mata
kelelahan mata.
a. Tidak ada hubungan antara usia dengan keluhan kelelahan mata pada
2016.
11. Faktor yang paling dominan berpengaruh dengan keluhan kelelahan mata
7.2. Saran
kerja. Terdapat pula saran untuk peneliti selanjutnya yang bertujuan untuk
Bagi Perusahaan
dapat berupa:
a. Menaikan watt dan merawat lampu jika padam dan kusam hingga
yang optimal.
pencahayaan buatan.
radiasi dan kesilauan yang ditimbulkan oleh layar monitor sehingga dapat
3. Mengatur posisi meja kerja sedemikian rupa agar pekerja dapat bekerja
cara bekerja yang baik dan cara melakukan istirahat mata serta tubuh yang
yang diderita sehingga jika terjadi kelainan dapat segera diatasi dan
Bagi Pekerja
agar mata terlindung dari radiasi dan kesilauan yang ditimbulkan oleh
mata.
2. Tidak bekerja dengan jarak monitor < 50 cm karena jarak yang dekat
kelelahan mata.
refraksi mata karena lensa kontak dapat menyebabkan mata cepat kering
Eye Test, Tes Uji Waktu Reaksi atau pemeriksaan mata oleh ahlinya.
Agarwal, Smita, dkk. 2013. Evaluation of the Factors which Contribute to the
http://www.agusrianto.info/2013/08/cara-relaksasi-sejenak-di-depan-
Akbar, Reni dan Hawadi. 2011. Akselerasi (A-Z Informasi Program Percepatan
Tersedia di http://www.aoa.org/patients-and-public/caring-for-your-
28 Februari 2017.
Amran, Yuli. 2012. Pengolahan dan Analisis Data Statistik di Bidang Kesehatan.
Keluhan Computer Vision Syndrome (CVS) pada Operator Komputer Pt. Bank
Tanjungpura, 3(1).
126
127
Anshel, Jeffrey. 2005. Visual Ergonomic Handbook. Boca Raton: CRC Press.
Anugerah, Henny. 2016. 8 Bahaya Mata Minus Tinggi Pria dan Wanita. Tersedia
di http://halosehat.com/penyakit/mata-minus/bahaya-mata-minus-tinggi
Badan Standarisasi Nasional. 2001. Standar Nasional Indonesia (SNI). SNI 03-
Badan Standarisasi Nasional. 2001. Standar Nasional Indonesia (SNI). SNI 03-
Badan Standarisasi Nasional. 2004. Standar Nasional Indonesia (SNI). SNI 16-
Bharathi dan Reddy K, Pothi. 2015. Measuring Critical Flicker Fusion Frequency
http://bidakaramedical.co.id/berita/?u=berita&q=23&page=kesehatan-
Cameron, John R., dkk. 2006. Fisika Tubuh Manusia. Edisi 2. Alih bahasa, Brahm
U. Jakarta: EGC.
Departemen Kesehatan RI. 2003. Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman
Departemen Kesehatan.
Fajar, Jum’atil. 2011. Informasi Kapuas (Jilid 5): 1 Juli 2011 - 1 Oktober 2011.
Gibson, John. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. Edisi 2. Jakarta:
EGC.
Guyton, Arthur C dan Hall, John E.. 2006. Medical Physiology. Eleventh Edition.
Hanum, Iis Faizah. 2008. Efektivitas Pengguna Screen pada Monitor Komputer
Harian TI. 2014. Survei BPS: Jumlah Pengguna Internet Indonesia Tahun 2013
24 Mei 2016.
Hastono, Sutanto Priyo dan Sabri, Luknis. 2011. Statistik Kesehatan. Depok:
RajaGrafindo Persada.
Hawarij, Salik dan Afifah, Hasna. 2017. Refraksi Cahaya pada Mata. Tersedia di
https://www.medicinesia.com/kedokteran-dasar/penginderaan-kedokteran-
Heiting, Gary. 2014. How Your Vision Changes as You Age. Tersedia di
2016.
Hendra dan Octaviani, Devie Fitri. 2007. Keluhan Kesehatan Akibat Penggunaan
Hirsch, Robert. 2011. Exploring Color Photography Fifth Edition: From Film to
Ilyas, Sidarta. 2008. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
131
Mediakom.
James, Bruce, dkk. 2006. Lecture Notes: Oftamologi. Edisi Kesembilan. Alih
Karlen, Mark dan Benya, James. 2007. Dasar-Dasar Desain Pencahayaan. Alih
Koto, Rahmad Agus. 2012. Waspadai Computer Vision Syndrome (CVS). Tersedia
di http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2012/09/20/waspadai-computer-
Kristo, Fino Yurio. 2007. Tahun 2015, Jumlah Komputer Dunia Capai 2 Miliar.
Tersedia di http://inet.detik.com/read/2007/06/12/121942/792580/317/tahun-
Logaraj, M., dkk. 2014. Computer Vision Syndrome and Associated Factors among
ANDI.
Mario, Rossy. 2015. Sering Sakit Kepala? Bisa Jadi Karena Mata Terlalu Lelah.
Tersedia di http://mencegahpenyakit.com/sering-sakit-kepala-bisa-jadi-
Hidayatullah. Jakarta.
Miller, Neil R., dkk. 2005. Walsh and Hoyt’s Clinical Neuro-Ophthalmology, 6th
163.
Ningrum, Dewi Widya. 2007. Lindungi Mata dari Radiasi Komputer!. Tersedia di
http://inet.detik.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/03/tgl/15/time
Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Tahun 2009. Program Studi
OSHA. 1997. Working Safely with Video Display Terminals. U.S. Department of
Labor.
Pardianto, Gede. 2015. Sakit Kepala, Mata pegal, Tidak Nyaman, Pedih, dan Berair
http://www.kompasiana.com/smec-group/sakit-kepala-mata-pegal-tidak-
nyaman-pedih-dan-berair-oleh-dr-gede-pardianto-
Parsons, June Jamrich dan Oja, Dan. 2010. Computer Concepts. Illustrated
Patel, Dhaval. 2014. I Notes (Ophthalmology PG Exam Notes) 1st Edition. India:
AIIMS.
Permana, Melati Aisyah, dkk. 2015. Faktor Yang Berhubungan dengan Keluhan
Pheasant, Stephen. 1991. Ergonomic, Work, and Health. USA: Aspen Publisher
Inc.
Putra, Rahmat. 2008. Jago Komputer dalam Sehari. Jakarta: Tangga Pustaka.
1(2), 84-91.
135
Roestijawati, Nendyah. 2007. Syndrom Dry Eye pada Pengguna Visual Display
Santoso, Fery Firman dan Widajati, Noeroel. 2011. Hubungan Pencahayaan dan
Surabaya.
Setiabudi, Tony, dan Hardywinoto. 2002. Anak Unggul Berotak Prima. Jakarta:
Shantakumari, N., dkk. 2014. Computer Use and Vision-Related Problems Among
Sheedy, James E., dan Shaw-McMinn, Peter G. 2003. Chapter 1 - Computer Vision
Heinemann.
Sherman, Mark D. dan Henkind, Paul. 1988. Photostress Recovery in Chronic Open
Simpson, Richard C. 2013. Computer Access for People with Disabilities: A Human
Factors Approach. Boca Raton: CRC Press Taylor & Francis Group.
Soedarso. 2000. Speed Reading (Sistem Membaca Cepat dan Efektif). Jakarta:
http://www.safetysign.co.id/news/106/Mewaspadai-Pengaruh-Negatif-
Agustus 2016.
Sya’ban, Abdul Rahim, dan Riski, I. Rai. 2015. Faktor-Faktor yang Berhubungan
754-768.
Versura, Piera dan Campos, EC. 2005. Menopause and Dry Eye. A Possible
Wachler, Brian S. Boxer. 2014. Eye Fatigue: Causes, Symptoms, and Treatment.
Tersedia di http://www.webmd.com/eye-health/eye-fatigue-causes-symptoms-
Wahyudi, Desi. 2006. Studi tentang Penerangan dan Keluhan Kelelahan Mata
Airlangga.
137
11 (1), 25-29.
Zainuddin, Huda dan Isa, Muhammad. 2014. Effect of Human and Technology
138
Lampiran 1: Kuesioner Penelitian
TAHUN 2016
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
TAHUN 2016
Petunjuk Pengisian:
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda silang (X) pada
jawaban yang anda pilih
Isilah pertanyaan sesuai dengan kondisi anda saat ini
Identitas Responden
Nama :
TTL/Usia :
No. Handphone :
Minus 1 2 A6a ( )
Plus 1 2 A6b ( )
Silinder 1 2 A6c ( )
Normal 1 2 A6d ( )
B. Istirahat Mata
Apakah selama bekerja menggunakan komputer anda
melakukan kegiatan di bawah ini?
(Jawaban boleh lebih dari satu)
B1 Ya Tidak
Ya Tidak
Ya Tidak
Berdiri 1 2 B5a ( )
Bergerak 1 2 B5b ( )
1. Tidak standar
2. Standar
2. Jarak ideal
1. Ada kelainan
TERIMA KASIH
Sumber : http://www.andya-projects.com/andya-project/business/
Lampiran 3: Peta Pencahayaan
Keterangan
= Meja Kerja = Lampu = Jendela
Lampiran 4: Output Hasil Statistik Data
A. Analisis Univariat
Kelelahan Mata
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
2. Jarak Monitor
Jarak Monitor
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Istirahat Mata
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
5. Tingkat Pencahayaan
Tingkat Pencahayaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
6. Usia
Usia Berisiko
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
7. Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
B. Analisis Bivariat
Kelelahan Mata
Chi-Square Tests
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,69.
Kelelahan Mata
Menggunakan 32 1 33
Chi-Square Tests
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,52.
Kelelahan Mata
Chi-Square Tests
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,28.
Kelelahan Mata
Tidak Ada
Ada Keluhan Keluhan Total
Standar 15 6 21
Chi-Square Tests
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,61.
Kelelahan Mata
Laki-Laki 17 3 20
Chi-Square Tests
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,53.
Kelelahan Mata
Chi-Square Tests
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,89.
MODEL 1
Chi-square df Sig.
Model Summary
95,0% C.I.for
EXP(B)
Exp(B
B S.E. Wald df Sig. ) Lower Upper
Chi-square df Sig.
Model Summary
95,0% C.I.for
EXP(B)
Chi-square df Sig.
Model Summary
95,0% C.I.for
EXP(B)
KelainanRefraksiMata by
-.089 1.635 .003 1 .956 .915 .037 22.542
TingkatPencahayaan
Chi-square df Sig.
Model Summary
Classification Tablea
Predicted
Kelelahan Mata
95,0% C.I.for
EXP(B)