Anda di halaman 1dari 183

GAMBARAN KESELAMATAN KERJA BERDASARKAN PERILAKU

KERJA PADA PEKERJA MEKANIK DI UNIT WHEEL DAN BRAKE

PT GARUDA MAINTENANCE FACILITY (GMF) AEROASIA

TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

OLEH:

Christina Lia Wati

NIM: 1111101000050

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H / 2015
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

i
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Skripsi, Desember 2015
Christina Lia Wati, NIM : 1111101000050
Gambaran Keselamatan Kerja Berdasarkan Perilaku Kerja Pada Pekerja Mekanik
di Unit Wheel dan Brake PT GMF AeroAsia Tahun 2015

xvi + 166 Halaman + 12 Tabel + 15 Bagan + 16 Gambar + 13 Lampiran

ABSTRAK

Perilaku pekerja menjadi sangat penting karena perilaku merupakan salah


satu penyebab terjadinya kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja tersebut ditemukan
di PT GMF AeroAsia dan berdasarkan telaah dokumen investigasi kecelakaan
kerja tahun 2014 diketahui bahwa penyebabnya lebih banyak karena perilaku
tidak aman. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di unit wheel & brake PT GMF
AeroAsia ditemukan perilaku tidak aman. Penelitian bertujuan mengetahui
gambaran keselamatan kerja berdasarkan perilaku kerja di unit wheel & brake
menggunakan model perilaku ABC.
Penelitian yang bersifat kualitatif ini dilakukan pada bulan Januari-
Desember 2015. Data penelitian didapatkan melalui pengumpulan data primer
dengan cara observasi, wawancara, dan telaah dokumen, sedangkan data sekunder
didapatkan melalui data perusahaan. Analisis data menggunakan model Spradley.
Hasil penelitian beberapa aspek perilaku menunjukan perilaku aman
pekerja mekanik: menggunakan APD lengkap, menggunakan peralatan sesuai
CMM, bekerja dalam posisi tepat, dan berkoordinasi baik dengan rekan kerja. Hal
ini disebabkan oleh beberapa anteseden: kebijakan/peraturan K3 sudah memadai,
tersedianya APD, terpasangnya rambu K3, adanya pemberian pelatihan, dan telah
dilakukannya pengawasan, sedangkan dari konsekuensi disebabkan karena
tersedianya hukuman dan penghargaan yang diberikan. Bentuk perilaku tidak
aman pekerja mekanik: tidak menggunakan APD lengkap, menggunakan
peralatan tidak sesuai tujuan penggunaannya, dan bekerja dalam posisi janggal.
Hal ini disebabkan beberapa anteseden kurang memadai: belum ada pelatihan
penggunaan APD dan perawatan APD belum optimal, beberapa rambu K3 belum
sesuai, pelatihan belum merata, dan pengawasan belum maksimal. Konsekuensi
disebabkan karena kurangnya sosialisasi bentuk penghargaan yang diberikan
kepada pekerja dan hukuman yang diberikan belum tegas diterapkan.
Berdasarkan hasil penelitian manajemen unit wheel & brake disarankan
meninjau beberapa anteseden: memberikan pelatihan APD dan lebih
memperhatikan perawatan APD, memberikan pelatihan merata, memperbaharui
rambu K3, dan pengawasan dilakukan lebih optimal. Konsekuensi: sebaiknya
reward lebih disosialisasikan dan pemberian hukuman lebih tegas dilakukan.
Daftar Bacaan : 57 (1997 – 2015)
Kata Kunci : Anteseden, Konsekuensi, Perilaku Kritis

i
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH PROGRAM STUDY
OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY
Undergraduate Thesis, December 2015
Christina Lia Wati, NIM : 1111101000050

Description of Safety Working Based On Behavior of Mechanics Worker in


Wheel and Brake Unit PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia 2015

xvi + 166 pages + 12 tabels + 15 diagrams + 16 pictures + 13 attachments

ABSTRACT

Worker behavior becomes very important because the behavior is one of


the causes of accidents. Occupational accidents were found in PT GMF and based
on document review investigation of occupational accidents in 2014 is known that
the cause is more due to unsafe behavior. Based on the results of preliminary
studies on the wheel and brake unit PT GMF found unsafe behavior. The research
aims to know the description of work safety in the workplace based on the
behavior of the wheel and brake unit using behavioral models ABC.
This qualitative study was conducted in January-December 2015. Data
were obtained through primary data collection by observation, interviews and
document review, while secondary data obtained through the company's data.
Analysis of data using models Spradley.
The research result shows some aspects of the behavior of the mechanical
workers safe behavior: using full of PPE, using an appropriate equipment
according to CMM, working in a good and safety position, and have a good
coordination with their co-workers. That was caused by some antecedents like an
approriate safety regulations, PPE on available, installation of safety signs,
training, and doing supervising. Meanwhile from the consequence was caused by
punishment and reward. Unsafe behavior of mechanics worker are not using full
of PPE management condition was not noticed optimally, some of safety sign was
not compliance with the standard yet, training was not prevalent, and supervision
has not been done maximally. Meanwhile, the consequences caused by the lack of
socialization form of reward given to the workers and the punishment were not
strictly applied.
Based on the research results, the management wheel and brake unit are
advised to review some of the antecedents, including for more attention to the
management of PPE, provide training to all employees, update safety signs,
supervision carried out optimally. While the consequence: reward should be
socialized and tougher punishment carried out.
Reading List : 57 (1997 – 2015)
Keywords :Antecedents, Consequences, Critical Behavior

i
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi

ERDASARKAN PERILAKU KERJA PADA PEKERJA MEKANIK DI UNIT WHEEL DAN BRAKE PT GARUDA
TAHUN 2015

Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi


rogram Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Oleh: Christina Lia Wati


NIM: 1111101000050

Jakarta, 11 Desember 2015

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Catur Rosidati, SKM, MKM Dr. M. Farid Hamzens, M.Si


NIP. 19750210 200701 2 018 NIP. 19630621 199403 1 001

i
PANITIA SIDANG SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

CHRISTINA LIA WATI

NIM: 1111101000050

Jakarta, 11 Desember 2015

Penguji I,

Riastuti Kusuma Wardani, MKM


NIP. 19800516 200901 2 005

Penguji II,

Dr. Iting Shofwati, MKKK


NIP. 19760808 200604 2 001

Penguji III,

Ir. Rulyenzi Rasyid, MKKK

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Christina Lia Wati


Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 7 Desember 1991
Kewarganegaaraan Agama : Indonesia
Status Alamat : Islam
: Belum Menikah
Telepon/Handphone Email : Jl. H. Yusuf RT. 003/RW 10 No. 11 Paninggilan, Ciledug-Tangeran
: 085714887274
:

Riwayat Pendidikan
S1 Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2011 – 2015
SMA Negeri 3 Tangerang: 2007 – 2010
SMP Negeri 3 Tangerang: 2004 – 2007
SD Negeri Paninggilan 01 Ciledug: 1998 – 2004
TK. Tunas Harapan Ciledug: 1997 – 1998

Riwayat Organisasi
1. Anggota Departemen Human Resource Development Forum Studi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (FSK3) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta periode 2013-2014
2. Anggota Departemen Occupational Safety and Health (OSH) Science
Forum Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (FSK3) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta periode 2014-2015

Riwayat Pekerjaan
1. Staff Prescreen PT Alih Daya Indonesia (Citibank) : Januari – Juli 2011

v
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah, puji serta syukur selalu dilantunkan kepada Allah SWT

dan shalawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Dengan memanjatkan rasa syukur atas segala nikmat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Keselamatan Kerja
Berdasarkan Perilaku Kerja Pada Pekerja Mekanik di Unit Wheel dan
Brake PT Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia Tahun 2015”.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Kedua Orang Tua saya, Bpk. Suryanata dan Ibu Supartini, dan Kakak2,
serta seluruh keluarga besar, terima kasih atas kasih sayang, doa, dan
dukungannya sehingga penulis dapat melanjutkan pendidikan dan
menyelesaikan skripsi;
2. Prof.Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M.Kes selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Ibu
3. Ibu Catur Rosidati, SKM, MKM, dan Bpk. Dr. M. Farid Hamzens M.Si
selaku Dosen Pembimbing Skripsi I dan II, terima kasih atas bimbingan,
saran, dan arahan serta motivasi kepada penulis agar senantiasa berupaya
maksimal dalam penyelesaian skripsi ini;
4. Ibu Dr. Iting Shofwati, MKKK, selaku Dosen Peminatan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, terima kasih sudah memotivasi penulis dan mencurahkan
seluruh ilmu, pengetahuan, dan pengalamannya selama ini;
5. Ibu Riastuti Kusuma Wardani, MKM, Ibu Dr. Iting Shofwati, MKKK, dan
Bpk. Ir. Rulyenzi Rasyid, MKKK, terima kasih atas kesediaannya menjadi
penguji dalam skripsi penulis;
6. Bapak Umar Fauzi selaku General Manager K3, Bapak Sigit selaku OSH
Advisor, Mba Putri dan Mba Anteng selaku safety officer, Mba Ria dan Mas

v
Tagor selaku environment engineer, terima kasih atas bimbingan, masukan,
keramahan, motivasi, pengetahuan dan pengalamannya;
7. Manajemen dan pekerja mekanik unit wheel dan brake, serta seluruh pekerja
PT GMF AeroAsia, terima kasih atas keramahan dan bantuannya dalam
proses penyelesaian skripsi ini.
Kawan Sholihah, Teman – Teman Kesmas dan K3 2011, terima kasih atas kebersamaannya.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membatu

penulis hingga tersusunnya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan ma
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi diri penulis dan ju
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, Desember 2015

Penulis

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN....................................................................................i
ABSTRAK..............................................................................................................ii
1. Tujuan Umum.................................................................................7
ABSTRACT...........................................................................................................iii
2. Tujuan
PERNYATAAN Khusus................................................................................7
PERSETUJUAN......................................................................iv
E. RIWAYAT
DAFTAR Manfaat Penelitian................................................................................8
HIDUP.............................................................................vi
1. Manfaat Bagi Perusahaan...............................................................8
KATA PENGANTAR..........................................................................................vii
2. Manfaat Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat.....................8
DAFTAR ISI..........................................................................................................ix
3. Bagi Peneliti...................................................................................9
DAFTAR TABEL................................................................................................xii
DAFTARF. BAGAN..............................................................................................xiii
Ruang Lingkup Penelitian....................................................................9
BAB II TINJAUAN
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................10
GAMBAR...........................................................................................xiv
A. ISTILAH.............................................................................................xv
DAFTAR Perilaku...............................................................................................10
B. LAMPIRAN.......................................................................................xvi
DAFTAR Perilaku Keselamatan Kerja...............................................................11
1. Perilaku Aman Kerja....................................................................13
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. 2.Rumusan
PerilakuMasalah................................................................................5
Tidak Aman Kerja..........................................................14
C. Keselamatan
C. Pertanyaan Penelitian...........................................................................6
Berbasis Perilaku (Behavior - Based Safety)................17
D.Teori-
D. TujuanTeori
Penelitian..................................................................................7
Perilaku..........................................................................20
1. The Planned Behavior..................................................................20
2. Social Cognitive Theory...............................................................21
G. Teknik Pengolahan
3. Teori dan Analisis Data................................................56
(Model) ABC......................................................................23
H.
E. Penyajian Data....................................................................................58
Faktor Perilaku Bekerja Berdasarkan Model ABC............................30
BAB V HASIL......................................................................................................59
F. Kerangka Teori....................................................................................43
BAB IIIA.KERANGKA
Karakteristik BERPIKIR
Informan.......................................................................59
DAN DEFINISI ISTILAH......................45
B.
A. Gambaran
Kerangka Umum Perusahaan............................................................62
Berpikir..............................................................................45
C.
B. Gambaran Anteseden di Unit Wheel dan Brake.................................71
Definisi Istilah....................................................................................48
D. Gambaran
BAB IVMETODE Perilaku Kritis Pekerja Mekanik di Unit Wheel dan
PENELITIAN......................................................................51
Brake.......................................................................................................92
A. Jenis Penelitian...................................................................................51
B. Lokasi dan Waktu Penelitian..............................................................51
C. Informan Penelitian............................................................................51
D. Instrumen Penelitian...........................................................................52
i
E. Teknik Pengumpulan Data.................................................................53
F. Validasi Data......................................................................................55
1. Triangulasi Sumber......................................................................55

E. Gambaran Konsekuensi di Unit Wheel dan Brake...........................102


F. Gambaran Antecedent – Behavior – Consequence di Unit Wheel dan
Brake.....................................................................................................106

x
BAB VI PEMBAHASAN...................................................................................113
A. Keterbatasan Penelitian....................................................................113
B. Anteseden.........................................................................................113
C. Perilaku Kritis...................................................................................135
D. Konsekuensi......................................................................................144

E. Antecedent – Behavior – Consequences............................................148


BAB VI SIMPULAN DAN SARAN.................................................................157
A. Simpulan...........................................................................................157
B. Saran..................................................................................................159
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................162
LAMPIRAN…...................................................................................................166

x
DAFTAR

Tabel 3.1 Definisi Istilah................................................................................48

Tabel 4.1 Matriks Triangulasi Sumber...........................................................55

Tabel 4.2 Matriks Triangulasi Metode..........................................................56

Tabel 5.1 Karakteristik Informan Utama......................................................60

Tabel 5.2 Karakteristik Informan Kunci.......................................................61

Tabel 5.3 Karakteristik Informan Pendukung...............................................61

Tabel 5.4 Shift Kerja di unit wheel dan brake...............................................64

Tabel 5.5 Prosedur Pengelolaan Alat Pelindung Diri PT GMF AeroAsia….78

Tabel 5.6 Prosedur Safety Work and Facilities (Safety Signs) PT GMF
AeroAsia.......................................................................................79

Tabel 5.7 Gambaran Rambu Keselamatan di Area Wheeel..........................80

Tabel 5.8 Gambaran Rambu Keselamatan di Cleaning Area Unit Wheel dan
Brake..............................................................................................82

Tabel 5.9 Gambaran Rambu Keselamatan di Area Brake.............................83

x
DAFTAR

Bagan 2.1 Kerangka Teori...............................................................................44

Bagan 3.1 Kerangka Berfikir..........................................................................47

Bagan 5.1 Struktur Organisasi PT GMF AeroAsia63

Bagan 5.2 Struktur Organisasi Unit Wheel dan Brake64

Bagan 5.3 Diagram Alir Proses Maintenance Komponen Wheel dan Brake..66

Bagan 5.4 Gambaran Anteseden di Unit Wheel dan Brake90

Bagan 5.5 Gambaran Perilaku Kritis di Unit Wheel dan Brake101

Bagan 5.6 Gambaran Konsekuensi di Unit Wheel dan Brake106

Bagan 5.7 Penyebab Pekerja Mekanik Menggunakan Alat Pelindung Diri


Lengkap di Unit Wheel dan Brake107

Bagan 5.8 Penyebab Pekerja Mekanik Berperilaku Aman Menggunakan PeralatandiUnitWhee


Brake108

Bagan 5.9 Penyebab Pekerja Mekanik Bekerja dalam Posisi yang Tepat di
UnitWheeldan
Brake............................................................................................108

Bagan 5.10 Penyebab Pekerja Mekanik Berkoordinasi Baik dengan Sesama


Rekan Kerja di Unit Wheel dan Brake........................................100

Bagan 5.11 Penyebab Pekerja Mekanik Tidak Menggunakan Alat Pelindung


Diri Lengkap di Unit Wheel dan
Brake............................................................................................110

Bagan 5.12 Penyebab Pekerja Mekanik Menggunakan Peralatan Tidak Sesuai


Tujuan Penggunaannya di Unit Wheel dan Brake.......................111

Bagan 5.13 Penyebab Pekerja Mekanik Bekerja dalam Posisi Tidak Tepat di
Unit Wheel Dan Brake
…………………………………………………………………..112

x
DAFTAR

Gambar 5.1 Peraturan yang diinformasikan di Unit Wheel dan Brake.............73

Gambar 5.2 Gambaran Safety Briefing di Unit Wheel dan Brake.....................74

Gambar 5.3 Gambaran Ketersediaan APD........................................................76

Gambar 5.4 Summary of Employee....................................................................87

Gambar 5.5 Gambaran Pengawasan di Unit Wheel dan Brake.........................88

Gambar 5.6 Gambaran Perilaku Aman Pekerja Area Wheel............................94

Gambar 5.7 Gambaran Perilaku Aman Pekerja Area Brake..............................95

Gambar 5.8 Posisi Badan yang Baik dan Aman Pada Pekerja Mekanik..........96

Gambar 5.9 Gambaran Perilaku Tidak Aman Pekerja Area Wheel..................97

Gambar 5.10 Posisi Tidak Tepat/Janggal Pekerja Mekanik di Area Wheel.......98

Gambar 5.11 Gambaran Perilaku Tidak Aman Pekerja Area Brake...................99

Gambar 5.12 Posisi Tidak Tepat/Janggal Pekerja Mekanik di Area Brake.......100

Gambar 6.1 Rambu Keselamatan di Unit Wheel dan Brake...........................123

Gambar 6.2 Rambu Keselamatan di Prosedur Safety Signs PT GMF


AeroAsia.....................................................................................123

Gambar 6.3 Rambu Keselamatan “emergency telephone” yang


disarankan…................................................................................125

Gambar 6.4 Rambu Keselamatan APD yang disarankan untuk Cleaning Area
Unit Wheel dan Brake..................................................................126

x
DAFTAR

 APD : Alat Pelindung Diri

Assembly : Memasang satu kesatuan

Brake : Rem pesawat

CMM : Component Maintenance Manual

Disassembly : Pembongkaran satu kesatuan

IOR : Internal Occurent Report

K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Lost Time Injury: Cedera/sakit karena pekerjaan yang mencegah orang itu
melakukan pekerjaan sehari setelah kecelakaan tersebut.

PD Sheet : Plan Data Sheet (lembaran data yang berisi proses


pengerjaan maintenance komponen

 PKB : Perjanjian Kerja Bersama

 PKWT : Pekerja Kontrak Waktu Tertentu

 P3K : Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

 TQ : Unit Quality Assurance and Safety

 TW : Unit Learning Center and Corporate Culture

 Wheel : Roda Pesawat

 HIRADC : Hazard Identification Risk Assesment and Determining


Control

x
DAFTAR

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian

Lampiran 2 Pedoman Pengumpulan

Data Lampiran 3 Lembar Checklist

Lampiran 4 Pedoman Wawancara

Lampiran 5 Matriks Wawancara Informan Utama

Lampiran 6 Matriks Wawancara Informan Kunci

Lampiran 7 Matriks Wawancara Informan

Pendukung Lampiran 8 Daftar Dokumen

Lampiran 9 Daftar Pengawasan

Lampiran 10 Daftar Alat Pelindung Diri di Unit Wheel dan Brake

Lampiran 11 Kebijakan/Peraturan K3 PT GMF AeroAsia

Lampiran 12 Prosedur Pengelolaan Alat Pelindung Diri PT GMF AeroAsia

Lampiran 13 Dokumentasi

x
BAB I

PENDAHULUAN

kerja khususnya di lingkungan industri (Riyadina, 2007). Menurut ILO (2014),


A. Latar Belakang
setiap 15 detik,153 pekerja mengalami kecelakaan kerja dan diperkirakan 2,3 juta
Kecelakaan kerja merupakan masalah yang besar bagi kelangsungan
orang meninggal setiap tahun akibat kecelakaan dan penyakit yang berhubungan
sebuah perusahaan. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi
dengan pekerjaan. Selain itu, diperkirakan lebih dari 160 juta orang menderita
yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang tidak
penyakit akibat kerja dan ada 313 juta kecelakaan non-fatal per tahun yang terjadi.
sedikit jumlahnya (Retnani dan Ardyanto, 2013). Kecelakaan di tempat kerja
Menurut data BPJS Ketenagakerjaan sepanjang tahun 2013 kecelakaan kerja
merupakan penyebab utama penderitaan perorangan, penurunan produktivitas
terjadi sebanyak 192.911orang. Jumlah kecelakaan tersebut sebagian besar atau
(Harrington, 2003), bagi perusahaan kehilangan pekerja merupakan hal

merugikan karena proses produksi akan ikut terganggu dan bukan hanya karena

kehilangan sumber daya manusia, tetapi juga turunnya kredibilitas dan nama

baik perusahaan (Heni, 2011).

Kecelakaan industri adalah kejadian kecelakaan yang terjadi di tempat

1
2

sekitar 69,59 % terjadi di dalam perusahaan ketika mereka bekerja (Baihaqi,

2014).

Penyebab kecelakaan kerja berdasarkan data kecelakaan nasional maupun

internasional menyebutkan bahwa penyebab utama terjadinya kecelakaan adalah

meningkatkan
faktor manusiaperilaku yang diharapkan
(Heni, 2011). (Irlianti oleh
Hal ini diperkuat dan beberapa
Dwiyanti,penelitian
2014). Hal ini
yang
karena dalam model
telah dilakukan perilaku ini
menunjukkan terdapat
bahwa faktorkonsekuensi yang digunakan
manusia menempati untuk
posisi yang
memotivasi agar terhadap
sangat penting frekuensiterjadinya
perilaku yang diharapkan
kecelakaan kerja dapat meningkat
yaitu antara dan
80–85%
berguna untuk2009)
(Suma’mur, mendesain
dalam intervensi yangNawawinetu,
(Suyono dan dapat meningkatkan perilaku,
2013). Selain individu,
itu, menurut
kelompok, dan organisasi
BPJS Ketenagakerjaan (Irlianti
penyebab dan Dwiyanti,
kecelakaan 2014).
kerja yang terjadiMenurut teorilebih
tahun 2013 ini,

anteseden/aktivator
banyak disebabkan merupakan
oleh 34,43 sesuatu yang mendahului
% dikarenakan posisi tidakperilaku, sedangkan
aman (ergonomis)
konsekuensi
dan sebanyakdidefinisikan sebagai
32,12 % pekerja tidakhasil dari peralatan
memakai perilaku yang
yangsafety
mempengaruhi
(Baihaqi,
kemungkinan
2014). bahwa perilaku tersebut akan diulang (Fleming dan Lardner, 2002).

Program perilaku telah menjadi populer dalam domain keamanan, karena

ada bukti bahwa proporsi kecelakaan disebabkan oleh perilaku yang tidak aman

(Health and Safety Authority, 2013). Penggunaan model ABC merupakan


3

Berdasarkan penjabaran di atas, hal ini diperkuat oleh Muthuveloo dkk.,

(2012) dalam penelitian attributes influencing the acceptance of behavioral safety

programs by employees of manufacturing firms in india yang menunjukkan bahwa

perilaku didasarkan pada anteseden/aktivator dan konsekuensi. Anteseden dalam

pengetahuan
penelitian ini yang cukup pelaksanaan
merupakan baik dan sikap yang baik
keselamatan danterhadap
analisis perilaku aman
implementasi
keselamatan dan keselamatan,
atau monitoring kesehatan kerja. Tenagakonsekuensi
sedangkan kerja juga menilai bahwa
merupakan komitmen
keterlibatan
manajemen yang kecelakaan,
langsung dalam diberikan sudah cukup baik
pengetahuan dan dan
primer training yang mengenai
sekunder ada dapat

membantu
kecelakaan.bekerja secara aman.
Dalam penelitian Selain itusemakin
ini dikatakan tenaga tinggi
kerja juga setuju
metode terhadap
pelaksanaan
adanya aturanimplementasi
dan analisis reward dandari
punishment darikeamanan,
pemantauan perusahaansemakin
sebagaibaik
konsekuensi
perilaku
perilaku tenaga
keselamatan kerja.
akan terjadi. Begitu pula, pekerja yang memiliki pengetahuan dasar

sedangSelain itu, tentang


dan tinggi penelitian Retnani menyebabkan
kecelakaan dan Ardyanto (2013)keselamatan
perilaku tentang analisis
yang
pengaruh activator dan consequence terhadap safe behavior pada tenaga kerja di
lebih baik.

Hal ini diperkuat oleh Irlianti dan Dwiyanti (2014), dalam penelitian

yang berjudul analisis perilaku aman tenaga kerja menggunakan model

perilaku ABC
4

PT Pupuk Kalimantan Timur Tahun 2013 menunjukkan bahwa persepsi,

kesadaran, dan kebutuhan keselamatan sebagai activator/antecedent berpengaruh

signifikan terhadap safe behavior tenaga kerja, sementara consequence (positive

reinforcement dan punishment) dalam penelitian ini tidak berpengaruh signifikan

dan kebakaran.
terhadap Selain itu,
safe behavior peralatan
tenaga kerja. dan mesin berteknologi tinggi dalam proses
kerjanyaAircraft
juga memiliki risikomerupakan
maintenance terjadinya bagian
kecelakaan kerja serta
dari industri penyakit akibat
penerbangan yang
kerja.
sangatPotensi bahaya
penting tersebut
untuk diperkuat
menjaga oleh data penerbangan
keselamatan kejadian kecelakaan
yang kerja PT
sifatnya
GMF AeroAsia
kompetitif (Tonyselama tahun
Sit dkk., 2013-2014,
2013). kecelakaan
Berdasarkan kerja
penelitian yangdan
Hobbs tidak berakibat
Williamson
non Lost terdapat
(2002), Time Injury (non-LTI)
keadaan yang tahun 2013pada
mengarah berjumlah 30 danoccurrences
619 safety turun pada yang
2014

berjumlah 27 kejadian,
terjadi selama aircraftsedangkan kecelakaan
maintenance. kerja yang
Setidaknya berakibat
ada 96% Lost Time
kejadian dari
Injury (LTI)kasus
banyaknya pada yang
2013 terjadi
yang awalnya berjumlah
disebabkan 8 kejadian
karena tindakan menjadi
manusia menurun
(Hobbs dan

Williamson, 2002).

PT Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia merupakan

perusahaan yang bergerak di bidang jasa pemeliharaan, perbaikan, overhaul

mesin turbin gas industri, dan aksesoris pesawat yang proses kerjanya
5

dengan jumlah 2 kejadian, dan kecelakaan kerja tahun 2013-2014 yang berakibat

fatal masih tetap sama dengan masing-masing berjumlah 1 kejadian.

Penyebab kecelakaan kerja di PT GMF AeroAsia yang diketahui melalui

dokumen pelaksanaan investigasi kecelakaan tahun 2014 lebih banyak disebabkan

Behavior Consequence)
oleh unsafe pada
act daripada pekerja
karena mekanik
unsafe di unit Berdasarkan
condition. wheel dan brake PT GMF
observasi di
AeroAsia
lapangan Tahun 2015.
pada unit wheel dan brake PT GMF AeroAsia yang memiliki kasus

kecelakaan
B. Rumusan kerja karena unsafe act (2 kasus) ditemukan perilaku tidak aman
Masalah
pekerjaPT
tidak
GMFmenggunakan alat pelindung
AeroAsia merupakan diri dengan
industri aircraftlengkap, perilaku
maintenance pekerja
yang dalam
mengendarai
proses kerjanyafoklift lebih dari
menggunakan 1 orang,
bahan dan dan
berbahaya ditemukan
beracun pekerja melakukan
(B3) yang memiliki
pekerjaannya
potensi dalam
terjadinya posisi yang
keracunan, tidak tepat.
ledakan, dan kebakaran. Selain itu, peralatan dan
Dengan belum
mesin berteknologi tinggioptimalnya penurunan
dalam proses kerjanyaangka kecelakaan
juga memiliki kerja
risiko di PT
terjadinya
GMF AeroAsia
kecelakaan dalam
kerja dan rangka
penyakit mencapai
akibat zero bahaya
kerja. Potensi accidenttersebut
dan ditemukannya
diperkuat oleh
perilaku tidak aman pekerja mekanik, membuat penulis tertarik melakukan

penelitian yang berfokus pada perilaku pekerja mekanik dalam rangka

menjelaskan keselamatan
6

data kejadian kecelakaan kerja PT GMF AeroAsia selama tahun 2013-2014,

kecelakaan kerja dengan kategori (non-LTI) pada 2013 berjumlah 30 dan turun

pada 2014 berjumlah 27 kejadian, sedangkan kecelakaan kerja berakibat Lost

Time Injury (LTI) pada 2013 yang awalnya berjumlah 8 kejadian menjadi

Behavior
menurun Consequence) pada
dengan jumlah pekerja mekanik
2 kejadian, di unit wheel
dan kecelakaan kerjadan brake
tahun PT GMF
2013-2014
AeroAsia
berakibatTahun 2015. tetap sama dengan masing-masing berjumlah 1 kejadian.
fatal masih

Penyebab
C. kecelakaan
Pertanyaan kerja berdasarkan telaah dokumen pelaksanaan investigasi
Penelitian
kecelakaan tahun
Adapun 2014 lebih
pertanyaan banyak
penelitian dalamdisebabkan karena
penelitian ini adalahunsafe
sebagaiact dan
berikut:
berdasarkan observasi
1. Bagaimana yang umum
gambaran dilakukan padaAeroAsia
PT GMF unit wheel dan2015?
Tahun brake PT GMF

AeroAsia ditemukan
2. Bagaimana adanya perilaku
gambaran tidak
anteseden, aman.
yaitu kebijakan/peraturan keselamatan,

Belum optimalnya
ketersediaan penurunan angka
alat pelindung kecelakaan
diri, rambu kerja di PT
keselamatan, GMF
pelatihan

AeroAsia dalam rangka mencapai zero accident dan ditemukannya perilaku

tidak aman, membuat penulis tertarik melakukan penelitian yang berfokus pada

perilaku pekerja mekanik dalam rangka menjelaskan keselamatan

kerja
7

keselamatan, dan pengawasan pada pekerja mekanik di unit wheel dan

brake PT GMF AeroAsia Tahun 2015?

3. Bagaimana gambaran perilaku kritis pada pekerja mekanik di unit wheel

dan brake PT GMF AeroAsia Tahun 2015?

4. Bagaimana gambaran konsekuensi, yaitu hukuman dan penghargaan pada

pekerja mekanik di unit wheel dan brake PT GMF AeroAsia Tahun 2015?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dalam penelitian ini terbagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus seba
1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran keselamatan kerja berdasarkan perilaku kerja pada pekerja mekanik melal
PT GMF AeroAsia Tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran umum PT GMF AeroAsia Tahun 2015;

b. Mengetahui gambaran anteseden, yaitu kebijakan/peraturan

keselamatan, ketersediaan alat pelindung diri, rambu keselamatan,

pelatihan keselamatan, dan pengawasan pada pekerja mekanik di unit

wheel dan brake PT GMF AeroAsia Tahun 2015;

c. Mengetahui gambaran perilaku kritis pada pekerja mekanik di unit

wheel dan brake PT GMF AeroAsia Tahun 2015; dan


8

d. Mengetahui gambaran konsekuensi, yaitu hukuman dan penghargaan

pada pekerja mekanik di unit wheel dan brake PT GMF AeroAsia

Tahun 2015.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari adanya penelitian ini adalah sebagai berikut:
Manfaat Bagi Perusahaan

Sebagai bahan masukan bagi pihak perusahaan tentang perilaku keselamatan kerja dan dapat dilaku
Dapat dijadikan acuan atau masukan bagi pihak manajemen dalam membuat pelatihan, kebijakan,
peningkatan perilaku pekerja untuk bekerja lebih aman.

2. Manfaat Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

a. Sebagai informasi dan dokumentasi data penelitian serta dapat menjadi

referensi tambahan bagi penelitian serupa.

b. Dapat memberikan masukan dalam mengembangkan keilmuan di

bidang keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terutama mengenai

perilaku keselamatan pada pekerja, khususnya pada industri aircraft

maintenance.
9

3. Bagi Peneliti

a. Dapat menambah wawasan peneliti tentang analisis faktor yang

mempengaruhi perilaku keselamatan pada pekerja di bidang aircraft

maintenance.

b. Melalui penelitian ini penulis dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selam
bermanfaat bagi pekerja, serta dapat dijadikan acuan bagi peneliti lain.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kualitatif dengan jenis penelitian bersifat deskr
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian berupa pedoman

wawancara kepada pekerja dan pihak manajemen perusahaan, pedoman observasi,

dan telaah dokumen serta dilakukan pengambilan data sekunder yang berasal dari

data-data perusahaan dan sumber lainnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Perilaku adalah segala sesuatu yang dilakukan seseorang yang dapat diamati dan
A. Perilaku
terukur (Vijayakumar, 2007) dalam (Zin dan Ismail, 2012). Menurut Skinner,
Perilaku manusia (human behavior) merupakan sesuatu yang penting
perilaku merupakan interaksi antara perangsang dengan tanggapan (Sunaryo,
dan perlu dipahami secara baik. Hal ini disebabkan perilaku manusia terdapat
2004). Perilaku dapat diberi batasan sebagai suatu tanggapan individu terhadap
dalam setiap aspek kehidupan manusia. Perilaku manusia mencakup dua
rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar diri individu tersebut (Sunaryo,
komponen, yaitu sikap atau mental dan tingkah laku (attitude). Sikap atau mental
2004). Secara garis besar bentuk perilaku ada dua macam, yaitu (Sunaryo, 2004):
merupakan sesuatu yang melekat pada diri manusia. Mental diartikan sebagai

reaksi manusia terhadap sesuatu keadaan atau peristiwa, sedangkan tingkah laku

merupakan perbuatan tertentu dari manusia sebagai reaksi terhadap keadaan atau

situasi yang dihadapi (Herijulianti dkk., 2001).


10
Pengertian perilaku dari segi biologis dapat diartikan sebagai suatu

kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan (Herijulianti dkk., 2001).


1

 Perilaku Pasif (Respon Internal)

Perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi dalam diri individu dan

tidak dapat diamati secara langsung. Perilaku ini sebatas sikap belum ada

tindakan yang nyata.

Perilaku Aktif (Respons Eksternal)


Perilaku yang sifatnya terbuka. Perilaku aktif adalah perilaku yang dapat diamati langsung, berup

B. Perilaku Keselamatan Kerja

Perilaku keselamatan kerja adalah suatu bentuk nyata dari program Keselamatan dan Kesehatan Ke
karyawan dari ancaman keselamatan kerja, terutama bagi karyawan yang terlibat

langsung bekerja dalam suatu produksi (Rahadi dkk., 2013).

Upaya perilaku keselamatan menggambarkan perilaku yang mendukung

praktek – praktek dan kegiatan seperti memberikan pelatihan keselamatan dan

menjelaskan kegiatan inti, kepatuhan keselamatan yang perlu dilakukan oleh

karyawan sesuai dengan pekerjaannya, serta menjelaskan persyaratan keselamatan

dan kesehatan untuk mencegah kecelakaan kerja (Zin dan Ismail, 2012). Perilaku

keselamatan dapat dilihat berdasarkan kepatuhan karyawan terhadap prosedur-

prosedur keselamatan kerja seperti melakukan pengecekan alat pelindung diri,

mematuhi rambu-rambu di area kerja, menggunakan pakaian kerja atau rompi


1

standar, ear plug, dan sepatu keselamatan berdasarkan peraturan yang ditetapkan

oleh pihak perusahaan. Selain itu, terlibatnya karyawan dalam safety talk,

pelatihan-pelatihan keselamatan dan kehadiran karyawan pada proses induksi

sebelum bekerja dapat meningkatkan dan mempertahankan perilaku keselamatan

().
Berikut ini adalah beberapa contoh mengukur perilaku keselamatan di berbagai tingkatan ():

a. Top manajer / tingkat menengah

Pengukuran pada tingkat ini meliputi perilaku personal, kegiatan keselamatan, dan hasil statistik. M
keselamatan, dan tersedianya pemantauan biaya kompensasi pekerja.

b. Pengawas

Pengukuran harus mencakup perilaku keselamatan pribadi dan kegiatan

keselamatan bahwa pengawas dapat mengontrol hal tersebut. Misalnya

memastikan karyawan memiliki dan menggunakan bahan dan peralatan yang

aman, mengikuti dan menegakkan peraturan keselamatan, dan melaksanakan

pertemuan keselamatan.

c. Karyawan

Pengukuran biasanya mencakup perilaku pribadi, misalnya, mematuhi

peraturan keselamatan, berpartisipasi dalam proses keselamatan, dan pelaporan

luka dan bahaya.


1

Perilaku secara langsung terkait dengan praktek kerja yang aman dan

perilaku yang mendukung keseluruhan keselamatan (safety partisipation)

organisasi dapat dideskripsikan melalui fitur kerangka kinerja keselamatan

(Borman & Motowidlo, 1993) dalam (Griffin dan Neal, 2000). Komponen kinerja

mengembangkan lingkungan
yang dideskripsikan melaluiyang mendukung
perilaku keselamatan.
aktual ini dibagi menjadi dua komponen

(Borman
1. danAman
Perilaku Motowidlo
Kerja (1993) dalam (Griffin dan Neal, 2000) berdasarkan
kinerja tugas dan kontekstual.
Perilaku Kedua(Bird
aman menurut komponen kinerja dapat
and Germain, 1990)digunakan untuk
dalam Halimah
membedakan perilaku
(2010) adalah keselamatan
perilaku yang tidak di tempat
dapat kerja. Pertama,
menyebabkan terjadinyaberdasarkan
kecelakaan
kinerja
atau tugas, perilaku
insiden. keselamatan
Perbedaan perilaku dapat
amandigambarkan
dan perilakumelalui kepatuhan
keselamatan dan
keselamatan
kesehatanmelalui aktivitas
kerja yaitu kegiatan
perilaku amanmenjaga keselamatan
hanya berfokus padatempat kerja yang
keselamatan kerja
dilakukan oleh individu.
saja, sedangkan perilakuPerilaku inihanya
K3 tidak termasuk
pada mengikuti
keselamatanprosedur lockout
tetapi juga pada
tagout dan memakai
kesehatan peralatan pelindung
kerjanya (Halimah, diri. Kedua,
2010). Dibawah berdasarkan
ini adalah definisi
jenis-jenis perilaku
kinerja konseptual, perilaku keselamatan dapat digambarkan melalui kegiatan

keselamatan secara sukarela atau dengan menghadiri safety meeting.

Perilaku ini mungkin tidak secara


1

aman menurut (Frank E. Bird dan Germain, 1990) dalam Halimah (2010)

meliputi:

 Melakukan pekerjaan sesuai wewenang yang diberikan

 Berhasil memberikan peringatan terhadap adanya bahaya

 Bekerja sesuai dengan kecepatan yang telah ditentukan

 Menjaga alat pengaman agar tetap berfungsi

 Tidak menghilangkan alat pengaman keselamatan

 Menggunakan peralatan yang seharusnya

 Menggunakan peralatan yang sesuai

 Menggunakan APD dengan benar

 Pengisian alat atau mesin yang sesuai dengan aturan yang berlaku.

 Penempatan material atau alat-alat sesuai dengan tempat dan cara

mengangkat yang benar.

 Memperbaiki peralatan dalam kondisi alat yang telah dimatikan

 Tidak bersenda gurau atau bercanda ketika bekerja.

 Tidak di bawah pengaruh alkohol

2. Perilaku Tidak Aman Kerja

Tindakan tidak aman adalah perilaku atau kegiatan seseorang yang

menyimpang dari prosedur yang berlaku/normal/aman (McKinnon, 2000).

Birds dan Germain mengkelompokkan perilaku tidak aman tersebut sebagai

berikut (McKinnon, 2000):

 Mengoperasikan peralatan tanpa otoritas


1

 Gagal dalam memperingatkan

 Gagal untuk mengamankan

 Pengoperasian dengan kecepatan yang tinggi/tidak sesuai

 Membuat perangkat keselamatan tidak beroperasi


 Di bawah pengaruh alkohol dan / atau obat-obatan
 Menghapus/memindahkan perangkat keselamatan
Prasyarat atau prekursor dapat menciptakan potensi berbagai perilaku
 Menggunakan peralatan yang rusak
yang tidak aman. Sifat dari perilaku ini dapat terjadi karena adanya bahaya,
 Menggunakan peralatan dengan tidak benar
pengaruh tugas yang kompleks, dan pengaruh lingkungan. Sebuah prekursor
 Tidak menggunakan alat pelindung diri
psikologi tertentu, baik prekursor tunggal atau prekursor kombinasi dapat
 Pemprosesan barang yang salah
memainkan peran penting dalam memprofokasi dan membentuk set perilaku
 Penempatan barang yang tidak tepat
tidak aman. Adapun klasifikasi perilaku tidak aman adalah sebagai berikut.
 Pengangkatan yang tidak tepat

 Posisi yang tidak tepat dalam melakukan tugas

 Memperbaiki peralatan pada saat beroperasi

 Bertengkar, bersenda gurau yang berlebihan dengan pekerja lain


1

SLIP Attention
al
Unintend failures
ed
Action Memo
Unsafe acts LAPSE ry

Rule-Based
Mistake mistakes
Knowledge-based
Intended Action mistakes
Routine violation
Exceptional violation
Violation Acts of sabotage
sumber : McKinnon, 2000

Slip dan Lapse

Slip dan lapse disebabkan oleh seringnya kehilangan memori sesaat karena kurangnya perhat
motivasi dan keduanya bisa dikurangi dengan kembali merancang-

pekerjaan atau peralatan atau meminimalkan gangguan.

Slip adalah kegagalan melaksanakan tugas untuk bertindak benar.

Contohnya termasuk melaksanakan tugas yang bukan menjadi tugasnya,

membaca cepat yang salah atau memilih komponen yang salah dalam

perakitan. Slip juga menggambarkan tindakan yang diambil terlalu

dini/terlalu terlambat yang tidak sesuai dengan prosedur. Lapse adalah

kegagalan melaksanakan bagian dari prosedur kerja karena tidak

melakukan tindakan yang benar (Hughes dan Frrett, 2011).


1

 Mistake

Kesalahan terjadi ketika seseorang yakin bahwa tindakan yang

dilakukan benar tapi kenyatannya tindakan tersebut keliru/salah. Ada dua

jenis kesalahan berbasis aturan dan berbasis pengetahuan.

Kesalahan berbasis aturan terjadi ketika aturan atau prosedur diterapkan secara tidak bena
perhitungan yang digunakan tidak tepat ().

Violation

Ada tiga kategori pelanggaran yaitu rutin, situasional dan luar biasa. Pelanggaran rutin terjadi
direkomendasikan untuk tugas pekerjaan. Pelanggaran situasional terjadi

ketika adanya tekanan pekerjaan pada waktu tertentu membuat aturan

kepatuhan sulit diterapkan. Pelanggaran situasional dapat dikurangi

dengan meningkatkan desain kerja, lingkungan kerja dan pengawasan.

Pelanggaran luar biasa jarang terjadi dan biasanya terjadi ketika aturan

keselamatan tidak berfungsi saat melakukan tugas baru (Hughes dan

Frrett, 2011).

C. Keselamatan Berbasis Perilaku (Behavior - Based Safety)

Pendekatan perilaku dalam aplikasi penerapan prinsip-prinsip ilmu

perilaku untuk manajemen keselamatan sangat penting untuk beberapa area.


1

Selama penilaian, pendekatan perilaku ini menggunakan metode wawancara dan

survei untuk menganalisis kekuatan dan kelemahan dari suatu pengukuran

keselamatan dan budaya keselamatan yang ada (Krause, 1997).

Pada awalnya, hal yang paling penting untuk memahami tentang

rutin, mengaturberbasis
pendekatan tujuan agar tercapai
perilaku dengan
adalah hati-hati dan
pendekatan inimemberikan umpan pada
berfokus hanya balik

tepat waktu
perilaku terkait
yang jika pada
berisiko berperilaku
fasilitas.selamat,
Perilakupelatihan
berisiko dan
yangmentoring.
dimaksud Inisiatif
adalah
menjadi fokusyang
praktek kerja proaktif untukdengan
dijalankan mendorong individu yang
adanya fasilitas dan terhubung
kelompokdengan
kerja

mempertimbangkan
sistem manajemen, potensi keterlibatan
termasuk insiden, kecelakaan,
sistem keselamatan. Pendekatandan
iniuntuk menilai
menegaskan
perilaku pekerja
bahwa tidak sendiri
berarti sebagai
cedera adalah perilaku
kesalahanaman atau (Krause,
karyawan tidak (Health
1997).and Safety
Authority, 2013).
Pendekatan behavior – based safety sering digambarkan sebagai
Berdasarkan
pendekatan Health
bottom-up and Safety
(frontline Authority
employees) (2013),dukungan
dengan Behaviortop-down
- based safety
dari
didasarkan pada: keselamatan. Pendekatan Behavior – based safety ini fokus
para pemimpin

dalam mempromosikan intervensi pada faktor manusia dan sering melakukan

pengamatan pada setiap orang atau pengamatan pada satu kelompok untuk

melihat
1

 Prinsip-prinsip yang solid tentang memotivasi, membantu, memperkuat,

dan mempertahankan perilaku aman.

 Membawa pendekatan sistematis, memeriksa motivasi yang mendasari

perilaku, untuk meningkatkan perilaku aman.

 Membutuhkan waktu untuk mencapainya, tetapi hasilnya bisa diamati

segera karena sifat pengukuran yang terlibat.

 Menekankan meningkatnya perilaku aman bukan berfokus pada lamanya

waktu tanpa cedera.

 Program tidak hanya bergantung pada „lagging indicator‟ dan sebagai

gantinya mengalihkan fokus untuk „leading indicator‟.

 Bukan pengganti untuk program kesehatan dan keselamatan

komprehensif yang sudah ada, tetapi alat tambahan yang akan

meningkatkan pengaruh praktek yang sudah ada, dan akan

memungkinkan untuk pengukuran objektif.

 Bertujuan untuk memahami penyebab insiden dan nearmiss dan

memperbaikinya melalui perilaku orang yang relevan.

Dalam behavior – based safety, perilaku dapat dijabarkan melalui analisis

atau model ABC (Antecedents – Behavior – Consequences) yang merupakan

sebuah alat manajemen yang kuat untuk menemukan kekuatan dan kelemahan

dalam upaya meningkatkan fasilitas keselamatan (Krause, 1997).


2

D. Teori- Teori Perilaku

Berikut merupakan beberapa teori yang menjelaskan mengenai prinsip-

prinsip ilmu perilaku:

1. The Planned Behavior

mengidentifikasi pengaruh
Dua penelitian niat terhadap
ditemukan bahwa perilaku sasaran
berdasarkan (Cunningham
evaluasi dkk.,
perilaku yang
2010).
terkait keselamatan melalui teori Azjen (1991) tentang the planned behavior

(TPB).Teori Planned
Mereka Behavior mengasumsikan
mengembangkan bahwa
laporan untuk kepentingan
menilai relatif
sikap, norma
dari sikap mengontrol
subjektif, terhadap perilaku,
perasaannorma
yang subyektif, dan hubungan
diterima, dan kontrol perilaku
kinerja yang
dari
dirasakan sebagian Mereka
kategori tersebut. bergantung pada niat dukungan
menemukan yang diselidiki.
terbatasUntuk
untukbeberapa
model
maksud
mereka.pertimbangan sikap
Lebih spesifik, lebih
sikap dan penting daripada yang
norma subjektif pertimbangan normatif,
memprediksi niat
sedangkan untuk tujuan
untuk melakukan lain penilaian
semua pertimbangan
padanormatif mendominasi.
perilaku keselamatanKontrol
dan
perilaku yang
kesehatan. dirasakan perceived
Sedangkan lebih penting untuk beberapa
behavioral control perilaku
merupakandibandingkan
prediktor

yang kurang konsisten dan signifikan hanya dalam kaitannya dengan niat

untuk melakukan perilaku tertentu. Teori ini berguna untuk penilaian yang

dilakukan sebelum
2

dengan yang lainnya. Dalam beberapa kasus, hanya satu atau dua faktor yang

dibutuhkan untuk menjelaskan niat, sementara pada kasus lain ketiga faktor

merupakan penentu penting (Ajzen, 2005). Representasi grafis dari teori

planned behavior seperti yang dijelaskan adalah sebagai berikut (Ajzen,

):
Attitude toward the behavior

Subjective Norm
Intention Behavior

Perceived Behavioral Control

sumber: Ajzen, 2005

2. Social Cognitive Theory


Untuk derajat yang lebih besar atau lebih kecil, model sebab-akibat kecelakaan memilikihubu

psikologis, situasional dan faktor perilaku. Hubungan timbal balik ini juga

diakui untuk mengidentifikasi karakteristik organisasi dibandingkan

dengan tingkat kecelakaan rendah, yang menekankan interaksi antara

sistem organisasi, model perilaku organisasi, dan atribut psikologis

masyarakat. Hubungan interaktif antara faktor psikologis, situasional dan

perilaku ini berlaku secara berantai menjadi penyebab-akibat kecelakaan

pada semua tingkat organisasi. Dengan demikian, benang merah yang

dapat disajikan di atas adalah pengakuan implisit atau eksplisit dari


2

hubungan interaktif antara psikologis, faktor perilaku dan organisasional.

Definisi ini mencerminkan Model Bandura determinisme timbal balik

berasal dari Social Cognitive Theory (SCT) (Cooper, 2000).

Social cognitive theory merupakan bagian dari teori pembelajaran

sosial,
Faktor lingkungan:
yang diciptakanekspektasi seseorang,
oleh Albert Bandurakeyakinan, dan kompetensi
diawal 1960-an. Social
kognitiftheory
cognitive dikembangkan dan dimodifikasi
mendefinisikan oleh pengaruh
perilaku manusia sebagai sosial dan
interaksi
struktur
faktor fisik dalam
personal, lingkungan
perilaku, dan lingkungan. Social cognitive theory
didasarkan
Faktor pada
perilaku: perilakutimbal
determinisme seseorang akan perilaku,
balik antara menentukan aspek
lingkungan,

danlingkungan yang konstan


orang. Interaksi mana orang
merekatersebut berperilaku
merupakan yang
dasar bagi pada
tindakan
gilirannya
manusia. akanberpendapat
Bandura diubah oleh bahwa
lingkungan.
individu belajar dari interaksi dan

pengamatan (Bandura, 1986) dalam (Fertman dan Allensworth, 2010).

Menurut teori ini, individu secara unik ditentukan oleh masing-masing

tiga faktor (Bandura, 1986) dalam (Fertman dan Allensworth, 2010)

yaitu

 Faktor personal : ekspektasi seseorang, keyakinan, persepsi, tujuan,


2

3. Teori (Model) ABC

Sebuah alat manajemen keselamatan yang dibutuhkan untuk

menemukan dan mengatasi akar kecelakaan adalah hal yang penting.

Semua upaya keselamatan yang berorientasi pada perilaku harus disadari

apakahSebaliknya anteseden
sudah efektif menimbulkan
mempengaruhi perilaku perilaku
karyawan.tertentu
Hal ini karena
sama

memprediksi konsekuensi.
pentingnya bahwa sebagianInibesar
adalah tujuan memiliki
organisasi dari model ABCinsentif
jumlah untuk

menemukan anteseden
perilaku yang sangat dan
kuat konsekuensi
mendukung yang mempengaruhi
perilaku perilaku
berisiko. Analisis

tertentu.
perilaku Dimana kinerja
terapan yang keselamatan
membantu yanguntuk
organisasi bersangkutan ini berarti
menilai faktor-faktor

mencari tahu mana


yang diterapkan anteseden
dalam dan konsekuensi
upaya meningkatkan yang faktual
keselamatan yang
ini dikenal

mempengaruhi
sebagai analisis perilaku
atau modeldiABC
tempat kerja.
(Krause, Singkatnya, model ABC
1997).

melibatkan prinsip-prinsip
Model berikut (Krause,
ini menyediakan fondasi1997):
yang kuat dari teknologi

•perubahan
Anteseden dan konsekuensi
perilaku. mempengaruhi
Dalam model perilaku,anteseden adalah
ini yang merupakan

segala sesuatu yang dapat memicu terjadinya perilaku atau perilaku yang

dapat diamati. Sedangkan konsekuensi adalah setiap peristiwa yang

mengikuti perilaku tersebut (Krause, 1997).


2

• Anteseden dan konsekuensi melakukannya dengan sangat berbeda,

• Konsekuensi mempengaruhi perilaku dengan kuat dan langsung, dan

• Anteseden mempengaruhi perilaku tidak langsung, terutama melayani

untuk memprediksi konsekuensi.

Model ABC menetapkan bahwa perilaku dipicu oleh satu set

anteseden (sesuatu yang mendahului perilaku dan kausal terkait dengan

perilaku) dan diikuti oleh konsekuensi (hasil perilaku bagi individu) yang

menambah atau mengurangi kemungkinan bahwa perilaku tersebut akan

diulang. Analisis ABC memfasilitasi cara untuk mengidentifikasi

mengubah perilaku untuk mengatur ulang dan merubah pola anteseden

dan konsekuensi untuk meningkatkan frekuensi perilaku yang diinginkan

(Fleming dan Lardner, 2002).

Anteseden atau aktivator ini dipengaruhi oleh tata nilai, sikap

maupun kesadaran diri perilaku. Aktivator ini mengarahkan


suatu perilaku/behavior. Perilaku ini dapat berbentuk: 1) perilaku aman
dilakukannya
atau tak aman, 2) melanggar atau patuh aturan/prosedur/standar.

(Gunawan, 2013). Psikolog perilaku menggunakan istilah anteseden untuk

pemicu yang terjadi sebelum perilaku dan konsekuensi bagi mereka yang

mengikuti perilaku. Anteseden adalah peristiwa yang mendahului perilaku

dan meminta atau isyarat terjadinya perilaku.

Konsekuensi terjadi bila ada peristiwa yang mengikuti perilaku

dan kemungkinan berpengaruh bahwa perilaku akan terjadi lagi di bawah

kondisi – kondisi anteseden di masa depan. Konsekuensi dapat


2

memperkuat atau melemahkan perilaku. Hal ini dikuatkan dengan adanya

dua arah panah antara konsekuensi dan perilaku pada gambar dan itu

menunjukkan bahwa konsekuensi mempengaruhi kemungkinan bahwa

perilaku akan terjadi lagi. Dengan kata lain, konsekuensi dapat

meningkatkan kemungkinan bahwa perilaku akan terjadi lagi di bawah kondisi yang sama a
gambar diagram di bawah ini:

Antecedents Behavior Consequences

sumber:
ABC model digunakan untuk mempromosikan perilaku sehat dan selamat. Sebagai conto

mengapa para pekerja tidak menggunakan alat pelindung telinga (APT) saat

bekerja di area bising dan dapat digunakan untuk mempromosikan cara

penggunaan alat pelindung telinga mereka untuk mengurangi kerusakan

pendengaran (Fleming dan Lardner, 2002).

a. Anteseden

Anteseden merupakan sesuatu yang mendahului dan memicu

terjadinya perilaku, anteseden memiliki keduanya yaitu pengaruh langsung


2

dan tidak langsung pada perilaku. Anteseden yang sangat kuat adalah

sampai pada tahap dapat memprediksi konsekuensi (Krause, 1997).

Anteseden mencakup peraturan dan prosedur, peralatan dan

perlengkapan yang sesuai, informasi keselamatan, keterampilan, pelatihan,

juga
dan dibutuhkan konsekuensi
lainnya (Fleming yang signifikan
dan Lardner, untuk individu
2002). Aktivator (Fleming
juga dapat dan
mencakup
Lardner,
hal-hal 2002).
seperti tanda-tanda keselamatan, pertemuan dan peraturan

(Williams,
b. Perilaku2011). Selain itu, guna menegakkan aturan di tempat kerja,
maka jenis kontrol
Perilaku berupa
dalam pengawasan
model perlu dilakukan
ABC ini adalah untuknampak
perilaku yang mencegah
atau
pekerja terluka
kelihatan. (Roughton
Perilaku dan Mercurio,
ini merupakan frase 2002).
ungkapan yang digunakan untuk
Anteseden
perilaku tidak ini tidak
aman untuk menjadi jaminan
mengidentifikasi perilaku
tindakan yang akan
dapat terjadi.
diamati
anteseden
dari pekerjaini dapat
yang dicontohkan
menempatkan misalnya
mereka pada dengan adanya
risiko cedera peraturan
(Krause, dan
1997).
prosedur keselamatan belum tentu perilaku yang aman akan terjadi.

Anteseden yang diperlukan untuk memunculkan perilaku dapat terjadi

namun pengaruhnya tidak cukup untuk memastikan perilaku tersebut

dapat
2

Sedangkan istilah perilaku kritis mengacu pada perilaku yang

penting untuk keselamatan. Ketika melakukannya dengan selamat, perilaku

kritis dapat mencegah cedera. Ketika melakukannya berisiko, perilaku kritis

terdapat paparan cedera (Krause, 1997). Perilaku kritis yang terdiri dari

perilaku aman dan perilaku tidak aman berpedoman berdasarkan jenis-jenis

perilaku Frank E. Bird dan Germain.

c. Konsekuensi

Konsekuensi adalah sesuatu atau peristiwa yang mengikuti perilaku. Konsekuensi memiliki
1997):

 Waktu, konsekuensi yang segera mengikuti perilaku berpengaruh lebih

efektif daripada konsekuensi yang muncul belakangan.

 Konsistensi, konsekuensi yang pasti mengikuti perilaku berpengaruh

lebih kuat daripada konsekuensi tak terduga/tidak dapat diprediksi

 Signifikansi, konsekuensi positif berpengaruh lebih kuat daripada

konsekuensi negatif

Frekuensi perilaku dapat ditambah atau dikurangi dengan

mengubah konsekuensi dari perilaku tersebut. Konsekuensi pada umumnya


2

ada dua jenis yaitu penguatan dalam meningkatkan perilaku dan hukuman

untuk menurunkan perilaku. Selain itu, ada pula yang menjelaskan bahwa

ada tiga jenis utama dari konsekuensi yang mempengaruhi perilaku, antara

lain adalah penguatan positif, penguatan negatif, dan hukuman. Penguatan

Meskipun
positif dan penguatan
penguatan negatifpositif
dapatdan penguatan negatif
meningkatkan meningkatkan
terjadinya perilaku
frekuensi
terulang, kemunculan perilaku, mengurangi
sementara hukuman keduanya tidak menghasilkan
kemungkinan hasil akan
perilaku yang

sama. Penguatan
terulang (Flemingnegatif menghasilkan
dan Lardner, 2002). perilaku untuk menghindari sesuatu
yang tidakKonsekuensi
menyenangkan. Penguatan
ini dapat positif
digunakan menghasilkan
secara perilaku
terpisah atau yang
bersama-
lebih
sama dari
untukyang diinginkan,
mengubah dengan
perilaku. kata Fleming
Menurut lain mempengaruhi
dan Lardner penilaian
(2002),
individu.
frekuensiUpaya
seoranginimanajer
dilakukan untuk
dalam memunculkan
melakukan inspeksiperilaku
melalui agar
surveiperilaku
dapat
muncul dari dengan:
ditingkatkan keinginannya bukan karena suatu keharusan (Fleming dan

Lardner, 2002).
 Penguatan positif : atasan memuji manajer setelah melakukan inspeksi

 Penguatan negatif: menghindari ejekan dari rekan-rekan bila tidak

melakukan inspeksi

 Hukuman: bonus manajer berkurang jika inspeksi tidak dilakukan.


2

Penguatan dan hukuman ditentukan oleh efeknya. Jadi, jika

konsekuensi tidak dapat mengurangi frekuensi perilaku bukan merupakan

hukuman dan jika tidak dapat meningkatkan frekuensi perilaku bukan

merupakan penguatan. Bahkan, tindakan yang sama bisa menjadi penguat

yang
untukdiharapkan karenasatu
seseorang dalam kemungkinan
situasi dan karyawan tersebutitu,tidak
hukuman. Selain memiliki
konsekuensi
orang yang menimbulkan
pun dapat bisa diajak berlibur,
dampaktidak
yangdapat meninggalkan
bertentangan dengananaknya atau
efek yang
mungkin karyawan
diinginkan. Hal ini tersebut tidakkarena
dikarenakan bisa bermain
dampak golf (Flemingpada
konsekuensi dan perilaku
Lardner,

2002).
tidak ditentukan oleh tindakan tertentu atau tujuan seseorang berperilaku
Berdasarkan
tetapi oleh orang yanggambaran contoh
melakukan di atas,
perilaku aspek permasalahan dalam
tersebut.
menggunakan modifikasi
Sebagai contoh,perilaku
seoranguntuk mengubah
manajer ingin perilaku adalah dalam
memperhatikan dan
memilih konsekuensi
menghargai yang menurut
sebuah karyawan orang
karena lain memberikan
keterlibatan mereka penguatan. Hal
dalam proyek
ini karena apa
perbaikan yang dipikirkan
keselamatan. oleh kita karyawan
Dia mengundang belum tentu dapat
untuk memberikan
makan malam

dan upacara penghargaan serta memberi hadiah tiket permainan golf di

akhir pekan untuk dua orang. Meskipun niat manajer tersebut

untuk
3

penguatan juga terhadap orang lain. Menurut (Fleming dan Lardner, 2002)

ada beberapa strategi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi

penguatan agar menjadi efektif, yakni:

 Melibatkan target individu atau kelompok dalam menentukan

segera dihilangkan, perilaku yang baru terbentuk tersebut mungkin akan


konsekuensi
hilang secara perlahan
 Mengamati (Fleming
apa yang dipilih dan Lardner,
individu atau2002).
kelompok untuk dilakukan

E. Faktorketika mereka
Perilaku memiliki
Bekerja pilihan. Tugas
Berdasarkan Modelkerja
ABC yang dipilih, secara aktif

dapatfaktor
Adapun digunakan untuk memperkuat
yang mempengaruhi kegiatan
perilaku lain yang
dalam bekerja kurang
berdasarkan

model ABCdiinginkan.
jika dilihat dari anteseden dan konsekuensi dapat mencakup beberapa
Ketika kesalahan umum yang terjadi dilakukan dengan
item sebagai berikut:
mempengaruhi perilaku orang lain untuk menghentikannya dengan

memberikan penguatan dan dorongan ketika perilaku tersebut baru

muncul. Sedangkan perilaku yang baru membutuhkan waktu dalam

penguatan yang konsisten selama beberapa waktu agar dapat

dilakukan
3

1. Kebijakan/Peraturan dan Prosedur

Penelitian Utami (2014) dan Retnani dan Ardyanto (2013),

mengemukakan bahwa salah satu item anteseden dalam model ABC adalah

peraturan dan prosedur. Peraturan merupakan suatu hal yang mengikat dan

 Penyediaan
telah disepakati, peralatan
sedangkandan pakaianmerupakan
prosedur untuk perlindungan
rangkaianpekerja; dan tata
dari suatu

 Pembentukan
kerja program
yang berurutan, tahap kesehatan
demi tahapkerja yang
serta efektif.
jelas menunjukkan jalan atau

Tujuanyang
arus (flow) dari harus
dibentuknya peraturan
ditempuh dan pekerjaan
dari mana prosedur keselamatan kerja
dimulai (Ramli,

yaitu
2010).untuk mengendalikan bahaya yang ada di tempat kerja, untuk

melindungi pekerjakeselamatan
Peraturan dari kemungkinan terjadi kecelakaan,
yang paling efektif yaknidan untukperaturan
ketika mengatur

perilaku
tersebut pekerja, sehingga
ditulis, dikirim, dannantinya
dibahas tercipta budaya karyawan
dengan seluruh keselamatan yang
yang baik
terkena

(Ramli,
dampak.2010).
Banyak pengusaha menekankan hubungan antara peraturan

keselamatan dan konsekuensi dari tindakan pelanggaran pekerja dengan

meninjau aturan tersebut dengan karyawan (Roughton dan Mercurio, 2002).

Prosedur keselamatan dan kesehatan kerja yang sangat penting

mencakup (A.Pruss dkk., 2005):


3

2. Peralatan dan Perlengkapan Keselamatan

Salah satu tindakan untuk mengendalikan bahaya adalah dengan

menyediakan peralatan dan perlengkapan keselamatan kerja. Menyediakan

peralatan keselamatan dan alat pelindung yang sesuai dilakukan agar dapat

sebuah program
membuat pemeliharaan
karyawan preventif yang
memahami bagaimana akan memastikan
menggunakan bahwa
peralatan dengan

peralatan, perlengkapan,
benar (Roughton dan mesin
dan Mercurio, 2002).berfungsi dengan baik sehingga tidak

terjadiMetode
berhentirekayasa
tiba-tibayang
atau dimaksudkan
muncul kerusakan. Program pemeliharaan
untuk mengendalikan bahaya

pencegahan yang efektif


dapat dilakukan dengantermasuk penjadwalan
pemeriksaan tempatdan pelaporan
kerja yangperalatan,
sehingga memadai.

Jika peralatan, dan


perlengkapan, perlengkapan, atau dengan
mesin bias dijaga mesin gagal atau menjadi
benar. Beberapa rusak,
cara untuk

menyebabkan bahayakontrol
mengetahui apakah keamanan harus efektif
rekayasa diperbaiki secepat
adalah mungkinapakah
menentukan untuk

mencegah
peralatan injury (Roughtonoperasi
menghasilkan dan Mercurio,
yang 2002).
kurang efisien, apakah dapat

mencegah cedera atau sakit setiap saat, bahkan ketika pekerja terganggu,

dan melindungi karyawan dari bahaya lingkungan (Roughton dan Mercurio,

2002).

Pemeliharaan preventif dan korektif yang efektif dilakukan dengan


3

Sistem pemeliharaan preventif yang efektif dapat memastikan bahwa

peralatan dan mesin beroperasi dengan baik, yang mengurangi kemungkinan

kecelakaan. Sebuah program pemeliharaan korektif juga sangat penting.

Peralatan yang rusak dan mesin yang dapat menyebabkan cedera serius atau

mengisolasi sebagian
kematian harus atau
segera seluruh tubuh
dilakukan dari
service. potensi
Selain itu,bahaya
sangat di tempatbahwa
penting kerja.

APD dalamdarurat
peralatan Permenakertrans No.8memadai
spesifik yang Tahun 2010
jugameliputi:
perlu ditetapkan. Peralatan
tersebut
pelindung kepala;
anatara lain alat pemadam kebakaran, alat pelindung diri, peralatan

penahan
pelindung matakimia,
bahan dan muka;
dan peralatan darurat lainnya. Peralatan tersebut

harus
pelindung telinga;
diperiksa secara teratur dan diposisikan dengan benar (Roughton dan

Mercurio,
pelindung2002).
pernapasan beserta perlengkapannya;

Penelitian
 pelindung Zaendar
tangan; (2009) dan Utami (2014), telah melakukan
dan/atau

penelitian
pelindungtentang
kaki. peralatan keselamatan yang berdasarkan teori model
ABC mengenai ketersediaan APD. Menurut Permenakertrans No.8 Tahun

2010, Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu

alat yang
3

Alat pelindung diri dibutuhkan ketika bahaya tidak dapat dihilangkan

atau dikontrol secara memadai, maka Alat Pelindung Diri (APD) dapat

digunakan pada saat melakukan pekerjaan di area berbahaya tersebut. APD

harus dianggap sebagai tingkat terakhir dari perlindungan ketika semua

organisasi, keluhan
metode lainnya dantersedia
tidak kesedihan,
atau kelainan dan cacat,
memungkinkan. kematian APD
Pemakaian (Arifin dan
harus
Susanto,
dianggap2013).
sebagai garis pertahanan terakhir dan hanya akan digunakan

ketika pengendalian mesin menjadi sulit dan tidak efektif, namun APD
3. Keterampilan
dapat digunakan sesuai dengan potensi bahaya yang ada di tempat kerja dan
Keterampilan (skills) adalah kemampuan intelektual yang biasanya
lingkungan kerja.
berhubungan erat dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (Armala, 2011).
Kepatuhan tenaga kerja dalam penggunaan APD dapat mengurangi
Skills pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu hard skills dan soft
risiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja, yaitu dengan patuh terhadap
skills. Hard skills pada umumnya adalah pekerjaan-pekerjaan teknik atau
peraturan yang telah disepakati perusahaan dalam mengurangi resiko
kemampuan akademik. Soft skills adalah kemampuan seseorang (di luar
kecelakaan kerja. Ketidakpatuhan penggunaan APD sangat mempengaruhi

kejadian kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja yang

akan
3

kemampuan teknis dan akademik) dalam memberdayakan diri, menjalin

hubungan secara konstruktif dengan orang lain, atau dalam menyiasati

realitas (Ubaedy, 2008).

Sedangkan keterampilan (skills) menurut Coleman (2000) dapat

dikategorikan menjadi tiga bagian, antara lain:

Job Skills

Keterampilan kerja (job skills) adalah keterampilan yang dibutuhkan untuk pekerjaan tertentu. S
neraca.

Adaptive Skills

Keterampilan adaptif (adaptive skills) berfungsi dalam situasi yang baru, misalnya fleksibilitas,
orang-orang.

 Transferable Skills

Transferable Skills adalah keterampilan dan kemampuan yang relevan

dapat membantu di berbagai bidang kehidupan: sosial, profesional dan di

manapun.

4. Pelatihan

Salah satu aspek yang mencakup teori model ABC dalam penelitian

Irlianti dan Dwiyanti (2014) dan Zaendar (2009) adalah pelatihan. Pelatihan

keselamatan merupakan komponen penting dari program keselamatan yang


3

efektif. Pelatihan ini harus membahas peran dan tanggung jawab baik

manajemen dan karyawan. Pelatihan ini akan menjadi sangat efektif bila

pelatihan ini dikombinasikan dengan pelatihan lainnya mengenai persyaratan

kinerja atau praktek pekerjaannya. Pelatihan merupakan bagian penting dari

setiap Pelatihan
program merupakan proses pembelajaran
untuk memastikan bahwa semuayang lebih menekankan
karyawan memahami
praktek dari program
persyaratan pada teori yang dilakukan
keselamatan seseorang
dan potensi atauoperasi
bahaya kelompok dengan
(Roughton
menggunakan pendekatan
dan Mercurio, 2002). berbagai pembelajaran dan bertujuan

meningkatkan
Mencobakemampuan dalam sikap
untuk mengubah satu dan
atau perilaku
beberapakeselamatan
jenis keterampilan
melalui
tertentu (Santoso,
pelatihan 2010). adalah
keselamatan Tujuan salah
pelatihan
satuyaitu agar yang
metode pesertapaling
pelatihan baik
banyak
kelompok atau meningkatkan
digunakan untuk organisasi maupun perseorangan
keselamatan dapat
di tempat kerja. menguasai
Sebagian besar
pengetahuan, keterampilan
didasarkan pada dan bahwa
asumsi implisit perilakumelatih
yang orang
dilatihkan
secaradalam program
otomatis akan

bekerja selamat pada pekerjaan selama periode waktu dari keadaan yang

berlaku, begitupun dengan kebanyakan manual keselamatan cenderung

merekomendasikan pelatihan sebagai sarana pencegahan kecelakaan

(Cooper,
3

pelatihan sehingga dapat diaplikasikan baik untuk jangka waktu pendek

maupun jangka waktu yang lama (Santoso, 2010).

Dari segi materi, menurut Santoso (2010) pelatihan dapat digolongkan

menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:

Pelatihan wacana (Knowledge Based Training)

Adalah sebuah pelatihan mengenai sebuah wacana baru yang harus disosialisasikan kepada p
Pelatihan Keterampilan (Skill Based Training)

Adalah sebuah pengenalan atau pendalaman keterampilan seseorang, kelompok, organisasi at


bersifat non teknis yang lebih bersifat pada pengembangan pribadi.

5. Informasi Keselamatan

Komunikasi yang efektif adalah terpenuhinya organisasi yang sehat

terkait dengan landasan budaya keselamatan. Penelitian telah menunjukkan

bahwa organisasi dengan budaya keselamatan yang lebih baik dan kinerja

cenderung memiliki karyawan yang secara teratur berkomunikasi satu sama

lain secara terbuka, sikap yang sopan. Operasi yang aman dalam program

keselamatan mengharuskan karyawan memiliki semua informasi yang

dibutuhkan dalam bekerja. Hal ini penting untuk menguji seberapa baik

informasi dikomunikasikan kepada karyawan dan seberapa baik mereka dapat

menerapkannya (Ocon dan McFarlane, 2007).


3

Oleh karena itu, setiap pengusaha harus menyediakan dan

memberikan informasi keselamatan dan kesehatan kerja kepada semua

karyawan sesuai dengan bahaya yang ada di tempat kerja (Hughes dan Frrett,

2011). Selain itu, menurut Hughes dan Frrett (2011) suatu organisasi perlu

mengidentifikasi dan memastikan keefektifan pengaturan dalam memberikan informasi keseha


memastikan bahwa informasi kesehatan dan keselamatan yang bersangkutan dikomunikasikan
memastikan bahwa informasi yang relevan dikomunikasikan kepada orang-orang di luar organ
mendorong umpan balik dan saran dari karyawan tentang masalah

kesehatan dan keselamatan.

Siapapun yang berada di tempat kerja perlu diberikan informasi

keselamatan dan ini tidak hanya berlaku untuk pekerja tetapi juga berlaku

untuk pengunjung, anggota masyarakat dan kontraktor (Hughes dan Frrett,

2011). Menurut Hughes dan Frrett (2011) informasi keselamatan ini dapat

diberikan dalam berbagai cara antara


lain:
 email,
 tanda-tanda keselamatan,
 personel briefing,
 poster,
 meetings,
 newsletter,
 toolbox talks, dan lain-lain
 memo,
3

Rambu-rambu keselamatan (safety signs) adalah salah satu metode

untuk mempromosikan dan mempertahankan serta mengembangkan

kesadaran mengenai budaya keselamatan dan kesehatan diantara semua orang

yang berada di area produksi (). Rambu-rambu keselamatan biasanya digunakan untuk mewakili situ
Pada awalnya, pada tahun 1914, rambu-rambu digunakan di tempat kerja untuk menunjukkan adanya

dari interaksi dengan bahaya dan bagaimana untuk menghindari bahaya. Pada

2013, OSHA terintegrasi dengan standar ANSI menjadi peraturan (Clarion

Safety System, 2013).

OSHA/ANSI Signs and Tags 2013 mengandung informasi lebih lanjut,

untuk membantu orang mengambil keputusan lebih aman, mengandung

simbol grafis untuk berkomunikasi pada hambatan bahasa, dan menggunakan

format baru ANSI warna-warni untuk menarik perhatian (Clarion Safety

System, 2013).
4

Ketika orang berpikir tentang rambu-rambu keselamatan, biasanya

berpikir memperingatkan adanya tanda bahaya. Ini adalah kategori tanda-

tanda bahwa orang-orang waspada terhadap bahaya yang dapat menyebabkan

cedera atau kematian. Rambu terbaru OSHA/ANSI menggunakan warna kode

sinyal dengan simbol peringatan keselamatan dan rambu sinyal menggunakan


DANGER, WARNING atau CAUTION menunjukkan tingkat keparahan untuk risiko bahaya

6. Pengawasan

Salah satu aspek yang mencakup teori model ABC dalam penelitian ) dan ) adalah pengawasan. Pe
petunjuk-petunjuk kerja yang berguna terhadap keselamatan kerja di dalam

penggunaan alat-alat mekanis. Begitu juga bahwa seorang pimpinan

perusahaan bagian pengawasan, dimana pengawas berarti juga agar bekerja

sesuai dengan instruksi yang telah dikeluarkan dan untuk mengetahui

kelemahan-kelemahan serta kesulitan-kesulitan yang dihadapi pada waktu

pelaksanaan. Tujuan dari pengawasan adalah sebagai berikut:

 Untuk mengetahui apakah hasil yang diperoleh sesuai dengan yang

direncanakan.

 Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan dengan efisien.


4

Seorang supervisor harus dilatih dalam mengembangkan dan

memantau perbaikan sistem. Hal ini memungkinkan atasan berkesempatan

untuk memperbaiki masalah keamanan sebelum permasalahan tersebut

menjadi serius. Dengan budaya keselamatan yang efektif, pengawasan dapat

mengoreksi masalah keselamatan sebelum menghukum seorang karyawan. Ketika hubungan a


Menurut ) beberapa individu yang harus

terlibat dalam memeriksa/mengawasi tempat kerja adalah sebagai berikut:

Pengawas (Supervisor)
Pengawas harus bertanggung jawab untuk memeriksa pekerjaan pekerja pada setiap awal shift

hadapi dan pengawas harus dapat mengendalikan bahaya tersebut.

 Pekerja

Ini adalah salah satu cara agar semua karyawan yang terlibat dalam

proses keselamatan. Proses ini memungkinkan pekerja untuk berpartisipasi

dalam proses pengawasan. Setiap karyawan harus memahami potensi bahaya

yang mungkin dihadapi dan cara melindungi diri sendiri dan sesama pekerja

lainnya dari bahaya tersebut. Pekerja yang terlibat dalam pengawasan ini

membutuhkan pelatihan dalam mengenali dan mengendalikan potensi.


4

 Safety Profesional

Safety profesional bertanggung jawab menyediakan bimbingan dan

menjelaskan bimbingan dengan memberikan petunjuk metode yang tepat

untuk melakukan inspeksi. Dengan menggunakan safety profesional dapat

membantumelakukanpemeriksaandanbertanggungjawabmenjaga keberhasilan atau tidaknya p


dalam program pencegahan bahaya dan pengendalian bahaya.

7. Hukuman

Salah satu aspek yang mencakup teori model ABC dalam penelitian ) dan ) adalah hukuman dan p
Hukuman tidak hanya dilakukan untuk menghukum karyawan, tetapi

bertujuan untuk mengontrol lingkungan kerja sehingga karyawan terlindung

dari suatu insiden atau kecelakaan. Sistem ini dilakukan agar karyawan

berkesempatan untuk memperbaiki perilaku berisiko sebelum insiden terjadi

(Roughton dan Mercurio, 2002). Meskipun hukuman dapat menekan perilaku

jika digunakan secara efektif, hukuman merupakan metode kontroversial

dalam modifikasi perilaku dalam organisasi (Ivancevich dkk., 2008).

8. Penghargaan

Salah satu aspek yang mencakup teori model ABC dalam penelitian

Irlianti dan Dwiyanti (2014) dan Zaendar (2009) adalah hukuman dan
4

penghargaan. Reward atau penghargaan merupakan balas karya yang

diberikan perusahaan kepada karyawan yang bekerja sebagai wujud imbalan

jasa atas prestasi mereka.

Ada berbagai bentuk penghargaan karyawan, mulai dari yang sangat

sederhana, senyum atau pujian dari atasan, sampai yang berbentuk uang (kenaikan gaji, bonus, a
dan lebih berprestasi ().

F. Kerangka Teori

Berdasarkan penjelasan di atas, dalam penelitian mengenai perilaku dapat dilakukan dengan beberapa
mekanik adalah model perilaku ABC. Model ini mengidentifikasi kekuatan dan

kelemahan dalam upaya peningkatan fasilitas keselamatan melalui adanya

antecedent yang memicu perilaku kritis dan consequence yang terjadi mengikuti

perilaku kritis tersebut.

Anteseden dalam model ini adalah pemicu untuk membentuk terjadinya

perilaku, yang mencakup kebijakan/peraturan dan prosedur keselamatan, peralatan

dan perlengkapan keselamatan, informasi keselamatan, keterampilan, pelatihan

keselamatan, dan pengawasan. Perilaku kritis dalam model ini adalah pekerja

berperilaku aman dan pekerja berperilaku tidak aman. Sementara itu, konsekuensi

dalam model ini yaitu item yang ditimbulkan dari suatu tindakan/perilaku atau
4

dapat terjadi karena adanya feeedback yang diberikan karena perilaku tersebut,

antara lain dapat mencakup hukuman dan penghargaan.

Hal tersebut digambarkan dalam kerangka teori sebagai berikut:

Antecedent Behavior Consequences


Kebijakan/Peraturan dan
Prosedur Keselamatan Perilaku Hukuman
Peralatan dan Perlengkapan Keselamatan Kritis Penghargaan
Informasi Keselamatan
Keterampilan
Pelatihan Keselamatan
Pengawasan

Bagan 2.1 Kerangka Teori


BAB III

KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

bertujuan agar seluruh karyawan memperhatikan, membersihkan, memeriksa,


A. Kerangka Berpikir
meringkas, merawat dan memelihara seluruh area kerja, peralatan dan
Metode yang membahas penanganan critical behavior pada pendekatan
perlengkapan yang digunakan yang telah didefinisikan secara jelas dan
behavior based safety adalah melalui penjabaran yang dijelaskan dalam model
diberlakukan dengan jelas agar keselamatan dan kesehatan tetap terjaga. Program
ABC (Antecedent – Behavior – Consequences) dalam rangka mengidentifikasi
tersebut berjalan dengan baik dikarenakan tata letak peralatan maupun
upaya peningkatan fasilitas keselamatan yang berfokus pada faktor manusia.
perlengkapan di area kerja unit wheel dan brake selalu tertata baik dan rapi setelah
Oleh karena itu, dalam rangka penelitian mengenai perilaku ini, peneliti
semua pekerjaan selesai dilakukan. Selain itu, juga telah diterapkan LOTO (Lock
mengamati anteseden yang terdiri dari kebijakan/peraturan keselamatan,
Out Tag Out) terhadap peralatan dan perlengkapan di perusahaan. Program ini
ketersediaan APD, rambu keselamatan, pelatihan keselamatan, dan pengawasan.

Pada peralatan dan perlengkapan keselamatan, penelitian hanya


45
dilakukan terhadap ketersediaan APD dikarenakan perusahaan sudah

menetapkan program
4

bertujuan untuk menerapakan sistem izin khusus, isolasi area dan tagging locking

dalam rangka untuk memastikan bahwa seluruh pekerjaan yang dilakukan di area

perusahaan berjalan lancar dan aman bagi seluruh personil dan pengunjung PT

GMF AeroAsia. Program ini terlihat baik dikarenakan selalu ada tanda lock out

perilaku dikarenakan
atau tagging yang pada studi pendahuluan
diberikan yang jika
pada peralatan dilakukan
tidak pada 2 Februari
berfungsi – 11
dengan
Maret 2015 hanya
baik/berada dalamditemukan
perawatan.beberapa jenis perilaku tidak aman di unit wheel dan
brake, antara lain:keselamatan
Informasi perilaku penggunaan APD,
pada penelitian perilaku
hanya tidakterhadap
dilakukan menggunakan
rambu
peralatan sesuai
keselamatan tujuanalasan
dengan penggunaannya, pekerja
bahwa rambu melakukan
keselamatan pekerjaannya
mewakili situasi dalam
yang
posisi tidak tepat,
membahayakan dan langsung
secara koordinasi/komunikasi antar sesama
dalam menggambarkan rekan kerja
pencegahan yang belum
tidak
dapat dikatakan
diinginkan. baik, sedangkan
Sedangkan konsekuensi
keterampilan yang diamati
tidak dilakukan dalam penelitian
penelitian ini
dikarenakan
terdiri dari hukuman
perusahaan dankriteria
memiliki penghargaan.
keterampilan yang dibutuhkan untuk pekerja

mekanik yang memahami dasar-dasar teknik. Selain itu, perusahaan juga telah

memiliki program sekolah mekanik agar dapat mendapatkan pekerja-pekerja

secara langsung yang ahli dibidangnya.

Perilaku kritis dalam penelitian ini hanya dilakukan pada beberapa


4

Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Antecedent Behavior Consequences

Kebijakan/Peraturan Keselamatan Hukuman


Ketersediaan APD Perilaku Penghargaan
Rambu Keselamatan Kritis
Pelatihan Keselamatan
Pengawasan

Bagan 3.1 Kerangka Berpikir


B. Definisi Istilah

Tabel 3.1 Definisi Istilah


No. Item Definisi Metode Instrumen Indikator Sumber Data
Suatu hal yang mengikat
dan telah disepakati yang Informasi mengenai
1. Pedoman wawancara pekerja,
merupakan kebijakan pelaksanaan komitmen
Kebijakan/Peraturan 1. Wawancara 2. Lembar telaah manager,
1. perusahaan tentang minimum kebijakan/peraturan
Keselamatan Kerja 2. Telaah dokumen dokumen leader, safety
kewajiban dan larangan K3 (UU No.1 Tahun 1970 dan
3. Alat perekam officer
bagi pekerja yang terkait PP No. 50 Tahun 2012)
dengan keselamatan
1. Pedoman wawancara Informasi mengenai spek
pekerja,
Keadaan alat pelindung diri 2. Lembar observasi ketersediaan, kesesuaian, &
1. Wawancara manager,
yang wajib dipakai pekerja 3. Lembar telaah kelayakan APD dengan bahaya
2. Ketersediaan APD 2. Observasi pengawas,
pada saat berada di area dokumen di tempat kerja
3. Telaah dokumen leader, safety
perusahaan dan produksi 4. Alat perekam (Permenakertrans No. 8 Tahun
officer
5. Camera digital 2010)
Sebuah media visual berupa
Informasi mengenai pesan
gambar untuk ditempatkan
1. Lembar checklist rambu keselamatan dan
di area kerja yang memuat
Rambu 1. Checklist 2. Lembar telaah penempatan rambu
3. pesan-pesan agar setiap safety officer
Keselamatan/K3 2. Telaah dokumen dokumen keselamatan berdasarkan
karyawan selalu
3. Camera digital kesesuaian bahaya dan standar
memperhatikan aspek-
ANSI
aspek K3

4
No. Item Definisi Metode Instrumen Indikator Sumber Data
Informasi mengenai pemberian
Proses pembelajaran yang 1. Pedoman wawancara pekerja,
1. Pedoman pelatihan keselamatan kepada
Pelatihan lebih menekankan praktek 2. Lembar telaah manager,
4. wawancara pekerja sesuai dengan risiko
Keselamatan Kerja dari pada teori yang terkait dokumen leader, safety
2. Telaah dokumen K3 dan SMK3 (PP No. 50
dengan keselamatan kerja 3. Alat perekam officer
Tahun 2012)
Proses pengamatan
pelaksanaan seluruh
kegiatan organisasi untuk Informasi mengenai bentuk
menjamin agar semua 1. Pedoman wawancara kegiatan pengawasan terhadap pekerja,
5. Pengawasan pekerjaan yang 1. Wawancara 2. Lembar observasi pekerja dan tindakan koreksi manager,
dilaksanakan sesuai dengan 2. Observasi 3. Alat perekam bila terjadi penyimpangan di leader, safety
rencana yang telah 4. Camera digital tempat kerja sesuai dengan officer
ditentukan berhubungan ketetapan perusahaan
dengan keselamatan

Perilaku kritis adalah istilah Gambaran beberapa perilaku


1. Pedoman wawancara
perilaku untuk keselamatan, aman dan tidak aman pekerja
2. Lembar checklist
yang ketika melakukannya berdasarkan kriteria Frank E.
1. Wawancara 3. Lembar penilaian pekerja,
dengan aman, maka dapat Bird&Germain:
2. Observasi OWAS manager,
6. Perilaku Kritis mencegah cedera dan 1. Perilaku penggunaan APD
3. Penilaian 4. Alat perekam leader, safety
ketika melakukannya 2. Penggunaan Peralatan
OWAS 5. Timbangan officer
berisiko, maka mendapat 3. Posisi badan ketika
6. Busur
paparan untuk berpeluang bekerja
7. Camera digital
terjadinya luka atau cedera 4. Koordinasi/Komunikasi

4
No. Item Definisi Metode Instrumen Indikator Sumber Data
antara sesama rekan kerja

Tindakan menyajikan
konsekuensi yang tidak Informasi mengenai bentuk
menyenangkan atau tidak 1. Pedoman wawancara pekerja,
1. Wawancara pemberian hukuman terkait
diinginkan sebagai hasil 2. Lembar telaah pengawas,
7. Hukuman 2. Telaah perilaku keselamatan kerja
dari dilakukannya perilaku dokumen leader, safety
dokumen pekerja di tempat kerja sesuai
tertentu yang berhubungan 3. Alat perekam officer
dengan ketetapan perusahaan
dengan keselamatan.

Balas karya yang diberikan


perusahaan kepada Informasi mengenai bentuk
1. Pedoman wawancara pekerja,
karyawan yang bekerja 1. Wawancara pemberian penghargaan terkait
2. Lembar telaah pengawas,
8. Penghargaan sebagai wujud imbalan jasa 2. Telaah perilaku keselamatan di tempat
dokumen leader, safety
atas prestasi mereka dokumen kerja berdasarkan ketetapan
3. Alat perekam officer
berkaitan dengan perusahaan
keselamatan.

5
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitia
GMF AeroAsia.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di unit wheel dan brake PT GMF AeroAsia dan dilaksanakan pada bulan Jan

C. Informan Penelitian

Pemilihan informan penelitian ini ditetapkan secara langsung (purposive).

Pemilihan informan dilakukan secara langsung melalui pertimbangan-pertimbangan

yang ditentukan peneliti sesuai dengan tujuan dan masalah penelitian. Selain itu,

untuk menentukan jumlah informan dilakukan pembatasan sampai peneliti menilai

data yang dikumpulkan sudah dapat disimpulkan atau tidak ada hal baru lagi yang

dapat dikembangkan. Mengacu pada prinsip tersebut, maka sumber informasi atau

informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

5
5

1. Informan utama, yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang

diteliti dalam memberikan keterangan tentang dirinya, tentang perbuatannya,

ataupun tentang pemikirannya (Afrizal, 2015). Informan utama penelitian ini

adalah pekerja mekanik yang berperilaku aman dan tidak aman ketika bekerja.

Untuk menetapkan
D. Instrumen Penelitianinforman utama, peneliti melakukan observasi terlebih
dahulu
Dalamsebelum melakukan
penelitian kualitatif,wawancara. Observasi data
instrumen pengumpul dilakukan
adalahkepada
penelitipekerja
sendiri.

Hal mekanik dengan menggunakan


itu dilakukan lembar observasi/checklist.
karena jika memanfaatkan alat yang bukan-manusia dan
2. Informan kunci,
mempersiapkan orang
terlebih yangsebagai
dahulu memberikan informasi
yang lazim tentangdalam
digunakan orang penelitian,
lain atau

makasuatu kejadian
sangat atau suatuuntuk
tidak mungkin hal kepada peneliti penyesuaian
mengadakan yang sedang terhadap
dilakukankenyataan-
terhadap

pelakuyang
kenyataan kejadian yang
ada di diteliti (Endraswara,
lapangan (Afrizal, 2015). Informan
2006). Padakunci dalamini,
penelitian penelitian
peneliti
ini adalahalat-alat
menggunakan pengawasbantuyang
untukterdiri dari (manager)
mengumpulkan dan senior
data, antara (leader) yang
lain yaitu:

1. bertanggung jawab di unit


Lembar observasi/cheklist, wheel dan
digunakan ketikabrake yang pengamatan;
melakukan mengetahui perilaku

informan utama.

3. Informan pendukung, mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai

informasi yang diperlukan dalam penelitian. Informan pendukung


5

2. Lembar telaah dokumen, digunakan ketika melakukan pengamatan;

3. Lembar Penilaian OWAS, digunakan ketika melakukan penilaian pada posisi

badan ketika pekerja mekanik bekerja

4. Pedoman wawancara, berisi daftar pertanyaan untuk informan utama dan

informan kunci, serta informan pendukung;

Digital camera, digunakan untuk mendokumentasikan hasil observasi dan telaah dokumen;
Busur, digunakan untuk mengetahui besar sudut postur tubuh pekerja mekanik

Timbangan, digunakan untuk mengetahui berat beban benda

Alat perekam, digunakan untuk merekam suara informan penelitian pada saat peneliti melakukan
Catatan Lapangan, digunakan untuk merangkum kata-kata kunci, pokok

pembicaraan, dan lain sebagainya yang ditulis secara singkat.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan data primer dan data sekunder dan dibantu dengan menggunakan

pedoman pengumpulan data sebagaimana terlampir. Berikut merupakan teknik

pengumpulan data primer dan data sekunder yang digunakan:

1. Data primer

Teknik pengumpulan data primer yaitu data yang diperoleh melalui

kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data - data yang

lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik ini dilakukan

melalui:
5

a. Wawancara, yaitu dengan cara memberi pertanyaan secara mendalam untuk

memperoleh data yang lengkap dari informan. Metode ini dilakukan dengan

mengajukan pertanyaan - pertanyaan secara langsung dan terbuka kepada

informan atau pihak yang berhubungan dan memiliki relevansi terhadap

digunakan dalamberhubungan
masalah yang penelitian ini antara
denganlain adalah sebagai
penelitian. Dalamberikut:
hal ini, peneliti
1) Dokumen
melakukan Kebijakan/Peraturan
wawancara K3 officer, pekerja mekanik, dan
terhadap safety
2) Dokumen
pengawas yangmengenai APD
terdiri dari manager dan leader di unit wheel dan brake
3) Dokumen
dengan bantuanPengelolaan Rambu Keselamatan
pedoman interview.
4) Dokumen
b. Observasi, Pelatihan
yaitu Keselamatan
pengamatan yang dilakukan terhadap kegiatan, perilaku,

tindakan orang-orang, kemungkinan interaksi, pengalaman pekerja yang

berada di unit wheel dan brake dengan menggunakan bantuan lembar

observasi /lembar checklist.

c. Telaah dokumen, yaitu data yang diperoleh dari cuplikan, kutipan,

penggalan- penggalan dari catatan organisasi, laporan resmi, dan lain

sebagainya dengan
5

2. Data Sekunder

Dalam penelitian ini data sekunder yang diperlukan adalah data-data

perusahaan, seperti struktur organisasi perusahaan, jumlah pekerja, dan data

lainnya yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

F. Validasi Data

Untuk menjaga keabsahan dan keakuratan data yang telah diperoleh,

peneliti melakukan validasi data. Dalam penelitian ini validasi data yang dilakukan

yaitu dengan melakukan triangulasi. Triangulasi adalah penyilangan informasi

yang diperoleh dari sumber sehingga pada akhirnya hanya data yang absah yang

digunakan untuk mencapai hasil penelitian (Saebani, 2008). Triangulasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber dan triangulasi metode.

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mencari data dari banyak

sumber informan, yaitu orang yang terlibat langsung dengan objek kajian
(Endraswara, 2006). Triangulasi sumber yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Matriks Triangulasi Sumber


Informan Penelitian
Pedoman Wawancara Safety
Pekerja Pengawas Leader
Officer
Kebijakan/Peraturan Keselamatan √ √ √ √
Ketersediaan APD √ √ √ √
Rambu Keselamatan/Rambu K3 - - - -
Pelatihan Keselamatan Kerja √ √ √ √
Pengawasan √ √ √ √
Perilaku Kritis √ √ √ √
Hukuman √ √ √ √
Penghargaan √ √ √ √
5

2. Triangulasi Metode

Triangulasi metode yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan

menggunakan bermacam-macam metode pengumpulan data (Endraswara, 2006).

Triangulasi metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Matriks Triangulasi Metode


Triangulasi Metode
Informasi
Wawancara Observasi Telaah Dokumen
Kebijakan/Peraturan Keselamatan √ - √
Ketersediaan APD √ √ √
Rambu Keselamatan/Rambu K3 - √ √
Pelatihan Keselamatan Kerja √ - √
Pengawasan √ √ -
Perilaku Kritis √ √ -
Hukuman √ - √
Penghargaan √ - √

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data


Teknik pengolahan data penelitian ini secara umum dilakukan dengan beberapa langkah berikut:

1. Mengumpulkan semua data yang diperoleh dari seluruh informan melalui

wawancara, observasi, dan telaah dokumen.

2. Hasil wawancara dicatat kembali dan dibaca beberapa kali, berdasarkan rekaman

yang diperoleh pada saat wawancara ke dalam bentuk transkrip.

3. Data yang telah disusun dalam bentuk transkrip data selanjutnya dikategorisasi

dalam bentuk matriks dengan mempertimbangkan kemungkinan makna.

4. Khusus untuk ketersediaan APD, dilakukan terlebih dahulu observasi mengenai

spesifikasi APD yang berada di lingkungan kerja dan kemudian baru dianalisis

kesesuaian dan kelayakan APD yang ada di lingkungan kerja.


5

5. Selanjutnya dilakukan analisis data dan interpretasi data secara kualitatif dan

membandingkannya dengan teori yang ada.

Teknik analisis data kualitatif ini dilakukan menurut model Spradley. Pada

analisis data penelitian model Spradley ini terdiri dari empat tahap yaitu (Moleong,

):

1. Analisis Domain

Data yang diperoleh dari pengamatan wawancara atau pengamatan deskriptif dilakukan secara me
domain atau kategori dari situasi yang diteliti.

2. Analisis Taksonomi

Setelah selesai analisis domain, dilakukan pengamatan dan wawancara

terfokus yang sebelumnya telah dipilih oleh peneliti yang hasilnya akan

dimanfaatkan untuk memperdalam data yang telah ditemukan melalui pengajuan

sejumlah pertanyaan kontras. Pada analisis ini dilakukan dalam langkah mencari

bagaimana domain yang dipilih itu dijabarkan menjadi lebih rinci.

3. Analisis Komponen

Setelah analisis taksonomi, dilakukan wawancara atau pengamatan terpilih

untuk memperdalam data yang telah ditemukan melalui pengajuan sejumlah


5

pertanyaan yang kontras.Pada analisis ini dilakukan untuk mengorganisir domain

yang memiliki perbedaan. Data ini dicari melalui observasi, wawancara, telaah

dokumen, dan teknik lainnya.

4. Analisis Tema

Dilakukan untuk memahami secara holistik pemandangan yang sedang diteliti. Analisis dilakukan
lintas domain yang ada.

H. Penyajian Data

Penyajian data penelitian kualitatif ini dilakukan dalam bentuk uraian singkat dengan teks yang bersi
kritis dengan teori yang relevan dan informasi akurat yang diperoleh dari lapangan.
BAB V

HASIL

A. Karakteristik
menciptakan Informan
keselamatan dan kesehatan di lingkungan kerja.

Informan
Informan padapekerja
utama penelitian ini berperilaku
mekanik terdiri dari aman
tiga terdiri
informan, yaitu informan
dari empat informan.

utama, informan
Keempat informan kunci, dan informan
merupakan pendukung.
pekerja mekanik yangKarakteristik informanindikator
memenuhi kriteria dalam

penelitian
perilaku ini saat
aman antara lain: selama
bekerja nama, usia, lama kerja,
pengamatan area kerja,
dilakukan danIndikator
peneliti. jabatan. Berikut
perilaku

adalah
aman di gambaran
antaranya dari masing-masing
bekerja menggunakaninforman:
APD secara lengkap sesuai dengan setiap

1. Informan
area Utama posisi kerja yang tepat, bekerja menggunakan peralatan sesuai
kerja, mengambil

manual,Informan utama penelitian ini ditentukan


dan berkomunikasi/berkoordinasi dengan
baik dengan cararekan
sesama observasi
kerja. terhadap

pekerja mekanik.
Informan Kemudian
utama pekerjamemilih
mekanikempat orang masing-masing
berperilaku untukdari
tidak aman terdiri informan
empat

utama berperilaku
informan. Penentuankritis yangutama
informan terdiriberperilaku
dari pekerja berperilaku
tidak aman dan
aman dilakukan pekerja
dengan cara

berperilaku tidak aman. Pengumpulan data yang diperoleh dari informan


59
utama
6

mengamati pekerja mekanik yang memenuhi lebih dari satu kriteria/indikator

perilaku tidak aman seperti tidak disiplin menggunakan APD dengan lengkap dan

mengambil posisi kerja yang tidak tepat. Karakteristik informan utama dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 5.1 Karakteristik Informan Utama


Kategori Informan Informan Umur Lama Kerja Area Kerja Utama
IU1 24 tahun 4 tahun Cleaning Area (Wheel)
Informan Utama IU2 24 tahun 2 tahun Brake Area
Berperilaku Aman IU3 22 tahun 2 bulan Bearing Area (Wheel)
IU4 22 tahun 7 bulan Brake Area
IU5 22 tahun 2 bulan Wheel Area
Informan Utama IU6 21 tahun 1,5 tahun Brake Area
Berperilaku Tidak IU7 20 tahun 1,5 tahun Brake Area
Aman IU8 23 tahun 1,5 tahun Brake Area
sumber: data primer

Berdasarkan tabel 5.1 di atas, diketahui bahwa informan utama berperilaku aman di unit wheel dan b
aman diketahui berumur 20-23 tahun dengan lama kerja baru 2 bulan dan 1,5 tahun.

Informan utama berperilaku aman antara lain diketahui pekerja mekanik selalu

berperilaku menggunakan alat pelindung diri lengkap sesuai area kerja dan selama

mereka membantu pekerja lain yang pekerjaannya sedang banyak, mengambil posisi

kerja yang tepat, menggunakan peralatan/tools sesuai manual, dan berkomunikasi

baik sesama rekan kerja. Sedangkan informan utama berperilaku tidak aman antara

lain diketahui pekerja tidak menggunakan APD secara lengkap sesuai area kerja dan

posisi kerja tidak pada posisi yang tepat, serta tidak menggunakan peralatan kerja

sesuai tujuan penggunaannya.


6

2. Informan Kunci

Informan kunci penelitian ini yaitu pihak-pihak yang terkait langsung dengan

informan utama di unit wheel dan brake yaitu Manager crew A dan B serta salah satu

leader di unit tersebut. Pengambilan informan kunci bertujuan untuk melakukan

cross check informasi yang didapat dari informan utama. Karakteristik informan

kunci, disajikan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 5.2 Karakteristik Informan Kunci


Informan Umur Lama Kerja Jabatan
IK1 44 tahun 22 tahun Manager crew A
IK2 50 Tahun 25 Tahun Manager crew B
IK3 26 tahun 6 tahun Leader
sumber: data primer
Berdasarkan tabel 5.2 di atas, diketahui bahwa informan kunci terdiri dari

Informan IK1 merupakan manager crew A berusia 44 tahun dengan lama kerja 22

tahun, IK2 merupakan manager crew B berusia 50 tahun dengan lama kerja 25

tahun, dan IK3 merupakan salah satu leader yang sudah bekerja 6 tahun.

3. Informan Pendukung

Informan pendukung merupakan orang yang mengetahui K3 di PT GMF

AeroAsia. Informan pendukung penelitian ini berjumlah dua orang yaitu IP1 dan IP2

yang merupakan safety officer di PT GMF AeroAsia. Karakteristik informan

pendukung terlihat dalam tabel 5.3 berikut:

Tabel 5.3 Karakteristik Informan Pendukung


Informan Umur Lama Kerja Jabatan
IP1 29 tahun 3 tahun Safety Officer
IP2 23 tahun 2,5 tahun Safety Officer
sumber: data primer
6

B. Gambaran Umum Perusahaan

1. Gambaran Umum PT GMF AeroAsia

Adapun gambaran umum PT GMF AeroAsia adalah sebagai berikut:

a. Sejarah PT GMF AeroAsia

Pada
b. Lokasi PT Tahun
GMF 1949 organisasi GMF AeroAsia merupakan Divisi Teknik
AeroAsia
GarudaLokasi
Indonesia di Halim
kegiatan Perdanakusuma
PT GMF Kemayoran,
AeroAsia terletak Jakarta. Internasional
di Bandara Pada tahun

1984 GMF AeroAsia


Soekarno-Hatta, direlokasi
Cengkareng, ke Bandara
dengan Soekarno
luas mencakup Hatta m
972,123 Internasional
2
. dan

bertransformasi menjadi divisi Maintenance & Engineerin yang kemudian


c. Visi, Misi, dan Nilai Perusahaan PT GMF AeroAsia
tahun 1998 dikembangkan menjadi The Strategic Business Unit yang
PT GMF AeroAsia memiliki visi, misi, dan nilai perusahaan sebagai berikut:
menangani aktivitas maintenance Garuda Indonesia agar mampu berkompetisi.
 Visi Perusahaan
Pada tahun 2002 SBU-GMF tidak lagi di bawah Garuda Indonesia dan
To be World Class Maintenance Repair & Overhaul (MRO) of Customer
secara independen seluruh kegiatannya di bawah PT Garuda Maintenance
Choice.
Facility (GMF) AeroAsia. Selanjutnya, PT GMF AeroAsia berkonsentrasi

menjadi perusahaan aircraft maintenance terbesar dan terdepan dalam

melayani
6

 Misi Perusahaan

To provide a Integrated & Reliable Aircraft Maintenance Solution for a


Safer Sky and Secured quality of life of mankind.
 Nilai Perusahaan

Concern for People, Integrity, Professional, Teamwork, Customer Focused

d. Struktur Organisasi PT GMF AeroAsia

Berikut merupakan struktur organisasi PT GMF AeroAsia:

Board of Director
President Quality Assurance & Safe
& CEO
Internal Audit & Control

EVP EVP
Corporate Strategy & Development EVP EVP EVP Human Capital & Corporate Affairs Sales & Marketing
Finance Line Operation Base Operation

Strategy Management Office Accounting Line Maintenance Base Maintenance Human Capital Management GMF
Power Service

Outstation Line Maintenance Component Maintenance


Corporate Secretary Treasury Management Learning Center & Corporate Culture GMF
Engine Maintenance

Asset Management & Material Service

Bagan 5.1 Struktur Organisasi PT GMF


AeroAsia

Engineering Services

Cabin Maintenance Services

2. Gambaran Unit Wheel dan Brake PT GMF AeroAsia

Component maintenance merupakan unit yang menangani perawatan

komponen yang unserviceble menjadi serviceble. Salah satu unit yang berada di
6

component maintenance adalah unit wheel dan brake. Unit wheel dan brake

merupakan unit perawatan komponen roda dan rem pesawat terbang. Berikut

merupakan struktur organisasi unit wheel dan brake PT GMF AeroAsia:


General Manager

Manager Production Engineering Planning & Co


Manager Crew A Manager Crew B

Technicians/Mechanics crew A Planing Engineering


Technicians/Mechanics Producti
crew B on

Bagan 5.2 Struktur Organisasi Unit Wheel dan Brake

a. Ketenagakerjaan

Pekerja unit wheel dan brake seluruhnya laki-laki. Berdasarkan data unit wheel dan brake tahun 20
Setiap pekerja mekanik dirotasi per 3 bulan untuk penempatan di setiap

area kerja unit wheel dan brake. Walaupun pembagian area kerja pekerja

mekanik sudah ditentukan, tetapi pekerja mekanik wajib membantu pekerja

mekanik di area lain yang work load-nya tinggi. Adapun sistem kerja di unit

wheel dan brake PT GMF AeroAsia terlihat pada tabel 5.4 berikut:

Tabel 5.4 Shift Kerja unit Wheel dan Brake PT GMF AeroAsia Tahun 2015
Pembagian Jadwal Waktu
Pekerja Non Shift 07.00-16.00
06.30-14.30
Pekerja Shift
14.30-22.30
sumber: unit wheel dan brake, 2015
6

Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia para karyawannya,

maka unit wheel dan brake PT GMF AeroAsia secara berkesinambungan

melakukan pelatihan yang sudah ditetapkan oleh manajemen terpusat. Pelatihan

terdiri dari mandatory training dan other training. Mandatory training secara

umum terdiri dari pelatihan Safety Management Systems dan human factor. Sedangkan other
pemadam kebakaran dan training lainnya sesuai ketentuan perundang-undangan.

b. Mesin dan Peralatan

Kegiatan maintenance di unit wheel dan brake dalam prosesnya menggunakan mesin dan peralata
Mesin-mesin yang membantu dalam proses maintenance, di antaranya mesin press wheel, mesin d
Peralatan tangan (manual dan listrik), alat angkat dan angkut (mobil

material komponen, forklift, crane, troly)

3. Kompressor, dan peralatan lainnya.

c. Proses Kerja

Proses maintenance wheel dan brake dimulai dari component receiving.

Kemudian dilakukan preliminary inspection untuk mengetahui maintenance

yang dibutuhkan pada komponen tersebut. Setelah itu dikeluarkan Plan Data

Sheet (PD Sheet) yang merupakan lembaran data yang berisi proses pengerjaan

maintenance komponen. Berikut diagram alir proses kerja di unit wheel dan

brake:
6
Start

Component receiving

Preliminary Inspection

PD

Disassembly

Repairable Parts

Cleaning as required

Inspection

Scrap Parts Accepted Repairable

Y
Accepted or repair?
Repair

N
Request material from stock Outsource
Commulated Materials

Bagan 5.3 Diagram Alir Proses Maintenance Ko


N Wheel dan Brake
Assembly
Material completed

Y
Leak Test
Temporary rejection
Final Inspection

Shipping

Berikut merupakan penjelasan proses kerja dan bahaya di unit wheel dan brake:

1) Wheel Maintenance

Wheel merupakan komponen roda pesawat yang penting ketika pesawat

akan terbang. Wheel ini akan bergabung dengan tired untuk dapat menggerakan

pesawat sebelum take off. Pada proses maintenance wheel terdapat bahaya dan
6

risiko selama proses pelaksanaannya. Oleh karena itu, pekerja mekanik secara

umum diwajibkan menggunakan wearpack, safety shoes, dan back support

selama bekerja. Adapun penjelasan proses kerja dan bahaya di tempat kerja

wheel maintenance pada bagan 5.3 adalah sebagai berikut:

a) Disassembly Area

Pada area ini, wheel pertama kali dikempeskan menggunakan sebuah

alat press wheel otomatis. Kemudian, dilakukan proses disassembly yaitu

pembongkaran wheel untuk memisahkan semua component parts

menggunakan mesin gun, tuas, dan peralatan lainnya sesuai dengan

manual.

Karena komponen wheel berukuran besar dan berat, pekerja

mekanik harus berhati-hati sebab jika komponen wheel jatuh mengenai

pekerja mekanik, dapat menyebabkan cedera/terluka. Selain itu, selama

proses press wheel terdapat kebisingan yang mengganggu pendengaran


pelindung telinga danPada
pekerja mekanik. sarungarea
tangan
ini katun ketikaharus
pekerja bekerja.
menggunakan APD

b) Cleaning dan Stripping Area

Bagian component parts yang sudah dipisahkan selanjutnya dilakukan

cleaning yaitu pencucian component parts wheel dan beberapa parts

dilakukan stripping yaitu proses pengelupasan cat pada component parts.

Mengingat banyaknya penggunaan bahan kimia dan lantai yang licin selama

proses, pekerja mekanik diwajibkan menggunakan sarung tangan, sepatu

boot untuk bahan kimia dan menggunakan masker cartridge selama bekerja.
6

c) Bearing Area

Salah satu component parts yang dipisahkan adalah bearing. Bearing

merupakan salah satu komponen dari wheel yang penanganannya dilakukan

tersendiri. Bearing dilakukan pencucian di ruangan khusus dan hanya

pekerja yang diperkenankan masuk. Pada proses ini, pekerja diwajibkan untuk menggunak
Selama dilakukan proses lubrikasi, risiko yang dapat ditimbulkan pada proses ini adalah ir
tambahan berupa sarung tangan khusus kimia.

d) Overhaul/Repair Area

Setelah melalui proses inspeksi, selanjutnya komponen wheel masuk

dalam proses overhaul/repair sesuai kebutuhan perawatan wheel yang harus

dilakukan. Pada proses repair, peralatan yang digunakan seperti gun, palu,

kunci, dan beberapa peralatan lainnya. Pada proses diketahui banyak bahaya

yang mengancam pekerja seperti tertimpa komponen wheel, bahaya

kebisingan karena menggunakan gun, dan bahaya lainnya. Mengingat

banyaknya bahaya di tempat kerja, pekerja mekanik diwajibkan memakai

alat pelindung tambahan seperti alat pelindung telinga dan sarung tangan.
6

e) Assembly Area

Setelah proses repair, masing-masing component parts wheel yang telah

selesai dilakukan perawatan, seluruh component parts wheel dipasang satu

per satu dari mulai pemasangan velg-tired dan komponen lainnya.

Bahaya yang terdapat dalam proses ini antara lain berupa bahaya tertimpa komponen, baha
pelindung telinga, sarung tangan katun, dan pelindung lainnya.

f) Test Component dan Final Inspection

Setelah dilakukan penyatuan atau perakitan, wheel ditest kelayakan dan final inspection sebelu
bahaya lainnya. Oleh karena itu, pekerja diwajibkan menggunakan alat

pelindung diri tambahan berupa sarung tangan dan alat pelindung telinga.

2) Brake Maintenance

Brake merupakan komponen rem di pesawat yang berperan sangat penting

saat akan take off dan landing, tetapi tidak akan berfungsi ketika pesawat berada

di udara. Pada brake maintenance terdapat bahaya dan risiko selama proses

pelaksanaannya. Oleh karena itu, pekerja mekanik secara umum diwajibkan

menggunakan wearpack, safety shoes, dan back support. Adapun penjelasan

proses dan bahaya di brake maintenance pada bagan 5.3 sebagai berikut:
7

a) Disassembly Area

Pada area ini, brake pertama kali dilakukan pembongkaran seluruh

bagian komponen brake. Peralatan yang digunakan selama proses terdiri

dari gun, tuas, kunci, dan peralatan lainnya sesuai kebutuhan selama

pekerjaan. Selain itu, pekerja harus menggunakan peralatan keselamatan berupa alat pelin
kebisingan, bahaya mekanik, dan bahaya lainnya.

b) Cleaning Area

Komponen brake kemudian dilakukan pencucian di cleaning area untuk dilakukan pembersih
dan sepatu khusus bahan kimia, serta kacamata jika masker tidak full face.

c) Repair Area

Komponen brake kemudian dibawa ke repair area brake, dilakukan

maintenance sesuai dengan PD Sheet untuk dilakukan beberapa inspeksi.

Inspeksi yang dilakukan antara lain inspeksi heat pack condition steel,

inspeksi indicator, inspeksi piston housing, inspeksi korosi, dan inspeksi

kebocoran. Setelah itu, dilakukan repair sesuai kebutuhan.

Peralatan yang digunakan pada proses ini antara lain menggunakan

tuas, kunci, minyak rem, palu, mesin drilling, dan peralatan lainnya. Oleh

karena itu, pekerja diwajibkan menggunakan alat pelindung diri tambahan


7

sesuai dengan rambu keselamatan, seperi alat pelindung telinga, sarung

tangan, dan kaca mata pelindung.

d) Assembly Area

Setelah proses repair, proses selanjutnya adalah pemasangan kembali

seluruh komponen brake seperti komponen heatpack steel, piston housing, dan komponen b
sesuai dengan rambu keselamatan yang tertera di area tersebut.

e) Test Component dan Final Inspection

Setelah dilakukan maintenance dan perakitan, brake yang sudah selesai dirakit kemudian dibaw
mengetes komponen brake dan final inspection. Pada area ini pekerja

diwajibkan menggunakan APD tambahan berupa sarung tangan katun.

C. Gambaran Anteseden di Unit Wheel dan Brake

Anteseden penelitian ini adalah gambaran sesuatu yang dapat mendorong

seseorang melakukan sesuatu, sehubungan dengan perilaku yang penting bagi K3 di

unit wheel dan brake. Gambaran anteseden didapatkan melalui wawancara,

observasi, dan telaah dokumen. Berikut gambaran hasil anteseden di unit wheel dan

brake:
7

1. Kebijakan/Peraturan K3

Sebagai perusahaan yang berkomitmen memenuhi dan mentaati semua

syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja yang

berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankan, PT Garuda Maintenance

rujukan utama AeroAsia


Facility (GMF) bila terjadi perselisihan.
sudah menerapkanPerjanjian Kerja
keselamatan Bersama kerja
dan kesehatan berisi

penjelasan mengenai
di tempat kerja. Salahhak
satudan kewajiban
peraturan yangperusahaan maupun
telah diterapkan serikat pekerja,
perusahaan adalah

ketentuan disiplin karyawan/pegawai,


Sistem Manajemen dan Kesehatan
Keselamatan dan beberapa penjelasan lainnya yang di
Kerja (SMK3)

Selanjutnya,
dalamnya guna pengembangan
terdapat kebijakan budaya
K3 perusahaan. keselamatan,
Melalui PT GMF
SMK3, perusahaan

AeroAsia
membuat sudah memiliki
berbagai safety culture
prosedur guna program. Dalamketentuan
melaksanakan pembentukan budaya
peraturan

perusahaan
perundang- ini, budayadankeselamatan
undangan persyaratan menjadi
lainnya. bagian yang tidak terpisahkan

karena bisnis
Selainperusahaan beradahasil
itu, berdasarkan ditengah industri
penelitian penerbangan
di PT dan seperti
GMF AeroAsia yang
diketahui

diketahui dalam industri


juga perusahaan memilikipenerbangan, keselamatan
Perjanjian Kerja Bersamaadalah
(PKB)segala-galanya dan
yang merupakan

pedoman untuk mengatur syarat-syarat kerja yang merupakan hasil

perundingan dan kesepakatan antara pengusaha dengan serikat pekerja di

perusahaan, yang
7

paling utama. Dalam menjalankan pengembangan budaya keselamatan tersebut,

perusahaan menetapkan peraturan do & don‟t dengan menetapkan 20 perintah

yang wajib dilaksanakan dan 20 larangan yang tidak boleh dilakukan.

Kebijakan/peraturan keselamatan dan peraturan lainnya di PT GMF

AeroAsia dibuat tertulis, disosialisasikan kepada seluruh karyawan, termasuk

pihak ketiga di setiap unit. Kegiatan komunikasi dan implementasi K3


Gambar 5.1 Peraturan yang diinformasikan di unit wheel dan brake
dilakukan melalui beberapa cara antara lain melalui safety induction saat setiap
Peraturan
orang akan yangarea
memasuki diiformasikan
perusahaan,disafety
unit briefing,
wheel dan danbrake ini Selain
intranet. didukung
itu,
dengan hasilpula
dilakukan wawancara beberapa
penempelan informan
kebijakan sebagai
K3 dan berikut:
peraturan lainnya di dekat finger

print “Dari awalpapan


dan pada masukpengumuman
pas orientasi ada, kemudian
di setiap dilakukan
unit PT safety awarness,
GMF AeroAsia, serta
jadi setiap pekerja itu diwajibkan untuk mengikuti mandatory. Kalau dari
beberapa cara komunikasi lainnya yang bertujuan agar seluruh pekerja maupun

pihak ketiga mengetahui dan menaati semua peraturan selama di area

perusahaan. Salah satu peraturan yang diinformasikan di unit wheel dan brake

terlihat pada gambar 5.1 yaitu dengan meletakkan peraturan didekat finger

print pekerja sebagai berikut:


7

peraturan itu tadi ya dari training, dan juga biasanya ada peraturan yang
ditempelkan itu sendiri untuk dibaca” (Informan IU4)

“Kalau itu biasanya kalau ada hal-hal baru di intranet, kita dapat ini.
Misalnya ada briefing sheet kita sampaikan kepada yang lain
semuanya”(Informan IK1)

mengenai keselamatan
Setiap unit dan kesehatan
dalam perusahaan kerjamenunjukkan
harus di unit wheel dan brake telihat
komitmen pada
terhadap

gambar 5.2 bahwa pekerja


kebijakan/peraturan mekanik dan
keselamatan mendapatkan
peraturaninformasi
lainnya mengenai
sehinggaK3upaya
salah

satunya melalui
perusahaan safetymembangun
untuk briefing yangbudaya
dilakukan setiap hari. dalam menciptakan
keselamatan

keselamatan penerbangan dapat terus meningkat. Upaya ini sudah pasti harus

didukung seluruh personel dan dilaksanakan secara konsisten.

Seperti halnya pada unit wheel dan brake, dalam upaya untuk

menginformasikan dan mengimplementasikan peraturan di PT GMF AeroAsia,

pihak manajemen unit wheel dan brake selalu menginformasikan


Gambar 5.2 Gambaran Safety Briefing di Unit Wheel dan Brake
kebijakan/peraturan K3 dan peraturan lainnya melalui papan pengumuman,

pemberian safety briefing, safety induction, intranet dan melalui cara

lainnya
7

2. Ketersediaan APD

Alat Pelindung Diri (APD) dalam penelitian ini adalah gambaran

mengenai ketersediaan, kelayakan/kondisi, dan kesesuaian APD dengan bahaya

di unit wheel dan brake. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan fakta bahwa

pekerja mekanik
manajemen selama
PT GMF merekatelah
AeroAsia bekerja. GambaranAPD
menyediakan ketersediaan APD secara
yang diberikan terlihat

pada gambar
corporate dan5.3 (a)pelindung
alat bahwa setiap pekerja
tambahan sudah
sesuai diberikan
bahaya alat unit
di setiap pelindung diri
produksi.

masing-masing beserta secara


APD yang diberikan tempatcorporate
penyimpanan APD unit
diseluruh dan sudah disediakan
produksi pula
yaitu safety

tempat
shoes penyimpanan khusus
dan wearpack. untuk ear
Sedangkan muff seperti
pengadaan alatpada gambar 5.3
pelindung diri(b).
tambahan

diajukan oleh manager masing-masing sesuai kebutuhan setiap unit. APD

tambahan di unit wheel dan brake antara lain berupa helm, ear muff, ear plug,

masker debu, masker cartridge (half face dan full face), back support, sarung

tangan katun, sarung tangan dan sepatu khusus bahan kimia, serta safety

glasses.

Ketersediaan APD di unit wheel dan brake sudah memadai dan

mencukupi, serta tertata rapi sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. Hal ini
7

(a) (b)

Gambar 5.3 Gambaran Ketersediaan APD

Begitupun dengan kelayakan APD di unit wheel dan brake didapatkan

fakta bahwa APD sudah sesuai standarisasi nasional maupun internasional.

Sedangkan untuk perawatan APD di unit wheel dan brake diawasi oleh salah

seorang pekerja yang ditunjuk untuk menangani perawatan alat pelindung diri.

Alat pelindung diri diganti jika pekerja melaporkan ada kerusakan. Khusus alat

pelindung sarung tangan, pekerja akan mendapatkan sarung tangan setiap akan

bekerja dan untuk alat pelindung pernapasan dilakukan maintenance dengan

penggantian cartridge pada masker yang dilakukan setiap 3 bulan. Fakta ini

didukung hasil wawancara sebagai berikut:

“Kalau itu sesuai standar pabrikan ya, sarung tangan kan kalau udah
terlihat kotor kan ganti, kalau chemical itu ada petunjuknya sendiri dari
vendornya misalnya 3 bulan sekali harus ganti” (Informan IK1)

“Jadi evaluasi via si filter nya itu. kalau ear muff itu dia sih jarang, cuma
dimaintenance aja supaya bersih, udah” (Informan IP2)

Walaupun secara keseluruhan APD termasuk layak, akan tetapi diketahui

bahwa masker cartridge belum dilakukan perawatan dengan maksimal. Hal ini
7

karena pekerja mekanik yang bekerja di bagian cleaning area merasakan masker

yang digunakan tidak lagi berfungsi maksimal. Berikut kutipannya:

“Kalau untuk ini (sarung tangan) untuk cleaning APDnya layak, APD
yang seperti ini (cartridge) layak kecuali yang 3M yang biasa itu kan
kalau di cleaning baunya menyengat. Tapi yang ini (masker cartridge)
kalau kelamaan dipakai juga nyengat juga, tembus, karena cartridgenya
udah jelek mungin kepakainya udah terlalu lama. Mungkin tambahannya
harus bisa diadakan lagi lah. Mungkin karena yang lain bukan di area
ini, mungkin awet, karena saya kan pas kebetulan lagi kebagian di
tempat ini 3 bulan jadi saya udah berasa bau” (Informan IU1)

Selanjutnya, mengenai kesesuaian APD dengan bahaya di tempat kerja

diketahui bahwa APD di unit wheel dan brake sudah sesuai dengan bahaya di

tempat kerja. Hal ini dikarenakan manajemen K3 berkoordinasi dengan seluruh

unit perusahaan tak terkecuali unit wheel dan brake untuk melakukan HIRADC

sebelum diketahui APD yang harus disediakan. Hal ini didukung dokumen

GMF/OSH-P-401-01 hasil HIRADC di unit wheel dan brake yang berisi

penjelasan bahaya, penilaian risiko, dan tindakan pengendalian risiko.

Berdasarkan hasil telaah dokumen diketahui bahwa prosedur pengelolaan

APD di PT GMF AeroAsia menyatakan bahwa manajemen perusahaan akan

meminjamkan semua APD kepada personil. Selain itu, kelayakan/kondisi APD

sudah ditentukan standarisasinya dan APD yang digunakan pekerja berdasarkan

HIRADC. Berikut adalah kutipan prosedur pengelolaan APD:


7

Tabel 5.5 Prosedur Pengelolaan Alat Pelindung Diri PT GMF AeroAsia


Perihal Penjelasan
 Manajemen PT GMF AeroAsia akan meminjamkan APD kepada pengunjung
dan karyawan sesuai dengan kebutuhan, prosedur, tanpa dipungut biaya.
Pengunjung atau pihak ketiga yang bekerja di PT GMF AeroAsia wajib
menyediakan APD sendiri selama bekerja. Manajemen PT GMF AeroAsia
memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa semua karyawan
memiliki APD yang sesuai dengan standard an potensi bahaya di tempat kerja
Ketersediaan
 Pelanggaran disiplin atas penggunaan APD oleh karyawan akan dikenakan
APD
sanksi administrasi
 Pelanggaran disiplin atas penggunaan APD oleh pengunjung dan pihak ketika
akan dikenakan sanksi sesuai yang diatur dalam prosedur
 Prosedur inspeksi APD yang dilakukan adalah inspeksi visual kelayakan yang
dilakukan pada saat sebelum penyimpanan APD minimal 2 kali dalam 1
tahun.
Kelayakan/Kondisi APD sudah ditentukan standarisasinya dan dijelaskan
Kelayakan/
mengenai Standard Requipmet, Usage, dan Maintenance of Personel Protective
Kondisi APD
Equipment
 Safety Engineer mengidentifikasi kebutuhan APD yang akan digunakan oleh
personil PT. GMF AeroAsia berdasarkan hasil HIRADC yang telah dilakukan
Kesesuaian APD dan mengeluarkan konfirmasi pengadaan APD
dengan bahaya  Hasil rekomendasi standar APD dari Safety Engineer menjadi pertimbangan
dalam penetapan pengadaan APD
 APD harus diperiksa verifikasi kesesuaian dengan pengadaan, jika terdapat
APD yang tidak sesuai maka harus dilaporkan ke OSH Manager
sumber: unit K3 PT GMF AeroAsia

3. Rambu Keselamatan/Rambu K3

Rambu keselamatan/rambu K3 penelitian ini adalah gambaran mengenai

penyampaian informasi pesan serta penempatannya melalui media visual berupa

gambar yang ditempatkan di area kerja yang memuat pesan-pesan agar setiap

karyawan selalu memperhatikan aspek-aspek K3 di unit wheel dan brake.

Hasil gambaran rambu keselamatan didapatkan dari hasil telaah

dokumen dan observasi. Pada rambu keselamatan ini peneliti terlebih dahulu

melakukan telaah dokumen prosedur safety works and facilities untuk


7

mengetahui standar rambu perusahaan dan telaah dokumen HIRADC untuk

mengetahui rambu yang seharusnya terpasang.

Berdasarkan hasil telaah dokumen diketahui bahwa prosedur safety

works and facilities (safety signs) PT GMF AeroAsia, manajemen K3

perusahaan mengidentifikasi dan merekam keperluan rambu keselamatan sesuai dengan hasil i
merupakan kutipan prosedur safety work and facilities (safety signs) perusahaan:

Tabel 5.6 Prosedur Safety Work and Facilities (Safety Signs)


PT GMF AeroAsia
Perihal Penjelasan
a. Divisi K3 akan mengidentifikasi dan merekam keperluan signs
Keperluan sesuai dengan identifikasi bahaya
identifikasi, b. Divisi K3 akan melakukan pengembangan instalansi, perawatan
instalansi, dan dan pengawasan safety signs. Divisi K3 memerlukan
perawatan perluasan/pengembangan sosialisasi menggunakan form
rambu c. Standard rambu keselamatan berdasarkan American National
Standards Institute (ANSI)
Divisi K3 kemungkinan akan mengadakan evaluasi kondisi :
- Permanent signs : sedikitnya satu tahun
Evaluasi
- Temporary signs: setiap hari/bulan (tergantung kondisi dan
kebutuhan)
sumber: Unit K3 PT GMF AeroAsia

Berdasarkan hasil observasi rambu keselamatan dibagi menjadi tiga bagian

tempat yaitu rambu K3 di area wheel, cleaning area wheel dan brake, serta area

brake.
a. Keberadaan Rambu Keselamatan di Area Wheel
Berdasarkan hasil observasi mengenai rambu keselamatan di area wheel dapat diketahui pada tabel 5.7 sebagai berikut:

Tabel 5.7 Gambaran Rambu Keselamatan di Area Wheel


Keberadaan Rambu Kriteria Rambu Keselamatan
No.
Keselamatan Kesesuaian Bahaya Kesesuaian Standar ANSI Keterangan
 Terbaca dari jarak yang sesuai/aman
Rambu ditempatkan  Menyampaikan pesan untuk menghindari bahaya
Rambu belum sesuai dengan
1. sesuai dengan adanya  Memungkinkan pekerja untuk melihat sign tersebut
standar ANSI
bahaya kebakaran  Tidak mengalami retak, mengupas/ kerusakan
 Warna, teks dan simbol sign masih tajam dan jelas
 Terbaca dari jarak yang sesuai/aman
Rambu ditempatkan
 Menyampaikan pesan untuk menghindari bahaya
sesuai dengan adanya Rambu sudah sesuai dengan
2.  Memungkinkan pekerja untuk melihat sign tersebut
potensi bahaya standard ANSI
fisik/kimia  Tidak mengalami retak, mengupas/ kerusakan
 Warna, teks dan simbol sign masih tajam dan jelas
 Terbaca dari jarak yang sesuai/aman
Rambu ditempatkan
 Menyampaikan pesan untuk menghindari bahaya
sesuai dengan adanya Rambu sudah sesuai dengan
3.  Memungkinkan pekerja untuk melihat sign tersebut
potensi bahaya standard ANSI
 Tidak mengalami retak, mengupas/ kerusakan
fisik/kimia
 Warna, teks dan simbol sign masih tajam dan jelas
 Terbaca dari jarak yang sesuai/aman
Rambu ditempatkan  Menyampaikan pesan untuk menghindari bahaya
Rambu sudah sesuai dengan
4. sesuai jika terjadi  Memungkinkan pekerja untuk melihat sign tersebut
standard ANSI
keadaan darurat  Tidak mengalami retak, mengupas/ kerusakan
 Warna, teks dan simbol sign masih tajam dan jelas

8
Keberadaan Rambu Kriteria Rambu Keselamatan
No.
Keselamatan Kesesuaian Bahaya Kesesuaian Standar ANSI Keterangan
 Tidak terbaca dari jarak yang sesuai/aman
Ditempatkan sesuai  Menyampaikan pesan no.telpon yang harus dihubungi
Rambu belum sesuai dengan
5. bila terjadi keadaan jika terjadi keadaan darurat
standard ANSI
darurat  Memungkinkan pekerja untuk melihat tersebut
 Warna dan teks tulisan sudah kurang jelas
 Terbaca dari jarak yang sesuai/aman
Rambu ditempatkan
 Menyampaikan pesan untuk menghindari bahaya
sesuai dengan adanya Rambu sudah sesuai dengan
6.  Memungkinkan pekerja untuk melihat sign
potensi bahaya standard ANSI
kebakaran  Tidak mengalami retak, mengupas/ kerusakan
 Warna, teks dan simbol sign masih tajam dan jelas
 Terbaca dari jarak yang sesuai/aman
Ditempatkan sesuai  Menyampaikan pesan bila terjadi keadaan darurat
Rambu sudah sesuai dengan
7. bila terjadi keadaan  Memungkinkan pekerja untuk melihat tersebut
standard ANSI
darurat  Tidak mengalami retak, mengupas/ kerusakan
 Warna, teks dan simbol sign masih tajam dan jelas

Berdasarkan tabel 5.7 di atas, diketahui bahwa penempatan rambu keselamatan di area wheel sesuai potensi bahaya dan

sesuai ANSI. Akan tetapi, ditemukan beberapa rambu keselamatan kurang sesuai seperti “dilarang merokok” dan rambu

“emergency telephone”.

b. Keberadaan Rambu Keselamatan di Cleaning Area Wheel dan Brake

Hasil observasi mengenai rambu keselamatan di cleaning area wheel dan brake diketahui pada tabel 5.8 sebagai berikut:

8
Tabel 5.8 Gambaran Rambu Keselamatan di Cleaning Area Wheel dan Brake
Keberadaan Rambu Kriteria Rambu Keselamatan
No. Kesesuaian Bahaya Kesesuaian Standar ANSI Keterangan
Keselamatan
 Terbaca dari jarak yang sesuai/aman
Rambu ditempatkan sesuai  Menyampaikan pesan untuk menghindari bahaya
Rambu belum sesuai dengan
1. dengan adanya potensi  Memungkinkan pekerja untuk melihat sign tersebut
standard ANSI
bahaya kebakaran  Tidak mengalami retak, mengupas/ kerusakan
 Warna, teks dan simbol sign masih tajam dan jelas
 Terbaca dari jarak yang sesuai/aman
Rambu ditempatkan sesuai  Menyampaikan pesan untuk menghindari bahaya
Rambu sudah sesuai dengan
2. dengan adanya potensi  Memungkinkan pekerja untuk melihat sign tersebut
standard ANSI
bahaya kimia/mekanik  Tidak mengalami retak, mengupas/ kerusakan
 Warna, teks dan simbol sign masih tajam dan jelas
 Terbaca dari jarak yang sesuai/aman
Rambu ditempatkan sesuai  Menyampaikan pesan untuk menghindari bahaya
Rambu sudah sesuai dengan
3. dengan adanya potensi  Memungkinkan pekerja untuk melihat sign tersebut
standard ANSI
bahaya listrik  Tidak mengalami retak, mengupas/ kerusakan
 Warna, teks dan simbol sign masih tajam dan jelas
 Terbaca dari jarak yang sesuai/aman
Rambu ditempatkan sesuai  Menyampaikan pesan untuk menghindari bahaya
Rambu sudah sesuai dengan
4. dengan adanya potensi  Memungkinkan pekerja untuk melihat sign tersebut
standard ANSI
bahaya kebakaran  Tidak mengalami retak, mengupas/ kerusakan
 Warna, teks dan simbol sign masih tajam dan jelas
Berdasarkan tabel 5.8 di atas, diketahui bahwa rambu keselamatan di cleaning area wheel dan brake sesuai potensi bahaya
dan standar ANSI. Akan tetapi, ditemukan rambu kurang sesuai seperti “dilarang merokok” dan tidak ditemukannya rambu
keselamatan tentang APD yang semestinya digunakan di cleaning area, seperti wajib menggunakan wearpack, sarung tangan dan
sepatu khusus untuk bahan kimia, masker cartridge, dan kaca mata pelindung jika tidak menggunakan masker catridge half face.

8
c. Keberadaan Rambu Keselamatan di Area Brake

Berdasarkan observasi mengenai rambu keselamatan di area brake dapat diketahui pada tabel 5.9 sebagai berikut:

Tabel 5.9 Gambaran Rambu Keselamatan di Area Brake


Keberadaan Rambu Kriteria Rambu Keselamatan
No.
Keselamatan Kesesuaian Bahaya Kesesuaian Standar ANSI Keterangan
 Terbaca dari jarak yang sesuai/aman
Rambu ditempatkan  Menyampaikan pesan untuk menghindari bahaya
Rambu belum sesuai
1. sesuai dengan adanya  Memungkinkan pekerja untuk melihat sign tersebut
dengan standar ANSI
bahaya radiasi  Tidak mengalami retak, mengupas/ kerusakan
 Warna, teks dan simbol sign masih tajam dan jelas
 Terbaca dari jarak yang sesuai/aman
Rambu ditempatkan
Rambu belum sepenuhnya  Menyampaikan pesan untuk menghindari bahaya
sesuai dengan adanya
2. sesuai dengan standard  Memungkinkan pekerja untuk melihat sign tersebut
potensi bahaya
ANSI  Tidak mengalami retak, mengupas/ kerusakan
kebakaran
 Warna, teks dan simbol sign masih tajam dan jelas
 Terbaca dari jarak yang sesuai/aman
Rambu ditempatkan
 Menyampaikan pesan untuk menghindari bahaya
sesuai dengan adanya Rambu sudah sesuai
3.  Memungkinkan pekerja untuk tidak melihat (sign terhalang)
potensi bahaya dengan standard ANSI
mekanik  Tidak mengalami retak, mengupas/ kerusakan
 Warna, teks dan simbol sign masih tajam dan jelas
 Terbaca dari jarak yang sesuai/aman
Rambu ditempatkan Rambu sudah sesuai  Menyampaikan pesan untuk menghindari bahaya
4. sesuai dengan adanya dengan standard ANSI  Memungkinkan pekerja untuk melihat sign tersebut
potensi bahaya fisik  Tidak mengalami retak, mengupas/ kerusakan
 Warna, teks dan simbol sign masih tajam dan jelas

8
Keberadaan Rambu Kriteria Rambu Keselamatan
No.
Keselamatan Kesesuaian Bahaya Kesesuaian Standar ANSI Keterangan
 Terbaca dari jarak yang sesuai/aman
Ditempatkan sesuai  Menyampaikan pesan bila terjadi keadaan darurat
Rambu sudah sesuai
5. bila terjadi keadaan  Memungkinkan pekerja untuk melihat tersebut
dengan standard ANSI
darurat  Tidak mengalami retak, mengupas/ kerusakan
 Warna, teks dan simbol sign masih tajam dan jelas
 Terbaca dari jarak yang sesuai/aman
Rambu ditempatkan  Menyampaikan pesan untuk menghindari bahaya
Rambu sudah sesuai
6. sesuai jika terjadi  Memungkinkan pekerja untuk melihat sign tersebut
dengan standard ANSI
keadaan darurat  Tidak mengalami retak, mengupas/ kerusakan
 Warna, teks dan simbol sign masih tajam dan jelas
 Tidak terbaca dari jarak yang sesuai/aman
Ditempatkan sesuai
Rambu belum sesuai  Menyampaikan terjadi keadaan darurat
7. bila terjadi keadaan
dengan standard ANSI  Memungkinkan pekerja untuk melihat tersebut
darurat
 Warna dan teks tulisan sudah kurang jelas
Rambu ditempatkan  Terbaca dari jarak yang sesuai/aman
sesuai dengan adanya Rambu sudah sesuai  Menyampaikan pesan untuk menghindari bahaya
8. dengan standard ANSI  Memungkinkan pekerja untuk melihat sign tersebut
potensi bahaya
 Tidak mengalami retak, mengupas/ kerusakan
kebakaran
 Warna, teks dan simbol sign masih tajam dan jelas
Berdasarkan tabel 5.9 di atas, dapat diketahui bahwa penempatan rambu keselamatan di area brake sudah sesuai
bahay potensi a dan telah memenuhi standar ANSI. Akan tetapi masih ditemukan beberapa rambu keselamatan yang

seperti rambu “dilarang merokok” dan rambu “emergency telephone”, serta rambu “ awas pantulan rivet” terhalang oleh benda

lain.

8
8

4. Pelatihan Keselamatan Kerja

Pelatihan keselamatan dilakukan manajemen perusahaan untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pekerja guna mematuhi peraturan

keselamatan sebagai bukti komitmen terhadap penerapan K3. Pelatihan di PT

pengendara forklift,
GMF AeroAsia pelatihan
terdiri petugas kimia,
dari mandatory dandan
training beberapa pelatihan lainnya.
other training.

Berdasarkan penelitian,
Mandatory training diketahui
merupakan bahwayang
pelatihan semua jenis kepada
diberikan trainingseluruh
hanya

diberikan kepada
pekerja agar pekerja
pekerja tetappengetahuan
memiliki dan pekerjadan
kontrak waktu selama
keterampilan tertentubekerja
PT GMF di

AeroAsia, sedangkan untuk


industri penerbangan. pihak training
Mandatory ketiga terdiri
para pekerja mekanik Safety
dari pelatihan tidak

mendapatkan
Management pelatihan dari dan
System (SMS) pihak manajemen
human PT GMF human
factor. Pelatihan AeroAsia walaupun
factor di PT

sebelumnya pekerja
GMF AeroAsia pihak continous,
bersifat ketiga pernah
yaitumendapatkan pelatihan. Peningkatan
dilakukan pembaharuan pelatihan

pengetahuan khususnya
setiap 2 tahun. pelatihan
Other training terhadap
di PT pekerja ditentukan
GMF AeroAsia pihak ketiga diketahui
berdasarkan

dilakukan oleh pihak pelatihan


analisis kebutuhan perusahaandi masing-masing. Sedangkan
setiap masing-masing unitmanajemen
sesuai peraturan

keselamatan dan bahaya di setiap unit.

Pelatihan keselamatan khusus terkait K3 yang sudah diberikan antara


lain
8

perusahaan PT GMF AeroAsia memberikan pengetahuan pekerja pihak ketiga

melalui sharing session, safety briefing, safety induction, dan cara lainnya.

Sedangkan gambaran pelatihan di unit wheel dan brake yang diberikan

kepada pekerja diketahui sudah mengikuti ketentuan yang diterapkan oleh

ketiga. Berdasarkan
perusahaan hasil wawancara,
berupa mandatory halother
training dan ini training.
disebabkan karena pekerja
Sedangkan terdapat

beberapa pekerja
pihak ketiga mekanik
diketahui yang
tidak baru dua bulan
mendapatkan bekerjatetapi
pelatihan, di unit tersebut
hanya dan baru
mengetahui
akan diberikan
segala pelatihan
informasi melaluisetelah
sharingbeberapa
session, bulan
safetybekerja di safety
briefing, unit tersebut. Haldan
induction ini

didukung oleh kutipan


cara informasi lainnya.wawancara sebagai berikut:
Berikut merupakan kutipan wawancara dengan pekerja
“Kalau
mekanik yang itu di TW,dari
berasal cuma kalau
pihak anak-anak
ketiga hierIU2)
(Informan itu belum
yang dapet harus PT
membenarkan
nya yang mengajukan. Dulu sih emang pernah dibikin ikut juga mereka
bahwapihak ketiga
pekerja pihaktapiketiga
sekarang ngga, kemudian
mendapatkan informasiyang
dan temen-temen
pengetahuan baruK3
pegawai itu baru masuk dikategorinya disilabusnya waktu dia sekolah,
melaluipassharing session,
pendidikan ada safety
humanbriefing, safety
factornya, nantiinduction,
continuenyadansetelah
melalui cara
2 tahun.
Kalau mereka belum pendidikan, baru masuk langsung jadi kontrak dulu
lainnya:
baru pendidikan baru jadi pegawai. (Informan IK2)
“Oh, nggak ada. Jadi waktu itu dari K3 cuma diinformasikan lewat
mulut aja gitu mba, jadi ngga langsung pelatihan, cuma
dipraktekin doang, ngga ada simulasi khusus gitu” (Informan IU2)

Hanya saja pada saat dilakukan penelitian diketahui ada pekerja mekanik
8

Semua data pelatihan yang telah diikuti pekerja mekanik dapat dilihat

dalam Summary of Employee (SOE). Data tentang pelatihan summary of

employee seperti pada gambar 5.4 menjelaskan mengenai training type, baik

mandatory training dan other training beserta dengan informasi tanggal

pelaksanaan pelatihan dan jadwal pelaksanaan pelatihan berikutnya.

Gambar 5.4 Summary of Employee

Sedangkan pelatihan terkait langsung keselamatan diketahui bahwa pelatihan khusus K3 sudah
mengenai pelatihan khusus K3 tentang first aider dan penanggulangan

kebakaran kelas D yang diketahui bahwa pelatihan sudah diberikan kepada

beberapa perwakilan pekerja. Berikut kutipan wawancara tentang pemberian

pelatihan khusus K3:

“Termasuk yang tadi human factor training setiap 2 tahun sekali ada,
kalau untuk K3 khusus biasanya kita terkait dengan pemadam kebakaran
sama P3K, yang ikut pegawai, jadi kalau yang pihak ketiga nanti di
sampaikan lagi sama managernya, jadi yang ikut dari kita langsung
perwakilan dari masing-masing group. Kalau untuk K3 khusus biasanya
kita terkait dengan pemadam kebakaran sama P3K, jadi kalau sharing
session itu kita lebih ditekekankan adalah alur jika terjadi keadaan
emergency atau keadaan darurat. Dari kita kalau yang P3K, kalau human
factor kita koordinasi sama TW” (Informan IP2)
8

5. Pengawasan

Salah satu cara untuk melakukan peninjauan perilaku pekerja mekanik

dalam penerapan peraturan dan prosedur, perusahaan melakukan pengawasan.

Pengawasan dalam penelitian ini yaitu pengawasan yang dilakukan manajemen

perusahaanGambar
terkait 5.5
dengan perilaku
Gambaran dan tugas dipekerja
Pengawasan mekanik
Unit Wheel dan di unit wheel
Brake

dan brake. Pengawasan dilakukan melalui tindakan observasi yang dilakukan


Selain itu, ada pengawasaan yang dilakukan mendadak oleh unit TQ dan
setiap hari oleh struktural manajemen seperti leader dan manager. Pengawasan
K3 dengan melihat kesesuaian pekerja melakukan tugasnya. Berikut kutipannya:
di unit wheel dan brake terlihat pada gambar 5.5, bahwa manajer melakukan
“Mungkin bagian TQ, oh iya manajer juga ngawasin, muter-muter,
pengawasan terhadap
ngeliatin pekerja saat
anak buahnya” mereka melakukan
(Informan IU3) tugasnya.

“Kalau disini itu yang bajunya orange, dari unit mana ya, unit K3 juga
kayanya, terus dari atasan yang mengingatkan langsung. Keliling
ngeliatin. Kalau dari unit K3 itu setiap saat, jadi tidak ditentukan
waktunya, jadi tiba-tiba mereka datang, kalau dari atasan kalau disini
8

mungkin setiap hari ya, jadi melihat kerjaan, jadi kalau ada yang tidak
sesuai langsung diingatakan” (Informan IU4)

Fakta informan utama di atas didukung informan kunci bahwa

pengawasan dilakukan setiap hari oleh manager dan leader (senior) maupun

secara mendadak dilakukan oleh unit TQ dan K3.

“Kalau melakukan pengawasan terkait K3 selalu, setiap saat, jadi


sebagai pengawas saya ngga cuma duduk aja. Biasanya leader-leader
nya, dan juga biasanya dari K3 juga ngider-ngider dia, itu muter”
(Informan IK2)

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan fakta bahwa jika ada

ketidaksesuaian dalam melakukan pekerjaan, pekerja mekanik akan mendapat

teguran dan diberikan arahan perbaikan. Apabila setelah dilakukan beberapa kali

tetap melakukan hal tersebut maka dimasukkan IOR atau diberikan surat

peringatan. Berikut kutipan wawancaranya:

“Kalau misalnya ditemukan tidak sesuai, itu biasanya peneguran


langsung, kalau misalnya dia tidak bisa langsung diperbaiki, langsung
kita bikin NCR atau IOR ke unitnya, untuk tindakan perbaikan nanti, jadi
ada level-level tahapannya. Tapi kalau yang bisa langsung, misalkan
masnya ngga pakai APD itu langsung teguran langsung. kalau sampai
beberapa, tapi dia ngeyel itu istilahnya ada surat peringatan” (Informan
IP2).
Dari gambaran di atas, dapat diketahui bahwa anteseden di unit wheel dan brake secara umum sudah diterapkan. Hal ini

tergambar dari hasil analisis gambaran anteseden sebagai berikut:


Anteseden

Peraturan Keselamatan Ketersediaan APD Rambu Keselamatan Pelatihan Keselamatan Pengawasan

Perusahaan telah Peraturan dibuat tertulis


menerapkan
K3sesuai ketentuan dan disosialisasikan Rambu keselamatan Terdapat beberapa Pengawasan dilakukan Bila ditemukan
Terdapat rambu
syaratdan melalui penempelan di secara umum dapat rambu keselamatan setiap hari oleh ketidaksesuaian dilakukan
keselamatan yang
papan SMK3.
perundang-undangan seperti menerapkan pengumuman,
Selainitu,perusahaan memiliki Perjanjian Kerja
menyampaikan Bersama
belum sesuaidan peraturan
standar Do manager maupun pekerja mekanik, maka akan
penempatannya
and Don‟t intranet, safety induction, pesan keselamatan ANSI dan ada rambu leader/senior dan mendapatkan teguran dan
terhalang/ tidak
safety briefing, dan cara di tempat kerja keselamatan yang dilakukan setiap saat diingatkan untuk melakukan
terlihat pekerja
lainnya seharusnya terpasang oleh unit K3 dan unit perbaikan dan mendapatkan
tetapi belum ada TQ surat peringatan atau
dimasukkan ke IOR bila
tetap berperilaku sama

APD sudah APD yang disediakan Kondisi APD ada yang


Pelatihan yang Pemberian
disediakan perusahaan sudah sesuai dengan kurang berfungsi
diberikan ke pekerja pelatihan belum
secara bahaya yang ada di maksimal karena
sudah sesuai dengan diberikan merata
cuma-cuma sesuai tempat kerja dan perawatan APD belum
ketentuan peraturan kepada pekerja
dengan peraturan sesuai dengan dilakukan optimal
dan keselamatan mekanik
keselamatan dan standarisasi nasional
yang ada
persyaratan K3 dan internasional
lainnya

Bagan 5.4 Gambaran Anteseden di unit Wheel dan Brake

90
91

Gambaran anteseden pada bagan 5.4 di atas, didapatkan fakta bahwa

anteseden dari segi kebijakan/peraturan diketahui PT GMF AeroAsia telah

berkomitmen dan menerapkan K3 sesuai dengan syarat dan ketentuan perundang-

undangan K3. Selain itu, ditemukan juga perusahaan memiliki Perjanjian Kerja

Bersama (PKB), dan peraturan do and don‟t. Semua peraturan diinformasikan

melalui papan pengumuman, safety induction, safety briefing, dan cara lainnya.

Ketersediaan alat pelindung diri yang merupakan salah satu anteseden juga

sudah disediakan oleh perusahaan secara terpusat dan disediakan APD tambahan

sesuai dengan kebutuhan di setiap unit. APD yang ada di unit wheel dan brake sudah

sesuai dengan standarisasi nasional dan internasional, serta sesuai dengan bahaya di

tempat kerja. Akan tetapi, berdasarkan hasil di lapangan diketahui bahwa kondisi

APD untuk pernapasan yakni masker cartridge, dirasakan pekerja belum dapat

berfungsi maksimal dikarenakan masker cartridge sudah 3 bulan belum dilakukan

perawatan atau diganti filternya.

Rambu keselamatan juga secara umum sudah menyampaikan pesan

keselamatan di tempat kerja. Akan tetapi, berdasarkan hasil penelitian ditemukan

beberapa rambu keselamatan belum sesuai standar ANSI. Selain itu, ada rambu

keselamatan yang terhalang dan tidak dapat terbaca dari jarak tertentu, serta

ditemukan rambu keselamatan yang seharusnya terpasang tetapi tidak ditemukan di

unit wheel dan brake.

Pemberian pelatihan di unit wheel dan brake juga sudah dilakukan kepada

pekerja mekanik sesuai kebutuhan peraturan dan persyaratan K3 lainnya. Pemberian

pelatihan terdiri dari mandatory training dan other training. Pemberian pelatihan
9

hanya diberikan kepada pekerja tetap dan pekerja kontrak waktu tertentu, dan tidak

diberikan perusahaan kepada pekerja pihak ketiga walaupun beberapa tahun yang

lalu pekerja pihak ketiga pernah diberikan pelatihan. Walaupun pemberian pelatihan

hanya diberikan kepada pekerja tetap dan pekerja kontrak waktu tertentu tetapi

ditemukan pelatihan yang diberikan belum merata, karena ada pekerja yang bukan berasal dari piha
Pengawasan di unit wheel dan brake juga sudah dilakukan. Pengawasan dilakukan oleh manager m
akan dimasukkan ke IOR atau mendapatkan surat peringatan.

D. Gambaran Perilaku Kritis Pekerja Mekanik di Unit Wheel dan Brake

Perilaku kritis penelitian ini adalah tindakan yang mengacu pada istilah

penting keselamatan apakah pekerja mekanik terdorong untuk berperilaku kritis

dengan adanya anteseden. Perilaku kritis dalam penelitian ini terdiri dari pekerja

mekanik berperilaku aman dan pekerja mekanik berperilaku tidak aman.

Sebelum peneliti melakukan wawancara untuk mengetahui perilaku informan

utama, peneliti melakukan pengamatan terlebih dahulu selama kurang lebih satu

minggu. Pengamatan dilakukan pada pekerja mekanik yang bekerja pada shift pagi

dan shift siang untuk menentukan pekerja mekanik berperilaku aman dan pekerja
9

mekanik berperilaku tidak aman. Peneliti menggunakan lembar observasi “critical

behavioral checklist” yang sudah dikembangkan oleh peneliti.

Adapun kriteria pekerja mekanik berperilaku aman disesuaikan dengan

indikator yang sudah ditetapkan peneliti berupa pekerja mekanik menggunakan APD

berperilaku tidakrambu
lengkap sesuai aman dalam mengerjakan
keselamatan pekerjaannya.
dan bahaya di tempat kerja, pekerja mekanik

bekerja
1. denganPerilaku
Gambaran posisi badan
Amanyang tepat,
Pekerja menggunakan
Mekanik peralatan
di Unit Wheel dankerja
Brakesesuai
dengan manual atauaman
Perilaku CMM (Component
pekerja mekanikMaintenance Manual),
di area wheel serta
tercermin daripekerja
selalu
mekanik berkomunikasi/berkoordinasi
digunakannya baik sesama
alat pelindung diri lengkap sesuairekan
rambukerja seperti selalu
keselamatan saling
dan bahaya
bertanya jika kerja.
di tempat ada yang
Selaintidak dimengerti
itu, setelah dan saling
melakukan mengingatkan
pekerjaan, jika sesama
pekerja mekanik selalu
pekerja melakukan
merapikan kesalahan
peralatan yang dalam proses
digunakan danmaintenance
menaruhnyamaupun bilapenyimpanan
di tempat ada bahaya

di tempat kerja. Sebaliknya,


tools, membersihkan areakriteria untuk
kerja dari perilaku
ceceran pekerja
bahan kimia tidak
yang aman adalah
digunakan jika
selama
pekerja mekanik tidak melakukan kriteria perilaku aman yang sudah dijelaskan.

Berdasarkan hasil observasi, secara keseluruhan pekerja mekanik di


unit

wheel dan brake sudah berperilaku aman selama bekerja. Akan tetapi, selama

proses pengamatan ada beberapa pekerja mekanik di unit wheel dan brake yang
9

kerja, serta melaksanakan pekerjaan sesuai manual. Berikut merupakan

gambaran perilaku aman pekerja di area wheel :

(a) (b)
Gambar 5.6 Gambaran Perilaku Aman Pekerja di Area Wheel

Berdasarkan gambar 5.6 (a), didapatkan fakta bahwa pekerja mekanik di area stripping wheel
walaupun bahaya berada di area kerja.

Selain itu, pada gambar 5.6 (b), didapatkan fakta bahwa pekerja mekanik

di area assembly wheel berperilaku aman menggunakan APD lengkap sesuai

rambu keselamatan seperti menggunakan alat pelindung telinga, wearpack,

sarung tangan katun, dan safety shoes.

Sedangkan gambaran perilaku aman pekerja mekanik di area brake

tercermin dari pekerja mekanik menggunakan APD lengkap sesuai rambu

keselamatan di area kerja. Pekerja mekanik juga melakukan pekerjaannya sesuai

dengan manual brake dan membereskan kembali peralatan yang digunakan ke

tempat penyimpanan tools. Selain itu, didapatkan fakta bahwa ada pekerja
9

mekanik yang mengingatkan rekan kerjanya bahwa proses maintenance yang

dilakukan rekannya tersebut tidak sesuai manual dan disarankan untuk

memperbaikinya. Berikut gambaran perilaku aman pekerja di area brake :

(a) (b)

Gambar 5.7 Gambaran Perilaku Aman Pekerja di Area Brake

Berdasarkan gambar 5.7 (a), didapatkan fakta bahwa pekerja di area repair brake bekerja deng
wearpack, sarung tangan, dan safety shoes. Hal ini dapat menjaga pekerja tetap

terlindung walaupun bahaya berada di area kerja.

Selain itu, pada gambar 5.7 (b), didapatkan fakta bahwa pekerja

berperilaku aman di area disassembly brake menggunakan alat pelindung diri

lengkap sesuai rambu keselamatan seperti menggunakan alat pelindung telinga,

wearpack, sarung tangan katun, dan safety shoes. Hal ini dapat menjaga pekerja

tetap terlindung walaupun bahaya berada di area kerja.

Jika dilihat berdasarkan posisi badan yang baik dan aman pada pekerja

mekanik menggunakan metode OWAS, salah satu contohnya dapat terlihat

sebagai berikut:
9

Gambar 5.8 Posisi Badan yang Baik dan Aman Pada Pekerja Mekanik

Berdasarkan metode Ovako Working Analysis System (OWAS) yang digunakan pada gambar 5
risiko yang diterima pada pekerja tersebut berada pada skor 1 atau risiko rendah

yaitu posisi normal tanpa efek yang dapat menganggu sistem musculoskeletal.

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang informan utama katakan

bahwa tindakan aman dilakukan untuk menciptakan K3 adalah menggunakan

APD, mengikuti prosedur, mengamankan lingkungan kerja, dan lainnya. Berikut

beberapa kutipan wawancara informan utama berperilaku aman:

“Ya sesuai prosedur lah mba, membereskan tools ke tempatnya lagi


supaya ngga berantakan, terus abis kerja juga ngga sembarangan, ngga
buang sampah sembarangan, beres-bereslah mba, jangan sampai
berantakan, terus jangan lupa APD nya” (Informan IU2)
9

“Menurut saya itu selalu mematuhi peraturan, peraturan pekerjaan.


Kemudian memperhatikan keselamatan dengan lingkungan dan juga
yang utama selalu mengikuti CMM. Kalau disini kan CMM jadi kalau
pekerjaan selalu mengikuti CMM” (Informan IU4).

2. Gambaran Perilaku Tidak Aman Pekerja Mekanik di Unit Wheel dan Brake

Pada saat observasi di area wheel, diketahui ada beberapa pekerja mekanik berperilaku tidak aman. B

(a) (b)
Gambar 5.9 Gambaran Perilaku Tidak Aman Pekerja di Area Wheel

Berdasarkan gambar 5.9 (a), didapatkan fakta bahwa pekerja di area

repair wheel bekerja dalam posisi tidak tepat, yaitu pekerja melakukan

pekerjaannya di atas meja dengan posisi membahayakan diri sendiri, komponen,

maupun lingkungan kerja karena pekerja tersebut memiliki kemungkinan terjatuh

dan berakibat cedera.


9

Selain itu, pada gambar 5.9 (b) didapatkan fakta bahwa pekerja di area

wheel tidak menggunakan peralatan (troly) sesuai tujuan penggunaannya. Pekerja

tersebut menggunakan peralatan dengan menaikinya, padahal seharusnya

digunakan untuk membawa material. Hal ini karena pekerja berpeluang tidak

dapat mengontrol peralatan dan memungkinkan pekerja menabrak sesuatu.


Jika dilihat berdasarkan posisi tidak tepat/janggal yang dilakukan pekerja mekanik di area whee

Gambar 5.10 Posisi Tidak Tepat/Janggal Pekerja Mekanik di Area Wheel

Berdasarkan metode OWAS yang digunakan pada gambar 5.10 di atas,

dapat diketahui bahwa postur punggung pekerja tersebut bungkuk ke depan

dengan sudut sebesar 67,8o berada pada skor posisi 2, postur kedua tangan

pekerja dibawah bahu berada pada skor posisi 1 dan posisi kaki pekerja jongkok

dengan kedua lutut membentuk sudut sebesar 25o berada pada skor posisi 4,

serta beban berada pada skor 1, maka tingkat risiko yang diterima pada pekerja

tersebut berada pada skor 3 atau risiko tinggi yaitu posisi dengan efek berbahaya

pada sistem musculoskeletal.


9

Sedangkan di area brake, selama dilakukan observasi terdapat beberapa

pekerja berperilaku tidak aman. Perilaku pekerja mekanik tersebut antara lain

tidak menggunakan APD dengan lengkap sesuai rambu keselamatan dan bahaya

di tempat kerja, seperti sarung tangan, alat pelindung telinga, dan kaca mata.

Selain itu, ada pekerja di area ini yang menggunakan peralatan dengan
(a) (b)
menggunakan kakiGambar
saat akan
5.11membongkar brake. Padahal
Gambaran Perilaku hal tersebut sangat
Tidak Aman
Pekerja di Area Brake
membahayakan bagi diri sendiri, orang lain, dan lingkungan kerja. Kemudian,

ditemukan juga pekerja


Berdasarkan gambar bekerja
5.11 (a),dalam posisifakta
didapatkan tidak tepatpekerja
bahwa yang didapat
area
mengakibatkan
assembly brake terjadinya cedera.posisi
bekerja dalam Berikut merupakan
tidak gambaran
tepat, karena perilaku
pekerja tidak
melakukan
aman pekerjadimekanik
pekerjaannya di area
atas meja brake:
dengan posisi membahayakan diri sendiri, komponen,

maupun lingkungan kerja karena pekerja tersebut berpeluang terjatuh dan

berakibat cedera.
10

Selain itu, pada gambar 5.11 (b), diketahui pekerja di area repair brake

tidak menggunakan APD dengan lengkap sesuai rambu keselamatan, seperti

tidak menggunakan alat pelindung telinga, sarung tangan, dan kaca mata

pelindung. Hal ini dapat menyebabkan kemungkinan pekerja terluka atau cedera

lebih besar karena tidak menggunakan alat pelindung diri.


Jika dilihat berdasarkan posisi tidak tepat/janggal yang dilakukan pekerja mekanik di area bra

Gambar 5.12 Posisi Tidak Tepat/Janggal


Pekerja Mekanik di Area Brake

Berdasarkan metode OWAS yang digunakan pada gambar 5.12 di atas,

dapat diketahui bahwa postur punggung pekerja tersebut membungkuk ke depan

dengan sudut sebesar 63o berada pada skor posisi 2, postur salah satu tangan

pekerja berada di atas bahu pada skor posisi 2 dan posisi kaki pekerja berdiri

dengan kedua kaki membentuk sudut > 150o berada pada skor posisi 2, serta

beban berada pada skor 1, maka tingkat risiko yang diterima pada pekerja

tersebut berada pada skor 2 atau risiko sedang yaitu posisi yang berpotensi

menyebabkan kerusakan pada sistem musculoskeletal.


10

Hal ini tidak sesuai dengan hasil wawancara dengan informan utama

katakan bahwa tindakan aman yang dilakukan untuk menciptakan K3 adalah

menggunakan APD, mengikuti prosedur, dan lainnya. Berikut beberapa kutipan

wawancara informan utama berperilaku tidak aman:

“Pake APDlah, hati-hati mba, ngikutin prosedur “ (Informan IU6)

“Untuk diri sendiri ya pasti memakai APD, terus memerhatikan sesama teman tuntuk m
dijelaskan tentang warning, caution, sama note” (Informan IU8).

Dari gambaran di atas, dapat diketahui bahwa perilaku kritis di unit wheel dan

brake tergambar dari hasil analisis gambaran perilaku kritis sebagai berikut:
Perilaku Kritis

Perilaku Tidak Aman Perilaku Aman

Pekerja menggunakan
Pekerja mekanik tidak menggunakan alat pelindung diri lengkap sesuairambu mekanik Pekerja mekanik
keselamatandan bahaya di tempat kerja alat mengingkatkan pekerja
pelindung diri lengkaplainjikapekerja sesuairambutersebutmelakukan keselama

Pekerjamekanik bekerjadalam Pekerja mekanik menggunakan peralatan ses


Pekerja mekanik Pekerja mekanik posisi yang tepat
menggunakan peralatan tidak sesuai dengan tujuan
berada
penggunaannya
pada posisi badan yang tidak tepat saatmelakukan pekerjaannya

Bagan 5.5 Gambaran Perilaku Kritis di Unit Wheel dan Brake

Dari gambaran bagan 5.5 di atas, dapat diketahui beberapa perilaku kritis

pekerja mekanik yang diteliti di unit wheel dan brake sudah terlihat dapat
10

menciptakan K3. Perilaku kritis mencerminkan pekerja mekanik berperilaku

aman di unit wheel dan brake antara lain menggunakan APD secara lengkap

sesuai rambu keselamatan dan bahaya di tempat kerja, pekerja bekerja dalam

posisi yang tepat, pekerja menggunakan peralatan sesuai manual, dan pekerja

mengingatkan rekannya jika melakukan ketidaksesuaian.


Walaupun perilaku kritis pekerja lebih mengarah pada peningkatan keselamatan. Akan tetapi,

E. Gambaran Konsekuensi di Unit Wheel dan Brake


Konsekuensi dalam penelitian ini adalah gambaran hasil perilaku yang mempengaruhi kemungkina

perilaku terulang, sementara hukuman mengurangi kemungkinan perilaku terulang.

Berikut merupakan gambaran konsekuensi yang ada di unit wheel dan brake:

1. Hukuman

Hukuman atau punishment dalam penelitian ini yaitu pemberian sanksi

(punishment) yang diberikan terkait dengan perilaku keselamatan kerja jika

pekerja mekanik tidak berperilaku aman selama bekerja. Berdasarkan hasil

penelitian diketahui bahwa hukuman terkait dengan perilaku pekerja di unit

wheel dan brake adalah berupa peneguran dari leader (senior), manager, dan

unit terkait seperti unit TQ dan K3. Jika peneguran beberapa kali sudah
10

dilakukan tetapi pekerja tetap melakukannya, maka pekerja mendapatkan surat

peringatan. Hal ini didukung oleh hasil wawancara dengan informan terkait

hukuman yang diberikan jika pekerja berperilaku tidak aman sebagai berikut:

“Paling sanksi nya lebih keteguran aja ya mba, tapi biasanya kalau
emang itu kena SP mba” (Informan IU6)

“Sanksi saya hanya berupa lisan. Kalau sekali ngga kena, dua kali ngga
kena kalau tiga kali, ya kena surat peringatan kalau pegawai. Kalau
yang hier surat peringatan ngga bisa kita pulangin ke PT nya, ngga bisa
diatur gitu kan. Karena kalau berkaitan dengan keselamatan, ada yang
celaka satu orang yang jelek GMF. Tapi sampai saat ini saya
alhamdulillah belum pernah ngasih” (Informan IK2)

Selain itu, berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ketentuan

pemberian hukuman secara corporate jika pekerja melanggar atau berperilaku

tidak aman, sudah ditetapkan dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB).

Ketentuan ini tertuang dalam pembahasan mengenai disiplin pegawai bahwa

setiap pekerja akan mendapatkan hukuman berdasarkan berat ringannya

pelanggaran.
lisan dan surat peringatan tertulis. Jenis pelanggaran sedang, hukumannya

berupa penurunan base salary 10% selama 4 bulan dan pembebasan dari jabatan

struktural dan dapat diangkat kembali menjadi pejabat struktural namun tidak pada

posisi jabatan yang sama. Sedangkan untuk jenis pelanggaran berat, hukumannya

berupa penurunan base salary sebesar 10% selama 12 bulan, pembebasan dari jabatan

struktural dan setelah 3 tahun dapat diangkat kembali menjadi pejabat struktural namun

tidak pada posisi jabatan yang sama, dan pemutusan hubungan kerja (PHK). Hal ini

didukung oleh hasil wawancara dengan informan sebagai berikut:

“Sejauh ini sih cuma berupa teguran ya, teguran dari atasannya biasanya,
misalnya teguran bila ngga pakai APD, berperilaku tidak aman
10

membahayakan orang lain, tapi kalau untuk corporate masuk ke dalam


PKB (Perjanjian kerja bersama) disitu kalau tidak pakai APD dia
termasuk dalam pelanggaran disiplin sedang, disitu ada sanksinya”
(Informan IP1)

“Kalau sebenarnya di PKB udah ada, kalau misalkan dia melanggar,


melanggar apa misalnya ketentuan K3 pake APD atau apa ada surat
peringatan, misalnya ada sampai penurunan jabatan, sampai
menghilangkan istilahnya benefit, salary kayak gitu, cuma belum jalan,
sekarang cuma baru ke arah, kaya tadi surat peringatan, terus surat
teguran, terus kadang-kadang, apa namanya, sanksinya itu sampai yang
sanksi sosial aja sih, malu”(Informan IP2)

2. Penghargaan

Penghargaan atau reward dalam penelitian ini yaitu pemberian penghargaan

kepada pekerja mekanik bila pekerja mekanik berperilaku aman ketika bekerja.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penghargaan secara terpusat di PT

GMF AeroAsia kepada pekerja sudah tersedia. Ketersediaan penghargaan

dijelaskan dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB), yang diketahui bahwa

penghargaan di perusahaan berupa prestasi pegawai, yang bentuk

penghargaannya diatur perusahaan.

Penghargaan yang diketahui diberikan oleh perusahaan adalah pemberian

hadiah kepada pekerja pemberi IOR terbaik setiap bulannya yang diumumkan di

majalah Penity, yaitu berupa pelaporan bahaya dan pelaporan jika ada pekerja

berperilaku tidak sesuai peraturan. Bentuk penghargaan lainnya yaitu the best

employee kepada pekerja, penghargaan ini dinilai berdasarkan beberapa aspek

kriteria penilaian yang sudah ditentukan seperti absen pekerja, kinerja pekerja

bagus, memenuhi target jam kerja aman, mengikuti prosedur dengan baik,

disiplin dalam melakukan pekerjaan, dan beberapa aspek lainnya. Selain itu, ada
10

juga penghargaan Keep Performance Indicator (KPI) bila pekerja memenuhi

target pencapaian penilaian kinerja yang telah ditentukan perusahaan. Hal ini

didukung oleh hasil wawancara sebagai berikut:

“Oh kalau berperilaku aman sih belum, adanya ini the best employee, mungkin bisa termasuk amann
“Kita hanya berikan reward secara global. Maksudnya gini, dia kinerja bagus, tapi kalau dia melangg
Namun, berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama, sebagian besar pekerja mekanik belum
“Kalau itu kurang tahu saya. Eh, belum pernah tahu sih” (Informan IU2)

“Kalau setahu saya kalau terkait keselamatan itu ngga ada sih, diunit ini

juga” (Informan IU4)”

“Kalau secara global di GMF saya ngga tahu ya, tapi setahu saya di unit
ini ngga ada” (Informan IU8)

Dari gambaran di atas, diketahui bahwa konsekuensi di unit wheel dan brake

sudah dilakukan melalui pemberian konsekuensi berupa penghargaan maupun

hukuman. Gambaran konsekuensi ini tergambar dari hasil analisis sebagai berikut:
10

Konsekuensi

Hukuman Penghargaan

Hukuman yang sudah


diterapkan perusahaan Penghargaan yang sudah diterapkanPenghargaan
perusahaan yaitu berupa
yang pemberian hadiah ke
IOR terbaik, the best diberikan perusahaan
dikategorikan terdiri dari pemberian hukuman jenis pelanggaranringan, pelanggaran sedang, dan
pelanggran berat belum diketahui merata
oleh pekerja mekanik

employee,dan
penghargaan terkait KPI

Bagan 5.6 Gambaran Konsekuensi di Unit Wheel dan Brake

Berdasarkan bagan 5.6 di atas, didapatkan fakta tentang konsekuensi bahwa pemberian hukuman s
belum diketahui merata pekerja.

F. Gambaran Antecedent – Behavior – Consequence di Unit Wheel dan Brake

Keselamatan kerja berdasarkan perilaku pekerja mekanik di unit wheel dan

brake dapat digambarkan melalui keterkaitan anteseden dan konsekuensi.

1. Gambaran Penyebab Pekerja Mekanik Berperilaku Aman

Berdasarkan hasil penelitian terhadap pekerja mekanik di unit wheel dan

brake, didapatkan hasil bahwa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan

pekerja berperilaku aman. Perilaku aman yang pertama yaitu diketahui pekerja

bekerja menggunakan APD dengan lengkap. Hal ini disebabkan pekerja terpicu

karena adanya beberapa anteseden seperti sudah ada peraturan atau SOP
10

mengenai kewajiban pekerja untuk memakai APD, sudah disediakannya alat

pelindung diri secara cuma-cuma oleh perusahaan, adanya rambu keselamatan

yang terpasang di unit tersebut, pengawasan yang dilakukan atasan membuat

pekerja merasa diawasi yang akhirnya membuat pekerja bekerja dengan aman.

Selain itu, adanya pemberian hukuman membuat pekerja takut untuk berperilaku

tidak aman dan adanya pemberian penghargaan membuat pekerja lebih

termotivasi untuk berperilaku aman. Berikut merupakan bagan 5.7 yang

menggambarkan penyebab terjadinya perilaku menggunakan APD dengan

lengkap di unit wheel dan brake:

Antecedent Behavior Consequences

Peraturan keselamatan yang mengikat


Sudah tersedia APD Pemberian hukuman
Perilaku Menggunakan APD dengan lengkap
Sudah terpasangnya rambu Pemberian penghargaan

keselamatan
Pengawasan yang dilakukan

Bagan 5.7 Penyebab Pekerja Mekanik Menggunakan Alat Pelindung Diri


Lengkap di Unit Wheel dan Brake

Kemudian, perilaku aman pekerja dalam menggunakan peralatan,

disebabkan karena tersedianya peraturan tagging peralatan, tersedianya prosedur

kerja berupa Component Maintenance Manual (CMM), pelatihan yang sudah

diberikan kepada pekerja mekanik, dan pengawasan yang dilakukan atasan

membuat pekerja berusaha untuk berperilaku aman selama bekerja. Selain itu,

adanya pemberian hukuman membuat pekerja takut untuk berperilaku tidak

aman dan adanya pemberian penghargaan membuat pekerja lebih termotivasi

untuk berperilaku aman. Berikut merupakan bagan 5.8 yang menggambarkan


10

penyebab terjadinya perilaku aman pekerja dalam menggunakan peralatan di

unit wheel dan brake:

Antecedent Behavior Consequences

 Peraturan tagging dan  Pemberian


Prosedur CMM Perilaku hukuman
 Pelatihan yang sudah Aman menggunakan  Pemberian
diberikan peralatan penghargaan
 Pengawasan yang
dilakukan

Bagan 5.8 Penyebab Pekerja Mekanik Berperilaku Aman


Menggunakan Peralatan di Unit Wheel dan Brake

Selanjutnya, perilaku aman pekerja dalam posisi yang tepat dapat terjadi

karena adanya peraturan perusahaan yang mengikat, pengetahuan dan

keterampilan pekerja mekanik yang sudah diberikan melalui pelatihan human

factor khusus aircraft maintenance. Selain itu, adanya pemberian hukuman

membuat pekerja takut untuk berperilaku tidak aman dan adanya pemberian

penghargaan membuat pekerja lebih termotivasi untuk berperilaku aman.

Berikut merupakan bagan 5.9 yang menggambarkan penyebab terjadinya

perilaku aman pekerja mekanik bekerja dalam posisi yang tepat di unit wheel

dan brake:

Antecedent Behavior Consequences

 Peraturan keselamatan  Perilaku bekerja dalam  Pemberian


yang mengikat posisi yang tepat hukuman
 Pelatihan yang sudah  Pemberian
diberikan penghargaan

Bagan 5.9 Penyebab Pekerja Mekanik Bekerja


dalam Posisi yang Tepat di Unit Wheel dan Brake

Selanjutnya, perilaku aman pekerja berkomunikasi/berkoordinasi baik, seperti

saling mengingatkan jika ada pekerja yang melakukan ketidaksesuaian dapat terjadi
10

karena adanya peraturan perusahaan yang mengikat, pengetahuan pekerja mekanik

yang sudah diberikan melalui pelatihan human factor khusus aircraft maintenance.

Selain itu, adanya pemberian hukuman membuat pekerja takut untuk berperilaku

tidak aman dan adanya pemberian penghargaan membuat pekerja lebih termotivasi

untuk berperilaku aman. Berikut merupakan bagan 5.10 yang menggambarkan

penyebab terjadinya perilaku aman pekerja mekanik berkoordinasi baik sesama rekan

kerja di unit wheel dan brake:


Consequences
Antecedent Behavior
Pemberian hukuman
Perilaku
Peraturan keselamatan yang mengikat saling Pemberian penghargaan
Pelatihan yang sudah mengingatkan jika ada
diberikan bahaya dan
ketidaksesuaian

Bagan 5.10 Penyebab Pekerja Mekanik Berkoordinasi Baik


dengan Sesama Rekan Kerja di Unit Wheel Dan Brake

2. Gambaran Penyebab Pekerja Berperilaku Tidak Aman

Berdasarkan hasil penelitian terhadap pekerja mekanik di unit wheel dan

brake, didapatkan hasil bahwa terdapat beberapa hal yang menyebabkan pekerja

berperilaku tidak aman. Perilaku tidak aman tersebut antara lain tidak

menggunakan APD dengan lengkap saat pekerja mekanik melakukan

pekerjaannya. Hal ini disebabkan karena kurang memadainya beberapa

anteseden di unit wheel dan brake seperti kondisi APD tidak berfungsi maksimal

dikarenakan perawatan APD belum berjalan optimal dan masih ditemukannya

rambu keselamatan yang terhalang dan ada rambu keselamatan yang seharusnya

terpasang tetapi belum ada.


11

Selain itu, belum diberikannya pekerja mekanik pelatihan mengenai

pentingnya penggunaan APD, tata cara penggunaan APD yang baik dan cara

perawatan APD yang benar dapat menyebabkan pekerja mekanik belum

terdorong berperilaku aman. Kemudian, karena pengawasan yang dilakukan

belum dapat mencakup seluruh pekerja secara bersamaan dapat juga

menyebabkan perilaku tidak aman terjadi saat tidak dilakukannya pengawasan.

Kemudian, hal ini dapat disebabkan karena beberapa pekerja mekanik belum

mengetahui ada penghargaan yang diberikan bila pekerja melakukan

pekerjaanya sesuai aturan perusahaan dan dapat karena kurang tegasnya/belum

konsistennya pemberian hukuman yang diberikan kepada pekerja. Berikut

merupakan bagan 5.11 yang menggambarkan penyebab perilaku tidak

menggunakan APD dengan lengkap di unit wheel dan brake:

Antecedent
Behavior Consequences

 Kondisi APD berfungsi kurang


 Bentuk penghargaan
maksimal
Perilaku yang diberikan
 Rambu keselamatan terhalang
Tidak Menggunakan APD perusahaan belum
dan ada rambu keselamatan yang
dengan lengkap diinformasikan
seharusnya terpasang tetapi
maksimal
belum ada
 Hukuman yang
 Belum ada pelatihan penggunaan
diberikan kurang
APD
tegas/belum konsisten
 Pengawasan kurang memadai

Bagan 5.11 Penyebab Pekerja Mekanik Tidak Menggunakan


Alat Pelindung Diri Lengkap di Unit Wheel dan Brake

Perilaku tidak aman selanjutnya yaitu pekerja menggunakan peralatan

tidak sesuai dengan tujuan penggunaannya. Hal ini dapat disebabkan karena

kurang memadainya pelatihan yang diberikan untuk mendorong pekerja

berperilaku aman. Kemudian, karena pengawasan yang dilakukan belum dapat

mencakup seluruh pekerja secara bersamaan dapat juga menyebabkan perilaku


11

tidak aman terjadi saat tidak dilakukannya pengawasan. Kemudian, hal ini dapat

disebabkan karena beberapa pekerja mekanik belum mengetahui ada

penghargaan yang diberikan bila pekerja melakukan pekerjaanya sesuai aturan

perusahaan dan dapat karena kurang tegasnya/belum konsistennya pemberian

hukuman yang diberikan kepada pekerja. Berikut merupakan bagan 5.12 yang
menggambarkan penyebab pekerja menggunakan peralatan tidak sesuai tujuan penggunaann

Antecedent Behavior Consequences

Pelatihan memadai kurang Bentuk penghargaan yang diberikan perusahaan belu


Pengawasan Perilaku menggunakan peralatan tidakHukuman yangpenggunaanya
sesuai tujuan diberikan kurangtegas/belum konsist
memadai
kurang

Bagan 5.12 Penyebab Pekerja Mekanik Menggunakan Peralatan Tidak Sesuai Tujua

Perilaku tidak aman selanjutnya yaitu pekerja mekanik bekerja dalam

posisitidaktepat,sepertibekerjadiatasmejadenganposisiyang

membahayakan diri sendiri maupun lingkungan kerja. Hal ini dapat disebabkan

karena kurang memadainya pelatihan yang diberikan untuk mendorong pekerja

berperilaku aman. Kemudian, karena pengawasan yang dilakukan belum dapat

mencakup seluruh pekerja secara bersamaan dapat juga menyebabkan perilaku

tidak aman terjadi saat tidak dilakukannya pengawasan. Kemudian, hal ini dapat

disebabkan karena beberapa pekerja mekanik belum mengetahui ada

penghargaan yang diberikan bila pekerja melakukan pekerjaanya sesuai aturan

perusahaan dan dapat karena kurang tegasnya/belum konsistennya pemberian


11

hukuman yang diberikan kepada pekerja. Berikut merupakan bagan 5.13 yang

menggambarkan penyebab pekerja mekanik bekerja dalam posisi tidak tepat di

unit wheel dan brake:

Antecedent
Behavior Consequences

 Pelatihan kurang
 Bentuk penghargaan yang
memadai diberikan perusahaan
 Pengawasan kurang Perilaku bekerja dalam belum diinformasikan
memadai posisi tidak tepat maksimal
 Hukuman yang diberikan
kurang tegas/belum
konsisten

Bagan 5.13 Penyebab Pekerja Mekanik Bekerja dalam


Posisi Tidak Tepat di Unit Wheel dan Brake
BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan pada saat melakukan penelitian yang dapat mempengaruhi hasi
Perilaku pekerja yang diamati pada penelitian ini hanya beberapa aspek antara lain: perilaku penggu
Penelitian ini tidak meneliti mengenai peralatan keselamatan yang ada di

perusahaan yang dapat mempengaruhi pekerja dalam berperilaku.

B. Anteseden

Dalampenelitianini,gambaranantesedenmerupakansesuatuyang

mendahului dan memicu terjadinya perilaku. Anteseden yang diteliti dalam

penelitian ini yaitu dari aspek kebijakan/peraturan K3, ketersediaan APD, rambu

K3, pelatihan keselamatan, dan pengawasan.

Berdasarkan hasil penelitian, secara umum didapatkan gambaran bahwa

kebijakan/peraturan keselamatan kerja sudah tersedia dalam bentuk tulisan dan telah

diinformasikan kepada seluruh pekerja. Akan tetapi, dijumpai ada APD yang kurang

berfungsi maksimal, rambu keselamatan di unit wheel dan brake ada yang terhalang

113
11

dan belum sesuai dengan prosedur perusahaan. Selain itu, dijumpai juga pelatihan

keselamatan yang diketahui belum diberikan merata, dan pengawasan yang

dilakukan setiap hari di unit wheel dan brake belum dapat mencakup seluruh area

wheel dan brake dikarenakan masih dijumpai pekerja yang berperilaku tidak aman.

a. untuk mencegah dan


1. Kebijakan/Peraturan K3 mengurangi kecelakaan mencegah
b.Berdasarkan
mengurangihasil
dan memadamkan
penelitian, PTkebakaran
GMF AeroAsia sudah berusaha untuk
c. mencegahperlindungan
memberikan dan mengurangi bahaya tenaga
terhadap peledakan
kerja atas keselamatan dan
d. memberi
kesehatan kesempatan
kerja atau jalan pekerjaannya.
dalam melakukan menyelamatkanKomitmen
diri pada waktu kebakaran
perusahaan itu

sudahatau kejadian-kejadian
dilakukan perusahaanlain yang berbahaya
dengan memenuhi dan mentaati semua syarat-
e. memberi
syarat pertolongan pada keselamatan
dan ketentuan-ketentuan kecelakaan dan kesehatan kerja yang berlaku

f. memberi
bagi alat-alat
usaha dan tempatperlindungan
kerja yangdiridijalankan
pada para pekerja
guna mencegah terjadinya

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No.1 Tahun 1970 pasal 3


tentang

Keselamatan Kerja menyatakan bahwa “peraturan perundangan ditetapkan

dengan syarat-syarat keselamatan kerja sebagai berikut:


11

g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,

kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar

radiasi, suara dan getaran

h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik

penyimpanan barang
maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan
q.i. mencegah terkena
memperoleh aliran listrik
penerangan yang yang
cukupberbahaya
dan sesuai;
r.j. menyesuaikan dan suhu
menyelenggarakan menyempurnakan pengamanan
dan lembab udara yang baikpada pekerjaan yang

k. bahaya kecelakaannya
menyelenggarakan menjadi bertambah
penyegaran udara yangtinggi.”
cukup
Selain
l. itu, PT GMF
memelihara AeroAsia
kebersihan, juga telah
kesehatan menerapkan salah satu peraturan
dan ketertiban
wajib
m. yang harus diterapkan
memperoleh keserasianoleh perusahaan,
antara yaitu dengan
tenaga kerja, menerapkan
alat kerja, Sistem
lingkungan,
Manajemen Keselamatan
cara dan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang meliputi:
proses kerjanya
a. n.
penetapan kebijakan
mengamankan K3,
dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,

tanaman atau barang

o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan

p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan


11

b. perencanaan K3,

c. pelaksanaan rencana K3,

d. pemantauan dan evaluasi kinerja K3, dan

e. peninjauan serta peningkatan kinerja SMK3.


rujukan utama bila terjadi perselisihan. Perjanjian Kerja Bersama berisi

penjelasan mengenai
Berdasarkan hak 50
PP No. danTahun
kewajiban
2012 perusahaan maupun
pasal 5 tentang serikat pekerja,
Penerapan Sistem

ketentuan
Manajemendisiplin karyawan/pegawai,
Keselamatan dan beberapa
dan Kesehatan penjelasan
Kerja (SMK3), lainnya.
bahwa penerapan

Perjanjian
SMK3 KerjaGMF
di PT Bersama (PKB) ini
AeroAsia sesuai
telah dengan
sesuai UU No.13 Tahun
dikarenakan 2003
perusahaan

tentang Ketenagakerjaan
mempekerjakan bahwa perjanjian
pekerja/buruh kerja 100
paling sedikit bersama dibuat orang
(seratus) oleh serikat
atau

pekerja/serikat buruhpotensi
mempunyai tingkat atau beberapa serikat pekerja/serikat buruh yang telah
bahaya tinggi.

tercatat pada
Selain itu,instansi yang bertanggung
berdasarkan jawab
hasil penelitian di bidang
di PT ketenagakerjaan
GMF AeroAsia dengan
diketahui juga

pengusaha
perusahaanatau beberapaPerjanjian
memiliki pengusahaKerja
dan ketentuan
Bersama mengenai persyaratan
(PKB) yang serta
merupakan

pedoman untuk mengatur syarat-syarat kerja yang merupakan hasil

perundingan dan kesepakatan antara pengusaha dengan serikat pekerja di

perusahaan, yang digunakan kedua belah pihak dalam melaksanakan

hubungan kerja dan sebagai


11

tata cara pembuatan, perpanjangan, perubahan dan pendaftaran perjanjian kerja

bersama diatur dengan keputusan menteri.

Kebijakan/peraturan keselamatan dan peraturan lainnya di PT GMF AeroAsia

dibuat tertulis, disosialisasikan kepada seluruh karyawan maupun pihak ketiga.

terbaca dan
Kegiatan menurut petunjuk
komunikasi pegawai K3
dan implementasi pengawas ataumelalui
dilakukan ahli keselamatan kerja
beberapa cara di
serta memasang
antaranya melaluidalam
safety tempat kerjasafety
induction, yangbriefing,
dipimpinnya,
intranet,semua gambar
penempelan
keselamatan kerja
kebijakan K3 danyang diwajibkan
peraturan dandisemua
lainnya dekatbahan
fingerpembinaan
print dan lainnya, pada
pada papan
tempat-tempat
pengumuman yang mudahunit
di setiap dilihat
PT dan
GMFterbaca menurut
AeroAsia, sertapetunjuk
beberapapegawai
cara
pengawas atau
komunikasi ahli keselamatan
lainnya kerja.agar seluruh pekerja maupun pihak ketiga
yang bertujuan
Hal ini juga
mengetahui dan didukung Hughes
menaati semua dan Frrett
peraturan (2011),
selama beradabahwa
di areasetiap pengusaha
perusahaan.
harus menyediakan
Hal dan memberikan
ini sesuai dengan UU No.1 informasi keselamatan
Tahun 1970 dan kesehatanKerja
tentang Keselamatan kerja

kepada semua
pasal 14 karyawan
bahwa sesuai
pengurus dengan bahaya
diwajibkan secarayang ada menempatkan
tertulis di tempat kerja.dalam

tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat keselamatan kerja yang

diwajibkan, sehelai undang-undang ini dan semua peraturan

pelaksanaannya yang berlaku bagi


11

Begitupun Roughton dan Mercurio (2002) yang menyatakan bahwa aturan kerja

dibuat dan dikembangkan sebagai bagian penting dari program pencegahan dan

pengendalian bahaya, serta dikatakan bahwa peraturan keselamatan yang

dikatakan paling efektif ketika mereka ditulis, dikirim, dan dibahas dengan

semua karyawan yang terkena dampak.

Menurut Roughton dan Mercurio (2002) menyatakan bahwa aturan-aturan ini memainkan bag
keselamatan terhadap pembentukan perilaku sangat kuat.

2. Ketersediaan APD
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan fakta bahwa manajemen PT GMF AeroAsia telah me

pelindung tambahan sesuai dengan bahaya di setiap unit. APD yang diberikan

secara corporate berupa safety shoes dan wearpack diseluruh unit produksi dan

alat pelindung diri tambahan biasanya diajukan oleh pihak manager masing-

masing sesuai kebutuhan disetiap unit. APD yang terdapat di unit wheel dan

brake antara lain berupa helm, ear muff , ear plug, masker debu, masker

cartridge (half face dan full face), back support, sarung tangan katun, sarung

tangan karet untuk bahan kimia, safety glasses, dan sepatu khusus untuk bahan

kimia.
11

Berdasarkan alat pelindung diri yang telah disediakan perusahaan, hal ini

sesuai dengan Undang-Undang No.1 Tahun 1970 pasal 14 (c) tentang

Keselamatan Kerja yang berisi bahwa pengusaha diwajibkan menyediakan

secara cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga

wheel
kerja dan
yangbrake sudah
berada memadai
dibawah dan mencukupi,
pimpinannya serta tertata bagi
dan menyediakan rapi sesuai
setiap dengan
orang
kebutuhan pekerjaan.tempat
lain yang memasuki Hal ini dapat
kerja terlihat
tersebut, dengan
disertai adanya
dengan tempat loker
petunjuk-petunjuk
penyimpanan yang dimiliki
yang diperlukan menurutolehpetunjuk
setiap pekerja mekanik
pegawai selama mereka
pengawas bekerja.
atau ahli-ahli
Begitupun dengan
keselamatan kerja. kelayakan
Begitu pulaAPD di unit alat
pemberian wheel dan brake
pelindung didapatkan
diri ini fakta
sudah sesuai
bahwa
denganAPD sudah dilakukan
Permenakertrans sesuai
No.8 Tahunstandarisasi
2010 pasalnasional maupunAlat
2 (1) tentang internasional.
Pelindung
Berdasarkan
Diri hal di atas, hal
bahwa pengusaha ini sesuai
wajib dengan Permenakertrans
menyediakan alat pelindung No.8
diri Tahun
bagi
2010 pasal 7 (2)ditentang
pekerja/buruh tempatAlat Pelindung
kerja Diri3 bahwa
dan pasal salah satu
(1) bahwa alat manajemen alat
pelindung diri
pelindung diri dimaksud
sebagaimana yang harus dilakukan
meliputi pengusaha
pelindung ataupelindung
kepala, pengurus mata
adalah
dan muka,

pelindung telinga, pelindung pernapasan beserta perlengkapannya, pelindung

tangan, dan/atau pelindung kaki.

Selain itu, berdasarkan hasil penelitian diketahui ketersediaan APD di


12

penyimpanan dan Permenakertrans No.8 Tahun 2010 pasal 2 (2) tentang Alat

Pelindung Diri bahwa alat pelindung diri sebagaimana dimaksud harus sesuai

dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar yang berlaku.

Sedangkan berdasarkan hasil penelitian mengenai perawatan APD unit wheel

diri.
dan Selain
brake, itu,
alat hal ini jugadiri
pelindung kurang sesuai
diganti dengan melaporkan
jika pekerja prosedur pengelolaan APD
ada kerusakan
perusahaan
pada APD yang menyatakan
miliknya. Khususbahwa standarisasi
alat pelindung semuatangan,
sarung APD termasuk juga
pekerja akan
melakukan perawatan
mendapatkan terhadap
setiap akan setiapdan
bekerja APD. Selain
untuk alatitu,pelindung
hal ini kurang sesuai
pernapasan
dengan yangperawatan
dilakukan dikatakandengan
Roughton dan Mercurio
penggantian (2002)
cartridge padabahwa karyawan
masker yang
membutuhkan
dilakukan setiappelatihan untuktetapi
3 bulan, akan memahami mengapa
berdasarkan alat pelindung
hasil penelitian diri
di lapangan
diperlukan dan bagaimana
diketahui bahwa menggunakan
ada perawatan APD yangserta
belummemelihara alat pelindung
dilakukan dengan diri
maksimal.
tersebut
Hal ini dengan benar.pekerja mekanik di cleaning area merasakan masker yang
dikarenakan

digunakan tidak lagi berfungsi maksimal.

Fakta di atas ini kurang sesuai dengan Permenakertrans No.8 Tahun


2010

tentang Alat Pelindung Diri bahwa salah satu manajemen APD yang harus

dilakukan pengusaha atau pengurus adalah melakukan perawatan alat


12

Kesesuaian APD dengan bahaya di tempat kerja diketahui bahwa APD di unit

wheel dan brake sudah sesuai dengan bahaya di tempat kerja. Hal ini

dikarenakan manajemen K3 sudah berkoordinasi dengan seluruh unit di

perusahaan tak terkecuali dengan pihak manajemen unit wheel dan brake untuk

mengendalikan pemajanan.
melakukan HIRADC Selain
sebelum itu, Harrington
diketahui (2003)
pengendalian jugaberupa
terakhir menyatakan
APD
peraturan mengharuskan
apa saja yang bahwadanAPD
harus disediakan yang disediakan
digunakan harus
selama bekerja sesuai
di unit dengan
tersebut.
tujuannya
Hal inidan sesuai
sesuai dengan
dengan standardan
Hughes yang disahkan
Frrett oleh
(2012) pejabat
bahwa kesehatan
standar OHSASdan

keselamatan.
18001:2007 sebelum menetapkan APD yang sesuai dengan bahaya maka
Berdasarkan
perusahaan fakta
diperlukan di atas,
untuk dapat diduga
melakukan hazard bahwa ada pekerja
identification, yang tidak
risk assessment
menggunakan APD dengan
dan memperhitungkan baik dancontrol
determining benar dapat disebabkan sesuai
yang ditentukan karena dengan
pekerja

belum
hirarkimengetahui bagaimana
pengendalian menggunakan
sebagai berikut: pelindung
eliminasi, tersebut
subtitusi, dengan control,
engineering baik dan

benar, serta pekerja


administrasi diduga
kontrol, belum
dan alat mengetahui
pelindung diri. bagaimana memelihara APD yang

Hal ini juga didukung dengan Harrington (2003) yang menyatakan


bahwa

jika upaya lain tidak dapat melindungi atau memberikan pengendalian yang

cukup, maka harus disediakan APD yang sesuai secara memadai


12

diberikan dengan benar. Selain itu, sebaiknya pihak manajemen lebih

memperhatikan lagi mengenai perawatan APD di unit wheel dan brake sesuai

dengan Permenakertrans dan prosedur APD perusahaan agar pekerja mekanik

tetap terjaga keselamatan dan kesehatannya selama bekerja. Oleh karena itu,

dibutuhkan adanya pelatihan mengenai pelatihan khusus mengenai penggunaan

serta pemeliharaan alat pelindung diri yang baik dan benar.

3. Rambu Keselamatan/Rambu K3

Rambu keselamatan di unit wheel dan brake berdasarkan hasil penelitian diketahui secara umum s
Berdasarkan Zaendar (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Gambaran

aspek perilaku kerja selamat melalui metode ABC (antecedents-behavior-

consequences) pada pekerja di divisi steel tower PT Bukaka Teknik Utama

menyatakan bahwa pengaruh pesan keselamatan terhadap pembentukan perilaku

aman sangat kuat. Pemberian pesan keselamatan dapat memberikan peringatan

bagi para pekerja tentang bahaya sebelum mereka melakukan pekerjannya.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, hal ini sesuai dengan Undang-Undang

No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja bahwa pengurus diwajibkan

memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan

kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat
12

yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli

keselamatan kerja.

Akan tetapi, rambu keselamatan di unit wheel dan brake ini kurang sesuai

dengan prosedur safety works and facilities (safety signs) perusahaan bahwa

rambu keselamatan yang ada di PT GMF AeroAsia mengacu pada standar

(American National Standards Institute (ANSI). Hal ini dikarenakan pada


(a) (b)
beberapaGambar
rambu keselamatan
6.1 Rambu Keselamatan di Unit Wheel dandan
yang ditemukan di unit wheel brake ada yang
Brake

belum sesuai prosedur safety works and facilities (safety signs) seperti yang

diketahui pada gambar 6.1 (a) rambu “dilarang merokok” di unit wheel dan

brake ditemukan hanya berupa tulisan saja, akan tetapi rambu di prosedur
(a)
safety signs perusahaan (b) piktogram seperti
seharusnya rambu disertai dengan
Gambar 6.2 Rambu Keselamatan di Prosedur Safety Signs PT GMF AeroAsia
pada gambar 6.2 (a). Begitu pula, dengan rambu “awas bahaya radiasi” seperti

pada gambar 6.1 (b) ditemukan bahwa bentuk dan warna rambu tidak sesuai

dengan prosedur safety signs perusahaan seperti pada gambar 6.2 (b).
12

Hal ini kurang sesuai dengan Hughes dan Frrett (2011) yang mengatakan

bahwa arti signs (selain komunikasi verbal) tidak harus bergantung pada kata-

kata. Namun, tanda dapat dilengkapi dengan kata-kata untuk memperkuat pesan

yang disediakan untuk mengalihkan bahwa terdapat bahaya. Sign (selain

Selain itu,verbal,
komunikasi dengansinyal
ditemukannya rambu
akustik atau keselamatan
isyarat pada “awas
tangan) harus pantulan
menggunakan
rivet” yang sederhana
piktogram terhalang dan/atau
dan rambu keselamatan
simbol “emergency
lain (seperti telephone”
arah panah, yang
tanda seru)
tulisannya tidakefektif
untuk secara terbaca mengkomunikasikan
dari jarak tertentu memungkinkan pekerja mekanik
pesan dan mengatasi tidak
hambatan
melihatnya
bahasa. dan belum menggunakan piktogram. Hal ini kurang sesuai dengan

Health and Executive


Piktogram (2015)
dan simbol yang menyatakan
termasuk bahwa
dalam standar ataurambu keselamatan
peraturan. yang
Tanda-tanda
digunakan di tempat
yang digunakan kerja,
untuk harus yang
situasi memastikan bahwa rambu
tidak tercakup dalamtidak terhalang oleh
standar/peraturan
apapun, cukup besar
harus mencakup dan jelas
simbol untuk dapat
internasional dengan
untuk mudah
bahaya umumdilihat danseru!)
(tanda dipahami.
Jika
Selain itu, Health
tanda adalah tandaand Executive
peringatan dan(2015) menyatakan
menunjukkan bahwa
bahwa tandarambu keselamatan
tersebut efektif.

Berdasarkan fakta di atas, akan lebih bagus bila pihak manajemen tidak

hanya menggunakan kata-kata tetapi juga menggunakan piktogram agar rambu

keselamatan lebih efektif mengkomunikasikan pesan dan mengatasi


12

di tempat kerja harus menyediakan informasi dengan cara menggunakan

signboard, warna, dan tanda diterangi. Tanda yang memberikan informasi atau

petunjuk dengan kombinasi bentuk, warna dan simbol atau pictogram yang

diberikan harus terlihat dengan pencahayaan intensitas yang cukup. Selain itu,

rambu keselamatan yang digunakan di tempat kerja, harus memastikan bahwa

mereka cukup besar dan jelas untuk dapat dengan mudah dilihat dan dipahami.

Papan juga harus tahan lama, aman diikat dan dipelihara dengan baik untuk
(a) (b)
memastikan mereka tetap terlihat.
sumber: Clarion Safety System, 2013
Berdasarkan fakta di atas, sebaiknya pihak manajemen memperbaiki posisi
Gambar 6.3 Rambu Keselamatan “emergency telephone” yang disarankan
penempatan rambu yang terhalang agar pekerja memungkinkan melihat rambu

keselamatan tersebut.
Selain itu, pada Kemudian,
cleaning area unituntuk
wheel rambu “emergency
dan brake telephone”
belum ditemukan
sebaiknya
adanya pihak keselamatan
rambu manajemen memperbaiki rambu pekerja
yang mewajibkan tersebut mekanik
dengan rambu
untuk
keselamatan seperti pada gambar 6.3 (a) rambu petunjuk telepon darurat untuk

first aid or escape dan 6.3 (b) rambu petunjuk bila terjadi kebakaran berikut:
12

menggunakan alat pelindung diri, hal ini kurang sesuai dengan OSHA/ANSI

Signs and Tags 2013 yang menyatakan bahwa rambu keselamatan harus

mengandung informasi lebih lanjut untuk membantu orang mengambil

keputusan lebih aman, mengandung simbol grafis untuk berkomunikasi pada

hambatan bahasa, dan menggunakan format baru ANSI warna-warni untuk

menarik perhatian. Selain itu, rambu terbaru OSHA/ANSI juga menggunakan

warna kode sinyal dengan simbol peringatan keselamatan dan rambu sinyal
sumber: Health and Safety Executive, 2009
menggunakan DANGER, WARNING atau CAUTION yang menunjukkan
Gambar 6.4 Rambu Keselamatan APD yang disarankan untuk Cleaning
Area bahaya
tingkat keparahan untuk risiko Unit Wheel dan (Clarion
tersebut Brake Safety System, 2013).

Berdasarkan
Oleh faktaguna
karena itu, di atas, sebaiknya
mendorong pihak manajemen
perilaku memasang
pekerja untuk bertindakrambu
aman
keselamatan
selama untuk
bekerja, mewajibkan
pemberian pesan pekerja
melalui memakai APD sesuaikhususnya
rambu keselamatan dengan potensi
di unit
bahayadan
wheel di cleaning
brake iniarea. Kemudian,
sebaiknya dapat untuk rambusecara
dievaluasi keselamatan
berkala.APD apa saja
Dengan
yang wajib dipakai sebaiknya pihak manajemen memasang rambu keselamatan

seperti pada gambar 6.4 dibawah ini:


12

demikian, diharapkan kesadaran pekerja mekanik untuk bertindak aman akan

meningkat.

4. Pelatihan Keselamatan

Berdasarkan hasil penelitian, pelatihan di PT GMF AeroAsia terdiri dari

dua pelatihan, yaitu mandatory training dan other training. Mandatory training

diberikan kepada seluruh pekerja agar pekerja memiliki pengetahuan dan

keterampilan selama bekerja di industri penerbangan. Mandatory training terdiri

dari pelatihan Safety Management System (SMS) dan human factor. Other

training di PT GMF AeroAsia ditentukan berdasarkan analisis kebutuhan

pelatihan di setiap masing-masing unit sesuai dengan kebutuhan penerapan

peraturan keselamatan dan bahaya di setiap unit maintenance. Akan tetapi

berdasarkan hasil penelitian, diketahui ada pekerja mekanik yang belum

mendapatkan pelatihan walaupun pekerja mekanik bukan dari pihak ketiga.

Berdasarkan pelatihan yang sudah diberikan PT GMF AeroAsia, hal ini

sesuai dengan UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan bahwa pelatihan

kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan, dan

mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan,

produktivitas, dan kesejahteraan. Begitupun dengan penelitian Zaender (2009)

yang berjudul gambaran aspek perilaku kerja selamat melalui metode ABC

(antecedents-behavior-consequences) pada pekerja di divisi steel tower PT

Bukaka Teknik Utama, menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

pelatihan dengan perilaku bekerja selamat pada pekerja.


12

Hal ini didukung Fleming dan Lardner (2002) yang mengatakan bahwa

terlepas dari koordinator tunggal atau kelompok dalam pengelolaan program,

pelatihan keselamatan perilaku diperlukan. Pelatihan ini kemungkinan akan

mencakup masukan dari psikologi yang mendasari perilaku keselamatan,

melaksanakan pekerjaan dengan


bagaimana mengidentifikasi aman. kritis keselamatan dan bagaimana cara
perilaku
Selain
untuk itu, berdasarkan
memberikan umpan pelatihan
balik, baikyang diketahui
tatap belum
muka atau diberikan Jumlah
kelompok. merata,

hal ini kurang


individu sesuai dengan
yang diberikan PP No.50
pelatihan Tahun 2012
akan tergantung tentang
pada Penerapan
program khusus. Sistem
Manajemen
Begitu Keselamatan
pula menurutdan Kesehatan
Hughes Kerja (2011)
dan Frrett (SMK3)menyatakan
bahwa pemberian
bahwa
pelatihan
pelatihan tenaga kerja supervisor
karyawan, diberikan kepada semuamemungkinkan
dan manajer tenaga kerja termasuk
mereka tenaga
untuk
kerja baru
bekerja dan yang
dengan amandipindahkan agar mereka dapat
dan untuk melaksanakan melaksanakan
tanggung tugasnya
jawab melindungi
secara aman. Selain
keselamatan itu, pelatihan
dan kesehatan kerja diberikan kepada
mereka. Ini tenaga kerja
dikarenakan apabila
tingkat di
pengawasan,

informasi kesehatan dan keselamatan serta pelatihan yang minim adalah faktor

yang sangat signifikan dalam mengurangi kesadaran tentang keselamatan dan

kesehatan. Selain itu, manajemen bertanggung jawab untuk memastikan

bahwa karyawan
12

tempat kerjanya terjadi perubahan sarana produksi atau proses, dan pengusaha

atau pengurus memberikan pelatihan penyegaran kepada semua tenaga kerja.

Berdasarkan Roughton dan Mercurio (2002) menyatakan bahwa langkah

berikutnya setelah mendirikan kebijakan, tujuan, sasaran dan indikator

Manajemen Keselamatan
perusahaan adalah dengandan Kesehatanpelatihan
memberikan Kerja (SMK3) bahwasupervisor,
bagi manajer, jenis pelatihan
dan
K3 yang dilakukan
karyawan. Tujuan harus disesuaikan
pelatihan dengan mengubah
adalah untuk kebutuhan atau
untukmeningkatkan
pengendalian

potensi
kinerja bahaya. Hal atau
seseorang ini juga didukung
perilaku dan oleh (Roughton pengetahuan
meningkatkan dan Mercurio,peserta
2002)

bahwa pelatihan
pelatihan. Hal inikeselamatan merupakan
karena pelatihan komponen
merupakan bagianpenting
pentingdari
dariprogram
setiap
keselamatan yangmemastikan
program untuk efektif. Pelatihan ini harus
bahwa semua membahas
karyawan peran dan
memahami tanggung
persyaratan
jawab darikeselamatan
program kedua manajemen danbahaya
dan potensi karyawan. Ini akan menjadi yang paling
operasional.
efektif bilaitu,
Selain dikombinasikan dengan
berdasarkan hasil pelatihanpelatihan
penelitian, lainnya tentang persyaratan kinerja
khusus keselamatan di PT

GMF AeroAsia yang sudah diberikan antara lain pelatihan penanggulangan

kebakaran jenis D, pelatihan P3K, pelatihan pengendara forklift, pelatihan

petugas kimia, dan beberapa pelatihan lainnya.

Hal ini sesuai dengan PP No.50 Tahun 2012 tentang Penerapan


13

dan/atau praktek kerja. Kompleksitas tergantung pada ukuran dan sifat bahaya

dan potensi bahaya ini.

Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa semua jenis training hanya

diberikan kepada pekerja tetap dan pekerja kontrak waktu tertentu PT GMF

pengunjung
AeroAsia, dan mitra kerja
sedangkan guna pihak
untuk menjamin K3. para pekerja mekanik tidak
ketiga
Berdasarkanpelatihan
mendapatkan hasil penelitian, semua
dari pihak data pelatihan
manajemen PT GMFyangAeroAsia
telah diikuti pekerja
walaupun
mekanik dapat
sebelumnya dilihat
pekerja dalam
pihak Summary
ketiga of Employeepelatihan.
pernah mendapatkan (SOE). Data tentang
Peningkatan
pelatihan summary
pengetahuan of employee
khususnya pelatihanmenjelaskan mengenai
terhadap pekerja pihaktraining
ketiga type yang
diketahui
dilakukan
dilakukanbaik
olehmandatory training dan
pihak perusahaan other training beserta
masing-masing. dengan
Sedangkan informasi
manajemen
tanggal pelaksanaan
perusahaan PT GMFpelatihan
AeroAsiadanmemberikan
jadwal pelaksanaan pelatihan
pengetahuan berikutnya.
pekerja pihak ketiga

melalui sharing session, safety briefing, safety induction, dan cara lainnya.

Berdasarkan PP No.50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), hal di atas sesuai bahwa pelatihan

pengenalan dan pelatihan untuk pengunjung dan kontraktor terdapat

prosedur
13

Pendokumentasian pelatihan ini sesuai dengan PP No.50 Tahun 2012 tentang

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) bahwa

pendokumentasian sebagaimana dimaksud paling sedikit dilakukan terhadap:

a. peraturan perundang-undangan di bidang K3 dan standar di bidang K3;

b. indikator kinerja K3;

c. izin kerja;

d. hasil identifikasi, penilaian, dan pengendalian risiko;

e. kegiatan pelatihan K3;

f. kegiatan inspeksi, kalibrasi dan pemeliharaan;

g. catatan pemantauan data;

h. hasil pengkajian kecelakaan di tempat kerja dan tindak lanjut;

i. identifikasi produk termasuk komposisinya;

j. informasi mengenai pemasok dan kontraktor; dan

k. audit dan peninjauan ulang SMK3.

Dalam training yang baik, terjadi perubahan dalam hal pengetahuan, sikap,

perilaku, kecakapan, dan keterampilan, menjadi lebih baik, yang diakibatkan

oleh interaksi antara peserta dengan kegiatan-kegiatan training. Pembelajaran

melalui training tidak terjadi secara otomatis. Ini berarti bahwa pelaksanaan

training tidak terjadi secara otomatis. Ini berarti bahwa pelaksanaan training

sesuai dengan rancangan training tidak selalu menjamin tercapainya tujuan

training (Hardjana, 2001).

Berdasarkan fakta di atas, dapat diduga bahwa ditemukannya pekerja

yang berperilaku tidak aman dikarenakan dalam pelaksanaan training tersebut,


13

pekerja tidak cukup mengerti dengan materi pelatihan yang diberikan. Selain itu,

belum meratanya pelatihan yang diberikan juga dapat memicu pekerja

berperilaku tidak aman. Oleh karena itu, sebaiknya pihak manajemen

memberikan pelatihan kepada semua tenaga kerja termasuk tenaga kerja baru

dan yang dipindahkan, serta pelatihan juga perlu diberikan apabila terjadi perubahan sarana pr
pekerja dapat mengaplikasikan apa yang telah didapatkan saat pelatihan.

5. Pengawasan
Hasil penelitian di unit wheel dan brake, diketahui bahwa pengawas yang terdiri dari manage

untuk mengawasi serta mengarahkan tindakan perbaikan yang dibutuhkan baik

yang terkait dengan keselamatan maupun dengan proses kerja. Selain itu,

pengawasan juga dilakukan oleh unit lain seperti unit TQ dan unit K3 yang

dilakukan secara mendadak untuk mengawasi serta mengarahkan tindakan

perbaikan yang dibutuhkan. Tindakan yang dilakukan pengawas ketika

menemukan pelanggaran adalah langsung menegur dan memberi arahan untuk

melakukan perbaikan.

Pengawasan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan sudah sesuai karena

berdasarkan Roughton dan Mercurio (2002), pemantauan perilaku keselamatan


13

memungkinkan supervisor berkesempatan untuk memperbaiki masalah

keamanan sebelum mereka menjadi serius. Selain itu, dalam sistem manajemen,

manajer pengawasan harus memahami bahwa alat pelindung diri hanyalah salah

satu aspek dari sistem keamanan. Mereka harus tahu bagaimana mengenali

aman dan untuk


unsur-unsur lain melaksanakan tanggung seperti
dari sistem manajemen jawab mesin
melindungi keselamatan
penjagaan dan
dan unsur-
kesehatan kerjaproses.
unsur lain dari mereka. Ini dikarenakan tingkat pengawasan, informasi

kesehatan danjuga
Hal ini keselamatan serta pelatihan
sesuai dengan yangFrrrett
Hughes dan minim(2011)
adalahbahwa
faktor persyaratan
yang sangat

signifikan dalam mengurangi


untuk mempunyai karyawan kesadaran tentang adalah
yang kompeten keselamatan danpenyediaan
melalui kesehatan.

Selain itu, manajemen


pengawasan bertanggung
yang memadai, jawab
instruksi danuntuk memastikan
pelatihan. bahwa
Selain itu, karyawan
pengawasan
cukup terlatih
yang tepat akandalam sistempada
tergantung pekerjaan
sejumlahyang aman
faktor, dan berkompeten
termasuk untuk
risiko yang terkait
melaksanakan pekerjaan
dengan pekerjaan, dengan aman.
pengalaman dan Manajer perlu memberikan
jumlah pengawasan. Hal pengawasan
ini karena
yang cukup karyawan
mengawasi untuk memastikan
diperlukan bahwa sistem kerjaterutama
untuk keselamatan, diikuti pekerja
dan pekerjaan
muda,

karyawan baru dan karyawan yang melaksanakan tugas baru.

Selain itu, menurut Hughes dan Frrett (2011) menyatakan bahwa


pelatihan
13

dilakukan keluar dengan aman. Tingkat pengawasan akan tergantung pada

pengalaman dari karyawan tertentu yang bersangkutan dan kompleksitas dan

risiko dari tugas.

Hal ini didukung penelitian Zaender (2009) yang berjudul Gambaran aspek

dibutuhkan untuk selamat


perilaku kerja mengoreksi masalah
melalui keselamatan
metode sebelum menghukum
ABC (antecedents-behavior-
seorang karyawan.
consequences) Selain itu,pada
berdasarkan pengawasan dikatakan
pekerja di memadai
divisi steel towerketika kondisi
PT Bukaka
berbahaya dan perilaku
Teknik Utama, yang tidak menunjukkan
yang penelitiannya aman efektif bahwa
terdeteksi
ada dan efektifyang
hubungan bila

cedera, serta
bermakna penyakit
antara dapat
perilaku dicegah.
bekerja Olehdengan
selamat karena pengawasan.
itu, peningkatan pengawasan

yang dilakukan di perusahaan


Berdasarkan seharusnyadidapatkan
hasil penelitian bisa dilakukan secara
fakta konsisten
bahwa jika untuk
ada
mendeteksi perilaku
ketidaksesuaian tidak
dalam aman guna
melakukan mencegah
pekerjaan terkaitcedera dan pekerja
K3, maka penyakit akibat
mekanik
kerja.
akan mendapatkan sanksi sesuai jenis pelanggaran berupa peringatan langsung,

surat peringatan tertulis sampai pada tahap pemutusan hubungan kerja. Akan

tetapi, dengan masih ditemukannya pekerja berperilaku tidak aman dapat

dikatakan bahwa pengawasan belum dilakukan secara maksimal.

Berdasarkan Roughton dan Mercurio (2002) menyatakan bahwa


13

C. Perilaku Kritis

Perilaku kritis dalam penelitian ini didapatkan fakta bahwa mayoritas pekerja

mekanik sudah berperilaku aman, akan tetapi ada juga pekerja mekanik yang

ditemukan berperilaku tidak aman.

1. pengaman agar tetap


Perilaku Aman berfungsi,
Pekerja tidak menghilangkan alat pengaman keselamatan,
Mekanik

menggunakan peralatan
Perilaku kritis yangyang seharusnya, pekerja
mencerminkan menggunakan peralatan
mekanik yang sesuai,
berperilaku aman

menggunakan APDdengan
terlihat langsung denganpekerja
benar, di
pengisian alat dan
area wheel ataubrake
mesinmenggunakan
yang sesuai dengan
APD

aturan
denganyang berlaku,
lengkap dan penempatan
sesuai material di
rambu keselamatan atau alat-alat
area kerja, sesuai dengan
pekerja tempat
melakukan

dan cara mengangkat


pekerjaannya yang benar,
pada posisi yang serta perilaku
tepat, lainnya.menggunakan peralatan
dan pekerja

Prinsip
sesuai utama
dengan dariserta
manual, psikologi
pekerja berbasis perilaku
mengingatkan adalah
pekerja bahwa
lain jika perilaku
ada pekerja

dimotivasi oleh konsekuensi.


lain yang melakukan Dengan kata lain, hasil perilaku dalam konsekuensi
ketidaksesuaian.

dapatHal
menguntungkan atau tidak
ini sesuai dengan menguntungkan,
pernyataan Frank E. dan
Birdkonsekuensi ini dalam
dan Germain

Halimah (2010) bahwa perilaku aman antara lain adalah melakukan pekerjaan

sesuai wewenang yang diberikan, berhasil memberikan peringatan terhadap

adanya
13

menentukan perilaku masa depan. Kadang-kadang konsekuensi alami bekerja

melawan kita. Hal ini terutama berlaku dalam keselamatan karena perilaku yang

aman biasanya kurang nyaman, nyaman, atau efisien daripada berisiko alternatif

(Geller, 2001).
pengoperasian dengan kecepatan yang tinggi/tidak sesuai, membuat perangkat

2. keselamatan tidakAman
Perilaku Tidak beroperasi,
Pekerja menghapus/memindahkan
Mekanik perangkat keselamatan,

menggunakan
Walaupunperalatan yang rusak,
secara umum menggunakan
perilaku peralatan
kritis pekerja lebihdengan tidak benar,
mengarah pada

tidak menggunakan
perilaku aman. Akan alat pelindung
tetapi, diri, pemprosesan
terdapat pekerja barang yang
mekanik berperilaku salah,
kritis yang

penempatan barang
mencerminkan yang tidak
pekerja tepat,
tersebut pengangkatan
berperilaku tidakyang tidakyang
aman tepat,berpeluang
dan posisi

yang tidak tepat


terjadinya dalam
cedera. melakukan
Perilaku tugas,
tersebut danlain
antara perilaku lainnya.
pekerja tidak menggunakan alat

Berdasarkan
pelindung hasil penelitian,
diri dengan lengkap, salah satu perilaku
menggunakan tidak aman
peralatan tidak yang ditemukan
sesuai dengan

ditujuan
unit wheel dan brake adalah
penggunaannya, tidak bekerja
dan pekerja menggunakan APD dengan
dalam posisi lengkap.
yang tidak tepat. Hal ini

dapatHal
berdampak
ini sesuaikepada keselamatan
dengan Birds dan dan kesehatan
Germain dalampara pekerja mekanik
McKinnon di unit
(2000) bahwa

yang termasuk perilaku tidak aman antara lain adalah mengoperasikan

peralatan
13

wheel dan brake. Menurut Roughton dan Mercurio (2002) APD memiliki

manfaat antara lain: memberikan perlindungan segera melalui rekayasa kontrol

yang diletakkan di tempat kerja agar memungkinkan pekerjaan untuk

melanjutkan pekerjaannya dan dalam keadaan darurat dapat menjadi satu-satunya

disebabkan
cara praktisoleh
untukpanas tinggi, logam cair panas, luka, asam dan radiasi. Jika
pengamanan.
pekerja tidak tidak
Dampak menggunakan alat pelindung
menggunakan tangan
alat pelindung berdasarkan
mata, Michaud
pekerja dapat (2000)
menderita
dapat
cederaterjadi
mata. beberapa cedera tangan
Hal ini berdasarkan berupa
Bureau luka Statistics
of Labor bakar, luka, sengatan bahwa
menemukan listrik,

amputasi,
60% dari dan penyerapan
pekerja bahan cedera
yang menderita kimia. mata
Selanjutnya, jika pekerja
tidak mengenakan tidak
peralatan
menggunakan safety(Michaud,2000).
pelindung mata shoes dapat berakibat cedera dampak
Kemudian pada kakijika
karena berdasarkan
pekerja tidak
Bureau of Labor
menggunakan Statistics, telinga
alat pelindung sebagianberdasarkan
besar pekerja dalam
Michaud pekerjaannya
(2000) berakibat
mengalami luka dampak
pekerja menerima ke tingkat
paparan kaki karena tidak tinggi
kebisingan memakai sepatu
dapat pelindung
menyebabkan
(Michaud, 2000). Begitupun
gangguan pendengaran bila pekerja
atau gangguan tidak
kepada menggunakan
pekerja alat pelindung
dan dapat membuat stres

fisik dan psikologis.

Selain itu, jika pekerja diketahui tidak menggunakan body


protection
13

pernapasan dapat berakibat pekerja tidak terlindung dari bahaya atmosfer dari

bahan kimia.

Oleh karena itu, berdasarkan Roughton dan Mercurio (2002), pekerja

membutuhkan pelatihan untuk memahami mengapa setiap pekerja diperlukan

tujuan penggunaannya.
untuk memakai Dampak
pelindung, tidak menggunakan
bagaimana menggunakan dan
peralatan sesuaidengan
memelihara tujuan

penggunaannya
benar. Mereka seperti penggunaan
juga harus berbagai
memahami jenis alat, bahwa
keterbatasan termasuk
alatcrane, bucket
pelindung
trucks, skid-steeruntuk
diri dirancang loaders, dapat berisiko
keperluan tertentu mengakibatkan
dan tidak selaluluka trauma,
cocok dalamtermasuk
segala
luka serius
situasi. dan itu,
Selain fatal,berdasarkan
karena kegagalan penyalahgunaan
Roughton dan Mercurioperalatan, atau pekerja
(2002) pekerja perlu
disambar
dilakukanperalatan bergerak
penguatan positif(FEMA, 2008).
yang adil dan pelu adanya penegakan peraturan
Oleh karena
yang mengatur itu, berdasarkan
penggunaan APD. FEMA (2008)
Peraturan rekomendasi
tentang secara
penggunaan APDumum
ini
untuk
dibuatpenggunaan peralatan
karena beberapa dengan aman
karyawan dan menolak
mungkin tepat dapat dilakukan
memakai alatbeberapa hal
pelindung
seperti: pastikan
diri, karena APDoperator menyadari
tidak nyaman dankegiatan di sekitar
menempatkan mereka untuk melindungi
tambahanbeban stres pada

tubuh yang dapat membuat sulit bagi karyawan untuk bekerja dengan aman.

Salah satu perilaku tidak aman lain yang ditemukan di unit wheel
dan
13

pekerja yang berjalan kaki dari sambaran peralatan bergerak, memastikan bahwa

pekerja tidak berjalan di bawah atau melalui daerah di mana alat berat yang

digunakan untuk mengangkat benda, pastikan bahwa semua perangkat peringatan

peralatan bekerja (flashers, lampu, alarm) berfungsi, mesin harus diperiksa oleh

jaringan
seorang ini seringyang
pekerja disebut sebagai cedera
memenuhi syarat ergonomis.
sebelum digunakan sesuai kebutuhan

OSHA,Berdasarkan Ferguson
peralatan yang danatau
berayun Nelson (2014)
bergerak ada beberapa
berada 20 kaki diprinsip untuk
luar radius
program pencegahan
maksimum, terkait layanan
dan menetapkan cedera ergonomis. Prinsip
pengaduan yang program serta
diperlukan, pencegahan
jangan
terkait cedera
melebihi ergonomis
kapasitas bebanini terdiri
crane dandari
alat7angkat
prinsiplainnya.
yaitu prinsip kerja dalam postur

netral, prinsip mengurangi


Perilaku gerakan
tidak aman yang
lainnya memaksa,
yang prinsip
ditemukan menjaga
di unit wheelbenda-benda
dan brake
yang mudah
adalah posisidijangkau, prinsip
postur tubuh mengurangi
pekerja gerakan
yang janggal yang
ketika berlebihan
melakukan dalam hal
pekerjaanya.
jumlah
Postur gerakan,
janggal prinsip bekerja di pekerja
yang dilakukan ketinggian yang tepat,
mekanik prinsipmengakibatkan
ini dapat meminimalkan

keluhan MSDs. Berdasarkan Ferguson dan Nelson (2014) MSDs atau

Musculoskeletal Disorders adalah cedera yang mempengaruhi jaringan lunak

dan tulang dalam tubuh. Bagian-bagian dari sistem muscoskeletal adalah

tulang, otot, tendon,


14

kelelahan dan beban statis, serta prinsip ketujuh mempromosikan aktivitas fisik

dengan bergerak, perenggangan, dan berolahraga.

Pertama, prinsip kerja dalam postur netral adalah dasar untuk

pencegahan. Bekerja pada postur dan posisi yang aneh meningkatkan tekanan

sedikit) sambil
fisik pada berdiri
tubuh danatau duduk. Tugas-tugas
mengurangi yangsehingga
kekuatannya, memerlukan
lebihsiku atauuntuk
sulit bahu

dinaikkan akan tugas.


menyelesaikan menyebabkan kekuatan
Postur netral ekstra
optimal dansatu
adalah kekuatan yang
di mana dapat sekitar
otot-otot dengan

cepat
sendi kelelahan
sama-samadanseimbang,
memakai menghindari
pada kelompok otot yang
gerakan atau terkait.
posisi Tangan dan
end-range.
pergelangan tangan harus
Sebuah posisi/gerak sejajar
end-range dengan
adalah satu lengan
di manabawah, yangotot
kelompok kadang-kadang
adalah pada
memerlukan bantuan
akhir jangkauan, dalamiabentuk
di mana padding
tidak bisa atau pergelangan
bergerak tangan bertumpu
lebih jauh, menempatkannya
untuk meja atau fungsi
pada peningkatan pekerjaan
risiko yang
cedera jika berkaitan
kekuatan dengan
luar komputeryang
diperkenalkan (Ferguson dan
melebihi
Nelson, 2014).otot atau otot kelompok (Ferguson dan Nelson, 2014).
keterbatasan

Postur optimal juga dapat didefinisikan sebagai salah satu yang paling

kuat dan mengontrol atas gerakan dan stres fisik setidaknya pada sendi

dan jaringan sekitarnya. Postur kembali janggal biasanya dialami ketika

tubuh
14

Prinsip kedua adalah untuk mengurangi gerakan yang memaksa. Seperti

disebutkan, penerbangan telah mempekerjakan sejumlah alat seperti tug and bag

cart, bag belts, dan aircraft container loader untuk meminimalkan jumlah

pekerjaan yang dibutuhkan oleh karyawan. Dalam perawatan pesawat, misalnya,

keduanya). Mencapai
banyak alat-alat sesuatu
listrik yangdrills
seperti jauh sering menyebabkan
dan drives pekerja terpaksa
telah dirancang untuk
memutar, membungkuk,
menempatkan mekanik dan/atau
ke posisiterjadi regangan,
pekerjaan membuat
yang lebih pekerjaan
ringan dengan lebih sulit
menjaga
dan menambah
pekerjaan kelelahan.
di mereka "powerPeralatan dan stasiun
zone". Kekuatan kerja dapat
berlebihan harus membebani
dievaluasi untuk
otot,
membuat penyesuaian
menciptakan agar
kelelahan meminimalkan
dan halcedera.
potensi untuk tersebut.Selanjutnya, menerapkan

Prinsip
kekuatan yangkeempat adalah untuk
berlebihan untuk mengurangi
melakukan gerakan yang berlebihan
tugas dapat dalam
memperlambat
hal
upayajumlah pergerakan kemampuan
dan mengganggu yang diperlukan untuk menyelesaikan
untuk melakukan tugas dengan tugas.
baik.
Meminimalkan jumlah geraktenaga
Akibatnya, meminimalkan dalamyang
hal jumlah gerakuntuk
dibutuhkan mengurangi keausan
tugas akan pada
membuat
tubuh
lebih dan meningkatkan
mudah efisiensi.
dan lebih cepat Gerakan
biasanya untukyang berulang(Ferguson
melakukan dan membuang waktu
dan Nelson,

2014).

Prinsip ketiga adalah menjaga benda-benda yang mudah dijangkau.


Hal

ini dapat dicapai dengan menjaga semua bagian dan alat-alat yang salah satu
14

pada akhirnya tidak efisien. Jelas, setiap kegiatan yang mengarah pada

membuang-buang waktu pada akhirnya tidak efisien untuk tugas atau proses di

tangan (Ferguson dan Nelson, 2014).

Prinsip kelima adalah untuk bekerja di ketinggian yang tepat. Bekerja di

jumlah waktu
ketinggian yangbahwa otot-otot
tidak tepat yang bekerja,
menyebabkan posturbahkan ketikadan/atau
yang buruk tidak bergerak.
gerakan
Bahkan ketika
end-range. otot hanya
Meskipun ringan
sulit tegang
untuk selama waktu
menghindari yang
hal ini panjang,
dalam nyeri,
segala dan
situasi
kelelahan dapat terjadi
(seperti banyak (Ferguson pesawat
kompartemen dan Nelson, 2014).akomodasi dapat dibuat di
kargo),

daerahPrinsip
seperti ketujuh
memilikiadalah
kursi untuk mempromosikan
yang disesuaikan aktivitas
di counter fisik dengan
pelanggan dan
bergerak, peregangan,
stasiun kerja komputer, dan berolahraga.
maintenance Tubuhandmanusia
tail stands, membutuhkan
gallery carts designed
peregangan dan rata-rata
untuk pengguna olahraga. Peregangan
populasi dandanberolahraga
(Ferguson membantu
Nelson, 2014). untuk

melumasi otot dan


Prinsip sendi.adalah
keenam Ini termasuk peregangan setiap
untuk meminimalkan sendidan
kelelahan dengan
bebanberbagai
statis.
gerakan berkala
Salah satu sepanjang
sumber yang hari.
palingMelakukan
umum darihalkelelahan
ini akan mengurangi risiko beban
dikenal sebagai cedera

statis, memegang posisi yang sama untuk jangka waktu tanpa bergerak. Beban

statis terutama stres dalam kombinasi dengan kekuatan tinggi atau berat

badan, dan
14

ketika karyawan harus mengambil beban atau mempekerjakan tenaga (Ferguson

dan Nelson, 2014).

Tinjauan dari prinsip-prinsip mencegah ergonomi di atas yang

berhubungan dengan cedera mengungkapkan tema-tema umum dan prinsip-

prinsipDari
yanggambaran di atas,Salah
saling terkait. perilaku
satu kritis
yang pekerja di unit
paling jelas wheelpentingnya
adalah dan brake

tergolong sudah besar


postur. Sebagian bertindak aman
prinsip, dalamdalam bekerja.
beberapa Hal ini disebabkan
cara, tergantung oleh
pada hubungan
keberadaan anteseden
dengan postur tubuhyang umumnya
yang sudah baik
tepat. Tema lain seperti peraturan
yang umum keselamatan.
adalah bahwa
Selain itu, perilaku
melanggar kritis
salah satu pekerja mekanik
prinsip-prinsip dikatakan
ini akan berperilaku
menyebabkan aman atau
kelelahan, tidak
sehingga
aman dapat terlihat
menyebabkan juga karena
pengambilan adanya yang
keputusan pemberian
buruk,konsekuensi
postur yanguntuk mencegah
buruk, kinerja
terjadinya kembali
yang buruk, perilaku
dan lebih tidak
berisiko aman
cedera berupa dan
(Ferguson sanksi dan 2014).
Nelson, adanya pemberian

penghargaan untuk
Menurut meningkatkan
Ramli terjadinya perilaku
(2013), ketidakmauan untuk aman. Namun,
berperilaku dengan
aman ini
masih ditemukannya
berkaitan pekerja yang
dengan kepedualian berperilaku
atau penilaiantidak aman,
tenaga halterhadap
kerja ini diduga karena
perilaku

aman dan K3. Tenaga kerja mengetahui dan mampu melaksanakan pekerjaan

secara aman, namun dalam dirinya terdapat ketidakpedulian terhadap hal

tersebut
14

ada gambaran anteseden maupun konsekuensi yang diberikan ke pekerja mekanik

masih kurang mendukung untuk meningkatkan perilaku aman pekerja mekanik.

D. Konsekuensi

Konsekuensi adalah sesuatu atau peristiwa yang mengikuti perilaku.

Konsekuensi memiliki pengaruh langsung pada perilaku, lebih kuat dari pengaruh

tidak langsung dari pendahulunya (Krause, 1997). Konsekuensi yang diteliti dalam

penelitian ini yaitu dari aspek hukuman dan penghargaan.

1. Hukuman

Pada penelitian ini didapatkan fakta bahwa sanksi yang diberikan kepada

pekerja mekanik di unit wheel dan brake yaitu berupa peneguran langsung dan

diarahkan untuk melakukan perbaikan segera. Apabila setelah beberapa kali

pekerja mekanik tetap melakukan hal yang sama, maka pekerja akan

mendapatkan sanksi berupa surat peringatan yang diberikan oleh atasan

masing- masing.

Hal ini sesuai dengan Krause (1997) yang menyatakan bahwa salah satu fitur

konsekuensi yang baik adalah yang segera (soon), yaitu mengikuti perilaku

berpengaruh lebih efektif daripada konsekuensi yang muncul belakangan. Hal

ini berarti efek dari sanksi dapat langsung dirasakan pekerja ketika tidak

melakukan perilaku yang tidak diharapkan.

Hukuman tidak hanya dilakukan untuk menghukum karyawan, tetapi

bertujuan untuk mengontrol lingkungan kerja sehingga karyawan terlindung dari

suatu insiden atau kecelakaan. Sistem ini dilakukan agar karyawan

berkesempatan untuk memperbaiki perilaku berisiko sebelum insiden terjadi


14

(Roughton dan Mercurio, 2002). Hal ini juga didukung oleh penelitian Annishia

(2011) yang berjudul Analisis Perilaku Tidak Aman Pekerja Konstruksi PT PP

(Persero) di Proyek Pembangunan Tiffany Apartement Jakarta Selatan bahwa

adanya punishment untuk perilaku tidak aman memotivasi perilaku pekerja.

ketika
Selain mereka memiliki pilihan.
itu, berdasarkan Tugas kerja
hasil penelitian yang dipilih,
diketahui bahwasecara aktif
ketentuan
dapat digunakan
pemberian untuk memperkuat
hukuman secara kegiatan
corporate jika pekerjalain yang kurang
melanggar diinginkan.
atau berperilaku
Berdasarkan
tidak Roughton
aman, tertera dan Perjanjian
di dalam Mercurio Kerja
(2002)Bersama
menyatakan bahwa
(PKB). penguatan
Ketentuan ini
positif
tertuanguntuk
dalamperilaku tertentu
pembahasan meningkatkan
mengenai probabilitas
disiplin pegawai bahwabahwa perilaku
setiap pekerja
karyawan akan terjadi
akan mendapatkan lagi dan
hukuman imbalan berat
berdasarkan negatif menurunkan
ringannya probabilitas.
pelanggaran yang
Namun, apakah
dilakukan, berupacara ini memperkuat
hukuman akan
ringan, sedang, dantergantung
berat. pada persepsi dari

individu. Beberapa karyawan


Berdasarkan penelitianmenganggap
di atas, halbermanfaat
ini sesuaisebagai
denganpengalaman,
Fleming dan

Lardner (2002), yang menyatakan bahwa ada beberapa strategi yang dapat

digunakan untuk mengidentifikasi penguatan agar menjadi efektif, yakni:

 Melibatkan target individu atau kelompok dalam menentukan


konsekuensi
14

yang lain mungkin menganggap netral/tidak menguntungkan atau bahkan

menghukum.

Menurut Roughton dan Mercurio (2002) ancaman hukuman bukanlah satu-

satunya upaya yang berarti untuk dapat mewujudkan tujuan organisasi. Hal ini

karena meskipun motivasi sudah diberikan, perilaku yang aman akhirnya harus dihasilkan send
mencegah terjadinya kembali perilaku yang tidak aman.

2. Penghargaan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penghargaan secara terpusat di PT GMF AeroAsi
perusahaan adalah berupa prestasi pegawai yang bentuk penghargaannya diatur

perusahaan. Penghargaan yang diberikan oleh perusahaan adalah pemberian

hadiah kepada pemberi IOR terbaik setiap bulannya dan pemberian penghargaan

the best employee kepada pekerja setiap tahunnya, dengan beberapa aspek

kriteria yang sudah ditentukan, serta ada penghargaan Keep Performance

Indicator (KPI) bila pekerja memenuhi target pencapaian penilaian kinerja yang

telah ditentukan perusahaan.

Hal ini sesuai dengan Krause (1997) yang menyatakan bahwa salah satu fitur

konsekuensi yang paling efektif adalah positive consequence. Signifikansi

konsekuensi positif berpengaruh lebih kuat daripada konsekuensi negatif. Hal ini
14

juga sesuai dengan (Geller, 2001) yang dikutip Retnani dan Ardyanto (2013)

yang menyatakan bahwa penghargaan atau reward merupakan penguatan positif

yang diterima tenaga kerja ketika melakukan perilaku seperti yang diharapkan,

sehingga tenaga kerja cenderung melakukan perilaku yang diharapkan ketika

positif untuk
mengetahui perilaku yang
konsekuensi tertentu
akanmeningkatkan
muncul. probabilitas bahwa perilaku

karyawan akan
Berdasarkan terjadi
Istijanto lagiselain
(2005) dan sebagai
imbalan negatif
balas karya menurunkan
karyawan, berbagai
probabilitas.
perhargaan ini Namun, apakah carauntuk
juga dimaksudkan ini memperkuat
memotivasi akan
kerja tergantung pada
karyawan agar
persepsi
mereka daribekerja
betah individu.
danBeberapa karyawan menganggap
lebih berprestasi. bermanfaat
Hal ini didukung sebagai
Fleming dan
pengalaman,
Lardner (2002) yang
yang lain mungkin bahwa
menyatakan menganggap netral/tidak
ada beberapa menguntungkan
strategi yang dapat
atau bahkan
digunakan menghukum.
untuk mengidentifikasi penguatan agar menjadi efektif, yakni:

 Selain itu, berdasarkan


Melibatkan hasil penelitian,
target individu diketahui ada
atau kelompok beberapa
dalam pekerja
menentukan
konsekuensi
mekanik yang belum mengetahui bahwa manajemen perusahaan sudah
 Mengamati apa yang dipilih individu atau kelompok untuk dilakukan

ketika mereka memiliki pilihan. Tugas kerja yang dipilih, secara aktif

dapat digunakan untuk memperkuat kegiatan lain yang kurang

diinginkan.
14

menerapkan penghargaan bagi setiap pekerja. Padahal perilaku yang aman

menguntungkan setidaknya sama pentingnya dengan mengoreksi dan

menghukum perilaku yang tidak aman.

Berdasarkan Roughton dan Mercurio (2002) umpan balik positif dapat

menjadi motivator yang kuat. Hal ini penting untuk mengenali tindakan diri

dimulai dari perlindungan keselamatan ketika karyawan, atas kemauan

sendiri, bertindak untuk melindungi diri mereka sendiri atau orang lain.

Setelah semua, kebanyakan orang suka dipuji untuk pekerjaan yang mereka

lakukan. Berdasarkan fakta di atas, bentuk penghargaan yang diberikan

kepada pekerja sebaiknya lebih disosialisasikan lebih optimal agar pekerja

mekanik mengetahui dan lebih termotivasi untuk berperilaku sesuai yang

diharapkan.

Oleh karena itu, konsekuensi berupa hukuman dan penghargaan ini harus

diimbangi dengan anteseden yang baik pula guna mencegah terjadinya

kembali–perilaku yang tidak aman.


E. Antecedent Behavior – Consequences

Berdasarkan hasil penelitian, perilaku kritis yang dikategorikan menjadi dua

yaitu perilaku aman dan tidak aman di unit wheel dan brake didapatkan bahwa

mayoritas pekerja mekanik sudah berperilaku aman meskipun masih ditemukan pula

perilaku tidak aman pada pekerja mekanik.

1. Pekerja Berperilaku Aman

Pekerja berperilaku aman rata-rata terdorong dengan adanya peraturan yang

sudah diterapkan. Kemudian, dengan disediakannya alat pelindung diri secara

cuma-cuma dan tersedianya rambu keselamatan yang terpasang membuat


14

pekerja terdorong untuk berperilaku aman. Selain itu, pekerja juga berperilaku

aman karena beberapa informan sudah diberikan pelatihan. Pengawasan yang

dilakukan juga membuat pekerja menjadi terdorong untuk berperilaku aman,

karena jika ketahuan tidak berperilaku aman pekerja akan mendapatkan

perilaku dan meningkatkan


konsekuensi berupa sanksipengetahuan
teguran dandiperlukan pelatihan.
pekerja juga lebih Selain itu,karena
terpacu tujuan

dari program
sudah pelatihan
tersedianya yang efektif adalah untuk menyediakan komunikasi dua
penghargaan.
arah danHal
karyawan untukdengan
ini sejalan mempelajari teknik-teknik
Roughton yang(2002)
dan Mercurio diperlukan.
bahwaBegitupun
aturan-
dengan pengawasanbagian
aturan memainkan sejalanpenting
dengan yangmengidentifikasi
dalam dikatakan Roughton dan
perilaku Mercurio
yang dapat
(2002) bahwa
diterima pengawasan
dan perilaku yangdikatakan efektif
tidak dapat bila cedera
diterima. sertauntuk
Kemudian penyakit
APD dapat
dan
dicegah.
rambu keselamatan juga sejalan dengan UU No.1 Tahun 1970 tentang
Hal ini didukung
Keselamatan Kerja oleh
bahwaFleming dan Lardner
pengusaha (2002)
diwajibkan yang menyatakan
menyediakan bahwa
secara cuma-
penguatan dan alat
cuma semua hukuman ditentukan
pelindung oleh efeknya,
diri yang jadidengan
diwajibkan jika akibat hukuman
disertai tidak
petunjuk-

petunjuk yang diperlukan.

Pelatihan juga sejalan dengan Roughton dan Mercurio (2002)


yang
15

mengurangi frekuensi perilaku tidak aman, sama saja hukuman tidak

meningkatkan perilaku (tidak memperkuat). Hal ini karena dampak konsekuensi

pada perilaku tidak ditentukan oleh tindakan tertentu atau niat individu

memberikan konsekuensi, tetapi oleh orang yang melakukan perilaku.


2. Pekerja Berperilaku Tidak Aman
Konsekuensi ini dibuktikan dengan salah satu informan yang berperilaku
Pada beberapa aspek perilaku yang diteliti di unit wheel dan brake ditemukan
aman, dia mengatakan sebelumnya pernah mendapatkan sanksi berupa teguran
perilaku tidak aman pada pekerja mekanik yang terdiri dari pekerja tidak
sampai diperintahkan untuk melakukan push up karena perilakunya
menggunakan APD dengan lengkap, pekerja menggunakan peralatan yang tidak
tersebut. Hal tersebut membuat pekerja ini bekerja lebih hati-hati lagi dan
sesuai tujuan penggunaannya, dan ditemukan pekerja berada pada postur janggal
berusaha untuk berperilaku aman selama bekerja.
atau tidak tepat ketika melakukan pekerjaannnya.
Oleh karena itu, penting untuk mendapatkan informasi tentang apa yang
Ketiga jenis perilaku tidak aman yang ditemukan ini dapat terjadi
orang inginkan untuk mengubah perilaku memiliki kemungkinan memperkuat.
disebabkan karena beberapa anteseden yang kurang memadai seperti pemberian
Semakin besar pemahaman atau wawasan tentang apa yang penting untuk
pelatihan kepada pekerja mekanik belumlah merata. Hal ini dapat menyebabkan
kelompok, perubahan perilaku yang ditargetkan semakin mudah untuk

memilih konsekuensi yang tepat.


15

pekerja belum terdorong untuk berperilaku aman. Menurut Roughton dan

Mercurio (2002) pelatihan berfungsi untuk mengubah atau meningkatkan

kinerja seseorang atau perilaku dan meningkatkan pengetahuan peserta

pelatihan. Sedangkan pada pengawasan, dengan masih ditemukannya perilaku

Kemudian,
tidak ditemukannya
aman yang pekerjaoleh
belum terdeteksi mekanik yang dapat
pengawas berperilaku tidakbahwa
dikatakan aman

dapat diduga belum


pengawasan karena memadai.
pekerja mekanik
Hal ini kurang
karena motivasi karena
seharusnya bentuk reward
pengawasan dapat
yang diberikan
dikatakan kepada
memadai ketikapekerja
kondisi jika pekerja
berbahaya dan berperilaku
perilaku yangaman
tidak kurang
aman
tersosialisasi. Hal efektif
efektif terdeteksi, ini didukung (Geller,
bila cedera 2001) yang
serta penyakit yangdikutip
dicegahRetnani dan
(Roughton
Ardyanto (2013)2002).
dan Mercurio, yang menyatakan bahwa penghargaan atau reward merupakan

penguatan
Selain positif yang diterima
itu, masih tenaga kerja
ditemukannya ketikatidak
perilaku melakukan
aman perilaku seperti
dapat terjadi
yang diharapkan,
dikarenakan sehingga yang
konsekuensi tenagakurang
kerja cenderung
memadai melakukan perilaku
seperti pekerja yang
merasa
diharapkan ketika
hukuman yang mengetahui
diberikan konsekuensi
kurang konsisten yang akan muncul.
atau kurang tegas ketika dilapangan

karena berdasarkan Roughton dan Mercurio (2002) penguatan positif atau

penguatan negatif yang diberikan memperkuat tergantung pada persepsi

dari
15

a. Perilaku Tidak Menggunakan APD dengan Lengkap

Berdasarkan hasil penelitian masih ditemukannya pekerja mekanik

berperilaku tidak aman selain karena beberapa anteseden dan konsekuensi di

atas dapat disebabkan oleh APD dalam kondisi tidak berfungsi maksimal

dikatakan Harringtonpekerja
dalam melindungi (2003) karena
bahwa APD
belummemang tampak
optimalnya menawarkan
perawatan yang
terhadap

murah untuk menyediakan


APD tersebut metode
selama beberapa bulanpengendalian
terakhir. rekayasa. Namun, ditinjau

lebih Keadaan
rinci, masalah manajemen
manajemen APDyang ditimbulkannya
mengenai perawatanmembuat alternatif
APD yang belumini

kurang menarik.
memadai diduga menjadi salah satu penyebab pekerja berperilaku tidak

Kemudian,
aman. dengan diketahui
Jika permasalahan belum dilakukannya
alat pelindung pelatihan
pernapasan ini mengenai
dibiarkan, dapat

pentingnya penggunaan
pula menyebabkan APD, cara
pekerja yang penggunaan APD yang aman
awalnya berperilaku baik dan benar,
menjadi

serta cara perawatan


berperilaku APDkarena
tidak aman diduga menganggap
dapat membuat
APDpekerja berperilaku
tersebut tidak
sudah tidak

aman karena
nyaman lagi pekerja belum mendapatkan
untuk digunakan pelatihan.
sebagai pelindung Hal ini
selama dikarenakan
bekerja.

Hal ini juga kurang sesuai dengan Permenakertrans No.8 Tahun


2010

bahwa manajemen APD yang harus dilakukan pengusaha atau pengurus

salah satunya adalah perawatan APD. Pernyataan tersebut didukung


15

manajemen perusahaan belum menjalankan secara maksimal prosedur

pengelolaan APD dan belum menerapkan smaksimal sesuai dengan

Permenakertrans No.8 Tahun 2010 pasal 7 yang mengatakan bahwa

pengusaha atau pengurus wajib melaksanakan manajemen APD di tempat

dapat disebabkan
kerja meliputi : karena rambu keselamatan belum mampu sepenuhnya
menyampaikan pesan
a. identifikasi keselamatan.
kebutuhan Hal APD
dan syarat ini didukung dengan beberapa rambu

keselamatan yang belum


b. pemilihan APD sesuai
yangstandar, terhalang
sesuai bendajenis
dengan lain dan karena ada
bahaya
rambu dan
keselamatan yang tidak dapat
kebutuhan/kenyamanan terbaca pada jarak tertentu. Hal ini
pekerja/buruh
dikarenakan kurang sesuai dengan Health and Executive (2015) yang
c. pelatihan
mengatakan bahwa rambu
d. penggunaan, keselamatan
perawatan, yang digunakan di tempat kerja harus
dan penyimpanan
memastikan bahwa mereka
e. penatalaksanaan cukup besar
pembuangan atau dan jelas untuk dapat dengan mudah
pemusnahan
dilihat dan dipahami. Selain itu, berdasarkan fakta ada beberapa rambu
f. pembinaan

g. inspeksi

h. evaluasi dan pelaporan.

Selain itu, adanya perilaku tidak menggunakan APD dengan


15

keselatan yang seharusnya terpasang tetapi tidak ditemukan. Hal ini kurang

sesuai dengan UU No.1 Tahun 1970 bahwa pengurus diwajibkan memasang

dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan yang

diwajibkan.
dikarenakan konsekuensi yang kurang memadai seperti pekerja merasa

b.hukuman
Perilaku yang diberikan kurang
Menggunakan konsisten
Peralatan Tidak atau kurang
Sesuai tegas
Tujuan ketika dilapangan
Penggunaannya
dan diduga karena pekerja
Berdasarkan hasil mekanik kurangditemukannya
penelitian, motivasi karena bentuk
pekerja reward yang
mekanik

diberikan kepada
menggunakan pekerja jika
peralatan tidakpekerja
sesuai berperilaku aman kurangdapat
tujuan penggunaannya tersosialisasi.
disebabkan

karena beberapa anteseden dan konsekuensi yang sudah dijelaskan


c. Perilaku Bekerja dalam Posisi Tidak Tepat/Janggal
sebelumnya.
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukannya pekerja mekanik bekerja dalam
Perilaku menggunakan peralatan tidak sesuai tujuan penggunaannya ini
posisi janggal dapat disebabkan karena beberapa anteseden dan konsekuensi
dapat terjadi disebabkan karena beberapa anteseden yang kurang memadai
yang sudah dijelaskan sebelumnya.
seperti pemberian pelatihan kepada pekerja mekanik belumlah merata dan

dapat dikarenakan dengan masih ditemukannya perilaku tidak aman yang

belum terdeteksi oleh pengawas dapat dikatakan bahwa pengawasan belum


15

Perilaku pekerja mekanik bekerja dalam posisi janggal ini dapat terjadi

disebabkan karena beberapa anteseden yang kurang memadai seperti pemberian

pelatihan kepada pekerja mekanik belumlah merata dan dapat dikarenakan

dengan masih ditemukannya perilaku tidak aman yang belum terdeteksi oleh

pengawas dapat dikatakan bahwa pengawasan belum memadai.


Selain itu, masih ditemukannya perilaku tidak aman dapat terjadi dikarenakan konsekuensi ya

Menurut Fleming dan Lardner (2002) bahwa anteseden berada di tempat untuk perilaku yang diin
mereka tahu bahwa suara dapat merusak pendengaran mereka. Akan tetapi,

meskipun anteseden berada di tempat, banyak pekerja tidak memakai alat pelindung

telinga, karena pekerja menemukan konsekuensi bila tidak memakai alat pelindung

telinga lebih menarik (memperkuat) daripada konsekuensi dari memakai alat

pelindung telinga.

Hal ini dikarenakan menurut Fleming dan Lardner (2002) bahwa analisis ABC

mengidentifikasi pola anteseden dan konsekuensi yang memperkuat perilaku saat ini

dan konsekuensi saat perilaku yang diinginkan. Analisis ini memfasilitasi

identifikasi intervensi untuk mengatur ulang anteseden dan konsekuensi untuk


15

meningkatkan frekuensi perilaku yang diinginkan. Hal ini diperlukan untuk

memiliki pemahaman yang jelas tentang perilaku dan apa yang penting bagi orang-

orang yang melakukan perilaku. Oleh karena itu, melibatkan individu dengan

pengalaman perilaku tertentu sangat penting. Model perilaku ABC membentuk

dasar teoritis untuk intervensi modifikasi perilaku, tetapi menerapkan model

teoritis dalam prosesnya prakteknya akan lebih kompleks.


BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan di dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai be
1. PT GMF AeroAsia merupakan perusahaan aircraft maintenance yang melayani penyediaan jasa pe
dengan bisnis Maintenance Repair and Overhaul (MRO).

Anteseden yang memicu terjadinya perilaku kritis pada pekerja mekanik di unit

wheel dan brake adalah sebagai berikut:


Kebijakan/peraturankeselamatanyangdimilikiperusahaantelah mengikuti syarat-syarat dan ketentu

mengenai penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

b. Alat pelindung diri yang diberikan manajemen di unit wheel dan brake

sudah lengkap dan memadai, begitu pula dengan kesesuaian alat pelindung

diri dengan bahaya sudah sesuai standar berlaku yang dapat memicu

pekerja berperilaku aman. Sedangkan, kondisi alat pelindung diri ada yang

tidak lagi berfungsi maksimal.

c. Rambu keselamatan yang tertera pada unit wheel dan brake sudah sesuai

standar ANSI yang menjadi acuan perusahaan. Akan tetapi ada beberapa

157
15

rambu keselamatan yang belum sesuai standar ANSI dan ditemukan pula

ada rambu keselamatan yang terhalang, serta ada rambu keselamatan yang

seharusnya terpasang tetapi belum ada.

d. Pelatihan keselamatan yang diberikan manajemen perusahaan telah sesuai

dengan identifikasi kebutuhan pelatihan pekerja mekanik agar memicu pekerja berperilaku am
e. Pengawasan yang dilakukan setiap hari di unit wheel dan brake tidak hanya dilakukan ole
yang dilakukan belum optimal.

3. Bentuk perilaku kritis pekerja mekanik berperilaku aman di unit wheel dan brake

adalah sebagai berikut:

a. Menggunakan alat pelindung diri dengan lengkap sesuai dengan area kerja

masing-masing pekerja mekanik,

b. Menggunakan peralatan sesuai dengan Componen Maintenance Manual

(CMM)

c. Bekerja dengan posisi badan yang tepat dan tidak membahayakan diri

sendiri, komponen, dan lingkungan, serta

d. Berkomunikasi/berkoordinasi baik dengan sesama rekan kerja untuk saling

mengingatkan jika sesama pekerja melakukan ketidaksesuaian.


15

Sedangkan perilaku kritis pekerja mekanik yang berperilaku tidak

aman di unit wheel dan brake adalah sebagai berikut:

a. Pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri dengan lengkap

b. Pekerja tidak menggunakan peralatan kerja sesuai tujuan penggunaannya

c. Posisi badan pekerja pada posisi yang tidak tepat

Konsekuensi yang menyebabkan meningkatnya atau tidak munculnya kembali perilaku kritis pekerj
Hukuman yang diberikan di unit wheel dan brake disesuaikan dengan jenis pelanggaran yang dilaku
Penghargaan yang diberikan perusahaan bersifat terpusat terkait dengan kinerja dan produktivitas pe
tersosialisasikan dengan baik.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan, peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut:

1. Saran untuk Manajemen Unit Wheel dan Brake

Saran yang dapat peneliti berikan untuk manajemen unit wheel dan brake dari

segi anteseden adalah sebagai berikut:

a. Perlu ditingkatkannya manajemen APD di unit wheel dan brake seperti

melakukan perawatan APD yang dilakukan secara berkala sesuai prosedur

pengelolaan alat pelindung diri tentang standarisasi. Selain itu, pihak


16

manajemen sebaiknya memberikan pelatihan mengenai tata cara penggunaan

APD yang baik dan benar serta cara merawatnya kepada pekerja mekanik.

b. Sebaiknya manajemen memperhatikan posisi penempatan dan

memperbaharui/memperbaiki rambu keselamatan di unit wheel dan brake yang

pekerja yangdapat
sudah tidak seringmenyampaikan
dan baru mengalami kecelakaan,
pesan dengan dan karyawan
maksimal. yang telah
Adapun rambu
lama
yang tidak
perlu mendapatkan pelatihan.
diperbaharui atau Selain di
ditambahkan itu,unit
sebaiknya pemberian
wheel dan pelatihan
brake sebagai
diberikan
berikut: secara merata kepada sesama pekerja mekanik.
d. Sebaiknya setiap pengawasan
1) Memperbaharui yang dilakukan
rambu keselamatan di unit
“dilarang wheel dan
merokok” dan“awas
brake lebih

optimal dilakukan
bahaya radiasi” sesuai dengan standar yang digunakan perusahaan.

2) Memperbaiki
Saran tata letak
yang dapat peneliti rambuuntuk
berikan keselamatan “awas
manajemen unitbahaya
wheel pantulan
dan brake dari
rivet” agar
segi konsekuensi dapat
adalah terbaca
sebagai oleh pekerja mekanik
berikut:
3) Menambahkan rambu keselamatan alat pelindung diri yang wajib

digunakan pekerja mekanik di cleaning area.

4) Memperbaharui atau menambahkan rambu keselamatan “emergency

telephone for first aid or escape” dan “emergency fire telephone”


16

a. Perlu ditambahkannya sosialisasi bentuk penghargaan atau reward yang

diberikan kepada pekerja.

b. Jenis pemberian hukuman yang sudah baik ditentukan, sebaiknya lebih

dilakukan konsisten atau lebih tegas saat penerapannya di lapangan.

2. Saran Untuk Pekerja Mekanik

Saran yang dapat peneliti berikan untuk pekerja mekanik di unit wheel
dan

brake PT GMF AeroAsia adalah sebagai berikut:

a. Pekerja mekanik sebaiknya lebih meningkatkan kepedulian untuk mengikuti

rambu-rambu keselamatan yang diberikan oleh manajemen perusahaan.

b. Pekerja mekanik sebaiknya lebih meningkatkan berperilaku aman dengan

menggunakan alat pelindung diri dengan lengkap yang sudah disediakan

sesuai bahaya di tempat kerja.

c. Pekerja sebaiknya melakukan aktivitas fisik berupa perenggangan dan

berolahraga untuk meminimalisir risiko keluhan MSDs.


DAFTAR PUSTAKA

A.Pruss,dkk. 2005. Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan. Jakarta: EGC.


Ajzen, Icek. 2005. Attitudes, Personality, and Behavior. New York: Open University
Press.
Arifin, A Bustanul dan Arif Susanto. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kepatuhan Pekerja Dalam Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Di
Bagian Coal Yard PT X Unit 3 & 4 Kabupaten Jepara Tahun 2012.
Kesehatan Masyarakat, 2.
Armala. 2011. Meraih Sukses Itu (Tidak Gampang). Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Afrizal. 2015. Metode Penelitian Kualitaif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan
Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta : Rawajali Pers.
Baihaqi, Rahmat. 2014. 192.911 peserta Jamsostek alami kecelakaan kerja.
sindonews.com. diambil dari :
http://ekbis.sindonews.com/read/836859/34/192-911-peserta-jamsostek-
alami-kecelakaan-kerja-1392713047.
Clarion Safety Systems. 2013. New OSHA/ANSI Safety Signs Systems For Today's
Workplace.
Coleman, Lynn. 2000. Developing Workplace Skills:How to Get Your Fist Job &
Keep it. South Africa: Creda Communications.
Cooper, Dominic. 2001. Improving Safety Culture : A Pratical Guide. London. UK :
John Wiley & Sons Ltd.
Cooper Dominic. 2000. Towards a Model of Safety Culture. Safety Science. 36.111-
136.
Cunningham, Thomas R.,dkk. 2010. Protecting the planet and its people: How do
interventions to promote environmental sustainability and occupational
safety and health overlap?. Journal of Safety Research. 41. 407-416.
Endraswara, Suwardi. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan:Ideologi,
Epistemologi, dan Aplikasi Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
FEMA. 2008. Debris Management Plan Workshop-Students Guide. U.S
Departement of Homeland Security.

162
16

Ferguson, Michael dan Sean Nelson. 2014. Aviation Safety: a Balanced Industry
Approach. USA: Delmar Cengage Learning.
Fertman, Carl dan Diane D Allensworth. 2010. Health Promotion Programs: From
Theory to Practice. San Fransisco: Jossey Bass.
Fleming, M dan R Lardner. 2002. Strategies to promote safe behavior as part of a
health and safety management system.
Geller, E. Scott. 2001. Working Safe: How to Help People Actively Care for Health and Safety. USA
Griffin, Mark A. dan Andrew Neal. 2000. Perceptions of Safety at Work: A Framework for Linking S
Gunawan, F.A. 2013. Safety Leadership:Building an Excellent Operation. Jakarta: Dian Rakyat.
H., Arifin B. 2010. Suara Surabaya: bukan radio. Surabaya: Suara Surabaya.
Halimah, Siti. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Aman Karyawan di PTSIM Plant
Hardjana, Agus M., 2001. Training SDM yang Efektif. Yogyakarta: Kanisius. Harrington, J.M. 2003
Health and Safety Authority. 2013. Behavior Based Safety Guide.
Health and Safety Executive. 2015. Safety signs and signals The Health and Safety (Safety Signs a

Heni, Yusri. 2011. Improving Our Safety Culture Cara Cerdas Membangun Budaya
Keselamatan yang Kokoh. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Herijulianti, Eliza, dkk. 2001. Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC.
Hobbs, Alan dan Ann Williamson. 2002. Human Factor Determinants of Worker
Safety and Work Quality Outcomes. Australian Journal of Psychology. 54.
157-161.
Hughes, Phil dan Ed Frrett. 2011. Introduction to Health And Safety At Work. New
York: Routlege Taylor and Francis Group
Hughes, Phil dan Ed Frrett. 2012. Introduction to Health And Safety At Work. United
Kingdom: Elsevier.
ILO. 2014. Safety and health at work : A Vision for Sustainable Prevention. Jerman.
16

Irlianti, Ayu dan Endang Dwiyanti. 2014. Analisis Perilaku Aman Tenaga Kerja
Menggunakan Model Perilaku ABC ( Antecedent Behavior Consequence).
The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health. 3. 94-106.
Istijanto. 2005. Riset Sumber Daya Manusia Cara Praktis Mendeteksi Dimensi-
Dimensi Kerja Karyawan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ivancevich, John M.,dkk. 2008. Perilaku Dan Manajemen Organisasi. Jakarta:
Erlangga.
Krause, Thomas R. 1997. The Behavior-Baesd Safety Process: Managing
involvement for an injury. Canada: John Wiley & Sons, Inc.
Mckinnon, Ron Charles. 2000. Cause, Effect, and Control of Accidental Loss With
Accident Investigation Kit. U.S.A: CRC Press.
Mcsween, Terry E. 2003. Values-Based Safety Process : Improving Your Safety
Culture With Behavior-Based Safety. New Jersey: John Wiley & Sons Inc.
Michaud, Patrick A. 2000. Accident Prevention and OSHA Compliance. USA: CRC
Press
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Ng, Annie W. Y. dan Alan H. S. Chan. 2015. Effects of user factors and sign referent
characteristics in participatory construction safety sign redesign. Safety
Science. 74. 44-54.
Ocon, Ralph dan Opal Mcfarlane. 2007. Reducing Employee Injuries Through
Behavior Based Safety. Latin American and Caribbean Conference for
Engineering and Technology
Permenakertrans No.8 Tahun 2010 Tentang Alat Pelindung Diri.
PP No.50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Rahadi, Febrian Dwi,dkk. 2013. Hubungan antara persepsi lingkungan kerja fisik
dengan perilaku keselamatan karyawan. Jurnal Ecopsy. 1.
Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
OHSAS 18001. Jakarta: Dian Rakyat.
Retnani, Novita Dwitya dan Denny Ardyanto. 2013. Analisis Pengaruh Activator
Dan Consequence Terhadap Safe Behavior Pada Tenaga Kerja Di PT Pupuk
Kalimantan Timur Tahun 2013.
16

Riyadina, Woro. 2007. Kecelakaan Kerja Dan Cedera Yang Dialami Oleh Pekerja
Industri Di Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta. Makara Kesehatan. 11.
25-31.
Roughton, James E. dan James J. Mercurio. 2002. Developing an Effective Safety
Culture: A Leadership Approach. U.S.A: Butterworth-Heinemann.
Saebani, Beni Ahmad. 2008. Metode Penelitian: Bandung, Pustaka Setia.
Santoso, Budi. 2010. Skema dan Mekanisme Pelatihan: Panduan Penyelenggaraan Pelatihan. Jakarta
Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Suyono, Karina Zain dan Erwin Dyah Nawawinetu. 2013. Hubungan Antara Faktor Pembentuk Buda
Tony Sit,dkk. 2013. The Impact of Line Maintenance Mechanics' Attitude, Behavioral Intentions, an
Ubaedy, An. 2008. Berkarier di Era Global. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Utami, Dwi Pratiwi. 2014. Fakto-Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Aman (Safe Behavior)
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja

Williams, Joshua H. 2011. Employee Engagement Improving participation in safety.


Alm journal Online.
Zaendar, Aldo. 2009. Gambaran aspek perilaku kerja selamat melalui metode ABC
(antecedents-behavior-consequences) pada pekerja di divisi steel tower PT
Bukaka Teknik Utama, Tbk. tahun 2009. Universitas Indonesia.
Zin, Sulastre Mat dan Faridah Ismail. 2012. Employers‟ Behavioral Safety
Compliance Factors toward Occupational, Safety and Health Improvement in
the Construction Industry. Procedia - Social and Behavioral Sciences. 36.
742-751.
LAMPIRAN

166

Anda mungkin juga menyukai