Anda di halaman 1dari 146

ANALISIS RASIO KEUANGAN

PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI


DENGAN METODE REGRESI LOGISTIK

Skripsi

Oleh :
NURLIA ALDILARACHMA
104081002582

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008/1429H
ANALISIS RASIO KEUANGAN
PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI
DENGAN METODE REGRESI LOGISTIK

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana
Ekonomi

Oleh :
Nurlia Aldilarachma
NIM: 104081002582

Di bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Titi Dewi Warninda, SE, M.Si


NIP: 150 317 955 NIP: 150 368 746

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008/1429H
ANALISIS RASIO KEUANGAN
PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI
DENGAN METODE REGRESI LOGISTIK

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana
Ekonomi

Oleh :
Nurlia Aldilarachma
NIM: 104081002582

Di bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Titi Dewi Warninda, SE, M.Si


NIP: 150 317 955 NIP: 150 368 746

Penguji Ahli

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS


NIP: 131 474 891

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008/1429H
Hari ini Kamis Tanggal 07 Bulan Agustus Tahun Dua Ribu Delapan telah
dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Nurlia Aldilarachma NIM:
104081002582 dengan judul Skripsi ”ANALISIS RASIO KEUANGAN
PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI
DENGAN METODE REGRESI LOGISTIK”. Memperhatikan penampilan
mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 07 Agustus 2008

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Indo Yama Nasarudin, SE, MAB


Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS


Penguji Ahli
Daftar Riwayat Hidup

PERSONAL
Nama : Nurlia Aldilarachma
Alamat : Komp. Puri Dewata Indah Blok. E3 No. 4
Cipondoh – Tangerang 15141
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 19 November 1986
Agama : Islam
Status : Belum kawin
Phone : 021-5540950 / 085691540095
Email : aldilarachma@yahoo.com
PENDIDIKAN FORMAL
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta : 2004-2008
SMUN 2 Tangerang : 2001-2004
SLTPN 1 Tangeranag : 1998-2001
SDN Poris Plawad 3, Cipondoh - Tangerang : 1992-1998
TK. Tunas Cempaka Sari, Sukapura - Jakarta Utara : 1990-1992
PENGALAMAN ORGANISASI
Ketua Radio Sekolah SMUN 2 Tangerang : 2003
Staff Div. Keuangan Simpanan KOPMA UIN Jakarta : 2005
Div. Keuangan Simpanan KOPMA UIN Jakarta : 2006
Ang. Div. Litbang BEM Fakultas Ekonomi UIN Jakarta : 2006
Kabid. PSDA KOPMA UIN Jakarta : 2007
Pengawas PSDA KOPMA UIN Jakarta : 2008
PENGALAMAN KERJA
Magang Pada Divisi Marketing and Promotion : 2007
PT. Garuda Indonesia
ABSTRACK

The aim of this research is to examine corporate performance’s characteristic


that executing merger and acquisition that’s figured by financial ratio. Liquidity
ratio, activity ratio, leverage and profitabiity is the financial ratio which is used in
this research (Payamta, 2004).
This research is using firm sample that executing merger and acquisition
during 1999-2005 by purposive sampling method and firm that doesn’t execute
merger and acquisition by matched pair method. Financial statement is got from
IDX and the list of the firm that executing merger and acquisition is got from
BAPEPAM.
The method that’s used to see the difference of corporate performance
between before and after executing merger and acquisition is Wilcoxon Signed
Rank Test, while to see the difference of corporate performance between the firm
that executing merger and acquisition and the firm that doesn’t is using Mann-
Whitney Test and Independent Test, and to examine financial ratio benefit
hypothesis is using logistic regression method.
The result of this research show that there’s no significant difference of
corporate performance between before and after merger and acquisition and
between the firm that executing merger and acquisition and the firm that doesn’t,
and the last this research find out that on the whole the characteristic of the firm
that executing merger and acquisition can be measured by financial ratio. There’s
no difference on ratio that is used between the firm that execuitng merger an
acqusition and the firm that doesn’t.

Key word : Financial Ratio, Merger and Acquisition, Wilcoxon Singned Rank
Test, Mann-Whitney Test, Independent Test, Logistic Regression.
ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji karateristik kinerja perusahaan


yang diproksikan dengan rasio keuangan pada perusahaan yang melakukan
merger dan akuisisi. Rasio keuangan yang digunakan dalam peneitian ini adalah
rasio keungan yang digunakan oleh Payamta (2004) meliputi rasio likuiditas,
aktivitas, leverage dan profitabiltas.
Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang melakukan merger
dan akuisisi pada periode 1999-2005 dengan metode purposive sampling dan
perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi dengan metode matched
pair. Data yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan yang diperoleh
dari Bursa Efek Indonesia, sedangkan daftar perusahaan yang melakukan merger
dan akuisisi diperoleh dari Badan Pengawas Pasar Modal.
Metode yang digunakan untuk melihat perbedaan antara sebelum dan
sesudah perusahaan tersebut melakukan merger dan akuisisi adalah Uji Wilcoxon
Signed Rank Test, sedangkan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang
melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan merger
dan akusisi adalah Uji Mann-Whitney Test dan Uji Independent Test, dan untuk
menguji hipotesis manfaat rasio keuangan dalam memprediksi kinerja perusahaan
yang melakukan merger dan akuisisi digunakan metode regresi logistik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan pada kinerja perusahaan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi,
selain itu penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan pada kinerja perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan
perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi, begitu pula dengan
penelitian yang menggunakan metode regresi logistik bahwa secara keseluruhan
karateristik perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dapat diukur dengan
menggunakan rasio keuangan. Rasio-rasio yang digunakan antara perusahaan
yang melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan
merger dan akuisisi tidak menunjukkan adanya perbedaan.

Kata Kunci : Rasio Keuangan, Merger dan Akusisi, Uji Wilcoxon Signed Rank
Test, Uji Mann-Whitney Test, Uji Independent Test, Regresi Logistik.

.
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji hanya milik Allah dan kepada-Nyalah tempat memohon
pertolongan serta ampunan. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Allah yang
tiada sekutu-Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan
rasulnya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah padanya dan keluarganya,
sahabatnya juga kepada para pengikutnya yang baik hingga akhir kelak.
Dipenghujung sapa ini, dilembar yang berharga ini dengan segala
kerendahan hati dan kebesaran jiwa, izinkan saya selaku penulis mengucapkan
terima kasih kepada orang-orang yang Allah anugrahkan kepada penulis sehingga
skripsi ini dapat terwujud dan terselesaikan :
1. Kedua orang tua ku, Ayahanda Ali Mahmudi, SE dan Ibunda Nurbaety
tercinta yang telah memberikan segala dorongan mental, Spiritual, perhatian
dan kasih sayang serta tak pernah putus mendoakan ananda dalam menggapai
cita dan kebahagiaan. Kedua adikku tersayang Billy Yanuardi dan Nurma
Gusnita yang telah memberikan semangat dan dorongannya.
2. Bapak Prof. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial yang baru semoga dapat membuat fakultas ini menjadi jauh lebih
berkembang daripada saat ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku ketua jurusan manajemen dan
selaku pembimbing 1 dan Ibu Titi Dewi Warninda, SE, M.Si selaku
pembimbing 2, yang telah meluangkan waktu dan memberikan ilmunya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Para dosen penguji kompre Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM, Bapak Prof.
Abdul Hamid, MS dan Bapak Indo Yama Nasarudin SE, MAB, yang telah
memberikan kemudahan dan kelancaran selama ujian.
5. Seluruh dosen FEIS yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang luas
kepada penulis selama perkuliahan.
6. Seseorang yang spesial dihati hingga saat ini ”ApR!@n5yAh RaHmAn”.
Makacih yach buat smuanya yang dah kamu kasih ke aku slama ini... ^_^
7. Santi, Titi, Novi, Tiar, Reni, Harni, Citra, Lista, Niar, Nanin, Prita, Lilik,
Syarifah, Chika, Rahman, Dodo, Dede, Didi, Fauzi, Wildan, Deden, Yayan,
Yunus, Fadli, Caesar n khususnya Vandy,, Makacih yach buat semangat,
perhatian, bantuan dan doa nya selama ini dan selama gw nyusun skripsi ini..
Gw ceneng banget bisa kenal n jadi teman lo’ smua,,keep contact yach
friend...
8. Semua teman-teman ku tersayang di Kost LCW n’ LCI (Suliz, As3, Hon2,
Sancil, Desi, Vea, Elin, Emma, Osa, Selly, Hilda, Ulfah, Endah, Biah n
K’Uus ), Mnj Keu B’07 dan KOPMA UIN ’04-’08 (Miftah, Hendro, Ceu2,
Tia, Siti, Mira, Anton, Hadi, K’Windy, K’Fahru, K’Agus n temen2 kopma yg
lain, maaf y g bs ditulis smua) yang telah memberikan warna dalam hidup ku
hingga saat ini, semoga pertemanan ini tidak akan pernah berakhir...
9. Terakhir, buat yang selalu menanyakan ”gimana skripsinya?” dan selalu
mendoakan ”semoga cepet lulus!”, terima kasih ya...

Akhir kata, mohon maaf kepada seluruh pembaca bila penulisan skripsi ini
jauh dari rasa memuaskan. Namun, penulis dengan segala keterbatasan hanya bisa
berharap mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya. Amin...

Wassalamualaikum Wr.Wb

Jakarta, Desember 2008

Nurlia Aldilarachma
DAFTAR ISI

Daftar Riwayat Hidup .................................................................................. i


Abstrack ......................................................................................................... ii
Abstrak ........................................................................................................... iii
Kata Pengantar ............................................................................................. iv
Daftar Isi ........................................................................................................ vi
Daftar Tabel ................................................................................................... viii
Daftar Gambar .............................................................................................. ix
Daftar Lampiran ........................................................................................... x

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1


A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Pembatasan Masalah ................................................................... 10
C. Perumusan Masalah ..................................................................... 10
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 11

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 13


A. Gambaran Umum Penggabungan Usaha .................................... 13
B. Merger ......................................................................................... 14
C. Akuisisi ........................................................................................ 17
D. Teknik Pengambilalihan .............................................................. 18
E. Alasan yang Melatarbelakangi Merger dan Akuisisi ................... 19
F. Faktor yang Mempengaruhi Merger dan Akuisisi ....................... 21
G. Analisis Kinerja Keuangan .......................................................... 23
H. Penelitian Terdahulu ................................................................... 29
I. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 33
J. Perumusan Hipotesis Penelitian ................................................... 38

BAB III. METODELOGI PENELITIAN ................................................... 39


A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 39
B. Metode Penentuan Sampel .......................................................... 39
C. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 43
D. Metode Analisis Data .................................................................. 43
E. Operasional Variabel Penelitian .................................................. 56

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 63


A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................ 63
B. Sejarah Merger dan Akuisisi ....................................................... 65
C. Analisis Statistik Deskriptif ......................................................... 66
D. Analisis Hipotesis Pertama .......................................................... 73
E. Analisis Hipotesis Kedua ............................................................. 80
F. Analisis Hipotesis Ketiga ............................................................. 86
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ............................... 95
A. Kesimpulan ................................................................................. 95
B. Implikasi ...................................................................................... 96
C. Keterbatasan dan Saran Penelitian .............................................. 97

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 99


LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

No. TABEL
HALAMAN
3.1 Proses pemilihan sampel ..................................................................... 41
3.2 Perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi ........................... 42
3.3 Perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi ................. 42
4.1 Deskripsi data sampel penelitian sebelum dan sesudah perusahaan
melakukan merger dan akuisisi .......................................................... 67
4.2 Deskripsi data sampel penelitian perusahaan yang melakukan dan
tidak melakukan merger dan akuisisi ................................................ 70
4.3 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk 1 tahun sebelum dan 1
tahun sesudah merger dan akuisisi .................................................... 75
4.4 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk 1 tahun sebelum dan 2
tahun sesudah merger dan akuisisi .................................................... 76
4.5 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk 2 tahun sebelum dan 1
tahun sesudah merger dan akuisisi .................................................... 78
4.6 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk 2 tahun sebelum dan 2
tahun sesudah merger dan akuisisi .................................................... 79
4.7 Hasil Uji Normalitas One Sample Kolmogorov-Semirnov Test ......... 82
4.8 Hasil Uji Mann-whitney Test ............................................................... 84
4.9 Hasil Uji Independent Sample Test ...................................................... 84
4.10 Hasil Uji Hipotesis 2 ............................................................................. 85
4.11 Hasil Uji Hipotesis 3 Regresi Logistik ................................................ 87
DAFTAR GAMBAR

NO. GAMBAR
HALAMAN
2.1 Kerangka pemikiran hipotesis 1 ........................................................... 36
2.2 Kerangkan pemikiran hipotesis 2 dan hipotesis 3 .............................. 37
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Perusahaan yang Melakukan Merger dan Akuisisi

Lampiran 2 : Peruhasaan yang Tidak Melakukan Merger dan Akuisisi

Lampiran 3 : Daftar Rasio Keuangan Sebelum dan Sesudah Merger dan

Akuisisi

Lampiran 4 : Daftar Rasio Keuangan yang Melakukan dan Tidak

Melakukan Merger dan Akuisisi

Lampiran 5 : Hasil SPSS Uji Wilcoxon Signed Rank Test

Lampiran 6 : Hasil SPSS Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov

Test

Lampiran 7 : Hasil SPSS Uji Independent Sample Test

Lampiran 8 : Hasil SPSS Uji Mann-Whitney Test

Lampiran 9 : Hasil SPSS Uji Regresi Logistik Backward Stepwise

Lampiran 10 : Hasil SPSS Uji Regresi Logistik Enter


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Memasuki era pasar bebas, persaingan usaha antar perusahaan-perusahaan

yang ada semakin ketat. Kondisi demikian menuntut perusahaan untuk selalu

mengembangkan strategi perusahaan agar dapat bertahan atau bahkan

berkembang lebih besar. Perusahaan dituntut untuk dapat memanfatkan

sumber daya yang tersedia seefektif dan seefisien mungkin agar dapat

mempertahankan ekssistensi dan meningkatkan kinerja perusahaannya di

dalam persaingan usaha yang semakin ketat itu. Seiring dengan derasnya

derap globalisasi saat ini, dimana aktivitas ekonomi tidak hanya terbatas pada

lingkungan domestik tetapi juga lingkungan internasional. Gejolak ekonomi

yang selalu mengalami perubahan telah mempengaruhi kegiatan dan kinerja

perusahaan, baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil.

Persaingan lingkungan bisnis yang semakin kompetitif membuat

perusahaan saling bersaing untuk mempertahankan dan mengembangkan

kehidupan perusahaannya, dan hanya perusahaan yang memiliki keunggulan

bersainglah (Competitive Advantage) yang bisa bertahan. Agar perusahaan

dapat berhasil dan sukses menghadapi persaingan maka perusahaan harus

memiliki strategi yang tepat dan menguntungkan. Salah satu usaha untuk

menjadi perusahaan-perusahaan yang besar dan kuat dapat melalui ekspansi.

Ekspansi perusahaan ada dua macam internal dan eksternal. Ekspansi internal
yaitu dengan menambah kapasitas pabrik, menambah unit produksi,

menambah divisi baru ataupun terjadi pada saat divisi-divisi yang ada dalam

perusahaan tumbuh secara normal melalui kegiatan capital budgeting.

Sedangkan ekspansi eksternal yaitu dengan mengembangkan perusahaan yang

telah ada ataupun membeli perusahaan yang telah ada.

Alasan perusahaan melakukan merger dan akuisisi adalah untuk

memperoleh sinergi, strategic opportunities, meningkatkan efektifitas dan

mengeksploitasi mispricing di pasar modal (Foster, 1994 dalam Payamta,

2004). Pada umumnya tujuan dilakukannya merger dan akuisisi adalah

mendapatkan sinergi atau nilai tambah. Keputusan untuk merger dan akuisisi

bukan sekedar menjadikan dua ditambah dua menjadi empat tetapi merger dan

akuisisi harus menjadikan dua ditambah dua menjad lima. Nilai tambah yang

dimaksud tersebut lebih bersifat jangka panjang dibanding nilai tambah yang

hanya bersifat sementara saja. Oleh karena itu, ada tidaknya sinergi suatu

merger dan akuisisi tidak bisa dilihat beberapa saat setelah merger dan akuisisi

terjadi, tetapi diperlukan waktu yang relatif panjang. Sinergi yang terjadi

sebagai akibat penggabungan usaha bisa berupa turunnya biaya rata-rata per

unit karena naiknya skala ekonomis, maupun sinergi keuangan yang berupa

kenaikan modal.

Keputusan merger dan akuisisi selain membawa manfaat juga tidak

terlepas dari permasalahan (Suta, 1992 dalam Payamta, 2004), diantaranya

biaya untuk melaksanakan merger dan akuisisi sangat mahal, dan hasilnya pun

belum pasti sesuai dengan yang diharapkan. Disamping itu, pelaksanaan


akuisisi juga dapat memberikan pengaruh negatif terhadap posisi keuangan

dari acquiring company apabila stukturisasi dari akuisisi melibatkan cara

pembayaran dengan kas dan melalui pinjaman. Permasalahan yang lain adalah

kemungkinan adanya corporate culture, sehingga berpengaruh pada sumber

daya manusia yang akan dipekerjakan. Jemison dan Sitkin dalam Aminul

Amin (2000) mengungkapkan bahwa kinerja merger dan akuisisi yang

mengecewakan muncul dari tidak adanya perhatian yang cukup sebelum

merger dan akuisisi terhadap masalah perencanaan integrasi pasca merger dan

akuisisi karena tekanan untuk deal secepatnya. Selain itu sering kali

perusahaan pengakuisisi tidak cukup tahu tentang potensi perusahaan yang

dibeli (acquiring firm).

Penggabungan usaha dapat dilakukan dengan berbagai cara yang

didasarkan pada pertimbangan hukum, perpajakan atau alasan lainnya. Di

Indonesia didorong oleh semakin besarnya pasar modal, transaksi merger dan

akuisisi semakin banyak dilakukan. Di Indonesia isu merger dan akuisisi

hangat dibicarakan baik oleh para pengamat ekonomi, ilmuan, maupun

praktisi bisnis sejak tahun 1990-an. Pada periode 1989-1992 saja telah terjadi

32 kasus merger dan akuisisi terhadap 79 perusahaan (Santoso, 1992) dalam

Payamta (2004). Pada dasarnya merger dan akuisisi merupakan upaya

restrukturisasi perusahaan serta dimaksudkan untuk memperoleh manfaat dan

sinergi dalam permodalan, manajemen, teknologi, sumber-sumber daya, dan

diversifikasi usaha.
Lebih lanjut Kwik Kian Gie (1992:13) dalam Payamta (2000)

mengemukakan bahwa manfaat merger dan akuisisi adalah komplementaris,

pooling kekuatan, mengurangi persaingan dan menyelamatkan perusahaan

dari kebangkrutan. Strategi merger dan akuisisi dipandang sebagai salah satu

alternatif yang dapat memacu pertumbuhan bisnis perusahaan / kelompok

usaha secara signifikan, alasan lain yang paling sering dikemukakan disini

adalah bahwa merger dan akuisisi lebih efisien dibandingkan harus

membangun unit bisnis sendiri.

Penelitian mengenai merjer dan akuisisi di Indonesia pertama kali

dilakukan oleh Alimin yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi

merger di Indonesia (1993:28), yaitu: peningkatan skala ekonomi,

pengamanan bahan baku, perluasan pasar, penghematan pajak, pemanfaatan

kapasitas hutang, peningkatan laba dan pengurangan persaingan. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa semua faktor tersebut signifikan kecuali

faktor pengamanan bahan baku dan pemanfaatan kapasitas hutang. Penelitian

lain yang dilakukan di Indonesia antara lain oleh Sutrisno (1998) yang

didukung oleh pendapat Gurendrawati dan Sudibyo (1999) dalam Windarti

(2002) dengan menghitung rata-rata volume perdagangan saham pada

perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi menggunakan metode

purchase dan pooling of interest. Yuyatmoko dan Na’im (2000) dalam

Windarti (2002) melakukan studi tentang pengaruh akuisisi terhadap

perubahan return saham dan kinerja perusahaan publik. Payamta (2001) dalam

Windarti (2002) melakukan penelitian terhadap harga saham sebelum dan


sesudah melakukan merger dan akuisisi. Kustiawan (2001) dalam Windarti

(2002) meneliti tentang pengaruh metode pembayaran dalam bentuk kas dan

saham terhadap abnormal return perusahaan yang melakukan merger dan

akuisisi.

Selain itu banyak penelitian telah dilakukan untuk menginvestasikan

pengaruh merger terhadap kinerja perusahaan, namun hasilnya tidak selalu

konsisten. Caves (1989) dalam Payamta (2004) menemukan bahwa merger

dan takeover berpengaruh positif terhadap efisiensi ekonomi, karena adanya

sinergi dan perubahan terhadap kontrol perusahaan dan pangsa pasarnya.

Penelitian Caves (1989) dalam Payamta (2004) dikonfirmasi oleh Berkowitch

dan Narayanan (1993), Eun, Kolodny dan Scheraga (1996) dan Zhang (1998)

yang juga menunjukkan merger dan akuisisi berpengaruh positif terhadap

shareholder perusahaan bidder dan target. Yudyatmoko dan Na’im (2000)

dalam Payamta (2004) menunjukkan merger dan akuisisi tidak berpengaruh

terhadap kinerja perusahaan.

Untuk menilai bagaimana keberhasilan merger dan akuisisi yang

dilakukan, kita dapat melihatnya dari kinerja perusahaan yang melakukan

merger dan akuisisi, terutama kinerja keuangan. Beberapa penelitian mengenai

pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan di Indonesia

diantaranya adalah Payamta dan Setiawan (2004) yang meneliti kinerja

keuangan perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dari rasio-rasio

keuangan dan return saham di sekitar peristiwa terjadi. Hasil penelitiannya

menunjukkan rasio-rasio keuangan dua tahun sebelum dan sesudah peristiwa


merger dan akuisisi tidak mengalami perubahan yang signifikan. Sedangkan

abnormal return saham sebelum pengumuman merger dan akuisisi positif,

namun setelah pengumuman merger dan akuisisi justru negatif. Penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan Widjanarko (2006) yang

menunjukkan tidak ada perubahan yang signifikan dari kinerja keuangan

perusahaan yang diproksikan dari rasio-rasio keuangan dua tahun sebelum dan

sesudah merger dan akuisisi.

Informasi tentang posisi keuangan perusahaan, kinerja perusahaan, aliran

kas perusahaan dan informasi lainya yang berkaitan dengan laporan keuangan

dapat diperoleh dari laporan keuangan perusahaan dengan melakukan analisis

laporan keuangan yang meliputi perhitungan dan interpretasi rasio keuangan

(Zainudin dan Hartono, 1999) dalam Windarti (2002). Mahfoedz (1994) dalam

Windarti (2002) menyatakan bahwa di Indonesia rasio keuangan bermanfaat

untuk mengevaluasi kinerja perusahaan yang diatur oleh pemerintah, dan dari

sudut pandang eksternal rasio keuangan digunakan untuk memutuskan apakah

membeli saham perusahaan, memberikan pinjaman berupa kas atau untuk

memprediksi keuangan perusahaan dimasa yang akan datang.

Rasio keuangan yang digunakan dalam pengukuran kinerja secara umum

terbagi dalam empat kategori yaitu: (1) rasio likuiditas, (2) rasio aktivitas, (3)

rasio leverage dan (4) rasio profitabilitas. Rasio likuiditas merupakan rasio

yang digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan dalam

menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Pada kinerja perusahaan yang

melakukan akuisisi diharapkan bahwa pada posisi likuiditas mempunyai


dampak marginal yang positif (Theodossiou, 1996) dalam Windarti (2002)

artinya bahwa pada perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi

diharapkan dapat memenuhi kewajiban jangka pendek. Palepu (1986) dalam

Windarti (2002) memperoleh hasil yang sebaliknya, dengan menggunakan

model logit rasio likuiditas menunjukkan hasil yang negatif dan tidak

signifikan. Sebaliknya Sorensen (2000) dalam Windarti (2002) menguji antara

persahaan yang melakukan merger, perusahaan target dan perusahaan non

merger menunjukkan rasio likuiditas yang positif tetapi tidak menunjukkan

adanya perbedaan yang signifikan dari ketiganya. Payamta (2001) melakukan

pengujian dengan menggunakan rasio likuiditas yang berupa current ratio dan

quick ratio pada perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi, hasilnya

menunjukkan bahwa current ratio satu tahun sesudah melakukan merjer dan

akuisisi hasilnya berbeda dengan current ratio satu tahun sebelumnya.

Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh

mana efektivitas penggunaan aktiva dengan melihat tingkat aktivitas aktiva

tersebut. Rasio aktivitas sering diproksikan dengan turnover ratio. Rasio ini

menunjukkan hasil yang positif pada perusahaan yang melakukan akuisisi

(Theodossiou et.al, 1996) dalam Windarti (2002) artinya bahwa perusahaan

yang melakukan merger dan akuisisi akan lebih efektif dalam memanfaatkan

aktiva tetapnya. Hasil penelitian Sorensen (2000) dalam Windarti (2002) juga

menunjukkan hubungan yang positif antara perusahaan pengakuisisi,

perusahaan target dan perusahaan yang tidak melakukan merger tetapi tidak

signifikan. Penelitian yang dilakukan Payamta (2001) pada perusahaan


sebelum dan sesudah melakukan merger dan akuisisi menunjukkan rasio total

asset turnover dan fixed asset turnover memberikan indikasi berbeda tetapi

sifatnya hanya temporer dan tidak konsisten, karena pada pengujian

selanjutnya dengan menggunakan uji manova hasilnya tidak signifikan.

Rasio leverage menggambarkan sruktur modal perusahaan yang

berhubungan dengan gabungan antara debt-equity, dimana perusahaan yang

menggunakan utang adalah perusahaan yang mempunyai financial leverage.

Semakin besar proporsi hutang yang dipergunakan oleh perusaahan akan

semakin tinggi beban tetapnya. Financial leverage diharapkan mempunyai

dampak marginal uang negatif pada perusahaan yang melakukan akuisisi,

karena perusahaan pengakuisisi dengan tingkat leverage yang tinggi akan

meningkatkan debt ratio perusahaan pengakuisisi melebihi struktur modal

optimal yang dihasilkan pada saat nilai pasar menurun (Theodossiou et.al,

1996) dalam Windarti (2002). Penelitian Sorensen (2000) dalam Windarti

(2002) juga menunjukkan hasil yang positif signifikan, dan meningkatnya

leverage dihubungkan dengan tingginya kinerja abnormal setelah melakukan

merger dan financial leverage antara perusahaan yang melakukan merger

berbeda dengan perusahaan yang tidak melakukan merger. Penelitian yang

dilakukan di Indonesia berkaitan dengan financial leverage antara lain

dilakukan oleh Yudyamoko dan Na’im (2000) dalam Windarti (2002) menguji

resiko perusahaan (leverage) berpengaruh negatif pada perusahaan yang

melakukan merger dan akuisisi.


Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

seberapa efektif perusahaan beroperasi sehingga menghasilkan laba

(keuntungan). Semakin tinggi tingkat laba yang dihasilkan maka semakin

tinggi rasio profitabilitas. Menurut foster (1986) dalam Windarti (2002) ada

tiga rasio yang diilustrasikan dalam rasio profitabilitas yaitu profit margin,

return on equity (ROE), return on asset / investment (ROA/ROE). ROE

merupakan proksi dari kinerja manajerial. Rasio ini diharapkan mempunyai

hubungan yang positif pada perusahaan yang melakukan akuisisi artinya

bahwa rasio net income to fixed assets semakin tinggi maka pada perusahaan

yang melakukan merger dan akuisisi akan mendapakan laba yang lebih tinggi

(Theodossiou et.al, 1996) dalam Windarti (2002), hasil penelitian ini didukung

oleh penelitian Sorensen (2000). Hasil penelitian Payamta (2001)

menunjukkan bahwa ROI dan ROE memberikan indikasi yang berbeda untuk

tahun sebelum dan sesudah melakukan merger dan akuisisi, namun perbedaan

tersebut sifatnya hanya temporer dan tidak signifikan.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penelitian ini akan menganalisis

kinerja perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi yang diproksikan

dengan empat rasio keuangan yang digunakan oleh Payamta (2004) yaitu rasio

likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverage dan rasio profitabilitas. Sebagai

pembanding terhadap kinerja perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi

maka dalam penelitian ini akan digunakan sampel pembanding yaitu

perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi.


B. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini diberikan pembatasan masalah dengan maksud agar

hasil yang dicapai akan memberikan pemahaman yang sesuai dengan tujuan

penelitian. Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Penggabungan perusahaan dalam penelitian ini terbatas pada

penggabungan usaha jenis merger dan akuisisi.

2. Ukuran kinerja keuangan perusahaan publik digambarkan oleh Current

Ratio (CR), Quick Ratio (QR), Fixed Asset Turn Over (FATO), Total

Asset Turn Over (TATO), Debt to Total Asset Ratio (DTAR), Debt to

Equity Ratio (DTER), Operating Profit Margin (OPM), Net Profit Margin

(NPM), Return On Investment (ROI), dan Return On Equity (ROE).

3. Perusahaan-perusahaan yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah

perusahaan-perusahaan publik dan melakukan merger dan akusisi pada

periode 1999-2005 dan perusahaan yang tidak melakukan merger dan

akuisisi sebagai perusahaan pembanding.

4. Data keuangan yang digunakan adalah dua dan satu tahun sebelum dan

satu dan dua tahun sesudah aktivitas merger dan akuisisi.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,

maka penelitian ini bermaksud menguji kembali dengan menggunakan sampel

pembanding dan melakukan perbandingan antara perusahaan yang melakukan

merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan
akuisisi. Dan berdasarkan latar belakang tersebut, maka perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat perbedaan kinerja perusahaan antara sebelum melakukan

merger dan akuisisi dengan sesudah melakukan merger dan akuisisi?

(Uji Beda)

2. Apakah terdapat perbedaan kinerja perusahaan antara perusahaan yang

melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan

merger dan akuisisi? (Uji Beda)

3. Apakah kinerja perusahaan yang diproksikan dengan rasio keuangan

(rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverage, dan rasio profitabilitas)

memberikan indikasi yang berbeda antara perusahaan yang melakukan

merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan

akuisisi? (Regresi Logistik)

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja perusahaan antara

sebelum melakukan merger dan akuisisi dengan sesudah melakukan

merger dan akuisisi

2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja perusahaan antara

perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan

yang tidak melakukan merger dan akuisisi


3. Untuk mengetahui apakah kinerja keuangan perusahaan yang

diproksikan dengan rasio keuangan (rasio likuiditas, rasio aktivitas,

rasio leverage, dan rasio profitabilitas) memberikan indikasi yang

berbeda antara perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan

perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi.

b. Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan

Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi

perusahaan yang akan melakukan merger dan akuisisi. Perusahaan yang

melakukan merger dan akuisisi akan menjadi lebih diuntungkan,

dirugikan atau tidak terpengaruh sama sekali kinerjanya.

2. Bagi Penulis

Dapat mengaplikasikan ilmu ekonomi khususnya dalam bidang

manajemen keuangan dan pasar modal yang telah diperoleh selama

perkuliahan dalam menganalisis perusahaan publik yang melakukan

merger dan akuisisi.

3. Bagi Akademik

Memberikan sedikit kontribusi keilmuan yang diharapkan mampu

memberikan manfaatnya didalam dunia pendidikan atau akademis

maupun dalam dunia praktisi.

4. Bagi Masyarakat / Calon Investor

Dapat membantu para pengambil keputusan perusahaan publik yang

melakukan merger dan akuisisi dalam melakukan analisisnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum Penggabungan Usaha

a. Pengertian Penggabungan Usaha

Penggabungan usaha merupakan salah satu strategi untuk

mempertahankan kelangsungan hidup dan mengembangkan perusahaan.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akutansi

Keuangan (PSAK No. 22 Tahun 2004), penggabungan usaha merupakan

suatu bentuk penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi

satu entitas ekonomi karena suatu perusahaan menyatu dengan perusahaan

lain ataupun memperoleh kendali atas aktiva dan operasi perusahaan lain.

Penggabungan usaha dapat dilakukan dengan berbagai cara yang

didasarkan pada pertimbangan hukum, perpajakan, atau alasan lainnya.

Penggabungan usaha dapat berupa pembelian saham suatu perusahaan oleh

perusahaan lain atau pembelian aktiva neto suatu perusahaan. (Gie, 1992

dalam Payamta, 2004), menyatakan bahwa praktik bisnis modern istilah

merger dan akuisisi sering digunakan untuk saling menggantikan. Menurut

Haderi Yunus dan Hernanto (2000:224) dalam Siti Maryam (2007)

menjelaskan tentang pengertian penggabungan usaha adalah usaha untuk

menggabungkan suatu perusahaan dengan satu atau lebih perusahaan lain ke

dalam satu kesatuan ekonomis.


b. Bentuk – Bentuk Penggabungan Usaha

Menurut Beams (1998:3) dalam Siti Maryam (2007), penggabungan

usaha dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

1. Merger

Merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan yang kemudian

hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum,

sementara yang lainya menghentikan aktivitasnya atau bubar.

2. Akuisisi

Akuisisi adalah pengambil-alihan kepemilikan atau pengendalian atas

saham atau aset perusahaan lain, dan dalam peristiwa ini baik perusahaan

pengambil-alih atau yang diambil-alih tetap eksis sebagai badan hukum

yang terpisah.

3. Konsolidasi

Konsolidasi adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua perusahaan

atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara membentuk satu perseroan

baru dan masing-masing perseroan yang meleburkan diri menjadi bubar.

B. Merger

a. Pengertian Merger

Merger adalah penggabungan dari dua atau lebih perusahaan menjadi

satu kesatuan yang terpadu. Perusahaan yang dominan dibanding dengan

perusahaan yang lain akan tetap mempertahankan identitasnya, sedangkan

yang lemah akan mengaburkan identitas yang dimilikinya.


Menurut Zaki Baridwan (1992) dalam Siti Maryam (2007)

mendefinisikan merger secara lebih terperinci, yaitu “terjadi bila suatu

perusahaan mengeluarkan saham untuk ditukarkan dengan seluruh saham

biasa perusahaan lainya. Pemegang saham perusahaan yang mengambil-alih

dan perusahaan yang diambil-alih tidak lagi merupakan perusahaan yang

berdiri sendiri, tetapi menjadi bagian dari perusahaan yang mengambil-alih”.

Menurut Payamta (2001:243) dalam Siti Maryam (2007) definisi

merger adalah “merger merupakan penggabungan dua atau lebih perusahaan

dimana satu perusahaan tetap hidup sedangkan perusahaan yang lainya

dilikuidasi. Harta dan kewajiban perusahaan yang dilikuidasi diambil-alih

oleh perusahaan yang masih berdiri dan meneruskan usahanya. Perusahaan

yang terus hidup tersebut harus berbentuk perseroan terbatas.

Menurut Abdul Muin (2003:5) dalam Firman (2006) mengumumkan

pengertian merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan yang

kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan

hukum, sementara yang lainya menghentikan aktivitasnya atau bubar.

Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27

Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambil-alihan

Perseroan Terbatas mendefinisikan merger adalah perbuatan hukum yang

dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk menggabngkan diri dengan

perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya perseroan yang

menggabungkan diri menjadi bubar.


b. Jenis-jenis Merger

1. Merger Vertikal

Perusahaan masih dalam satu industri tetapi beda level atau tingkat

operasional atau kombinasi suatu perusahaan dengan retailer maupun

supliernya. Tujuan perusahaan untuk memiliki sebagian atau seluruh

saham perusahaan retailer dan suplier adalah untuk mengamankan posisi

perusahaan. Contoh : Restoran cepat saji menggabungkan diri dengan

perusahaan peternakan ayam

2. Merger Horizontal

Perusahaan dalam satu industri membeli perusahaan di level operasi atau

bisnis yang sama. Contoh : pabrik komputer gabung dengan pabrik

komputer atau bank merger dengan bank.

3. Merger Konglomerasi

Merger antara perusahaan-perusahaan yang bisnisnya tidak berhubungan

atau tidak ada hubungan. Bertujuan untuk meningkatkan profit

perusahaan dari berbagai sumber atau unit bisnis. Contoh : perusahaan

pengobatan alternatif bergabung dengan perusahaan operator telepon

seluler nirkabel atau perusahan rokok mengakuisisi perusahan susu. Dari

segi divesifikasi, merger konglomerasi ini yang paling memberikan

keuntungan pengurangan risiko bisnis.


C. Akuisisi

Akuisisi adalah pembelian suatu perusahaan oleh perusahaan lain atau

oleh kelompok investor. Akuisisi sering digunakan untuk menjaga

ketersediaan pasokan bahan baku atau jaminan produk akan diserap oleh

pasar. Contoh : Aqua diakuisisi oleh Danone, Pizza Hut oleh Coca-Cola, dan

lain-lain.

Menurut Abdul Muin (2003:8) dalam Firman (2006) akuisisi diartikan

sebagai pengambil-alihan kepemilikan atau pengendalian atas saham atau

aset suatu perusahaan oleh perusahaan lain, dan dalam peristiwa ini baik

perusahaan pengambil-alihan atau yang diambil-alih tetap eksis sebagai

badan hukum yang terpisah.

Menurut Zaki Baridwan (1992) dalam Siti Maryam (2007) akuisisi

adalah “bila suatu perusahaan dapat membeli sebagian saham perusahaan

lain, bila saham yang dibeli lebih dari 50% saham biasa, maka perusahaan

yang sahamnya dibeli disebut dengan anak perusahaan, dan hubungannya

disebut afiliasi”.

Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Rebuplik Indonesia No. 27

Tahun 1998 tentang penggabungan, peleburan dan pengambil-alihan

perseroan terbatas mendefinisikan akuisisi adalah perbuatan hukum yang

dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil-alih

baik seluruh atau sebagian besar saham perseroan yang dapat

mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut.


D. Teknik Pengambilalihan

Sebuah merger dan akuisisi dapat terjadi melalui salah satu dari

beberapa cara. Proses itu biasanya berawal ketika sebuah perusahaan

mengumumkan ingin membeli perusahaan lain pada suatu harga tertentu.

Setelah melalui berbagai negosiasi, pemilik atau dewan direksi perusahaan

kedua setuju menjualnya dan perusahaan tersebut dengan segera diambil alih

oleh pemiliknya. Terkadang, suatu perusahaan sadar bahwa perusahaanya

kemungkinan besar merupakan target pengambil-alihan dan tidak dapat

mencegah hak tersebut. Oleh karenanya, perusahaan tersebut mencari pembeli

yang diinginkannya dan sebagai hasilnya minta untuk dibeli. Pada kedua

skenario tersebut, akuisisi disebut sebagai pengambil-alihan bersahabat

(Friendly Take Over) karena perusahaan yang dibeli menyambut baik merger

tersebut.

Namun demikian, kadangkala perusahaan target menolak diambilalih

oleh pihak lain dalam kasus seperti itu, sebuah perusahaan berkeinginan untuk

tetap independen atau mungkin menyatakan bahwa tawaran pembeli terlalu

rendah atau pembeli potensial tidak sesuai dengan perusahaan itu. Namun,

calon pembeli mungkin akan bertahan. Calon pembeli, sebagai contoh,

kemungkinan menawarkan untuk membeli saham perusahaan target di pasar

terbuka, biasanya pada harga premium. Jika dapat mencapai kuantitas saham

yang cukup, maka calon pembeli tersebut akan memperoleh kontrol atas

perusahaan target walaupun ada penolakan dari manajemen perusahaan target.


Dalam hal itu, akuisisi tersebut disebut sebagai penambil-alihan tidak sehat

(Hostile Take Over).

E. Alasan yang Melatarbelakangi Merger dan Akuisisi

Terdapat banyak alasan yang melatar belakangi perusahaan melakukan

kegiatan merger dan akuisisi, antara lain:

1. Sinergi

a. Operating Economies terjadi dari ”economies of scale” pada

manajemen, pemasaran, produksi atau distribusi. Economies Of Scale

menyebabkan biaya-biaya yang ditanggung per unit produk dapat

diturunkan.

b. Financial Economies termasuk biaya transaksi keuangan yang lebih

rendah, posisi keuangan yang lebih kuat dan rating yang lebih baik dari

para analisis sekuritas.

c. Differential Efficiency adalah kondisi dimana manajemen di satu

perusahaan tidak efisien, bila manajemen diganti setelah merger,

perusahaan ini akan memiliki kinerja yang lebih baik.

d. Increased Market Power adalah meningkatnya kekuatan pasar suatu

perusahaan setelah merger karena berkurangnya persaingan (jumlah

perusahaan sejenis).

2. Pertimbangan Pajak

Perusahaan yang memiliki laba besar (sehingga harus membayar pajak

yang besar pula) dapat melakukan merger atau mengambil-alih perusahaan


lain yang memiliki penghasilan sebelum pajak yang negatif (rugi).

Tujuannya adalah untuk dapat segera memanfaatkan kerugian tersebut

untuk mengurangi pajak penghasilan. Misalnya, perusahaan A memiliki

EBT (earnings before tax) Rp. 1 milyar. Perusahaan B dapat membawa

kerugian tersebut untuk mengurangi pajak penghasilan (bila EBT positif) di

tahun-tahun mendatang (hingga lima tahun kedepan). Bila perusahaan A

mengakuisisi B, perusahaan A dapat langsung menikmati efek pengurangan

pajak (tax saving) ini karena EBT perusahaan A setelah merger atau

akuisisi akan menjadi 0 (dari RP. 1 milayar – Rp. 1 milyar).

3. Membeli aktiva dibawah biaya penggantian (replacement cost)

Misalnya, bila kita yakin bahwa membeli suatu unsur pengeboran

minyak yang mudah beroperasi lebih murah daripada melakukan

pengeboran (membangun) dari awal, kita akan melakukan akuisisi.

4. Diversifikasi

Dengan merger diharapkan penghasilan perusahaan menjadi lebih

stabil. Ingat bahwa diversifikasi membawa efek pengurangan resiko bisnis

atau pengurangan fluktuasi keuntungan. Keuntungan ini lebih nyata

dinikmati oleh karyawan, suplier maupun pelanggan perusahaan. Bagi

pemegang saham? Untuk perusahaan publik, keuntungan masih

dipertanyakan karena pemegang saham secara pribadi dapat melakukan

diversifikasi secara mudah yaitu dengan menjual sebagian sahamnya dan

membeli saham-saham perusahaan lain di pasar modal. Berkurangnya


fluktuasi penghasilan juga akan menguntungkan pemegang obligasi karena

resiko bahwa pokok pinjaman dan bunga tidak terbayar menjadi lebih kecil.

5. Insetif pribadi manajemen perusahaan

Tidak jarang suatu merger terjadi karena lebih didorong oeh keinginan

pribadi manajemen perusahaan untuk memdapat keuntungan bagi mereka

sendiri. Seperti diketahui, setelah merger perusahaan akan menjadi lebih

besar, sehingga manajemen dapat memperoleh kompensasi dan kekuasaan

yang lebih besar. Selain itu, perusahaan menjadi lebih sulit untuk diambil-

alih perusahaan lain karena ukurannya membesar (dibutuhkan dana yang

lebih banyak untuk melakukan itu). Pada dasarnya tidak ada seorang

manajer perusahaan yang mengharapkan perusahaannya diambil-alih

karena ia dapat kehilangan pekerjaannya atau minimal berkurang

kekuasaannya.

F. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Merger dan Akuisisi

Hamid (1998) dalam Ida (2006) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi perusahaan melakukan merger dan akuisisi umumnya

dipengaruhi oleh motif ekonomis, strategis, politis atau prestis.

1. Motif Ekonomis

Motif Ekonomis adalah perusahaan melakukan merger dan akuisisi

untuk mendapatkan keuntungan ekonomis (jangka pendek maupun jangka

panjang) dalam bentuk rendahnya bahan baku (menekan biaya per unit
produk), mutu bahan baku terjamin (mempertahankan kualitas produk),

memperoleh berbagai sinergi bagi perusahaan sejenis, dan lain-lain.

2. Motif Srategis

Motif Srategis adalah perusahaan melakukan merger dan akuisisi

untuk mendapatkan posisi srategis (dalam pengertian luas). Misalnya,

untuk mendapatkan pasar srategis dilakukan dengan mengambil-alih

perusahaan yang mempunyai lokasi srategis, baik srategis bahan baku

maupun konsumen dan sebagainya.

3. Motif Politis

Motif Politis adalah penggabungan usaha perusahaan dilakukan

karena adanya muatan politis di dalamnya, baik politis perusahaan maupun

politis negara. Misalnya akuisitor melakukan akuisisi dengan perusahaan

target untuk mendapatkan legalitas, sehingga perusahaan tersebut dapat

dikendalikan sebagai suatu kesatuan dengan badan usaha akuisitor. Politis

negara misalnya perusahaan melakukan merger dan akuisisi atas kehendak

undang-undang yang tujuannya untuk kepentingan orang banyak atau

disebut dengan statutory merger.

4. Motif Prestis

Motif Prestis adalah perusahaan melakukan merger dan akuisisi untuk

perusahaan target semata-mata hanya berdasarkan prestis yang dapat

menunjukkan kepada siapa saja bahwa perusahaan akuisitor memang

”bonafit” dan dapat ”dipercaya”. Tujuan akhirnya adalah dapat mengakses

kebutuhan dana dari pihak luar yang sewaktu-waktu diperlukan.


Faktor-faktor lain perusahaan melakukan merger dan akuisisi adalah :

1. Sinergi adalah kemampuan lebih (nilai tambah) perusahaan gabungan,

2. Tambahan modal kerja, biasanya yang sifatnya jangka pendek,

3. Meningkatkan penjualan seperti, pengambil-alihan perusahaan target yang

memproduksi produk sejenis atau berlainan atau mengambil-alih

perusahaan target yang bergerak dalam bidang pendistribusian produk,

4. Memungkinkan perluasaan pinjaman,

5. Memperoleh keunggulan manajemen profesional,

6. Mendapatkan kompetisi yang lebih efektif dan mengurangi kompetisi,

7. Meningkatkan efisiansi, seperti murahnya bahan baku, proses produksi,

pendistribusian, dan lain-lain,

8. Mengurangi risiko dibandingkan dengan memasuki industri baru,

9. Pemanfaatan kapasitas hutang yaitu perusahaan target dapat memenuhi

keterbatasan hutang pihak akuisitor,

10. Memecah-mecah resiko. Dengan penggabungan aset risiko bisnis menjadi

tersebar kebeberapa pemegang saham yang melakukan penggabungan.

G. Analisis Kinerja Keuangan.

a. Pengertian Kinerja Keuangan.

Pengertian kinerja berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2001). Kinerja diartikan sebagai “sesuatu yang dicapai, prestasi yang

diperlihatkan, kemampuan kerja (tentang peralatan). Berdasarkan

pengertian tersebut kinerja keuangan didefinisikan sebagai prestasi


manajemen, dalam hal ini manajemen keuangan dalam mencapai tujuan

perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai

perusahaan. Analisis kinerja keuangan dalam penelitian ini bertujuan

untuk menilai implementasi strategi perusahaan dalam hal merger dan

akuisisi.

b. Metode Analisis Kinerja Keuangan dengan Rasio Keuangan.

Analisis rasio keuangan merupakan metode umum yang digunakan

untuk mengukur kinerja perusahaan di bidang keuangan. Rasio merupakan

alat yang memperbandingkan suatu hal dengan hal lainnya sehingga dapat

menunjukkan hubungan atau korelasi dari suatu laporan finansial berupa

neraca dan laporan laba rugi. Adapun jenis rasio yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

1) Rasio Likuiditas.

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban finansial yang jatuh tempo dalam jangka pendek. Ukuran

likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a. Current Ratio.

Current Ratio dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan

kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan besarnya aktiva yang

diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam jangka pendek untuk

menutup kewajiban lancar. Rasio yang rendah menunjukkan

kurangnya modal untuk membayar hutang. Namun rasio yang tinggi

tidak selalu berarti perusahaan sedang dalam keadaan yang baik. Hal
tersebut dapat berarti bahwa kas tidak digunakan sebaik mungkin.

Perhitungan Current Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:

Current Asset
Current Ratio =
Current Liabilities

b. Quick Ratio.

Quick ratio dihitung dengan mengurang persediaan dari aktiva

lancar dan sisanya dibagi dengan kewajiban lancar. Persediaan

dihilangkan karena dianggap aktiva yang sulit dikonversi menjadi

kas dengan cepat. Perhitungan quick ratio dapat dirumuskan sebagai

berikut:

Current Asset - Inventory


Quick Ratio =
Current Liabilities

2) Rasio Aktivitas.

Rasio aktivitas dihitung dari perbandingan antara tingkat penjualan

dengan berbagai elemen aktiva. Rasio ini mengukur seberapa efektif

perusahaan mengelola aktivanya. Rasio aktivitas yang digunakan dalam

penelitian ini, yaitu:

a. Fixed Asset Turn Over.

Fixed Asset Turn Over mengukur seberapa efektif perusahaan

menggunakan aktiva tetapnya. Semakin rendah fixed asset turn over,

berarti penggunaan aktiva tetapnya semakin kurang efisien. Untuk

mengukur besarnya fixed asset turn over dihitung dengan rumus

sebagai berikut:
Sales
Fixed Asset Turn Over =
Net fixed asset

b. Total Asset Turn Over.

Total asset turn over mengukur perputaran semua aktiva.

Dengan kata lain, rasio ini mengukur efektifitas perusahaan dalam

penggunaan total aktiva. Semakin tinggi rasio berarti semakin baik

manajemen dalam mengelola aktivanya, sedangkan semakin rendah

rasio menunjukkan buruknya kinerja manajemen dalam mengelola

aktivanya. Untuk menghitung total asset turn over digunakan rumus

sebagai berikut:

Sales
Total Asset Turn Over =
Total asset

3) Rasio Leverage.

Rasio leverage dihitung dari perbandingan hutang dengan total

aktiva dan modal sendiri perusahaan. Rasio ini menyangkut jaminan,

yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang bila

pada suatu saat perusahaan dilikuidasi atau dibubarkan. Dengan kata

lain rasio ini mengukur seberapa besar perusahaan menggunakan dana

dari pihak luar atau kreditor.

a. Debt to Total Asset Ratio.

Debt to Total Asset Ratio mengukur seberapa besar seluruh

hutang dijamin oleh seluruh aktiva perusahaan. Kreditur lebih

menyukai rasio yang rendah karena semakin rendah rasio ini, maka
semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditur dalam

peristiwa likuidasi. Namun, di sisi lain pemilik saham lebih

menyukai rasio yang tinggi karena dapat meningkatkan laba yang

diharapkan. Untuk mengukur besarnya debt to total asset dihitung

dengan rumus sebagai berikut:

Total liabilities
Debt to Total Asset Ratio =
Total asset

b. Debt to Total Equity Ratio.

Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang dengan modal

sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin

sedikit dibanding dengan hutangnya. Bagi perusahaan ukuran hutang

sebaiknya tidak melebihi dari modal sendiri karena resiko menjadi

tinggi apabila terjadi likuidasi dan perusahaan akan kesulitan untuk

membayar hutang. Perhitungan debt to equity ratio dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Total liabilities
Debt to Total Eequity Ratio ' =
Owner s equity

4) Rasio Profitabilitas.

Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba. Rasio ini membantu perusahaan dalam mengontrol

penerimaannya rasio-rasio profitabilitas yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:


a. Operating Profit Margin.

Operating profit margin mengukur berapa laba usaha yang

dihasilkan dari penjualan atau pendapatan. Semakin rendah rasio ini,

semakin kurang baik karena biaya-biaya operasi naik. Kemungkinan

hal ini terjadi karena ada pemborosan. Perhitungan operating profit

margin dapat dirumuskan sebagai berikut:

Operating profit
Operating Profit Margin =
Sales

b. Net Profit Margin.

Net profit margin mengukur seberapa banyak laba bersih setelah

pajak dan bunga yang dapat dihasilkan dari penjualan atau

pendapatan. Rasio yang rendah bisa disebabkan karena penjualan

turun lebih besar dari turunnya ongkos, dan sebaliknya. Setiap

perusahaan berkepentingan terhadap profit margin yang tinggi.

Untuk menghitung net profit margin digunakan rumus sebagai

berikut:

Net profit
Net Profit Margin =
Sales

c. Return On Investment.

Return On Investment mengukur keuntungan yang dihasilkan dari

seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio yang rendah

menunjukkan kinerja yang buruk atas pemanfaatan aktiva yang buruk

oleh manajemen, sedangkan rasio tinggi menunjukkan kinerja atas


penggunaan aktiva yang baik. Untuk menghitung Return On

Investment digunakan rumus sebagai berikut:

Net profit
Return On Investment =
Total asset

d. Return On Equity.

Return On Equity mengukur seberapa banyak laba bersih yang

dapat dihasilkan dari investasi para pemegang saham dalam

perusahaan. Rasio yang rendah dapat diartikan bahwa manajemen

kurang efisien dalam penggunaan modal, sedangkan rasio yang

tinggi dapat menunjukkan bahwa sebagian besar modal diperoleh

dari pinjaman atau manajemen sangat efisien. Untuk menghitung

Return On Equity digunakan rumus sebagai berikut;

Net profit
Return On Equity =
Owner s equity

H. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai merjer dan akuisisi di Indonesia pertama kali

dilakukan oleh Alimin yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi

merger di Indonesia (1993:28), yaitu: peningkatan skala ekonomi,

pengamanan bahan baku, perluasan pasar, penghematan pajak, pemanfaatan

kapasitas hutang, peningkatan laba dan pengurangan persaingan. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa semua faktor tersebut signifikan kecuali

faktor sebelum merger perusahaan target dan hasil operasinya setelah merger.
Ravenscraft dan Scherer (1998:101-116) dalam Payamta (2004)

melakukan penelitian terhadap profitabilitas. Penelitian yang dilakukan

Ravenscraft dan Scherer ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur di

Amerika Serikat yang melakukan aktivitas merger dan akuisisi selama periode

1975-1977. Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian mereka ada dua,

yaitu bahwa perusahaan target tidak mendapatkan laba dan bahwa merger

memperbaiki profitabilitas secara rata-rata. Profitabilitas sebelum merger

diukur dengan rasio laba operasi (sebelum bunga dan pajak serta biaya luar

usaha) terhadap aset pada akhir periode. Sedangkan profitabilitas setelah

merger diukur dengan tiga rasio, yaitu: 1. Laba operasi / aset pada akhir tahun,

2. Rasio laba operasi / penjualan, dan 3. Rasio arus kas / penjualan. Hasil

penelitian mereka menunjukkan hipotesis pertama tidak dapat dibuktikan

kerena ketiadaan dukungan statistik, sedangkan pada hipotesis kedua

disimpulkan tidak terdapat kenaikan yang signifikan terhadap profitabilitas

setelah merger. Bahkan tujuh atau delapan tahun setelah merger, profitabilitas

perusahaan target menurun tajam bila dibandingkan dengan profitabilitas

sebelum merger.

Analisa yang dilakukan oleh Kanto Santoso (1992:1-19) terhadap

aktivitas merger dan akuisisi PT. Indocement Tunggal Perkasa, jika dilihat

dari kriteria hasil investasi yang diharapkan oleh pemodal yang bijaksana,

kinerja, emiten dan pemilik perusahaan hasilnya adalah tidak menguntungkan.

Hal ini dilihat dari laba bersih, laba per saham, harga saham, kapitalisasi pasar
pasca akuisisi lebih kecil atau menurun bila dibandingkan dengan tanpa

akuisisi.

Widjanarko (2006) meneliti perusahaan yang melakukan merger dan

akuisisi pada tahun 1998-2002. Hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan

signifikan pada kinerja keuangan berdasarkan rasio profitabilitas dan leverage.

Penelitian ini menyimpulkan penyebab kemungkinan tidak signifikan karena

cara merger dan akuisisi dan pemilihan perusahaan target yang salah.

Palepu (1986) dalam Windarti (2002) melakukan studi dengan menggunakan

analisis klasifikasi dengan memfokuskan hubungan antara karaterstik

keuangan perusahaan dan akuisisi yang dimungkinkan pada periode tersebut.

Penelitian ini melakukan modifikasi metodologi untuk mengatasi beberapa

kelemahan pada penelitian sebelumnya yaitu menggunakan estimasi model

binomial logit. Hasilnya menunjukkan bahwa perusahaan target

dikarateristikkan dengan pertumbuhan yang rendah dan leverage yang rendah,

sedangkan rasio likuiditas tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan

antara perusahaan target dan non target. ROE sebagai proksi dari manajemen

yang efisien adalah tidak signifikan.

Penelitian Theoudossiou et.al (1996) dalam Windarti (2002) mempunyai

tujuan utama untuk menguji kembali faktor ekonomi yang mempengaruhi

keputusan keuangan perusahaan pengakuisisi dan perusahaan yang menjelang

bangkrut di U.S. Hasil penelitiannya mengindikasikan bahwa rasio turnover,

activity dan liquidity secara positif dihubungkan dengan perusahaan yang


melakukan akuisisi. Sedangkan insider control dan financial leverage secara

negatif dihubungkan dengan perusahaan yang melakukan akuisisi.

Sorensen (2000) dalam Windarti (2002) berusaha untuk mengidentifikasi

motif merger dengan menguji karateristik keuangan perusahaan yang

melakukan merger pada tahun 1990-an. Hasilnya menunjukkan bahwa

perusahaan pengakuisisi biasanya sukses mengembangkan bisnisnya dengan

akuisisi eksternal.

Windarti (2002) melakukan pengujian terhadap perusahaan sebelum dan

sesudah melakukan merger dan akuisisi menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan pada rasio pertumbuhan, berarti ada perbedaan kinerja perusahaan

antara sebelum dan sesudah perusahaan melakukan merger dan akuisisi.

Selain itu pengujian yang menggunakan sampel kontrol yaitu perusahaan yang

tidak melakukan merger dan akuisisi dibandingkan dengan perusahaan yang

melakukan merger dan akuisisi. Hasil keseluruhan tidak menunjukkan adanya

perbedaan yang signifikan antara perusahaan yang melakukan merger dan

akuisisi dengan perusahan yang tidak melakukan merger dan akuisisi. Dan

pengujian terakhir untuk melihat pengaruh kinerja perusahaan pada

perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan kinerja perusahaan

yang tidak melakukan merger dan akuisisi, secara keseluruhan juga tidak

menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan.


I. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat apakah terdapat perbedaan

kinerja perusahaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah perusahaan

tersebut melakukan merger dan akuisisi. Penelitian ini juga menganalisis

apakah terdapat perbedaan kinerja perusahaan yang signifikan antara

perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang

tidak melakukan merger dan akuisisi. Dan penelitian ini juga untuk melihat

apakah kinerja perusahaan yang diproksikan dengan rasio-rasio keuangan

memberikan indikasi yang berbeda antara perusahaan yang melakukan

merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan

akuisisi.

Untuk melihat perbedaan yang signifikan antara kinerja perusahaan

sebelum melakukan merger dan akuisis dengan sesudah melakukan merger

dan akuisisi pada hipotesis pertama (H1) dalam penelitian ini digunakan Uji

Wilcoxon Signed Rank Test, pengujian ini digunakan untuk menguji dua

sampel yang berhubungan antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.

Jika probabilitas > 0,05 maka berarti tidak ada perbedaan, dan sebaliknya jika

probabilitas < 0,05 berarti ada perbedaan antara dua sampel tersebut.

Pengujian hipotesis pertama dalam penelitian ini menggunakan uji statistik

non parametrik. Menurut Manurung (1996) dalam Payamta (2004) data yang

ada di Bursa Efek Indonesia tidak menceminkan data yang terdistribusi secara

normal, sehingga dengan metode statistik non parametrik lebih sesuai dalam

melakukan penelitian yang menggunakan data BEI.


Untuk melihat perbedaan yang signifikan antara kinerja perusahaan yang

melakukan merger dan akuisisi dengan yang tidak melakukan merger dan

akuisisi dalam penelitian ini sebelumnya perlu dilakukan uji normalitas untuk

mengetahui metode statistik yang akan digunakan, jika data berdistribusi

normal maka uji statistik parametrik yang akan digunakan dan sebaliknya jika

data berdistribusi tidak normal maka uji non parametrik yang akan

digunakan. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan One-

Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan melihat tingkat signifikansi 5%.

Dasar pengambilan keputusan dari uji normalitas ini adalah dengan melihat

probabilitas asymp. Sig (2-tailed), jika probabilitas asymp. Sig (2-tailed)

> 0,05 maka data mempunyai distribusi normal dan sebaliknya jika < 0,05

maka data mempunyai distribusi yang tidak normal. Selanjutnya hipotesis

kedua (H2) ini akan diuji menggunakan Uji Independent Sample Test jika

data berdistribusi normal dan Uji Mann-Whitney Test jika data berdistribusi

tidak normal, pengujian ini digunakan untuk menguji dua sampel yang tidak

berhubungan (independent) antara perusahaan yang melakukan merger dan

akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi. Jika

probabilitas > 0,05 maka berarti tidak ada perbedaan, dan sebaliknya jika

probabilitas < 0,05 berarti ada perbedaan antara dua sampel tersebut.

Selain itu pada hipotesis ketiga (H3) dalam penelitian ini menggunakan

regresi logistik untuk menguji pengaruh rasio keuangan secara keseluruhan

terhadap perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Uji regresi logistik

digunakan karena pada pengujian ini memiliki variabel dependen yang


menggunakan dummy dan memiliki variabel independen yang diukur dengan

skala rasio (Windarti, 2002). Sebelum melakukan uji regresi logistik terlebih

dahulu akan dilakukan pengujian dengan menggunakan metode backward

stepwise (conditional) dan metode enter dalam regresi logistik, pada tahap ini

akan dilakukan pembuangan terhadap variabel yang paling tidak signifikan

sampai diperoleh regresi yang paling baik (Puspita 2002) dalam Windarti

(2002).

Untuk memperjelas jalannya penelitian ini, maka penulis membuat

kerangka pemikiran sebagai berikut :


Bursa Efek Indonesia

Laporan Keuangan Laporan Keuangan


Sebelum Merger dan Akuisisi Sesudah Merger dan Akuisisi

Rasio Keuangan

Likuiditas Aktivitas Leverage Profitabilitas

Uji Wilcoxon Signed Ranks Test

Interpretasi

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Hipotesis 1
Bursa Efek Indonesia

Laporan Keuangan Laporan Keuangan


Perusahaan yang Melakukan Perusahaan yang Tidak
Merger dan Akuisisi Malakukan Merger dan
Akuisisi

Rasio Keuangan

Likuiditas Aktivitas Leverage Profitabilitas

Uji Normalitas Regresi Logistik

Interpretasi

Independent Mann-
Sample Test Whitney Test

Interpretasi

Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran Hipotesis 2 dan Hipotesis 3
J. Perumusan Hipotesis Penelitian

Perumusan hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

H1 : Tingkat kinerja perusahaan pada masa sesudah merger dan akuisisi

berbeda dengan kinerja perusahaan pada masa sebelum merger

dan akuisisi.

H2 : Tingkat kinerja perusahaan pada perusahaan yang melakukan

merger dan akuisisi berbeda dengan kinerja perusahaan pada

perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi.

H3 : Tingkat rasio keuangan (rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio

leverage, dan rasio profitabilitas) antara perusahaan yang

melakukan merger dan akuisisi berbeda dengan perusahaan yang

tidak melakukan merger dan akuisisi.


BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian bersifat studi kasus dengan cara mengumpulkan, mempelajari,

menganalisis dan mengintegrasikan variabel-variabel dari hasil publikasi

Bursa Efek Indonesia pada periode penelitian dan diolah berdasarkan kriteria-

kriteria pengambilan sampel yang ditentukan peneliti.

Objek penelitian terbatas pada perusahaan publik yang melakukan merger

dan akuisisi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 1999

sampai dengan tahun 2005. Adapun variabel kinerja keuangan yang digunakan

untuk menganaisis perbedaan tersebut adalah rasio likuiditas, rasio aktivitas,

rasio leverage, dan rasio profitabilitas.

B. Metode Penentuan Sampel

Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah perusahaan publik yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang melakukan aktivitas merger dan

akuisisi, dan perusahaan publik tersebut mengumumkan aktivitasnya tersebut

pada periode 1999-2005. Jadi merger dan akuisisi dilakukan setelah perusahaan

publik tersebut listing di Bursa Efek Indonesia terlebih dahulu.

Dipilihnya periode waktu merger dan akuisisi antara 1999-2005 adalah

karena krisis yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 yang

sampai saat ini belum berakhir menjadi alasan perusahaan untuk melakukan

strategi merger dan akuisisi yang dipandang efektif bagi perusahaan untuk
memperluas usaha yang semula pada satu usaha inti bisa dikembangkan ke

industri yang lain ataupun industri yang terkait yang dapat meningkatkan

produktifitas perusahaan. Sedangkan dipilihnya akhir periode penelitian hingga

tahun 2005 dikarenakan laporan keuangan yang akan digunakan untuk

penelitian ini adalah dua tahun setelah melakukan merger dan akuisisi yaitu

hingga tahun 2007.

Metode pengambilan sampel yang didunakan dalam penelitian ini adalah

purposive sampling, dimana pengambilan sampel disesuaikan dengan tujuan

penelitian. Kriteria-kriteria yang harus dipenuhi sampel adalah sebagai berikut

ini:

1. Seluruh persusahaan yang sudah go publik dan melakukan merger dan akuisisi

kecuali perusahaan keuangan (bank dan asuransi).

2. Melakukan aktivitas merger dan akuisisi pada periode 1999-2005.

3. Tersedia laporan keuangan satu dan dua tahun sebelum merger dan akuisisi dan

satu dan dua tahun sesudah merjer dan akuisisi.

Perusahaan kontrol yang akan dibandingkan (matched pair) adalah

perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi dengan kriteria sebagai

berikut:

1. Perusahaan dengan klasifikasi industri yang sama.

2. Mempunyai ukuran (size) yang mendekati sama dengan perusahaan yang

melakukan merger dan akuisisi yang diproksikan dengan log sales.

3. Size untuk perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi diambil

berdasarkan laporan keuangan pada tahun yang sama dengan perusahaan sebelum

melakukan merger dan akuisisi.


4. Laporan keuangan yang digunakan sama dengan tahun perusahaan yang telah

melakukan merger dan akuisisi.

Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut maka sampel yang digunakan dalam

penelitian ini disajikan dalam tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1

Proses Pemilihan Sampel

Keterangan M&A Non M & A Total

Sampel perusahaan yang tersedia 23 15 38

Laporan keuangan tidak lengkap (9) (1) (10)

Jumlah data akhir 14 14 28

Sumber : BAPEPAM dan BEI

Data yang digunakan dalam penelitian meliputi perusahaan yang melakukan

merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi.

Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1 dan lampiran 2 .


Tabel 3.2
Perusahaan yang Melakukan Merger dan Akuisisi

Tahun
No.
KODE Nama Perusahaan Melakukan
M&A
1 SULI PT. Sumalindo Lestari Jaya 2000
2 STTP PT. Siantar Top 2000
3 KLBF PT. Kalbe Farma 2000
4 GRIV PT. Great River 2000
5 INTP PT. Indocement Tunggal Perkasa 2000
6 BASS PT. Bahtera Adimina Samudra 2001
7 BUMI PT. Bumi Resources 2001
8 IMAS PT. Indomobil Sukses Internasional 2002
9 SRSN PT. Sarasa Nugraha 2002
10 INDR PT. Indorama Syntetic 2003
11 CPIN PT. Charoen Pokphand Indonesia 2004
12 CEKA PT. Cahaya Kalbar 2005
13 BATI PT. BAT Indonesia 2005
14 HMSP PT. H. M. Sampurna 2005
Sumber : BAPEPAM

Tabel 3.3
Perusahaan yang Tidak Melakukan Merger dan Akuisisi

No. KODE Nama Perusahaan


1 SUDI Surya Dumai Industri Tbk
2 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
3 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk
4 TKGA Toko Gunung Agung Tbk
5 SMGR Semen Gresik Tbk
6 DSFI Dharma Samudra Fishing Industry Tbk
7 MEDC Medco Energi Internasional Tbk
8 GJTL Gajah Tunggal Tbk
9 MYRX Hanson Industri Utama Tbk
10 POLY Polysindo Eka Perkasa Tbk
11 JPFA JAPFA Comfeed Indonesia Tbk
12 DLTA Delta Djakarta Tbk
13 RMBA Bantoel Internasional Investama Tbk
14 GGRM Gudang Garam Tbk
Sumber : BEI
C. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder adalah data yang dibuat atau diterbitkan oleh organisasi yang bukan

pengguna data tersebut (Arsyad, 1997:29) dalam Mayamta (2000). Data

sekunder yang dipakai adalah laporan keuangan dari perusahaan publik yang

menjadi sampel penelitian ini.

Data yang diperlukan antara lain adalah data perusahaan publik yang

melakukan merger dan akuisisi yang diperoleh dari BAPEPAM (Badan

Pengawas Pasar Modal) dan data perusahaan yang tidak melakukan merger

dan akuisisi dan lapoan keuangan publik yang menjadi sampel penelitian

diperoleh dari Pusat Referensi & Pasar Modal (Bursa Efek Indonesia).

Laporan keuangan yang digunakan menggunakan tanggal 31 Desember

sebagai akhir tahun pembukuannya.

D. Metode Analisis Data

Pengujian hipotesis menggunakan program spss (saentific program for

social science) versi 15.0 for windows.

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif dalam penelitian pada dasarnya merupakan proses

transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan

diinterpretasikan ukuran statistik deskriptif yang digunakan adalah minimum,

maksimum, mean dan standar deviasi (Indriantoro dan Supomo, 2002:170) dalam

Verawati (2008).
2. Pengujian Hipotesis Pertama (H1)

Pada pengujian hipotesis pertama (H1) maka untuk melihat perbedaan yang

signifikan antara rasio keuangan perusahaan sebelum dan sesudah merger dan

akuisisi. Dalam penelitian ini menggunakan Uji Wilcoxon Signed Rank Test,

pengujian ini digunakan untuk menguji dua sampel yang berhubungan antara

sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Jika probabilitas > 0,05 maka berarti

tidak ada perbedaan, dan sebaliknya jika probabilitas < 0,05 berarti ada perbedaan

antara dua sampel tersebut. Pengujian hipotesis pertama dalam penelitian ini

menggunakan uji statistik non parametrik. Menurut Manurung (1996) dalam

Payamta (2004) data yang ada di Bursa Efek Indonesia tidak menceminkan data

yang terdistribusi secara normal, sehingga dengan metode statistik non parametrik

lebih sesuai dalam melakukan penelitian yang menggunakan data BEI.

Rumus Uji Wilcoxon Signed Rank Test (Anderson Sweeney : 2002) dalam

Kania (2008).

Z hitung = T - µ1

σ1

Ketetangan : T = Jumlah tanda peringkat


µ 1 = Data tanda peringkat n (n + 1)
4
σ1 = Standar deviasi statistik sampel √ n (n + 1)(2n + 1)
24
n = Jumlah data

3. Pengujian Hipotesis Kedua (H2)

Sebelum melakukan pengujian terhadap hipotesis kedua (H2) perlu dilakukan

uji normalitas untuk mengetahui metode statistik yang akan digunakan, jika data

berdistribusi normal maka uji statistik parametrik yang akan digunakan dan

sebaliknya jika data berdistribusi tidak normal maka uji non parametrik yang
akan digunakan. Pada hipotesis kedua (H2) akan diuji menggunakan uji Mann-

Whitney Test jika data berdistribusi tidak normal dan uji Independent Sampel Test

jika data berdistribusi normal, pengujian ini digunakan untuk menguji dua sampel

yang tidak berhubungan (Independent) antara perusahaan yang melakukan

merger dan akuisisi dan perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi.

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data akan dilakukan dengan uji one-sampel

kolmogorov-smirnov test, menurut Bhuono Agung Nugroho

(2005:107) dalam Verawati (2008) Uji Kolmogorov-Smirnov sangat

membantu peneliti untuk mengetahui apakah sampel yang dipilih

berasal dari data yang terdistribusi secara normal atau data yang tidak

berdistribusi normal. Almilia dan Herdiningtyas (2005) dalam

Verawati (2008) jika data tidak normal maka dilakukan uji beda

nonparametrik dengan mengunakan Mann Whitney U sebaliknya jika

data normal digunakan Independent T-Test

Menurut Imam Ghozali (2005:30) Hipotesis dalam uji one sample

kolmogorov-smirnov adalah :

Hipotesis nol (Ho) : Data terdistribusi secara normal.

Hipotesis Alternatif (Ha) : Data tidak terdistribusi normal.

Dasar pengambilan keputusannya adalah probabilitas asymp. Sig

(2-tailed) > 0.05 maka data berasal dari populasi yang berdistribusi

normal. Sebaliknya jika probabiliats asymp.sig (2-tailed) < 0.05 dapat

disimpulkan bahwa data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi

normal (Singgih Santoso, 2002:36).


b. Uji Independent Samples T-Test

Uji beda t-test digunakan untuk menentukan apakah dua sampel

yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Uji

beda t-test dilakukan dengan cara membandingkan perbedaan antara

dua nilai rata-rata dengan standar eror dari perbedaan rata-rata dua

sampel dalam nilai rata-rata terdistribusi secara normal (Imam Ghozali,

2005: 56) :

Dimana :

µ1 : Rata-rata sampel pertama

µ2 : Rata-rata sampel kedua

S.E : Standar Error perbedaan rata-rata kedua sampel.

Menurut Dwi Priyanto (2008:95) Sebelum dilakukan Uji T Test

dilakukan uji kesamaan varian (homogenitas) dengan F test (Levene’s

Test), artinya jika varian sama maka Uji T menggunakan Equal

Variance Assumed (diasumsikan varian sama) dan jika varian berbeda

mengunakan Equal Variance Not Assumed (diasumsikan varian

berbeda).

Hipotesisi Uji F sebagai berikut :

H0 = Kedua varian adalah sama

Ha = Kedua varian adalah berbeda


Dasar pengambilan keputusan :

Jika Asymp.sig (2-tailed) > 0,05 maka H0 diterima.

Jika Asymp.sig (2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak.

Hipotesis Independent sample T-test ini (Stanislaus, 2006: 114)

adalah:

H0 : µ1 = µ2 = Tidak terdapat perbedaan signifikan pada rasio keuangan

perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi

dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan

akuisisi.

Ha : µ2 ≠ µ2 = Terdapat perbedaan signifikan pada rasio keuangan

perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi

dengan perusahaan yang tidak melakukan merger

dan akuisisi.

Jika hasil Levene’s Test menunjukkan bahwa varian kedua

populasi sama atau berbeda. Jika t hitung < t tabel maka H0 diterima

sedangkan t hitung > t tabel maka H0 ditolak.

Dasar pengambilan keputusan probabilitas:

Jika Asymp.sig (2-tailed) > 0.05 maka H0 diterima.

Jika Asymp.sig (2-tailed) < 0.05 maka H0 ditolak.

c. Uji Mann-Whitney Test

Statistika nonparametrik digunakan bila asumsi distribusi dari

statistik parametrik tidak terpenuhi. Salah satu uji statistik

nonparametrik yaitu uji Mann-Whitney (Mann-Whitney test) disebut


juga uji U. Uji Mann-Whitney merupakan alternatif dari uji t dua

sampel independent dengan tujuan melakukan uji beda statistik

nonparametrik.

Ada dua kriteria utama yang digunakan untuk menentukan

apakah uji statistik nonparametrik diperlukan (Stanislaus, 2006:265) :

a. Jika asumsi normalitas dan kesamaan variance (homoscedasticity)

tidak dapat terpenuhi, terutama untuk sampel kecil.

b. Jika data diukur pada skala ordinal atau nominal.

Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini :

H0 : µ1 = µ2 = Tidak terdapat perbedaan signifikan pada rasio keuangan

perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi

dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan

akuisisi.

Ha : µ2 ≠ µ2 = Terdapat perbedaan signifikan pada rasio keuangan

perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi

dengan perusahaan yang tidak melakukan merger

dan akuisisi.

Dasar pengambilan keputusan :

Jika Asymp. Sig (2-Tailed) > 0.05 maka Ho diterima.

Jika Asymp. Sig (2-Tailed) <0.05 maka Ho ditolak.

4. Pengujian Hipotesis Ketiga(H3)

Pada hipotesis ketiga (H3) akan diuji menggunakan uji model regresi logit

(logitic regression) untuk menguji pengaruh rasio keuangan secara keseluruhan


terhadap perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Uji regresi logistik

digunakan karena pada pengujian ini memiliki variabel dependen yang

menggunakan dummy dan memiliki variabel independen yang diukur dengan skala

rasio (Windarty, 2002).

a. Definisi Regresi Logistik

Menurut Stanislaus (2006 : 225) Analisis regresi logistik digunakan

untuk melihat pengaruh sejumlah variabel independen x1,x2,...,xk terhadap

variabel dependen y yang berupa variabel kategorik (binomial,

multinomial atau ordinal) atau untuk memprediksi nilai suatu variabel

dependen y (yang berupa variabel kategorik) berdasarkan nilai variabel-

variabel independen x1,x2,...,xk. SPSS menyediakan tiga prosedur regresi

logistik yaitu :

1) Regresi Logistik Biner (binary logistic regression), adalah regresi

logistik dimana variabel dependennya berupa variabel dikotomi atau

variabel biner. Contoh variabel dikotomi atau variabel biner adalah

sukses-gagal, ya-tidak, benar-salah, hidup-mati, hadir-bolos, pria-

perempuan dan seterusnya.

2) Regresi Logistik Multinomial (multinomial logistic regression) adalah

regresi logistik di mana variabel dependennya berupa variabel

kategorik yang terdiri lebih dari dua nilai seperti : merah, biru,

kuning, hitam.

3) Regresi Logistik Ordinal (Ordinal Logistic Regression) adalah regresi

logistik di mana variabel dependennya berupa variabel dengan skala


ordinal seperti : sangat setuju, setuju, netral, tak setuju, sangat tak

setuju.

Regresi binary logistic sangat tepat digunakan untuk melakukan

pemodelan suatu kemungkinan kejadian dengan variabel respons bertipe

categorical dua pilihan. Nilai kemungkinan kejadian berada pada rentang

0-1. Hal ini sangat berbeda dengan regresi linier biasa dimana nilai

variabel dependen (variabel respons) bisa bernilai < 0 atau > 1.

(Trihendradi, 2007: 63) dalam Verawati (2008).

Penggunaan regresi logistik tidak mensyaratkan adanya multivariate

normal distribution karena tidak perlu asumsi normalitas data pada

variabel bebasnya (Imam Ghozali, 2005 : 211).

b. Nilai Odds Ratio

Probabilitas kadang-kadang digunakan dalam istilah odds.

Hubungan antara probalilitas variabel dependen (Y) dan variabel

independen (X) adalah non-linear, sedangkan hubungan antara log dari

odds dan variabel independen (X) adalah linear. (Imam Ghozali,

2005:214).

Menurut Cornelius Trihendradi (2007:64) dalam Verawati (2008)

kemungkinan kejadian (probabilitas) dapat ditranformasikan dengan nilai

z (odds). Nilai z menunjukkan propensity towards atau kecenderungan

kepada suatu kejadian. Semakin tinggi nilai z, semakin besar

kecenderungan untuk terjadi perbedaan antara rasio keuangan perusahaan


yang melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak

melakukan merger dan akuisisi. Odds dan probabilitas memberikan

informasi yang sama, tetapi dalam bentuk yang berbeda. Peneliti dapat

merubah odds menjadi probabilitas atau sebaliknya. Hubungan

kenungkinan kejadian dengan odds sebagai berikut :

Atau

Dimana :

= Kemungkinan (probabilitas) kejadian pada case i

Zi atau odds = Nilai kecenderungan suatu kejadian pada case i

Nilai odds diasumsikan berhubungan linear dengan variabel

prediktor (Variabel independen):

Oddsi = b0 + biXi1 + b2Xi2 + ...+ bpXip

Dimana:

Xij= Variabel prediktor j dengan case i

bj = Koefisien variabel prediktor j

p = Jumlah variabel prediktor.

Jadi, probabilitas adalah :

Analisis regresi logistik biner digunakan untuk melihat pengaruh

sejumlah variabel independen x1,x2,..,xk terhadap variabel dependen (Y)


yang berupa variabel response biner yang hanya mempunyai dua nilai

atau juga untuk memprediksi nilai suatu variabel dependen (Y) (yang

berupa variabel biner) berdasarkan nilai variabel independen x1,x2,...,xk.

Bentuk umum regresi logistik biner adalah (Stanislaus, 2006:226).

Logit(π) = β0 + β1Χ1 + β2Χ2 + β3Χ3 + ... + β10Χ10 + ε

Dimana :

β0 = konstanta

β1-10 = koefisien

X1 = Prediktor ke-1, CR

X2 = Prediktor ke-2, QR

X3 = Prediktor ke-3, FATO

X4 = Prediktor ke-4, TATO

X5 = Prediktor ke-5, DTAR

X6 = Prediktor ke-6, DTER

X7 = Prediktor ke-7, OPM

X8 = Prediktor ke-8, NPM

X9 = Prediktor ke-9, ROI

X10 = Prediktor ke-10, ROE

c. Nilai -2 Loglikehood Ratio

Penilaian keseluruhan model menggunakan nilai -2 loglikelihood

untuk melihat model yang lebih baik dalam memprediksi kemungkinan

terjadinya perbedaan antara rasio keuangan perusahaan yang melakukan

merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan
akuisisi pada perusahaan. -2 loglikelihood ditransformasikan menjadi -2

log L dimana output spss memberikan dua nilai yaitu pertama untuk

model yang hanya memasukkan konstanta dan -2 log L yang kedua untuk

model dengan konstanta dan variabel bebas, jika terjadi penurunan dalam

nilai -2 log L pada blok kedua jika dibandingkan dengan blok pertama

maka dapat disimpulkan bahwa model kedua regresi menjadi lebih baik

(Imam Ghozali, 2005:218).

d. Koefisien Cox dan Snell R Square dan Nagelkerke’s R Square

Cox dan snell’s R Square merupakan ukuran yang mencoba meniru

ukuran R2 pada multiple regression yang didasarkan pada teknik estimasi

likelihood dengan nilai maksimum kurang dari 1 (satu) sehingga sulit di

interpretasikan. Nagelkerke’s R Square merupakan modifikasi dari

koefisien cox dan snell untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari

0 (nol) sampai 1 (satu) hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai cox

dan snell R dengan nilai maksimumnya. Nilai nagelkerke’s R2 dapat di

interpretasikan seperti nilai R2 pada multiple regression (Imam Ghozali,

2005:219).

Koefisien determinasi (R2) pada regresi berganda pada intinya

mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi

variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.

Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel indenpenden dalam

menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang

mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir semua


informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen (Imam

Ghozali, 2005:83).

Nilai koefisien Nagelkerke’s R Square umumnya lebih besar dari

nilai koefisien cox dan snell’s R Square tapi cenderung lebih kecil

dibandingkan dengan nilai koefisien determinasi R2 pada regresi linear

berganda (Stanislaus, 2006:236).

e. Hosmer and lemeshow’s goodness of fit test

Keputusan penolakan atau penerimaan hipotesis dilakukan dengan

menggunakan tingkat signifikansi 5% Hosmer and lemeshow’s goodness

of fit test menguji hipotesis nol (H0) bahwa data empiris cocok atau sesuai

dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga

model dapat dikatakan fit). Hipotesis sebagai berikut :

Ho = Tidak terdapat perbedaaan antara klasifikasi yang diprediksi

dengan klasifikasi yang diamati.

Ha = Terdapat perbedaaan antara klasifikasi yang diprediksi dengan

klasifikasi yang diamati.

Jika nilai Hosmer and lemeshow goodness of fit statistic sama

dengan atau kurang dari 0,05 maka hipotesis nol (H0) ditolak yang berarti

ada perbedaan signifikansi antara model dengan nilai observasinya

sehingga goodness fit model tidak baik karena model tidak dapat

memprediksi nilai observasinya. Jika nilai statistics hosmer and

lemeshow’s goodness of fit lebih besar dari 0.05, maka hipotesis nol (H0)

diterima berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat


dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya.

(Iman Ghozali, 2005:219).

f. Ketepatan Prediksi Klasifikasi

Tabel klasifikasi 2 X 2 digunakan untuk menghitung nilai estimasi

yang benar (correct) dan yang salah (incorrect). Pada kolom merupakan 2

nilai prediksi dari variabel dependen yaitu, melakukan merger dan

akuisisi (0) dan tidak melakukan merger dan akuisisi (1), sedangkan pada

baris menunjukkan nilai observasi sesungguhnya yang sesuai dengan data

aktual. Pada model yang sempurna, maka semua kasus akan berada pada

diagonal dengan tingkat ketepatan peramalan 100% (Imam Ghozali,

2005:220). Jika model logistik mempunyai asumsi homoskedastisitas

maka semua kasus akan berada di daerah diagonal dengan ketepatan nilai

100% tetapi model logisrik tidak mempunyai asumsi homoskedastisitas

(Stanislaus, 2006:234).

g. Uji Wald Statistics

Uji wald pada tabel variabels in the equation digunakan untuk

menguji apakah masing-masing koefisien regresi logistik signifikan.

Untuk uji hipotesis masing-masing variabel sebagai berikut :

Ho = Tidak terdapat perbedaan signifikan pada rasio keuangan

perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan

perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi.


Ha = Terdapat perbedaan signifikan pada rasio keuangan keuangan

perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan

perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi.

Dasar Pengambilan Keputusan :

Jika Symp.sig > 0,05 maka H0 diterima.

Jika Symp.sig < 0,05 maka H0 ditolak.

E. Operasional Variabel Penelitian

 Variabel Dependen

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan

yang melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan

merger dan akuisisi. Pengukuran variabel ini menggunakan dummy, dimana

dummy 1 untuk variabel perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi,

sedangkan dummy 0 untuk variabel perusahaan yang melakukan merger dan

akuisisi.

 Variable Independen

Variabel-variabel independent yang digunakan dalam penelitian ini adalah

laporan keuangan, dengan mengukur rasio keuangan sebagai proksi pengukuran

kinerja perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Rasio keuangan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah rasio keuangan yang digunakan dalam

penelitian Payamta (2004).

Data rasio keuangan yang digunakan adalah sebagai berikut:


1) Rasio Likuiditas.

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban finansial yang jatuh tempo dalam jangka pendek. Rasio

likuiditas ini diharapkan mempunyai dampak marginal yang positif

pada perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi (Theodossiou

et.al, 1996 dalam Windarti 2002). Ukuran likuiditas yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu:

a. Current ratio.

Current ratio dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan

kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan besarnya aktiva yang

diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam jangka pendek untuk

menutup kewajiban lancar. Rasio yang rendah menunjukkan

kurangnya modal untuk membayar hutang. Namun rasio yang tinggi

tidak selalu berarti perusahaan sedang dalam keadaan yang baik. Hal

tersebut dapat berarti bahwa kas tidak digunakan sebaik mungkin.

Perhitungan current ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:

Current asset
Current ratio =
Current liabilities

b. Quick ratio.

Quick ratio dihitung dengan mengurang persediaan dari aktiva

lancar dan sisanya dibagi dengan kewajiban lancar. Persediaan

dihilangkan karena dianggap aktiva yang sulit dikonversi menjadi


kas dengan cepat. Perhitungan quick ratio dapat dirumuskan sebagai

berikut:

Current asset - inventory


Quick ratio =
Current liabilities

2) Rasio Aktivitas.

Rasio aktivitas dihitung dari perbandingan antara tingkat penjualan

dengan berbagai elemen aktiva. Rasio ini mengukur seberapa efektif

perusahaan mengelola aktivanya. Rasio ini secara positif dihubungkan

dengan perusahaan yang melakukan akuisisi (Theodossiou et.al, 1996

dalam Windarti 2002). Rasio aktivitas yang digunakan dalam penelitian

ini, yaitu:

a. Fixed Asset Turn Over.

Fixed Asset Turn Over mengukur seberapa efektif perusahaan

menggunakan aktiva tetapnya. Semakin rendah Fixed Asset Turn

Over, berarti penggunaan aktiva tetapnya semakin kurang efisien.

Untuk mengukur besarnya Fixed Asset Turn Over dihitung dengan

rumus sebagai berikut:

Sales
Fixed Asset Turn Over =
Net fixed asset

b. Total Asset Turn Over.

Total Asset Turn Over mengukur perputaran semua aktiva.

Dengan kata lain, rasio ini mengukur efektifitas perusahaan dalam

penggunaan total aktiva. Semakin tinggi rasio berarti semakin baik


manajemen dalam mengelola aktivanya, sedangkan semakin rendah

rasio menunjukkan buruknya kinerja manajemen dalam mengelola

aktivanya. Untuk menghitung Total Asset Turn Over digunakan

rumus sebagai berikut:

Sales
Total Asset Turn Over =
Total asset

3) Rasio Leverage.

Rasio leverage dihitung dari perbandingan hutang dengan total

aktiva dan modal sendiri perusahaan. Rasio ini menyangkut jaminan,

yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang bila

pada suatu saat perusahaan dilikuidasi atau dibubarkan. Dengan kata

lain rasio ini mengukur seberapa besar perusahaan menggunakan dana

dari pihak luar atau kreditor. Semakin tinggi rasio leverage mempunyai

dampak marginal yang negatif pada perusahaan yang melakukan

merger dan akuisisi (Theodossiou et.al, 1996 dalam Windarti 2002).

Rasio leverage yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

a. Debt to Total Asset Ratio.

Debt to Total Asset Ratio mengukur seberapa besar seluruh

hutang dijamin oleh seluruh aktiva perusahaan. Kreditur lebih

menyukai rasio yang rendah karena semakin rendah rasio ini, maka

semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditur dalam

peristiwa likuidasi. Namun, di sisi lain pemilik saham lebih

menyukai rasio yang tinggi karena dapat meningkatkan laba yang


diharapkan. Untuk mengukur besarnya Debt to Total Asset Ratio

dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Total liabilities
Debt to Total Asset Ratio =
Total asset

b. Debt to Total Equity Ratio.

Rasio ini merupakan imbangan antara hutang dengan modal

sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin

sedikit dibanding dengan hutangnya. Bagi perusahaan ukuran hutang

sebaiknya tidak melebihi dari modal sendiri karena resiko menjadi

tinggi apabila terjadi likuidasi dan perusahaan akan kesulitan untuk

membayar hutang. Perhitungan Debt to Total Equity Ratio dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Total liabilities
Debt to Total Equity Ratio ' =
Owner s equity

4) Rasio Profitabilitas.

Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba. Rasio ini membantu perusahaan dalam mengontrol

penerimaannya. Rasio ini diharapkan mempunyai dampak yang positif

pada perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi (Theodossiou

et.al, 1996 dalam Windarti 2002). Rasio-rasio profitabilitas yang

digunakan dalam penelitian ini adalah:


a. Operating Profit Margin.

Operating Profit Margin mengukur berapa laba usaha yang

dihasilkan dari penjualan atau pendapatan. Semakin rendah rasio ini,

semakin kurang baik karena biaya-biaya operasi naik. Kemungkinan

hal ini terjadi karena ada pemborosan. Perhitungan Operating Profit

Margin dapat dirumuskan sebagai berikut:

Operating profit
Operating Profit Margin =
Sales

b. Net Profit Margin.

Net Profit Margin mengukur seberapa banyak laba bersih

setelah pajak dan bunga yang dapat dihasilkan dari penjualan atau

pendapatan. Rasio yang rendah bisa disebabkan karena penjualan

turun lebih besar dari turunnya ongkos, dan sebaliknya. Setiap

perusahaan berkepentingan terhadap Net Profit Margin yang tinggi.

Untuk menghitung Net Profit Margin digunakan rumus sebagai

berikut:

Net profit
Net Profit Margin =
Sales

c. Return On Investment.

Return On Investment mengukur keuntungan yang dihasilkan

dari seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio yang rendah

menunjukkan kinerja yang buruk atas pemanfaatan aktiva yang

buruk oleh manajemen, sedangkan rasio tinggi menunjukkan kinerja


atas penggunaan aktiva yang baik. Untuk menghitung Return On

Investment digunakan rumus sebagai berikut:

Net profit
Return On Investment =
Total asset

d. Return On Equity.

Return On Equity mengukur seberapa banyak laba bersih yang

dapat dihasilkan dari investasi para pemegang saham dalam

perusahaan. Rasio yang rendah dapat diartikan bahwa manajemen

kurang efisien dalam penggunaan modal, sedangkan rasio yang

tinggi dapat menunjukkan bahwa sebagian besar modal diperoleh

dari pinjaman atau manajemen sangat efisien. Untuk menghitung

Return On Equity digunakan rumus sebagai berikut;

Net profit
Return On Equity =
Owner s equity
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Pasar modal Indonesia sudah dimulai sejak zaman pemerintahan Kolonial

Belanda. Perdangangan sekuritas dimulai dengan pendirian bursa di Batavia

pada tanggal 14 Desember 1912. Bursa Batavia tersebut merupakan cabang

dari Amsterdamse Efectenbuerus, dan penyelenggaranya adalah Verrenniging

Voor de Effectenhandel. Sekuritas yang diperjualbelikan adalah saham dan

obligasi perusahaan-perusahaan Belanda yang beroperai di Indonesia. Obligasi

yang diterbitkan pemerintah Hindia Belanda serta sekuritas Belanda lainnnya.

Perkembangan bursa efek yang pesat, menarik pemerintah Hindia Belanda

untuk mendirikan bursa di Semarang dan Surabaya pada tahun 1925. Semua

anggota bursa adalah perusahaan-perusahaan swasta Belanda, sedangkan

investornya selain orang Belanda ada juga orang-orang Arab dan Cina. Dengan

demikian, praktis bursa efek pada saat itu hanya untuk kepentingan masyarakat

Belanda.

Perang dunia II yang terjadi sekitar tahun 1939, menyebutkan

perkembangan pasar modal terhenti. Bursa efek di Indonesia resmi ditutup

pada tanggal 10 Mei 1940. Tetapi kemudian pada tanggal 23 Desember 1940

bursa efek di Jakarta (Batavia) sempat dibuka kembali, walaupun kemudian

ditutup kembali ketika Jepang masuk ke Indonesia.


Selanjutnya pasar modal mulai digiatkan dengan dibukanya kembali Bursa

efek di Jakarta (BEJ) pada 3 Juni 1952. Pembukaan BEJ tersebut didorong

penerbitan obligasi oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1950. Akitivitas

pasar modal mulai berkembang sampai dengan tahun 1958. Kelesuan yang

terjadi di pasar modal pada saar itu disebabkan oleh banyaknya warga Belanda

yang meninggalkan Indonesia dan dilakukannya nasionalisasi terhadap

perusahaan Belanda di Indonesia. Hal ini terjadi sampai dengan berakhirnya

masa pemerintahan orde lama.

Pada masa pemerintahan orde baru, pengaktifan kembali pasar modal

Indonesia dimulai dengan pembentukan Badan Pengawas Pasar Modal

(BAPEPAM) dan pembukaan pasar modal pada 10 Agustus 1977. Pada

awalnya tujuan pengaktifan kembali pasar modal lebih ditekankan pada asas

pemerataan, sehingga kepemilikan saham tidak jatuh ke tangan segolongan

masyarakat tertentu saja. Untuk tujuan itu maka pemerintah berperan aktif

dalam menangani pasar modal Indonesia. BAPEPAM dan PT. Danareksa

diberikan prioritas untuk membeli sedikitnya 50% saham yang ditawarkan.

Terlalu besarnya campur tangan pemerintah tersebut merupakan salah satu

faktor penyebab lambannya perkembangan pasar modal Indonesia. Ditambah

lagi adanya deregulasi perbankan pada tahun 1983, menyebabkan tingkat suku

bunga deposito naik. Sehingga investasi di pasar modal menjadi kurang

menarik bagi masyarakat. Selama kurun waktu 1977-1988, hanya 24

perusahaan yang melakukan emisi saham di bursa efek dengan nilai Rp. 129,4

miliar dan tiga perusahaan melakukan emisi obligasi senilai Rp. 535,7 miliar.
Kemudian pemerintah mengeluarkan berbagai deregulasi seperti Paket

Desember 1987. Paket Oktober 1988, Paket Desember 1988, dan Paket

September 1997, yang bertujuan untuk menggairahkan perdangangan di Bursa

efek di Indonesia. Pada prinsipnya peraturan-peraturan tersebut merupakan

langkah-langkah penyesuaiaan terhadap peraturan-peraturan sebelumnya untuk

mendorong pertumbuhan pasar modal yang sehat dan kuat. Beberapa

penyesuaian kebijaksanaan tersebut, antara lain:

1. Perlindungan terhadap investor dengan mewajibkan persyaratan

keterbukaan (disclosure) yang lebih baik kepada emiten.

2. Proses emisi sekuritas yang lebih cepat

3. Upaya pengembangan pasar yang lebih likuid

4. Peningkatan profesionalisme lembaga penunjang.

B. Sejarah Merger Dan Akuisisi

Merger dan Akuisisi merupakan suatu cara pengembangan dan

pertumbuhan perusahaan. Keduanya bukan hanya suatu cara pertumbuhan

perusahaan, tetapi merupakan alternatif lain untuk melalui investasi modal

pertumbuhan secara internal atau organisasi.

Merger perusahaan-perusahaan yang beroperasi di wilayah Uni Eropa

sejak tahun 1990, tunduk kepada peraturan merger di tingkat Uni Eropa.

Peraturan ini diumumkan dengan tujuan memperoleh izin merger di satu

tempat (System One Stop Shop). Hasilnya adalah saat ini ada suatu hirarki

peraturan merger di Uni Eropa, dimana merger-merger yang sangat besar yang
pemiliki dampak yang luas di wilayah Uni Eropa di uji oleh komisi Eropa

(EC). Sementara merger yang lebih kecil yang dampaknya terutama dalam

lingkup sebuah negara anggota diteliti oleh pengawas antitrust dari negara itu

sendiri (Sudarsanam, Hal 69, 1999 dalam Siti Maryam, 2007).

Alasan dari sejumlah besar perusahaan melakukan merger dan akuisisi

pada tahun 1997 sampai dengan 2005 diantaranya adalah untuk menurunkan

biaya produksi, menyederhanakan rantai penyediaan, terciptanya kegiatan

usaha dan stuktur biaya yang sederhana, peningkatan efisiensi kegiatan usaha,

peningkatan efisiensi pengawasan, memperluas akses pemasaran, dan

memperkokoh stuktur permodalan, banyak perusahaan yang melakukan

penggabungan usaha disebabkan mayoritas perusahaan mengalami kerugian

terus-menerus sehingga mengakibatkan deficit yang semakin membesar.

C. Analisis Statistik Deskriptif

Tujuan dari penyajian statistik deskriptif adalah untuk memberikan

gambaran tentang data yang akan digunakan dalam penelitian ini. Mean

menggambarkan rata-rata (nilai tengah) dari penjumlahan seluruh data dibagi

jumlah data yang ada. Proses pemilihan sampel menghasilkan 56 data obserfasi

dari 28 perusahaan baik perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dan

juga perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi untuk periode

penelitian tahun 1999 sampai dengan tahun 2005. Pada tabel 4.1 dan tabel 4.2

dapat dilihat statistik deskriptif dari penulisan yang telah dilakukan.


Tabel 4.1
Deskripsi Data Sampel Penelitian
Sebelum dan Sesudah Perusahaan Melakukan Merger dan Akuisisi

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


CR Sebelum 28 0.05 4.56 1.7746 1.34158
CR Sesudah 28 0.12 2.82 1.3342 0.73208
QR Sebelum 28 -66.61 3.70 -1.4189 12.81176
QR Sesudah 28 -0.30 2.33 0.7664 0.58796
FATO Sebelum 28 0.18 11.50 3.5573 3.74451
FATO Sesudah 28 0.10 47.18 5.9055 8.97932
TATO Sebelum 28 0.04 33.17 2.0502 6.13520
TATO Sesudah 28 0.03 13.93 1.9860 3.30359
DTAR Sebelum 28 0.14 1.68 0.5902 0.36879
DTAR Sesudah 28 0.00 241.92 9.4308 45.56888
DTER Sebelum 28 -7.24 157.69 7.0322 29.67670
DTER Sesudah 28 -13.00 18.61 2.2655 5.50048
OPM Sebelum 28 -0.09 0.27 0.0947 0.09953
OPM Sesudah 28 -0.68 0.24 0.0317 0.18024
NPM Sebelum 28 -0.70 0.56 0.0169 0.22769
NPM Sesudah 28 -0.40 2.18 0.0820 0.43349
ROI Sebelum 28 -0.24 0.44 0.0364 0.11625
ROI Sesudah 28 -0.65 0.94 0.0671 0.27582
ROE Sebelum 28 -37.90 1.68 -1.2195 7.20222
ROE Sesudah 28 -289.81 2.17 -10.1577 54.80785
Valid N (listwise) 28
Sumber : Financial Report, data diolah dengan SPSS 15.0

Likuiditas dengan proxy rasio Current Ratio (CRRL) sebelum merger dan

akuisisi menunjukkan nilai rata-rata 1.7746 sedangkan nilai minimum dan

maksimum adalah 0.05 dan 4.56. Likuiditas dengan proxy rasio Current Ratio

(CRRL) sesudah merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata 1.3342


sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah 0.12 dan 2.82. Likuiditas

dengan proxy rasio Quick Ratio (QRRL) sebelum melakukan merger dan

akuisisi menunjukkan nilai rata-rata -1.4189 sedangkan nilai minimum dan

maksimum adalah -66.61 dan 3.70. Likuiditas dengan proxy rasio Quick Ratio

(QRRL) sesudah melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata

0.7664 sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah -0.30 dan 2.33.

Aktivitas dengan proxy rasio Fixed Asset Turn Over (FATORA) sebelum

melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata 3.5573 sedangkan

nilai minimum dan maksimum adalah 0.18 dan 11.50. Aktivitas dengan proxy

rasio Fixed Asset Turn Over (FATORA) sesudah melakukan merger dan

akuisisi menunjukkan nilai rata-rata 5.9055 sedangkan nilai minimum dan

maksimum adalah 0.10 dan 47.18. Aktivitas dengan proxy rasio Total Asset

Turn Over (TATORA) sebelum melakukan merger dan akuisisi menunjukkan

nilai rata-rata 2,0502 sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah 0.04

dan 33,17. Aktivitas dengan proxy rasio Total Asset Turn Over (TATORA)

sesudah melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata 1.9860

sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah 0.03 dan 13.93.

Leverge dengan proxy rasio Debt to Total Asset Ratio (DTARRLV)

sebelum melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata 0.5902

sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah 0.14 dan 1.68. Leverge

dengan proxy rasio Debt to Total Asset Ratio (DTARRLV) sesudah melakukan

merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata 9.4308 sedangkan nilai

minimum dan maksimum adalah 0.00 dan 241.92. Leverage dengan proxy
rasio Debt to Total Equity Ratio (DTERRLV) sebelum melakukan merger dan

akuisisi menunjukkan nilai rata-rata 7.0322 sedangkan nilai minimum dan

maksimum adalah -7.24 dan 157.69. Leverage dengan proxy rasio Debt to

Total Equity Ratio (DTERRLV) sesudah melakukan merger dan akuisisi

menunjukkan nilai rata-rata 2.2655 sedangkan nilai minimum dan maksimum

adalah -13.00 dan 18.61.

Profitabilitas dengan proxy rasio Operating Profit Margin (OPMRP)

sebelum melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata 0.0947

sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah -0.09 dan 0.27. Profitabilitas

dengan proxy rasio Operating Profit Margin (OPMRP) sesudah melakukan

merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata 0.0317 sedangkan nilai

minimum dan maksimum adalah -0.68 dan 0.24. Profitabilitas dengan proxy

rasio Net Profit Margin (NPM) sebelum melakukan merger dan akuisisi

menunjukkan nilai rata-rata 0.0169 sedangkan nilai minimum dan maksimum

adalah -0.70 dan 0.56. Profitabilitas dengan proxy rasio Net Profit Margin

(NPM) sesudah melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata

0.0820 sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah -0.40 dan 2.18.

Profitabilitas dengan proxy rasio Return On Invesmet (ROIRP) sebelum

melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata 0.0364 sedangkan

nilai minimum dan maksimum adalah -0.24 dan 0.44. Profitabilitas dengan

proxy rasio Return On Invesmet (ROIRP) sesudah melakukan merger dan

akuisisi menunjukkan nilai rata-rata 0.0671 sedangkan nilai minimum dan

maksimum adalah -0.65 dan 0.94. Poftabilitas dengan proxy rasio Return On
Equity (ROERP) sebelum melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai

rata-rata -1.2195 sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah -37.90 dan

1.68. Poftabilitas dengan proxy rasio Return On Equity (ROERP) sesudah

melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata -10.1577

sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah -289.81 dan 2.17.

Tabel 4.2
Deskripsi Data Sampel Penelitian
Perusahaan yang Melakukan & Tidak Melakukan Merger dan Akusisi

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


CRMA 28 0.12 2.82 1.3342 0.73208
CRTMA 28 0.05 3.72 1.4330 0.95842
QRMA 28 -0.30 2.33 0.7664 0.58796
QRTMA 28 0.04 2.89 0.7840 0.77466
FATOMA 28 0.10 47.18 5.9055 8.97932
FATOTMA 28 0.38 21.33 3.9880 4.55177
TATOMA 28 0.03 13.93 1.9860 3.30359
TATOTMA 28 0.19 5.42 1.1822 1.08649
DTARMA 28 0.00 24.92 1.6808 4.60079
DTARTMA 28 0.22 2.65 0.7918 0.61944
DTERMA 28 -13.00 18.61 2.2655 5.50048
DTERTMA 28 -3.64 16.84 1.3517 4.05175
OPMMA 28 -0.68 0.24 0.0317 0.18024
OPMTMA 28 -0.28 0.38 0.0828 0.12357
NPMMA 28 -0.40 2.18 0.0820 0.43349
NPMTMA 28 -1.64 0.49 -0.1557 0.50664
ROIMA 28 -0.65 0.94 0.0671 0.27582
ROITMA 28 -0.32 0.62 -0.0006 0.18355
ROEMA 28 -2.81 2.17 0.0923 0.73125
ROETMA 28 -1.37 1.22 0.1166 0.40775
Valid N (listwise) 28
Sumber : Financial Report, data diolah dengan SPSS 15.0
Likuiditas dengan proxy rasio Current Ratio (CRRL) pada perusahaan

yang melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata 1.3342

sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah 0.12 dan 2.82. Likuiditas

dengan proxy rasio Current Ratio (CRRL) pada perusahaan yang tidak

melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata 1.4330 sedangkan

nilai minimum dan maksimum adalah 0.05 dan 3.72. Likuiditas dengan proxy

rasio Quick Ratio (QRRL) pada perusahaan yang melakukan merger dan

akuisisi menunjukkan nilai rata-rata 0.7664 sedangkan nilai minimum dan

maksimum adalah -0.30 dan 2.33. Likuiditas dengan proxy rasio Quick Ratio

(QRRL) pada perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi

menunjukkan nilai rata-rata 0.7840 sedangkan nilai minimum dan maksimum

adalah 0.04 dan 2.89.

Aktivitas dengan proxy rasio Fixed Asset Turn Over (FATORA) pada

perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata

5.9055 sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah 0.10 dan 47.18.

Aktivitas dengan proxy rasio Fixed Asset Turn Over (FATORA) pada

perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-

rata 3.9880 sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah 0.38 dan 21.33.

Aktivitas dengan proxy rasio Total Asset Turn Over (TATORA) pada

perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata

1.9860 sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah 0.03 dan 13.93.

Aktivitas dengan proxy rasio Total Asset Turn Over (TATORA) pada

perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-
rata 1.1822 sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah 0.19 dan 5.42.

Leverge dengan proxy rasio Debt to Total Asset Ratio (DTARRLV) pada

perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata

1.6808 sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah 0.00 dan 24.92.

Leverge dengan proxy rasio Debt to Total Asset Ratio (DTARRLV) pada

perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-

rata 0.7918 sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah 0.22 dan 2.65.

Leverage dengan proxy rasio Debt to Total Equity Ratio (DTERRLV) pada

perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata

2.2655 sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah -13.00 dan 18.61.

Leverage dengan proxy rasio Debt to Total Equity Ratio (DTERRLV) pada

perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-

rata 1.3517 sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah -3.64 dan 16.84.

Profitabilitas dengan proxy rasio Operating Profit Margin (OPMRP) pada

perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata

0.0317 sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah -0.68 dan 0.24.

Profitabilitas dengan proxy rasio Operating Profit Margin (OPMRP) pada

perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-

rata 0.0828 sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah -0.28 dan 0.38.

Profitabilitas dengan proxy rasio Net Profit Margin (NPM) pada perusahaan

yang melekukan melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata

0.0820 sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah -0.40 dan 2.18.

Profitabilitas dengan proxy rasio Net Profit Margin (NPM) pada perusahaan
yang tidak melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata

-0.1557 sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah -1.64 dan 0.49.

Profitabilitas dengan proxy rasio Return On Invesmet (ROIRP) pada

perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata

0.0671 sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah -0.65 dan 0.94.

Profitabilitas dengan proxy rasio Return On Invesmet (ROIRP) pada

perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-

rata -0.0006 sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah -0.32 dan 0.62.

Poftabilitas dengan proxy rasio Return On Equity (ROERP) pada perusahaan

yang melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata 0.0923

sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah -2.81 dan 2.17. Poftabilitas

dengan proxy rasio Return On Equity (ROERP) pada perusahaan yang tidak

melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai rata-rata 0.1166 sedangkan

nilai minimum dan maksimum adalah -1.37 dan 1.22.

D. Analisis Hipotesis Pertama (H1)

Hipotesis pertama (H1) diuji dengan menggunakan analisis Wilcoxon

Signed Rank Test. Bagian ini akan membahas hasil penelitian mengenai

perbedaan kinerja keuangan untuk periode satu tahun sebelum dengan satu

tahun sesudah, satu tahun sebelum dengan dua tahun sesudah, dua tahun

sebelum dengan satu tahun sesudah dan dua tahun sebelum dengan dua tahun

sesudah pengumuman merger dan akuisisi.


Untuk uji Wilcoxon Signed Rank Test :

Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah

merger dan akuisisi.

H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah merger

dan akuisisi.

 Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima.

 Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak.

1. Perbandingan Kinerja Keuangan 1 Tahun Sebelum dan 1 Tahun

Sesudah Merger dan Akuisisi.

Bagian ini akan membahas pengujian rasio keuangan 1 tahun sebelum

dan 1 sesudah pengumuman merger dan akuisisi dengan Wilcoxon Sign

Test. Berdasarkan tabel 4.3 dapat dinyatakan bahwa dari 10 rasio keuangan

yang diuji hanya 1 rasio yang berbeda secara signifikan untuk 1 tahun

sebelum dan 1 tahun sesudah merger dan akuisisi, yaitu rasio Debt to Total

Asset Ratio. Hal ini berarti bahwa kinerja perusahaan yang diukur dari 10

rasio keuangan, kecuali Debt to Total Asset Ratio tidak menunjukkan

adanya perbedaan yang signifikan untuk 1 tahun sebelum dan 1 tahun

sesudah merger dan akuisisi. Kesimpulan ini ditunjukkan dengan nilai

Asym. Sig yang lebih besar daripada a = 5%, kecuali 1 rasio di atas. Asym.

Sig untuk Debt to Total Asset Ratio sebesar 0,030 sehingga H1 diterima,

atau Ho ditolak.
TABEL 4.3
Hasil Wilcoxon Signed Ranks Test untuk 1 Tahun Sebelum
dan 1 Tahun Sesudah Merger dan Akuisisi

Asym. Kesimpulan
Rasio Z Hitung
Sig (H0)
Current Ratio (CR) -0.282 0.778 Diterima
Quick Ratio (QR) -0.596 0.551 Diterima
Fixed Asset Turn Over (FATO) -1.350 0.177 Diterima
Total Asset Turn Over (TATO) -1.036 0.300 Diterima
Debt to Total Asset Ratio (DTAR) -2.166 0.030 Ditolak
Debt to Total Equity Ratio (DTER) -1.099 0.272 Diterima
Operating Profit Margin (OPM) -1.350 0.177 Diterima
Net Profit Margin (NPM) -1.161 0.245 Diterima
Return On Invesment (ROI) -0.157 0.875 Diterima
Return On Equity (ROE) -0.031 0.975 Diterima
Sumber : Financial Report, data diolah dengan SPSS 15.0

Rasio keuangan yang berbeda (Debt to Total Asset Ratio) menunjukkan

indikasi kinerja perusahaan justru mengalami penurunan sesudah merger

dan akuisisi. Temuan ini memberi indikasi bahwa tujuan ekonomis dari

keputusan merger dan akuisisi belum tercapai sampai akhir tahun pertama

setelah kejadian tersebut. Hal ini mungkin disebabkan karena periode yang

diamati masih terlalu pendek, sehingga pengaruh atas keputusan itu belum

kelihatan. Dalam kurun waktu itu, mungkin manajemen perusahaan masih

belum dapat meneyesuaikan dengan lingkungan perusahaan yang baru,

mengingat adanya budaya perusahaan yang berbeda.


2. Perbandingan Kinerja Keuangan 1 Tahun Sebelum dan 2 Tahun

Sesudah Merger dan Akuisisi

Hasil pada tabel 4.4 menunjukkan ringkasan hasil pengujian hipotesis

dengan menggunakan Wilcoxon Signed Ranks Test untuk membuktikan ada

atau tidak adanya perbedaan kinerja keungan 1 tahun sebelum dan 2 tahun

sesudah merger dan akuisisi. Berdasarkan tabel 4.4 dapat dinyatakan bahwa

dari 10 rasio keuangan yang diuji ternyata tidak ada satupun rasio yang

berbeda secara signifikan untuk 1 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah

merger dan akuisisi. Hal ini juga berarti H1 untuk semua rasio ditolak dan

menerina Ho, yang berari tidak terdapat perbedaan kinerja perusahaan yang

signifikan untuk 1 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah merger dan akuisisi.

TABEL 4.4
Hasil Wilcoxon Signed Ranks Test untuk 1 Tahun Sebelum
dan 2 Tahun Sesudah Merger dan Akuisisi

Kesimpulan
Rasio Z Hitung Asym. Sig
(H0)
Current Ratio (CR) -0.408 0.683 Diterima
Quick Ratio (QR) -0.094 0.925 Diterima
Fixed Asset Turn Over (FATO) -0.910 0.363 Diterima
Total Asset Turn Over (TATO) -1.412 0.158 Diterima
Debt to Total Asset Ratio (DTAR) -1.350 0.177 Diterima
Debt to Total Equity Ratio (DTER) -0.596 0.551 Diterima
Operating Profit Margin (OPM) -0.094 0.925 Diterima
Net Profit Margin (NPM) -1.036 0.300 Diterima
Return On Invesment (ROI) -0.220 0.826 Diterima
Return On Equity (ROE) -0.157 0.875 Diterima
Sumber : Financial Report, data diolah dengan SPSS 15.0
Berdasarkan pengujian di atas, dapat dinyatakan bahwa merger dan

akuisisi kinerja perusahaan tidak menjadi lebih baik untuk satu sampai dua

tahun setelah kejadian merger dan akuisisi. Temuan ini semakin

memperjelas bahwa tujuan ekonomis dari keputusan merger dan akuisisi

tidak tercapai sampai akhir tahun kedua sesudah kejadian tersebut. Hal ini

mungkin alasan ekonomis bukanlah alasan yang cukup kuat untuk

dilakukannya merger dan akuisisi. Dengan demikian, alasan non ekonomis

seperti untuk menyelamatkan perusahaan lain dari ancaman kebangkrutan

dan alasan sifatnya pribadi mungkin labih banyak dipertimbangkan. Temuan

ini konsisten dengan hasil penelitian Payamta (2004).

3. Perbandingan Kinerja Keuangan 2 Tahun Sebelum dan 1 Tahun

Sesudah Merger dan Akuisisi

Pengujian hipotesis dilakukan dengan membuat perbandingan antara

kinerja perusahaan untuk 2 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah merger dan

akuisisi. Wilcoxon Signed Ranks Test digunakan untuk menguji hipotesis H1

untuk membuktikan adanya perbedaan rasio keuangan 2 tahun sebelum dan

1 tahun sesudah merger dan akuisisi. Ringkasan hasil dari Wilcoxon Signed

Ranks Test disajikan pada tabel 4.5 berikut ini.


TABEL 4.5
Hasil Wilcoxon Signed Ranks Test untuk 2 Tahun Sebelum
dan 1 Tahun Sesudah Merger dan Akuisisi

Kesimpulan
Rasio Z Hitung Asym. Sig
(H0)
Current Ratio (CR) -1.350 0.177 Diterima
Quick Ratio (QR) -0.471 0.638 Diterima
Fixed Asset Turn Over (FATO) -2.040 0.041 Ditolak
Total Asset Turn Over (TATO) -1.287 0.198 Diterima
Debt to Total Asset Ratio (DTAR) -1.664 0.096 Diterima
Debt to Total Equity Ratio (DTER) -0.722 0.470 Diterima
Operating Profit Margin (OPM) -2.291 0.022 Ditolak
Net Profit Margin (NPM) -0.471 0.638 Diterima
Return On Invesment (ROI) -0.910 0.363 Diterima
Return On Equity (ROE) -0.722 0.470 Diterima
Sumber : Financial Report, data diolah dengan SPSS 15.0

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dinyatakan bahwa dari 10 rasio keuangan

yang diuji hanya 2 rasio yaitu Fixed Asset Turn Over dan Operating Profit

Margin yang berbeda secara signifikan untuk 2 tahun sebelum dan 1 tahun

sesudah keputusan merger dan akuisisi dilakukan. Hal ini berarti bahwa

terdapat perbedaan Fixed Asset Turn Over dan Operating Profit Margin

yang signifikan untuk 2 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah keputusan

merger dan akuisisi dilakukan. Nilai Fixed Asset Turn Over dan Operating

Profit Margin 2 tahun sebelum pengumuman merger dan akuisisi lebih

besar dibandingkan dengan nilai Fixed Asset Turn Over dan Operating

Profit Margin 1 tahun sesudahnya. Jadi, kinerja perusahaan yang diukur

dengan rasio Fixed Asset Turn Over dan Operating Profit Margin

mengalami penurunan setelah perusahaan melakukan merger dan akuisisi.


Temuan ini memberikan indikasi bahwa memang tujuan ekonomis yang

diharapkan terjadi setelah merger tidak tercapai seperti telah dijelaskan pada

paragraph sebelumnya. Kemungkinan keputusan merger dan akuisisi

dilandasi motivasi untuk menyelamatkan target company yang sudah

terpuruk dari ancaman kebangkrutan.

4. Perbandingan Kinerja Keuangan 2 Tahun Sebelum dan 2 Tahun

Sesudah Merger dan Akuisisi

Pada tabel 4.6 disajikan ringkasan hasil pengujian data dengan

menggunakan Wilcoxon Signed Ranks Test untuk membuktikan adanya

perbedaan rasio keuangan 2 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah merger dan

akuisisi.

TABEL 4.6
Hasil Wilcoxon Signed Ranks Test untuk 2 Tahun Sebelum
dan 2 Tahun Sesudah Merger dan Akuisisi

Kesimpulan
Rasio Z Hitung Asym. Sig
(H0)
Current Ratio (CR) -1.852 0.064 Diterima
Quick Ratio (QR) -0.471 0.638 Diterima
Fixed Asset Turn Over (FATO) -1.789 0.074 Diterima
Total Asset Turn Over (TATO) -2.166 0.030 Ditolak
Debt to Total Asset Ratio (DTAR) -0.596 0.551 Diterima
Debt to Total Equity Ratio (DTER) -0.094 0.925 Diterima
Operating Profit Margin (OPM) -1.350 0.177 Diterima
Net Profit Margin (NPM) -0.534 0.594 Diterima
Return On Invesment (ROI) -0.154 0.875 Diterima
Return On Equity (ROE) -0.722 0.470 Diterima
Sumber : Financial Report, data diolah dengan SPSS 15.0
Tabel 4.6 tersebut menunjukkan dari 10 rasio keuangan yang diuji ada 1

rasio yaitu Total Asset Turn Over yang berbeda secara signifikan untuk 2

tahun sebelum dan 2 tahun sesudah keputusan merger dan akuisisi

dilakukan. Nilai Total Asset Turn Over untuk dua tahun sesudah ternyata

lebih besar dibandingkan nilai rasio tersebut untuk dua tahun sebelum

pengumuman merger dan akuisisi. Artinya, kinerja perusahaan yang

dicerminkan dari Total Asset Turn Over mengalami kenaikkan setelah

pengumuman merger dan akuisisi. Sedangkan pengujian terhadap rasio

lainya menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara 2 tahun

sebelum dan 2 tahun sesudah pengumuman merger dan akuisisi.

Temuan ini juga mengindifikasikan bahwa keputusan perusahaan untuk

melakukan merger dan akuisisi tidak berdasarkan motif ekonomi. Namun

pada pengujian ini menunjukkan perbedaan yang signifikan untuk rasio

keuangan Total Asset Turn Over. Nilai rasio keuangan tersebut justru

menujukkan nilai yang meningkat setelah pengumuman merger dan akuisisi.

E. Analisis Hipotesis Kedua (H2)

Sebelum melakukan pengujian terhadap hipotesis kedua (H2) perlu

dilakukan uji normalitas dengan menggunakan One-Sample Kolmogorov-

Smirnov Test dengan melihat tingkat signifikansi 5% untuk mengetahui metode

statistik yang akan digunakan, jika data berdistribusi normal maka uji statistik

parametrik yaitu Uji Independent Sampel Test yang akan digunakan dan

sebaliknya jika data berdistribusi tidak normal maka uji non parametrik yaitu
uji Mann-Whitney Test yang akan digunakan.

Pengujian ini digunakan untuk menguji dua sampel yang tidak

berhubungan (Independent) antara perusahaan yang melakukan merger dan

akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi. Dasar

pengambilan keputusan dalam pengujian ini adalah jika probabilitas > 0,05

maka berarti tidak ada perbedaan, dan sebalikanya jika probabilitas < 0,05

berarti ada perbedaan antara kedua sampel tersebut.

Selanjutnya bagian ini akan membahas hasil penelitian mengenai

perbedaan kinerja keuangan untuk Uji normalitas dengan menggunakan One-

Sample Kolmogorov-Smirnov Test pada masing-masing rasio keuangan

disajikan pada lampiran 6, hasilnya menunjukkan bahwa ada delapan rasio

yaitu Fixed Asset Turn Over, Total Asset Turn Over, Debt to Total Asset Ratio,

Debt to Total Equity Ratio, Operating Profit Margin, Net Profit Margin,

Return On Invesment dan Return On Equity yang mempunyai Asymp. Sig

(2-tailed) di bawah tingkat signifikan sebesar 0,05 (probabilitas < 0,05) yang

artinya variable-variabel tersebut berdistribusi tidak normal. Dua rasio lainnya

yaitu Current Ratio dan Quick Ratio yang mempunyai Asymp. Sig (2-tailed) di

atas tingkat signifikan sebesar 0,05 (probabilitas > 0,05) artinya bahwa

variabel-variabel tersebut berdistribusi normal.

Hasil uji normalitas tersebut akan digunakan sebagai pedoman untuk

pengujian tahap selanjutnya. Rasio dengan distribusi tidak normal akan di uji

menggunakan pengujian non parametrik yaitu Mann-Whitney Test, rasio

dengan distribusi normal akan di uji menggunakan pengujian parametrik yaitu


Independent Sample Test. Hasil uji normalitas data dengan menggunakan

One-Sample Kolmogorov-Semirnov Test dapat diringkas dalam tabel 4.7

sebagai berikut:

Tabel 4.7
Hasil Uji Normalitas (One Sample Kolmogorov-Semirnov Test)

Asym.
No Variabel Keterangan Distribusi
Sig
1 Current Ratio 0,957 P > 0,05 Normal
2 Quick Ratio 0,104 P > 0,05 Normal
3 Fixed Asset Turn Over 0,002 P < 0,05 Tidak Normal
4 Total Asset Turn Over 0,000 P < 0,05 Tidak Normal
5 Debt to Total Asset Ratio 0,000 P < 0,05 Tidak Normal
6 Debt to Total Equity Ratio 0,000 P < 0,05 Tidak Normal
7 Opereting Profit Margin 0,045 P < 0,05 Tidak Normal
8 Net Prfit Margin 0,000 P < 0,05 Tidak Normal
9 Rerurn On Invesment 0,005 P < 0,05 TidakNormal
10 Return On Equity 0,000 P < 0,05 Tidak Normal
Sumber : Financial Report, data diolah dengan SPSS 15.0

Selanjutnya setelah diketahui rasio-rasio mana yang berdistribusi normal

dan tidak normal, maka untuk rasio-rasio yang berdistribusi tidak normal akan

diuji dengan menggunakan uji Mann-Whitney Test dan uji Independent Sample

Test jika rasio-rasio berdistribusi normal, karena hipotesis kedua ini diuji dua

data sampel yang tidak saling berhubungan (independent) yaitu antara

perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak

melakukan merger dan akuisisi.


Untuk uji Mann-Whitney Test:

Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara perusahaan yang

melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak

melakukan merger dan akuisisi.

H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara perusahaan yang melakukan

merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan merger

dan akuisisi.

 Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima.

 Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak.

Untuk uji Independent Sample Test:

Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara perusahaan yang

melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak

melakukan merger dan akuisisi.

H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara perusahaan yang melakukan

merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan merger

dan akuisisi.

 Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima.

 Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak.

Hasil uji ini secara keseluruhan disajikan dalam lampiran 7 dan 8. Secara

ringkas hasil uji tersebut disajikan dalam tabel 4.8 dan tabel 4.9 sebagai

berikut:
Tabel 4.8
Hasil Pengujian Mann-Whitney Test

Z Asym. Kesimpulan
Definisi Rasio Tipe Rasio
Hitung Sig (H0)
Fixed Asset Turn Over Aktivitas -0.737 0.461 Diterima
Total Asset Turn Over Aktivitas -0.590 0.555 Diterima
Debt to Total Asset Ratio Leverage -1.213 0.225 Diterima
Debt to Total Equity Ratio Leverage -2,180 0.029 Ditolak
Operating Profit Margin Profitabilitas -0.967 0.334 Diterima
Net Profit Margin Profitabilitas -0.688 0.491 Diterima
Return On Invesment Profitabilitas -0.688 0.491 Diterima
Return On Equity Profitabilitas -0.115 0.909 Diterima
Sumber : Financial Report, data diolah dengan SPSS 15.0

Tabel 4.9
Hasil Pengujian Independent Sample Test

F Asym. Kesimpulan
Definisi Rasio Tipe Rasio
Hitung Sig (H0)
Current Ratio Likuiditas 1.683 0.200 Diterima

Quick Ratio Likuiditas 1.469 0.231 Diterima

Sumber : Financial Report, data diolah dengan SPSS 15.0

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa dari delapan rasio keuangan yang diuji,

tujuh rasio menunjukkan hasil yang tidak signifikan yaitu dua rasio aktivitas

(FATO dan TATO), satu rasio leverage (DTAR) dan empat rasio profitabilitas

(OPM, NPM, ROI dan ROE) artinya bahwa tidak ada perbedan kinerja antara

perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak

melakukan merger dan akuisisi. Satu rasio lainnya yaitu rasio leverage (DTER)
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada level 5% artinya bahwa

terdapat perbedaan kinerja perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi

dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi.

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa secara keseluruhan tidak terdapat

perbedaan yang signifikan dari dua rasio keuangan yang diuji. Hipotesis kedua

dengan pengujian Independent Sample Test secara keseluruhan ditolak artinya

bahwa tidak ada perbedaan antara kinerja perusahaan pada perusahaan yang

melakukan merger dan akusisi dengan perusahaan yang tidak melakukan

merger dan akusisi. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan

oleh Windarti (2002), dimana Windarti tidak menemukan perbedaan yang

signifikan pada seluruh rasio likuiditas, aktivitas dan profitabilitas.

Tabel 4.10
Hasil Uji Hipotesis Kedua

Z Asym. Kesimpulan
Definisi Rasio Tipe Rasio
Hitung Sig (H0)
Current Ratio Likuiditas 1.683 0.200 Diterima
Quick Ratio Likuiditas 1.469 0.231 Diterima
Fixed Asset Turn Over Aktivitas -0.737 0.461 Diterima
Total Asset Turn Over Aktivitas -0.590 0.555 Diterima
Debt to Total Asset Ratio Leverage -1.213 0.225 Diterima
Debt to Total Equity Ratio Leverage -1.967 0.049 Ditolak
Operating Profit Margin Profitabilitas -0.967 0.334 Diterima
Net Profit Margin Profitabilitas -0.688 0.491 Diterima
Return On Invesment Profitabilitas -0.688 0.491 Diterima
Return On Equity Profitabilitas -0.115 0.909 Diterima
Sumber : Financial Report, data diolah dengan SPSS 15.0
F. Analisis Hipotesis Ketiga (H3)

Penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik untuk melihat

kekuatan prediksi terhadap kinerja keuangan perusahaan yang melakukan

merger dan akuisisi dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan

akusisi.

Tahap awal dalam melakukan analisis dengan menggunakan metode

regresi logistik adalah memasukkan variabel bebas kedalam uji regresi logistik

dengan menggunakan metode backward stepwise (conditional). Teknik

stepwise digunakan untuk menyaring variabel-variabel independent, kemudian

mengeluarkan satu persatu dimulai dari variabel yang paling tidak signifikan,

sehingga akhirnya diketahui variabel yang paling signikan. Hasil dari analisis

metode backward stepwise (conditional) ditunjukkan dalam lampiran 9.

Tahap selanjutnya atau tahap terakhir adalah menguji kembali variabel

yang signifikan dari uji regresi logistic teknis stepwise kedalam uji selanjutnya,

yaitu uji regresi logistik teknis Enter. Pengujian regresi logistik menghasilkan

Uji Nagelkerke R Squre, Uji Hosmer dan Lemeshow, dan uji signifikansi untuk

tiap-tiap variabel independent. Tabel 4.11 menampilkan ringkasan hasil uji

hipotesis ketiga dengan menggunakan analisis regresi logistik sedangkan hasil

perhitungan uji secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 11.


Tabel 4.11
Hasil Uji Hipotesis 3
Regresi Logistik

Persamaan Regresi Logistik


Y = -0,393 + 0,374CR + (-0,342)QR + 0,078FATO + (-0,289)TATO + (-0,256)DTAR +
(-0,051)DTER + 6,463OPM + (-6,886)NPM + 3,738ROI + (-0,191)ROE
Variabel B S.E Wald Df Sig.

CRRL 0.374 0.704 0.283 1 0.595

QRRL -0.342 0.753 0.207 1 0.649

FATORA 0.078 0.099 0.614 1 0.433

TATORA -0.289 0.237 1.494 1 0.222

DTARRLV -0.256 0.975 0.069 1 0.739

DTERRLV -0.051 0.092 0.302 1 0.583

OPMRP 6.463 3.158 4.189 1 0.041

NPMRP -6.886 4.448 2.396 1 0.122

ROIRP 3.738 4.278 0.763 1 0.383

ROERP -0.191 0.368 0.270 1 0.603

Constant -0.393 1.156 0.116 1 0.734

Melakukan Merger Tidak Melakukan Merger dan


Kategori
dan Akuisisi = 0 Akusisi = 1

Percentage Correct 71,4% 71,4%

N 56
Omnibus Test of Model
16,987
Coefficient
-2 Log Likehood Block 0 77,632

-2 Log Likehood Block 1 60,646

Cox & Snell-R2 0,262

Nagelkerke-R2 0,349
Uji Chi-square Hosmer and
0,501
Lemeshaw Test
Overall Percentage 71,4%

Sumber : Financial Report, data diolah dengan SPSS 15.0


a. Nilai -2 Loglikehood Ratio

Dari hasil perhitungan -2LogLikelihood pada blok pertama (block

number = 0) terlihat nilai -2 LogLikelihood sebesar 77,632. Kemudian hasil

perhitungan nilai -2LogLikelihood pada blok kedua (block number = 1)

terlihat nilai -2LogLikelihood sebesar 60,646. Penilaian keseluruhan model

regresi (overall fit model) menggunakan nilai -2LogLikelihood jika terjadi

penurunan pada blok kedua dibanding blok pertama maka dapat disimpulkan

bahwa model regresi kedua menjadi lebih baik. Seperti yang ditunjukkan

pada tabel 4.11 pada blok pertama (block number = 0) nilai -2LogLikelihood

sebesar 77,632 dan pada blok kedua (block number = 1) nilai -

2LogLikelihood sebesar 60,646. Dari hasil ini peneliti dapat menyimpulkan

bahwa model regresi kedua lebih baik untuk memprediksi kemungkinan

perbedaan antara perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan

perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi.

b. Koefisien Cox dan Snell R Square dan Nagelkerke’s R Square

Koefisien Cox & Snell R Square pada tabel model summary dapat

diinterpretasikan sama seperti koefisien determinasi R2 pada regresi linier

berganda, tetapi karena nilai maksimum Cox & Snell R Square biasanya

lebih kecil dari satu, seperti yang ditunjukkan oleh tabel 4.11 nilai Cox &

Snell R Square adalah 0,262 lebih kecil dari satu, maka menjadi sukar untuk

diinterpretasikan seperti R2 dan jarang digunakan.

Koefisien Nagelkerke R Square pada table Model Summary merupakan

modifikasi dari koefisien Cox & Snell R Square agar nilai maksimumnya
bisa mencapai satu dan mempunyai kisaran antara 0 dan sama seperti

koefisien determinasi R2 pada regresi linier berganda. Seperti yang terliahat

pada table 4.11, nilai koefisien Nagelkerke R Square sebesar 0,349 yang

berarti kemapuan variable bebas menjelaskan variable tidak bebas sebesar

34,9 %.

c. Uji Chi-square Hosmer and Lemeshaw Test

Untuk menilai kelayakan model regresi dalam memprediksi digunakan

Uji Chi Square Hosmer and Lemeshow. Pengujian ini digunakan untuk

menguji hipotesis:

Ho : Tidak terdapat perbedaan antara klasifikasi yang diprediksikan

dengan klasifikasi yang diamati.

Ha : Terdapat perbedaan antara kalsifikasi yang diprediksi dengan

klasifikasi yang diamati.

Hasil pengujian pada tabel 4.11 menunjukkan nilai Chi Square sebesar

17.458 dengan nilai sig 0.501. dari hasil tersebut terlihat bahwa nilai sig > α

= 0.05 berarti H0 diterima bahwa tidak terdapat perbedaan antara kalsifikasi

yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati maka model regresi ini bisa

digunakan untuk analisis selanjutnya.

d. Ketepatan Prediksi Klasifikasi

Dengan mengunakan sepuluh variabel independent dalam model ini,

yaitu CRRL, QRRL, FATORA, TATORA, DTARRLV, DTERRLV,

OPMRP, NPMRP, ROIRP dan ROERP menunjukkan bahwa kebenaran

prediksi model suatu perusahaan yang dimasukkan dalam ketegori


perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi sebesar 71,4% dan untuk

kebenaran prediksi suatu perusahaan yang dimasukkan dalam kategori

perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi sebesar 71,4%.

Hasil pengujian regresi logistik menunjukkan bahwa seluruh variabel

rasio Current Ratio dan Quick Ratio yang merupakan proxy dari likuiditas,

variabel Fixed Asset Turn Over dan Total Asset Turn Over yang merupakan

proxy dari aktivitas, variabel Debt to Total Equity Ratio dan Debt to Total

Asset Ratio yang merupakan proxy dari leverage, dan Operating Profit

Margin, Return On Equity, Return On Invesment, dan Net Profit Margin

yang merupakan proxy dari profitabilitas yang membuat kinerja keuangan

perusahaan dikategorikan secara berbeda dengan kebenaran prediksi model

secara keseluruhan dalam overall adalah 71,4%. Tingginya tingkat ketepatan

prediksi terebut, maka persamaan regresi tersebut dapat digunakan untuk

memprediksi kinerja keuangan perusahaan, sehingga dapat disimpulkan

hipotesis ketiga menerima H3 karena rasio keuangan dapat digunakan untuk

memprediksi kineja keuangan perusahaan di Indonesia.

e. Uji Wald Statistik

Uji Wald menguji masing-masing koefisien regresi logistik, sebagai

berikut :

1. Untuk koefisien variabel CRRL : uji Wald = 0.283, P-value = 0.595 > α =

0.05, maka koefisien regresi untuk variabel CRRL tidak signifikan.

2. Untuk koefisien variabel QRRL : uji Wald = 0.207, P-value = 0.649 > α =

0.05, maka koefisien regresi untuk variabel QRRL tidak signifikan.


3. Untuk koefisien variabel FATORA : uji Wald = 0.614, P-value = 0.433 >

α = 0.05, maka koefisien regresi untuk variabel FATORA tidak

signifikan.

4. Untuk koefisien variabel TATORA : uji Wald = 1.494, P-value = 0.222 >

α = 0.05, maka koefisien regresi untuk variabel TATORA tidak

signifikan.

5. Untuk koefisien variabel DTARRLV : uji Wald = 0.069, P-value = 0.739

> α = 0.05, maka koefisien regresi untuk variabel DTARRLV tidak

signifikan.

6. Untuk koefisien variabel DTERRLV : uji Wald = 0.302, P-value = 0.583

> α = 0.05, maka koefisien regresi untuk variabel DTERRLV tidak

signifikan.

7. Untuk koefisien variabel OPMRP : uji Wald = 4.189, P-value = 0.041 < α

= 0.05, maka koefisien regresi untuk variabel OPMRP signifikan.

8. Untuk koefisien variabel NPMRP : uji Wald = 2.396, P-value = 0.122 > α

= 0.05, maka koefisien regresi untuk variabel NPMRP tidak signifikan.

9. Untuk koefisien variabel ROIRP : uji Wald = 0.763, P-value = 0.383 > α

= 0.05, maka koefisien regresi untuk variabel ROIRP tidak signifikan.

10. Untuk koefisien variabel ROERP : uji Wald = 0.270, P-value = 0.603 >

α = 0.05, maka koefisien regresi untuk variabel ROERP tidak

signifikan.

11. Untuk konstanta : uji Wald = 0.116, P-value = 0.734 > α = 0.05, maka

koefisien regresi untuk konstanta tidak signifikan.


Hasil persamaan regresi logistik dalam penelitian ini menunjukkan daya

klasifikasi ketepatan prediksi keseluruhan sebesar 71.4% dengan klasifikasi

untuk kelompok perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi sebesar

71,4% dan untuk kebenaran prediksi suatu perusahaan yang dimasukkan dalam

kategori perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi sebesar 71,4%

ini ditunjukkan dengan classification table pada output SPSS dengan cut-off

value 0.50 dan mendukung hipotesis III dalam penelitian ini yang berarti rasio

keuangan dapat digunakan untuk memprediksi kondisi kinerja keuangan pada

perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi.

Nilai koefisien Nagelkarke R Square menjelaskan bahwa dalam model

regresi ini kemampuan rasio keuangan dalam menjelaskan kinerja keuangan

sebesar 34.9% dan sisanya 65.1% dijelaskan oleh variabel lain.

Hasil perhitungan yang terdapat pada Wald statistic menunjukkan bahwa

hanya satu variabel saja yang berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen : perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dan perusahaan

yang tidak melakukan merger dan akuisisi yaitu variabel Operating Profit

Margin, sedangkan variabel lainnya tidak signifikan. Persamaan regresi yang

dibentuk adalah sebagai berikut :

Y = -0,393 + 0,374CR + (-0,342)QR + 0,078FATO + (-0,289)TATO +

(-0,256)DTAR + (-0,051)DTER + 6,463OPM + (-6,886)NPM +

3,738ROI + (-0,191)ROE
Pada hasil pengujian regresi terlihat bahwa variabel Curent Ratio dan

Quick Ratio mempunyai angka profitabilitas di atas 0,05. Pada tabel 4.11

diketahui bahwa Variabel Current Ratio signifikan dengan nilai koefisien yang

positif yaitu 0,374 artinya pada perusahaan yang melakukan merger dan

akuisisi, dan ada rasio likuiditas yang signifikan dengan nilai koefisien

negative yaitu Quick Ratio (-0,342) hasil ini konsisten dengan penelitian

Theodossiou et.al (1996) dalam Windarti (2002), dan konsisten dengan

penelitian Palepu (1986) dalam Windarti (2002) yang menemukan rasio

likuiditas yang negatif.

Rasio aktivitas yang mempunyai nilai koefisien positif (0,078) hanya pada

rasio Fixed Asset Turn Over dan signifikan terhadap perusahaan yang

melakukan merger dan akusisi yang berarti menerima H3, hasil ini tidak

mendukung penelitian Sorensen (2000), sedangkan satu rasio lainnya yaitu

Total Asset Turn Over mempunyai koefisien -0,289 mempunyai koefisien yang

negative tetapi signifikan. Hasil ini tidak konsisten dengan penelitian

Theodossiou et.al (1996) Sorensen (2000) dalam Windarti (2002).

Rasio leverage mempunyai koefisien yang negative pada Debt to Asset

Ratio (-0,256) dan Debt to Total Equity Ratio (-0, 051) dan signifikan, hasil ini

tidak mendukung penelitian Theodossiou et.al (1996) dan Sorensen (2000)

dalam Windarti (2002), tetapi konsisten dengan penelitian Palepu (1986).

Rasio profitabilitas juga mempunyai koefisien yang negatif pada rasio Net

Profit Margin (-6,886), Return On Invesment (-0,191) dan Return On Equity

(-0,393) dan semua rasio tersebut signifikan. Sedangkan satu rasio lainnya
Operating Profit Margin (6,463) mempunyai koefisien yang positif dan tidak

signifikan.

Berdasarkan hasil penelitian ini untuk melihat pengaruh kinerja

perusahaan pada perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan

kinerja perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi, secara

keseluruhan juga tidak menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan.


BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan pada penelitian ini dapat diambil kesimpulan

penelitian ini sebagai berikut:

1. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada perusahaan-perusahaan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ditemukan 14 perusahaan yang

melakukan merger dan akuisisi atas dasar ketersediaanya laporan

keuangan selama 2 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah merger dan akuisisi

dan 14 perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi sebagai

perusahaan pembanding selama periode penelitian 1999-2005.

2. Hasil uji beda Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan hanya rasio

DTAR pada penelitian 1 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah, rasio FATO

dan OPM pada penelitian 2 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah, dan rasio

TATO pada penelitian 2 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah merger dan

akuisisi yang menunjukkan terdapatnya perbedaan yang signifikan.

3. Hasil penelitian yang menggunakan sampel kontrol pada hipotesis kedua

yaitu perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi dibandingkan

dengan perusahaan yang melakukan merger dan akusisi. Secara

keseluruhan tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara

perusahaan yang melakukan merger dan akusisi dengan perusahaan yang

tidak melakukan merger dan akuisisi.


4. Pengujian terakhir untuk melihat indikasi kinerja perusahaan yang

diproksikan dengan rasio keuangan (rasio likuiditas, aktivitas, leverage,

dan profitabiliats ) pada perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi

dengan kinerja perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi

dengan menggunakan regresi logistik, secara keseluruhan juga tidak

menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan atau dengan kata lain tidak

ada perbedaan antara perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi

dengan perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi. Namun

berdasarkan perhitungan regresi logistik, rasio keuangan dapat digunakan

untuk memprediksi kinerja keuangan perusahaan yang melakukan merger

dan akuisisi dengan kekuatan memprediksi sebesar 34% dan ketepatan

memprediksi sebesar 71,4%.

B. Implikasi

1. Perusahaan

Penelitian ini memberikan masukan bagi pihak yang berkepentingan

terhadap kinerja perusahaan para pelaku bisnis dalam mengambil

keputusan, terutama yang menyangkut keputusan merger dan akusisi.

Dengan temuan ini, diharapkan para pelaku bisnis akan lebih seksama

atau lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan merger dan akuisisi

agar tujuan yang utama dapat tercapai.


2. Investor

Dapat membantu para investor yang akan mengambil keputusan pada saat

ingin melakukan merger dan akuisisi dalam melakukan analisisnya.

3. Akademisi

Memberikan sedikit kontribusi keilmuan yang diharapkan mampu

memberikan manfaatnya didalam dunia pendidikan atau akademis

maupun dalam dunia praktisi.

C. Keterbatasan dan Saran Penelitian

Beberpa keterbatasan dalam penelitian ini yang masih perlu menjadi

bahan revisi penelitian selajutnya, antara lain:

1. Penelitian ini menggunakan metoda macthed paired, dimana ketebatasan

dalam menggunakan metoda ini adalah ketidaktepatan dalam menentukan

sampel, sehungga perusahaan yang digunakan sebagai pembanding hanya

perusahaan yang memenuhi kriteria size yang diukur menggunakan log

sales, sedangkan bila diukur dengan rasio lain seperti log asset, dan equity

akan ditemukan sampel perusahaan yang berbeda dan apabila ketinya

diukur maka tidak akan menemukan sampel perusahaan yang sama.

2. Penelitian ini tidak mengikutsertakan perusahan target sebagai pembanding

tehadap perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dan perusahaan

yang tidak melakukan merger dan akuisisi.

3. Penggunaan tolak ukur kinerja yang dipergunakan dalam penelitian ini

hanya menganalisis kinerja berdasarkan rasio keuangan, yang merupakan


aspek ekonomis saja, sementara banyak faktor non ekonomis yang tidak

dapat dimasukkan dalam ukuran kuantitatif. Beberapa aspek kinerja non

ekonomis seperti teknologi, sumber daya manusia, pelayanan, pajak,

budaya perusahaan, dan sebagainya penting untuk diperhatikan. Oleh

karena itu, hasil penelitian ini tidak dapat menggambarkan keseluruhan

aspek kinerja perusahaan.

Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan pada penelitian yang

akan datang:

1. Menggunakan metode lain yang lebih tepat untuk menentukan sampel

perusahaan pembanding

2. Mengikutsertakan perusahaan target sebagai pembanding tehadap

perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi.

3. Memperhatikan aspek-aspek non ekonomis yang mungkin berpengaruh

terhadap kinerja perusahaan, sehingga dapat diperoleh gambaran yang

lebih lengkap mengenai kinerja perusahaan.


DAFTAR PUSTAKA

Atmaja, M, Sc., Setia, Drs Lukas. ”Manajemen Keuangan”. Edisi Revisi.


Yogyakarta. 2002.

Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Badan


Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2002.

Griffin, Ricky W, dan Ronald J,Ebert. ”Bisnis”. Edisi Heenam. Jilid 1. Jakarta
2003.:66-67.

Maryam, Siti. ”Pengaruh Merger dan Akuisisi Terhadap Return Saham, Volume
Perdagangan Saham dan Kinerja Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Jakarta”. Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
2007.

Muslim, SE, Rahman. ” Prediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Go


Public Dengan Menggunakan Analisis Multinomial Logit”. Skripsi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. 2008.

Nurhidayati, Ida. ”Pengaruh Penggabungan Usaha Terhadap Kinerja


Perusahaan”. Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Jakarta. 2007.

Rusydi, Firman. ”Analisis Pengaruh Merger dan Akuisisi Terhadap Kinerja


Perusahaan Publik di Indonesia”. Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. Jakarta. 2007.

Savandy, SE, Rachmat. ”Analisis Peranan Kinerja Keuangan Dalam


Memprediksi Peringkatat Obligasi Korporasi”. Skripsi Universitas Islam
Nergeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. 2008.

Santoso, Singgih. “Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 15”. PT


Elex Media Komputindo, Jakarta 2007.

Sholikah, Nur. dan Payamta. ”Pengaruh Merger dan Akuisisi Terhadap Kinerja
Perusahaan Perbankan Publik Di Indonesia”. Jurnal Bisnis dan
Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta,
Vol.1, No.1, 2000:17-41.

Setiawan, Doddy. Dan Payamta. ”Analisis Pengaruh Merger dan Akuisisi


Terhadap Kinerja Perusahaan Publik di Indonesia”. Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia, Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Vol. 7, No. 3 September 2004:265-282.
Taurusianingsih, S.E, M.Si, Nirmalawati, Dyah. ”Analisis Dampak Merger
Horizontal Antar Bank Terhadap Profitabilitas Dan Efisiensi Industri
Perbankan Indonesia”. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Perbanas, Vol.4,
No.1, Desember, 2002:1-7.

Uyanto, PH.D, S. ”Pedoman Analisis Data Dengan SPSS”. Graha Ilmu. 2006.

Winarsih, Dra. ”Dampak Keberadaan Dan Mekanise Operasional Bank Setelah


UU No. 7 Tahun 1992”. Majalah Triwulan, Media Ekonomi dan
Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus Semarang, Edisi
15, Tahun IV Juli 1995:67-75.

Windarti. ”Analisis Rasio Keuangan Perusahaan Yang Melakukan Merger Dan


Akuisisi”. Tesis Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. 2002.

www.bapepam.go.id

www.google.com

www.idx.co.id
Lampiran 5
Wilcoxon Signed Ranks Test 1 Tahun Sebelum Dengan 1 Tahun Sesudah

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
CRsesudah - CRsebelum Negative Ranks 6(a) 8.00 48.00
Positive Ranks 8(b) 7.13 57.00
Ties 0(c)
Total 14
a CRsesudah < CRsebelum
b CRsesudah > CRsebelum
c CRsesudah = CRsebelum

Test Statistics(b)
CRsesudah - CRsebelum
Z -.282(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .778
a Based on negative ranks.
b Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
QRsesudah - QRsebelum Negative Ranks 8(a) 5.38 43.00
Positive Ranks 6(b) 10.33 62.00
Ties 0(c)
Total 14
a QRsesudah < QRsebelum
b QRsesudah > QRsebelum
c QRsesudah = QRsebelum

Test Statistics(b)
QRsesudah - QRsebelum
Z -.596(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .551
a Based on negative ranks.
b Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
FATOsesudah - FATOsebelum Negative Ranks 4(a) 7.75 31.00
Positive Ranks 10(b) 7.40 74.00
Ties 0(c)
Total 14
a FATOsesudah < FATOsebelum
b FATOsesudah > FATOsebelum
c FATOsesudah = FATOsebelum
Test Statistics(b)
FATOsesudah - FATOsebelum
Z -1.350(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .177
a Based on negative ranks.
b Wilcoxon Signed Ranks Tes

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
TATOsesudah - TATOsebelum Negative Ranks 5(a) 7.20 36.00
Positive Ranks 9(b) 7.67 69.00
Ties 0(c)
Total 14
a TATOsesudah < TATOsebelum
b TATOsesudah > TATOsebelum
c TATOsesudah = TATOsebelum

Test Statistics(b)
TATOsesudah - TATOsebelum
Z -1.036(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .300
a Based on negative ranks.
b Wilcoxon Signed Ranks Tes

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
DTARsesudah - DTARsebelum Negative Ranks 4(a) 4.50 18.00
Positive Ranks 10(b) 8.70 87.00
Ties 0(c)
Total 14
a DTARsesudah < DTARsebelum
b DTARsesudah > DTARsebelum
c DTARsesudah = DTARsebelum

Test Statistics(b)
DTARsesudah - DTARsebelum
Z -2.166(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .030
a Based on negative ranks.
b Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
DTERsesudah - DTERsebelum Negative Ranks 5(a) 7.00 35.00
Positive Ranks 9(b) 7.78 70.00
Ties 0(c)
Total 14
a DTERsesudah < DTERsebelum
b DTERsesudah > DTERsebelum
c DTERsesudah = DTERsebelum
Test Statistics(b)
DTERsesudah - DTERsebelum
Z -1.099(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .272
a Based on negative ranks.
b Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
OPMsesudah - OPMsebelum Negative Ranks 11(a) 6.73 74.00
Positive Ranks 3(b) 10.33 31.00
Ties 0(c)
Total 14
a OPMsesudah < OPMsebelum
b OPMsesudah > OPMsebelum
c OPMsesudah = OPMsebelum

Test Statistics(b)
OPMsesudah - OPMsebelum
Z -1.350(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .177
a Based on positive ranks.
b Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
NPMsesudah - NPMsebelum Negative Ranks 7(a) 10.14 71.00
Positive Ranks 7(b) 4.86 34.00
Ties 0(c)
Total 14
a NPMsesudah < NPMsebelum
b NPMsesudah > NPMsebelum
c NPMsesudah = NPMsebelum

Test Statistics(b)
NPMsesudah - NPMsebelum
Z -1.161(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .245
a Based on positive ranks.
b Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
ROIsesudah - ROIsebelum Negative Ranks 6(a) 8.33 50.00
Positive Ranks 8(b) 6.88 55.00
Ties 0(c)
Total 14
a ROIsesudah < ROIsebelum
b ROIsesudah > ROIsebelum
c ROIsesudah = ROIsebelum
Test Statistics(b)
ROIsesudah - ROIsebelum
Z -.157(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .875
a Based on negative ranks.
b Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
ROEsesudah - ROEsebelum Negative Ranks 6(a) 8.83 53.00
Positive Ranks 8(b) 6.50 52.00
Ties 0(c)
Total 14
a ROEsesudah < ROEsebelum
b ROEsesudah > ROEsebelum
c ROEsesudah = ROEsebelum

Test Statistics(b)
ROEsesudah - ROEsebelum
Z -.031(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .975

Wilcoxon Signed Ranks Test 1 Tahun Sebelum Dengan 2 Tahun Sesudah

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
CRsesudah - CRsebelum Negative Ranks 8(a) 7.38 59.00
Positive Ranks 6(b) 7.67 46.00
Ties 0(c)
Total 14
a CRsesudah < CRsebelum
b CRsesudah > CRsebelum
c CRsesudah = CRsebelum

Test Statistics(b)
CRsesudah - CRsebelum
Z -.408(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .683
a Based on positive ranks.
b Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
QRsesudah - QRsebelum Negative Ranks 7(a) 7.71 54.00
Positive Ranks 7(b) 7.29 51.00
Ties 0(c)
Total 14
a QRsesudah < QRsebelum
b QRsesudah > QRsebelum
c QRsesudah = QRsebelum
Test Statistics(b)
QRsesudah - QRsebelum
Z -.094(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .925
a Based on positive ranks.
b Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
FATOsesudah - FATOsebelum Negative Ranks 4(a) 9.50 38.00
Positive Ranks 10(b) 6.70 67.00
Ties 0(c)
Total 14
a FATOsesudah < FATOsebelum
b FATOsesudah > FATOsebelum
c FATOsesudah = FATOsebelum

Test Statistics(b)
FATOsesudah - FATOsebelum
Z -.910(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .363
a Based on negative ranks.
b Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
TATOsesudah - TATOsebelum Negative Ranks 3(a) 10.00 30.00
Positive Ranks 11(b) 6.82 75.00
Ties 0(c)
Total 14
a TATOsesudah < TATOsebelum
b TATOsesudah > TATOsebelum
c TATOsesudah = TATOsebelum

Test Statistics(b)
TATOsesudah - TATOsebelum
Z -1.412(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .158
a Based on negative ranks.
b Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
DTARsesudah - DTARsebelum Negative Ranks 5(a) 6.20 31.00
Positive Ranks 9(b) 8.22 74.00
Ties 0(c)
Total 14
a DTARsesudah < DTARsebelum
b DTARsesudah > DTARsebelum
c DTARsesudah = DTARsebelum
Test Statistics(b)
DTARsesudah - DTARsebelum
Z -1.350(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .177
a Based on negative ranks.
b Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
DTERsesudah - DTERsebelum Negative Ranks 6(a) 7.17 43.00
Positive Ranks 8(b) 7.75 62.00
Ties 0(c)
Total 14
a DTERsesudah < DTERsebelum
b DTERsesudah > DTERsebelum
c DTERsesudah = DTERsebelum

Test Statistics(b)
DTERsesudah - DTERsebelum
Z -.596(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .551
a Based on negative ranks.
b Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
OPMsesudah - OPMsebelum Negative Ranks 7(a) 7.71 54.00
Positive Ranks 7(b) 7.29 51.00
Ties 0(c)
Total 14
a OPMsesudah < OPMsebelum
b OPMsesudah > OPMsebelum
c OPMsesudah = OPMsebelum

Test Statistics(b)
OPMsesudah - OPMsebelum
Z -.094(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .925
a Based on positive ranks.
b Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
NPMsesudah - NPMsebelum Negative Ranks 9(a) 7.67 69.00
Positive Ranks 5(b) 7.20 36.00
Ties 0(c)
Total 14
a NPMsesudah < NPMsebelum
b NPMsesudah > NPMsebelum
c NPMsesudah = NPMsebelum
Test Statistics(b)
NPMsesudah - NPMsebelum
Z -1.036(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .300
a Based on positive ranks.
b Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
ROIsesudah - ROIsebelum Negative Ranks 6(a) 8.17 49.00
Positive Ranks 8(b) 7.00 56.00
Ties 0(c)
Total 14
a ROIsesudah < ROIsebelum
b ROIsesudah > ROIsebelum
c ROIsesudah = ROIsebelum

Test Statistics(b)
ROIsesudah - ROIsebelum
Z -.220(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .826
a Based on negative ranks.
b Wilcoxon Signed Ranks Tes

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
ROEsesudah - ROEsebelum Negative Ranks 7(a) 7.14 50.00
Positive Ranks 7(b) 7.86 55.00
Ties 0(c)
Total 14
a ROEsesudah < ROEsebelum
b ROEsesudah > ROEsebelum
c ROEsesudah = ROEsebelum

Test Statistics(b)
ROEsesudah - ROEsebelum
Z -.157(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .875
a Based on negative ranks.
b Wilcoxon Signed Ranks Test

Wilcoxon Signed Ranks Test 2 Tahun Sebelum Dengan 1 Tahun Sesudah

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
CRsesudah - CRsebelum Negative Ranks 8(a) 9.25 74.00
Positive Ranks 6(b) 5.17 31.00
Ties 0(c)
Total 14
a CRsesudah < CRsebelum
b CRsesudah > CRsebelum
c CRsesudah = CRsebelum

Test Statistics(b)
CRsesudah - CRsebelum
Z -1.350(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .177
a Based on positive ranks.
b Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
QRsesudah - QRsebelum Negative Ranks 9(a) 6.67 60.00
Positive Ranks 5(b) 9.00 45.00
Ties 0(c)
Total 14
a QRsesudah < QRsebelum
b QRsesudah > QRsebelum
c QRsesudah = QRsebelum

Test Statistics(b)
QRsesudah - QRsebelum
Z -.471(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .638
a Based on positive ranks.
b Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
FATOsesudah - FATOsebelum Negative Ranks 3(a) 6.67 20.00
Positive Ranks 11(b) 7.73 85.00
Ties 0(c)
Total 14
a FATOsesudah < FATOsebelum
b FATOsesudah > FATOsebelum
c FATOsesudah = FATOsebelum

Test Statistics(b)
FATOsesudah - FATOsebelum
Z -2.040(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .041
a Based on negative ranks.
b Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
TATOsesudah - TATOsebelum Negative Ranks 5(a) 6.40 32.00
Positive Ranks 9(b) 8.11 73.00
Ties 0(c)
Total 14
a TATOsesudah < TATOsebelum
b TATOsesudah > TATOsebelum
c TATOsesudah = TATOsebelum

Test Statistics(b)
TATOsesudah - TATOsebelum
Z -1.287(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .198
a Based on negative ranks.
b Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
DTARsesudah - DTARsebelum Negative Ranks 5(a) 5.20 26.00
Positive Ranks 9(b) 8.78 79.00
Ties 0(c)
Total 14
a DTARsesudah < DTARsebelum
b DTARsesudah > DTARsebelum
c DTARsesudah = DTARsebelum

Test Statistics(b)
DTARsesudah - DTARsebelum
Z -1.664(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .096
a Based on negative ranks.
b Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
DTERsesudah - DTERsebelum Negative Ranks 6(a) 6.83 41.00
Positive Ranks 8(b) 8.00 64.00
Ties 0(c)
Total 14
a DTERsesudah < DTERsebelum
b DTERsesudah > DTERsebelum
c DTERsesudah = DTERsebelum

Test Statistics(b)
DTERsesudah - DTERsebelum
Z -.722(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .470
a Based on negative ranks.
b Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
OPMsesudah - OPMsebelum Negative Ranks 11(a) 8.09 89.00
Positive Ranks 3(b) 5.33 16.00
Ties 0(c)
Total 14
a OPMsesudah < OPMsebelum
b OPMsesudah > OPMsebelum
c OPMsesudah = OPMsebelum

Test Statistics(b)
OPMsesudah - OPMsebelum
Z -2.291(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .022
a Based on positive ranks.
b Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
NPMsesudah - NPMsebelum Negative Ranks 6(a) 7.50 45.00
Positive Ranks 8(b) 7.50 60.00
Ties 0(c)
Total 14
a NPMsesudah < NPMsebelum
b NPMsesudah > NPMsebelum
c NPMsesudah = NPMsebelum

Test Statistics(b)
NPMsesudah - NPMsebelum
Z -.471(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .638
a Based on negative ranks.
b Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
ROIsesudah - ROIsebelum Negative Ranks 6(a) 6.33 38.00
Positive Ranks 8(b) 8.38 67.00
Ties 0(c)
Total 14
a ROIsesudah < ROIsebelum
b ROIsesudah > ROIsebelum
c ROIsesudah = ROIsebelum

Test Statistics(b)
ROIsesudah - ROIsebelum
Z -.910(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .363
a Based on negative ranks.
b Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
ROEsesudah - ROEsebelum Negative Ranks 5(a) 8.20 41.00
Positive Ranks 9(b) 7.11 64.00
Ties 0(c)
Total 14
a ROEsesudah < ROEsebelum
b ROEsesudah > ROEsebelum
c ROEsesudah = ROEsebelum

Test Statistics(b)
ROEsesudah - ROEsebelum
Z -.722(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .470

Wilcoxon Signed Ranks Test 2 Tahun Sebelum Dengan 2 Tahun Sesudah

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
CRsesudah - CRsebelum Negative Ranks 10(a) 8.20 82.00
Positive Ranks 4(b) 5.75 23.00
Ties 0(c)
Total 14
a CRsesudah < CRsebelum
b CRsesudah > CRsebelum
c CRsesudah = CRsebelum

Test Statistics(b)
CRsesudah - CRsebelum
Z -1.852(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .064
a Based on positive ranks.
b Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
QRsesudah - QRsebelum Negative Ranks 8(a) 7.50 60.00
Positive Ranks 6(b) 7.50 45.00
Ties 0(c)
Total 14
a QRsesudah < QRsebelum
b QRsesudah > QRsebelum
c QRsesudah = QRsebelum

Test Statistics(b)
QRsesudah - QRsebelum
Z -.471(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .638
a Based on positive ranks.
b Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
FATOsesudah - FATOsebelum Negative Ranks 2(a) 12.00 24.00
Positive Ranks 12(b) 6.75 81.00
Ties 0(c)
Total 14
a FATOsesudah < FATOsebelum
b FATOsesudah > FATOsebelum
c FATOsesudah = FATOsebelum

Test Statistics(b)
FATOsesudah - FATOsebelum
Z -1.789(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .074
a Based on negative ranks.
b Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
TATOsesudah - TATOsebelum Negative Ranks 2(a) 9.00 18.00
Positive Ranks 12(b) 7.25 87.00
Ties 0(c)
Total 14
a TATOsesudah < TATOsebelum
b TATOsesudah > TATOsebelum
c TATOsesudah = TATOsebelum

Test Statistics(b)
TATOsesudah - TATOsebelum
Z -2.166(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .030
a Based on negative ranks.
b Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
DTARsesudah - DTARsebelum Negative Ranks 6(a) 7.17 43.00
Positive Ranks 8(b) 7.75 62.00
Ties 0(c)
Total 14
a DTARsesudah < DTARsebelum
b DTARsesudah > DTARsebelum
c DTARsesudah = DTARsebelum

Test Statistics(b)
DTARsesudah - DTARsebelum
Z -.596(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .551
a Based on negative ranks.
b Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
DTERsesudah - DTERsebelum Negative Ranks 7(a) 7.29 51.00
Positive Ranks 7(b) 7.71 54.00
Ties 0(c)
Total 14
a DTERsesudah < DTERsebelum
b DTERsesudah > DTERsebelum
c DTERsesudah = DTERsebelum

Test Statistics(b)
DTERsesudah - DTERsebelum
Z -.094(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .925
a Based on negative ranks.
b Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
OPMsesudah - OPMsebelum Negative Ranks 9(a) 8.22 74.00
Positive Ranks 5(b) 6.20 31.00
Ties 0(c)
Total 14
a OPMsesudah < OPMsebelum
b OPMsesudah > OPMsebelum
c OPMsesudah = OPMsebelum

Test Statistics(b)
OPMsesudah - OPMsebelum
Z -1.350(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .177
a Based on positive ranks.
b Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
NPMsesudah - NPMsebelum Negative Ranks 6(a) 7.33 44.00
Positive Ranks 8(b) 7.63 61.00
Ties 0(c)
Total 14
a NPMsesudah < NPMsebelum
b NPMsesudah > NPMsebelum
c NPMsesudah = NPMsebelum
Test Statistics(b)
NPMsesudah - NPMsebelum
Z -.534(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .594
a Based on negative ranks.
b Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
ROIsesudah - ROIsebelum Negative Ranks 7(a) 7.14 50.00
Positive Ranks 7(b) 7.86 55.00
Ties 0(c)
Total 14
a ROIsesudah < ROIsebelum
b ROIsesudah > ROIsebelum
c ROIsesudah = ROIsebelum

Test Statistics(b)
ROIsesudah - ROIsebelum
Z -.157(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .875
a Based on negative ranks.
b Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
ROEsesudah - ROEsebelum Negative Ranks 5(a) 8.40 42.00
Positive Ranks 9(b) 7.00 63.00
Ties 0(c)
Total 14
a ROEsesudah < ROEsebelum
b ROEsesudah > ROEsebelum
c ROEsesudah = ROEsebelum

Test Statistics(b)
ROEsesudah - ROEsebelum
Z -.659(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .510
a Based on negative ranks.
b Wilcoxon Signed Ranks Test
Lampiran 8

Mann-Whitney Test
Ranks
Kondisi N Mean Rank Sum of Ranks
FATO Melakukan Merger dan Akuisisi 28 30.11 843.00
Tidak Melakukan Merger dan Akuisis 28 26.89 753.00
Total 56
TATO Melakukan Merger dan Akuisisi 28 29.79 834.00
Tidak Melakukan Merger dan Akuisis 28 27.21 762.00
Total 56
DTAR Melakukan Merger dan Akuisisi 28 31.14 872.00
Tidak Melakukan Merger dan Akuisis 28 25.86 724.00
Total 56
DTER Melakukan Merger dan Akuisisi 28 32.79 918.00
Tidak Melakukan Merger dan Akuisis 28 24.21 678.00
Total 56
OPM Melakukan Merger dan Akuisisi 28 26.39 739.00
Tidak Melakukan Merger dan Akuisis 28 30.61 857.00
Total 56
NPM Melakukan Merger dan Akuisisi 28 30.00 840.00
Tidak Melakukan Merger dan Akuisis 28 27.00 756.00
Total 56
ROI Melakukan Merger dan Akuisisi 28 30.00 840.00
Tidak Melakukan Merger dan Akuisis 28 27.00 756.00
Total 56
ROE Melakukan Merger dan Akuisisi 28 28.25 791.00
Tidak Melakukan Merger dan Akuisis 28 28.75 805.00
Total 56

Test Statistics(a)

FATO TATO DTAR DTER OPM NPM ROI ROE


Mann-Whitney U 347.000 356.000 318.000 272.000 333.000 350.000 350.000 385.000
Wilcoxon W 753.000 762.000 724.000 678.000 739.000 756.000 756.000 791.000
Z -.737 -.590 -1.213 -1.967 -.967 -.688 -.688 -.115
Asymp. Sig. (2-tailed) .461 .555 .225 .029 .334 .491 .491 .909
a Grouping Variable: Kondisi
Lampiran 9
Logistic Regression
Case Processing Summary

Unweighted Cases(a) N Percent


Selected Cases Included in Analysis 56 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 56 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 56 100.0
a If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value


Melakukan Merger dan Akuisisi 0
Tidak Melakukan Merger dan Akuisis 1

Block 0: Beginning Block

Iteration History(a,b,c)

Iteration -2 Log likelihood Coefficients


Constant Constant
Step 0 1 77.632 .000
a Constant is included in the model.
b Initial -2 Log Likelihood: 77.632
c Estimation terminated at iteration number 1 because parameter estimates changed by less than .001.

Classification Table(a,b)

Observed Predicted
Percentage
Kondisi Correct
Tidak
Melakukan Melakukan Melakukan
Merger dan Merger dan Merger dan
Akuisisi Akuisis Akuisisi
Step 0 Kondisi Melakukan Merger dan
0 28 .0
Akuisisi
Tidak Melakukan
0 28 100.0
Merger dan Akuisis
Overall Percentage 50.0
a Constant is included in the model.
b The cut value is .500
Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


Step 0 Constant .000 .267 .000 1 1.000 1.000

Variables not in the Equation


Score df Sig.
Step 0 Variables CRRL .194 1 .659
QRRL .010 1 .922
FATORA 1.034 1 .309
TATORA 1.509 1 .219
DTARRLV 1.045 1 .307
DTERRLV .515 1 .473
OPMRP 1.542 1 .214
NPMRP 3.461 1 .063
ROIRP 1.187 1 .276
ROERP .024 1 .876
Overall Statistics 11.825 10 .297

Block 1: Method = Backward Stepwise (Conditional)

Iteration History(a,b,c,d,e)

-2 Log
Iteration likelihood Coefficients
FAT
Constant CR QR O TATO DTAR DTER OPM NPM ROI ROE
Step 1 1 64.249 .194 .286 -.420 .029 -.309 -.138 -.047 3.305 -2.549 4.271 -.825
2 60.473 .144 .311 -.428 .059 -.456 -.235 -.055 4.763 -5.064 7.209 -1.536
3 57.630 -.005 .386 -.418 .093 -.651 -.343 -.053 6.737 -9.480 12.112 -2.523
4 56.871 -.037 .457 -.437 .102 -.789 -.401 -.041 7.652 -12.941 15.755 -3.116
5 56.813 -.034 .474 -.441 .105 -.829 -.427 -.037 7.975 -14.122 16.835 -3.273
6 56.813 -.031 .474 -.441 .105 -.831 -.432 -.037 8.004 -14.213 16.899 -3.281
7 56.813 -.031 .474 -.441 .105 -.831 -.433 -.037 8.004 -14.213 16.899 -3.281
Step 2 1 64.681 .050 .412 -.497 .007 -.295 -.101 2.815 -2.589 4.022 -.661
2 60.916 -.034 .460 -.509 .034 -.433 -.193 4.198 -5.083 6.790 -1.297
3 57.864 -.172 .533 -.493 .067 -.638 -.305 6.247 -9.732 11.967 -2.358
4 57.039 -.145 .578 -.498 .082 -.795 -.378 7.270 -13.447 16.038 -3.065
5 56.986 -.123 .581 -.496 .086 -.832 -.417 7.648 -14.564 17.051 -3.223
6 56.986 -.115 .579 -.495 .086 -.833 -.427 7.673 -14.640 17.096 -3.230
7 56.986 -.114 .579 -.495 .086 -.833 -.428 7.673 -14.641 17.095 -3.230
Step 3 1 65.210 .087 .074 .020 -.288 -.126 2.760 -2.606 4.139 -.625
2 61.374 -.013 .124 .046 -.423 -.218 4.140 -5.108 6.847 -1.260
3 58.289 -.158 .216 .078 -.627 -.329 6.183 -9.761 11.979 -2.318
4 57.444 -.132 .260 .092 -.782 -.405 7.195 -13.503 16.036 -3.020
5 57.386 -.107 .265 .096 -.820 -.450 7.583 -14.661 17.058 -3.179
6 57.385 -.095 .263 .097 -.822 -.464 7.609 -14.745 17.103 -3.186
7 57.385 -.093 .263 .097 -.822 -.465 7.608 -14.746 17.102 -3.186
8 57.385 -.093 .263 .097 -.822 -.465 7.608 -14.746 17.102 -3.186
a Method: Backward Stepwise (Conditional)
b Constant is included in the model.
c Initial -2 Log Likelihood: 77.632
d Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than
.001.
e Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates changed by less than
.001.

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.
Step 1 Step 20.819 10 .022
Block 20.819 10 .022
Model 20.819 10 .022
Step Step -.173 1 .678
2(a) Block 20.647 9 .014
Model 20.647 9 .014
Step Step -.400 1 .527
3(a) Block 20.247 8 .009
Model 20.247 8 .009
Step Step -.306 1 .580
4(a) Block 19.941 7 .006
Model 19.941 7 .006
Step Step -1.213 1 .271
5(a) Block 18.728 6 .005
Model 18.728 6 .005
a A negative Chi-squares value indicates that the Chi-squares value has decreased from the previous step.

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square


1 56.813(a) .310 .414
2 56.986(a) .308 .411
3 57.385(b) .303 .405
4 57.691(b) .300 .399
5 58.905(a) .284 .379
a Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.
b Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates changed by less than .001.
.
Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.


1 17.458 7 .015
2 9.423 7 .224
3 12.500 7 .085
4 9.336 7 .229
5 9.037 7 .250

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

Kondisi = Melakukan Merger Kondisi = Tidak Melakukan Merger


dan Akuisisi dan Akuisis Total
Observed Expected Observed Expected Observed
Step 1 1 6 5.759 0 .241 6
2 5 4.862 1 1.138 6
3 5 4.200 1 1.800 6
4 4 3.757 2 2.243 6
5 4 3.118 2 2.882 6
6 0 2.392 6 3.608 6
7 1 1.917 5 4.083 6
8 0 1.367 6 4.633 6
9 3 .628 5 7.372 8
Step 2 1 6 5.762 0 .238 6
2 5 4.845 1 1.155 6
3 5 4.217 1 1.783 6
4 4 3.644 2 2.356 6
5 4 3.166 2 2.834 6
6 0 2.405 6 3.595 6
7 1 1.954 5 4.046 6
8 1 1.381 5 4.619 6
9 2 .627 6 7.373 8

Classification Table(a)
Observed Predicted
Kondisi Percentage Correct
Melakukan Merger Tidak Melakukan Melakukan Merger
dan Akuisisi Merger dan Akuisis dan Akuisisi
Step 1 Kondisi Melakukan Merger dan Akuisisi 23 5 82.1
Tidak Melakukan Merger dan
6 22 78.6
Akuisis
Overall Percentage
Step 2 Kondisi Melakukan Merger dan Akuisisi 23 5 82.1
Tidak Melakukan Merger dan
6 22 78.6
Akuisis
Overall Percentage
Step 3 Kondisi Melakukan Merger dan Akuisisi 24 4 85.7
Tidak Melakukan Merger dan
6 22 78.6
Akuisis
Overall Percentage
a The cut value is .500

Variables in the Equation


B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step CRRL .474 .738 .413 1 .521 1.606
1(a) QRRL -.441 .801 .303 1 .582 .644
FATORA .105 .103 1.048 1 .306 1.111
TATORA -.831 .374 4.929 1 .026 .436
DTARRL
-.433 .545 .629 1 .428 .649
V
DTERRL
-.037 .089 .168 1 .682 .964
V
OPMRP 8.004 3.301 5.878 1 .015 2992.531
NPMRP -14.213 5.956 5.695 1 .017 .000
ROIRP 21829861.
16.899 8.033 4.425 1 .035
158
ROERP -3.281 1.693 3.753 1 .053 .038
Constant -.031 .964 .001 1 .974 .969
Step CRRL .579 .704 .677 1 .411 1.784
2(a) QRRL -.495 .791 .392 1 .531 .609
FATORA .086 .092 .870 1 .351 1.090
TATORA -.833 .379 4.841 1 .028 .435
DTARRL
-.428 .662 .417 1 .518 .652
V
OPMRP 7.673 3.205 5.730 1 .017 2149.447
NPMRP -14.641 5.939 6.077 1 .014 .000
ROIRP 26571882.
17.095 8.152 4.398 1 .036
742
ROERP -3.230 1.723 3.516 1 .061 .040
Constant -.114 1.023 .012 1 .911 .892
Step CRRL .263 .475 .306 1 .580 1.300
3(a) FATORA .097 .090 1.140 1 .286 1.101
TATORA -.822 .375 4.799 1 .028 .440
DTARRL
-.465 .718 .420 1 .517 .628
V
OPMRP 7.608 3.190 5.687 1 .017 2014.662
NPMRP -14.746 5.967 6.108 1 .013 .000
ROIRP 26746969.
17.102 8.122 4.434 1 .035
424
ROERP -3.186 1.719 3.435 1 .064 .041
Constant -.093 1.053 .008 1 .929 .911
Step FATORA .099 .093 1.129 1 .288 1.104
4(a) TATORA -.812 .381 4.538 1 .033 .444
DTARRL
-.612 .877 .487 1 .485 .542
V
OPMRP 7.777 3.173 6.007 1 .014 2384.813
NPMRP -14.470 5.941 5.931 1 .015 .000
ROIRP 23972022.
16.992 8.193 4.302 1 .038
041
ROERP -3.164 1.736 3.323 1 .068 .042
Constant .350 .865 .164 1 .686 1.419
a Variable(s) entered on step 1: CRRL, QRRL, FATORA, TATORA, DTARRLV, DTERRLV, OPMRP, NPMRP,
Correlation Matrix
Constant CR QR FATO TATO DTAR DTER OPM NPM ROI ROE
Step Constant
1.000 -.541 .066 -.058 -.133 -.506 -.219 -.044 .072 .069 -.154
1
CRRL -.541 1.000 -.737 -.302 -.069 .205 .337 -.127 -.126 .047 -.043
QRRL .066 -.737 1.000 .221 .075 -.093 -.153 -.015 .028 -.034 .051
FATORA -.058 -.302 .221 1.000 -.388 -.124 -.447 .355 -.261 .269 -.224
TATORA -.133 -.069 .075 -.388 1.000 .000 .000 -.361 .710 -.860 .809
DTARRLV -.506 .205 -.093 -.124 .000 1.000 .050 -.025 .127 -.019 .077
DTERRLV -.219 .337 -.153 -.447 .000 .050 1.000 -.263 -.151 .037 .097
OPMRP -.044 -.127 -.015 .355 -.361 -.025 -.263 1.000 -.559 .435 -.403
NPMRP .072 -.126 .028 -.261 .710 .127 -.151 -.559 1.000 -.856 .693
ROIRP .069 .047 -.034 .269 -.860 -.019 .037 .435 -.856 1.000 -.903
ROERP -.154 -.043 .051 -.224 .809 .077 .097 -.403 .693 -.903 1.000
Step Constant
1.000 -.509 .043 -.213 -.106 -.602 -.130 .021 .071 -.147
2
CRRL -.509 1.000 -.736 -.163 -.085 .231 -.030 -.082 .041 -.077
QRRL .043 -.736 1.000 .172 .077 -.087 -.060 .006 -.029 .067
FATORA -.213 -.163 .172 1.000 -.418 -.028 .270 -.350 .304 -.183
TATORA -.106 -.085 .077 -.418 1.000 -.044 -.369 .721 -.867 .815
DTARRLV -.602 .231 -.087 -.028 -.044 1.000 .027 .118 .010 .065
OPMRP -.130 -.030 -.060 .270 -.369 .027 1.000 -.616 .453 -.385
NPMRP .021 -.082 .006 -.350 .721 .118 -.616 1.000 -.860 .721
ROIRP .071 .041 -.029 .304 -.867 .010 .453 -.860 1.000 -.911
ROERP -.147 -.077 .067 -.183 .815 .065 -.385 .721 -.911 1.000
a Based on conditional parameter estimates

Variables not in the Equation


Score df Sig.
Step Variables DTERRLV
.170 1 .680
2(a)
Overall Statistics .170 1 .680
Step Variables QRRL
.396 1 .529
3(b)
DTERRLV .262 1 .609
Overall Statistics .563 2 .755
Step Variables CRRL
.305 1 .581
4(c)
QRRL .002 1 .965
DTERRLV .432 1 .511
Overall Statistics .875 3 .831
Step Variables CRRL
.335 1 .563
5(d)
QRRL .033 1 .857
FATORA 1.194 1 .274
DTERRLV .019 1 .890
Overall Statistics 2.016 4 .733
a Variable(s) removed on step 2: DTERRLV.
b Variable(s) removed on step 3: QRRL.
c Variable(s) removed on step 4: CRRL.
d Variable(s) removed on step 5: FATORA.
Lampiran 10
Logistic Regression

Metode Enter
Case Processing Summary

Unweighted Cases(a) N Percent


Selected Cases Included in Analysis 56 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 56 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 56 100.0
a If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value


Melakukan Merger dan Akuisisi 0
Tidak Melakukan Merger dan Akuisis 1

Block 0: Beginning Block

Iteration History(a,b,c)

-2 Log likelihood Coefficients


Iteration Constant
Step 0 1
77.632 0
a Constant is included in the model.
b Initial -2 Log Likelihood: 77.632
c Estimation terminated at iteration number 1 because parameter estimates changed by less than .001.

Classification Table(a,b)

Observed Predicted

Kondisi Percentage Correct


Tidak
Melakukan
Melakukan Merger Merger dan
dan Akuisisi Akuisis
Step 0 Kondisi Melakukan Merger dan
0 28 .0
Akuisisi
Tidak Melakukan Merger
0 28 100.0
dan Akuisis
Overall Percentage 50.0
a Constant is included in the model.
b The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


Step 0 Constant .000 .267 .000 1 1.000 1.000

Variables not in the Equation

Score df Sig.
Step 0 Variables CRRL .194 1 .659
QRRL .010 1 .922
FATORA 1.034 1 .309
TATORA 1.509 1 .219
DTARRLV 1.045 1 .307
DTERRLV .515 1 .473
OPMRP 1.542 1 .214
NPMRP 3.461 1 .063
ROIRP 1.187 1 .276
ROERP .024 1 .876
Overall Statistics 11.825 10 .297

Block 1: Method = Enter


Iteration History(a,b,c,d)

-2 Log
Iteration likelihood Coefficients
FATO TATO DTAR DTER OPMR
Constant CRRL QRRL RA RA RLV RLV P NPMRP ROIRP ROERP
Step 1 1 64.249 .194 .286 -.420 .029 -.309 -.138 -.047 3.305 -2.549 4.271 -.825
2 60.473 .144 .311 -.428 .059 -.456 -.235 -.055 4.763 -5.064 7.209 -1.536
3 57.630 -.005 .386 -.418 .093 -.651 -.343 -.053 6.737 -9.480 12.112 -2.523
4 56.871 -.037 .457 -.437 .102 -.789 -.401 -.041 7.652 -12.941 15.755 -3.116
5 56.813 -.034 .474 -.441 .105 -.829 -.427 -.037 7.975 -14.122 16.835 -3.273
6 56.813 -.031 .474 -.441 .105 -.831 -.432 -.037 8.004 -14.213 16.899 -3.281
7 56.813 -.031 .474 -.441 .105 -.831 -.433 -.037 8.004 -14.213 16.899 -3.281
8 64.249 .194 .286 -.420 .029 -.309 -.138 -.047 3.305 -2.549 4.271 -.825
9 60.473 .144 .311 -.428 .059 -.456 -.235 -.055 4.763 -5.064 7.209 -1.536
10 57.630 -.005 .386 -.418 .093 -.651 -.343 -.053 6.737 -9.480 12.112 -2.523
a Method: Enter
b Constant is included in the model.
c Initial -2 Log Likelihood: 77.632
d Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.
Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.
Step 1 Step 20.819 10 .022
Block 20.819 10 .022
Model 20.819 10 .022

Model Summary

-2 Log Cox & Snell Nagelkerke R


Step likelihood R Square Square
1 56.813(a) .310 .414
a Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.


1 17.458 7 .015

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test


Kondisi = Tidak
Kondisi = Melakukan Melakukan Merger dan
Merger dan Akuisisi Akuisis Total

Observed Expected Observed Expected Observed


Step 1 1 6 5.759 0 .241 6
2 5 4.862 1 1.138 6
3 5 4.200 1 1.800 6
4 4 3.757 2 2.243 6
5 4 3.118 2 2.882 6
6 0 2.392 6 3.608 6
7 1 1.917 5 4.083 6
8 0 1.367 6 4.633 6
9 3 .628 5 7.372 8

Classification Table(a)
Observed Predicted
Percentage
Kondisi Correct
Tidak
Melakukan Melakukan Melakukan
Merger dan Merger dan Merger dan
Akuisisi Akuisis Akuisisi
Step 1 Kondisi Melakukan Merger dan Akuisisi
23 5 82.1
Tidak Melakukan Merger dan Akuisis
6 22 78.6
Overall Percentage
a The cut value is .50
Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


Step CRRL
.474 .738 .413 1 .521 1.606
1(a)
QRRL -.441 .801 .303 1 .582 .644
FATORA .105 .103 1.048 1 .306 1.111
TATORA -.831 .374 4.929 1 .026 .436
DTARRLV -.433 .545 .629 1 .428 .649
DTERRLV -.037 .089 .168 1 .682 .964
OPMRP 8.004 3.301 5.878 1 .015 2992.531
NPMRP -14.213 5.956 5.695 1 .017 .000
ROIRP 21829861.
16.899 8.033 4.425 1 .035
158
ROERP -3.281 1.693 3.753 1 .053 .038
Constant -.031 .964 .001 1 .974 .969
a Variable(s) entered on step 1: CRRL, QRRL, FATORA, TATORA, DTARRLV, DTERRLV, OPMRP,
NPMRP, ROIRP, ROERP.

Correlation Matrix

Consta FATO TATO DTAR DTER


nt CRRL QRRL RA RA RLV RLV OPMRP NPMRP ROIRP ROERP
Step Constant
1.000 -.541 .066 -.058 -.133 -.506 -.219 -.044 .072 .069 -.067
1
CRRL -.541 1.000 -.737 -.302 -.069 .205 .337 -.127 -.126 .047 .273
QRRL .066 -.737 1.000 .221 .075 -.093 -.153 -.015 .028 -.034 -.144
FATORA -.058 -.302 .221 1.000 -.388 -.124 -.447 .355 -.261 .269 -.390
TATORA -.133 -.069 .075 -.388 1.000 .000 .000 -.361 .710 -.860 .056
DTARRLV -.506 .205 -.093 -.124 .000 1.000 .050 -.025 .127 -.019 -.215
DTERRLV -.219 .337 -.153 -.447 .000 .050 1.000 -.263 -.151 .037 .991
OPMRP -.044 -.127 -.015 .355 -.361 -.025 -.263 1.000 -.559 .435 -.239
NPMRP .072 -.126 .028 -.261 .710 .127 -.151 -.559 1.000 -.856 -.256
ROIRP .069 .047 -.034 .269 -.860 -.019 .037 .435 -.856 1.000 .069
ROERP -.154 -.043 .051 -.224 .809 .077 .097 -.403 .693 -.903 1.000

Anda mungkin juga menyukai