Anda di halaman 1dari 17

PERAN LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT (LSM) DALAM

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

DISUSUN OLEH :
1. Yuyun Dwi N. (P1337420716012)
2. Dwi Retno K. (P1337420717001)
3. Mita Pratiwi (P1337420717002)
4. Siti Nilna L. M. (P1337420717003)
5. Dika Yasinta N. (P1337420717004)
6. Fadilla Septi P. (P1337420717005)
7. Sukma Miranda (P1337420717006)
8. Ayu Diah P. (P1337420717007)
9. Mareta Ika R. (P1337420717009)
10. Diana Rhosita W. (P1337420717010)
11. Ulfah Rizki N. (P1337420717011)
12. Alivia Rustiani (P1337420717012)
KELAS : PARIKESIT

PROGRAM STUDI S1 TERAPAN KEPERAWATAN MAGELANG


POLITEKNIK KEMENKES SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Di negara Indonesia telah dibentuk lembaga negara non pemerintah yaitu salah
satunya Lembaga swadaya masyarakat. Lembaga swadaya masyarakat (disingkat
LSM) adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh perorangan ataupun sekelompok
orang yang secara sukarela yang memberikan pelayanan kepada masyarakat umum
tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatannya. Jadi pembentukan
LSM ini berdasarkan asas sukarela tanpa adanya harapan untuk memperoleh laba
yang besar. Selain berasaskan sukarela, lembaga swadaya masyarakat juga berdiri
diatas asas Pancasila. Hal ini tentunya karena lembaga swadaya masyarakat hidup dan
berkembang di Indonesia yang menjunjung tinggi Pancasila. Tentunya prinsip-prinsip
dalam Pancasila ini senantiasa diterapkan dalam setiap kegiatan LSM dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pemberdayaan masyarakat
merupakan sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial.
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat
lapisan masyarakat yang dalam kondisi tidak mampu untuk melepaskan diri dari
perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain, pemberdayaan adalah
memampukan dan memandirikan masyarakat. Upaya pemberdayaan masyarakat dapat
dilihat dari tiga sisi, yaitu: Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Kedua, memperkuat potensi atau
daya yang dimiliki masyarakat. Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti
melindungi (Mardikanto, 2017:43).
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memberdayakan masyarakat yang
karena ketidakmampuannya baik karena faktor internal maupun eksternal.
Pemberdayaan diharapkan mampu mengubah tatanan hidup masyarakat kearah yang
lebih baik, sebagaimana cita-cita bangsa untuk mewujudkan masyarakat yang adil,
demokratis, sejahtera dan maju.Pemberdayaan masyarakat kini telah menjadi agenda
penting pemerintah, terutama sebagai kelanjutan dari kegagalan konsep pembangunan
masa lalu. Tidak hanya pemerintah, tapi dunia usaha juga memiliki program
pemberdayaan masyarakat sebagai bentuk tanggung jawab sosial mereka terhadap
masyarakat, (Corporat Social Responsibility/CSR). Namun hal ini seringkali
bertentangan dengan kenyataan dilapangan. Program pemberdayaan kurang mengena
sasaran, karena sering dilakukan secara charity, ditambah lagi program pemberdayaan
malah menguras dan “memperdayai” rakyat. Sehingga praktek korupsi semakin
merajalela, yang kaya semakin berkuasa, yang miskin semakin tidak berdaya. Namun
selama ini peranan LSM dalam masyarakat terbatas pada aspek – aspek tertentu, dan
aplikasinya dalam kelompok masyarakat melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat
belum maksimal sedangkan banyak program yang bisa dilakukan melalui LSM
khususnya pada bidang kesehatan. Melalui makalah ini diharapkan pembaca mampu
memahami peranan LSM melalui pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.

B. Rumusan masalah
1. Apakah pengertian Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) ?
2. Apakah pengertian konsep pemberdayaan masyarakat ?
3. Apakah peranan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam pemberdayaan
masyarakat khususnya di bidang kesehatan ?

C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
2. Mahasiswa dapat memahami konsep pemberdayaan masyarakat
3. Mahasiswa mengetahui peranan lembaga swadaya masyarakat (LSM) dalam
pemberdayaan masyarakat khususnya di bidang kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian peran
Menurut Kozier Barbara **peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan
oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system. **
 Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi
sosial tertentu. Peran adalah deskripsi sosial tentang siapa kita dan kita siapa.
Peran menjadi bermakna ketika dikaitkan dengan orang lain, komunitas sosial
atau politik. Peran adalah kombinasi adalah posisi dan pengaruh.Seseorang
melaksanakan hak dan kewajiban, berarti telah menjalankan suatu peran.
 Peran lebih menunjukkan pada fungsi penyesuaian diri, dan sebagai sebuah
proses. Peran yang dimiliki oleh seseorang mencakup tiga hal antara lain.
 Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi seseorang di
dalam masyarakat. Jadi, peran di sini bisa berarti peraturan yang membimbing
seseorang dalam masyarakat.
 Peran adalah sesuatu yang dilakukan seseorang dalam masyarakat.
 Peran juga merupakan perilaku seseorang yang penting bagi struktur sosial
masyarakat.
B. LSM
1. Pengertian Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Lembaga swadaya masyarakat (disingkat LSM) adalah sebuah organisasi yang
didirikan oleh perorangan ataupun sekelompok orang yang secara sukarela
yang memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk
memperoleh keuntungan dari kegiatannya.
Organisasi ini dalam terjemahan harfiahnya dari Bahasa Inggris dikenal juga
sebagai Organisasi non pemerintah (disingkat ornop atau ONP (Bahasa
Inggris: non-governmental organization; NGO).
Organisasi tersebut bukan menjadi bagian dari pemerintah, birokrasi ataupun
negara. Maka secara garis besar organisasi non pemerintah dapat di lihat
dengan ciri sbb :
 Organisasi ini bukan bagian dari pemerintah, birokrasi ataupun negara
 Dalam melakukan kegiatan tidak bertujuan untuk memperoleh
keuntungan (nirlaba)
 Kegiatan dilakukan untuk kepentingan masyarakat umum, tidak hanya
untuk kepentingan para anggota seperti yang di lakukan koperasi
ataupun organisasi profesi
2. Jenis dan kategori LSM
Secara garis besar dari sekian banyak organisasi non pemerintah yang ada
dapat di kategorikan sbb :
a. Organisasi donor, adalah organisasi non pemerintah yang memberikan
dukungan biaya bagi kegiatan ornop lain.
b. Organisasi mitra pemerintah, adalah organisasi non pemerintah yang
melakukan kegiatan dengan bermitra dengan pemerintah dalam
menjalankan kegiatanya.
c. Organisasi profesional, adalah organisasi non pemerintah yang
melakukan kegiatan berdasarkan kemampuan profesional tertentu
seperti ornop pendidikan, ornop bantuan hukum, ornop jurnalisme,
ornop kesehatan, ornop pengembangan ekonomi dll.
d. Organisasi oposisi, adalah organisasi non pemerintah yang melakukan
kegiatan dengan memilih untuk menjadi penyeimbang dari kebijakan
pemerintah. Ornop ini bertindak melakukan kritik dan pengawasan
terhadap keberlangsungan kegiatan pemerintah
3. fungsi lembaga swadaya masyarakat (LSM) di Indonesia
a. Sebagai wadah organisasi yang menampung, memproses, mengelola
dan melaksanakan semua aspirasi masyarakat dalam bidang
pembangunan terutama pada bagian yang kerap kali tidak diperhatikan
oleh pemerintah.
b. Senantiasa ikut menumbuhkembangkan jiwa dan semangat serta
memberdayakan masyarakat dalam bidang pembangunan, ini
merupakan salah satu fungsi utama dari pembentukan lembaga
swadaya masyarakat itu sendiri.
c. Ikut melaksanakan, mengawasi, memotivasi dan merancang proses dan
hasil pembangunan secara berkesinambungan tidak hanya pada saat itu
juga. Dalam hal ini LSM harus memberikan penyuluhan langsung
kepada masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam pembangunan.
d. LSM juga harus ikut aktif dalam memelihara dan menciptakan suasana
yang kondusif di dalam kehidupan masyarakat bukan sebaliknya justru
membuat keadaan menjadi semakin kacau dengan adanya isu-isu palsu
yang meresahkan masyarakat.
e. Lembaga swadaya masyarakat sebagai wadah penyalur aspirasi
atashak dan kewajiban warga negara dan kegiatan dari masyarakat
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh masing-masing
Lembaga swadaya masyarakat.
f. Lembaga swadaya masyarakat juga harus ikut menggali dan
mengembangkan segala potensi yang dimiliki oleh anggotanya
sehingga dapat mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Dalam hal ini sangatlah penting karena jika anggota dalam lembaga
swadaya masyarakat tidak memiliki potensi sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan akan menjadikan LSM seperti halnya mayat hidup,
yang ada keberadaannya namun tidak memiliki nyawa di dalamnya.
g. Lembaga swadaya masyarakat sebagai wadah yang ikut aktif dalam
perannya mensukseskan pembangunan bangsa dan negara. Serta dalam
hal ini ikut menjaga kedaulatan negara serta menjaga ketertiban sosial.
h. Sebagai salah satu cara bagi masyarakat untuk memberikan
asiprasinya, kemudian aspirasi ini ditampung oleh lembaga swadaya
masyarakat sesuai dengan tujuan LSM itu sendiri dan kemudian akan
disalurkan kepada lembaga politik yang bersangkutan guna mencapai
keseimbangan komunikasi yang baik antara masyarakat dan
pemerintahan seperti politik luar negeri Indonesia.
4. Ciri-ciri lembaga swadaya masyarakat
Sebuah organisasi akan dikatakan menjadi lembaga swadaya masyarakat
(LSM) jika memenuhi ciri-ciri sebagai berikut ini:
a. Bukan bagian dari pemerintah dan birokrasi baik pemerintahan pusat,
provinsi, kota hingga pemerintahan desa (baca : struktur organisasi
pemerintahan desa)
b. Tujuan didirikan organisasi tersebut tidaklah mencari keuntungan
c. Memiliki tujuan yang jelas yaitu untuk kepentingan masyarakat umum
bukan hanya untuk kepentingan beberapa golongan saja.
C. Pemberdayaan masyarakat
1. Pengertian pemberdayaan masyarakat
Menurut Fahrudin (2012:96-97), pemberdayaan masyarakat adalah upaya
untuk memampukan dan memandirikan masyarakat yang dilakukan dengan
upaya sebagai berikut:
a. Enabling, yaitu menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan
potensi masyarakat berkembang. Titik tolaknya adalah pengenalan
bahwa setiap manusia, setiap masyarakat memiliki potensi yang dapat
dikembangkan. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya
itu dengan cara mendorong (encourage), memotivasi dan
membangkitkan kesadaran (awareness) akan potensi yang dimilikinya
serta berupaya untuk mengembangkannya.
b. Empowering, yaitu meningkatkan kapasitas dengan memperkuat
potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat. Perkuatan ini
meliputi langkah-langkah nyata seperti penyediaan berbagai masukan
(input) serta pembukaan akses kepada berbagai peluang yang dapat
membuat masyarakat menjadi makin berdayaan.
c. Protecting, yaitu melindungi kepentingan dengan mengembangkan
sistem perlindungan bagi masyarakat yang menjadi subjek
pengembangan. Dalam proses pemberdayaan harus dicegah yang
lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan
dalam menghadapi yang kuat. Melindungi dalam hal ini dilihat sebagai
upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang
serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah.
2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Mardikanto (2014:202), terdapat enam tujuan pemberdayaan
masyarakat, yaitu:
a. Perbaikan kelembagaan (better institution). Dengan perbaikan
kegiatan/tindakan yang dilakukan, diharapkan akan memperbaiki
kelembagaan, termasuk pengembangan jejaring kemitraan usaha.
b. Perbaikan usaha (better business). Perbaikan pendidikan (semangat
belajar), perbaikan aksesibisnislitas, kegiatan dan perbaikan
kelembagaan, diharapkan akan memperbaiki bisnis yang dilakukan.
c. Perbaikan pendapatan (better income). Dengan terjadinya perbaikan
bisnis yang dilakukan, diharapkan akan dapat memperbaiki pendapatan
yang diperolehnya, termasuk pendapatan keluarga dan masyarakatnya.
d. Perbaikan lingkungan (better environment). Perbaikan pendapatan
diharapkan dapat memperbaiki lingkungan (fisik dan sosial), karena
kerusakan lingkungan seringkali disebabkan oleh kemiskinan atau
pendapatan yang terbatas.
e. Perbaikan kehidupan (better living). Tingkat pendapatan dan keadaan
lingkungan yang membaik, diharapkan dapat memperbaiki keadaan
kehidupan setiap keluarga dan masyarakat.
f. Perbaikan masyarakat (better community). Kehidupan yang lebih baik,
yang didukung oleh lingkungan (fisik dan sosial) yang lebih baik,
diharapkan akan terwujud kehidupan masyarakat yang lebih baik pula.
3. Prinsip-Prinsip Pemberdayaan Masyarakat
Terdapat empat prinsip yang sering digunakan untuk suksesnya program
pemberdayaan, yaitu prinsip kesetaraan, partisipasi, keswadayaan atau
kemandirian, dan berkelanjutan (Najiati dkk, 2005:54). Adapun penjelasan
terhadap prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Prinsip Kesetaraan
Prinsip utama yang harus dipegang dalam proses pemberdayaan
masyarakat adalah adanya kesetaraan atau kesejajaran kedudukan
antara masyarakat dengan lembaga yang melakukan program-program
pemberdayaan masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan.
Dinamika yang dibangun adalah hubungan kesetaraan dengan
mengembangkan mekanisme berbagai pengetahuan, pengalaman, serta
keahlian satu sama lain. Masing-masing saling mengakui kelebihan
dan kekurangan, sehingga terjadi proses saling belajar.
b. Partisipasi
Program pemberdayaan yang dapat menstimulasi kemandirian
masyarakat adalah program yang sifatnya partisipatif, direncanakan,
dilaksanakan, diawasi, dan dievaluasi oleh masyarakat. Namun, untuk
sampai pada tingkat tersebut perlu waktu dan proses pendampingan
yang melibatkan pendamping yang berkomitmen tinggi terhadap
pemberdayaan masyarakat.
c. Keswadayaan atau kemandirian
Prinsip keswadayaan adalah menghargai dan mengedepankan
kemampuan masyarakat daripada bantuan pihak lain. Konsep ini tidak
memandang orang miskin sebagai objek yang tidak berkemampuan
(the have not), melainkan sebagai subjek yang memiliki kemampuan
sedikit (the have little). Mereka memiliki kemampuan untuk
menabung, pengetahuan yang mendalam tentang kendala-kendala
usahanya, mengetahui kondisi lingkungannya, memiliki tenaga kerja
dan kemauan, serta memiliki norma-norma bermasyarakat yang sudah
lama dipatuhi. Semua itu harus digali dan dijadikan modal dasar bagi
proses pemberdayaan. Bantuan dari orang lain yang bersifat materiil
harus dipandang sebagai penunjang, sehingga pemberian bantuan tidak
justru melemahkan tingkat keswadayaannya.
d. Berkelanjutan
Program pemberdayaan perlu dirancang untuk berkelanjutan, sekalipun
pada awalnya peran pendamping lebih dominan dibanding masyarakat
sendiri. Tapi secara perlahan dan pasti, peran pendamping akan makin
berkurang, bahkan akhirnya dihapus, karena masyarakat sudah mampu
mengelola kegiatannya sendiri.
4. Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Terdapat tiga strategi utama pemberdayaan masyarakat dalam praktik
perubahan sosial, yaitu tradisional, direct action (aksi langsung), dan
transformasi yang dijelaskan sebagai berikut :
 Strategi tradisional
Strategi ini menyarankan agar masyarakat mengetahui dan memilih
kepentingan terbaik secara bebas dalam berbagai keadaan. Dengan
kata lain semua pihak bebas menentukan kepentingan bagi kehidupan
mereka sendiri dan tidak ada pihak lain yang mengganggu kebebasan
setiap pihak.
 Strategi direct-action
Strategi ini membutuhkan dominasi kepentingan yang dihormati oleh
semua pihak yang terlibat, dipandang dari sudut perubahan yang
mungkin terjadi. Pada strategi ini, ada pihak yang sangat berpengaruh
dalam membuat keputusan.
 Strategi transformatif
Strategi ini menunjukkan bahwa pendidikan massa dalam jangka
panjang dibutuhkan sebelum pengindentifikasian kepentingan diri
sendiri.
5. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat memiliki tujuh tahapan atau langkah yang
dilakukan, yaitu sebagai berikut (Soekanto, 1987:63):
a. Tahap Persiapan. Pada tahapan ini ada dua tahapan yang harus
dikerjakan, yaitu: pertama, penyimpanan petugas, yaitu tenaga
pemberdayaan masyarakat yang bisa dilakukan oleh community
woker, dan kedua penyiapan lapangan yang pada dasarnya diusahakan
dilakukan secara non-direktif.
b. Tahapan pengkajian (assessment). Pada tahapan ini yaitu proses
pengkajian dapat dilakukan secara individual melalui kelompok-
kelompok dalam masyarakat. Dalam hal ini petugas harus berusaha
mengidentifikasi masalah kebutuhan yang dirasakan (feel needs) dan
juga sumber daya yang dimiliki klien.
c. Tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan. Pada tahapan ini
petugas sebagai agen perubahan (exchange agent) secara partisipatif
mencoba melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah yang
mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya. Dalam konteks ini
masyarakat diharapkan dapat memikirkan beberapa alternatif program
dan kegiatan yang dapat dilakukan.
d. Tahap pemfomalisasi rencanaaksi. Pada tahapan ini agen perubahan
membantu masing-masing kelompok untuk merumuskan dan
menentukan program dan kegiatan apa yang mereka akan lakukan
untuk mengatasi permasalahan yang ada. Di samping itu juga petugas
membantu untuk memformalisasikan gagasan mereka ke dalam bentuk
tertulis, terutama bila ada kaitannya dengan pembuatan proposal
kepada penyandang dana.
e. Tahap pelaksanaan (implementasi) program atau kegiatan. Dalam
upaya pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat peran
masyarakat sebagai kader diharapkan dapat menjaga keberlangsungan
program yang telah dikembangkan. Kerja sama antar petugas dan
masyarakat merupakan hal penting dalam tahapan ini karena terkadang
sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik melenceng saat di
lapangan.
f. Tahap evaluasi. Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan
petugas program pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan
sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga. Dengan keterlibatan
warga tersebut diharapkan dalam jangka waktu pendek biasanya
membentuk suatu sistem komunitas untuk pengawasan secara internal
dan untuk jangka panjang dapat membangun komunikasi masyarakat
yang lebih mendirikan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.
g. Tahap terminasi. Tahap terminasi merupakan tahapan pemutusan
hubungan secara formal dengan komunitas sasaran. Dalam tahap ini
diharapkan proyek harus segera berhenti.
D. Peran LSM dalam pemberdayaan masyarakat khususnya dalam bidang kesehatan
YIS sebagai salah satu LSM yang bergerak dalam bidang kesehatan pada awal
berdirinya dan tetap berkecimpung dalam bidang kesehatan hingga saat ini berupaya
mengembangkan berbagai program dan gagasan untuk sedikit berperan dalam
mengupayakan kesehatan masyarakat yang tidak memiliki akses di bidang kesehatan.
Upaya-upaya ini dilakukan untuk melengkapi dan memperkuat program pemerintah
dengan menekankan pada kemandirian dan keberlanjutan kesehatan di tingkat
masyarakat. Berbagai program yang telah dilakukan berupa penguatan lembaga lokal
yang bergerak di sektor kesehatan (posyandu) dan kader kesehatan, pengembangan
makanan bergizi dari bahan-bahan lokal, pengembangan dana sehat, pengembangan
dan pengadaan sarana sanitasi keluarga yang dikelola secara dana pinjaman berputar
dalam kelompok, peningkatan kualitas kesehatan ibu dan anak, peningkatan kapasitas
masyarakat dalam bidang kesehatan sebagai upaya peningkatan kesadaran dan
promosi kesehatan, dan pengembangan media komunikasi kesehatan.
1. Program Dana Sehat
Program Dana Sehat dilaksanakan dalam rangka peningkatan derajat
kesehatan secara swadaya. Kebiasaan masyarakat bergotong-royong sebagai
strategi dasar Program Dana Sehat, yang kuat membantu yang lemah. Tujuan
khusus dari Program Dana Sehat adalah menurunkan angka sakit pada
masyarakat setempat dengan upaya-upaya kuratif dan preventif.
Program Dana Sehat yang pada awalnya hanya dilaksanakan di Solo,
kemudian menyebar ke daerah lain, seperti Bandung, Semarang, Banjarnegara,
Sulawesi Tengah (Tentena dan sekitarnya), Sulawesi Utara (Tomohon dan
sekitarnya), dan Sambas (Kalimantan Barat).
2. Program kesehatan masyarakat terpadu
Program ini dirintis YIS bekerjasama dengan Pemda Tingkat II
Banjarnegara, dirintis awal 1980 dan diselenggarakan dengan pendekatan dari
bawah melalui upaya pengembangan kesadaran dan pengembangan
kelembagaan dan jaringan kelembagaan masyarakat (Sistim KRING).
Pendekatan kelembagaan ini memungkinkan upaya pengenalan dan
pendidikan berbagai aspek kesehatan masyarakat dapat dilakukan secara masal
dan berkelanjutan yang mempunyai fungsi komplementer kepada program
lain, baik yang dilakukan oleh Pemerintah maupun Swasta.
Dengan pendekatan kelembagaan ini dapat pula dikembangkan
berbagai prakarsa dan peranserta masyarakat secara luas dalam bidang sosial
ekonomi lainnya yang memberi dampak kepada hasil pembangunan pedesaan.
Kegiatan-kegiatan yang ditangani, di antaranya : Pembangunan Rumah Secara
Arisan, Perbaikan Sanitasi Lingkungan termasuk Pengerasan Jalan Kampung,
UKS, Perbaikan Gizi, dan Peningkatan Ekonomi Masyarakat.
3. Program peningkatan pelayanan kesehatan
Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan (Comprehensive Health
Improvement Program Province Specific -CHIPPS-) dilaksanakan dalam
rangka meningkatkan pelaksanaan program pelayanan kesehatan di 3 provinsi
yaitu Aceh, Sumatera Barat dan NTT. Tujuan khusus dari proyek ini adalah
meningkatkan tingkat kesehatan dan status gizi masyarakat, menurunkan
tingkat kematian bayi, serta meningkatkan status kesehatan gizi ibu dan anak
balita.
Keterlibatan YIS dalam program ini adalah meningkatkan kemampuan aparat
kesehatan dalam pengelolaan program kesehatan yang bertumpu pada
permasalahan dan potensi wilayah. Program ini dilaksanakan pada periode
1988-1990 dengan dibiayai oleh USAID dan Departemen Kesehatan.
4. Program integrasi KB - Kesehatan
Program ini dilaksanakan di 4 kecamatan atas kerjasama YIS dan Pemda
Kabupaten Blitar, khususnya BKKBN dengan dukungan dana dari ASEAN.
Ada dua tujuan yang ingin dicapai yaitu, meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam program KB, melembagakan program KB, serta menjadikan Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera sebagai norma di masyarakat.
Di samping dua tujuan di atas, program ini juga dimaksudkan untuk
mengembangkan model keterpaduan program KB dengan program-program
pembangunan sosial ekonomi. Program integrasi KB/KK terpadu ini pun telah
berhasil meningkatkan mutu partisipasi masyarakat untuk memantabkan
program KB dan meningkatkan kesejahteraan keluarga peserta KB. Model ini,
akhirnya dikembangkan juga ke kabupaten lain, salah satunya adalah
Kabupaten Jember.
5. Program bina sejahtera
Program Bina Sejahtera merupakan program kerjasama antara PKK Tingkat I
Jawa Tengah, YIS, dan Fakultas Kedokteran UNDIP, dengan dukungan dana
dari CIDA–Canada. Program ini bertujuan untuk meningkatkan gizi keluarga
terutama ibu dan balita dengan PKK sebagai wadah dari kegiatan ini.
PKK sebagai organisasi yang mempunyai jaringan sampai di tingkat RT
dinilai tepat untuk menjadi wadah dari kegiatan tersebut. Untuk mendukung
kegiatan tersebut di tiap-tiap kecamatan direkrut 2 Petugas Lapangan Bina
Sejahtera (PLBS) yang berasal dari kader/pengurus PKK, dan di setiap
desa/kelurahan lokasi program direkrut 4 orang tenaga sukarela yang akan
menjadi pelaksana dalam Program Bina Sejahtera. Di dalam
pengorganisasiannya, dari di tingkat desa sampai tingkat propinsi dibentuk tim
kerja yang diketuai oleh Ketua PKK di masing-masing level. Tim kerja ini
secara teknis dibentuk BPGD (Badan Perbaikan Gizi Daerah).
6. Program perbaikan sanitasi dan air bersih
Program ini dilaksanakan di Kabupaten Boyolali dan Wonogiri.
Tujuan dari program ini untuk meningkatkan status kesehatan lingkungan
lewat pengadaan fasilitas lingkungan dan perubahan perilaku masyarakat.
Serta untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengelola kegiatan
perbaikan lingkungan dengan sumber daya yang dimiliki dan bantuan dari
sumber daya di luar masyarakat.
Dalam mencapai tujuan, proses pelaksanaannya dipakai perangkat MAWAS
DIRI dan pendekatan Revolving Fund. Dari aspek fisik, lewat program
tersebut jumlah jamban keluarga pun harus ditambah. Demikian juga telah
terbangun saluran pembuangan air limbah (SPAL). Kebiasaan buang hajad di
sungai juga menurun drastis. Setiap keluarga yang membuat rumah diharuskan
untuk membuat jamban keluarga.
7. Program KIP (kampung improvement project)
Pengalaman YIS dalam program ini yaitu ikut terlibat sebagai Pengembang
Masyarakat dalam Proyek MHT III DKI Jakarta dalam rangka penanganan
permukiman kumuh dan miskin di DKI Jakarta dari tahun 1989-1999. Dalam
pelaksanaannya, program ini menggunakan pendekatan sebagai berikut :
o Community Based
o Integrated Tribina (Sosial, Ekonomi, Fisik)
o Community Development (CD) and Community Organization
Economic Development (COED)
o Adanya LSM sebagai advokasi warga masyarakat dan pendamping
o Tahapan Program : Pengorganisasian, Stabilisasi, dan Alih Kelola
Tujuan proyek ini adalah untuk terentasnya warga pemukiman kumuh di 75
kelurahan pada tahun 1989 sampai dengan 1999 berdasarkan aspirasi warga
masyarakat setempat (community based) dengan mengerahkan sumber daya
masyarakat, swasta, dan pemerintah; sehingga sejajar dengan warga Jakarta di
wilayah lainnya.
8. Proyek pengembangan pemukiman kumuh di daerah perkotaan
Proyek ini dilaksanakan berdasarkan atas pengalaman YIS menjalankan
program di Kota Solo yang pernah dijalin kerjasamanya dengan pihak
Pemerintah Daerah setempat di waktu sebelumnya. Program yang telah
dilaksanakan di samping Dana Sehat juga Sanitasi Lingkungan yang berupa
pembangunan sarana jamban keluarga dengan pendekatan arisan. Pada tahun
1997 kerjasama program dengan entry point kesehatan dengan Pemerintah
Surakarta dilanjutkan dengan kegiatan utama Perbaikan Pemukiman Kumuh di
daerah urban.
Pencapaian hasil ditunjang dengan strategi berikut :
 Semua kegiatan yang dilaksanakan bertumpu pada potensi dan
permasalahan yang ada di masyarakat.
 Memanfaatkan wadah dan struktur yang ada di masyarakat, termasuk
nilai-nilai budaya dan sosial yang berlaku.
 Peningkatan kemampuan sumber-daya manusia dari berbagai level
melalui pelatihan.
 Peningkatan kemampuan dan fungsi lembaga di masyarakat, juga
sebagai media kegiatan dan pendampingan.
 Penerapan metode-metode partisipatip dalam setiap tahap
pelaksanaan.
 Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain :
 Pelatihan-pelatihan bagi masyarakat sasaran program, aparat tingkat
kelurahan, kecamatan serta tingkat kotamadya.
 Pengembangan sistem manajemen pada pembangunan daerah sehat.
 Pembangunan sarana sanitasi dengan pendekatan dana berputar.
 Peningkatan usaha-usaha produktif.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Lembaga swadaya masyarakat (LSM) adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh
perorangan ataupun sekelompok orang yang secara sukarela yang memberikan
pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan
dari kegiatannya. Salah satu fungsi yang dimiliki oleh LSM adalah sebagai wadah
organisasi yang menampung, memproses, mengelola dan melaksanakan semua
aspirasi masyarakat dalam bidang pembangunan terutama pada bagian yang kerap kali
tidak diperhatikan oleh pemerintah. Dalam bidang kesehatan melalui kegiatan
pemberdayaan masyarakat diharapkan LSM mampu berperan secara maksimal
mengontrol pembangunan nasional dan mampu berpartisipasi aktif dalam
menjalankan program – program kesehatan. Ada banyak peranan LSM melalui
pemberdayaan masyarakat yang selama ini sudah berlangsung melalui banyak
program antara lain program bina sejahtera, pemanfaatan sumber daya melalui kader
kesehatan guna program peningkatan pelayanan kesehatan melalui POSYANDU,
program pemberdayaan dana sehat sehingga taraf derajat kesehatan masyarakat
mampu berubah kearah yang lebih baik serta program dan pelayanan kesehatan
mampu tersosialisasi sehingga aplikasinya dalam masyarakat mendapat respon yang
baik.

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai