Anda di halaman 1dari 13

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Tinjauan Medis


1.1.1 Definisi
ARDS adalah suatu penyakit yang ditandai oleh kerusakan luas alveolus dan /
atau membran kapiler paru.ARDS selalu terjadi setelah suatu gangguan besar pada
system paru, kardiovaskular, atau tubuh secara luas (Corwin,2013).

Adult Respiratory Distress Syndrome (ARDS) merupakan suatu bentukan dari


gagal nafas akut yang ditandai dengan hipoksemia, penurunan fungsi paru, dyspnea,
edema paru bilateral tanpa gagal jantung, dan infiltrate yang menyebar. Selain itu
ARDS juga dikenal dengan nama“noncardiogenic pulmonary edema atau shock
pulmonary” (Somantri, 2013)

ARDS adalah sindrom klinis yang ditandai dengan penurunan progresif


kandungan oksigen arteri yang terjadi setelah penyakit atau cedera (Smeltzer,2010).

Adult Respiratory Distress Syndrome (ARDS) merupakan keadaan gagal nafas


yang timbul pada klien dewasa tanpa kelainan paru yang mendasari sebelumnya
(Muttaqin, 2013).

1.1.2 Etiologi
Beberapa penyebab terjadinya akut respiratori distres sindrom ialah
a. Syok sepsis , hemoragis, kardiogenik dan analfilatik
b. Trauma ; kontusio pulmonal dan non pulmonal
c. Infeksi : pneumonia dan tuberculosis
d. Koagulasi intravaskuler diseminata
e. Emboli lemak
f. Aspirasi kandungan lambung yang sangat asam
g. Menghirup agen beracun, asap dan nitrogen oksida dan atau bahan korosif
h. Pankreatitis
i. Toksisitas oksigen
j. Penyalahgunaan obat-obatan dan narkotika
1.1.3 Manifestasi Klinis
Gejala klinis utama pada kasus ARDS adalah:
a. Penurunan kesadaran mental
b. Dispnea serta takipnea yang berat akibat hipoksemia
c. Terdapat retraksi interoksa
d. Sianosis
e. Hipoksemia
f. Auskultasi
1.1.4patofisologi

Transfuse darah
Aspirasi lambung ke Pneumonia Trauma dada Keracunan Inhalasi gas Sepsis masif
paru (bakteri & virus oksigen toksis
Luka bkar
Syoks dalam

Keracunan obat
Tahap ARDS Invasi bakteri
(pneumonia kronik ) PK : Infeksi
eksudatif

Pembentukan cairan berlebihan ,protein dan Peningkatan usaha


Resiko infeksi
Permeabilitas dinding kapiles Tahap Tindakan intubasi
sel inflamantory dan sel inflamantory dari alveolus tidak adekuat nafas (pemasangan
fibroproliferatif
kapiler ventilator) Risiko kerusakan
Penggunan intergritas kulit
Cairan penumpukan dialveoli otot bantu
nafas Tidak mampu
Kelebihan
ADL Deficit perawatan diri
Kolagenasi volume cairan
RR
Gg. Ventilasi
meningkat (hiperkarbia)
Jar. Paru padat
fibrosis Jalan nafas tdk
adekuat
Gagal nafas

Perubahan struktur Ekspirasi & inspirasi tdk Ronkhi &


paru adekuat mengi Gangguan ventilasi
spontan
Oksigenasi & eliminasi CO2 tidak Gangguan
Ketidakefektifan pola Ketidakefektifa
adekuat Pertukaran
nafas n bersihan jalan
Gas
nafas
1.1.5 Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium
1. Analisa gas darah:
a) Hipoksemia (penurunan PaO2)
b) Hipokapnia (penurunan PCO2) Pada tahap awal karena hiperventilasi
c) Hiperkapnia (peningkatan PC02) menunjukan gagal ventilasi
d) Alkalosi respiratori (pH >7,45) pada tahap dini
e) Asedosis respiratori/metabolic terjadi pada tahap lanjut.
2. Leukosit (pada sepsis), anemia, trombositopenia (refleksi implamasi sistemik dan
injuri endotel), peningkatan kadar amilasee (pada pancreatitis).
1.1.6 Komplikasi
a. Infeksi paru
b. Abnormalitas obstruktif ( keterbatasan aliran udara )
c. Defek difusi sedang
d. Hipoksemia
e. Toksisitas oksigen
1.1.7 Penatalaksanaan
Tujuan utama pengobatan adalah untuk memperbaiki masalah ancaman dengan
segera antara lain

a. Terapi Oksigen
Oksigen adalah obat dengan sifat terapeutik yang penting dan secara potensial
mempunyai efek samping toksik.Pasien tanpa riwayat penyakit paru-paru tampak toleran
dengan oksigen 100% selama 24-27 jam tanpa abnormalitas fisiologis yang spesifik.
b. Vetilasi Mekanik
Aspek penting perawatan ARDS adalah ventilasi mekanik.Terapi modalitas ini bertujuan
untuk memberikan dukungan ventilasi sampai integritas membran alveolakapiler kembali
mmebaik. Dua tujuan tambahan adalah :
1. Memelihara ventilasi adekuat dan oksigen selema periode kritis hipoksemia berat.
2. Mengatsi faktor etiologi yang mengawali penyebab distress pernafasan.
c. Positif and Expiratory Breathing (PEEB)
Ventilasi dan oksigen adekuat diberikan melalui volume ventilator dengan tekanan dan
kemampuan alira yang tinggi, dimana PEEB dapat di tambahkan, positif and expiratory
breathing (PEEB) dipertahankan dalam alveoli melalui siklus pernafasan untuk mecegah
alveoli kolaps pada akhir ekpirasi.Komplikasi utama PEEB adalah penurunan curah
jantung da barotrauma.Hal tersebut seringkali terjadi jika pasien diventilasi dengan tidal
volume di atas 15ml/kg atau PEEB tingkat tinggi.Peralatan selang dada torakstomi
darurat harus siap sedia.
d. Pemantauan oksigen Arteri Adekuat
Sebagian besar volume oksigen di transpor ke jaringan dalam bentuk
oksihemoglobin.Bila anemia terjadi, kandungan oksigen dalam darah menurun. Sebagian
akibat efek ventilasi mekanik PEEB pengukuran seri hemoglobin perlu dilakukan untuk
kalkulasi kandungan oksigen yang akan menetukan kebutuha untuk transfusi sel darah
merah.

e. Terapi farmakologi
Penggunaan kortisteroid untuk terapi masih kontroversial.Tapi sebealumnya terapi
antibiotik diberikan untuk profilaksis, tetapi pengalaman menujukkan bahwa hal ini tidak
dapat mencegah sepsis gram negatife yang berbahaya.Akhirnnya antibiotik profilaksis
tidak lagi digunakan.
f. Pemeliharaan jalan nafas
Selang endotracheal atau selang trakheostomi disediakan tidak hanya sebagai jalan nafas,
tetapi juga melindungi jalan nafas ( dengan cuff utuh), memberikan dukuga ventilasi
kontiu dan memberikan konsentrasi oksigen terus-menerus. Pemeliharaan jalan nafas
meliputi: menatahui waktu penghisapan, teknik penghisapan, tekanan cuff adekuat,
pencegahan nekrosis tekanan nasal dsan oral untuk membuang secret, dan pemonitoran
konstan terhadap jalan nafas bagian atas.
g. Pencegahan Infeksi
Perhatian penting terhadapa sekresipada saluran pernafasan bagian atas dan bawah serta
pencegahan infeksi melalui teknik penghisapan yang tealh dilakukan.Infeksi nosocomial
adalah infeksi yang disapatkan di rumah sakit.
h. Dukungan Nutrisi
Malnutrisi merupakan masalh umu pada paseien dengan masalah kritis.Nutrisi parental
total (hiperalimentsi intravena) atau pemberian makanan melalui selang dapat
memperbaiki malnutrisi dan kemungkinan pasien untuk menghindari gagal nafas
sehubugan dengan nutrisi buruk pada otot inspirsi.
i. Monitor semua sistem terhadap respon tarapi dan potensial komplikasi
Rata-rata mortalita 50-70%, dapat menimbulkan gejala sisa saat penyembuhan.Prognosis
jangka panjag baik.Abnormalitas obstruksif terbatas, defek difusi sedang dan hipoksemia
selama latihan.
1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian
a. Pengkajian primer
1. Airway
a) Peningkatan sekresi pernapasan
b) Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
c) Jalan napas adanya sputum, secret, lendir, darah, dan benda asing,
d) Jalan napas bersih atau tidak
2. Breathing
a) Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
b) Peningkatan frekuensi nafas.
c) Nafas dangkal dan cepat
d) Kelemahan otot pernapasan
e) Reflek batuk ada atau tidak
f) Penggunaan otot Bantu pernapasan
g) Penggunaan alat Bantu pernapasan ada atau tidak
h) Irama pernapasan : teratur atau tidak
i) Bunyi napas Normal atau tidak
3. Circulation
a) Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
b) Sakit kepala
c) Gangguan tingkat kesadaran
4. Disability
a) Keadaan umum : GCS, tingkat kesadaran, nyeri atau tidak
b) Adanya trauma atau tidak pada thoraks
5. Exposure
a) Enviromental control
b) Buka baju penderita tetapi cegah terjadinya hipotermia
b. Pengkajian Sekunder
1. Identitas Pasien
Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji apakah klien sebelum masuk rumah sakit memiliki riwayat penyait yang sama
ketika klien mauk rumah sakit.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji apakah klien pernah menderita riwayat penyakit yang sama sebelumnya.
4. Pemeriksaan Fisik
a) B1 (Breath)
Sesak nafas, nafas cepat dan dangkal, apakah terdapat suara tambahan seperti
krekel, ronchi, wheezing.
b) B2 (Blood)
Takikardi, tekanan darah bisa normal atau meningkat (terjadinya hipoksemia).
c) B3 (Brain)
Tingkat kesadaran menurun (seperti bingung atau agitasi), pingsan, nyeri kepala
(penyebabnya karena adanya trauma), mata berkunang-kunang, berkeringat
banyak.

d) B4 (Bowel)
Adakah penurunan prouksi urine (berkurangnya produksi urine menunjukkan
adanya gangguan perfusi ginjal).
e) B5 (Bladder)
Status cairan dan nutrisi penting dikaji karena bila ada gangguan status nutrisi dan
cairan akan memperberat keadaan seperti cairan yang berlebihan dan albumin
yang rendah akan memperberat edema paru.
f) B6 (Bone)
Kelemahan otot, mudah lelah.
1.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan ventilasi spontan berhubungan dengan kelelahan otot pernapasan

SDKI
Gangguan Ventilasi spontan (D.0004)
Kategori: fisiologis
Subkategori: Respirasi
Definisi: penurunan cadangan energi yang mengakibatkan individu tidak mampu
bernapas secara adekuat
Penyebab:
1. Gangguan metabolisme
2. Kelelahan otot pernapasan
Gejala dan tanda mayor:
Subjektif
1. Dispnea

Objektif

1. Penggunaan otot bantu napas meningkat


2. Volume tidal mennurun
3. Pco2 meningkat
4. Po2 menurun
5. Sao2 menurun
Gejala dan tanda minor:
Subjektif (tidak tersedia)
Objektif
1. Gelisah
2. Takikardi
Kondisi Klinis Terkait
1. PPOK
2. Asma
3. Cedera kepala
4. Gagal napas
5. Bedah jantung
6. Adult respiratory didtress syndrome (ARDS)
7. Persistent pulmonary hypertension of newbrorn (PPHN)
8. Prematuritas
9. Infeksi saluran napas
SLKI

Ventilasi spontan L.01007


Definisi: keadekuatan cadangan energy untuk mendukung individu mampu bernapas secara adekuat
Ekspektasi Meningkat
Criteria hasil
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurun
Volume tidal 1 2 3 4 5
Dispnea 1 2 3 4 5
Penggunaan otot 1 2 3 4 5
bantu napas
Gelisah 1 2 3 4 5
PCO2 1 2 3 4 5
PO2 1 2 3 4 5
Takikardia 1 2 3 4 5

SIKI

Dukungan Ventilasi (I.01002)


Definisi
Memfasilitasi dalam mempertahankan pernapasan spontan untuk memaksimalkan
pertukaran gas di paru-paru
Tindakan
Observasi
1. Identifikasi adanya kelelahan otot bantu napas
2. Identifikasi efek perubahan posisi terhadap stastus pernapasan
3. Monitor status respirasi dan oksigenasi (mis. Frekuensi dan kedalaman
napas, penggunaan otot bantu napas, bunyi napas tambahan, saturasi
oksigen)
Terapeutik
4. Pertahankan kepatenan jalan napas
5. Berikan posisi semi fowler atau fawler
6. Fasilitasi mengubah posisi senyaman mungkin
7. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan (mis. Nasal kanul, masker wajah,
masker rebreathing atau non rebreating)
8. Gunakan bag-valve mask, jika perlu
Edukasi
9. Anjurkan teknik relaksasi napas dalam
10. Ajarkan merubah posisi secara mandiri
11. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi

12. Kolaborasi pemberian bronchodilator, jika perlu


2 : Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
SDKI
Defisit Perawatan Diri (D.0109)
Kategori: Perilaku
Subkategori: Kebersihan Diri
Definisi: tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri
Penyebab:
fisiologis
1. Gangguan musculoskeletal
2. Gangguan neuromuskuler
3. Kelemahan
4. Gangguan psikologis dan/atau psikotik
1. Penurunan motivasi/minat
Gejala dan tanda mayor:
Subjektif
1. Menolak melakukan perawatan diri

Objektif

2. Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias secara


mandiri
3. Minat melakukan perawatan diri kurang
Gejala dan tanda minor:
Subjektif (tidak tersedia)
Objektif(tidak tersedia)
Kondisi Klinis Terkait
1. Stroke
2. Cedera medulla spinalis
3. Depresi
4. Arthritis rheumatoid
5. Retardasi mental
6. Delirium
7. Demensia
SLKI

Perawatan Diri L.11102


Definisi: kemampuan melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri
Ekspektasi Meningkat
Criteria hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
Kemampuan mandi 1 2 3 4 5
Kemampuan mengenakan 1 2 3 4 5
pakaian
Kemampuan makan 1 2 3 4 5
Kemampuan ke toilet 1 2 3 4 5
(BAB/BAK)
Verbalisasi keinginan 1 2 3 4 5
melakukan perawatan diri
Minat melakukan perawatan 1 2 3 4 5
diri
Mempertahankan kebersihan 1 2 3 4 5
diri
Mempertahankan kebersihan 1 2 3 4 5
mulut

SIKI

Dukungan Perawatan Diri (I.111348)


Definisi
Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan perawatan diri
Tindakan
Observasi
1. Identifikasi kebiasaan perawatan diri sesuai usia
2. Monitor tingkat kemandirian
3. Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias, dan makan
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang terapeutik
2. Siapkan keperluan pribadi
3. Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri
4. Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
5. Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan perawatan diri
6. Jadwalkan rutinitas perawatan diri
Edukasi
1. Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction

Susanto YS, Sari FR. Patofiologi AcuteRespiratory Distress Syndrome (ARDS). Jurnal
RespirologiIndonesia.2012;32(1):44-52

Wilkinson,J& Ahern, N (2012). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Nanda, Intervensi Nic,
Kriteria Hasil Noc. Jakarta : Prima Medika.

Anda mungkin juga menyukai