Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN DI RUANG OK DENGAN PASIEN OPERASI TIROIDEKTOMI

Laporan ini dibuat untuk memenuhi Tugas Praktek Klinik KMB 1

Nama Kelompok :

Linda Elrika 181064

Meriam Rothchild 181107

Monica Saskia 181109

Nidya Natasya 181151

Putri Vatricia 181032

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS HUSADA

Jl. Mangga Besar Raya 137-139

Jakarta Pusat 10730

1
BAB I

TINJAUAN TEORI

TIROID

1.1 PENGERTIAN

Kelenjar tiroid adalah kelenjar endokrin yang pertama kali tampak pada fetus.
Tonjolan kelenjar ini berkembang sejak minggu ke 3 - 4 dan berasal dari penebalan
entoderm dasar faring, penebalan ini akan tumbuh kearah kaudal dan disebut divertikulum
tiroid.
Kelenjar tiroid berwarna kekuning - kuningan, dengan diameter 4 - 7mm, mirip
jaringan lemak, biasanya ditemukan 4 buah, dua buah dikutub atas tiroid dan dua buah
dikutub bawah, berat keseluruhan 120 - 140mgr. Untuk membedakan dengan lemak, di
samping lokasi yang menempel pada kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid mempunyai massa
jenis yang lebih besar diandingkan dengan lemak, sehingga apabila dimasukkan ke dalam
air, kelenjar paratiroid akan tenggelam.
Suplai darah paling sering dari a. tiroidea inferior. Drainase vena melalui vena
tiroidea superior, media, & inferior. Bila vaskularisasi terganggu, dapat dilakukan autograft
kedalam m. sternocleidomastoideus, strap muscles atau lengan bawah.

Akibat
bertambah
panjangnya embrio dan pertumbuhan lidah maka divertikulum ini akanmengalami desensus
sehingga berada di bagian anterior leher dan bakal faring. Divertikulum ini dihubungkan
dengan lidah oleh satu saluran yang sempit yaitu duktus tiroglosusyang muaranya terdapat
pada lidah yaitu foramen cecum.

2
Divertikulum ini berkembang cepat membentuk dua lobus yang tumbuh ke lateral
sehingga terlihat kelenjar tiroid terdiri dari dualobus lateralis dengan bagian tengahnya
disebut isthmus. Pada minggu ke-7 perkembangan embrional kelenjar tiroid mencapai
posisinya yang terakhir pada ventral dari trakea yaitu setinggi vertebra C5,6,7 dan Th1, dan
secara bersamaan duktus tiroglosus akan hilang (akhir minggu ke-5).

Variasi bentuk dan ukuran tiroid :

Kanker Tiroid adalah satu keganasan pada tiroid yang memiliki 4 tipe yaitu: papiler,
folikuler, anaplastik dan meduler. Kanker tiroid jarang menyebabkan pembesaran kelenjar, lebih
sering menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar. Sebagian besar nodul tiroid
bersifat jinak, biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan.

1.2 ANATOMI

3
Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus (kiri dan kanan) dihubungkan melalui isthmus,
dan kadang-kadang terdapat lobus piramidalis, berwarna coklat terang, kenyal. Lokasinya
terdapat pada anterior leher, vertebra CV-TI, berat 15 - 20g, panjang 4 - 5cm, lebar 2cm,
tebal 2 - 4cm. Tebal isthmus 2-6 mm. Dikelilingi dua kapsul, yaitu true capsule dan false
capsule (perithyroid sheath, surgical capsule). Pada sisi posterior melekat erat pada trakea
dan laring (Ligamentum suspensorium dari Berry).
Struktur Penting
 Ventral: platysma, false capsule, m.sternotiroid, m.sternohyoid
 Strap muscles (sternotiroid, sternohyoid, omohyoid, thyrohyoid)
 Superior: kartilago tiroid
 Posterolateral: carotid sheath dan m.sternocleidomastoid
 Posterior: menempel dengan membrana cricotiroid dan cartilago cricoid melalui
Ligamentum of Berry.
 Kelenjar paratiroid (4 buah) yang terletak di posterolateral superior dan inferior. Di
superior terletak di antara true dan false capsule setinggi cartilago cricoid. Di inferior
terletak anterior dari n.laryangeus reccurens
 Fascia superficialis dan deep fascia.

Organ - Organ Berdekatan :


1. Posterior dari sisi medialnya terdapat kelenjar paratiroid, N.rekuren laringeus dan
esofagus.
2. Esofagus terletak di belakang trakea dan laring, sedangN.rekuren laringeus terletak
pada sulkus trakeo-esofagus.
4
3. Pada sisi posterior melekat erat pada trakea dan laring (Ligamentum suspensorium
dari Berry).
4. Ekstensi posterior dari tiap lobus berupaTubercles of Zuckerkandl, sangat penting,
karena berhubungan dengan N. rekuren larungeus.
Pembuluh Limfe
Tiroid mempunyai jaringan saluran getah bening yang menuju KGB di daerah laring
diatas isthmus (Delphian node), KGB paratrakeal dekat n.rekuren, KGB bagian depan trakea.
Dan dari kelenjar tersebut bergabung alirannya diteruskan ke KGB rantai jugularis.

1.3 ETIOLOGI
Etiologi yang pasti belum diketahui. Yang berperan khususnya well differentiated carcinoma
(papilar dan folikuler) adalah radiasi dan goiter endemis dan untuk jeni meduler adalah factor
genetic. Belum diketahui suatu karsinogen yang berperan untuk kanker anaplastik dan meduler.
Diperkirakan kanker thyroid anaplastik berasal dari perubahan kanker thyoid berdifferensiasi
baik (papiler dan folikuler) dengan kemungkinan jenis folikuler dua kali lebih besar. Sedangkan

5
limfoma pada tiroid diperkirakan karena perubahan perubahan degenerasi ganas dari tiroiditis
hashimoto. Terdapat factor factor risiko yaitu

 masa kanak kanak pernah mendapat terapi sinar di daerah leher atau sekitarnya
 anggota keluarga lainnya menderita kelainan kelenjar gondok (endemis)
 tetangga atau penduduk sekanpung ada yang menderita kelainan kelenjar gondok

1.4 PATHWAY
Klenjar tiroid

Kekurangan yodium

Pembesaran klenjar tiroid

Sekresi tiroid

Sekresi sel cerna

Penurunan kalsium

Hipertiroid

6
Pertumbuhan tumor

Sesak nafas tiroidektomi

Cemas Pre op post op

perubahn konsep diri luka

Nyeri Resiko infeksi

1.5 MANIFESTASI KLINIK


Gejala karsinoma Thyroid adalah sebagai berikut:
1. kista bisa cepat membesar, nodul jinak perlahan, sedang nodul ganas agak cepat dan nodul
anaplastik cepat sekali (dihitung dalam minggu), tanpa nyeri.
2. merasakan adanya gangguan mekanik di daerah leher seperti gangguan menelan yang
menunjukkan adanya desakan esophagus atau perasaan sesak yang menunjukkan adanya
desakan/infiltrasi ke trakea
3. pembesaran kelenjar getah bening di daerah leher (mungkin metastasis)
4. penonjolan/kelainan pada tulang tempurung kepala (metastasis di kepala)
5. perasaan sesak dan batuk batuk yang disertai dahak berdarah (metastasis di paru paru bagi
jenis folikuler)
Dari pemeriksaan fisis didapatkan:

1. pemeriksaan Thyroid. Nodul soliter pada thyroid kemungkinan ganasnya 15-20%, sedang
nodul multiple mempunyai kemungkinan 5%. Kadang kadang nodul soliter yang ganas lama

7
lama dapat berubah menjadi bernodul nodul. Pembesaran difus mungkin merupakan suatu
tirotoksikosis
2. Pemerikaan pada tempat tempat kemungkinan terdapatnya penyebaran tumor (pembesaran
kelenjar getah bening, dan organ organ). Metastase jauh karsinoma thyroid ialah paru paru,
tulang (pelvis, vertebra, sternym, tengkorak dan humerus), hati, ginjal dan otak. Bagian
tulang yang terkena adalah yang spongiosa dan kaya vaskularisasi.

Stadium kanker

Stadium kanker ini tidaksaja berdasarkan histopatologi, ekstensi lokal, regional dan metastase
jauh, tetapi juga pada umur dan jenis kelamin. Klasifikasi TNM adalah sebagai berikut:
Tipe dan stadium <45 tahun > 45 tahun
Papiler

 Stadium I Setiap T, setiap N, M0 Setiap T, N0, M0, T1, N1, M0


 Stadium II
Setiap T, setiap N, M1 T2-4, N1, M0
 Stadium III
 Stadium IV

Setiap T, setiap N, M0
Folikuler

 Stadium I Setiap T, setiap N, M0 T1, N0, M0


 Stadium II
Setiap T, setiap N, M1 T2-4, N0, M0
 Stadium III
 Stadium IV - Setiap T, N1, M0

- Setiap T, setiap N, M0
Meduler

 Stadium I - T1, N0, M0

8
 Stadium II setiap T, setiap N, M0 T2-4, N0, M0
 Stadium III
- Setiap T, N1, M0
 Stadium IV
setiap T, setiap N, M1 Setiap T, setiap N, M1
Tdk dapat
dikalsifikasikn
- -
 Stadium I
- -
 Stadium II
 Stadium III - -

 Stadium IV setiap T, setiap N, etiap M setiap T, setiap N, setiap M

Catatan :

Tx : tumor tidak dapat ditentukan

T0 : Tidak ada tumor

T1 : tumor berdiameter terpanjang < 3 cm

T2 : tumor berdiameter terpanjang >3 cm

T3 : fikus intraglanduler multiple

T4 : tumor primer terfiksasi

Metastase Kanker

Nodul tanpa nyeri pada tiroi atau pada leher biasanya merupakan tanda awal adanya penyakit.
Keterlibatan limfonodi servikal sering timbul pada awal diagnosis. Setiap pembesaran limfonodi
servikalis yang tidak terjelaskan memerlukan pemeriksaan tiroid, yang kadang kadang menderita
tumor primer yang sangat kecil untuk diraba, diagnosisnya didasarkan pada hasil biopsy
limfonodi. Paru paru merupakan tempat metastase yang paling lazim di luar leher. Mungkin
tidakada menifestasi klinis yang dapat diacu padanya, secara rontgenografis, tumor ini tampak
sebagai infiltrasi nodular atau milies difus, terutama bagian basal. Tumor ini mungkin

9
terkelirukan dengan TBC, histoplasmosis atau sarkoidosis. Tempat tempat matastasis lain
meliputi mediatinum, tulang panjang, tulang tengkorak dan aksilla.
1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Langkah pertama yang dianjurkan adalah menetukan status fungsi tiroid dengan memeriksa
TSH (sensitive) dan T4 bebas. Pada keganasan thyroid umumnya fungsi thyroid normal. Tetap
abnormalitas fungsi thyroid tidak dapat dengan sendirinya menghilangkan kemungkinan
keganasan.
1. Pemeriksaan laboratorium tidk ada yang spesifik, kecuali pemeriksaan kadar kalsitonin
untuk pasien yang dicurigai karsinoma meduler. Pengukuran kadar human Thyroglobulin,
suatu pertanda tumor untuk keganasan tiroid yang berdiferensiasi baik terutama untuk
monitoring setelah terapi pembedahan total tiroidektomi.
2. Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apakah nodul padat atau kistik dan sebagai
penuntun pada biopsy jarum halu. Nodul padat cenderung ganas.
3. Pemeriksaan sisdik thyroid, dapat dilakukan jika terdapat fasilitas kedokteran muklir. Bila
nodul menangkap yodium sedikit dari jaringan thyroid yang normal disebut nodul dingin.
Bila sama afinitasnya disebut nodul hangat. Karsinoma thyroid sebagian besar nodul
dingin.
4. Biopsi jarum dapat dilakukan dengan cara needle core biopsy atau biopsy jarum halus.
Hasil ketepatan diagnostiknya masih diperdebatkan.
5. Pemeriksaan radiologis dilakukan untuk mencari metastasis. Dilakukan foto paru
posterioanterior, foto polos jaringan lunak leher antero-posterior dan lateral dengan posisi
leher hiperekstensi bila tumornya besar, esofagogram bila secara klinis terdapat tanda
tanda adanya infiltrasi ke esophagus dan foto tulang bila ada tanda tanda metastasis ke
tulang.
1.7 PENATALAKSANAAN
1. Pembedahan
Bila diagnosis kemungkinan telah ditegakkan dan operable, operasi yang dilakukan adalah
lobektomi sisi yang patologik atau lobektomi subtotal dengan risiko bila ganas kemungkinan
ada sel sel karsinoma yang tertinggal. Pembedahan umumnya berupa tiroidektomi total.
Komplikasi dari operasi antara lain terputusnya nervus laringeus rekurens dan cabang
eksterna dari nervus laringeus superior, hipotiroidisme dan ruptur esophagus. Setelah

10
pembedahan, hormon tiroid diberikan dengan dosis supresif untuk menurunkan kadar TSH
hingga tercapai keadaan eutiroid

2. Radiasi
Bila tumor sudah inoperable atau pasien menolak operasi lagi untuk lobis kontralateral,
dilakukan:

a. Radiasi interna dengan I131. hanya tumor tumor berdiferensiasi baik yang mempunyai
afinitas terhadap I131 terutama yang folikuler. Radiasi interna juga diberikan pada tumor
tumor yang telah bermetastasis atau terdapat sisa tumor
b. Radiasi eksterna, memberikan hasil yang cukup baik untuk tumor tumor inoperable
atau anplastik yang tidak berafinitas terhadap I131. [pemberian eksterna terapi radiasi
menghadapi risiko untukmengalami mukositis, kekeringan mulut, disfagia, kemerahan
mulut, anoreksia, kelelahan.
1.8 FOKUS INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang muncul

1. Nyeri akut berhubungan dengan: Agen injuri fisik


NIC: Manajemen Nyeri (1400)

a. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan


b. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
c. Posisikan pasien dengan nyaman
d. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
e. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dalam, relaksasi, distraksi, kompres
hangat/ dingin
f. Kolaborasi pemberikan analgetik untuk mengurangi nyeri
NOC: Tingakt nyeri (2102)

a. Mampu mengontrol nyeri


b. Melaporkan nyeri
c. Espresi wajah
d. Gelisah
e. Tanda vital dalam rentang normal

11
f. Tidak mengalami gangguan tidur
2. Resiko infeksi berhubungan dengan tidakan pembedahan
NIC: Kontrol Infeksi (6540):
a. Monitor tanda tanda infeksi
b. Lakukan perawatan luka
c. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi
d. Kolaborasi pemberian antibiotik

NOC : Penyembuhan Luka (1102) Kontrol Resiko: Proses Infeksi (1924)

a. Terpasang drainase
b. Ketidaktahuan untuk kontrol resiko infeksi

12
TIROIDEKTOMI
1.9 PENGERTIAN
Tindakan pengangkatan semua atau sebagian dari kelenjar tiroid
Ada beberapa istilah yang berhubungan dengan tiroidektomi yang biasa digunakan :
 Tiroidektomi : pengangkatan kelenjar tiroid.
 Lobektomi : pengangkatan satu lobus kelenjar tiroid.
 Ismolobektomi : pengangkatan satu lobus kelenjar tiroid beserta isthmusnya.

Ada 3 jenis pengangkatan tiroidektomi yaitu :


1. Subtotal tiroidektomi: mengangkat sebagian besar tiroid kedua lobus (kiri-kanan)
dengan menyisakan jaringan tiroid masing-masing 2–4 gram.

2. Near total tiroidektomi: ismolobektomi dekstra dgn subtotal lobektomi sinistra dan
sebaliknya, sisa jaringan tiroid masing-masing 1–2 gram.

13
3. Total tiroidektomi: pengangkatan “seluruh” kelenjar tiroid.
1.10 INDIKASI dan KONTRAINDIKASI OPERASI TIROID
Indikasi :
1. Suspek malignancy atau keganasan
2. Gejala kompresi atau penekanan ke organ sekitar
3. Hipertiroid
4. Kosmetik
Kontraindikasi :
1. Inoperable tumor (sudah ekstensi ke struktur organ lain: trachea, esofagus, dll).
PERSIAPAN RUANGAN
 Menata ruangan dangan mengatur penempatan mesin suction, mesin couter, meja
instrumen, meja mayo sesuai kebutuhan dan luas kamar operasi
 Memberi alas perlak dan linen pada meja mayo
 Memberi alas under pad pada bagian kepala pasien
 Menempatkan tempat sampah yang sesuai agar mudah penggunaannya
PERSIAPAN PASIEN
 Meninggalkan semua perhiasan dan gigi palsu
 Informed consent
 Persiapan psikologis

PERSIAPAN ALAT
Alat on steril
 Meja operasi
 Lampu operasi
 Mesin couter dan measin suction
 Tempat sampah
Persiapan Alat
1. Desinfeksi klem : 1 buah
2. Doek klem : 6 buah
14
3. Pincet
 Anatomis : 2 buah
 Cirurgis : 2 buah
4. Gagang pisau
 No. 3 : 1 buah
5. Arteri klem
 Pean lurus sedang : 4 buah
 Pean bengkok sedang : 6 buah
 Pean red angle sedang : 1 buah
6. Elis klem : 4 buah
7. Gunting
 Gunting benang : 1 buah
 Gunting jaringan besar : 1 buah
 Gunting jaringan kecil : 1 buah
8. Needle holder/ Nald Voeder : 2 buah
9. Haak gigi : 1 pasang
10. Haak langenback : 1 pasang
11. Canule suction : 1 buah
12. Bengkok
 Besar : 1 buah
 Kecil : 1 buah
13. Cucing :2 buah
14. Couter
Persiapan Bahan Habis Pakai
- Handscoen steril ± 3 pasang
- Benang Absorbable (Monosyn) no. 2/0
- Cat gut no 2-0 1 pak
- Hass Kecil 20 buah
- Hass Besar 1 buah
- Under pad steril 1 buah
- Povidon iodin 10% ± 50cc
- NS ± 500cc
- Mess no 10 1 buah
Persiapan Linen
 Duk Besar :8
 Duk Kecil :6
 Sarung meja mayo :1
 Gaun operasi :6
 Slang suction :1
 Kom :1
 Handuk kecil :4

1.11 TEKNIK OPERASI


- Posisi penderita telentang, leher ekstensi dg ganjal bantal dibawah pundak penderita,
posisi meja sedikit “head up”, dg sudut 20 derajat (reverse Trendelenburg).
15
- Kepala diletakkan diatas donut baloon, yakinkan posisi dagu sejajar dg long axis
tubuh pada garis median.

- Desinfeksi lapangan operasi dg batas lateral: tepi depan m.trapezius, batas atas: bibir
bawah, batas bawah: kosta 3.
- Dibuat marker untuk insisi dg menggunakan silk 2-0 pada lipatan kulit leher ± 2 jari
diatas sternal notch (atau 1 cm dibawah kartilago krikoid), memanjang sampai ke tepi
anterior sternokleidomastoid.

- Insisi kulit, subkutis dan platysma, sekaligus menjadi satu flap, untuk mencegah
perdarahan, edema, dan perlengketan pasca operasi.

16
- Klem lurus (5 bh) pada dermis untuk traksi. Pertama kali flap atas. Diseksi dapat
dikerjakan secara tumpul, atau secara tajam menggunakan kauter atau skalpel.

- Diseksi tumpul dengan jari atau kassa pada


batas platysma dengan loose areolar tissue dibawahnya, tepat superfisial dari vena
jugularis anterior. Diseksi dilakukan ke arah kaudal (sampai sternal notch) dan kranial
(sampai terlihat cartilago tiroidea) dan dibuat flap yang difiksasi ke kain drapping.
- Insisi fascia coli superficialis secara vertikal pada garis tengah strap muscle hingga
batas bawah sampai level sternal notch, batas atasnya sampai cartilago tiroid.

-
- Diseksi tumpul pertengahan strap muscles sampai fascia colli profunda.

17
- Strap muscle (m.sternohyoid dan m.sternotiroid) diretraksi ke kiri dan ke kanan.
- Dilakukan pemisahan kelenjar tiroid pada cleavage plane (antara kel.tiroid dengan
m.sternokleidomastoideus).

- Pada tumor yang besar dapat dilakukan pemotongan strap muscle secara horizontal di
1/3 proksimalnya (seproksimal mungkin) setelah sebelumnya v.jugularis anterior
diligasi.

18
- Dilakukan diseksi tumpul dan tajam mulai dari tiroid di bagian tengah dengan
mengidentifikasi v.tiroid media.

- Vena tiroid media diligasi dan dipotong.


- Profunda dari vena ini, kelj. Paratiroid & RLN dapat diidentifikasi.

19
- Diseksi dilanjutkan ke pool bawah dg mengidentifikasi arteri dan vena tiroidea
inferior, juga harus diidentifikasi dan preservasi n.rekuren laringeus yang terletak di
daerah sulkus trakeo-esofageal, umumnya berjalan di antara bifurcatio arteri tiroidalis
inferior.
- Ligasi a. tiroidea inferior distal dari suplai ke paratiroid.

- Vena tiroidea inferior pada pool bawah tiroid diligasi dg silk 2/0 pada 2 tempat dan
dipotong diantaranya.
- Untuk melakukan subtotal lobektomi maka dengan menggunakan klem lurus dibuat
‘markering’ pada jar tiroid diatas n.rekuren dan kel.paratiroid atas bawah dan jaringan
tiroid disisakan sebesar satu ruas jari kelingking penderita (± 6-8 gram).

20
- Identifikasi arteri dan vena tiroidea superior pada pool atas tiroid, kemudian dibuat 2
(3) ligasi pada pembuluh darah tadi dan dipotong diantaranya, yang diligasi betul-
betul hanya pembuluh darah saja.
- Untuk hindari cedera n. laringeus superior : hindari kauter & diseksi dari medial ke
lateral.
- Kelenjar paratiroid dilepaskan dari kel.tiroid, sambil dipreservasi arteri yang
memperdarahinya.
- Diseksi dilanjutkan kearah isthmus (pada cleavage plane), ligamentum Berry dan
isthmus diklem dan dipotong.
- Perhatian : a & v kecil (laryngeal inferior) yang biasanya menembus posterior lig.
Berry sisi cranial / pada lokasi RLN memasuki m. krikotiroid à pressure / Gelfoam.

21
- Dilakukan penjahitan “omsteking” (jahit ikat) CCG 3-0 (continuous interlocking)
pada jaringan tiroid yang diklem tadi.
- Kontrol perdarahan, terutama dilihat pada vasa
tiroidea superior.
- Setelah klj. Tiroid terangkat à inspeksi apakah
kelj. Paratiroid ikut terangkat.
- Cuci dg NaCl fisiologis (Shah : irigasi luka
dengan Bacitracin sol.)
- Posisi leher dikembalikan dg mengambil bantal
dibawah pundak penderita.
- Evaluasi ulang, rawat perdarahan.
- Pasang drain Penrose (Shah) melalui celah pada luka atau Redon no.12 yang
ditembuskan ke kulit searah dg tepi sayatan luka operasi, kemudian difiksasi dg silk
3/0.
- Kalau kelenjar paratiroid terambil, sebelum menutup luka operasi kelenjar paratiroid
ditanam (replantasi) pada m. SCM, strap muscles atau otot lengan bawah. Dipotong-
potong setebal 1 mm dan ditanamkan dalam kantong-kantong secara terpisah.
- Strap muscle diaproksimasikan dengan jahitan interrupted CCG 3-0.
- Platysma didekatkan dan dijahit interrupted dg chromic 3/0.
- Kulit dijahit secara subkutikular dgn benang sintetis 4/0.
- Luka operasi ditutup dg kassa steril.

- Pada waktu ekstubasi, perhatikan keadaan pita suara dg melihat laring menggunakan
laringoskop, adakah parese / asimetri pada korda vokalisnya.
1.12 KOMPLIKASI OPERASI
1. Komplikasi Awal :
22
a. Perdarahan
b. Paralise n.rekuren laringeus
c. Paralise n.laringeus superior
d. Trakeomalasia
e. Infeksi
f. Tetani hipokalsemia
g. Krisis tiroid (tiroid storm)

2. Komplikasi Lanjut :
a. Keloid
b. Hipotiroid
c. Hipertiroid yang kambuh
Penanganan Komplikasi :
1. Hipoparatiroidisme
a. Terjadi sekitar 0,6-2,8%
b. Klinis: baal-baal, baal ujung jari, gelisah, spasme carpopedal (tetani)
c. Terapi :
10 cc Calcium Gluconas IV dilanjutkan pemberian kalsium oral 1,5-2 g per hari
atau Calcitriol (Rocatrol) 0,25 – 10 microgram, 2 kali sehari.
2. Tiroid Storm
Dapat dicetuskan bila terdapat trauma atau stress surgical.Mortalitas ±75% jika tidak
ditangani dengan baik.
Gejala :
4. Febris
5. Delirium
6. Kejang
7. Diare
8. Muntah
9. Takikardia
10. Congestive heart failure
11. Berkeringat
Terapi :
 Hentikan operasi / manipulasi tiroid
 Oksigen
 Bolus D 40% (large dose)
 Beta bloker (propranolol) 40 – 60mg p.o. tiap 4 jam atau 2 mg iv selama 4 jam
 PTU 1200 – 1500 mg/ hari (200-250 mg/ 4 jam peroral)
 Methimazole 120 mg/ hari (20 mg/ 4 jam peroral) atau carbimazole 14-40 mg
peroral
 Lugolisasi (KI 5 gtt/ 6 jam)
 Dexamethason 2 mg / 6 jam iv
 Antipiretik
 Koreksi elektrolit

23
 Cegah hipotermi

1.13 EVALUASI PASCA OPERASI


1. Drain diobservasi produksinya, bila dalam 1 jam pertama produksinya > 100 cc atau
apabila sampai timbul gangguan nafas maka perlu disiapkan re-open untuk eksplorasi
dan hemostasis
2. Bila produksi < 10 cc / 24 jam, serous, drain bisa dilepas
3. Rawat luka pada hari ke-3 (atau pada saat lepas drain), evaluasi infeksi nosokomial.
4. Penderita boleh pulang sehari setelah lepas drain.
5. Angkat jahitan hari ke-7, evaluasi infeksi nosokomial.
6. Pemberian Tyrax ( Tiroksin ) dilakukan pada pasien yang dilakukan total tiroidektomi
selama hidupnya, dengan tujuan sebagai terapi substitusi dan supresi TSH endoen.
Diberikan tiap pagi sebelum aktifitas, dengan dosis 1,6 – 2,2 micro gram/kg BB/hari.
atau 100 micro gram/hari dalam bentuk tablet.

BAB II

TINJAUAN KASUS

2.1 Kasus

24
Pada tanggal 09 Desember 2019 pukul 08.19 Ny. S masuk RS Husada dari ruang poli,
selanjutnya ditransfer ke ruang rawat inap Melati bed E2 dengan diagnose medis SNT bilateral.
Keluhan utama pasien benjolan di leher kanan. Pasien mengatakan benjolan di leher kanan sudah
sejak kurang lebih 2 tahun SMRS, pasien mengatakan benjolan semakin membesar, pasien
mengatakan tidak mual dan muntah serta demam, pasien mengatakan takut untuk dioperasi.
Wajah pasien terlihat gelisah, GCS pasien E4 M6 V5. TTV pasien: TD : 130/80 mmHg, Nadi :
80x/menit, Suhu : 36.2°C, RR : 20x/menit. Pasien akan menjalankan operasi Tiroidektomi

Masalah Keperawatan :

1. Gangguan Rasa Nyaman (Pre Op)

2. Ansietas (Pre Op)

3. Nyeri Akut (Post Op)

4. Resiko Infeksi (Post Op)

Asuhan Keperawatan Pre Operasi

Pengkajian

Tanggal Pengkajian : 9 Desember 2019

Tanggal Masuk : 9 Desember 2019

Ruang Kelas : Melati Bed LE02

No. Register : RG02099322

Diagnosa Medis : SNT Bilateral

A. Identitas Pasien

Nama : Ny. Siti Maesaroh

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/ Tgl Lahir :Jakarta, 11 Juni 1976

Alamat : Jln. Kartini XIII Dalam RT 013/008 Kelurahan Kartini Jak-Put

25
Pekerjaan : IRT

Agama : Islam

Status Perkawinan : Kawin

Penanggung Biaya : Suami

B. Riwayat Kesehatan
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologi :
THORAX PA
Jantung bentuk dan letak normal, elongasio aorta tidak melebar, corakan bronchovaskuler
di hilus normal, tidak tampak bercak kesuraman pada kedua lapangan paru, sinus dan
diafragma baik, tidak tampak pl effusion, tampak pelebaran colli kanan yang mendorong
traken kekiri
KESAN
Jantung tidak membesar, elongasio aorta paru dalam batas normal, pelebaran colli kanan
yang mendorong trachea ke kiri cenderung stuma kanan.
Pemeriksaan sonografi leher :
Lobus kanan : membesar dengan terlihat nodul disertai multiple kista, ukuran nodul
kistik 4,8 X 3,3 X 5,6 cm, tidak tampak kalsifikasi
Lobus Kiri : ukuran 1 X 1 X 1,6 cm, parenkim homogeny, tidak tampak nodul atau
kista atau kalsifikasi
Istmus : tidak tampak nodul atau kista, tidak tampak pembesaran KGB leher
Kesan : struma nodosa berdegenerasi kistik kanan
Pemeriksaan Hasil Lab

Test Result Unit Reference range Petugas validasi


HEMATOLOGI

Hemoglobi 10,7 g/dL 13,2-17,3 SRI

Hematokrit 34 % 40-52 SRI

Leukosit 6,9 103μL 3,8-10,6 SRI

Trombosit 297 Ribu/ μL 150-450 SRI

26
KIMIA KLINIK

Kalium (K) 4,9 mmol/L 3,5-5,0 SRI

Natrium (Na) 141 mmol/L 136-146 SRI

D. Penatalaksanaan
E. Terapi Rawat
2 kolf RL
1 kolf Dex 5% / 24 jam
Diet : Puasa sejak jam 10.00

F. Terapi intra operasi


Cefotaxim (IV) 2x1gr
Ketorolac (IV) 2x1 amp
Omeprazole (IV) 2x1 amp
Ondancentron (IV) 2x8mg
Asam traneksamat (IV) 2x500mg

Monitor tanda - tanda vital


Intra operasi

Waktu Tekanan darah Nadi Sat O2


19.00 133/70 61 99
19.15 122/75 60 99
19.30 108/70 56 98
19.45 106/77 70 98
20.00 100/80 65 97

Post operasi

Waktu Tekanan darah Nadi Sat O2


11:30 110/90 88 97
12:45 100/70 62 98
13:00 100/70 78 98
27
CHELIST KESELAMATAN OPRASI RS HUSADA INSTALASI KAMAR
OPRASI

Apakah pasien telah ada identitas ? Ya

Apakah lokasi operasi sudah ditandai? Ya

Apakah prosedur operasi telah sesuai ? Ya

Apakah operasi sudah lengkap? Ya

Apakah mesin anastesi di cek kelengkapannya? Ya

Apakah post oksimeter terpasang dan berfungsi? Tidak

Apakah pasien mempunyai alergi? Tidak

Adakah kesulitan jalan nafas atau risiko aspirasi ? Tidak

Risiko kehilangan darah > 500 ml ? Tidak

Konfirmasi anggota tim :

Dr Operator : dr Afrimal, Sp.B

Asisten Bedah : Sr. Merry

28
Dr Anastesi : dr Ody

Perawat Anastesi : Sr Landar

Perawat Instrumen : Sr. Anas

Konfirmasi identitas pasien, nama operasi, prosedur dan lokasi insisi : Insici
Debridement

S:-
O:
- Pasien telah dilakukan tindakan operasi tiroidektomi oleh Dr Afrimal, Sr Merry
dan Sr Anas dengan anastesi umum oleh Dr Ody tim anastesi. Anastesi mulai jam
19.00 – 21.00 , operasi mulai jam 19.00 – 21.00.
- Laporan operasi ada, surat persetujuan operasi ada. Persetujuan anastesi ada.
Jaringan di periksa PA dan sudah diperlihatkan kepada keluarga
A : Tiroidektomi
P:
- sesuai instruksi DPJP
- Perawatan luka

ASUHAN KEPERAWATAN PRE OP

Diagnosa 1 : Gangguang Rasa Nyaman b.d gejala terkait penyakit (Tiroid)

Data Subjektif Data Objektif


- Pasien mengatakan - Pasien terlihat tidak nyaman
- Terlihat benjolan di leher sebelah kanan
adanya benjolan pada
- Pasien terlihat selalu menggunakan
leher sebelah kanan
selimut untuk menutupi benjolan tiroidnya
- Pasien mengatakan
benjolannya sudah ada
sejak 2 tahun yang lalu
- Pasien mengatakan tidak
nyaman dengan adanya
benjolan di leher sebelah
kanan

Tujuan dan Kriteria Hasil


29
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x24 jam, Masalah gangguan rasa nyaman b.d gejala
terkait penyakit dapat teratasi dengan kriteria hasil :

1. Pasien terlihat nyaman lagi


2. Mengikuti saran untuk tindakan peredaan gejala
3. Mengindikasikan kepuasaan dengan hubungan sosial
4. Melaporkan kebutuhan terhadap pemberi asuhan
Intervensi

1. Kaji sumber ketidaknyamanan pasien


1. Kaji ketersediaan dan keadekuatan sistem pendukung pasien
2. Berikan terapi relaksasi jika pasien menginginkannya dan mampu berpartisipasi
Implementasi

1. Mengkaji sumber ketidak nyamanan pasien


Hasil : pasien tidak nyaman karena adanya benjolan pada leher sebelah kanannya
2. Mengkaji ketersediaan dan keadekuatan sistem pendukung pasien
hasil : sistem pendukung pasien didukung oleh keluarganya
3. Mengajarkan teknik relaksasi jika pasien menginginkannya
Hasil : pasien bersedia diajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk meningkatkan rasa
nyamannya.

Evaluasi

S:

- Pasien mengatakan mulai merasa nyaman


- Pasien mengatakan sistem pendukung pasien saat ini adalah keluarganya
- Pasien mengatakan dapat melakukan teknik relaksasi nafas dalam secara mandiri
O:

- Pasien terlihat nyaman


- Pasien sudah tidak menggunakan selimut untuk menutupi lehernya
- pasien tampak memiliki sistem pendukung yaitu keluargannya
A: Tujuan teratasi

P: Intervensi di hentikan

30
MASALAH KEPERAWATAN 2 : ANSIETAS

Diagnosa 2 : Ansietas b.d Krisis Situasional (pre op)

Data Subjektif Data Objektif


- Pasien mengatakan takut - TTV : TD : 110/90 mmHg, S : 36,5 0C,
N : 88 X/Menit, RR : 19 X/Menit
untuk di operasi
- Wajah pasien terlihat tegang
- Pasien mengatakan dia
- Pasien terlihat gelisah
sudah pernah dioperasi
sebelumnya dengan
penyakit yang sama

Tujuan dan Kriteria Hasil

Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x24 jam, masalah ansietas b.d krisis situasional
dapat teratasi dengan kriteria hasil :

1. Melakukan cara mengurangi ansietas


2. Mendemonstrasikan cara mengurangi ansietas
3. Pasien tampak tenang
Intervensi

1. Kaji penyebab ansietas


2. Bina hubungan saling percaya
3. Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaannya
4. Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
5. Berikan dukungan dan motivasi kepada pasien
Implementasi

1. Mengkaji penyebab ansietas


Hasil : pasien mengatakan cemas saat akan di operasi
2. Membina hubungan saling percaya
Hasil : pasien mengatakan mulai percaya kepada perawat
3. Mendorong pasien untuk mengekspresikan perasaannya
Hasil : pasien sudah mengekspresikan perasaannya dengan menunjukan ekspresi wajah
tidak tegang lagi
4. Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
Hasil : pasien mengatakan lingkungannya sudah aman dan nyaman
5. Memberikan dukungan dan motivasi kepada pasien

31
Hasil : pasien mengatakan sudah termotivasi dan mengatakan senang mendapatkan
dukungan
Evaluasi

S:

- Pasien mengatakan cemas ingin operasi


- Pasien mengatakan sudah percaya dengan perawat
- Pasien mengatakan sudah termotivasi dan mengatakan senang mendapatkan dukungan
- Pasien mengatakan lingkungannya sudah aman dan nyaman

O:

- Pasien tampak sudah mengekspresikan perasaannya dengan menunjukkan ekspresi wajah


tidak tegang lagi
- Pasien sudah berada di tempat yang aman dan nyaman
- Pasien tampak sudah tidak cemas

A : Tujuan teratasi

P : Intervensi di hentikan

ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI

DIAGNOSA 1 : Nyeri Akut b.d Agens Cidera Fisik (Tiroidektomi)

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

32
- Pasien mengatakan nyeri - Terdapat bekas sayatan di leher
disekitar bagian luka operasi sebelah kanan
P: luka post operasi - TTV pasien: TD = 110/90
Q: seperti ditusuk-tusuk
mmHg, S = 36,5, N =
R: leher sebelah kanan
S: 5/10 88x/menit, RR = 19x/menit
T: setelah dilakukan operasi

TUJUAN DAN KRITERIA HASIL

Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan 1x24 jam masalah keperawatan Nyeri Akut b. d agens
cidera fisik teratasi dengan kriteria hasil :

1. Nyeri pasien berkurang


2. Pasien melakukan teknik relaksasi nafas dalam secara mandiri
3. TTV pasien dalam batas normal

INTERVENSI

1. Pantau TTV pasien


2. Berikan posisi nyaman kepada pasien
3. Intruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika peredaan nyeri tidak dapat
dicapai
4. Kolaborasikan dengan dokter pemberian obat anti nyeri

IMPLEMENTASI

1. Memantau TTV pasien


Hasil : TTV: TD = 110/90 mmHg, S = 36,5, N = 88x/menit, RR = 19x/menit
2. Memberikan pasien posisi nyaman
Hasil : pasien mengatakan nyaman dengan posisi supine
3. Mengintruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika peredaan
nyeri tidak dapat dicapai
Hasil : pasien sudah mengerti dan akan melaporkan pada perawat jika peredaan
nyeri tidak dapat tercapai
4. Mengkolaborasikan dengan dokter pemberian obat anti nyeri
Hasil : dokter memberikan obat ketorolac untuk meredekan rasa nyerinya

EVALUASI

S:
33
- Pasien mengatakan nyerinya berkurang
- Pasien mengatakan nyaman dengan posisi supine
O:
- TD = 110/90 mmHg, Nadi = 88x/menit, RR = 19x/menit, Suhu = 36,5
- Pasien tampak nyaman dengan posisi supine
- Pasien tampak diberikan obat ketorolac
- pasien tampak sudah mengerti dan akan melaporkan pada perawat jika peredaan nyeri
tidak dapat tercapai

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

DIAGNOSA 2 Resiko Infeksi b.d luka post op

Data subjektif Data objektif


- terdapat luka operasi dileher
sebelah kanan
- Pasien terlihat memegang
luka bekas operasi
- Pasien terlihat tidak dapat
melakukan personal hygiene
secara mandiri

TUJUAN DAN KRITERIA HASIL

Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan 1X24 jam masalah keperawatan Resiko Infeksi b.d luka
post op teratasi dengan kriteria hasil :

1. Pasien mampu mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi


2. Pasien tampak tidak terdapat infeksi selama perawatan
3. Pasien mengetahui aktivitas yang dapat meningkatkan infeksi

INTERVENSI

1. Pantau tanda dan gejala infeksi


2. Observasi gejala infeksi pada pasien
3. Minimalkan penyebaran infeksi
4. Berikan informasi untuk menjaga hygiene personal
5. Berikan edukasi kepada keluarga tentang perawatan luka dan tanda gejala infeksi

34
IMPLEMENTASI

1. Memantau tanda dan gejala infeksi


Hasil : pasien tampak tidak terdapat infeksi pada luka pasien
2. Mengobservasi gejala infeksi pada pasien
Hasil : pasien tampak tidak memiliki tanda - tanda infeksi pada lukanya
3. Meminimalkan penyebaran infeksi
Hasil : pasien tampak mengerti apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya
infeksi
4. Memberikan informasi untuk menjaga hygiene personal
Hasil : pasien mengatakan selalu menerapkan cuci tangan agar terhindar dari
resiko infeksi
5. Berikan edukasi kepada keluarga tentang perawatan luka dan tanda gejala infeksi
Hasil : keluarga pasien menatakan sudah paham cara melakukan perawatan luka
dan mengetahui tanda - tanda gejala infeksi

EVALUASI

S:

- pasien mengatakan selalu menerapkan cuci tangan agar terhindar dari resiko infeksi
- keluarga pasien mengatakan sudah paham cara melakukan perawatan luka dan
mengetahui tanda - tanda gejala infeksi

O:

- Tampak keadaan sekitar luka pasien baik


- pasien tampak tidak terdapat infeksi pada luka pasien
- pasien tampak tidak memiliki tanda - tanda infeksi pada lukanya
- pasien tampak mengerti apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi

A : Resiko Infeksi teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

35
BAB III

RUANG OPERASI

3.1 Definisi

Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit, tempat untuk melakukan tindakan
pembedahan, baik elektif maupun emergency, yang membutuhkan keadaan suci hama (steril).
Kamar bedah adalah ruang dimana dilakukan tindakan tindakan sehubungan dengan
pembedahan. Ruangan ini merupakan ruangan terbatas/ ketat, (HIPKABI : 2010).

3.2 Pembagian Daerah Ruang Bedah


a) Daerah Publik yaitu daerah yang boleh dimasuki oleh semua orang tanpa syarat khusus.
Misalnya: kamar tunggu, depan komplek kamar operasi.
b) Daerah Semi Publik yaitu daerah yang bisa dimasuki oleh orang-orang tertentu saja,
yaitu petugas. Dan biasanya diberi tulisan DILARANG MASUK SELAIN PETUGAS.
Dan sudah ada pembatasan tentang jenis pakaian yang dikenakan oleh petugas (pakaian
khusus kamar operasi) serta penggunaan alas kaki khusus di dalam.
c) Daerah Aseptik yaitu daerah kamar bedah sendiri yang hanya bisa dimasuki oleh orang
yang langsung ada hubungan dengan kegiatan pembedahan. Umumnya daerah yang harus
dijaga kesucihamaannya. Daerah aseptik dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Daerah Aseptik 0 : Yaitu lapangan operasi, daerah tempat dilakukannya pembedahan.
2. Daerah Aseptik 1 : Yaitu daerah memakai gaun operasi, tempat duk / kain steril,
tempat instrument dan tempat perawat instrument mengatur dan mempersiapkan alat.
( area 1 meter dari aseptic 0 ).
3. Daerah aseptik 2 : Yaitu tempat mencuci tangan, koridor penderita masuk, daerah
sekitar ahli anesthesia dan daerah operasi.
4. Persyaratan kamar bedah

36
Kamar operasi yang baik harus memenuhi syarat - syarat sebagai berikut :

a) Letak

Letak kamar operasi berada ditengah-tengah rumah sakit berdekatan dengan unit gawat
darurat (IRD), ICU dan unit radiology.

b) Bentuk
Kamar operasi tidak bersudut tajam, lantai, dinding, langit-langit berbentuk lengkung
danwarna tidak mencolok. Sedangkan Lantai dan dinding harus terbuat dari bahan yang
rata, kedap air, mudah dibersihkan dan tidak menampung debu.
c) Ukuran
Ukuran kamar bedah bermacam-macam tergantung dari besar kecilnya rumah sakit.
Tetapi biasa ditetapkanminimal 5,6 m x 5,6 m (=29,1 m2), dan untuk kamar operasi
khusus/besar 7,2 m x 7,8 (=56 m2).
d) Sistem ventilasi
Ventilasi kamar operasi harus dapat diatur dengan alat control dan penyaringan udara
dengan menggunakan filter. Idealnya menggunakan sentral AC, dan Pertukaran dan
sirkulasi udara harus berbeda. Daerah tropis suhu udara antara 19º -22º C. sedangkan
daerah dingin antara 20º-24º C. kelembaban antara 55%
e) Sistem penerangan
Lampu Operasimenggunakan lampu khusus, sehingga tidak menimbulkan panas, cahaya
terang, tidak menyilaukan dan arah sinar mudah diatur posisinya.
Lampu Peneranganmenggunakan lampu pijar putih dan mudah dibersihkan.Pencahayaan
antara 300 - 500 lux, meja operasi 10.000 - 20.000 lux.
f) Peralatan
Semua peralatan yang ada di dalam kamar operasi harus beroda dan mudah dibersihkan.
Untuk alat elektrik, petunjuk penggunaaanya harus menempel pada alat tersebut agar
mudah dibaca. Sistem pelistrikan dijamin aman dan dilengkapi dengan elektroda untuk
memusatkan arus listrik mencegah bahaya gas anestesi.
g) Sistem instalasi gas medis
Pipa (out let) dan konektor N2O dan oksigen, dibedakan warnanya, dan dijamin tidak
bocor serta dilengkapi dengan system pembuangan/penghisap udara untuk mencegah
penimbunan gas anestesi.
h) Pintu
37
Pintu masuk dan keluar pasien dan petugas harus berbeda. Setiap pintu menggunakan
door closer (bila memungkinkan). Dan setiap pintu diberi kaca pengintai untuk melihat
kegiatan kamar tanpa membuka pintu.
i) Pembagian area
Batas tegas antara area bebas terbatas, semi ketat dan area ketat, dan ada ruangan
persiapan untuk serah terima pasien dari perawat ruangan kepada perawat kamar operasi.
j) Penentuan Jumlah Kamar Operasi
Setiap rumah sakit merancang kamar operasi disesuaikan dengan bentuk dan lahan yang
tersedia,sehingga dikatakan bahwa rancang bangun kamar operasi setiap rumah sakit
berbeda, tergantung daribesar atau tipe rumah sakit tersebut.Makin besar rumah sakit
tentu membutuhkan jumlah dan luas kamar bedah yang lebih besar. Jumlahkamar operasi
tergantung dari berbagai hal yaitu:
5. Jumlah dan lama waktu operasi yang dilakukan.
6. Jumlah dokter bedah dan macam spesialisasi serta subspesialisasi bersama fasilitas
penunjang.
7. Pertimbangan antara operasi berencana dan operasi segera.
8. Jumlah kebutuhan waktu pemakaian kamar operasi baik jam per hari maupun
perminggu.
9. Sistem dan prosedur yang ditetapkan untuk arus pasien, petugas dan penyediaan
peralatan.
10. Komunikasi
Sistem komunikasi di kamar bedah sangat vital, komunikasi tiap ruangan
menggunakan telepon parallel.

KONSEP PERSIAPAN OPERASI

Pelaksanaan atau tata cara kerja perawat instrument merupakan tindakan yang dilakukan
perawat instrument pada waktu sebelum, selama, dan sesaat sesudah dilingkungan operasi. Tugas
dan tanggung jawab yang dilakukan adalah menyiapkan ruangan, pasien, personil, maupun alat
instrument dan bahan kebutuhan operasi lain nya.

1. Persiapan ruangan sebelum dan selama operasi

38
Sesaat sebelum operasi, perawat kamar operasi melakukan pengecekan terhadap kebersihan
lingkungan, meja mayo, kelayakan alat, dll.

2. Persiapan pasien

Sesaat setelah pasien datang diruang Persiapan, kemudian dipindahkan ke brancard dan
mengganti baju khusus ruang OK hingga akhir operasi berlangsung.

3. Persiapan personil tim bedah

Personil yang dimaksud adalah operator, asisten, perawat instrument, dan yang terlibat
langsung dalam aseptic 0.

4. Instrument

Instrument adalah alat-alat yang digunakan untuk tindakan pembadahan. Instrument terbagi
menjadi 2 macam yaitu :

1. Instrument dasar (basic instrument)

Instrument dasar digunakan untuk pembedahan yang sifatnya sederhana dan tidak
memerlukan instrument tambahan.

- Pinset anatomis ( Tissue forceps ) : 2 buah

- Pinset chirurgis ( Dissecting forceps ) : 2 buah

- Gunting metzembaum ( Metzemboum scissor ) : 1 buah

- Gunting jaringan ( Surgical scissor ) : 1 buah

- Gunting lurus ( Surgical scissor straiht ) : 1 buah

- Desinfeksi klem ( washing and dressing forcep ) : 1 buah

- Doek klem ( towel klem ) : 4 buah

- Mosquito klem ( (Baby mosquito klem pean ) : 2 buah

- Klem pean bengkok ( Forcep pean curve ) : 3 buah

- Klem kocher bengkok ( Forcep kocher curve ) : 10 buah

39
- Alise klem ( Allies clamp ) : 2 buah

- Haak tajam gigi 4 ( wound hook sharp ) : 2 buah

- Langenbeck ( Rectractor US army ) : 2 buah

- Nald volder ( Needle holder ) : 2 buah

- Handle mess : 1 buah

1.2 Instrument tambahan

Instrument tambahan yang dimaksud adalah alat-alat yang dipergunakan untuk


tindakan pembedahan yang sifatnya kompleks dalam macam pembedahan maupun jenis
pembedahan.

Linen Set
Duk besar : 3
 Duk sedang : 4
 Duk kecil : 4
 Duk kombinasi : 1
 Duk lubang : 1
 Scort/baju Operasi : 4
 Sarung meja Mayo : 1
 Perlak : 2
 Handuk kecil : 4

Bahan Habis Pakai


 Mess
 Jarum
 Benang jahit
 Handscoun
 Underpad
 Sufratul
 Sponsngostan
 Urin bag
 Kateter
 Spuit
 Betadine 10 %
 NS 0,9 %
 Jelly
 Kassa

40
 Hepavirk
Evaluasi Pasca Huni (Post Occupancy Evaluation)

Evaluasi Pasca Huni (EPH) adalah proses evaluasi terhadap bangunan dengan cara sistematis
dan teliti setelah bangunan selesai dibangun dan telah dipakai untuk beberapa waktu. Fokus EPH
adalah pemakai dan kebutuhan pemakai, sehingga mereka memberikan pengetahuan mengenai
akibat dari keputusan-keputusan desain masa lalu dan dari hasil kinerja bangunan. Pengetahuan
ini mejadi sebuah dasar yang baik untuk menciptakan bangunan yang lebih baik di masa depan.

Kegunaan evaluasi pasca huni bagi rumah sakit terbagi dalam tiga jangka waktu menurut
Hatmoko (2010), antara lain :

a) Kegunaan jangka pendek, yaitu meliputi peningkatan dalam hal identifikasi masalah dan
solusi dalam 27 manajemen fasilitas, manajemen fasilitas yang proaktif terhadap aspirasi
pengguna, peningkatan pemanfaatan ruang dan umpan balik terhadap kinerja bangunan,
peningkatan sikap pengguna melalui keterlibatan dalam proses evaluasi, pemahaman
implikasi kinerja dalam kaitannya dengan ketersediaan anggaran, serta proses
pengambilan keputusan yang lebih rasional dan objektif.
b) Kegunaan jangka menengah, yaitu meliputi peningkatan dalam hal kemampuan
pengembangan fasilitas sesuai dengan pertumbuhan organisasi, penghematan biaya dalam
proses pemanfaatan dan pemeliharaan bangunan serta peningkatan usia bangunan,
akuntabilitas kinerja bangunan oleh semua pengguna.
c) Kegunaan jangka panjang, yaitu meliputi peningkatan dalam hal kinerja fasilitas dalam
jangka panjang, perbaikan basis data, standar, dan kriteria untuk 28 perancangan fasilitas,
serta perbaikan sistem penilaian fasilitas melalui kuantifikasi.

41
DAFTAR PUSTAKA

Potter, P.A. & Perry,A.G. (2009). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep,

proses, dan praktik (Ed. Ke-4) (Renata, k., dkk, Penerjemah). Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sjamsuhidajat R, de Jong W. Sistem Endokrin, In : Buku Ajar Ilmu Bedah. 2nd edition. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2005. p : 683-695

Nanda International .(2011). Diagnosa keperawatan : definisi & klasifikasi 2011-2014. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta

http://antibodo.blogspot.com/2016/12/definisi-kamar-operasi.html

http://id.scribd.com/doc/150106569/Teknik Instrumentasi Thyroidectomy

42

Anda mungkin juga menyukai