Nama Kelompok :
1
BAB I
TINJAUAN TEORI
TIROID
1.1 PENGERTIAN
Kelenjar tiroid adalah kelenjar endokrin yang pertama kali tampak pada fetus.
Tonjolan kelenjar ini berkembang sejak minggu ke 3 - 4 dan berasal dari penebalan
entoderm dasar faring, penebalan ini akan tumbuh kearah kaudal dan disebut divertikulum
tiroid.
Kelenjar tiroid berwarna kekuning - kuningan, dengan diameter 4 - 7mm, mirip
jaringan lemak, biasanya ditemukan 4 buah, dua buah dikutub atas tiroid dan dua buah
dikutub bawah, berat keseluruhan 120 - 140mgr. Untuk membedakan dengan lemak, di
samping lokasi yang menempel pada kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid mempunyai massa
jenis yang lebih besar diandingkan dengan lemak, sehingga apabila dimasukkan ke dalam
air, kelenjar paratiroid akan tenggelam.
Suplai darah paling sering dari a. tiroidea inferior. Drainase vena melalui vena
tiroidea superior, media, & inferior. Bila vaskularisasi terganggu, dapat dilakukan autograft
kedalam m. sternocleidomastoideus, strap muscles atau lengan bawah.
Akibat
bertambah
panjangnya embrio dan pertumbuhan lidah maka divertikulum ini akanmengalami desensus
sehingga berada di bagian anterior leher dan bakal faring. Divertikulum ini dihubungkan
dengan lidah oleh satu saluran yang sempit yaitu duktus tiroglosusyang muaranya terdapat
pada lidah yaitu foramen cecum.
2
Divertikulum ini berkembang cepat membentuk dua lobus yang tumbuh ke lateral
sehingga terlihat kelenjar tiroid terdiri dari dualobus lateralis dengan bagian tengahnya
disebut isthmus. Pada minggu ke-7 perkembangan embrional kelenjar tiroid mencapai
posisinya yang terakhir pada ventral dari trakea yaitu setinggi vertebra C5,6,7 dan Th1, dan
secara bersamaan duktus tiroglosus akan hilang (akhir minggu ke-5).
Kanker Tiroid adalah satu keganasan pada tiroid yang memiliki 4 tipe yaitu: papiler,
folikuler, anaplastik dan meduler. Kanker tiroid jarang menyebabkan pembesaran kelenjar, lebih
sering menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar. Sebagian besar nodul tiroid
bersifat jinak, biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan.
1.2 ANATOMI
3
Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus (kiri dan kanan) dihubungkan melalui isthmus,
dan kadang-kadang terdapat lobus piramidalis, berwarna coklat terang, kenyal. Lokasinya
terdapat pada anterior leher, vertebra CV-TI, berat 15 - 20g, panjang 4 - 5cm, lebar 2cm,
tebal 2 - 4cm. Tebal isthmus 2-6 mm. Dikelilingi dua kapsul, yaitu true capsule dan false
capsule (perithyroid sheath, surgical capsule). Pada sisi posterior melekat erat pada trakea
dan laring (Ligamentum suspensorium dari Berry).
Struktur Penting
Ventral: platysma, false capsule, m.sternotiroid, m.sternohyoid
Strap muscles (sternotiroid, sternohyoid, omohyoid, thyrohyoid)
Superior: kartilago tiroid
Posterolateral: carotid sheath dan m.sternocleidomastoid
Posterior: menempel dengan membrana cricotiroid dan cartilago cricoid melalui
Ligamentum of Berry.
Kelenjar paratiroid (4 buah) yang terletak di posterolateral superior dan inferior. Di
superior terletak di antara true dan false capsule setinggi cartilago cricoid. Di inferior
terletak anterior dari n.laryangeus reccurens
Fascia superficialis dan deep fascia.
1.3 ETIOLOGI
Etiologi yang pasti belum diketahui. Yang berperan khususnya well differentiated carcinoma
(papilar dan folikuler) adalah radiasi dan goiter endemis dan untuk jeni meduler adalah factor
genetic. Belum diketahui suatu karsinogen yang berperan untuk kanker anaplastik dan meduler.
Diperkirakan kanker thyroid anaplastik berasal dari perubahan kanker thyoid berdifferensiasi
baik (papiler dan folikuler) dengan kemungkinan jenis folikuler dua kali lebih besar. Sedangkan
5
limfoma pada tiroid diperkirakan karena perubahan perubahan degenerasi ganas dari tiroiditis
hashimoto. Terdapat factor factor risiko yaitu
masa kanak kanak pernah mendapat terapi sinar di daerah leher atau sekitarnya
anggota keluarga lainnya menderita kelainan kelenjar gondok (endemis)
tetangga atau penduduk sekanpung ada yang menderita kelainan kelenjar gondok
1.4 PATHWAY
Klenjar tiroid
Kekurangan yodium
Sekresi tiroid
Penurunan kalsium
Hipertiroid
6
Pertumbuhan tumor
1. pemeriksaan Thyroid. Nodul soliter pada thyroid kemungkinan ganasnya 15-20%, sedang
nodul multiple mempunyai kemungkinan 5%. Kadang kadang nodul soliter yang ganas lama
7
lama dapat berubah menjadi bernodul nodul. Pembesaran difus mungkin merupakan suatu
tirotoksikosis
2. Pemerikaan pada tempat tempat kemungkinan terdapatnya penyebaran tumor (pembesaran
kelenjar getah bening, dan organ organ). Metastase jauh karsinoma thyroid ialah paru paru,
tulang (pelvis, vertebra, sternym, tengkorak dan humerus), hati, ginjal dan otak. Bagian
tulang yang terkena adalah yang spongiosa dan kaya vaskularisasi.
Stadium kanker
Stadium kanker ini tidaksaja berdasarkan histopatologi, ekstensi lokal, regional dan metastase
jauh, tetapi juga pada umur dan jenis kelamin. Klasifikasi TNM adalah sebagai berikut:
Tipe dan stadium <45 tahun > 45 tahun
Papiler
Setiap T, setiap N, M0
Folikuler
- Setiap T, setiap N, M0
Meduler
8
Stadium II setiap T, setiap N, M0 T2-4, N0, M0
Stadium III
- Setiap T, N1, M0
Stadium IV
setiap T, setiap N, M1 Setiap T, setiap N, M1
Tdk dapat
dikalsifikasikn
- -
Stadium I
- -
Stadium II
Stadium III - -
Catatan :
Metastase Kanker
Nodul tanpa nyeri pada tiroi atau pada leher biasanya merupakan tanda awal adanya penyakit.
Keterlibatan limfonodi servikal sering timbul pada awal diagnosis. Setiap pembesaran limfonodi
servikalis yang tidak terjelaskan memerlukan pemeriksaan tiroid, yang kadang kadang menderita
tumor primer yang sangat kecil untuk diraba, diagnosisnya didasarkan pada hasil biopsy
limfonodi. Paru paru merupakan tempat metastase yang paling lazim di luar leher. Mungkin
tidakada menifestasi klinis yang dapat diacu padanya, secara rontgenografis, tumor ini tampak
sebagai infiltrasi nodular atau milies difus, terutama bagian basal. Tumor ini mungkin
9
terkelirukan dengan TBC, histoplasmosis atau sarkoidosis. Tempat tempat matastasis lain
meliputi mediatinum, tulang panjang, tulang tengkorak dan aksilla.
1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Langkah pertama yang dianjurkan adalah menetukan status fungsi tiroid dengan memeriksa
TSH (sensitive) dan T4 bebas. Pada keganasan thyroid umumnya fungsi thyroid normal. Tetap
abnormalitas fungsi thyroid tidak dapat dengan sendirinya menghilangkan kemungkinan
keganasan.
1. Pemeriksaan laboratorium tidk ada yang spesifik, kecuali pemeriksaan kadar kalsitonin
untuk pasien yang dicurigai karsinoma meduler. Pengukuran kadar human Thyroglobulin,
suatu pertanda tumor untuk keganasan tiroid yang berdiferensiasi baik terutama untuk
monitoring setelah terapi pembedahan total tiroidektomi.
2. Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apakah nodul padat atau kistik dan sebagai
penuntun pada biopsy jarum halu. Nodul padat cenderung ganas.
3. Pemeriksaan sisdik thyroid, dapat dilakukan jika terdapat fasilitas kedokteran muklir. Bila
nodul menangkap yodium sedikit dari jaringan thyroid yang normal disebut nodul dingin.
Bila sama afinitasnya disebut nodul hangat. Karsinoma thyroid sebagian besar nodul
dingin.
4. Biopsi jarum dapat dilakukan dengan cara needle core biopsy atau biopsy jarum halus.
Hasil ketepatan diagnostiknya masih diperdebatkan.
5. Pemeriksaan radiologis dilakukan untuk mencari metastasis. Dilakukan foto paru
posterioanterior, foto polos jaringan lunak leher antero-posterior dan lateral dengan posisi
leher hiperekstensi bila tumornya besar, esofagogram bila secara klinis terdapat tanda
tanda adanya infiltrasi ke esophagus dan foto tulang bila ada tanda tanda metastasis ke
tulang.
1.7 PENATALAKSANAAN
1. Pembedahan
Bila diagnosis kemungkinan telah ditegakkan dan operable, operasi yang dilakukan adalah
lobektomi sisi yang patologik atau lobektomi subtotal dengan risiko bila ganas kemungkinan
ada sel sel karsinoma yang tertinggal. Pembedahan umumnya berupa tiroidektomi total.
Komplikasi dari operasi antara lain terputusnya nervus laringeus rekurens dan cabang
eksterna dari nervus laringeus superior, hipotiroidisme dan ruptur esophagus. Setelah
10
pembedahan, hormon tiroid diberikan dengan dosis supresif untuk menurunkan kadar TSH
hingga tercapai keadaan eutiroid
2. Radiasi
Bila tumor sudah inoperable atau pasien menolak operasi lagi untuk lobis kontralateral,
dilakukan:
a. Radiasi interna dengan I131. hanya tumor tumor berdiferensiasi baik yang mempunyai
afinitas terhadap I131 terutama yang folikuler. Radiasi interna juga diberikan pada tumor
tumor yang telah bermetastasis atau terdapat sisa tumor
b. Radiasi eksterna, memberikan hasil yang cukup baik untuk tumor tumor inoperable
atau anplastik yang tidak berafinitas terhadap I131. [pemberian eksterna terapi radiasi
menghadapi risiko untukmengalami mukositis, kekeringan mulut, disfagia, kemerahan
mulut, anoreksia, kelelahan.
1.8 FOKUS INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang muncul
11
f. Tidak mengalami gangguan tidur
2. Resiko infeksi berhubungan dengan tidakan pembedahan
NIC: Kontrol Infeksi (6540):
a. Monitor tanda tanda infeksi
b. Lakukan perawatan luka
c. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi
d. Kolaborasi pemberian antibiotik
a. Terpasang drainase
b. Ketidaktahuan untuk kontrol resiko infeksi
12
TIROIDEKTOMI
1.9 PENGERTIAN
Tindakan pengangkatan semua atau sebagian dari kelenjar tiroid
Ada beberapa istilah yang berhubungan dengan tiroidektomi yang biasa digunakan :
Tiroidektomi : pengangkatan kelenjar tiroid.
Lobektomi : pengangkatan satu lobus kelenjar tiroid.
Ismolobektomi : pengangkatan satu lobus kelenjar tiroid beserta isthmusnya.
2. Near total tiroidektomi: ismolobektomi dekstra dgn subtotal lobektomi sinistra dan
sebaliknya, sisa jaringan tiroid masing-masing 1–2 gram.
13
3. Total tiroidektomi: pengangkatan “seluruh” kelenjar tiroid.
1.10 INDIKASI dan KONTRAINDIKASI OPERASI TIROID
Indikasi :
1. Suspek malignancy atau keganasan
2. Gejala kompresi atau penekanan ke organ sekitar
3. Hipertiroid
4. Kosmetik
Kontraindikasi :
1. Inoperable tumor (sudah ekstensi ke struktur organ lain: trachea, esofagus, dll).
PERSIAPAN RUANGAN
Menata ruangan dangan mengatur penempatan mesin suction, mesin couter, meja
instrumen, meja mayo sesuai kebutuhan dan luas kamar operasi
Memberi alas perlak dan linen pada meja mayo
Memberi alas under pad pada bagian kepala pasien
Menempatkan tempat sampah yang sesuai agar mudah penggunaannya
PERSIAPAN PASIEN
Meninggalkan semua perhiasan dan gigi palsu
Informed consent
Persiapan psikologis
PERSIAPAN ALAT
Alat on steril
Meja operasi
Lampu operasi
Mesin couter dan measin suction
Tempat sampah
Persiapan Alat
1. Desinfeksi klem : 1 buah
2. Doek klem : 6 buah
14
3. Pincet
Anatomis : 2 buah
Cirurgis : 2 buah
4. Gagang pisau
No. 3 : 1 buah
5. Arteri klem
Pean lurus sedang : 4 buah
Pean bengkok sedang : 6 buah
Pean red angle sedang : 1 buah
6. Elis klem : 4 buah
7. Gunting
Gunting benang : 1 buah
Gunting jaringan besar : 1 buah
Gunting jaringan kecil : 1 buah
8. Needle holder/ Nald Voeder : 2 buah
9. Haak gigi : 1 pasang
10. Haak langenback : 1 pasang
11. Canule suction : 1 buah
12. Bengkok
Besar : 1 buah
Kecil : 1 buah
13. Cucing :2 buah
14. Couter
Persiapan Bahan Habis Pakai
- Handscoen steril ± 3 pasang
- Benang Absorbable (Monosyn) no. 2/0
- Cat gut no 2-0 1 pak
- Hass Kecil 20 buah
- Hass Besar 1 buah
- Under pad steril 1 buah
- Povidon iodin 10% ± 50cc
- NS ± 500cc
- Mess no 10 1 buah
Persiapan Linen
Duk Besar :8
Duk Kecil :6
Sarung meja mayo :1
Gaun operasi :6
Slang suction :1
Kom :1
Handuk kecil :4
- Desinfeksi lapangan operasi dg batas lateral: tepi depan m.trapezius, batas atas: bibir
bawah, batas bawah: kosta 3.
- Dibuat marker untuk insisi dg menggunakan silk 2-0 pada lipatan kulit leher ± 2 jari
diatas sternal notch (atau 1 cm dibawah kartilago krikoid), memanjang sampai ke tepi
anterior sternokleidomastoid.
- Insisi kulit, subkutis dan platysma, sekaligus menjadi satu flap, untuk mencegah
perdarahan, edema, dan perlengketan pasca operasi.
16
- Klem lurus (5 bh) pada dermis untuk traksi. Pertama kali flap atas. Diseksi dapat
dikerjakan secara tumpul, atau secara tajam menggunakan kauter atau skalpel.
-
- Diseksi tumpul pertengahan strap muscles sampai fascia colli profunda.
17
- Strap muscle (m.sternohyoid dan m.sternotiroid) diretraksi ke kiri dan ke kanan.
- Dilakukan pemisahan kelenjar tiroid pada cleavage plane (antara kel.tiroid dengan
m.sternokleidomastoideus).
- Pada tumor yang besar dapat dilakukan pemotongan strap muscle secara horizontal di
1/3 proksimalnya (seproksimal mungkin) setelah sebelumnya v.jugularis anterior
diligasi.
18
- Dilakukan diseksi tumpul dan tajam mulai dari tiroid di bagian tengah dengan
mengidentifikasi v.tiroid media.
19
- Diseksi dilanjutkan ke pool bawah dg mengidentifikasi arteri dan vena tiroidea
inferior, juga harus diidentifikasi dan preservasi n.rekuren laringeus yang terletak di
daerah sulkus trakeo-esofageal, umumnya berjalan di antara bifurcatio arteri tiroidalis
inferior.
- Ligasi a. tiroidea inferior distal dari suplai ke paratiroid.
- Vena tiroidea inferior pada pool bawah tiroid diligasi dg silk 2/0 pada 2 tempat dan
dipotong diantaranya.
- Untuk melakukan subtotal lobektomi maka dengan menggunakan klem lurus dibuat
‘markering’ pada jar tiroid diatas n.rekuren dan kel.paratiroid atas bawah dan jaringan
tiroid disisakan sebesar satu ruas jari kelingking penderita (± 6-8 gram).
20
- Identifikasi arteri dan vena tiroidea superior pada pool atas tiroid, kemudian dibuat 2
(3) ligasi pada pembuluh darah tadi dan dipotong diantaranya, yang diligasi betul-
betul hanya pembuluh darah saja.
- Untuk hindari cedera n. laringeus superior : hindari kauter & diseksi dari medial ke
lateral.
- Kelenjar paratiroid dilepaskan dari kel.tiroid, sambil dipreservasi arteri yang
memperdarahinya.
- Diseksi dilanjutkan kearah isthmus (pada cleavage plane), ligamentum Berry dan
isthmus diklem dan dipotong.
- Perhatian : a & v kecil (laryngeal inferior) yang biasanya menembus posterior lig.
Berry sisi cranial / pada lokasi RLN memasuki m. krikotiroid à pressure / Gelfoam.
21
- Dilakukan penjahitan “omsteking” (jahit ikat) CCG 3-0 (continuous interlocking)
pada jaringan tiroid yang diklem tadi.
- Kontrol perdarahan, terutama dilihat pada vasa
tiroidea superior.
- Setelah klj. Tiroid terangkat à inspeksi apakah
kelj. Paratiroid ikut terangkat.
- Cuci dg NaCl fisiologis (Shah : irigasi luka
dengan Bacitracin sol.)
- Posisi leher dikembalikan dg mengambil bantal
dibawah pundak penderita.
- Evaluasi ulang, rawat perdarahan.
- Pasang drain Penrose (Shah) melalui celah pada luka atau Redon no.12 yang
ditembuskan ke kulit searah dg tepi sayatan luka operasi, kemudian difiksasi dg silk
3/0.
- Kalau kelenjar paratiroid terambil, sebelum menutup luka operasi kelenjar paratiroid
ditanam (replantasi) pada m. SCM, strap muscles atau otot lengan bawah. Dipotong-
potong setebal 1 mm dan ditanamkan dalam kantong-kantong secara terpisah.
- Strap muscle diaproksimasikan dengan jahitan interrupted CCG 3-0.
- Platysma didekatkan dan dijahit interrupted dg chromic 3/0.
- Kulit dijahit secara subkutikular dgn benang sintetis 4/0.
- Luka operasi ditutup dg kassa steril.
- Pada waktu ekstubasi, perhatikan keadaan pita suara dg melihat laring menggunakan
laringoskop, adakah parese / asimetri pada korda vokalisnya.
1.12 KOMPLIKASI OPERASI
1. Komplikasi Awal :
22
a. Perdarahan
b. Paralise n.rekuren laringeus
c. Paralise n.laringeus superior
d. Trakeomalasia
e. Infeksi
f. Tetani hipokalsemia
g. Krisis tiroid (tiroid storm)
2. Komplikasi Lanjut :
a. Keloid
b. Hipotiroid
c. Hipertiroid yang kambuh
Penanganan Komplikasi :
1. Hipoparatiroidisme
a. Terjadi sekitar 0,6-2,8%
b. Klinis: baal-baal, baal ujung jari, gelisah, spasme carpopedal (tetani)
c. Terapi :
10 cc Calcium Gluconas IV dilanjutkan pemberian kalsium oral 1,5-2 g per hari
atau Calcitriol (Rocatrol) 0,25 – 10 microgram, 2 kali sehari.
2. Tiroid Storm
Dapat dicetuskan bila terdapat trauma atau stress surgical.Mortalitas ±75% jika tidak
ditangani dengan baik.
Gejala :
4. Febris
5. Delirium
6. Kejang
7. Diare
8. Muntah
9. Takikardia
10. Congestive heart failure
11. Berkeringat
Terapi :
Hentikan operasi / manipulasi tiroid
Oksigen
Bolus D 40% (large dose)
Beta bloker (propranolol) 40 – 60mg p.o. tiap 4 jam atau 2 mg iv selama 4 jam
PTU 1200 – 1500 mg/ hari (200-250 mg/ 4 jam peroral)
Methimazole 120 mg/ hari (20 mg/ 4 jam peroral) atau carbimazole 14-40 mg
peroral
Lugolisasi (KI 5 gtt/ 6 jam)
Dexamethason 2 mg / 6 jam iv
Antipiretik
Koreksi elektrolit
23
Cegah hipotermi
BAB II
TINJAUAN KASUS
2.1 Kasus
24
Pada tanggal 09 Desember 2019 pukul 08.19 Ny. S masuk RS Husada dari ruang poli,
selanjutnya ditransfer ke ruang rawat inap Melati bed E2 dengan diagnose medis SNT bilateral.
Keluhan utama pasien benjolan di leher kanan. Pasien mengatakan benjolan di leher kanan sudah
sejak kurang lebih 2 tahun SMRS, pasien mengatakan benjolan semakin membesar, pasien
mengatakan tidak mual dan muntah serta demam, pasien mengatakan takut untuk dioperasi.
Wajah pasien terlihat gelisah, GCS pasien E4 M6 V5. TTV pasien: TD : 130/80 mmHg, Nadi :
80x/menit, Suhu : 36.2°C, RR : 20x/menit. Pasien akan menjalankan operasi Tiroidektomi
Masalah Keperawatan :
Pengkajian
A. Identitas Pasien
25
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
B. Riwayat Kesehatan
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologi :
THORAX PA
Jantung bentuk dan letak normal, elongasio aorta tidak melebar, corakan bronchovaskuler
di hilus normal, tidak tampak bercak kesuraman pada kedua lapangan paru, sinus dan
diafragma baik, tidak tampak pl effusion, tampak pelebaran colli kanan yang mendorong
traken kekiri
KESAN
Jantung tidak membesar, elongasio aorta paru dalam batas normal, pelebaran colli kanan
yang mendorong trachea ke kiri cenderung stuma kanan.
Pemeriksaan sonografi leher :
Lobus kanan : membesar dengan terlihat nodul disertai multiple kista, ukuran nodul
kistik 4,8 X 3,3 X 5,6 cm, tidak tampak kalsifikasi
Lobus Kiri : ukuran 1 X 1 X 1,6 cm, parenkim homogeny, tidak tampak nodul atau
kista atau kalsifikasi
Istmus : tidak tampak nodul atau kista, tidak tampak pembesaran KGB leher
Kesan : struma nodosa berdegenerasi kistik kanan
Pemeriksaan Hasil Lab
26
KIMIA KLINIK
D. Penatalaksanaan
E. Terapi Rawat
2 kolf RL
1 kolf Dex 5% / 24 jam
Diet : Puasa sejak jam 10.00
Post operasi
28
Dr Anastesi : dr Ody
Konfirmasi identitas pasien, nama operasi, prosedur dan lokasi insisi : Insici
Debridement
S:-
O:
- Pasien telah dilakukan tindakan operasi tiroidektomi oleh Dr Afrimal, Sr Merry
dan Sr Anas dengan anastesi umum oleh Dr Ody tim anastesi. Anastesi mulai jam
19.00 – 21.00 , operasi mulai jam 19.00 – 21.00.
- Laporan operasi ada, surat persetujuan operasi ada. Persetujuan anastesi ada.
Jaringan di periksa PA dan sudah diperlihatkan kepada keluarga
A : Tiroidektomi
P:
- sesuai instruksi DPJP
- Perawatan luka
Evaluasi
S:
P: Intervensi di hentikan
30
MASALAH KEPERAWATAN 2 : ANSIETAS
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x24 jam, masalah ansietas b.d krisis situasional
dapat teratasi dengan kriteria hasil :
31
Hasil : pasien mengatakan sudah termotivasi dan mengatakan senang mendapatkan
dukungan
Evaluasi
S:
O:
A : Tujuan teratasi
P : Intervensi di hentikan
32
- Pasien mengatakan nyeri - Terdapat bekas sayatan di leher
disekitar bagian luka operasi sebelah kanan
P: luka post operasi - TTV pasien: TD = 110/90
Q: seperti ditusuk-tusuk
mmHg, S = 36,5, N =
R: leher sebelah kanan
S: 5/10 88x/menit, RR = 19x/menit
T: setelah dilakukan operasi
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan 1x24 jam masalah keperawatan Nyeri Akut b. d agens
cidera fisik teratasi dengan kriteria hasil :
INTERVENSI
IMPLEMENTASI
EVALUASI
S:
33
- Pasien mengatakan nyerinya berkurang
- Pasien mengatakan nyaman dengan posisi supine
O:
- TD = 110/90 mmHg, Nadi = 88x/menit, RR = 19x/menit, Suhu = 36,5
- Pasien tampak nyaman dengan posisi supine
- Pasien tampak diberikan obat ketorolac
- pasien tampak sudah mengerti dan akan melaporkan pada perawat jika peredaan nyeri
tidak dapat tercapai
P : Intervensi dilanjutkan
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan 1X24 jam masalah keperawatan Resiko Infeksi b.d luka
post op teratasi dengan kriteria hasil :
INTERVENSI
34
IMPLEMENTASI
EVALUASI
S:
- pasien mengatakan selalu menerapkan cuci tangan agar terhindar dari resiko infeksi
- keluarga pasien mengatakan sudah paham cara melakukan perawatan luka dan
mengetahui tanda - tanda gejala infeksi
O:
P : Intervensi dilanjutkan
35
BAB III
RUANG OPERASI
3.1 Definisi
Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit, tempat untuk melakukan tindakan
pembedahan, baik elektif maupun emergency, yang membutuhkan keadaan suci hama (steril).
Kamar bedah adalah ruang dimana dilakukan tindakan tindakan sehubungan dengan
pembedahan. Ruangan ini merupakan ruangan terbatas/ ketat, (HIPKABI : 2010).
36
Kamar operasi yang baik harus memenuhi syarat - syarat sebagai berikut :
a) Letak
Letak kamar operasi berada ditengah-tengah rumah sakit berdekatan dengan unit gawat
darurat (IRD), ICU dan unit radiology.
b) Bentuk
Kamar operasi tidak bersudut tajam, lantai, dinding, langit-langit berbentuk lengkung
danwarna tidak mencolok. Sedangkan Lantai dan dinding harus terbuat dari bahan yang
rata, kedap air, mudah dibersihkan dan tidak menampung debu.
c) Ukuran
Ukuran kamar bedah bermacam-macam tergantung dari besar kecilnya rumah sakit.
Tetapi biasa ditetapkanminimal 5,6 m x 5,6 m (=29,1 m2), dan untuk kamar operasi
khusus/besar 7,2 m x 7,8 (=56 m2).
d) Sistem ventilasi
Ventilasi kamar operasi harus dapat diatur dengan alat control dan penyaringan udara
dengan menggunakan filter. Idealnya menggunakan sentral AC, dan Pertukaran dan
sirkulasi udara harus berbeda. Daerah tropis suhu udara antara 19º -22º C. sedangkan
daerah dingin antara 20º-24º C. kelembaban antara 55%
e) Sistem penerangan
Lampu Operasimenggunakan lampu khusus, sehingga tidak menimbulkan panas, cahaya
terang, tidak menyilaukan dan arah sinar mudah diatur posisinya.
Lampu Peneranganmenggunakan lampu pijar putih dan mudah dibersihkan.Pencahayaan
antara 300 - 500 lux, meja operasi 10.000 - 20.000 lux.
f) Peralatan
Semua peralatan yang ada di dalam kamar operasi harus beroda dan mudah dibersihkan.
Untuk alat elektrik, petunjuk penggunaaanya harus menempel pada alat tersebut agar
mudah dibaca. Sistem pelistrikan dijamin aman dan dilengkapi dengan elektroda untuk
memusatkan arus listrik mencegah bahaya gas anestesi.
g) Sistem instalasi gas medis
Pipa (out let) dan konektor N2O dan oksigen, dibedakan warnanya, dan dijamin tidak
bocor serta dilengkapi dengan system pembuangan/penghisap udara untuk mencegah
penimbunan gas anestesi.
h) Pintu
37
Pintu masuk dan keluar pasien dan petugas harus berbeda. Setiap pintu menggunakan
door closer (bila memungkinkan). Dan setiap pintu diberi kaca pengintai untuk melihat
kegiatan kamar tanpa membuka pintu.
i) Pembagian area
Batas tegas antara area bebas terbatas, semi ketat dan area ketat, dan ada ruangan
persiapan untuk serah terima pasien dari perawat ruangan kepada perawat kamar operasi.
j) Penentuan Jumlah Kamar Operasi
Setiap rumah sakit merancang kamar operasi disesuaikan dengan bentuk dan lahan yang
tersedia,sehingga dikatakan bahwa rancang bangun kamar operasi setiap rumah sakit
berbeda, tergantung daribesar atau tipe rumah sakit tersebut.Makin besar rumah sakit
tentu membutuhkan jumlah dan luas kamar bedah yang lebih besar. Jumlahkamar operasi
tergantung dari berbagai hal yaitu:
5. Jumlah dan lama waktu operasi yang dilakukan.
6. Jumlah dokter bedah dan macam spesialisasi serta subspesialisasi bersama fasilitas
penunjang.
7. Pertimbangan antara operasi berencana dan operasi segera.
8. Jumlah kebutuhan waktu pemakaian kamar operasi baik jam per hari maupun
perminggu.
9. Sistem dan prosedur yang ditetapkan untuk arus pasien, petugas dan penyediaan
peralatan.
10. Komunikasi
Sistem komunikasi di kamar bedah sangat vital, komunikasi tiap ruangan
menggunakan telepon parallel.
Pelaksanaan atau tata cara kerja perawat instrument merupakan tindakan yang dilakukan
perawat instrument pada waktu sebelum, selama, dan sesaat sesudah dilingkungan operasi. Tugas
dan tanggung jawab yang dilakukan adalah menyiapkan ruangan, pasien, personil, maupun alat
instrument dan bahan kebutuhan operasi lain nya.
38
Sesaat sebelum operasi, perawat kamar operasi melakukan pengecekan terhadap kebersihan
lingkungan, meja mayo, kelayakan alat, dll.
2. Persiapan pasien
Sesaat setelah pasien datang diruang Persiapan, kemudian dipindahkan ke brancard dan
mengganti baju khusus ruang OK hingga akhir operasi berlangsung.
Personil yang dimaksud adalah operator, asisten, perawat instrument, dan yang terlibat
langsung dalam aseptic 0.
4. Instrument
Instrument adalah alat-alat yang digunakan untuk tindakan pembadahan. Instrument terbagi
menjadi 2 macam yaitu :
Instrument dasar digunakan untuk pembedahan yang sifatnya sederhana dan tidak
memerlukan instrument tambahan.
39
- Alise klem ( Allies clamp ) : 2 buah
Linen Set
Duk besar : 3
Duk sedang : 4
Duk kecil : 4
Duk kombinasi : 1
Duk lubang : 1
Scort/baju Operasi : 4
Sarung meja Mayo : 1
Perlak : 2
Handuk kecil : 4
40
Hepavirk
Evaluasi Pasca Huni (Post Occupancy Evaluation)
Evaluasi Pasca Huni (EPH) adalah proses evaluasi terhadap bangunan dengan cara sistematis
dan teliti setelah bangunan selesai dibangun dan telah dipakai untuk beberapa waktu. Fokus EPH
adalah pemakai dan kebutuhan pemakai, sehingga mereka memberikan pengetahuan mengenai
akibat dari keputusan-keputusan desain masa lalu dan dari hasil kinerja bangunan. Pengetahuan
ini mejadi sebuah dasar yang baik untuk menciptakan bangunan yang lebih baik di masa depan.
Kegunaan evaluasi pasca huni bagi rumah sakit terbagi dalam tiga jangka waktu menurut
Hatmoko (2010), antara lain :
a) Kegunaan jangka pendek, yaitu meliputi peningkatan dalam hal identifikasi masalah dan
solusi dalam 27 manajemen fasilitas, manajemen fasilitas yang proaktif terhadap aspirasi
pengguna, peningkatan pemanfaatan ruang dan umpan balik terhadap kinerja bangunan,
peningkatan sikap pengguna melalui keterlibatan dalam proses evaluasi, pemahaman
implikasi kinerja dalam kaitannya dengan ketersediaan anggaran, serta proses
pengambilan keputusan yang lebih rasional dan objektif.
b) Kegunaan jangka menengah, yaitu meliputi peningkatan dalam hal kemampuan
pengembangan fasilitas sesuai dengan pertumbuhan organisasi, penghematan biaya dalam
proses pemanfaatan dan pemeliharaan bangunan serta peningkatan usia bangunan,
akuntabilitas kinerja bangunan oleh semua pengguna.
c) Kegunaan jangka panjang, yaitu meliputi peningkatan dalam hal kinerja fasilitas dalam
jangka panjang, perbaikan basis data, standar, dan kriteria untuk 28 perancangan fasilitas,
serta perbaikan sistem penilaian fasilitas melalui kuantifikasi.
41
DAFTAR PUSTAKA
Potter, P.A. & Perry,A.G. (2009). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep,
proses, dan praktik (Ed. Ke-4) (Renata, k., dkk, Penerjemah). Jakarta:
Sjamsuhidajat R, de Jong W. Sistem Endokrin, In : Buku Ajar Ilmu Bedah. 2nd edition. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2005. p : 683-695
Nanda International .(2011). Diagnosa keperawatan : definisi & klasifikasi 2011-2014. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta
http://antibodo.blogspot.com/2016/12/definisi-kamar-operasi.html
42