Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. T

RENDY SUKMA WIJAYA

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAJAPAHIT
MOJOKERTO
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Konsep Hipertensi
A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi dapat didefenisikan sebagai tekanan darah
persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan
tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Hipertensi merupakan
penyebab utama gagal jantung, gagal ginjal. Disebut sebagai
“pembunuh diam-diam“ karena orang dengan hipertensi sering
ridak menampakkan gejala (Brunner & Suddart, 2015). Sedangkan
menurut Sheps (2005) dalam Masriadi (2016), hipertensi adalah
penyakit dengan tanda adanya gangguan tekanan darah sistolik
maupun diastolik yang naik diatas tekana darah normal.Tekanan
darah sistolik adalah tekana puncak yang tercapai ketika jantung
berkontraksi dan memompakan darah keluar melalui
arteri.Tekanan darah diastolik diambil tekanan jatuh ketitik
terendah saat jantung rileks dan mengisi darah kembali.
Tagor, (2003) dalam Wijaya & Putri, (2013), hipertensi
adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah
secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali
pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa
factor risiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam
mempertahankan tekanan darah secara normal.(Wijaya & Putri,
2013).Menurut JNC hipertensi terjadi apabila tekanan darah lebih
dari 140 / 90 mmHg. 2.
B. Penyebab hipertensi
1) Hipertensi primer atau esensial
Hipertensi primer atau esensial adalah tidak dapat
diketahuin penyebabnya. Hipertensi esensial biasanya dimulai
sebagai proses labil (intermiten) pada individu pada akhir 30-an
dan 50-an dan secara bertahap “ menetap “ pada suatu saat
dapat juga terjadi mendadak dan berat, perjalanannya
dipercepat atau “maligna“ yang menyebabkan kondisi pasien
memburuk dengan cepat. Penyebab hipertensi primer atau
esensial adalah gangguan emosi, obesitas, konsumsi alkohol
yang berlebihan, kopi, obat – obatan, faktor keturunan
(Brunner & Suddart, 2015). Sedangkan menurut Robbins
(2007), beberpa faktor yang berperan dalam hipertensi primer
atau esensial mencakup pengaruh genetik dan pengaruh
lingkungan seperti :stress, kegemukan, merokok, aktivitas fisik
yang kurang, dan konsumsi garam dalam jumlah besar
dianggap sebagai faktor eksogen dalam hipertensi.
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah kenaikan tekanan darah dengan
penyebab tertentu seperti penyempitan arteri renalis, penyakit
parenkim ginjal, berbagai obat, disfungsi organ, tumor dan
kehamilan (Brunner & Suddart, 2015). Sedangkan menurut
Wijaya & Putri (2013), penyebab hipertensi sekunder
diantaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor, diabetes,
kelainan adrenal, kelainan aorta, kelianan endokrin lainnya
seperti obesitas, resistensi insulin, hipertiroidisme dan
pemakaian obat-obatan seperti kontasepsi oral dan
kartikosteroid.

C. Faktor-faktor resiko hipertensi


Faktor-faktor resiko hipertensi yang tidak dapat diubah dan
yang dapat diubah oleh penderita hipertensi menurut Black &
Hawks (2014) adalah sebagai berikut :
1) Faktor-faktor resiko yang tidak dapat diubah
a) Riwayat keluarga
Hipertensi dianggap poligenik dan multifaktorial
yaitu, pada seseorang dengan riwayat keluarga, beberapa
gen berinteraksi dengan yang lainnya dan juga lingkungan
yang dapat menyebabkan tekanan darah naik dari waktu ke
waktu. Klien dengan orang tua yang memiliki hipertensi
berada pada risiko hipertensi yang lebih tinggi pada usia
muda.
b) Usia
Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-
50 tahun. Peristiwa hipertensi meningkat dengan usia 50-60
% klien yang berumur lebih dari 60 tahun memiliki tekanan
darah lebih dari 140/90 mmHg. Diantara orang dewasa,
pembacaan tekanan darah sistolik lebih dari pada tekanan
darah diastolic karena merupakan predictor yang lebih baik
untuk kemungkinan kejadian dimasa depan seperti penyakit
jantung koroner, stroke, gagal jantung, dan penyakit ginjal.
c) Jenis kelamin
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria
dibandingkan wanita sampai kira-kira usia 55 tahun. Resiko
pada pria dan wanita hamper sama antara usia 55 sampai 74
tahun, wanita beresiko lebih besar.
d) Etnis
Peningkatan prevalensi hipertensi diantara orang
berkulit hitam tidaklah jelas, akan tetapi penigkatannya
dikaitkan dengan kadar rennin yang lebih rendah,
sensitivitas yang lebih besar terhadap vasopressin, tinginya
asupan garam, dan tinggi stress lingkungan.
2) Faktor-faktor resiko yang dapat diubah
a) Diabetes mellitus
Hipertensi telah terbukti terjadi lebih dua kali lipat
pada klien diabetes mellitus karena diabetes mempercepat
aterosklerosis dan menyebabkan hipertensi karena
kerusakan pada pembuluh darah besar.
b) Stress
Stress meningkat resistensi vaskuler perifer dan
curah jantung serta menstimulasi aktivitas saraf simpatis.
Stress adalah permasalah persepsi, interpretasi orang
terhadap kejadian yang menciptakan banyak stressor dan
respon stress.
c) Obesitas
Obesitas terutama pada tubuh bagian atas, dengan
meningkatnya jumlah lemak disekitar diafragma, pinggang
dan perut, dihubungkan dengan pengembangan hipertensi.
Kombinasi obesitas dengan faktor-faktor lain dapat ditandai
dengan sindrom metabolis, yang juga meningkatkan resiko
hipertensi.
d) Nutrisi
Kelebihan mengosumsi garam bias menjadi
pencetus hipertensi pada individu. Diet tinggi garam
menyebabkan pelepasan hormone natriuretik yang
berlebihan, yang mungkin secara tidak langsung
menigkatkan tekanan darah. Muatan natrium juga
menstimulasi mekanisme vaseoresor didalam system saraf
pusat. Penelitan juga menunjukkan bahwa asupan diet
rendah kalsim, kalium, dan magnesium dapat berkontribusi
dalam pengembangan hipertensi.
e) Penyalahgunaan obat
Merokok sigaret, mengosumsi banyak alcohol, dan
beberpa penggunaan obat terlarang merupakan faktor-
faktor resiko hipertensi. pada dosis tertentu nikotin dalam
rokok sigaret serta obat seperti kokain dapat menyebabkan
naiknya tekanan darah secara langsung.

D. Patofisiologi
Faktor predisposisi yang saling berhubungan juga turut
serta menyebabkan peningkatan tekanan darah pada pasien
hipertensi. Di antaranya adalah faktor primer dan faktor sekunder.
Faktor primer adalah faktor genetik, gangguan emosi, obesitas,
konsumsi alkohol, kopi, obat – obatan, asupan garam, stress,
kegemukan, merokok, aktivitas fisik yang kurang.Sedangkan
faktor sekunder adalah kelainan ginjal seperti tumor, diabetes,
kelainan adrenal, kelainan aorta, kelainan endokrin lainnya seperti
obesitas, resistensi insulin, hipertiroidisme dan pemakaian obat-
obatan seperti kontasepsi oral dan kartikosteroid (Brunner &
Suddart, (2005) dalam Wijaya & Putri, (2013).
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak.
Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen.Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
implus yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuro preganglion melepaskan asetikolin,
yang akan merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokontriktor.Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
neropinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bias terjadi (Brunner & Suddart, (2005) dalam Wijaya &
Putri, (2013).
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi,
kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokontriksi.Medulla adrenal mengsekresi epinefrin
yang menyebabkan vasokontriksi.Korteks adrenal mengsekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon
vasonkonstriktor pembuluh darah.Vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin.Rennin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor
kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal.Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air
oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler.Semua factor tersebut cendrung pencetus keadaan
hipertensi (Brunner & Suddart, (2005) dalam Wijaya & Putri,
(2013).
Perubahan struktural dan fungsional pada sitem pembuluh
darah perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah
yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang ada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang di
pompa oleh jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan
penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.
(Brunner & Suddart, (2005) dalam Wijaya & Putri, (2013).
E. Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan
apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula
ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat
( kumpulan cairan ), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus
berat edema pupil ( edema pada diskus optikus ) (Brunner &
Suddart, 2015).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak
menampakkan gejala sampai bertahun – tahun. Gejala, bila ada,
biasanya menunjukkan adanya kerusakan vaskuler, dengan
manifestasi yang khas sesuai system organ yang divaskularisasi
oleh pembuluh darah bersangkutan. Penyakit arteri koroner dengan
angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi.Hipertrofi
ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja
ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekana sistemik yang
menigkat.Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan
beban kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri (Brunner &
Suddart, 2015).
Crowin (2000) dalam Wijaya & Putri (2013), menyebutkan
bahwa sebagian besar gejala klinis timbul :
1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang – kadang disertai mual dan
muntah, akibat peningkatan tekana intracranial.
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.
3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan
saraf pusat
4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerolus..
5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan
tekanan kapiler.

F. Komplikasi hipertensi
Hipertensi yang tidak ditanggulangi dalam jangka panjang
akan menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ
yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi
hipertensi dapat terjadi pada organ-organ tubuh menurut Wijaya &
Putri (2013), sebagai berikut :
1. Jantung
Hipertensi dapat menyebab terjadinya gagal jantung dan
penyakit jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban
kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor
dan berkurang elastisitasnya, yang disebut dekompensasi.
Akibatnya, jantung tidak lagi mampu memompa sehingga
banyaknya cairang yang tetahan diparu maupun jaringan tubuh
lain yang dapat menyebabkan sesak nafas atau oedema.
Kondisi ini disebut gagal jantung.
2. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko
stroke, apabila tidak diobati resiko terkena stroke 7 kali lebih
besar.
3. Ginjal
Hipertensi juga menyebabkan kerusakan ginjal, hipertensi
dapat menyebabkan kerusakan system penyaringan didalam
ginjal akibat lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat
yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah
dan terjadi penumpukan di dalam tubuh.

4. Mata
Hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati
hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan. 8.
G. Penatalaksanaan
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah
mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan
mencapai dan mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90
mmHg. Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat
hipertensi, komplikasi, biaya perawatan dan kualitas hidup
sehubungan dengan terapi (Brunner & Suddart, 2015). Beberapa
penelitan menunjukkan bahwa pendekatan nonfarmakologis
termasuk penurunan berat badan, pembatasan alcohol, natrium dan
tembakau, latihan dan relaksasi merupakan intervensi wajib yang
harus dilakukan pada setiap antihipertensi. Apanila penderita
hipertensi ringan berada dalam risiko tinggi (pria perokok) atau
bila tekanan darah diastoliknya menetap, diatas 85 mmHg atau 95
mmHg dan sistoliknya diatas 130 sampai 139 mmHg, maka perlu
dimulai terapi obat-obatan. (Brunner & Suddart, 2015 ).
Ridwanamirudin (2007) dalam Wijaya & Putri (2013),
menjelaskan bahwa penatalaksanaan non farmakologis terdiri dari
berbagai macam cara modifikasi gaya hidup sangat penting dalam
mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan hipertensi dengan
non farmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya
hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu :
1. Mempertahankan berat badan ideal
Radmarsarry, (2007) dalam Wijaya & Putri (2013),
mengatasi obesitas juga dapat dilakukan dengan melakukan
diet rendah kolesterol namun kaya dengan serat dan protein,
dan jika berhasil menurunkan berat badan 2,5 – 5 kg maka
tekanan darah diastolik dapat diturunkan sebanyak 5 mmHg.
2. Kurangi asupan natrium
Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013),
penguramgan konsumsi garam menjadi ½ sendok the/hari dapat
menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan
diastolic sebanyak 2,5 mmHg.
3. Batasi konsumsi alkohol
Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013),
konsumsi alkohol harus dibatasi karena konsumsi alcohol
berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah.Para peminum
berat mempunyai resiko mengalami hipertensi empat kali lebih
besar dari pada mereka yang tidak meminum berakohol.
4. Diet yang mengandung kalium dan kalsium
Kaplan, (2006) dalam Wijaya & Putri (2013), Pertahankan
asupan diet potassium ( >90 mmol (3500 mg)/hari) dengan cara
konsumsi diet tinggi buah dan sayur seperti : pisang, alpukat,
papaya, jeruk, apelkacang-kangan, kentang dan diet rendah
lemak dengan cara mengurangi asupan lemak jenuh dan lemat
total. Sedangkan menurut Radmarsarry (2007) dalam Wijaya &
Putri (2013), kalium dapat menurunkan tekanan darah dengan
meningkatkan jumlah natrium yang terbuang bersama
urin.Dengan mengonsumsi buahbuahan sebanyak 3-5 kali
dalam sehari, seseorang bisa mencapai asupan potassium yamg
cukup.
5. Menghindari merokok
Dalimartha (2008) dalam Wijaya & Putri (2013), merokok
memang tidak berhubungan secara langsung dengan timbulnya
hipertensi, tetapi merokok dapat menimbulkan resiko
komplikasi pada pasien hipertensi seperti penyakit jantung dan
stroke, maka perlu dihindari rokok karena dapat memperberat
hipertensi.
6. Penurunan Stress
Sheps (2005) dalam Wijaya & Putri ( 2013), stress memang
tidak menyebabkan hipertensi yang menetap namun jika
episode stress sering terjadi dapat menyebabkan kenaikan
sementara yang sangat tinggi.
7. Terapi pijat
Dalimartha (2008) dalam Wijaya & Putri (2013), pada
prinsipnya pijat yang dikukan pada penderita hipertensi adalah
untuk memperlancar aliran energy dalam tubuh sehingga
gangguan hipertensi dan komplikasinya dapat diminalisir,
ketika semua jalur energi tidak terhalang oleh ketegangan otot
dan hambatan lain maka risiko hipertensi dapat ditekan.
Berikut beberapa obat tradisional yang dapat digunakan
oleh penderita hipertensi menurut Latief (2014) adalah sebagai
berikut :
a. Bawang putih
2 – 3 siung bawang utih dikupas, dicuci, dikunyah dan
ditelan dengan air hangat. Gunakan 3 kali sehari.Selain itu,
bawang putih juga dapat dibakar sampai matang sebelum
dimakan.2 hari pertama makan 6 siung.Selanjutnya makan
2 siung selama seminggu.
b. Belimbing manis
Beberapa buah belimbing manis muda diparut dan diambil
sarinya. Sari belimbing diminum 2 kali sehari.
c. Belimbing wuluh
3 buah belimbing wuluh direbus dengan tiga gelas air
hingga air tinggal setengah. Air rebusan disaring dan
diminum 1 kali sehari pada pagi hari. Cara lainnya,
belimbing wuluh diparut dan diperas, air perasan diminum
1 kali sehari.
d. Mengkudu
2 buah mengkudu di buang bijinya, diparut, dan diperas.Air
perasan ditambah air mentimun, gula aren, dan 2 gelas air
panas, lalu di saring, diminum 3 kali sehari.
e. Mentimun
2 buah mentimun dicuci, diparut, diperas, dan diminum 2-3
kali sehari.Cara lainnya, 150 gr mentimun direbus dan
disaring.Timun yang telah direbus dimakan dan air rebusan
diminum.Hal ini dilakukan dengan teratur setiap hari.
f. Sambiloto (ampadu tanah)
Setengah genggam daun sambiloto segar direbus dengan 3
gelas airnya tinggal tiga perempat gelas, diminum 3 kali
sehari.

2. Konsep Keluarga
Definisi Keluarga
Keluarga adalah sebagai unit sosial-ekonomi terkecil dalam
masyarakat yang merupakan landasan dasar dari semua institusi.
Keluarga merupakan kelompok primer yang terdiri dari dua atau
lebih orang yang mempunyai jaringan interaksi interpersonal,
hubungan darah, hubungan perkawinan, dan adopsi (Puspitawati,
2016). Keluarga menurut Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009
(dalam Puspitawati, 2016) Tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga: Bab II: Bagian Ketiga Pasal 4 Ayat
(2), bahwa Pembangunan keluarga bertujuan untuk meningkatkan
kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tenteram, dan
harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan
kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin. Keluarga merupakan
keharusan yang diwajibkan oleh Agama, salah satunya tertera pada
Kitab Suci Al Qur’an (Puspitawati, 2016):
a. Firman Allah dalam Surat At-Tahrim Ayat 6: “Hai orang-orang
yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan”.
b. Firman Allah dalam Surat Al-Furqon : Ayat 74 “Dan orang-
orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada
kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang
hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang
bertakwa”.
Ciri Keluarga
Terdapat 4 ciri keluarga yaitu (Puspitawati, 2016):
a. Keluarga adalah susunan orang-orang yang disatukan oleh
ikatan perkawinan (pertalian antar suami dan istri), darah
(hubungan antara orangtua dan anak) atau adopsi.
b. Anggota-anggota keluarga ditandai dengan hidup bersama
dibawah satu atap dan merupakan susunan satu rumah tangga.
Tempat kost dan rumah penginapan bisa saja menjadi rumah
tangga, tetapi tidak akan dapat menjadi keluarga, karena
anggota-anggotanya tidak dihubungkan oleh darah, perkawinan
atau adopsi.
c. Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang
berinteraksi dan berkomunikasi yang menciptakan peranan-
peranan sosial bagi si suami dan istri, ayah dan ibu, anak laki-
laki dan perempuan, saudara laki-laki dan saudara perempuan;
Peranan-peranan tersebut diperkuat oleh kekuatan tradisi dan
sebagian lagi emosional yang menghasilkan pengalaman.
d. Keluarga adalah pemelihara suatu kebudayaan bersama yang
diperoleh dari kebudayaan umum. Keluarga sebagai suatu
susunan sosial yang didasarkan pada kontrak perkawinan
termasuk dengan pengenalan hak-hak dan tugas orangtua;
tempat tinggal suami, istri dan anak-anak; dan kewajiban
ekonomi yang bersifat reciprocal antara suami dan istri.
Tujuan Keluarga
Tujuan keluarga adalah mewujudkan kesejahteraan lahir
(fisik, ekonomi) dan batin (sosial, psikologi, spiritual, dan mental).
Selain itu juga untuk mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan
bagi anggota keluarganya, serta melestarikan keturunan dan
budaya suatu bangsa. Keluarga yang sejahtera diartikan sebagai
keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah,
mampu memenuhi kebutuhan fisik dan mental yang layak,
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta memiliki hubungan
yang serasi, selaras, dan seimbang antar anggota keluarga, dan
antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya (Puspitawati,
2016).
Tipe Keluarga
Terdapat dua tipe keluarga, antara lain (Limantoro & Japarianto,
2016):
a. Nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan satu atau lebih anak.
Jenis keluarga ini cenderung memiliki anggota keluarga yang
lebih sedikit dibandingkan dengan extended family. Dalam
jenis keluarga ini biasanya pihak yang memiliki wewenang
lebih besar dalam mengambil keputusan adalah orangtua.
Pengambilan keputusan untuk kebutuhan anak pada awalnya
akan dilakukan oleh orang tua. Hal tersebut akan mulai berubah
seiring dengan pertambahan usia anak, hingga akhirnya anak
mampu membuat keputusannya sendiri.
b. Extended family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang tinggal bersama
yang biasanya terdiri dari kakek, nenek, paman, bibi dan
keponakan. Keluarga jenis ini tentunya memiliki kebutuhan
yang lebih beragam apabila dibandingkan dengan nuclear
family. Hal ini dapat disebabkan jumlah anggota keluarga yang
lebih banyak sehingga kebutuhannya menjadi lebih beragam.
Misalnya saja anak-anak membutuhan matras single untuk
tidur dengan ukuran yang lebih kecil, untuk ayah dan ibu
membutuhkan matras double dengan ukuran lebih lebar karena
digunakan bersama, sedangkan untuk nenek atau kakek bisa
jadi membutuhkan matras single atau double namun dengan
ukuran yang lebih panjang dibandingkan dengan matras anak.
Teori Struktural-Fungsional Keluarga
Pendekatan teori sosiologi struktural-fungsional menyangkut
struktur (aturan pola sosial) dan fungsinya dalam masyarakat.
Penganut pandangan teori struktural-fungsional melihat sistem
sosial sebagai suatu sistem yang seimbang, harmonis dan
berkelanjutan. Konsep struktur sosial meliputi bagian-bagian dari
sistem dengan cara kerja pada setiap bagian yang terorganisir.
Pendekatan teori ini mengakui adanya segala keragaman dalam
kehidupan sosial yang kemudian diakomodasi dalam fungsi sesuai
dengan posisi (Puspitawati, 2016).
Pendekatan struktural-fungsional menekankan pada
keseimbangan sistem yang stabil dalam keluarga dan kestabilan
sistem sosial dalam masyarakat. Pendekatan teori struktural-
fungsional dapat digunakan dalam menganalisis peran keluarga
agar dapat berfungsi dengan baik untuk menjaga keutuhan keluarga
dan masyarakat. Konsep keseimbangan mengarah kepada konsep
homeostasis suatu organisme yaitu suatu kemampuan untuk
memelihara stabilitas agar kelangsungan suatu sistem tetap terjaga
dengan baik meskipun di dalamnya mengakomodasi adanya
adaptasi dengan lingkungan (Puspitawati, 2016).
Sebagai asumsi dasar dalam teori struktural fungsional adalah
(Puspitawati, 2016):
a. Masyarakat selalu mencari titik keseimbangan.
b. Masyarakat memerlukan kebutuhan dasar agar titik
keseimbangan terpenuhi.
c. Untuk memenuhi kebutuhan dasar, maka fungsi-fungsi harus
dijalankan.
d. Untuk memenuhi semua ini, maka harus ada struktur tertentu
demi berlangsungnya suatu keseimbangan atau homeostatik.
Konsep Struktural Fungsional adalah (Puspitawati, 2016):
a. Sistem: Suatu obyek dan hubungan antar obyek dengan
atributnya.
b. Boundaries: Suatu batas antara sistem dan lingkungannya yang
mempengaruhi aliran informasi dan energinya (tertutup atau
terbuka).
c. Aturan Transformasi: Memperlihatkan hubungan antara
elemen-elemen dalam suatu sistem.
d. Feedback: Suatu konsep dari teori sistem yang menggambarkan
aliran sirkulasi dari output kembali sebagai input (positif,
negatif/ penyimpangan).
e. Variety: Merujuk pada derajat variasi adaptasi perubahan
dimana sumber daya dari sistem dapat memenuhi tuntutan
lingkungan yang baru.
f. Equilibrium: Merujuk pada keseimbangan antara input dan
output (homeostatis mempertahankan keseimbangan secara
dinamis antara feedback dan kontrol).
g. Subsistem: Variasi tingkatan dari suatu sistem yang merupakan
bagian dari suatu sistem.
h. Struktur keluarga.
i. Pembagian peran, tugas dan tanggung jawab, hak dan
kewajiban.
j. Menjalankan fungsi.
k. Mempunyai aturan dan nilai/norma yang harus diikuti.
l. Mempunyai tujuan.
Aplikasi Struktural Fungsional dalam Keluarga (Puspitawati,
2016):
a. Berkaitan dengan pola kedudukan dan peran dari anggota
keluarga tersebut, hubungan antara orangtua dan anak, ayah
dan ibu, ibu dan anak perempuannya, dll.
b. Setiap masyarakat mempunyai peraturan-peraturan dan
harapan-harapan yang menggambarkan orang harus
berperilaku.
c. Tipe keluarga terdiri atas keluarga dengan suami istri utuh
beserta anak-anak (intact families), keluarga tunggal dengan
suami/istri dan anak-anaknya (single families), keluarga
dengan anggota normal atau keluarga dengan anggota yang
cacat, atau keluarga berdasarkan tahapannya, dan lain-lain.
d. Aspek struktural menciptakan keseimbangan sebuah sistem
sosial yang tertib (social order). Ketertiban keluarga akan
tercipta kalau ada struktur atau strata dalam keluarga, dimana
masing-masing mengetahui peran dan posisinya dan patuh pada
nilai yang melandasi struktur tersebut.
e. Terdapat 2 (dua) Bentuk keluarga yaitu: (1) Keluarga Inti
(nuclear family), dan (2) Keluarga Luas (extended family).
f. Struktur dalam keluarga dapat dijadikan institusi keluarga
sebagai sistem kesatuan dengan elemen-elemen utama yang
saling terkait (Puspitawati, 2016):
1. Status sosial: Pencari nafkah, ibu rumah tangga, anak
sekolah, dan lain-lain.
2. Fungsi dan peran sosial: Perangkat tingkah laku yang
diharapkan dapat memotivasi tingkah laku seseorang yang
menduduki status sosial tertentu (peran
instrumental/mencari nafkah; peran emosional
ekspresif/pemberi cinta, kasih sayang).
3. Norma sosial: Peraturan yang menggambarkan bagaimana
sebaiknya seseorang bertingkah laku dalam situasi tertentu.
Teori Perkembangan Keluarga
Teori Perkembangan Keluarga merupakan multilevel theory
yang berhubungan dengan individualis, dan institusi keluarga. Hal-
hal yang sering dibahas pada teori ini adalah konsep perkembangan
tugas (the Development of task) sepanjang siklus kehidupan
keluarga (Family life cycle). Tahapan Perkembangan Keluarga ada
8 tahapan yaitu (Nurjanah, 2019):
a. Tahapan perkawinan (married couple), Pada tahap ini individu
baru menikah.
b. Tahapan mempunyai anak (childbearing), Pada tahap ini
individu yang sebelumnya sudah menikah kemudian memililiki
anak pertama yang masih bayi.
c. Tahapan anak berumur preschool (Preschool age), Dimana
pada keluarga ini anak yang tadinya masih bayi mulai
memasuki usia pra-sekolah.
d. Tahapan anak berumur Sekolah Dasar (school age), Pada tahap
ini keluarga yang anak pertamanya mulai memasuki sekolah
dasar.
e. Tahapan anak berumur remaja (teenage), Keluarga pada tahap
ini anak pertama dalam keluarga tersebut mulai beranjak
remaja.
f. Tahapan anak lepas dari orangtua (launching center), Pada
tahap ini anak pertama dalam keluarga tersebut yang
sebelumnya masih remaja sudah memasuki usia dewasa.
g. Tahapan orangtua umur menengah (middle-aged parents), Pada
tahap ini keluarga yang anaknya sudah dewasa dan mandiri
serta siap untuk menikah dan tinggal dengan keluarga barunya
sehingga anak tersebut meninggalkan rumah orang tuanya.
h. Tahapan orangtua umur manula (aging parents), Keluarga pada
tahap ini kedua orang tuanya sudah tidak bekerja dan sudah
tidak produktif, tahap ini terjadi hingga kematian.
3. Konsep Keperawatan Keluarga
Definisi Keperawatan Keluarga
Keperawatan keluarga merupakan pelayanan holistik yang
menempatkan keluarga dan komponennya sebagai fokus pelayanan
dan melibatkan anggota keluarga dalam tahap pengkajian, diagnosis
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dengan
memobilisasi sumber pelayanan kesehatan yang tersedia di keluarga
dan sumber-sumber dari profesi lain, termasuk pemberi pelayanan
kesehatan dan sektor lain di komunitas (Kholifah & Widagdo,
2016).
Tujuan Keperawatan Keluarga
Tujuan keperawatan keluarga ada dua macam, yaitu tujuan
umum dan khusus. Tujuan umum dari keperawatan keluarga adalah
kemandirian keluarga dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Tujuan khusus dari keperawatan keluarga adalah
keluarga mampu melaksanakan tugas pemeliharaan kesehatan
keluarga dan mampu menangani masalah kesehatannya, antara lain
(Kholifah & Widagdo, 2016):
a. Mengenal masalah kesehatan yang dihadapi anggota keluarga.
Kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan
seluruh anggota keluarga. Contoh, apakah keluarga mengerti
tentang pengertian dan gejala diabetes mellitus yang diderita
oleh anggota keluarganya.
b. Membuat keputusan secara tepat dalam mengatasi masalah
kesehatan anggota keluarga. Kemampuan keluarga dalam
mengambil keputusan untuk membawa anggota keluarga ke
pelayanan kesehatan. Contoh, segera memutuskan untuk
memeriksakan anggota keluarga yang sakit diabetes mellitus ke
pelayanan kesehatan.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang mempunyai
masalah kesehatan. Kemampuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang sakit. Contoh, keluarga mampu merawat
anggota keluarga yang sakit diabetes mellitus, yaitu
memberikan diet DM, memantau minum obat antidiabetik,
mengingatkan untuk senam, dan kontrol ke pelayanan
kesehatan.
d. Memodifikasi lingkungan yang kondusif. Kemampuan
keluarga dalam mengatur lingkungan, sehingga mampu
mempertahankan kesehatan dan memelihara pertumbuhan serta
perkembangan setiap anggota keluarga. Contoh, keluarga
menjaga kenyamanan lingkungan fisik dan psikologis untuk
seluruh anggota keluarga termasuk anggota keluarga yang
sakit.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk
pemeliharaan dan perawatan anggota keluarga yang
mempunyai masalah kesehatan. Contoh, keluarga
memanfaatkan Puskesmas, rumah sakit, atau fasilitas pelayanan
kesehatan lain untuk anggota keluarganya yang sakit.
Sasaran Keperawatan Keluarga
Sasaran keperawatan keluarga antara lain (Kholifah & Widagdo,
2016):
a. Keluarga sehat
Keluarga sehat adalah seluruh anggota keluarga dalam kondisi
tidak mempunyai masalah kesehatan. Namun masih
memerlukan antisipasi terkait dengan siklus perkembangan
manusia dan tahapan tumbuh kembang keluarga. Fokus
intervensi keperawatan terutama pada promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit.
b. Keluarga risiko tinggi dan rawan kesehatan
Keluarga risiko tinggi dapat didefinisikan jika satu atau lebih
anggota keluarga memerlukan perhatian khusus dan memiliki
kebutuhan untuk menyesuaikan diri terkait siklus perkembangan
anggota keluarga dan keluarga dengan faktor risiko penurunan
status kesehatan.
c. Keluarga yang memerlukan tindak lanjut
Keluarga yang memerlukan tindak lanjut merupakan keluarga
yang mempunyai masalah kesehatan dan memerlukan tindak
lanjut pelayanan keperawatan atau kesehatan misalnya klien
pasca hospitalisasi penyakit kronik, penyakit degeneratif,
tindakan pembedahan, dan penyakit terminal.
Peran dan Fungsi Perawat Keluarga
Peran dan fungsi perawat di keluarga adalah sebagai berikut
(Kholifah & Widagdo, 2016):
a) Pelaksana
Peran dan fungsi perawat sebagai pelaksana adalah memberikan
pelayanan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan,
mulai pengkajian sampai evaluasi. Pelayanan diberikan karena
adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan,
serta kurangnya keamanan menuju kemampuan melaksanakan
kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan yang dilakukan
bersifat promotif, preventif, kuratif, serta rehabilitatif.
b) Pendidik
Peran dan fungsi perawat sebagai pendidik adalah
mengidentifikasi kebutuhan, menentukan tujuan,
mengembangkan, merencanakan, dan melaksanakan pendidikan
kesehatan agar keluarga dapat berperilaku sehat secara mandiri.
c) Konselor
Peran dan fungsi perawat sebagai konselor adalah memberikan
konseling atau bimbingan kepada individu atau keluarga dalam
mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman
yang lalu untuk membantu mengatasi masalah kesehatan
keluarga.
d) Kolaborator
Peran dan fungsi perawat sebagai kolaborator adalah
melaksanakan kerja sama dengan berbagai pihak yang terkait
dengan penyelesaian masalah kesehatan di keluarga.

Selain peran perawat keluarga, ada juga peran perawat keluarga


dalam pencegahan primer, sekunder dan tersier sebagai berikut
(Kholifah & Widagdo, 2016):
a. Pencegahan Primer
Peran perawat dalam pencegahan primer mempunyai peran yang
penting dalam upaya pencegahan terjadinya penyakit dan
memelihara hidup sehat.
b. Pencegahan sekunder
Upaya yang dilakukan oleh perawat adalah mendeteksi dini
terjadinya penyakit pada kelompok risiko, diagnosis, dan
penanganan segera yang dapat dilakukan oleh perawat.
Penemuan kasus baru merupakan upaya pencegahan sekunder,
sehingga segera dapat dilakukan tindakan. Tujuan dari
pencegahan sekunder adalah mengendalikan perkembangan
penyakit dan mencegah kecacatan lebih lanjut. Peran perawat
adalah merujuk semua anggota keluarga untuk skrining,
melakukan pemeriksaan, dan mengkaji riwayat kesehatan.
c. Pencegahan tersier
Peran perawat pada upaya pencegahan tersier ini bertujuan
mengurangi luasnya dan keparahan masalah kesehatan, sehingga
dapat meminimalkan ketidakmampuan dan memulihkan atau
memelihara fungsi tubuh. Fokus utama adalah rehabilitasi.
Rehabilitasi meliputi pemulihan terhadap individu yang cacat
akibat penyakit dan luka, sehingga mereka dapat berguna pada
tingkat yang paling tinggi secara fisik, sosial, emosional.

4. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

A. Pengkajian
Proses pengakajian keluarga ditandai dengan pengumpulan
informasi terus menerus dan keputusan professional yang
mengandung arti terhadap informasi yang dikumpulkan.
Pengumpulan data keluarga berasal dari berbagai sumber :
wawancara, observasi rumah keluarga dan fasilitasnya,
pengalaman yang dilaporkan anggota keluarga.
1) Data umum
a) Nama kepala keluarga
b) Alamat dan no telpon
c) Komposisi keluarga
Komposisi keluarga terdiri dari Genogram 3 generasi.
d) Tipe Keluarga
Menjelaskan mengenai tipe/jenis keluarga beserta kendala
atau masalah-masalah yang terjadi pada keluarga tersebut.
e) Suku
Mengkaji asal usul suku bangsa keluarga serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait
dengan kesehatan.
f) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta
kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan.
g) Status sosial ekonomi
Keluarga Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh
pendapatan baik dari kepala keluarga maupun anggota
keluarga lainnya.Selain itu sosial ekonomi keluarga
ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang
dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang
dimiliki oleh keluarga.
h) Aktifitas Rekreasi Keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja
keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat
rekreasi tertentu, namun dengan menonton televisi dan
mendengarkan radio juga merupaka aktivitas rekreasi.
2) Riwayat Keluarga dan Tahap Perkembangan Keluarga
a) Tahap Perkembangan Keluarga
Saat Ini Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh
anak tertua dari keluarga ini.
b) Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum
terpenuhi, menjelaskan mengenai tugas perkembangan
keluaruarga yang belum terpenuhioleh keluarga serta
kendala-kendala mengapa tugas perkembangan tersebut
belum terpenuhi.
c) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti meliputi
riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-
masing anggota keluarga, perhatian keluarga terhadap
pencegaha penyakit termasuk status imunisasi, sumber
pelayanan kesehatan yang bias digunakan keluarga dan
pengalaman terhadapa pelayanan kesehatan.
d) Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga dari
pihak suami dan istri.
3) Lingkungan
a) Karakteristik Rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas
rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela,
pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan rumah tangga,
jenis septic tank, jarak septic tank dengan sumber air
minum yang digunakan serta denah rumah.
b) Karakteristik tetangga dan momunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan
komunitas setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan
fisik, aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya
setempat yang mempengaruhi kesehatan.
c) Mobilitas geografis keluraga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan melihat
kebiasaan keluarga berpindah tempat.
d) Perkumpulan Keluarga dan interaksi dalam Masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga
untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada
dan sejauhmana interaksi keluarga dengan masyarakat.
e) Sistem Pendukung Keluarga
Jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasiltas
yang dimilki keluarga untuk menunjang kesehatan
mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau
pendukung dari anggota keluarga dan fasilitas social atau
dukungan dari masyarakat setempat
4) Struktur Keluarga
a) Pola komunikasi
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota
keluarga.
b) Struktur Kekuatan Keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan
mempengaruhi oranglain untuk merubah perilaku.
c) Struktur Peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga
baik secara formal maupun informal.
d) Nilai dan Norma Budaya
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh
keluarga, yangberhubungan dengan kesehatan.
5) Fungsi Keluarga
a) Fungsi Afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota
keluarga, persaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga,
dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya.
b) Fungsi Sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam
keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin,
norma, budaya serta perilaku.
c) Fungsi Perawatan Keluarga
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan
makanan, pakaian,perlindungan serta merawat anggota
keluarga yg sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga
mengenai sehat sakit. Kesanggupan keluarga didalam
melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari
kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas kesehatan
keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal masalah
kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan
tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota yang
sakit,menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang terdapat dilingkungan setempat.
d) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi
keluarga adalah:
1) Berapa juamlah anak?
2) Apakah rencana keluarga berkaitan dengan jumlah
anggota keluarga?
3) Metode yang digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlahanggota keluarga?
e) Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga
adalah:
1) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,
pangan dan papan
2) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang
ada dimasyarakat dalam upaya peningkatan status
kesehatan keluarga
6) Stress dan koping keluarga
a) Stressor jangka pendek
Stressor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu kurang dari enambulan.
b) Stressor jangka panjang
Stressor yang di alami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu lebih dari enambulan.
c) Kemampuan Keluarga Berespon terhadap Masalah
Stressor dikaji sejauhmana keluarga berespon terhadap
stressor
d) Strategi koping yang digunakan
Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga bila
menhadapi permasalahan/stress.
e) Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan menegnai strategi adaptasi disfungsional yang
digunakan keluarga bila menghadapi permaslahan/stress.
7) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga,
metode yang digunakan samadengan pemeriksaan fisik klinik
head to toe.

B. Diagnosa keperawatan
Keluarga Diagnosa keperawatan keluarga meruoakan
perpanjangan diagnosis ke system keluarga dan subsitemnya
serta merupakan hasil pengkajian keperawatan.Diagnosis
keperawatan keluarga termasuk masalah kesehatan aktualdan
potensial dengan perawat keluarga yang memiliki kemampuan
dan mendapatkan lisensi untuk menanganinya berdasarkan
pendidikan dan pengalaman.( Friedman, 2010). Tipologi dari
diagnosa keperwatan adalah:
1. Diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi
defisit/gangguan kesehatan).
2. Diagnosa keperwatan keluarga resiko (ancaman) dirumuskan
apabila sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi
gangguan.
3. Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera (potensial)
merupakan suatu kedaan dimana keluarga dalam kondisi
sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan.
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga
dengan masalah hipertensi adalah :
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan ketidakmampuan keuarga dalam mengenal masalah
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah
3. Nyeri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
mengenal masalah
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam merawata keluarga yang sakit
5. Ketidakefektifan pola koping keluarga berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah
6. Defesiensi pengetahuan ansietas berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
7. Resiko cidera berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam merawat keluarga yang sakit.

Skala prioritas masalah

No Kriteria Skor Bobot Pembenaran


1. Sifat masalah:
a. Aktual 3 1
b. Resiko 2
c. Tinggi 1
2. Kemungkinan
masalah dapat diubah 2
: 2
a. Tinggi 1
b. Sedang 0
c. Rendah
3. Potensial untuk
dicegah 3 1
a. Mudah 2
b. Cukup 1
c. Tidak dapat
4. Menonjolnya
masalah 2 1
a. Masalah dirasakan
dan perlu segera 1
ditangani 0
b. Masalah dirasakan
c. Masalah tidak
dirasakan
Total Skor
Sumber : Padila, (2012)
Keterangan : Total Skor didapatkan dengan :
Skor (total nilai kriteria) x Bobot = Nilai
Angka tertinggi dalam skor

Cara melakukan Skoring adalah :


a. Tentukan skor untuk setiap kriteria
b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan
bobot
c. Jumlah skor untuk semua kriteria
d. Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor
diagnosa keperawatan keluarga

C. Intervensi keperawatan keluarga


Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan
pengkajian, diagnosis keperawatan, pernyataan keluarga, dan
perencanaan keluarga, dengan merumuskan tujuan,
mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan sumber, serta
menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau
standar, tetapi dirancang bagi keluarga tertentu dengan siapa
perawat keluarga sedang bekerja (Friedman, 2010). Lain halnya
menurut Padila (2012) intervensi keperawatan keluarga terdiri dari
penetapan tujuan, mencakup tujuan umum dan tujuan khusus,
rencana intervensi serta dilengkapi dengan rencana evaluasi yang
memuat kriteria standar. Tujuan dirumuskan secara spesifik, dapat
diukur, dapat dicapai, rasional dan menunjukkan waktu.
Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga:
1. Nyeri berhubungan dengan krtidakmampuan keluarga dalam
merawat keluarga yang sakit
Tujuan Umum :
Setelah dilakukan kunjungan sebanyak 5 x 45 menit keluarga
mampu mengenal masalah kesehatan tentang Hipertensi
Tujuan Khusus
1. Setelah dilakukan kunjungan 1 x 45 menit keluarga mampu
mengenal masalah Hipertensi
Rencana tindakan :
 Kaji pengetahuan tentang Hipertensi
 Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian
Hipertensi dengan menggunakan leafleat/ lembar balik.
 Evaluasi kembali pengertian Hipertensi pada keluarga.
 Berikan pujian pada keluarga atas jawaban yang benar.
 Mengakaji pengetahuan tentang penyebab Hipertensi
 Diskusikan dengan keluarga tentang penyebab
hipertensi Evaluasi kembali penyebab dan faktor resiko
Hipertensi.
 Berikan pujian pada keluarga atas jawaban yang benar.
 Kaji pengetahuan tentang tanda dan gejala Hipertensi.
 Diskusikan dengan keluarga tentang tanda dan gejala
Hipertensi dengan menggunakan leaflet/ lembar balik
 Evaluasi kembali tanda dan gejala Hipertensi pada
keluarga.
 Berikan pujian pada keluarga atas jawaban yang benar.
2. Setelah dilakukan kunjungan 1 x 45 menit keluarga mampu
mengambil keputusan untuk merawat klien.
Rencana tindakan :
 Kaji keputusan yang diambil oleh keluarga
 Diskusikan dengan keluarga tentang keputusan yang
telah dibuat
 Evaluasi kembali tentang keputusan yang telah dibuat
 Berikan pujian pada keluarga atas jawaban yang benar
3. Setelah 1 x 45 menit keluarga mampu merawat diri sendiri
dan anggota keluarga yang sakit
Rencana tindakan :
 Kaji pengetahuan keluarga tentang cara merawat
anggota keluarga yang sakit.
 Diskusikan dengan keluarga tentang merawat anggota
keluarga yang sakit .
 Evaluasi kembali tentang merawat anggota keluarga
yang sakit.
 Berikan pujian pada keluarga atas jawaban yang benar.
 Kaji pengetahuan keluarga tentang cara merawat
anggota keluarga yang sakit
 Demontrasikan cara perawatan Hipertensi.
 Evaluasi kembali tentang merawat anggota keluarga
yang sakit.
 Berikan pujian pada keluarga atas jawaban yang benar.
4. Setelah 1 x 45 menit keluarga mampu memodifikasi
lingkungan untuk menunjang kesehatan keluarga.
Rencana tindakan :
 Kaji pengetahuan keluarga tentang pencegahan dan
penularan Hipertensi.
 Diskusikan bersama keluarga bagaimana lingkungan
yang dapat menunjang kesehatan.
 Evaluasi kembali tentang bagaimana lingkungan yang
dapat menunjang kesehatan terhadap semua anggota
keluarga.
 Berikan pujian pada keluarga atas jawaban yang benar.
5. Setelah 1x 20 menit keluarga mampu memanfaat kan
fasilitas kesehatan. Rencana tindakan :
 Kaji pengetahuan keluarga tentang manfaat fasilitas
kesehatan
 Diskusikan bersama keluarga bagaimana
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
 Evaluasi kembali bagaimana memanfaatkan fasilitas
kesehatan pada semua anggota keluarga
 Berikan pujian pada keluarga atas jawaban yang benar.
2. Defesiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah
Tujuan Umum
Setelah dilakukan kunjungan sebanyak 5 x 45 menit keluarga
mampu merawat keluarga yang sakit Hipertensi
Tujuan Khusus
1. Setelah dilakukan kunjungan 1 x 45 menit keluarga mampu
mengenal masalah Hipertensi
Rencana tindakan
 Kaji pengetahuan tentang Hipertensi.
 Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian
Hipertensi dengan menggunakan leafleat/ lembar balik.
 Evaluasi kembali pengertian Hipertensi pada keluarga.
 Berikan pujian pada keluarga atas jawaban yang benar.
 Mengkaji pengetahuan tentang penyebab Hipertensi
 Diskusikan dengan keluarga tentang penyebab
hipertensi
 Evaluasi kembali penyebab dan faktor resiko
Hipertensi.
 Berikan pujian pada keluarga atas jawaban yang benar.
 Kaji pengetahuan tentang tanda dan gejala Hipertensi.
 Diskusikan dengan keluarga tentang tanda dan gejala
Hipertensi dengan menggunakan leaflet/ lembar balik
 Evaluasi kembali tanda dan gejala Hipertensi pada
keluarga.
 Berikan pujian pada keluarga atas jawaban yang benar.
2. Setelah dilakukan kunjungan 1 x 45 menit keluarga mampu
mengambil keputusan untuk merawat klien.
Rencana tindakan
 Kaji keputusan yang diambil oleh keluarga
 Diskusikan dengan keluarga tentang keputusan yang
telah dibuat
 Evaluasi kembali tentang keputusan yang telah dibuat
 Berikan pujian pada keluarga atas jawaban yang benar.
3. Setelah 1 x 45 menit keluarga mampu merawat diri sendiri
dan anggota keluarga yang sakit.
Rencana tindakan
 Kaji pengetahuan keluarga tentang cara merawat
anggota keluarga yang sakit.
 Diskusikan dengan keluarga tentang merawat anggota
keluarga yang sakit .
 Evaluasi kembali tentang merawat anggota keluarga
yang sakit.
 Berikan pujian pada keluarga atas jawaban yang benar.
 Kaji pengetahuan keluarga tentang cara merawat
anggota keluarga yang sakit
 Demontrasikan cara perawatan Hipertensi.
 Evaluasi kembali tentang merawat anggota keluarga
yang sakit.
 Berikan pujian pada keluarga atas jawaban yang benar.
4. Setelah 1 x 45 menit keluarga mampu memodifikasi
lingkungan untuk menunjang kesehatan keluarga.
Rencana tindakan
 Kaji pengetahuan keluarga tentang pencegahan dan
penularan Hipertensi.
 Diskusikan bersama keluarga bagaimana lingkungan
yang dapat menunjang kesehatan.
 Evaluasi kembali tentang bagaimana lingkungan yang
dapat menunjang kesehatan terhadap semua anggota
keluarga.
 Berikan pujian pada keluarga atas jawaban yang benar.
5. Setelah 1 x 45 menit keluarga mampu memanfaat kan
fasilitas kesehatan
Rencana tindakan
 Kaji pengetahuan keluarga tentang manfaat fasilitas
kesehatan
 Diskusikan bersama keluarga bagaimana
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
 Evaluasi kembali bagaimana memanfaatkan fasilitas
kesehatan pada semua anggota keluarga
 Berikan pujian pada keluarga atas jawaban yang benar.

D. Implementasi keperawatan keluarga


Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses
aktualisasi rencana intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber
didalam keluarga dan memandirikan keluarga dalam bidang
kesehtan. Keluarga dididik untuk dapat menilai potensi yang
dimiliki mereka dan mengembangkannya melalui implementasi
yang bersifat memampukan keluarga untuk : mengenal masalah
kesehatannya, mengambil keputusan berkaitan dengan persoalan
kesehatan yang dihadapi, merawat dan membina anggota keluarga
sesuai kondisi kesehatannya, memodifikasi lingkungan yang sehat
bagi setiap anggota keluarga, serta memanfaatkan sarana pelayanan
kesehatan terdekat ( Sugiharto,2012).
Implementasi asuhan keperawatan keluarga dengan
pendekatan keperawatan transkultural menggunkan tiga strategi
utama, yaitu mempertahankan budaya yang sesuai dengan situasi
dan kondisi kesehatannya saat ini; negosiasi budaya yang lebih
menguntungkan situasi dan kondisi kesehatannya saat ini; dan
melakukan restrukturisasi budaya, yaitu dengan menggantikan
budaya yang lebih sesuai dengan situasi kesehatannya saat ini
(Sugiharto,2012).

E. Evaluasi keperawatan keluarga


Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses untuk menilai
keberhasilan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatannya
sehinga memiliki produktivitas yang tinggi dalam mengembangkan
setiap anggota keluarga. Sebagai komponen kelima dalam proses
keperawatan, evaluasi adalah tahap yang menetukan apakah tujuan
yang telah ditetapkan akan menentukan mudah atau sulitnya dalam
melaksanakan evaluasi (Sugiharto,2012).
FORMAT PENGKAJIAN KELUARGA

I. Data Umum :
1. Nama Kepala Keluarga : Tn. T
2. Alamat dan No Telepon : Ds. Plandi RT 012 RW 002 Kec.
Wonosari Kab. Malang
3. Pekerjaan Kepala Keluarga : Petani
4. Pendidikan Kepala Keluarga : SD
5. Komposisi Anggota Keluarga : Suami - Istri
Status Imunisasi
No Nama JK Hub dgn KK Umur Pendidkan BC Polio DPT Hepatitis Cam Ket
G 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 pak
70th SD
1 tn. T L Suami
68th SD Tidak
2 Ny. S P Istri
imunis
asi

Genogram :

Tn. T Ny. S

Ny.S Tn. H Tn. A Ny.C

Ket :
Laki- laki :

Perempuan :

Tinggal serumah :

Meninggal : X

6. Tipe Keluarga : Middle age / Aging Couple


family
7. Suku Bangsa : Jawa
8. Agama : ISLAM
9. Status Sosial Ekonomi Keluarga : Baik
10. Aktivitas Rekreasi Keluarga : Berkebun, bertani dan mendengarkan radio

II. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga :


11. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini : Tahap VIII Keluarga usia
lanjut dimana semua anak-anaknya sudah menikah dan memiliki
keluarga masing-masing
12. Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi : tidak ada
13. Riwayat Keluarga Inti : Nuclear Family
14. Riwayat Keluarga Sebelumnya : tidak ada
III. Lingkungan :
15. Karakteristik Rumah : Rumah cukup mendapat sinar matahari dan
sirkulasi udara di dalam rumah cukup baik
Denah Rumah :

Ta K. dapur T. K.man
ma tidur sholat di
n
sa
mpi k.tidu r. keluarga
ng r
garasi
r.tamu

Taman depan

16. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW : Baik dan


saling membantu

17. Mobilitas Geografis Keluarga : sehari-hari


pulang pergi dari rumah ke lahan sawah
18. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dgn Masyarakat : pertemuan
rutin RT dan RW

19. Sistem Pendukung Keluarga : anak yang


masih tinggal dekat dengan orang tua dan tetangga sekitar

IV. Struktur Keluarga :


20. Pola Komunikasi Keluarga : menggunakan pola
komunikasi demokratis

21. Struktur Kekuatan Keluarga : Suami dan Istri saling


membantu dalam berbagai aktivitas dalam keluarga

22. Struktur Peran (Formal dan Informal) : Suami berperan sebagai


kepala keluarga dan mencari nafkah dan istri sebagai ibu rumah tangga.
Pengambil keputusan dalam keluarga adalah kepala keluarga

23. Nilai dan Norma Keluarga : keluarga menjunjung tinggi


nilai dan norma yang berlaku di masyarakat baik dari norma agama,
hukum, kesusilaan dan kesopanan.
V. Fungsi Keluarga :
24. Fungsi Afektif : keluarga saling mengasihi dan
saling mendukung satu dengan yang lain sehingga tercipta hubungan
yang baik dan harmonis

25. Fungsi Sosial : keluarga memiliki hubungan yang


baik dengan tetangga dan masyarakat sekitar serta aktif dalam kegiatan
di desa

26. Fungsi Perawatan Kesehatan : keluarga memanfaatkan layanan


Kesehatan di puskesmas bila sakit

27. Fungsi Reproduksi : keluarga memiliki 4 orang anak dan


saat ini memasuki masa menopause / Usila

28. Fungsi Ekonomi : keluarga mencari nafkah dengan


Bertani dan mendapat tambahan uang bulanan dari anak-anaknya

VI. Stress dan Koping Keluarga :


29. Stressor Jangka Pendek dan Panjang :
jangka pendek : Ny.S merasa khawatir bila Tn. T pergi bertani karena
kekuatan fisik Tn. T sudah jauh berkurang dan Tn. T sering kelelahan
sepulang bertani

Jangka Panjang : Tn. T dan Ny. S merasa khawatir bila salah satu diantara
mereka nanti sakit atau meninggal karena hanya tinggal berdua saja.

30. Kemampuan Keluarga Berespon terhadap situasi/stressor : berusaha


untuk tidak memikirkan stressor dengan beraktivitas

31. Strategi Koping Yang Digunakan :menggunakan strategi koping


keluarga internal

32. Strategi Adaptasi Disfungsional : tidak ada

VII. Pemeriksaan Fisik :

Data Tn. T Ny. S

Keluhan  Tn. T Tidak ada keluhan


mengatakan
masih
mengosumsi
garam yang
berlebihan,
santan dan ikan
asin
 Tn.T juga tidak
pernah mengikuti
senam
hipertensi/berola
hraga
 Tn.T
mengatakan
sering
mengalami sakit
kepala
 Tn.T
mengatakan
nyeri pada leher
dan terasa berat,
skala nyeri 4-5,
nyeri yang
dirasakan hilang
timbul
 Tn.T sesekali
tampak meringis
memegangi leher
belakangnya

Keadaan Baik Baik


umum

Status Gizi T:155 CM T:150 CM


(TB, BB) BB: 53 kg BB: 45 kg

TTV TD : 180/110 TD: 110/80 mmHg,


(TD, N, S, mmHg, N: 82x/menit,
P) N: 95x/menit, S: 36,5 C
S: 36,5 C, RR: 20x/menit,
RR: 20x/menit, Spo2: 98%
Spo2: 99%
Kepala Bentuk mesochepal, Bentuk mesochepal,
tidak terdapat luka, tidak terdapat luka,
kulit kepala bersih kulit kepala bersih
Rambut gundul, Rambut ikal,
distribusi rambut
merata, rambut
sebagian beruban
Mata Sklera tidak ikterik, Sklera tidak ikterik,
konjungtiva tidak konjungtiva tidak
anemis, memakai anemis, tidak ada
kacamata gangguan
penglihatan
Telinga Bentuk simetris, Bentuk simetris,
tidak ada tidak ada
pengeluaran pengeluaran
serumen, serumen,
pendengaran baik pendengaran baik
Hidung Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada
pengeluaran pengeluaran
lendir,tidak ada lendir,tidak ada polip
polip
Mulut: - Mukosa bibir Mukosa bibir
Gigi - lembab, tidak ada lembab, tidak ada
Fungsi - stomatitis stomatitis
Menelan
Leher Tidak ada Tidak ada
pembesaran kelenjar pembesaran kelenjar
tiroid tiroid
Dada: I: tidak ada lesi, I: tidak ada lesi,
Paru ekspansi dada ekspansi dada
simetris simetris
Pa: vocal fremitus Pa: vocal fremitus
teraba sama dada teraba sama dada
kanan dan kiri kanan dan kiri
Pe: sonor Pe: sonor
A: vesikuler A: vesikuler

Jantung I: tidak nampak I: tidak nampak ictus


ictus cordis, tidak cordis, tidak ada lesi
ada lesi Pa: ictus cordis
Pa: ictus cordis teraba di ic 5
teraba di ic 5 Pe : pekak
Pe : pekak A: S1 dan S2 reguler
A: S1 dan S2 reguler
Abdomen I: datar, tidak acites I: datar, tidak acites,
Pa: tidak ada nyeri tampak bekas op di
tekan kuadran kanan
Pe: timpani bawah
A: BU normal Pa: tidak ada nyeri
tekan
Pe: timpani
A: BU normal
Ekstremita Tidak ada oedema, Tidak ada oedema,
s tidak ada lesi, tidak ada lesi,
gerakan bebas gerakan bebas
Integumen Kulit berwarna sawo Kulit berwarna
matang coklat, terdapat
bekas gatal

VIII. Harapan Keluarga : Keluarga Tn. T berharap adanya kunjungan tenaga


Kesehatan dari puskesmas atau pustu secara rutin untuk mengecek
Kesehatan para lansia seperti dirinya.

Tempat/Tanggal/Bulan

ANALISA DATA

NO Data Etiologi Masalah Keperawatan

1. DS:
 Tn. T mengatakan peningkatan Nyeri Akut
nyeri pada leher resistensi pembuluh
dan terasa berat darah
 Skala nyeri 4-5
 Nyeri yang
dirasakan hilang
timbul
 Tn. T mengatakan
sering mengalami
pusing dan sakit
kepala

DO:
 TD : 185/90
mmHg
 Nadi 98 x/menit
 Tn. T sesekali
tampak meringis
memegangi leher
belakangnya

2. DS: Ketidakmampuan Kurang pengetahuan


 Tn. T mengatakan keluarga dalam tentang penyakit
masih mengosumsi mengenal masalah hipertensi
garam yang
berlebihan, santan
dan ikan asin
 Keluarga
menganggap karena
tidak ada keluhan
pada Tn. T maka
dianggap sembuh
dari penyakit
hipertensinya.
 Tn. T menkonsumsi
obat hipertensi jika
mengalami
nyeri/sakit yang
tidak tertahankan
saja.

DO:
 TD : 185/90 mmHg
 Pada saat kunjungan
istri Tn.M memasak
ikan asin dan sayur
bersantan untuk
keluarganya, tidak
ada perlakuan khusus
terkait diit pada
keluarga

3. DS:
 Tn. T tidak pernah Ketidakmampuan
mengikuti senam keluarga dalam Resiko tinggi terjadinya
hipertensi/berolahrag merawat keluarga komplikasi
a yang sakit
 Tensi Tn. T sering
diatas 160 dan leher
berat tapi
 Tn. T mengatakan
sudah terbiasa dengan
kondisinya itu

DO:
 BB : 53 Kg
 TD : 185/90 mmHg
 Tn. T sesekali tampak
meringis memegangi
leher belakangnya

SKALA PRIORITAS PENYUSUNAN


MASALAH KESEHATAN

Nyeri akut berhubungan dengan tekanan darah yang tinggi

1. Sifat masalah = 1/3 x 1 = 0,33


2. Kemungkinan dapat diubah = 2/2 x 2 = 2
3. Potensi masalah dapat dicegah = 3/3 x 1 = 1
4. Menonjolnya masalah = 2/2 x 1 = 1
+
4,33 = P2

Kurang pengetahuan tentang penyakit hipertensi berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah

1. Sifat masalah = 3/3 x 1 = 1


2. Kemungkinan dapat diubah = 2/2 x 2 = 2
3. Potensi masalah dapat dicegah = 3/3 x 1 = 1
4. Menonjolnya masalah = 2/2 x 1 = 1
+
5 = P1

Resiko tinggi terjadinya komplikasi berhubungan dengan ketidakmampuan


keluarga dalam merawat keluarga yang sakit

1. Sifat masalah = 3/3 x 1 = 1


2. Kemungkinan dapat diubah =½ x2=1
3. Potensi masalah dapat dicegah = 1/3 x 1 = 0,3
4. Menonjolnya masalah = 2/2 x 1 = 1
+
3,3 = P3

Dari hasil perhitungan skoring diagnosa didapatkan prioritas


1. Kurang pengetahuan tentang penyakit hipertensi berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah
2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan resistensi pembuluh darah
3. Resiko tinggi terjadinya komplikasi berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam merawat keluarga yang sakit.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Diagnosa 1: Kurang pengetahuan tentang penyakit hipertensi berhubungan


dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah
Tujuan Umum
Setelah dilakukan kunjungan sebanyak 5 x 45 menit keluarga mampu Mengenal
masalah Hipertensi
Tujuan Khusus
1. Setelah dilakukan kunjungan 1 x 45 menit keluarga mampu mengenal
masalah Hipertensi
Rencana tindakan
 Kaji pengetahuan tentang Hipertensi.
 Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian Hipertensi dengan
menggunakan leafleat/ lembar balik.
 Evaluasi kembali pengertian Hipertensi pada keluarga.
 Mengkaji pengetahuan tentang penyebab Hipertensi
 Diskusikan dengan keluarga tentang penyebab hipertensi
 Evaluasi kembali penyebab dan faktor resiko Hipertensi.
 Kaji pengetahuan tentang tanda dan gejala Hipertensi.
 Diskusikan dengan keluarga tentang tanda dan gejala Hipertensi dengan
menggunakan leaflet/ lembar balik
 Evaluasi kembali tanda dan gejala Hipertensi pada keluarga.
 Berikan pujian pada keluarga atas setiap jawaban yang benar.
2. Setelah dilakukan kunjungan 1 x 45 menit keluarga mampu mengambil
keputusan untuk merawat klien.
Rencana tindakan
 Kaji keputusan yang diambil oleh keluarga
 Diskusikan dengan keluarga tentang keputusan yang telah dibuat
 Evaluasi kembali tentang keputusan yang telah dibuat
 Berikan pujian pada keluarga atas jawaban yang benar.

3. Setelah 1 x 45 menit keluarga mampu merawat diri sendiri dan anggota


keluarga yang sakit.
Rencana tindakan
 Kaji pengetahuan keluarga tentang cara merawat anggota keluarga yang
sakit.
 Diskusikan dengan keluarga tentang merawat anggota keluarga yang
sakit .
 Evaluasi kembali tentang merawat anggota keluarga yang sakit.
 Berikan pujian pada keluarga atas jawaban yang benar.
 Kaji pengetahuan keluarga tentang cara merawat anggota keluarga yang
sakit
 Demontrasikan cara perawatan Hipertensi.
 Evaluasi kembali tentang merawat anggota keluarga yang sakit.
 Berikan pujian pada keluarga atas jawaban yang benar.

4. Setelah 1 x 45 menit keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk


menunjang kesehatan keluarga.
Rencana tindakan
 Kaji pengetahuan keluarga tentang pencegahan dan penularan
Hipertensi.
 Diskusikan bersama keluarga bagaimana lingkungan yang dapat
menunjang kesehatan.
 Evaluasi kembali tentang bagaimana lingkungan yang dapat menunjang
kesehatan terhadap semua anggota keluarga.
 Berikan pujian pada keluarga atas jawaban yang benar.

5. Setelah 1 x 45 menit keluarga mampu memanfaat kan fasilitas kesehatan


Rencana tindakan
 Kaji pengetahuan keluarga tentang manfaat fasilitas kesehatan
 Diskusikan bersama keluarga bagaimana memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan.
 Evaluasi kembali bagaimana memanfaatkan fasilitas kesehatan pada
semua anggota keluarga
 Berikan pujian pada keluarga atas jawaban yang benar.

Diagnosa 2 : Nyeri berhubungan dengan peningkatan resistensi pembuluh


darah
Tujuan Umum :
Setelah dilakukan kunjungan sebanyak 5 x 45 menit keluarga mampu mengatasi
nyeri
Tujuan Khusus
1. Setelah dilakukan kunjungan 1 x 45 menit keluarga mampu mengenal
masalah Hipertensi
Rencana tindakan
 Kaji pengetahuan tentang penyebab nyeri
 Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian penyebab nyeri dengan
menggunakan leafleat/ lembar balik.
 Evaluasi kembali pengertian Hipertensi pada keluarga.
 Berikan pujian pada keluarga atas jawaban yang benar
2. Setelah dilakukan kunjungan 1 x 45 menit keluarga mampu mengambil
keputusan untuk merawat klien.
Rencana tindakan :
 Kaji keputusan yang diambil oleh keluarga
 Diskusikan dengan keluarga tentang keputusan yang telah dibuat
 Evaluasi kembali tentang keputusan yang telah dibuat
 Berikan pujian pada keluarga atas jawaban yang benar
3. Setelah 1 x 45 menit keluarga mampu merawat diri sendiri dan anggota
keluarga yang sakit
Rencana tindakan :
 Kaji pengetahuan keluarga tentang cara merawat anggota keluarga yang
sakit.
 Diskusikan dengan keluarga tentang merawat anggota keluarga yang
sakit .
 Evaluasi kembali tentang merawat anggota keluarga yang sakit.
 Berikan pujian pada keluarga atas jawaban yang benar.
 Kaji pengetahuan keluarga tentang cara merawat anggota keluarga yang
sakit
 Demontrasikan cara perawatan Hipertensi.
 Evaluasi kembali tentang merawat anggota keluarga yang sakit.
 Berikan pujian pada keluarga atas jawaban yang benar.

4. Setelah 1 x 45 menit keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk


menunjang kesehatan keluarga.
Rencana tindakan :
 Kaji pengetahuan keluarga tentang Lingkungan yang nyaman.
 Diskusikan bersama keluarga bagaimana lingkungan yang dapat
menunjang kesehatan.
 Evaluasi kembali tentang bagaimana lingkungan yang dapat menunjang
kesehatan terhadap semua anggota keluarga.
 Berikan pujian pada keluarga atas jawaban yang benar.
5. Setelah 1x 20 menit keluarga mampu memanfaat kan fasilitas kesehatan.
Rencana tindakan :
 Kaji pengetahuan keluarga tentang manfaat fasilitas kesehatan
 Diskusikan bersama keluarga bagaimana memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan.
 Evaluasi kembali bagaimana memanfaatkan fasilitas kesehatan pada
semua anggota keluarga
 Berikan pujian pada keluarga atas jawaban yang benar.
Diagnosa 3: Resiko tinggi terjadinya komplikasi berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat keluarga yang sakit
Tujuan Umum
Setelah dilakukan kunjungan sebanyak 5 x 45 menit keluarga mampu mengenal
komplikasi dari hipertensi
Tujuan Khusus
1. Setelah dilakukan kunjungan 1 x 45 menit keluarga mampu mengenal
masalah Hipertensi
Rencana tindakan
 Kaji pengetahuan tentang akibat lanjt dari hipertensi
 Diskusikan dengan keluarga tentang akibat lanjut dari hipertensi dengan
menggunakan leafleat/ lembar balik.
 Evaluasi kembali pengertian Hipertensi pada keluarga.
 Berikan pujian pada keluarga atas jawaban yang benar.

2. Setelah dilakukan kunjungan 1 x 45 menit keluarga mampu mengambil


keputusan untuk merawat klien.
Rencana tindakan
 Kaji keputusan yang diambil oleh keluarga
 Diskusikan dengan keluarga tentang keputusan yang telah dibuat
 Evaluasi kembali tentang keputusan yang telah dibuat
 Berikan pujian pada keluarga atas jawaban yang benar.

3. Setelah 1 x 45 menit keluarga mampu merawat diri sendiri dan anggota


keluarga yang sakit.
Rencana tindakan
 Kaji pengetahuan keluarga tentang cara merawat anggota keluarga yang
sakit.
 Diskusikan dengan keluarga tentang merawat anggota keluarga yang
sakit .
 Evaluasi kembali tentang merawat anggota keluarga yang sakit.
 Berikan pujian pada keluarga atas jawaban yang benar.
 Kaji pengetahuan keluarga tentang cara merawat anggota keluarga yang
sakit
 Demontrasikan cara perawatan Hipertensi.
 Evaluasi kembali tentang merawat anggota keluarga yang sakit.
 Berikan pujian pada keluarga atas jawaban yang benar.

4. Setelah 1 x 45 menit keluarga mampu membuat obat tradisional untuk


menurunkan tekanan darah
Rencana tindakan
 Kaji pengetahuan keluarga tentang obat tradisional
 Demontrasikan cara perawatan Hipertensi.
 Evaluasi kembali tentang merawat anggota keluarga yang sakit.
 Berikan pujian pada keluarga atas jawaban yang benar.

5. Setelah 1 x 45 menit keluarga dapat menyebutkan 2 dari 4 lingkungan yang


mendukung kesehatan
Rencana tindakan
 Kaji pengetahuan keluarga tentang manfaat fasilitas kesehatan
 Dsikusikan bersama keluarga bagaimana memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan.
 Evaluasi kembali bagaimana memanfaatkan fasilitas kesehatan pada
semua anggota keluarga
 Berikan pujian pada keluarga atas jawaban yang benar.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No Implementasi Evaluasi Tgl


Dx

1 1. Mengkaji pengetahuan tentang S : Tn. T mengatakan sudah 1 Juni


Hipertensi. paham dengan hipertensi 2022
2. Mendiskusikan dengan keluarga O : Tn. T mampu menyebutkan
tentang Hipertensi dengan pengertian, tanda dan gejala serta
menggunakan leafleat/ lembar penyebab hipertensi
balik. A : Masalah teratasi
3. Mengevaluasi kembali pengertian P: Intervensi dilanjutkan
Hipertensi pada keluarga.
4. Memberikanerikan pujian pada
keluarga atas jawaban yang S : Tn. T bisa mengambil
benar. keputusan
O : Tn. T tampak bisa mengambil
1. Mengkaji keputusan yang diambil keputusan
oleh keluarga A: masalah belum teratasi
2. Mendiskusikan dengan keluarga P: intervensi dilanjutkan
tentang keputusan yang telah
dibuat
3. Evaluasi kembali tentang
keputusan yang telah dibuat
4. Memberikan pujian pada
keluarga atas jawaban yang
benar.

2 1. Mengkaji pengetahuan tentang S: Tn. T mengatakan sudah 1 Juni


nyeri. paham penyebab 2022
2. Mendiskusikan dengan keluarga O : Tn. T dapat menyebutkan
tentang penyebab dengan penyebab nyeri pengertian, tanda
menggunakan leafleat/ lembar balik. dan gejala serta penyebab
3. Mengevaluasi kembali pengertian hipertensi
Hipertensi pada keluarga. A : Masalah teratasi
4. Memberikanerikan pujian pada P: Intervensi dilanjutkan
keluarga atas jawaban yang benar.
S : Tn. T bisa mengambil
keputusan
1. Mengkaji keputusan yang diambil O : Ny. S tampak bisa mengambil
oleh keluarga keputusan
2. Mendiskusikan dengan keluarga A: masalah teratasi
tentang keputusan yang telah dibuat P: intervensi dilanjutkan
3. Evaluasi kembali tentang keputusan
yang telah dibuat
4. Memberikan pujian pada keluarga
atas jawaban yang benar

3 1. Mengkaji pengetahuan tentang S : Tn. T mengatakan sudah 1 Juni


komplikasi dari hipertensi. paham komplikasi hipertensi 2022
2. Mendiskusikan dengan keluarga O : Tn. T mampu menyebutkan
tentang komplikasihipertensi komplikasi hipertensi
dengan menggunakan leafleat/ A : Masalah teratasi
lembar balik. P: Intervensi dilanjutkan
3. Mengevaluasi kembali pengertian
Hipertensi pada keluarga.
4. Memberikan pujian pada keluarga
atas jawaban yang benar

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Hipertensi


Sasaran : Keluarga Tn.T
Hari/Tanggal : Rabu 1 Juni 2022
Waktu : 16.00 WIB
Tempat : Rumah keluarga Tn. T
Penyaji : Rendy Sukma Wijaya

I. Tujuan Intruksional Umum:


Setelah mendapatkan kegiatan penyuluhan selama 1x45menit, diharapkan
keluarga Tn.M mampu menjelaskan tentang penyakit hipertensi dan dapat
menerapkan perawatan yang tepat pada diri sendiri dan anggota keluarga
dengan penyakit hipertensi.
II. Tujuan Intruksional Khusus:
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan, diharapkan keluarga Tn.M mampu :
a. Menjelaskan pengertian hipertensi
b. Menyebutkan factor penyebab hipertensi
c. Menyebutkan tanda dan gejala hipertensi
d. Mengetahui penatalaksanaan hipertensi
III. Metode
 Presentasi
 Diskusi
 Tanya jawab
IV. Alat Bantu
 Leaflet
 Laptop
V. Materi yang diberikan
1. Pengertian penyakit hipertensi
2. Penyebab penyakit hipertensi
3. Tanda dan gejala dari hipertensi
4. Penatalaksanaan pada pasien hipertensi

VI. Susunan Acara


No Susunan Waktu Kegiatan
Acara
1 Pembukaan 10 Menit - Pembukaan dari pelaksana
- Memberikan salam pada peserta
- Memperkenalkan diri
- Menjelaskan maksud dan tujuan
penyuluhan

2 Penyampaian 15 Menit - Menjelaskan pengertian hipertensi


materi - Menyebutkan penyebab hipertensi
- Menyebutkan tanda dan gejala hipertensi
- Menjelaskan cara penatalaksanaan pada
pasien hipertensi
3 Diskusi dan 10 menit - Peserta diberi kesempatan untuk bertanya
tanya jawab dan mengemukakan pendapat
- Penyaji menjawab pertanyaan dari peserta
- Melakukan evaluasi atas materi yang telah
diberikan dengan cara mengajukan
pertanyaan kepada peserta penyuluhan
5 Penutup 10 menit - Penyaji memberi kesimpulan atas
penyuluhan yang telah dilakukan
- Memberi salam kepada peserta yang hadir
- Acara selesai
MATERI PENDIDIKAN KESEHATAN
HIPERTENSI

A. Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang abnormak dan diukur paling tidak
pada tiga kesempatan yang berbeda. Tekanan yang dianggap optimal adalah
kurang dari 120 mmHg untuk tekanan sistolik dan 80 mmHg untuk tekana
diastolik (Meranti, 2015).
B. Penyebab Hipertensi
1) Ras/suku bangsa
2) Usia
3) Kegemukan
4) Asupan garam tinggi
5) Riwayat hipertensi dalam keluarga
6) Stress
7) Merokok
8) Peminum alkohol
C. Tanda dan Gejala Hipertensi
1. Pusing rasa berat di tengkuk
2. Sukar tidur
3. Rasa mudah lelah
4. Cepat marah
5. Telingan berdenging
6. Mata berkunang-kunang
7. Penglihatan kabur
8. Sesak nafas
9. Mimisan
10. Terkadang ada pula penderita hipertensi yang tidak disertai gejala apapun
D. Penatalaksanaan Hipertensi
a. Penanganan
Obat darah tinggi harus dikonsumsi rutin dan tepat dosis. Berikut contoh
obat hipertensi yang biasa diberikan seperti amlodipin, nifedipin, clonidin,
propanolol, dan masih banyak lagi. Konsultasikan keluhan anda kepada
dokter agar mendapatkan penanganan dan pengobatan yang tepat
b. Pencegahan
1. Pola hidup yang sehat, hindari stress berlebihan, banyak mengambil
waktu santau atau rileks
2. Olahraga sesuai kemampuan dan teratur
3. Penurunan berat badan apabila berat badan berlebih
4. Istirahat cukup
5. Hindari rokok dan alkohol
6. Kurangi makanan yang mengandung banyak lemak dan garam
7. Banyak makan buah dan sayur
8. Sering lakukan cek tekanan darah secara teratur
9. Periksalah sedini mungkin kemungkinan terkena darah tinggi

Diet pada hipertensi


Makanan yang tidak diperbolehkan menurut (Listyaningsih, 2019). Semua
makanan yang diberi garam natrium pada pengolahan seperti:
1) Roti, biskuit, kraker, dan kue lain yang dimasak dengan garam dapur
atau soda
2) Jerohan, dendeng, abon, corned beaf, daging asap, ikan asin, telur asin,
pindang, sarden, ebi, udang kering
3) Keju
4) Semua sayuran dan buah yang diawetkan dengan garam dapur
5) Garam dapur, vetsin, soda kue, kecap maggi, terasi, saos tomat, petis,
taoco
6) Coklat
7) Minuman berkafein dan bercarbonasi
Makanan yang diperbolehkan
Semua bahan makanan segar atau diolah tanpa garam seperti :
1) Beras, ketan, ubi, mie tawar, maizena, terigu
2) Kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti: kacang hijau, kacang
merah, kacang tanah, kacang polo, tempe, tahu, oncom
3) Semua sayuran dan buah tanpa garam
Hal yang harus diperhatikan pada penderita hipertensi
1. Melakukan pemeriksaan rutin ke dokter untuk melakukan
konsultasi dan evaluasi kondisi.
2. Melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin dan berkala
Periksa tekanan darah secara berkala sangat penting bagi penderita
hipertensi. Setidaknya harus kontrol ke dokter untuk memeriksakan
tekanan darah.
3. Minum obat secara rutin sesuai yang dianjurkan oleh dokter
Obat hipertensi harus diminum secara rutin, bukan hanya saat serangan
terjadi. Saat kontrol dokter akan menurunkan dosis apabila tekanan
darah sudah lebih membaik.
4. Melakukan pola hidup sehat
Penderita hipertensi tetap perlu melakukan pola hidup sehat, seperti
pemilihan makanan yang baik dan rutin berolahraga.
5. Kenali tanda serangan jantung dan stroke
Serangan jantung dan stroke adalah dua komplikasi yang sering terjadi
pada penderita hipertensi. Gejala serangan jantung adalah ketika
seseorang merasakan nyeri di dada yang sangat hebat, sementara itu
gejala stroke dapat berupa kelemahan pada satu sisi tubuh.

Anda mungkin juga menyukai