KRISIS HIPERTENSI
Oleh:
dr. Poppy Novita
Dokter Internsip
Pendamping:
1
BAB I
PENDAHULUAN
Membedakan kedua golongan krisis HT ini bukanlah dari tingginya TD, tapi
dari kerusakan organ sasaran. Kenaikan TD yang sangat pada seorang penderita
dipikirkan suatu keadaan emergensi bila terjadi kerusakan secara cepat dan progresif
dari sistem syaraf sentral, miokardinal, dan ginjal.(2). HT emergensi dan urgensi perlu
dibedakan karena cara penaggulangan keduanya berbeda.
2
diagnostik karena sebagian besar komplikasi krisis HT bersifat reversibel(3,4). Dalam
menanggulangi krisis HT dengan obat anti hipertensi, diperlukan pemahaman
mengenai autoregulasi TD dan aliran darah, pengobatan yang selektif dan terarah
terhadap masalah medis, yang menyertai, pengetahuan mengenai obat parenteral dan
oral anti hipertensi, variasi regimen pengobatan untuk mendapatkan hasil pengobatan
yang memadai dan efek samping yang minimal. (4)
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hipertensi urgensi adalah suatu keadaan yang ditandai naiknya tekanan darah
secara mendadak tanpa disertai gejala yang berat atau tanpa kerusakan target organ.
Umumnya diperlukan waktu intervensi pengobatan dalam satuan jam sampai
dengan 1 hari dengan menggunakan obat antihipertensi oral.
4
Disebut akselerasi malignan tekanan darah apabila dijumpai tanda-tanda
Retinopati Keight-Wagener (KW) derajat 4 yang ditandai adanya perdarahan retina
atau adanya Retinopati KW 3 dengan adanya eksudasi pada pembuluh darah
retina.(3)
2.2 Epidemiologi
Sekitar satu persen dari penderita hipertensi dapat mengalami krisis hipertensi,
yakni terjadinya peningkatan tekanan darah tiba – tiba dengan atau tanpa disertai
kerusakan/ancaman kerusakan organ target. Dua puluh persen pasien hipertensi
yang datang ke UGD adalah pasien hipertensi krisis. Data di Amerika Serikat
menunjukkan peningkatan prevalensi hipertensi dari 6,7% pada penduduk berusia
20-39 tahun, menjadi 65% pada penduduk berusia diatas 60 tahun. Data ini dari
total penduduk 30% diantaranya menderita hipertensi dan hampir 1%-2% akan
berlanjut menjadi hipertensi krisis diser-tai kerusakan organ target. Sebagian besar
pasien dengan stroke perdarahan mengalami hipertensi krisis(4).
2.3 Etiologi
5
Tabel 3. Penyebab Hipertensi Emergensi
2.5 Klasifikasi
6
TD harus diturunkan dalam 24 jam sampai batas yang aman
memerlukan terapi parenteral.
7
Tabel 4. Kondisi akut Krisis Hipertensi(6)
2.6 Patofisiologi
8
Gambar 1. Patofisiologi Krisis Hipertensi
Peningkatan tekanan darah yang tinggi secara akut yang dapat dipicu oleh
beberapa faktor seperti kelainan hormonal tertentu, misalnya krisis tiroid, krisis
feokromositoma, kehamilan dengan preeclampsia/eklampsia, penyalahgunaan
obat–obat tertentu seperti cocaine dan amfetamin, luka bakar, trauma kepala,
glomerulonephritis akut, pembedahan dan lain–lain akan memicu terjadinya
peningkatan resistensi vascular sistemik yang selanjutnya bisa berdampak
terjadinya kerusakan organ target melalui dua jalur, yaitu peningkatan tekanan
darah yang demikian akan menimbulkan kerusakan sel – sel endotel pembuluh
darah yang akan diikuti dengan pengendapan sel – sel platelet dan fibrin sehingga
menyebabkan terjadinya nekrosis fibrinoid dan proliferasi intimal.(8)
Disisi lain terjadi peningkatan sekresi zat – zat vasokontriktor ,seperti rennin-
angiotensin dan katekolamin, sebagai mekanisme kompensasi yang semakin
mempertinggi peningkatan tekanan darah sehingga terjadi pula natriuresis spontan
yang mengakibatkan penurunan volume intravascular. Kedua jalur mekanisme
tersebut akan mengakibatkan peningkatan tekanan darah yang semakin tinggi
sehingga menimbulkan iskemia jaringan dan pada akhirnya menyebabkan disfungsi
organ (8)
9
Gambar 2. Patofisiologi krisis hipertensi dan kerusakan organ target
Saat tekanan darah naik melampaui batas kritis, pada hewan percobaan MAP
150 mm Hg, saat itu terjadi segera kerusakan dinding arteri akan diikuti dengan
gejala lain yang merangsang pelepasan vasoaktif, kerusakan struktur endothel,
aktivasi RAAS system dan pelepasan mikropartikel platelet.(9)
10
Gambar 4. Patofisiologi hipertensi emergensi
Kerusakan organ target yang sering dijumpai pada pasien dengan hipertensi
emergensi terutama berkaitan dengan otak, jantung dan ginjal(9)
11
(10terlihat dengan disfungsi dari autoregulasi otak dan ditandai oleh hipertensi,
pemikiran berubah, dan papil edema.(10)
2. Sistem Kardiovaskular
3. Ginjal
12
2. Pemeriksaan fisik :
3. Pemeriksaan penunjang :
13
Gambar 5. Alur diagnosis krisis hipertensi
2.9 Tatalaksana
14
Autoregulasi adalah penyesuaian fisiologis organ tubuh terhadap kebutuhan
dan pasokan darah dengan mengadakan perubahan pada resistensi terhadap aliran
darah dengan berbagai tingkatan perubahan kontriksi / dilatasi pembuluh darah.
15
Gambar 6. Mekanisme Autoregulasi
16
Penanganan umum yang perlu diberikan pada pasien berupa
17
- Penurunan TD secara akut ke TD normal / subnormal pada awal
pengobatan dapat menyebabkan berkurangnya perfusike ke otak,
jantung dan ginjal dan hal ini harus dihindari pada beberapa hari
permulaan, kecuali pada keadaan tertentu, misal : dissecting anneurysma
aorta.
- TD secara bertahap diusahakan mencapai normal dalam satu atau dua
minggu.
Jika hipertensi emergensi dan disertai dengan kerusakan organ sasaran maka
penderita dirawat diruangan intensive care unit, ( ICU ) dan diberi salah satu dari
obat anti hipertensi intravena ( IV ). Obat-obatan yang ideal digunakan pada
kondisi hipertensi emergensi bersifat memberikan efek penurunan tekanan darah
yag cepat, dan mudah dititrasi tanpa efek samping. Target penurunan tekanan darah
sistolik dalam 1 jam pertama sebesar 10-15% dari tekanan sistolik awal dan tidak
melebihi 25%. Jika kondisi pasien cukup stabil maka target tekanan darah dalam 2-
6 jam selanjutnya sekitar 160/100-110 mmHg. Selanjutnya hingga 24 jam kedepan
tekanan darah diturunkan hingga tekanan sistoliknya 140 mmHg
Perlu diingat bahwa pada pasien dengan hipertensi emergensi dapat mengalami
natriuresis spontan sehingga dapat menyebakan penurunan volume intravascular,
sehingga pemberian cairan cristaloid akan memperbaiki perfusi organ dan
mencegah menurunkan tekanan darah yang drastic akibat efek obat antihipertensi
yang diberikan.
18
2.9.2.2 Penatalaksanaan Khusus
1. Kegawatdaruratan Neurologi
2. Kegawatdaruratan Jantung
Kegawatdaruratan yang utama pada jantung seperti iskemik akut pada otot
jantung, edema paru dan diseksi aorta. Pasien dengan hipertensi emergensi yang
melibatkan iskemik pada otot jantung dapat diberikan terapi dengan nitroglycerin.
Pada studi yang telah di-lakukan, bahwa nitroglycerin terbukti dapat meningkatkan
aliran darah pada arteri koroner. Pada keadaan diseksi aorta akut pemberian obat-
obatan β-blocker (labetalol dan esmolol) secara IV dapat diberikan pada terapi awal,
kemudian dapat dilanjutkan dengan obat-obatan vasodilatasi seperti nitroprusside.
Obat-obatan tersebut dapat menurunkan tekanan darah sampai target tekanan darah
yang diinginkan (TD sistolik > 120mmHg) dalam waktu 20 menit.(11)
3. Gagal Ginjal.
Acute kidney injury bisa dise-babkan oleh atau merupakan konsekuensi dari
hipertensi emergensi. Acute kidney injury ditandai dengan proteinuria, hematuria,
oligouria dan atau anuria. Terapi yang di-berikan masih kontroversi, namun
nitroprusside IV telah digunakan secara luas namun nitroprusside sendiri dapat
menyebabkan keracunan sianida atau tiosianat. Pemberian fenoldopam secara
parenteral dapat meng-hindari potensi keracunan sianida akibat dari pemberian
nitroprussidedalam terapi gagal ginjal.(10)
19
4. Hyperadrenergic states.
Pada hipertensi emergensi akan digunakan obat yang bekerjanya cepat dalam
menurunkan tekanan darah sehingga akan diperlukan obat parenteral sesuai indikasi
kegawatannya. Konsensus umum berlaku adalah tercapainya penurunan tekanan
darah maksimal 25 % dari dasar pada 1 jam pertama, kecuali pada Diseksi Aorta,
target secepatnya untuk mencapai tekanan darah normal.(10)
20
Tabel 5 Pilihan terapi pada hipertensi emergensi(9)
21
- Efek samping : sakit kepala, mual, muntah, hipotensi.
3. Diazolxide : merupakan vasodilator arteri direk yang kuat diberikan secara
i.V bolus.
- Onset of action 1 – 2 menit, efek puncak pada 3 – 5 menit, duration of
action 4 – 12 jam.
- Dosis permulaan : 50 mg bolus, dapat diulang dengan 25 – 75 mg setiap 5
menit sampai TD yang diinginkan.
- Efek samping : hipotensi dan shock, mual, muntah, distensi abdomen,
hiperuricemia, aritmia, dll.
22
8. Labetalol : termasuk golongan beta dan alpha blocking agent.
- Dosis : 20 – 80 mg secara i.v. bolus setiap 10 menit ; 2 mg / menit secara
infus i.v.
- Onset of action 5 – 10 menit
- Efek samping : hipotensi orthostatik, somnolen, hoyong, sakit kepala,
bradikardi, dll.
- Juga tersedia dalam bentuk oral dengan onset of action 2 jam, duration of
action 10 jam dan efek samping hipotensi, respons unpredictable dan
komplikasi lebih sering dijumpai.
Pada tahun 1993 telah diteliti penggunaan obat oral nifedipine sublingual
dan captoprial pada penderita hipertensi krisis memberikan hasil yang cukup
memuaskan setelah menit ke 20. Captoprial dan Nifedipine sublingual tidak
berbeda bermakna dam Menurunkan TD.(9)
23
digolongkan nonrespons bila penurunan TD diastolik <10mmHg setelah 20
menit pemberian obat. Respons bila TD diastolik mencapai <120mmHg atau
MAP <150mmHg dan adanya perbaikan simptom dan sign dari gangguan organ
sasaran yang dinilai secara klinis setelah 60 menit pemberian obat. Inkomplit
respons bila setelah 60 menit pemberian obat. Inkomplit respons bila setelah 60
menit TD masih >120mmHg atau MAP masih >150mmHg, tetapi jelas terjadi
perbaikan dari simptom dan sign dari organ sasaran.(12)
Pemilihan jenis obat yang dipakai sebaiknya disesuaikan dengan sindroma atau
kerusakan organ target yang ditemukan
- Vasoselektif, yakni selektifitasnya 30.000 x lebih banyak bekerja pada sel sel
otot polos pembuluh darah dibandingkan otot miokard
- Tidak mendepresi kerja otot miokard
- Tidak bersifat inotropik negative
- Memiliki efek antihipertensi yang cepat dan stabil serta efek minimal terhadap
frekuensi denyut jantung
- Dapat meningkatkan aliran darah menuju otak, jantung dan ginjal.
Jika dibandingkan dengan obat golongan antagonis calcium lainnya,
nicardipine memiliki beberapa keunggulan seperti tampak pada tabel 3:
24
Tabel 6. Perbandingan obat – obat antagonis calcium.
25
2.9.3 Hipertensi Urgensi
Terapi pada Hipertensi urgensi dapat digunakan obat oral yang memiliki onset
cepat oleh karena segi kegawatannya tidaklah memerlukan waktu yang singkat
seperti pada hipertensi emergensi.(9)
26
terutama digunakan pada penderita hipertensi urgensi akibat dari peningkatan
katekholamine.
2.10 Prognosis
Prognose menjadi lebih baik berkat ditemukannya obat yang efektif dan
penaggulangan penderita gagal ginjal dengan analysis dan transplanta ginjal.
Whitworth melaporkan dari penelitiannya sejak tahun 1980, survival dalam 1 tahun
berkisar 94% dan survival 5 tahun sebesar 75%.Tidak dijumpai hasil perbedaan
diantara retionopati KWIII dan IV.Serum creatine merupakan prognostik marker
yang paling baik dan dalam studinya didapatkan bahwa 85% dari penderita dengan
creatinite <300 umol/l memberikan hasil yang baik dibandingkan dengan penderita
yang mempunyai fungsi ginjal yang jelek yaitu 9 %(12)
27
BAB III
KESIMPULAN
Pada pasien asimtomatis yang dijumpai adanya kenaikan tekanan darah secara
mendadak, baik yang bersifat emegensi maupun urgensi, penapisan yang optimal
serta pengobatan yang tepat akan berpengaruh terhadap hasil klinis, cepat atau
lambat terhadap morbiditas maupun mortalitas.
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Chobanian AV ,Bakris GL, Black HR, Cushman WC, Green LA,et al, the Joint
National Committee on prevention, detection, evaluation and treatment of high
blood pressure.Seventh Report. Hypertension 42:2003; 1206-1252
9. Saguner AM, Dür S, Perrig M, Schiemann U, Stuck AE, et al. Risk Factors
PromotingHypertensive Crises: Evidence From a LongitudinalStudy. Am J
Hypertensi. 2010. 23:775-780.
10. Madhur MS. Hypertension. Medscape Article. 2012. Vol.3, No.4 :163-8.
11. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, et al.Harrison's
Principles ofInternal Medicine. Seventeenth Edition. 2008.
12. Majid A. Krisis Hipertensi Aspek Klinis dan Pengobatan. USU DigitalLi-brary.
2004.
29
BORANG PORTOFOLIO
Obyektif Presentasi:
Deskripsi : Pasien datang dengan keluhan utama lemah anggota gerak kanan dan tidak
bisa memiringkan badan kekanan sejak 12 jam sebelum masuk RS
30
Tidak ada
3. Riwayat kesehatan
Tidak ada
4. Riwayat keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita keluhan seperti pasien
5. Riwayat pekerjaan
8. Lain-lain:
Daftar Pustaka
1. Chobanian AV ,Bakris GL, Black HR, Cushman WC, Green LA,et al, the Joint
National Committee on prevention, detection, evaluation and treatment of high blood
pressure.Seventh Report. Hypertension 42:2003; 1206-1252
2. Vaidya CK, Ouellette JR. Hypertensive Urgency and Emergency. Hospital Physician
March 2007; 43-50
3. Mc Cowan C. Hypertensive Emergencies. Available at
www.emedicine.medscape.com/
4. Aggarwal MD, Khan IA. Hypertensive Crisis: Hypertensive emergencies and
Urgencies.Cardiology Clinics 24:2006;135-146
5. Marik P, Rivera R. Hypertensive emergencies: an update. Current Opinion in Critical
Care 2011; 17:569-580
6. Kaplan NM,Victor RG, Hypertensive Crises , in Kaplan’s Clinical Hypertension, 10th
2010 , Wolters Kluwer/Lippincott Williams& Wilkins-Philadelphia pp 274-287.
7. Deshmukh A, Kumar G, Kumar N, Nanchal R, Gobal F, Sakhuja A, Mehta J. Effect of
Joint National Committee VII report on hospitalization for hypertensive emergencies in
the United States. American Journal of Cardiology 2011; 108
8. Rampengan SH. Krisis Hipertensi. Hipertensi Emergensi dan Hipertensi-Urgensi.
BIKBiomed. 2007. Vol.3, No.4 :163-8.
9. Saguner AM, Dür S, Perrig M, Schiemann U, Stuck AE, et al. Risk Factors
PromotingHypertensive Crises: Evidence From a LongitudinalStudy. Am J Hypertensi.
2010. 23:775-780.
10. Madhur MS. Hypertension. Medscape Article. 2012. Vol.3, No.4 :163-8.
11. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, et al.Harrison's Principles
ofInternal Medicine. Seventeenth Edition. 2008.
12. Majid A. Krisis Hipertensi Aspek Klinis dan Pengobatan. USU DigitalLi-brary. 2004.
31
Hasil Pembelajaran
1. Definisi
2. Epidemiologi
3. Etiologi
4. Klasifikasi
5. Patofisiologi
6. Manifestasi Klinis
7. Diagnosis
8. Penatalaksanaan
9. Prognosis
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
1. Subjektif
- Pasien tidak bisa memiringkan badan sendiri ke arah kanan sejak 12 jam
tidur
2. Objektif
Vital Sign
32
Kesadaran : GCS : E4M6Vaf
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 37oC
Torak
Paru
Perkusi : sonor
Jantung
33
Abdomen
Perkusi : timpani
Korpus vertebrae
Status neurologikus
Brudzinsky I : (-)
Brudzinsky II : (-)
N. I (Olfaktorius)
34
N. II (Optikus)
N. III (Okulomotorius)
Kanan Kiri
Bola mata Bulat Bulat
Ptosis (-) (-)
Gerakan bulbus Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah
Pupil
Bentuk isokor isokor
Refleks cahaya (+) (+)
Refleks akomodasi (+) (+)
Refleks konvergensi (+) (+)
N. IV (Trochlearis)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke bawah + +
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia - -
N. V (Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik Sulit dinilai Sulit dinilai
Membuka mulut
Menggerakkan rahang
Menggigit
Mengunyah
Sensorik
35
Divisi oftalmika
- Refleks kornea + +
- Sensibilitas + +
Divisi maksila
- Refleks masetter - -
- Sensibilitas + +
Divisi mandibula
- Sensibilitas + +
N. VI (Abdusen)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke lateral + +
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia - -
N. VII (Fasialis)
Kanan Kiri
Raut wajah Plika nasolabialis kanan lebih datar dari kiri
Sekresi air mata + +
Fissura palpebra + +
N. VIII (Vestibularis)
Kanan Kiri
Suara berbisik Sulit dinilai Sulit dinilai
36
Rinne tes Sulit dinilai Sulit dinilai
N. IX (Glossopharyngeus)
Kanan Kiri
Sensasi lidah 1/3 belakang Sulit dinilai Sulit dinilai
N. X (Vagus)
N. XI (Asesorius)
37
N. XII (Hipoglosus)
4. Pemeriksaan koordinasi
Cara berjalan
Romberg tes Sulit dinilai Sulit dinilai
Ataksia Sulit dinilai Sulit dinilai
Reboundphenomen Sulit dinilai Sulit dinilai
Test tumit lutut Sulit dinilai Sulit dinilai
6. Pemeriksaan sensibilitas
38
7. Sistem refleks
Bawah
39
3. Pemeriksaan laboratorium
Darah :
Leukosit : 6140/mm3
Trombosit : 210.000/mm3
Hematokrit : 41%
Ureum/creatinin : 24 / 0,7
Algoritma Gajah Mada : penurunan kesadaran (-), nyeri kepala (-), reflek
40
EKG : Irama : ireguler, HR : 90x/i, gelombang P tidak jelas, interval PR tidak
anggota gerak kanan dan tidak mampu memiringkan badan ke arah kanan
terjadi`secara tiba-tiba ketika pasien hendak bangun dari tempat tidur sejak 12 jam
sebelum masuk rumah sakit. Bicara pasien juga menjadi tidak jelas sejak 12 jam
sebelum masuk rumah sakit. Penurunan kesadaran tidak ada. Kejang tidak ada.
Muntah tidak ada. Pasien masih beraktivitas seperti biasa sebelumnya. Riwayat
hipertensi ada namun tidak control teratur. Riwayat Diabetes mellitus dan penyakit
permenit dengan irama ireguler dan tekanan darah didapatkan 180/130mmHg. Pada
pemeriksaan nervus cranialis didapatkan pada raut wajah plika nasolabialis kanan
lebih datar dari pada kiri dan saat lidah didalam deviasi kekiri, saat lidah diluar
deviasi kekanan. Untuk pemeriksaan motorik gerakan sulit dinilai dan kekuatan
diperiksa dengan tes jatuh terdapat lateralisasi ke kanan. Pada pemriksaan reflek
dan pada perhitungan siriraj score didapatkan hasil meragukan dan anjuran untuk
41
dilakukan Ct Scan. Pada pemeriksaan EKG didapatkan kesan atrium fibrilasi dan
NSTEMI.
didiagnosis dengan Hemiparese dekstra tipe UMN + parese N.VII , XII tipe UMN,
NSTEMI. Pada pasien dilakukan Elevasi kepala 300, pemberian O2 3L/I, IVFD RL
12 jam/kolf, dilakukan pemasangan NGT dan kateter urin. Pasien juga diberikan
Injeksi Citicolin 2x500 gram, Injeksi Ranitidin 2x50 mg, Simvastatin 1x40 mg PO,
Bisoprolol 1x2,5 mg PO, CPG 1x1 tab PO, Aspilet 1x1 tab PO. Pasien diberikan
Drip Nicardipin 1 amp dalam 50 cc RL kecepatan 7,5 cc/ jam updown titrasi jika TD
>200/100 dan Manitol 20% tapering off sesuai protap. Pasien dirawat bersama
5. Plan
Diagnosis :
tipe UMN
Terapi:
O2 3L/i
42
- Khusus :
IVFD RL 12 jam/kolf
Drip Nicardipin 1 amp dalam 50 cc RL kecepatan 7,5 cc/ jam updown titrasi
Konsul jantung
Loading CPG 4 tab, Aspilet 2 tab (jika tidak ada KI dari bagian Neurologi)
Simvastatin 1x40 mg PO
Bisoprolol 1x2,5 mg PO
Loading CPG dan Aspilet , inj lovenox tunda dahulu karena ada kecurigaan
perdarahan
43
Follow Up
kanan,
sesak nafas
NXII dekstra tipe UMN NVII, XII dekstra tipe NVII, XII dekstra tipe
44
dekstra tipe UMN) dekstra tipe UMN)
45
KONSUL SP.JP KONSUL SP.JP
Sesak nafas
gelisah
TD 149/70 TD 110/70
HAP
P RL 12 jam/kolf Th Lanjut
BC O TC 2500 cc di kepala
ada KI neurologi
Candesartan stop
Bisoprolol stop
46
47