KRISIS HIPERTENSI
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
1. MANTASIA
2. NURQALBI
3. FITRIANI
4. DWI SARTINI
5. ISMA TIARA
6. NUR BAETI AMIR
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah swt., yang telah melimpahkan rahmat serta
dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Krisis Hipertensi” makalah ini dibuat sebagai penunjang kegiatan perkuliahan
pada.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis hanturkan kepada dosen pembimbing yang
telah membimbing kami dalam pembuatan makalah dan tak lupa pula penulis ucapkan terima
kasih kepada teman-teman dan semua pihak yang telah memberi sumbangan pemikiran
dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan makalah kami. Akhir kata, semoga makalah ini dapat diterima dan dapat
memberi manfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Penulis
(Kelompok 3)
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................................1
B. Tujuan Masalah..............................................................................................2
C. Rumusan Masalah...........................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Patofisiologi Krisis Hipertensi .......................................................................3
B. Manifestasi Klinis Krisis Hipertensi...............................................................4
C. Prosedur Diagnostik Krisis Hipertensi ..........................................................5
D. Algoritme Penatalaksanaan Krisis Hipertensi ...............................................5
E. Analisa Data Krisis Hipertensi ......................................................................8
F. Diagnosa Keperawatan Krisis Hipertensi .....................................................9
G. Rencana Keperawatan Krisis Hipertensi ......................................................10
H. BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................10
B. Saran…………………………………………………………………..……10
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Krisis hipertensi atau hipertensi darurat adalah suatu kondisi dimana diperlukan
penurunan tekanan darah dengan segera (tidak selalu diturunkan dalam batas normal),
untuk mencegah atau membatasi kerusakan organ (Mansjoer:522 ).
Kedaruratan hipertesi terjadi pada penderita dengan hipertensi yang tidak terkontrol
atau mereka yang tiba-tiba menghentikan penobatan. (Brunner &Suddarth:908).
Kegawatan hipertensi (hypertensive emergencies) adalah hipertensi berat yang
disertai disfungsi akut organ target.
Hipertensi darurat (emergency hypertension) adalah kenaikan tekanan darah
mendadak (sistolik ≥180 mm Hg dan / atau diastolik ≥120 mm Hg) dengan
kerusakan organ target yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan
segera, dalam hitungan menit sampai jam. Tekanan darah yang sangat tinggi dan terdapat
kerusakan organ, sehingga tekanan darah harus diturunkan dengan segera (dalam menit
atau jam) agar dapat membatasi kerusakan yang terjadi. Tingginya tekanan darah untuk
dapat dikategorikan sebagai hipertensi darurat tidaklah mutlak, namun kebanyakan
referensi di Indonesia memakan patokan >220/140. Jadi kedaruratan hipertensi adalah
kondisi penderita hipertensi yang tidak terkontrol sehingga diperlukan penurunan
tekanan darah dengan segera.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana patofisiologi krisis hipertensi?
2. Apa menifestasi klinis krisis hipertensi?
3. Apa prosedur diagnostik prosedur daignostik?
4. Apa alogoritme penatalaksanaan krisis hipertensi?
5. Apa analisa data krisis hipertensi?
6. Apa diagnosa krisis hipertensi?
7. Apa rencana keperawatan krisis hipertensi?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini untuk menjelaskan dan menelaah situasi tentang
Krisis Hipertensi di tatanan klinis keperawatan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
3
D. Algoritme Pentalaksanaan Krisis Hipertensi
4
Kerusakan Organ Tujuan Terapi Target Terapi Pilihan Obat
Stroke Iskemik Menurunkan 160/100 (seperti Lini Pertama :
prinsip Terapi) Nikardipin
tekanan
Lini Kedua :
darah dengan tetap Labetalol
mempertahankan
perfusi (hanya diberi
kan jika sistolik
>180-200)
Subarachnoid Mencegah perdarahan Penurunan 20% dari Lini Pertama :
Hemorrhage lebih lanjut dan Baseline Nikardipin
mempertahankan Lini Kedua :
perfusi otak Labetalol
Intracerebral Mencegah perluasan 160/100 (seperti Lini Pertama :
Hemorrhage hematom dan edema prinsip Terapi) Nikardipin
perihematom Lini Kedua :
Labetalol
Ensefalopati Menurunkan edema 160/100 (seperti Lini Pertama :
Hipertensi otak, menurunkan TIK prinsip Terapi) Nikardipin
, dan mengembalikan Lini Kedua :
autoregulasi Labetalol
pembuluh darah otak
Preklamsia dan Menurunkan TIK dan 160/100 (seperti Lini Pertama :
Eklamsia mempertahankan prinsip Terapi) Hidralazin
perfusi plasenta Lini Kedua :
Labetalol
Penyakit Jantung Menurunkan beban 160/100 (seperti NO dan B-Blocker
Koroner jantung dan prinsip Terapi)
meningkatkan perfusi
jantung
Gagal jantung akut Menurunkan 160/100 (seperti NO dan furosemid
impedansi aliran prinsip Terapi)
darah dari jantung dan
menurunkan beban
jantung
Acute Kidney Injury Menurunkan tekanan 160/100 (seperti Lini Pertama :
darah di parenkim dan prinsip Terapi) Fenoldopam
glomerulus Nikardipin
Tanpa Target Organ Paling Aman dan >25%MAP(24jam Lini Pertama :
Penurunan Tekanan Captopril oral atau
pertama)
darah yang Cepat Sublingual
E. Analisa Data
5
1. Ds : Nyeri Peningkatan Nyeri berhubungan
- Klien mengatakan tekanaan vaskuler dengan penimgkatan
kepalanya terasa nyeri. serebral tekanan vaskuler serebral
- Nyeri dan pusing
dirasakan pada saat baru Suplai darah ke
beranjak dari tempat otak
tidur
Do : Nyeri
- Klien tampak meringis dipersepsikan
- TD : 216/100 mmHg
Pusing
Nyeri
Penurunan
curah
jantung
3. Ds : Intoleransi Peningkatan Intoleransi aktivitas
- Pasien mengatakan aktivitas tekanan darah berhubungan dengan
tangan kirinya sulit kelemahan,
untuk digerakkan Anoreksia ketidakseimbangan
(menggenggam) suplai dan
- Semua kebutuhan pasien Tubuh kebutuhan oksigen.
dibantu keluarga kekurangan kalori
Kelemahan fisik
Intoleransi
aktvitas
6
F. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan penimgkatan tekanan vaskuler serebral
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload
vasekontriksi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai
dankebutuhan oksigen.
G. Rencana Keperawatan
N DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
O HASIL
1 Nyeri berhubungan NOC : NIC :
dengan penimgkatan - Pain level 1. Kaji skala nyeri
tekanan vaskuler serebral - Pain control 2. Berikan tindakan
- Comfort level kenyamanan seperti
Kriteria Hasil : istirahat
1. Mampu mengontrol nyeri 3. Anjurkan pasien untuk
(tahu penyebab nyeri, relaksasi nafas dalam saat
mampu menggunakan nyeri
tehnik nonfarmakologi 4. Observasi reaksi non verbal
untuk mengurangi nyeri) dari ketidak nyamanan
2. Melaporkan bahwa nyeri 5. Kontrol lingkungan yang
berkurang dengan dapat mempengaruhi nyeri,
menggunakan manajemen seperti suhu ruang,
nyeri pencahayaan dan
3. Mampu mengenali nyeri kebisingan
(skala, intensitas, frekuensi, 6. Kolaborasi pemberian obat
dan tanda nyeri) analgetik
4. Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
2 Penurunan curah jantung NOC : NIC :
berhubungan dengan - Cardiac Pump 1. Evaluasi adanya nyeri
peningkatan afterload effectiveness dada
7
vasekontriksi - Circulation Status 2. Catat adanya disritmia
- Vital Sign Status jantung
- Tissue perfusion: 3. Catat adanya tanda dan
perifer gejala penurunan
Setelah dilakukan asuhan cardiac putput
Keperawtan penurunan 4. Monitor status
kardiak output klien pernafasan yang
teratasi dengan kriteria menandakan gagal
hasil: jantung
a. Tanda Vital dalam 5. Monitor balance cairan
rentang normal 6. Monitor respon pasien
(Tekanan darah, Nadi, terhadapefek pengobatan
respirasi) antiaritmia
b. Dapat mentoleransi 7. Atur periode latihan
aktivitas, tidak ada dan istirahat untuk
kelelahan menghindari kelelahan
c. Tidak ada edema paru, 8. Monitor toleransi
perifer, dan tidak ada aktivitas pasien
asites 9. Monitor adanya
dyspneu, fatigue,
tekipneu dan ortopneu
10. Anjurkan untuk
menurunkan stress.
3 Intoleransi aktivitas Kriteria Hasil : NIC :
berhubungan dengan 1. Kaji tingkat kemampuan
kelemahan, 1. Setelah dilakukan tindakan klien untuk beraktivitas
ketidakseimbangan keperawatan diharapkan 2. Bantu klien untuk
suplai dan klien dapat melakukan mengidentifikasi aktivitas
kebutuhan oksigen. aktivitas tanpa adanya yang mampu dilakukan
komplikasi. 3. Bantu klien untuk
memilih aktivitas
konsisten yang sesuai
dengan kemampuan fisik,
8
psikologi, dan sosial.
4. Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang
5. Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan.
H. Contoh Kasus
Contoh kasus krisis hipertensi : “ Captopril “
1. Seorang wanita berusia 34 tahun, dibawah ke UGD RS dengan keluhan sesak
napas. Pasien sesak nafas terutama sejak 3 minggu yang lalu, pasien mengaku tidur
dengan 2-3 bantal agar tidak sesak dan sering terbangun karena batuk dan sesak.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan TD : 180/120 mMhg, N : 130x/menit, S : 36,8
C, Terapi awal yang tepat adalah Captopril.
Contoh kasus krisis hipertensi : “ Encephalopathy hipertensi“
2. Ny. M berusia 55 tahun dengan penurunan kesadaran mual muntah, kejnag-kejang
dan nyeri hebat. Riwayat hipertensi 2 tahun yang lalu, rutin berobat.
Pemeriksaan fisik :
TD : 240/120 Mmhg
N : 100x/menit
P : 28x/menit
S : 36.8 C
Apa diagnosa pada pasien ini? Encephalopathy hipertensi
9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Krisis hipertensi atau hipertensi darurat adalah suatu kondisi dimana diperlukan
penurunan tekanan darah dengan segera (tidak selalu diturunkan dalam batas normal),
untuk mencegah atau membatasi kerusakan organ (Mansjoer:522 ).
Kedaruratan hipertesi terjadi pada penderita dengan hipertensi yang tidak
terkontrol atau mereka yang tiba-tiba menghentikan penobatan. (Brunner
&Suddarth:908).
Kegawatan hipertensi (hypertensive emergencies) adalah hipertensi berat yang
disertai disfungsi akut organ target.
Hipertensi darurat (emergency hypertension) adalah kenaikan tekanan darah
mendadak (sistolik ≥180 mm Hg dan / atau diastolik ≥120 mm Hg) dengan
kerusakan organ target yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus
diturunkan segera, dalam hitungan menit sampai jam. Tekanan darah yang sangat
tinggi dan terdapat kerusakan organ, sehingga tekanan darah harus diturunkan dengan
segera (dalam menit atau jam) agar dapat membatasi kerusakan yang terjadi.
B. SARAN
10
Dalam pemberian pelayanan kesehatan khususnya asuhan keperawatan yang baik,
serta mengambil keputusan yang bersifat klinis hendaknya mengacu pada rencana
keperawatan yang dibuat berdasarkan teori-teori dan penelitian terkini. Krisis
hipertensi dapat menjadi panduan dalam menentukan atau membuat rencana
keperawatan yang memiliki landasan berdasarkan teori, penelitian, serta pengalaman
klinis baik oleh petugas kesehatan maupun pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Hani, Sharon EF, Colgan R.Hypertensive Urgencies and Emergencies. Prim Care
Clin Office Pract 2013;33:613-23.
Vaidya CK, Ouellette CK. Hypertensive Urgency and Emergency. Hospital Physician
2012:43-50
Ganong, William F (2011). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC, Jakarta
Nurarif, Amin Huda,Kusuma, Hardhi, (2013), Aplikasi Asuhan Keperawatan
NANDA NIC-NOC, Jakarta, Medi Action Publishing.
Harrison. 2012. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume3. Yogyakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
11
Konsep Keperawatan Kritis
Menurut (Goode & Piedalue, 1999) : Praktik klinis berdasarkan bukti melibatkan temuan
pengetahuan dari penelitian, review atau tinjauan kritis. EBP didefinisikan sebagai
12
intervensi dalam perawatan kesehatan yang berdasarkan pada fakta terbaik yang
didapatkan. EBP merupakan proses yang panjang, adanya fakta dan produk hasil yang
membutuhkan evaluasi berdasarkan hasil penerapan pada praktek lapangan.
13
perawatan tingkat kesembuhan pasien bisa lebih cepat dan lama perawatan bisa lebih
pendek serta
14
(Mooney, 2012).
pada evidance based bertujuan untuk menemukan bukti-bukti terbaik sebagai jawaban
dari
15
mengakibatkan resiko kematian bayi secara tiba-
16
pengguanaan virtual based patients scenario
17
mengajarkan EBP, sehingga tidak semua evidence
Format PICOT menyediakan kerangka kerja yang efisien untuk mencari database
elektronik, yang dirancang untuk mengambil hanya artikel-artikel yang relevan
dengan pertanyaan klinis. Menggunakan skenario kasus pada waktu respon cepat
sebagai contoh, cara untuk membingkai pertanyaan tentang apakah penggunaan
waktu tersebut akan menghasilkan hasil yang positif akan menjadi: "Di rumah sakit
perawatan akut (populasi pasien), bagaimana memiliki time respon cepat (intervensi)
dibandingkan dengan tidak memiliki time respon cepat (perbandingan)
mempengaruhi jumlah serangan jantung (hasil) selama periode tiga bulan (waktu)? "
3) Langkah 3: Cari bukti terbaik. Mencari bukti untuk menginformasikan praktek
klinis adalah sangat efisien ketika pertanyaan diminta dalam format PICOT. Jika
perawat dalam skenario respon cepat itu hanya mengetik "Apa dampak dari memiliki
time respon cepat?" ke dalam kolom pencarian dari database, hasilnya akan menjadi
ratusan abstrak, sebagian besar dari mereka tidak relevan. Menggunakan format
PICOT membantu untuk mengidentifikasi kata kunci atau frase yang ketika masuk
berturut-turut dan kemudian digabungkan, memperlancar lokasi artikel yang relevan
dalam database penelitian besar seperti MEDLINE atau CINAHL. Untuk pertanyaan
PICOT pada time respon cepat, frase kunci pertama untuk dimasukkan ke dalam
database akan perawatan akut, subjek umum yang kemungkinan besar akan
mengakibatkan ribuan kutipan dan abstrak. Istilah kedua akan dicari akan rapid
respon time, diikuti oleh serangan jantung dan istilah yang tersisa dalam pertanyaan
PICOT. Langkah terakhir dari pencarian adalah untuk menggabungkan hasil
19
pencarian untuk setiap istilah. Metode ini mempersempit hasil untuk artikel yang
berkaitan dengan pertanyaan klinis, sering mengakibatkan kurang dari 20. Hal ini
juga membantu untuk menetapkan batas akhir pencarian, seperti "subyek manusia"
atau "English," untuk menghilangkan studi hewan atau artikel di luar negeri bahasa.
4) Langkah 4: Kritis menilai bukti. Setelah artikel yang dipilih untuk review, mereka
harus cepat dinilai untuk menentukan yang paling relevan, valid, terpercaya, dan
berlaku untuk pertanyaan klinis. Studi-studi ini adalah "studi kiper." Salah satu
alasan perawat khawatir bahwa mereka tidak punya waktu untuk menerapkan EBP
adalah bahwa banyak telah diajarkan proses mengkritisi melelahkan, termasuk
penggunaan berbagai pertanyaan yang dirancang untuk mengungkapkan setiap
elemen dari sebuah penelitian. Penilaian kritis yang cepat menggunakan tiga
pertanyaan penting untuk mengevaluasi sebuah studi :
a. Apakah hasil penelitian valid? Ini pertanyaan validitas studi berpusat pada apakah
metode penelitian yang cukup ketat untuk membuat temuan sedekat mungkin
dengan kebenaran. Sebagai contoh, apakah para peneliti secara acak menetapkan
mata pelajaran untuk pengobatan atau kelompok kontrol dan memastikan bahwa
mereka merupakan kunci karakteristik sebelum perawatan? Apakah instrumen
yang valid dan reliabel digunakan untuk mengukur hasil kunci?
b. Apakah hasilnya bisa dikonfirmasi? Untuk studi intervensi, pertanyaan ini
keandalan studi membahas apakah intervensi bekerja, dampaknya pada hasil, dan
kemungkinan memperoleh hasil yang sama dalam pengaturan praktek dokter
sendiri. Untuk studi kualitatif, ini meliputi penilaian apakah pendekatan
penelitian sesuai dengan tujuan penelitian, bersama dengan mengevaluasi aspek-
aspek lain dari penelitian ini seperti apakah hasilnya bisa dikonfirmasi.
c. Akankah hasil membantu saya merawat pasien saya? Ini pertanyaan penelitian
penerapan mencakup pertimbangan klinis seperti apakah subyek dalam penelitian
ini mirip dengan pasien sendiri, apakah manfaat lebih besar daripada risiko,
kelayakan dan efektivitas biaya, dan nilai-nilai dan preferensi pasien. Setelah
menilai studi masing-masing, langkah berikutnya adalah untuk mensintesis studi
untuk menentukan apakah mereka datang ke kesimpulan yang sama, sehingga
mendukung keputusan EBP atau perubahan.
20
5) Langkah 5: Mengintegrasikan bukti dengan keahlian klinis dan preferensi pasien
dan nilai-nilai. Bukti penelitian saja tidak cukup untuk membenarkan perubahan
dalam praktek. Keahlian klinis, berdasarkan penilaian pasien, data laboratorium, dan
data dari program manajemen hasil, serta preferensi dan nilai-nilai pasien adalah
komponen penting dari EBP. Tidak ada formula ajaib untuk bagaimana untuk
menimbang masing-masing elemen; pelaksanaan EBP sangat dipengaruhi oleh
variabel kelembagaan dan klinis. Misalnya, ada tubuh yang kuat dari bukti yang
menunjukkan penurunan kejadian depresi pada pasien luka bakar jika mereka
menerima delapan sesi terapi kognitif-perilaku sebelum dikeluarkan dari rumah sakit.
Anda ingin pasien Anda memiliki terapi ini dan begitu mereka. Tapi keterbatasan
anggaran di rumah sakit Anda mencegah mempekerjakan terapis untuk menawarkan
pengobatan. Defisit sumber daya ini menghambat pelaksanaan EBP.
6) Langkah 6: Evaluasi hasil keputusan praktek atau perubahan berdasarkan bukti.
Setelah menerapkan EBP, penting untuk memantau dan mengevaluasi setiap
perubahan hasil sehingga efek positif dapat didukung dan yang negatif diperbaiki.
Hanya karena intervensi efektif dalam uji ketat dikendalikan tidak berarti ia akan
bekerja dengan cara yang sama dalam pengaturan klinis. Pemantauan efek perubahan
EBP pada kualitas perawatan kesehatan dan hasil dapat membantu dokter melihat
kekurangan dalam pelaksanaan dan mengidentifikasi lebih tepat pasien mana yang
paling mungkin untuk mendapatkan keuntungan. Ketika hasil berbeda dari yang
dilaporkan dalam literatur penelitian, pemantauan dapat membantu menentukan.
7) Langkah 7: Menyebarluaskan hasil EBP. Perawat dapat mencapai hasil yang indah
bagi pasien mereka melalui EBP, tetapi mereka sering gagal untuk berbagi
pengalaman dengan rekan-rekan dan organisasi perawatan kesehatan mereka sendiri
atau lainnya. Hal ini menyebabkan perlu duplikasi usaha, dan melanggengkan
pendekatan klinis yang tidak berdasarkan bukti-bukti. Di antara cara untuk
menyebarkan inisiatif sukses adalah putaran EBP di institusi Anda, presentasi di
konferensi lokal, regional, dan nasional, dan laporan dalam jurnal peer-review, news
letter profesional, dan publikasi untuk khalayak umum.
21
C. Penelitian terkait askep keperawatan krtis dengan kasus medikal bedah
ABSTRAK
Pendahuluan: Perawat yang betugas didaerah terpencil dan daerah bencana
RIWAYAT ARTIKEL akan mengalami beberapa kendala diantaranya jarak ketempat rujukan,
kejenuhan saat bekerja, tekanan psikologis, maupun sulitnya mengontrol tingkat
Diterima: 20 Maret 2019
Disetujui: 28 Mei 2019 personal-profesional perawat selama bertugas. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan self-efficacy perawat instrumen dalam respon gempa bumi di
Nusa Tenggara Barat.
Kata Kunci
20
ABSTRACT
Introduction: Nurses who are tasked in remote areas and disaster areas will
experience several obstacles including distance to the nearest health services,
tired of working, psychological distress, or the difficulty in controlling the level
of nurse personalities while on duty. This study aims to describe self-efficacy of
instrument nurse during the assignment period.
Keywords
Self-efficacy, instrument nurse, earthquake
21
Penelitian ini menggunakan kualitatif Peneliti mengidentifikasi 3 tema sebagai hasil
fenomenologi. Peneliti akan melakukan pendekatan penelitian. Proses pemunculan tema tersebut
fenomenologi untuk mendiskripsikan pengalaman diuraikan berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan
psikologis perawat instrumen selama masa penelitian adalah self-efficacy perawat instrumen
penugasan bencana alam gempa bumi di Nusa selama bertugas di Nusa Tenggara Barat (NTB)
Tenggara Barat (NTB). Partisipan terdiri dari 16 terdiri dari 3 tema, yaitu (1) pengetahuan tentang
perawat instrumen yang bertugas sebagai tim. tim tanggap darurat, (2) sikap atau perasaan saat
Teknik sampling yang digunakan peneliti adalah penunjukan, dan (3) otivasi perawat untuk
menggunakan teknik snowball sampling. Dengan bertugas.
menggunakan teknik ini, beberapa partisipan yang Tema 1: Pengetahuan tentang tim tanggap
potensial dihubungi dengan pesan whatsapp dan darurat Pengetahuan yang dimiliki oleh perawat
ditanya apakah mereka mengetahui orang yang lain merupakan ujung tombak dalam memberikan
dengan karakteristik seperti yang dimaksud untuk tindakan keperawatan pada pasien selama masa
keperluan penelitian. Kontak awal akan membantu penugasan. Perawat mengetahui tentang definisi
mendapatkan partisipan lainnya melalui tim tanggap darurat. Tim tanggap darurat
rekomendasi. Partisipan kunci dipilih oleh peneliti merupakan tim first responder sebagai penanganan
berdasarkan kedekatan peneliti dengan partisipan awal saat terjadi bencana yang dibentuk melalui
dan berdasarkan pengalaman partisipan tersebut pemerintah dan instansi perawat bekerja.
dalam penugasan bencana. “Kalau menurut saya tim tanggap bencana
adalah tim yang dibuat saat ada kejadian bencana
Metode pengumpulan data yang digunakan alam disuatu daerah” (P3) “Pertamanya dari dinas,
adalah indepth interview selama 30 menit dari dinas kerjasama lintas dinas, dinas dari Lombok
bulan Desember 2018 – Januari 2019. Alat berkerjama dengan dinas Jawa Timur, dari dinas
pengumpulan data yang digunakan adalah alat Jawa Timur kemudian mengutus rumah sakit
perekam, pedoman wawancara tersetruktur rumah sakit yang sekiranya bisa mengutus
bersarkan tujuan penelitian, dan catatan lapangan. tenaganya” (P1)
Wawancara dilaksanakan ditempat dan waktu yang Tema 2: Sikap/perasaan saat penunjukan
disepakati dengan partisipan. Tempat penelitian Beberapa partisipan dapat mengungkapkan
dilakukan di tempat kerja, warung kopi, maupun sikap positif saat dipilih sebagai petugas yang akan
kantin rumah sakit. Data yang diperoleh ditugaskan di daerah bencana, diantaranya senang
wawancara dan field note dibuat dan bangga, merasa seperti hal yang biasa, serta
transkrip verbatim selanjutnya proses analisis merasa menjadi perawat pilihan karena tidak semua
dalam penelitian ini menggunakan sembilan perawat ditugaskan.
langkah menurut Colaizzi, diantaranya: (1) “Perasaannya ya seneng, bangga pasti ilmu
mendeskripsikan fenomena yang diteliti, (2) yang saya kerja terus diaplikasikan kelapangan itu
mengumpulkan deskripsi fenomena melalui seneng banget, terutama kebencanaan,
pendapat atau pernyataan dari partisipan, (3) kemanusiaan” (P10)
membaca keseluruhan deskripsi partisipan tentang “… Gak semua karyawan terpilih…” (P13)
fenomena yang sedang diteliti, (4) membaca Sedangkan sebagian partisipan menunjukkan sikap
kembali transkrip hasil wawancara dan mengutip negatif selama masa penugasan, seperti perasaan
pernyataan-pernyataan yang bermakna dari semua takut dan ansietas pada diri perawat maupun
partisipan, (5) menguraikan arti yang ada keluarga perawat.
dalam pernyataan-pernyataan signifikan, (6) “…kalau saya siap saja, …cuma yang gak siap
mengorganisir kumpulan-kumpulan makna yang istri keluarga di rumah” (P2)
terumuskan ke dalam kelompok tema, (7) “…Awal ditunjuk sih e agak takut, …tapi kalau
mengintegrasikan setiap tema menjadi deskripsi soal nyawa ya kan sudah takdir kalau emang sudah
yang lengkap, (8) memvalidasi hasil analisis waktunya yaudah” (P3)
kepada partisipan, (9) menggabungkan data hasil “…apa ya, gemeter, hehe. Mesti was was lah.”
validasi ke dalam deskripsi hasil analisis. (P5) Tema 3: Motivasi
Partisipan mengungkapkan motivasi atau alasan
3. HASIL utama berangkat penugasan karena ada surat tugas
22
dari tempat kerja, rasa kemanusiaan dan kepedulian perawat masih memiliki semangat kerja yang
membantu sesama, serta ingin menambah tinggi. Self-efficacy
pengalaman. yang tinggi mendorong pembentukan pola pikir
“Yang jelas yang pertama karena sudah untuk mencapai target yang nyata. Perawat yang
ditunjuk. Siapapun yang sudah ditunjuk itu gak memiliki self-efficacy tinggi yakin akan
boleh nolak, kecuali ada hal mendesak” (P16) kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan
“murni untuk kemanusiaan, membantu tugasnya, akan mampu menjalankan tugas dengan
saudarasaudara kita yang di kejadian” (P13) baik meskipun tuntutan dan beban kerja yang
“Yang jelas alasan utama surat tugas, surat tinggi. Dalam hal ini, perawat menjalankan tugas
tugas sudah turun harus berangkat. Yang kedua ya sebagai tim tanggap darurat bencana alam gempa
cari pengalaman aja, selama ini kan ya juga belum bumi dengan baik.
pernah”(P6)
5. KESIMPULAN
4. PEMBAHASAN Self-efficacy perawat dapat dilihat dari
penilaian positif terhadap kapabilitas dirinya
Self-efficacy merupakan keyakinan individu dibuktikan dengan mengungkapkan pengertian,
mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan pembentukan
tugas atau tindakan yang diperlukan untuk tim, dan tujuan terbentuknya tim tanggap
mencapai hasil tertentu. Self-efficacy dapat darurat. Selain itu, perawat memiliki motivasi
dipengaruhi oleh beberapa aspek, diantaranya tinggi melakukan penugasan, serta perawat
adalah pemahaman tentang suatu hal instrumen menunjukkan sikap positif saat ditunjuk
(pengetahuan), sikap atau perilaku, dan motivasi untuk bertugas di daerah bencana alam gempa
(Marshall, Schultz, & de Crespigny, 2018). bumi Nusa
Menurut (Dan et al., 2018) seseorang yang Tenggara Barat (NTB).
memiliki self-efficacy tinggi akan meningkatkan
ide inisiatif, meningkatkan cara penyelesaian 6. DAFTAR PUSTAKA
masalah, dan karir sukses perawat. Pernyataan
tersebut sesuai dengan penelitian dari (Swenson, Ahmadi, S. et al. (2018) ‘How did older adults
2011) dengan responden 284 perawat bahwa respond to challenges after an earthquake?
perawat yang memiliki self-efficacy dan Results from a qualitative study in Iran’,
berkarakter kuat akan meningkatkan kualitas Archives of Gerontology and Geriatrics, 77, pp.
pelayanan di klinik. Semakin baik tingkat 189–195. doi: 10.1016/j.archger.2018.05.008
pengetahuan, sikap, dan motivasi Bandura, Albert. (1977) ‘Social Learning Theory’,
perawat maka semakin baik self-efficacy yang Prentice Hall, Inc : Englewood Cliffs New
dimiliki oleh perawat. Jersey
Pengetahuan perawat dapat berpengaruh Chiang YM, Chang Y. (2012) ‘Stress, depression,
terhadap peningkatan layanan rumah sakit dengan and intention to leave among nurses in different
menjalankan praktik sesuai dengan SPO (Standart L. HIDAYATI ET AL. 44 | Volume 8 No 1 APRIL
Operasional Prosedur) yang berlaku (Mitchell et 2019 medical units: implications for healthcare
al., 2018). Pengetahuan yang dimiliki oleh perawat management/nursing practice’, Health policy.
merupakan ujung tombak dalam memberikan 2012;108(2-3):149-57
tindakan keperawatan pada pasien selama masa Creswell, J.W. (2013) ‘Research Design
penugasan. Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed,
Perawat dalam menjalankan perannya edisi ketiga’ Yogyakarta: Pustaka Pelajar
membutuhkan motivasi untuk menentukan Dan, X., Xu, S., Liu, J., Hou, R., Liu, Y., & Ma, H.
keberhasilannya. Motivasi yang tinggi selama (2018). Innovative behaviour and career
menjalani masa penugasan membantu perawat success: Mediating roles of self-efficacy and
membentu target-target oriented yang terukur colleague solidarity of nurses. International
(Fang, Journal of Nursing Sciences, 5(3), 275–280.
Zhang, Mei, Chai, & Fan, 2018). Sehingga https://doi.org/10.1016/J.IJNSS.2018.07.003
meskipun memiliki beban kerja yang berat dan Depkes RI. (2016) ‘Pedoman Manajemen Sumber
dihadapkan dengan permasalahan yang berat, Daya Manusia (SDM) Kesehatan dalam
23
Penanggulangan Bencana’ Jakarta: Departemen
Kesehatan RI
24
Endike, S., Yaunin, Y. and Semiarty, R. (2016) Setting’, Journal Of Architectural
‘Hubungan Risiko Tsunami terhadap Tingkat Engineering;134-145
Ansietas pada Anak-anak di SDN 02 Ulak Masykur, A. M. (2016) ‘Potret Psikososial Korban
Karang Selatan (Zona Merah) dan SDN 33 Gempa’, Jurnal Psikologi Universitas
Kalumbuk ( Zona Hijau )’, 8(2), pp. 295–300. Diponegoro Vol.3 No. 1, Juni 2006, 3(1), pp.
Fang, W., Zhang, Y., Mei, J., Chai, X., & Fan, X. 36–44.
(2018). Relationships between optimism, Marshall, A. J., Schultz, T., & de Crespigny, C. F.
educational environment, career adaptability (2018). Emergency clinicians’ perceived self-
and career motivation in nursing efficacy in the care of intoxicated women
undergraduates: A crosssectional study. Nurse victims of violence. International Emergency
Education Today, 68, 33– 39. Nursing, 40, 18–22.
https://doi.org/10.1016/J.NEDT.2018.05.025 https://doi.org/10.1016/J.IENJ.2018.03.001
Gustavsson JP. (2011) ‘Early-career burnout Mitchell, B. G., White, N., Farrington, A., Allen,
among new graduate nurses: A prospective M., Page, K., Gardner, A., … Hall, L. (2018).
observational study of intra-individual change Changes in knowledge and attitudes of hospital
trajectories’, International Journal of Nursing environmental services staff: The Researching
Studies ;48(3):292-306. Effective Approaches to Cleaning in Hospitals
Hasibuan, SP. (2010) ‘Manajemen Sumberdaya (REACH) study. American Journal of Infection
Manusia, Edisi revisi’ Jakarta: Bumi Aksara Control, 46(9), 980–985.
Irjaya, N. and Pamungkas, A. (2014) ‘Penentuan https://doi.org/10.1016/J.AJIC.2018.02.003
Zona Kerentanan Bencana Gempa Bumi Nurdiani, Nina. (2014) ‘Teknik Sampling Snowball
Tektonik di Kabupaten Malang Wilayah dalam Penelitian Lapangan’ Departemen
Selatan’, Jurnal Teknik Pomits, 3(2), pp. 107– Arsitektur Fakultas Teknik Universitas BINUS.
112. Pratomo, R. A., & Rudiarto, I. (2013). Permodelan
Isra, Wahyuni. (2011) ‘Motivasi dan Kinerja Tsunami dan Implikasinya Terhadap Mitigasi
Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Bencana di Kota Palu. Jurnal Pembangunan
Bhayangkara Medan’, Fakultas Keperawatan, Wilayah & Kota, 9(2), 174.
Universitas Sumatera Utara. https://doi.org/10.14710/pwk.v9i2.6534
Kako, M. et al. (2014) ‘What Was the Role of Spain, K. M., Clements, P. T., DeRanieri, J. T., &
Nurses During the 2011 Great East Earthquake Holt, K. (2012). When Disaster Happens:
of Japan? An Integrative Review of the Emergency Preparedness for Nurse
Japanese Literature’, Prehospital and Disaster Practitioners. The Journal for Nurse
Medicine, 29(03), pp. 275–279. doi: Practitioners, 8(1), 38–44.
10.1017/S1049023X14000405. https://doi.org/10.1016/J.NURPRA.2011.07.02
Kozier, Erb., Berman., Snyder. (2011) ‘Buku Ajar 4
Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses Swenson, L.P., (2011) ‘Discrepancies between
&Praktik, Edisi 7’, Jakarta: EGC youth and mothers perception of their mother-
Kulig, J. C., Penz, K., Karunanayake, C., child relationship quality and self disclosure:
MacLeod, M. L. P., Jahner, S., & Andrews, M. Implication for youth and mother-reported
E. (2017). Experiences of rural and remote Youth Adjustment’, Journal Youth
nurses assisting with disasters. Australasian Adolescense, 41, 1151-1167
Emergency Nursing Journal, 20(2), 98–106. Tong, E. M. W. et al. (2010). ‘Re-examining Hope:
https://doi.org/10.1016/J.AENJ.2017.04.003 The Roles of Agency Thinking and Pahways
Liu, B. F. et al. (2018) ‘Keeping hospitals Thinking’ Psychology Press. Vol. 24, No. 7,
operating during disasters through crisis 1207-1215. Singapore: National University of
communication preparedness’ Public Relations Singapore
Review. Wang, L., Tao, H., Bowers, B. J., Brown, R., &
https://doi.org/10.1016/J.PUBREV.2018.06.002 Zhang, Y. (2017) ‘Influence of social support
Lucas, J., Bulbul, T., Thabet, W.,& Anumba, C. and selfefficacy on resilience of early career
(2013) ‘Case Analysis to Identify Information registered nurses’, Western Journal Of Nursing
Links between Facility Management and Research, 19394591668571. doi: 10.1177/
Healthcare Delivery Information in a Hospital 0193945916685712
24
D. Jelaskan peran perawat dalam isu “en-of-life decision making” diruang kritis
25
7. Hak dan kewajiban tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan tidak berkewajiban untuk memberikan perawatan yang tidak
rasional, khususnya, pengobatan yang tidak bermanfaat bagi otonomy, perawat
memberikan edukasi tentang proses tersebut dengan cara-cara yang baik dan tidak
menghakimi pasien/keluarga dengan menerima saran/masukan, tetapi mendukung
keputusan yang mereka tetapkan (AHA, 2005 dalam Basbeth dan Sampurna,
2009).
26