Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PRAKONSEPSI


DI PUSKESMAS KALIMANAH

Untuk Memenuhi Persyaratan Target Praktik Semester I


Stage Prakonsepsi Program Studi Profesi Bidan

Disusun Oleh :

YENSY VIRA SANTYKA


P1337424821360

PRODI PROFESI BIDAN SEMARANG


JURUSAN KEBIDANAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2021/2022
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Prakonsepsi di Puskesmas Kalimanah telah disahkan


oleh pembimbing pada:

Hari :
Tanggal :

Dalam Rangka Praktik Klinik Kebidanan Fisiologis Prakonsepsi yang telah


diperiksa dan disetujui oleh pembimbing klinik dan pembimbing institusi Prodi
Profesi Kebidanan Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Semarang Tahun 2021.

Purbalingga,

Pembimbing Klinik Praktikan

Siti Murtofiah, S.Tr.Keb Yensy Vira Santyka


NIP. 19720628 200604 2 014 NIM. P1337424821360

Mengetahui,

Pembimbing Akademik

Umaroh, SKM, S.Tr.Keb, M.Kes


NIP. 19690314 199803 2 002
KATA PENGANTAR

Saya ucapkan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan laporan pendahuluan asuhan kebidanan
prakonsepsi. Penulisan laporan pendahuluan ini merupakan salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan tugas praktek kebidanan stage prakonsepsi.
Dalam penulisan laporan pendahuluan ini kami mengucapkan terima kasih
kepada pihak yang telah membantu penyelesaian laporan ini:
1. Umaroh, SKM, S.Tr.Keb, M.Kes. selaku pembimbing institusi Poltekkes
Kemenkes Semarang.
2. Siti Murtofi’ah, S.Tr.Keb. selaku pembimbing lahan praktik yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis selama praktik stage Prakonsepsi di
Puskesmas Kalimanah
3. Orang tua yang selalu memberikan dukungan dan doa sehingga laporan ini dapat
terselesaikan
4. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian laporan ini.
Dalam penulisan laporan pendahuluan ini penulis merasa masih banyak
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun pada materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan pendahuluan ini.

Semarang, Agustus 2021

Penulis
1. TINJAUAN TEORI MEDIS
A. Pengertian
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil menurut peraturan menteri
kesehatan nomor 97 tahun 2014 adalah setiap kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan yang ditujukan pada perempuan saat remaja hingga
saat sebelum hamil dalam rangka menyiapkan perempuan dalam menjalani
kehamilan, persalinan, dan melahirkan bayi yang sehat. Kegiatan juga
ditujukan kepada laki-laki karena kesehatan laki-laki juga dapat
mempengaruhi kesehatan reproduksi perempuan.
Menurut WHO tahun 2013, pelayanan kesehatan masa sebelum hamil
adalah penyediaan pelayanan kesehatan komprehensif yang meliputi
promotif, preventif, kuratif, dan intervensi sosial sebelum terjadinya
kehamilan yang bertujuan untuk:
1) Menurunkan angka kematian ibu dan bayi
2) Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
3) Mencegah terjadinya komplikasi selama kehamilan dan persalinan
4) Mencegah terjadinya kematian bayi dalam kandungan, prematuritas,
BBLR
5) Mencegah kelainan bawaan pada bayi
6) Mencegah infeksi neonatal
7) Mencegah stunting dan KEK
8) Mencegah penularan HIV dan IMS dari ibu ke anak
9) Menurunkan resiko kejadian kanker pada anak
10) Menurunkan resiko diabetes tipe 2 dan gangguan kardiovaskular
dikemudian hari
Sesuai peraturan menteri kesehatan nomor 97 tahun 2014, pelayanan
kesehatan masa sebelum hamil ditujukan pada 3 kelompok sasaran yaitu
remaja, catin, dan PUS. Pelayanan meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, dan tata laksana dengan memberikan penekanan
yang berbeda sesuai dengan kebutuhan khusus untuk setiap kelompok.Pada
kelompok remaja, pelayanan kesehatan masa sebelum hamil ditujukan
untuk mempersiapkan remaja menjadi orang dewasa yang sehat, produktif,
serta terbebas dari berbagai gangguan kesehatan yang dapat menghambat
kemampuan menjalani kehidupan kehidupan reproduksi secara sehat.
Sedangkan untuk catin dan PUS, pelayanan kesehatan masa sebelum
hamil bertujuan untuk mempersiapkan pasangan agar sehat sehingga
perempuan dapat menjalankan proses kehamilan, persalinan yang sehat dan
selamat, serta melahirkan bayi yang sehat.
Menurut penelitian Doloksaribu & Abdul (2019) yang berjudul
“Pengaruh Konseling Gizi Pra Konsepsi Terhadap Pengetahuan dan Sikap
Wanita Pra Nikah Di Kecamatan batang Kuis” mengatakan bahwa peran
konseling gizi pra konsepsi signifikan meningkatkan sikap sampel, dengan
nilai p = 0,001<0,05. Setelah diberikan konseling gizi pra konsepsi selama
seminggu dengan tiga kali pengulangan materi dapat meningkatkan atau
merubah sikap wanita Pra Konsepsi tentang gizi pra konsepsi.
B. Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil pada Pasangan Usia Subur
(PUS)
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil bagi PUS diberikan kepada
PUS laki-laki maupun perempuan, baik yang belum mempunyai anak
maupun yang sudah memiliki anak dan ingin merencanakan kehamilan
selanjutnya. Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil pada PUS meliputi:
1. Anamneis
a. Anamnesis Umum
Anamnesis adalah suatu kegiatan wawancara antara tenaga
kesehatan dan klien untuk memperoleh informasi tentang keluhan,
penyakit yang diderita, riwayat penyakit, faktor resiko pada PUS,
status imunisasi tetanus, riwayat KB, serta riwayat kehamilan dan
persalinan sebelumnya.
b. Deteksi Dini Masalah Kesehatan Jiwa
Deteksi masalah kesehatan jiwa yang relatif murah, mudah, dan
efektif untuk PUS dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang
dikembangkan oleh WHO yaitu Self Reporting Questionnaire
(SRQ).Dalam SRQ terdapat 20 pertanyaan terkait gejala masalah
kesehatan jiwa yang harus dijawab klien dengan jawaban ya atau tidak
sepeti tabel dibawah ini.
Table 1.1 Self Reporting Questionnaire
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah Anda sering menderita sakit
kepala?
2 Apakah Anda kehilangan nafsu makan?
3 Apakah tidur Anda tidak lelap?
4 Apakah Anda mudah menjadi takut?
5 Apakah Anda merasa cemas, tegang, dan
khawatir?
6 Apakah tangan Anda gemetar?
7 Apakah Anda mengalami gangguan
pencernaan?
8 Apakah Anda merasa sulit berpikir jernih?
9 Apakah Anda merasa tidak bahagia?
10 Apakah Anda lebih sering menangis?
11 Apakah Anda merasa sulit untuk menikmati
aktivitas sehari-hari?
12 Apakah Anda mengalami kesulitan untuk
mengambil keputusan?
13 Apakah aktivitas atau tugas sehari-hari
Anda terbengkalai?
14 Apakah Anda merasa tidak mampu
berperan dalam kehidupan ini?
15 Apakah Anda kehilangan minat terhadap
banyak hal?
16 Apakah Anda merasa tidak berharga?
17 Apakah Anda mempunyai pikiran untuk
mengakhiri hidup Anda?
18 Apakah Anda merasa lelah sepanjang
waktu?
19 Apakah Anda merasa tidak enak diperut?
20 Apakah Anda mudah lelah?
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui dan mengidentifikasi
status kesehatan melalui pemeriksaan denyut nadi, frekuensi nafas,
tekanan darah, suhu tubuh, dan pemeriksaan lengkap.Selain itu dilakukan
pemeriksaan status gizi yang meliputi pengukuran berat badan, tinggi
badan, LILA, dan tanda anemia.
a. Pemeriksaan Tanda Vital
Bertujuan untuk mengetahui kelainan suhu tubuh, tekanan darah,
kelainan denyut nadi, serta kelainan paru-paru dan
jantung.Pemeriksaan tanda vital dilakukan melalui pengukuran suhu
tubuh ketiak, tekanan darah (systole dan diastole), denyut nadi per
menit, frekuensi nafas per menit, serta auskultasi jantung dan paru.
PUS/WUS yang mengalami masalah dengan tanda vital dapat
mengindikasikan masalah infeksi, hipertensi, penyakit paru (asma,
tuberculosis), dan jantungyang jika tidak segera diobati beresiko
mengganggu kesehatannya karena malaise (lemah), sakit kepala, sesak
nafas, nafsu makan menurun.
Pada PUS yang sudah mempunyai anak sebelumnya, pemeriksaan
lebih difokuskan pada persiapan fisik untuk kehamilan yang
diinginkan.Pada PUS yang mempunyai masalah terkait infertilitas,
pemeriksaan fisik difokuskan pada organ reproduksi laki-laki dan
perempuan.Apabila diperlukan pemeriksaan fisik lebih lanjut klien
dapat dirujuk ke rumah sakit.
b. Pemeriksaan Status Gizi
Pelayanan gizi bagi PUS/WUS dilakukan melalui pemeriksaan:
1) Indek Massa Tubuh (IMT)
Status gizi dapat ditentukan dengan pengukuran IMT.Indek
Massa Tubuh atau IMT merupakan proporsi standar berat badan
(BB) terhadap tinggi badan (TB).IMT perlu diketahui untuk
menilai status gizi PUS/WUS dalam kaitannya dengan persiapan
kehamilan.Jika perempuan dengan status gizi kurang
menginginkan kehamilan, sebaiknya kehamilan ditunda terlebih
dahulu untuk dilakukan intervensi perbaikan gizi sampai status
gizinya baik.
Ibu hamil dengan kekurangan gizi memiliki resiko yang
dapat membahayakan ibu dan janin antara lain anemia pada ibu
dan janin, resiko perdarahan saat melahirkan, BBLR, mudah
terkena penyakit infeksi, resiko keguguran, bayi lahir mati, serta
cacat bawaan pada janin. PUS laki-laki juga harus memiliki status
gizi yang baik.
2) LILA (Lingkar Lengan Atas)
Selain IMT, penapisan status gizi pada perempuan juga
dilakukan dengan pengukuran menggunakan pita LILA untuk
mengetahui adanya resiko KEK pada WUS. Ambang batas LILA
pada WUS dengan resiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm.
Apabila hasil pengukuran kurang dari 23,5 cm atau dibagian merah
pita LILA artinya perempuan tersebut mempunyai resiko KEK dan
diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah.
c. Pemeriksaan Fisik Lengkap
Pemeriksaan fisik pada PUS dilakukan untuk mengetahui status
kesehatan PUS.Pemeriksaan ini dilakukan secara lengkap sesuai
indikasi medis.Dari pemeriksaan ini diharapkan tenaga kesehatan
mampu mendeteksi adanya gangguan kesehatan pada PUS, misalnya
gangguan jantung atau paru, tanda anemia, hepatitis, IMS, dan lain-
lain.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dalam pelayanan kesehatan masa sebelum
hamil untuk PUS sesuai indikasi meliputi:
1) Pemeriksaan darah: Hb, golongan darah, dan rhesus
2) Pemeriksaan urin rutin
3) SADANIS
4) IVA dan atau pap smear
Menurut Parapat dan Henry (2016) dalam penelitian yang
berjudul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan Perilaku Deteksi
Dini kanker Leher Rahim Metode Inspeksi Visual Asam Asetat Di
Puskesmas Candiroto Kab. Temanggung” mengatakan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara keterpaparan informasi, dukungan
suami dan dukungan teman dengan perilaku deteksi dini IVA.
Informasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah informasi
tentang program IVA di Puskesmas Candiroto. Berdasarkan hasil
analisis bivariat dengan chi-square test antara variabel keterpaparan
informasi dengan perilaku deteksi dini kanker leher rahim metode IVA
menunjukkan ada hubungan yang bermakna secara statistik antara
informasi tentang program IVA di Puskesmas Candiroto yang di
terima ibu dengan perilaku deteksi dini kanker leher rahim metode
IVA. Dukungan suami sangat berperan dalam pengambilan keputusan
istri. Daerah Kecamatan Candiroto masih berpegang teguh dengan
adat dan budaya. Salah satunya adalah budaya dimana suami memiliki
posisi tertinggi dalam keluarga dan sangat berpengaruh dalam setiap
keputuan dalam keluarga termasuk dalam keputusan untuk melakukan
pemeriksaan IVA. Ajakan teman sebaya cukup mempengaruhi
keputusan ibu untuk melakukan pemeriksaan, terutama apabila orang
yang mengajak adalah teman dekat, karena biasanya ibu percaya
dengan cerita dari teman sebaya mereka.
5) Pemeriksaan penunjang lain, seperti:
a) Dalam kondisi tertentu atau atas saran dokterdapat dilakukan
pemeriksaan laboratorium gula darah, IMS (sifilis), TORCH,
malaria (daerah endemis), BTA, dan pemeriksaan lainnya sesuai
dengan indikasi
b) Pemeriksaan urin lengkap
c) Konseling dan testing HIV
d) Skrining HbsAg
e) Mamografi
Beberapa cara deteksi dini kanker payudara antara lain,
Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI), Mammografi, USG,
Biopsi tanpa pembedahan, pemeriksaan klinis payudara oleh
dokter (Purwanto, 2010). Masalah utama terjadinya kanker
payudara adalah ketidakteraturan dan jarang sekali dilakukan
SADARI dengan benar. Pemasyarakatan kegiatan SADARI bagi
semua wanita dimulai sejak usia subur, sebab 85% kelainan di
payudara justru ditemukan pertama kali dikenali oleh penderita
bila tidak dilakukan penapisan massal. SADARI sebaiknya
dilakukan setiap kali selesai menstruasi (hari ke-10 dari awal
menstruasi), pemeriksaan dilakukan setiap bulan sejak umur 20
tahun (Rasjidi, 2010). Menurut Mikail (2011), SADARI sangat
efektif sampai dengan 90% dalam mendeteksi kanker payudara
termasuk pada wanita usia subur.
4. Tata Laksana
1) Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)
KIE pada PUS lebih diarahkan ke perencanaan kehamilan baik
untuk anak pertama, kedua, dan seterusnya.Ketika hendak
merencanakan kehamilan, penting bagi PUS untuk mempersiapkan
status kesehatannya dalam keadaan optimal. Materi KIE untuk PUS
meliputi:
a) Pengetahuan kesehatan repoduksi meliputi kesetaraan gender
dalam pernikahan, hak kesehatan reproduksi dan seksual, serta
perawatan kesehatan organ reproduksi.
Menurut penelitian Nikmah (2018) yang berjudul “Personal
Hygiene Habits dan Kejadian Flour Albus Patologis Pada
Santriwati PP AL-Munawwir, Yogyakarta” menjelaskan bahwa
Keputihan yang terjadi tersebut cenderung disebabkan oleh masih
minimnya kesadaran untuk menjaga kesehatan terutama kesehatan
organ genitalianya. Selain itu, keputihan sering dikaitkan dengan
kadar keasaman daerah sekitar vagina, bisa terjadi akibat pH
vagina tidak seimbang. Sementara kadar keasaman vagina
disebabkan oleh dua hal yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor eksternal antara lain kurangnya personal hygiene, pakaian
dalam yang ketat, dan penggunaan WC umum yang tercemar
bakteri Clamydia.
b) Kehamilan dan perencanaan kehamilan
Setiap kehamilan harus direncanakan, diinginkan dan dijaga
perkembangannya dengan baik.Kondisi sehat dan terhindar dari
penyakit ketika mempersiapkan kehamilan. Perlu diperhatikan :
1) Usia perempuan < 20 tahun : tunda kehamilan hingga berusia 2
tahun
2) Bila mempunyai gangguan kesehatan, maka harus mendapat
pengobatan terlebih dahulu sebelum hamil.
3) Hindari kehamilan “4 terlalu” :
(a)Terlalu muda (<20 tahun) : dapat menyebabkan kesulitan
dalam persalinan, hipertensi dalam kehamilan (preeklamsia),
keguguran, perdarahan dan resiko panggul sempit.
(b)Terlalu Tua (>35 tahun) : Risiko hipertensi dalam
kehamilan, diabetes melitus, preeklampsia, Bayi berat lahir
rendah (BBLR) , dan bayi lahir prematur.
(c)Terlalu dekat jarak kehamilan (< 2 tahun)
(d) Terlalu Banayak anak (>3 anak)
c) Kondisi dan penyakit yang perlu diwaspadai pada PUS

d) Kesehatan jiwa
Penyebab gangguan mens-truasi dapat karena kelainan
biologik dan psikologik. Kelainan biologik karena adanya
disfungsional system reproduksi. Sedangkan kelainan psikologik
seperti keadaan-keadaan stress dan gangguan emosi. Gangguan
menstruasi mempunyai hubungan tertentu terhadap keadaan
fisik dan psikologik wanita. Gangguan menstruasi dipengaruhi
oleh berat badan, frekuensi olahraga, aktivitas fisik, stress, diet,
paparan lingkungan, kondisi kerja, sinkronisasi proses
menstruasi, dan gangguan endokrin (Kusmiran, 2011).
e) Pengetahuan tentang fertilitas atau kesuburan (masa subur)
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Hidayati (2008), dalam
penelitiannya mengenai faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi
fertilitas pada keluarga petani di Desa Klorongan Kecamatan
Geger Kabupaten Madiun digunakan variabel terikat yaitu yaitu
fertilitas di Desa Klorongan, sedangkan variabel bebas adalah
pendidikan istri, Pendidikan suami, pendapatan keluarga dan lama
penggunaan alat kontrasepsi. Hasil penelitian R² diperoleh nilai
sebesar 0,925 dan sisanya 0,075 dipengaruhi faktor lain diluar
model yang artinya pendidikan istri, pendidikan suami, pendapatan
keluarga dan lama penggunaan alat kontrasepsi mempunyai
pengaruh signifikan terhadap variabel terikat fertilitas di Desa
Klorongan Kecamatan Geger Kabupaten Madiun.
f) Kekerasan dalam rumah tangga
g) Pemeriksaan kesehatan reproduksi bagi PUS
Materi KIE yang wajib adalah perencanaan kehamilan (terutama
konseling KB termasuk KB pasca persalinan).Materi KIE lainnya
dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
2) Pelayanan Gizi
Pemberian suplementasi gizi bertujuan untuk pencegahan dan
pengobatan anemia yang dilaksanakan dengan pemberian tablet
tambah darah (TTD). TTD adalah suplemen gizi yang mengandung
senyawa besi yang setara dengan 60 mg besi elemental dan 400 mcg
asam folat. Pada WUS, TTD dapat diperoleh secara mandiri dan
dikonsumsi 1 tablet setiap minggu sepanjang tahun. Penanggulangan
anemia pada WUS harus dilakukan bersamaan dengan pencegahan dan
pengobatan KEK, cacingan, malaria, TB, dan HIV/AIDS.
Anemia ibu hamil merupakan salah satu faktor risiko persalinan
preterm (Cuningham, 2012). Menurut Centers for Disease Control and
Prevention (CDC), anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu
dengan kadar hemoglobin di bawah ≤ 11 g/dl pada trimester satu dan
tiga, atau ≤ 10,5 g/dl pada trimester dua (Centers for Disease Control
and Prevention (CDC) Anemia in pregnancy, 2012).
Pemberian Tablet Fe Pada WUS. Menurut Penelitian Nuraeni,
Sari, Martini, dkk (2019) berjudul Peningkatan Kadar Hemoglobin
melalui Pemeriksaan dan Pemberian Tablet Fe Terhadap Remaja
yang Mengalami Anemia Melalui “Gerakan Jumat Pintar”
mengatakan bahwa terdapat pengaruh pemberian tablet Fe terhadap
peningkatan kadar hemoglobin remaja yang mengalami anemia yaitu
1,01 gr/dl.Hasil penelitian menunjukkan setelah diberikannya tablet Fe
yang menderita anemia ringan mengalami penurunan dari 42%
menjadi 22,6%, yang menderita anemia sedang mengalami penurunan
dari 58% menjadi 42%. Sedangkan remaja putri yang tidak anemia
mengalami peningkatan menjadi 35,4% .
Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (2012) menyatakan
bahwa prevalensi anemia pada balita sebesar 40,5%, ibu hamil sebesar
50,5%, ibu nifas sebesar 45,1%, remaja putri usia 10-18 tahun sebesar
57,1% dan usia 19-45 tahun sebesar 39,5%. Remaja putri mempunyai
risiko terkena anemia paling tinggi terutama pada masa remaja.Masa
remaja merupakan masa yang lebih banyak membutuhkan zat
gizi.Remaja membutuhkan asupan gizi yang optimal untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Gizi merupakan suatu proses
organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui digesti, absorpsi, transportasi penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan
kehidupan pertumbuhan dan menghasilkan energi (Almatsier, 2009).
Anemia dapat menimbulkan risiko pada remaja putri baik jangka
panjang maupun dalam jangka pendek. Dalam jangka pendek anemia
dapat menimbulkan keterlambatan pertumbuhan fisik, dan maturitas
seksual tertunda. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di
Sedayu, tentang hubungan kejadian anemia dengan prestasi pada
remaja putri didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara
kejadian anemia terhadap prestasi belajar. Hal ini menunjukkan
dampak remaja yang mengalami anemia adalah kurangnya konsentrasi
sehingga akan memengaruhi prestasi belajar remaja tersebut di
kelasnya (Astiandani, 2015). Dampak jangka panjang remaja putri
yang mengalami anemia adalah sebagai calon ibu yang nantinya
hamil, maka remaja putri tidak akan mampu memenuhi zat-zat gizi
bagi dirinya dan juga janin dalam kandungannya yang dapat
menyebabkan komplikasi pada kehamilan dan persalinan, risiko
kematian maternal, angka prematuritas, BBLR dan angka kematian
perinatal (Akmal L, 2016).
Zat besi dalam hemoglobin dapat keluar dari tubuh melalui
pendarahan, menstruasi, dan keringat/urin. Sisanya dibawa ke bagian
tubuh lain yang membutuhkan dan disimpan sebagai protein ferritin
dan hemosiderin di dalam hati (30%), sumsum tulang belakang (30%),
dan selebihnya di dalam limfa dan otot (Nawal, 2014). Suplementasi
tablet Fe akan meningkatkan oksigenasi dalam sel menjadi lebih baik,
metabolisme meningkat dan fungsi sel akan optimal sehingga daya
serap makanan menjadi lebih baik. Oleh karena itu, asupan tablet Fe
yang rendah merupakan salah satu penyebab defisiensi besi.Pada saat
persediaan berkurang maka lebih banyak besi yang di absorpsi.Besi
yang dicerna diubah menjadi besi ferro di dalam lambung dan
duodenum oleh transferin plasma ke sumsum tulang untuk sintesis
hemoglobin atau ke tempat penyimpanan jaringan (Monica, 2014).
Persiapan Gizi Antara Lain:
a) Asupan vitamin B12 untuk laki-laki, sangat penting dalam
memelihara kesuburan laki - laki, kekurangan vitamin B12 dapat
mengakibatkan jumlah sperma yang dihasilkan menjadi lebih
sedikit. Pangan sumber vitamin B12 yaitu pangan yang berasal dari
hewan baik berupa daging maupun olahannya seperti susu dan keju.

b) Asupan vitamin E untuk perempuan penting dalam memelihara


kesuburan perempuan. Pangan sumber vitamin E antara lain minyak
kelapa sawit, minyak kelapa, biji bunga matahari, dan tauge.

c) Memenuhi kebutuhan zat gizi mikro terutama zat besi dan zink.
Kedua mineral tersebut dibutuhkan dalam jumlah yang tinggi saat
kehamilan dan dapat berakibat fatal jika terjadi kekurangan. Pangan
sumber zat besi diantaranya daging, ikan, telur, bayam, dan brokoli.
Pangan sumber zink antara lain daging, ayam, telur, susu, dan keju.
Menurut penelitian Sahana dan Sri (2015) dalam
penelitiannya berjudul “Hubungan Asupan Mikronutrien dengan
Kadar Hemoglobin Pada Wanita Usia Subur (WUS)” menunjukkan
bahwa adanya korelasi signifikan dari asupan zat besi dan asam
folat dengan kadar hemoglobin. Asupan gizi merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin sehingga dibutuhkan
zat besi yang adekuat agar pemebentukkan hemoglobin dan
produksi sel darah merah berjalan dengan baik. Zat besi dalam
tubuh berperan penting sebagai bahan utama dalam sintesis
hemoglobin, ketika cadangan besi dalam tubuh berkurang maka
akan berdampak pada sintesis Heme terganggu.
Menurut Astawan M (2009) Kacang hijau salah satu bahan
makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan untuk
pembentukkan sel darah sehingga dapat mengatasi efek penurunan
Hb. Kacang hijau dapat berperan dalam pembentukan sel darah
merah dan mencegah anemia karena kandungan fitokimia dalam
kacang hijau sangat lengkap sehingga dapat membantu proses
hematopoiesis. Kacanghijau juga memiliki kandungan vitamin
danmineral. Mineral seperti kalsium, fosfor, besi, natrium dan
kalium banyak terdapat pada kacang hijau.
d) Memenuhi kebutuhan protein sebelum hamil karena
protein dibutuhkan untuk membentuk sel-sel yang baru, sehingga
bagi ibu hamil penting untuk membantu proses pembentukan sel-sel
tubuh janin. Pangan sumber protein seperti, telur, ikan, daging,
tempe, dan tahu

3) Skrining dan Imunisasi Tetanus


WUS perlu mendapat imunisasi tetanus untuk mencegah dan
melindungi diri terhadap penyakit tetanus sehingga memiliki
kekebalan seumur hidup untuk melindungi ibu dan bayi terhadap
penyakit tetanus.Setiap WUS (15-49 tahun) diharapkan sudah
mencapai status T5.WUS perlu merujuk pada status imunisasi terakhir
pada saat hamil apabila sebelumnya sudah pernah hamil.
Tabel 1.2 Imunisasi TT pada WUS
Status TT Interval Lama
TT1 0
TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun
TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun
Sumber: Kemenkes RI, 2012.
Menurut Yunica (2014) dalam penelitiannya yang berjudul”
Hubungan Antara Pengetahuan dan Umur dengan Kelengkapan
Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada Ibu Hamil di Desa Sungai Dua
Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin Tahun 2014
“memnyebutkan bahwa penyakit infeksi dan Tetanus Neonatorum
sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) yang
lengkap pada wanita usia subur (WUS) dan wanita hamil. Seorang
wanita yang sudah di imunisasi TT lengkap dengan interval 4-6
minggu diharapkan mempunyai kekebalan terhadap tetanus selama 3
tahun.
4) Pelayanan Kontrasepsi
Pelayanan kontrasepsi pada PUS mengacu pada pemilihan
kontrasepsi rasional untuk menunda, menjarangkan, atau membatasi
jumlah anak.PUS dapat memilih metode yang sesuai dengan
kebutuhan detelah mendapat konseling dari tenaga kesehatan.Pada ibu
pasca melahirkan, segera gunakan KB pasca persalinan. Untuk
mengurangi drop out dalam ber KB sebaiknya dipilih metode
kontasepsi jangka panjang (MKJP) seperti alat kontrasepsi dalam
rahim (IUD), implant, metode operasi wanita (MOW), dan metode
operasi pria (MOP).
5) Pengobatan atau Terapi dan Rujukan
Pengobatan atau terapi diberikan kepada PUS/WUS sesuai dengan
diagnosis atau permasalahannya.Tata laksana ini dapat diberikan di
FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama) dan jejaringnya sesuai
dengan standar pelayanan di FKTP. Bila FKTP dan jejaringnya tidak
mampu memberikan penanganan (terkait keterbatasan tenaga, sarana
prasarana, obat, maupun kewenangan) dilakukan rujukan ke fasilitas
kesehatan yang mampu tata laksana untuk mendapatkan penanganan
lanjutan.
C. Alur Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil diupayakan dapat diberikan
secara terpadu sehingga klien mendapatkan semua pelayanan yang dibutuhkan
sekaligus dalam satu kali kunjungan/pelayanan.Keterpaduan pelayanan antar
komponen kesehatan yang diberikan dapat dilakukan oleh 1 orang, tetapi bisa
juga dilakukan oleh beberapa orang, namun harus pada 1 institusi. Pelayanan
dilakukan secara terpadu dalam 1 tempat yang sama dan dalam 1 hari.
Pelayanan komponen program kesehatan yang akan diterpadukan harus dapat
diberikan setiap hari kerja.
Kegiatan pelayanan kesehatan masa sebelum hamil mencakup semua
pelayanan yang disediakan oleh program-program yang ada dalam ruang
lingkup kesehatan reproduksi, seperti:
a. Kesehatan ibu dan anak (KIA)
b. Keluarga berencana (KB)
c. Kesehatan reproduksi remaja
d. Pencegahan dan penanggulangan IMS termasuk HIV dan AIDS
e. Berbagai pelayanan kesehatan reproduksi lainnya misalnya deteksi dini
kanker leher rahim dan kanker payudara, infertilitas, dan sebagainya
D. Pembagian Peran dalam Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum
Hamil
a. Peran Kementerian Kesehatan
1) Menyusun pedoman umum dan petunjuk teknis pelayanan kesehatan
masa sebelum hamil
2) Melakukan advokasi, sosialisasi, dan koordinasi pelayanan kesehatan
masa sebelum hamil kepada lintas program dan lintas sektor terkait
3) Melakukan orientasi dan fasilitasi teknis bagi pengelola program di
tingkat provinsi
4) Menyediakan dan mendistribusikan buku pedoman dan media KIE
pelayanan kesehatan masa sebelum hamil
5) Memenuhi sarana dan prasarana terkait pelayanan kesehatan masa
sebelum hamil
6) Melakukan monitoring dan evaluasi
b. Peran Dinas Kesehatan Provinsi
1) Melakukan advokasi, sosialisasi, dan koordinasi pelayanan kesehatan
masa sebelum hamil di tingkat provinsi
2) Melakukan peningkatan kapasitas teknis dan manajemen tentang
pelayanan kesehatan masa sebelum hamil bagi pengelola program di
tingkat provinsi
3) Meningkatkan kerjasama dengan lintas program dalam pelaksanaan
pelayanan kesehatan masa sebelum hamil
4) Membangun kemitraan dengan lintas sektor terkait di tingkat provinsi
untuk mendukung pelaksanaan pelayanan kesehatan masa sebelum
hamil
5) Menyediakan dan mendistribusikan pedoman dan media KIE
pelayanan kesehatan masa sebelum hamil
6) Melakukan pencatatan dan pelaporan
7) Melakukan monitoring dan evaluasi
c. Peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
1) Melakukan advokasi, sosialisasi, dan koordinasi pelayanan kesehatan
masa sebelum hamil di tingkat kabupaten/kota
2) Melakukan peningkatan kapasitas teknis dan manajemen tentang
pelayanan kesehatan masa sebelum hamil bagi pengelola program di
tingkat kabupaten/kota
3) Meningkatkan kerjasama dengan lintas program dalam pelaksanaan
pelayanan kesehatan masa sebelum hamil
4) Membangun kemitraan dengan lintas sektor terkait di tingkat
kabupaten/kota untuk mendukung pelaksanaan pelayanan kesehatan
masa sebelum hamil
5) Menyediakan pedoman dan media KIE terkait pelaksanaan pelayanan
kesehatan masa sebelum hamil
6) Membangun jejaring rujukan pelayanan
7) Melakukan pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan masa
sebelum hamil
8) Melakukan monitoring dan evaluasi
d. Peran Puskesmas
1) Melaksanakan pelayanan kesehatan masa sebelum hamil bagi remaja,
catin, dan PUS
2) Melakukan advokasi dan koordinasi lintas program dan lintas sektor
terkait pelaksanaan pelayanan kesehatan masa sebelum hamil
3) Membangun kemitraan dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
sekolah, panti, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan kader untuk
mendukung pelaksanaan pelayanan kesehatan masa sebelum hamil
4) Melakukan sosialisasi dan KIE tentang pelayanan kesehatan masa
sebelum hamil kepada masyarakat
5) Melakukan pencatatan dan pelaporan
6) Melakukan monitoring dan evaluasi
e. Peran Lintas Sektor
1) Membangun jejaring dan bekerjasama untuk mendukung pelaksanaan
pelayanan kesehatan masa sebelum hamil
2) Menggerakkan dan melaksanakan Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat (UKBM) melalui posyandu, posbindu, poskesdes,
poskestren, dan UKS
3) Melaksanakan hasil kesepakatan yang sudah disepakati di tingakat
pusat

A. TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN PRAKONSEPSI


1. Pengertian Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang di gunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikirandan tindakan berdasarkan
teori ilmiah, penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian/tahapan
yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien
Asuhan kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan, yang di mulai
dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Tujuh langkah
tersebut membentuk kerangka yang lengkap dan bisa di aplikasikan dalam
suatu situasi (Verney,2008).
2. Tahapan Asuhan Kebidanan
Dalam praktiknya bidan menggunakan manajemen kebidanan dalam
memberikan asuhan kebidanan. Menurut Varney (2008), manajemen
kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode
untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan, keterampilan-keterampilan dalam rangkaian/ tahapan
yang logis untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien. Menurut
Varney (2008), langkah-langkah manajemen kebidanan tersebut sebagai
berikut:
a. Langkah I (Pengumpulan Data Dasar)
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap yang berkaitan dengan kondisi klien.Pendekatan ini harus bersifat
komprehensif meliputi data subjektif, objektif, dan hasil pemeriksaan.
b. Langkah II (Interpretasi Data Dasar)
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas
dasar data-data yang telah dikumpulkan.Data dasar yang telah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan
masalah yang spesifik.
c. Langkah III (Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial dan
Mengantisipasi Penanganannya)
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah
diidentifikasikan.
d. Langkah IV (Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera)
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan atau untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
e. Langkah V (Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh)
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh,
ditentukan langkah-langkah sebelumnya.Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar yang
tidak lengkap dapat dilengkapi.
f. Langkah VI (Pelaksanaan Langsung Asuhan Efisien dan Aman)
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah
kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman.
g. Langkah VII (Mengevaluasi Hasil Tindakan)
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan.Rencana dapat dianggap efektif jika memang benar
efektif dalam pelaksanaannya.
3. Pendokumentasian Manajemen Asuhan Kebidanan
a. Data Subyektif (S)
Data subjektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut Helen Varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data
yang diperoleh melalui anamnesis.
1) Nama Klien dan Pasangan
Digunakan untuk memperlancar komunikasi dalam asuhan,
sehingga antara bidan dan pasien menjadi lebih akrab (Walyani, 2015).
2) Umur
Dikaji untuk mengetahui masa reproduksi klien beresiko tinggi
atau tidak, < 16 tahun atau > 35 tahun (Walyani, 2015).
3) Agama
Untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan pada
ibu selama memberikan asuhan.Informasi ini terkait dengan
pentingnya agama dalam kehidupan klien, tradisi agama dalam
kehamilan dan lain - lain (Walyani, 2015).
4) Suku Bangsa
Dikaji untuk menentukan adat istiadat atau budayanya.Ras, etnis,
dan keturunan harus diidentifikasi dalam rangka memberikan
perawatan yang peka budaya kepada klien (Walyani, 2015).
5) Pendidikan
Tanyakan tingkat pendidikan tertinggi klien.Mengetahui
pendidikan klien berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat
memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya (Walyani, 2015).
6) Pekerjaan
Mengetahui pekerjaan klien adalah penting untuk mengetahui
kemungkinan pengaruh lingkungan kerjan pasien terhadap kehamilan
yang dapat merusak janin, dan persalinan prematur (Walyani, 2015).
7) Alamat
Dikaji untuk mengetahui keadaan lingkungan dan tempat tinggal
klien, sehingga lebih memudahkan pada saat akan bersalin sert
mengetahui jarak rumah dengan tempat pelayanan kesehatan
(Walyani, 2015).
8) Alasan Datang
Ditanyakan untuk mengetahui alasan datang ke bidan/ klinik,
apakah untuk memeriksakan keadannya atau untuk memeriksakan
keluhan lain yang disampaikan dengan kata – katanya sendiri.
9) Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien
datang ke ke fasilitas kesehatan (Sulistyawati, 2009).
10) Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan merupakan identifikasi keluhan sekarang,
penyakit umum yang pernah diderita, serta penyakit yang dialami
dahulu (Marmi, 2012). Di isi dengan riwayat penyakit yang pernah
atau sedang di derita baik klien ataupun anggota keluarga, terutama
penyakit – penyakit yang dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi
seperti IMS, HIV/ AIDS, Hepatitis B, Malaria, peyakit tidak menular
(Diabetes, kanker, hipertensi), penyakit genetik, dan masalah
kesehatan jiwa (Kemenkes RI, 2017).
11) Riwayat Obstetri
a) Menarch: Dikaji untuk mengetahui kapan pertama kali pasien
menstruasi. Umumnya menarche terjadi pada usia 12-13 tahun
(Sulistyawati, 2009).
b) Siklus: Siklus merupakan jarak antara menstruasi yang dialami
dengan menstruasi berikutnya, dalam hitungan hari. Dikaji teratur
atau tidaknya setiap bulan. Biasanya sekitar 23-32 hari
(Sulistyawati, 2009).
c) Lamanya: Menurut Walyani (2015) lamanya haid yang normal
adalah kurang lebih 7 hari. Apabila sudah mencapai 15 hari berarti
sudah abnormal dan kemungkinan adanya gangguan ataupun
penyakit yang mempengaruhi.
d) Nyeri haid: Nyeri haid perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah
klien menderita atau tidak di tiap haid.Nyeri haid juga menjadi
tanda kontroksi uterus klien begitu hebat sehingga menimbulkan
nyeri haid (Walyani 2015).
e) Banyaknya: Dikaji untuk mengetahui berapa banyak darah yang
keluar saat. Menurut Walyani (2015) normalnya yaitu 2 kali ganti
pembalut dalam sehari.Apabila darahnya terlalu berlebihan,itu
berarti telah menunjukan gejala kelainan banyaknya darah haid.
12) Riwayat Kehamilan Persalinan, dan Nifas yang lalu
Untuk menentukan asuhan yang akan diberikan berdasarkan berapa
kali hamil, anak yang lahir hidup, persalinan tepat waktu, persalinan
premature, keguguran, persalinan dengan tindakan (dengan forcep,
vakum, atau seksio sesaria), riwayat perdarahan pada persalinan,
hipertensi pada kehamilan terdahulu, berat badan bayi kurang dari
2500 gram atau lebih dari 4000 gram (Mandriwati, 2008).
13) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah klien sudah pernah menggunakan
kontrasepsi atau belum, jika sudah pernah bagaimana pengalaman
kontrasepsi yang dipakai (Mandriwati, 2008).
14) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari – Hari
a) Pola Nutrisi
Beberapa hasil yang perlu ditanyakan pada pasien berkaitan
dengan pola makan adalah menu, frekuensi, jumlah per hari dan
pantangan (Sulistyawati, 2009).
b) Pola Eliminasi
BAB dan BAK seperti frekuensi perhari, warnanya, ada
masalah selama BAB/BAK atau tidak (Walyani, 2015).
c) Personal Hygiene
Untuk mengetahui kebersihan diri pasien. Dianjurkan untuk
mandi minimal 2 kali sehari, ganti baju minimal 1 kali, ganti
celana dalam minimal 2 kali sehari, berkeramas lebih sering dan
menjaga kebersihan kuku (Sulistyawati, 2009).
d) Pola Istirahat Tidur
Untuk mengetahui kecukupan istirahat pasien.Istirahat sangat
diperlukan calon pengantin. Lama tidur siang hari normalnya 1 – 2
jam, malam hari yang normal adalah 6-8 jam (Sulistyawati, 2009).
e) Pola Aktivitas dan Olahraga
Mengkaji aktivitas sehari-hari pasien untuk gambaran tentang
seberapa berat aktivitas pasien (Sulistyawati,2009).
f) Kebiasaan yang Merugikan Kesehatan
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu memiliki kebiasaan
seperti minum jamu, merokok, minum-minuman keras, dan obat
terlarang dan kebiasaan lainnya (Walyani, 2015).
15) Riwayat Psikososial Spiritual
a) Riwayat Perkawinan
1) Kaji usia ibu : saat pertama kali menikah, status perkawinan,
berapa kali menikah dan lama pernikahan (Kemenkes, 2013).
Usia pernikahan diperlukan karena apabila klien mengatakan
bahwa menikah di usia muda sedangkan klien pada saat
kunjungan awal ke tempat bidan tersebut sudah tak lagi muda
dan kehamilannya yang pertama,ada kemungkinan bahwa
kehamilannya saat ini adalah kehamilan yang sangat
diharapkan.hal ini berpengaruh bagaimana asuhan kehamilan
(Walyani, 2015).
2) Pernikahan yang ke berapa: penting untuk dikaji karena dari
data ini akan mendapatkan gambaran mengenai suasana rumah
tangga pasangan (Sulistyawati, 2009).
3) Lama menikah (mengetahui berapa lama setelah menikah ibu
menuju rencana kehamilan) (Walyani, 2015).
b) Keinginan hamil ini diharapkan atau tidak
Dikaji untuk mengetahui apakah rencana kehamilan ini
diharapkan atau tidak oleh ibu, suami dan keluarga dan bagaimana
respon keluarga terhadap rencana kehamilan ibu (Walyani, 2015).
c) Mekanisme koping
d) Pengambil keputusan utama
Dikaji untuk mengetahui siapa pengambil keputusan utama dalam
keluarga saat terjadi masalah dalam keluarga, terutama apabila
terjadi kegawatdaruratan pada ibu selama hamil (Walyani, 2015).
e) Adat istiadat
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu dan keluarga masih
menggunakan budaya setempat dalam rencana kehamilan.
Menurut Sulistyawati (2009) bahwa masih dijumpainya adat
istiadat yang merugikan kesehatan ibu hamil sehingga tenaga
kesehatan harus bisa menyikapi hal tersebut dengan bijaksana.
f) Penghasilan Perbulan
Dikaji untuk mengetahui berapa penghasilan ibu/ suami perbulan,
cukup atau tidak untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Keadaan ekonomi sangat mempengaruhi kehamilan ibu karena
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan ibu selama kehamilan
nantinya (Walyani, 2015).
16) Tingkat Pengetahuan
b. Data Obyektif (O)
Data objektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut Helen Varney pertama (pengkajian data), terutama data yang
diperoleh melalui observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik
pasien,pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik lain.
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum
Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan mengamati
keadaan pasien secara keseluruhan, yaitu : Baik, jika pasien
memperlihatkan respons yang baik terhadeap lingkungan dan
orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami
ketergantungan dalam berjalan, dan dikatakan lemah, pasien
dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak
memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain
dan pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri
(Sulistyawati, 2009).
b) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita
dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari keadaan
composmentis sampai dengan koma (Sulistyawati, 2009).
c) Tekanan darah
Pengukuran tekanan darah dilakukan untuk mendeteksi
adanya hipertensi (tekanan darah > 140/90 mmHg) (Kemenkes
RI, 2013). Menurut Walyani (2015) tekanan darah normal
berkisar systole/diastole 110/80 – 120/80 mmHg.
d) Nadi
Tabel Klasifikasi Denyut Nadi
Denyut Nadi Permenit Klasifikasi

< 60 Bradikardi

60 – 100 Normal

>100 Takikardi

(Buku Saku Pemeriksaan Fisik dalam Kemenkes RI, 2017).


e) Suhu
Suhu tubuh seseorang dapat diukur melalui ketiak/ aksila yang
dilakukan dengan meletakkan thermometer di ketiak (Kemenkes
RI, 2017).
Tabel Klasifikasi Suhu Tubuh
Suhu Tubuh C Kesan
<36, 5 Hipotermi
36, 5 – 37, 5 Normal
37, 5 – 37, 9 Demam
>37, 9 Demam Tinggi

f) Respirasi
Pemeriksaan frekuensi pernafasan dilakukan dengan
menghitung jumlah pernafasan, yaitu inspirasi yang diikuti
ekspirasi dalam satu menit penuh.
Tabel Klasifikasi Frekuensi Nafas
Frekuensi Nafas Permenit (RR) Klasifikasi
<13 Bradipnea
14 – 20 Normal
>20 Takipnea
g) Berat Badan
Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil.
Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan
keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin,
berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur.
Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terhadap dua
kemungkinan perkembangan barat badan, yaitu dapat berkembang
cepat atau lambat dari kedaan normal. Berat badan harus selalu
dimonitor agar memberikan informasi yang memungkinkan
intervensi gizi yang preventif sedini mungkin guna mengatasi
kecenderungan penurunan atau penambahan berat badan yang
tidak dikehendaki. Berat badan harus selalu dievaluasi dalam
konteks riwayat berat badan yang meliputi gaya hidup maupun
status berat badan yang terakhir. Penentuan berat badan dilakukan
dengan cara menimbang (Anggraeni, 2012).
h) Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan salah satu parameter yang dapat
melihat keadaan status gizi sekaran dan keadaan yang telah lalu.
Pertumbuhan tinggi/panjang badan tidak seperti berat badan,
relatif kurang sensitif pada masalah kekurangan gizi pada waktu
singkat (Anggraeni, 2012).
Salah satu cara untuk menentukan status gizi yaitu dengan
membandingkan berat badan dan tinggi badan.
IMT = BB (Kg)/ TB2 (dalam meter)
(1) Untuk Perempuan
Kurus : < 17 Kg/m2
Normal : 17 – 23 Kg/ m2
Kegemukan : 23 – 27 Kg/ m2
Obesitas : > 27 Kg/ m2
(2) Untuk Laki – Laki
Kurus : < 18 Kg/m2
Normal : 18 – 25 Kg/ m2
Kegemukan : 25 – 27 Kg/ m2
Obesitas : > 27 Kg/ m2
i) LILA
Ukuran LILA yang normal adalah 23,5 cm, diukur sebelum
hamil. Bila ditemukan pengukuran kurang dari 23,5 cm maka
status gizi ibu kurang (Mandriwati, 2008).
2) Status Present
a) Kepala: Untuk mengetahui kebersihan kepala. Normalnya bentuk
mesochepal, kulit kepala bersih dan rambut tidak rontok
(Mandriwati, 2008).
b) Mata: Untuk mengetahui warna sklera (ikterik atau tidak, menilai
kelainan fungsi hati) dan warna konjungtiva (pucat atau cukup
merah, sebagai gambaran tentang anemia secara kasar) dan secret
(Sulistyawati, 2009).
c) Hidung: Pada masa sebelum hamil pemeriksaan ini bertujuan untuk
mengetahui adanya gangguan pembentukan hipofisis yang
berhubungan dengan kemungkinan adanya gangguan fungsi sistim
reproduksi sekunder. Cara pemeriksaannya adalah dengan
merangsang indera penciuman menggunakan bahan yang berbau.
Normalnya fungsi penciuman baik, tidak ada polip, tidak ada
septum deviasi (Kemenkes RI, 2017).
d) Mulut: Normalnya bibir tidak kering, tidak terdapat stomatitis, gigi
bersih tidak ada karies, tidak ada gigi palsu (Saminem, 2008).
e) Telinga: Dikaji untuk memeriksa kebersihan dan kemungkinan
adanya kelainan. Normalnya adalah simetris dan tidak ada serumen
berlebih (Saminem, 2008).
f) Leher: Normalnya tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe, tidak ada bendungan vena jugularis
(Saminem, 2008).
g) Ketiak: Untuk memeriksa kemungkinan adanya massa atau
pembesaran pada aksila. Normalnya tidak ada benjolan (Saminem,
2008).
h) Dada: Normalnya simetris, denyut jantung teratur, dan tidak ada
gangguan pernapasan (Sulistyawati, 2009).
i) Abdomen: Dikaji ada tidak bekas luka operasi, ada massa atau
tidak, terdapat nyeri tekan abdominal atau tidak, terdapat
pembesaran hepar/ limpa atau tidak (Sulistyawati, 2009).
j) Genetalia: Pada keadaan normal tidak terdapat bau busuk, dan tidak
ada condiloma (Saminem, 2008). Pada vulva mungkin didapat
cairan jernih atau sedikit berwarna putih tidak berbau, pada keadaan
normal, terdapat pengeluaran cairan tidak ada rasa gatal, luka atau
perdarahan (Walyani, 2015).
k) Punggung: Teraba lurus, tidak ada lubang atau kelainan bentuk.
l) Anus: Normalnya tidak ada haemoroid (Sulistyawati, 2009).
m)Ekstremitas: Pemeriksaan tangan dan kaki yang dikaji untuk
mengetahui adanya edema sebagai tanda awal preeklampsia dan
warna kuku yang kebiruan sebagai gejala anemia. Normalnya kedua
tangan dan kaki tidak oedem, gangguan pergerakan tidak ada
(Saminem, 2008).
3) Pemeriksaan Penunjang
c. Analisa (A)
Analisa merupakan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi
(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Analisa merupakan
pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah
kedua, ketiga dan keempat sehingga mencakup hal-hal berikut ini:
diagnosis/masalah kebidanan, diagnosis/masalah potensial dan kebutuhan
segera harus diidentifikasi menurut kewenangan bidan meliputi tindakan
mandiri, tindakan kolaborasi, dan tindakan merujuk klien.
1) Diagnosa: Nn... umur... calon pengantin dengan kebutuhan.
2) Masalah: Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang
dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil
pengkajian,normalnya tidak terjadi masalah (Marmi, 2012).
3) Diagnosa Potensial: Pada keadaan normal, diagnosa potensial dapat
diabaikan
4) Tindakan Segera: Pada keadaan normal, langkah ini dapat diabaikan
d. Penatalaksanaan (P)
Penatalaksanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang
akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisa dan
interpretasi data.P dalam SOAP meliputi pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Helen Varney langkah kelima, keenam dan ketujuh.
29
30

DAFTAR PUSTAKA

Akmal L. 2016. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia Gizi
pada Remaja Putri di SMKN 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah. Jurnal
Kesehatan,Vol. 7 No. 3.

Almatsier S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

Anggraeni AC. 2012. Asuhan Gizi; Nutritional Care Process. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Astawan M. 2009. Sehat dengan Hidangan Kacang dan Biji-Bijian. Depok:


Penebaran Swadaya.

Astiandani A. 2015. Hubungan Kejadian Anemia dengan Prestasi Belajar Matematika


pada Remaja Putri Kelas 11 di SMAN Sedayu. Skipsi. Yogyakarta: STIKES
Aisyiyah Yogyakarta.

Cunningham FG. 2012. Obstetri Williams. Jakarta: EGC.

Doloksaribu & Abdul (2019). “Pengaruh Konseling Gizi Pra Konsepsi Terhadap
Pengetahuan dan Sikap Wanita Pra Nikah Di Kecamatan batang Kuis”. Vol. 8
No. 1. Wahana Inovasi

Hacker NF, Gambone JC dan Hobel CJ. 2010. Hacker and Moore’s Essentials of
Obstetrics and Gynecology. Edisi ke-5. New York: Elsevier.

Hidayati. 2008. Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Fertilitas pada Keluarga
Petani di Desa Klorongan Kecamatan Geger Kabupaten Madiun.

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenetrian Kesehatan Republik
Indonesia.

______________________. 2014. Buku Ajar Imunisasi. Pusat Pendidikan dan


Pelatihan Tenaga Kesehatan. Kemenkes RI: Jakarta.

______________________. 2017. Pedoman Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum


Hamil.Kemenkes RI: Jakarta.

Kusmiran E. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba


Medika.

Mandriwati. 2008. Penuntun Belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jakarta: EGC.

Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. pustaka pelajar yogyakarta.

Mikail B. 2011. Mamografi dan SADARI Belum Tergantikan (On-line). Terdapat


pada: http://www.kompas.com.

Monica J. 2014. Iron Deviciency Anemia and Cognition in School Age Girls
Acomparison of Iron and Food Sumplementation strategies. International
Journal of Nutrition page 55-62.
31

Nawal S. 2014. Prevalence of Iron Deficiency Anemia etological and Prevention. European
Journal of Biology and Medical Science Research, Vol. 2 No. 2.

Nikmah (2018). “Personal Hygiene Habits dan Kejadian Flour Albus Patologis Pada
Santriwati PP AL-Munawwir, Yogyakarta.

Nuraeni R, Sari P, Martini N, dkk. 2019. Peningkatan Kadar Hemoglobin melalui


Pemeriksaan dan Pemberian Tablet Fe Terhadap Remaja yang Mengalami Anemia
Melalui “Gerakan Jumat Pintar”. Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran, Universitas Padjajaran; Vol. 5 No.2.

Parapat dan Henry (2016) dalam penelitian yang berjudul “Faktor-faktor yang berhubungan
dengan Perilaku Deteksi Dini kanker Leher Rahim Metode Inspeksi Visual Asam
Asetat Di Puskesmas Candiroto Kab. Temanggung”

Parker JA, Filipa B, Simon JS, dkk. 2012. Gaps in The Evidance for Prevention and
Treatment of Maternal Anemia: Review of systematic review. BMC Pregnancy and
Childbirth, Vol. 12 No. 56.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan
Kesehatan Masa Sebelum, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa sesudah Melahirkan,
Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Seksual.

Purwanto DJ. 2010. Deteksi Dini Kanker Payudara Dr. Denni Joko Purwanto Sp.B(Onk).
http://www.omni-hospitals.com.

Rasjidi, Imam. 2010. Epidemiologi kanker pada wanita. Jakarta: Sagung Seto.

Sahana dan Sri. (2015). “Hubungan Asupan Mikronutrien dengan Kadar Hemoglobin Pada
Wanita Usia Subur (WUS)”.

Saminem. 2008. Seri Asuhan Kebidanan: Kehamilan Normal. Jakarta: EGC.

Sinaga FA, Sinaga RN dan Sinaga R. 2017. Pengaruh Pemberian Vitamin E Terhadap Kadar
Hemoglobin Pada Aktifitas Fisik Maksimal Mahasiswa Ilmu Keolahragaan Fik
Unimed. Jurnal Ilmiah Ilmu Keolahragaan, Vol. 1 No. 1.

Sulistyawati A. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Yogyakarta: Andi.

Varney H. 2008. Buku Ajar asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.

Walyani Elisabeth Siwi & Endang Purwoastusi. 2015. Asuhan Kebidanan Persalinan.

WHO. 2013. Trend in Maternal Mortality: 1999 to 2013. Geneva: WHO, UNICEF, UNFPA,
and The World Bank.

Yunica (2014). ” Hubungan Antara Pengetahuan dan Umur dengan Kelengkapan Imunisasi
Tetanus Toxoid (TT) pada Ibu Hamil di Desa Sungai Dua Kecamatan Rambutan
Kabupaten Banyuasin Tahun 2014

Anda mungkin juga menyukai