PENANGGUNG JAWAB :
PENGAWAS :
KETUA PELAKSANA :
ANGGOTA :
RANGKAIAN KEGIATAN
Persiapan Alat & Posbindu PTM dilaksanakan dengan 5 tahapan layanan yang disebut
Tempat sistem 5 meja.
Alat kesehatan yang dibutuhkan berupa alat pengukuran tekanan darah (tensimeter),
glucometer, timbangan, pengukur tinggi badan, pita meteran, buku pemantauan peserta /
buku monitoring, buku pencatatan/ register dan bahan-bahan habis pakai.
Posbindu akan dilaksanakan di Klinik Bhakti Insani dan Pendopo Asrama IKes Rajawali.
General Checkup Pengukuran kolesterol, asam urat, gula darah, pengukuran tajam
penglihatan, pengukuran tajam pendengaran.
Tujuan untuk memfasilitasi masyarakat dalam rangka mendeteksi dini, pemantauan dan
menanamkan budidaya peduli kesehatan diri secara mandiri terkait tekanan darah yang tinggi
atau pun rendah, asam urat, gula darah dan kolesterol.
Evaluasi
PELAKSANAAN POSBINDU PTM
OLEH FAKULTAS KEPERAWATAN IKES RAJAWALI
Waktu Penyelenggaraan
Posbindu PTM akan diselenggarakan dalam sebulan sekali pada minggu ke empat, bila
diperlukan dapat lebih dari satu kali dalam sebulan untuk kegiatan pengendalian
faktor risiko PTM lainnya, misalnya olahraga bersama, sarasehan dan lainnya. Hari
dan waktu yang dipilih sesuai dengan kesepakatan serta dapat saja disesuaikan
dengan situasi dan kondisi setempat.
Tempat
Tempat pelaksanaan berada pada lokasi yang mudah dijangkau dan nyaman bagi
peserta. Posbindu PTM akan dilaksanakan di Klinik Bhakti Insani dan Pendopo Asrama
Institut Kesehatan Rajawali
Pelaksanaan Kegiatan
Posbindu PTM dilaksanakan dengan 5 tahapan layanan yang disebut sistem 5 meja,
namun dalam situasi kondisi tertentu dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan
kesepakatan bersama.
Kegiatan tersebut berupa pelayanan deteksi dini dan tindak lanjut sederhana serta
monitoring terhadap faktor risiko penyakit tidak menular, termasuk rujukan ke
Puskesmas. Dalam pelaksanaannya pada setiap langkah secara sederhana dapat
diuraikan sebagai berikut;
Daftar Pustaka
Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi (Kardazi),
Jakarta. 2011.
ANALISIS SITUASI
Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab kematian ke delapan secara global,
kecelakaan menyebabkan kerugian baik secara fisik maupun materi (WHO, 2018).
Dalam penelitian Saputra tahun 2017 menyatakan bahwa Propinsi Jawa Barat
menempati posisi tertinggi untuk lokasi/pembagian wilayah yang rawan terjadinya
kecelakaan lalu lintas jalan. Polresta Cimahi menduduki posisi ketiga dalam total
kecelakaan yang ada di Jawa Barat dengan jumlah kecelakaan sebanyak 481 kejadian
pada tahun 2016 (Jabar Ekspres, 2019). Satuan lalu lintas (Satlantas) Polres Cimahi
mencatat, pada tahun 2019 ada 386 kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Kabupaten
Bandung Barat (KBB) dengan kematian sebanyak 47 orang, luka berat 4 orang dan luka
ringan 335 orang.
Kecacatan dan kematian dapat terjadi apabila pertolongan yang diberikan tidak
cepat dan tepat. Dampak negatif kecelakaan lalu lintas seperti kesakitan, kematian,
sampai kerugian materi dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat (Hidayati
et al., 2019). Puluhan juta orang mengalami cacat dan terluka setiap tahun akibat
kecelakaan lalu lintas, orang yang menderita cedera akan mengalami perubahan
dalam hidupnya dengan efek jangka panjang. Kondisi ini sangat merugikan bagi
keluarga dan masyarakat, biaya perawatan kesehatan, dan akan menjadikan
kesedihan bagi manusia (WHO, 2018).
Korban kecelakaan yang tidak segera ditolong dapat terancam kematian.
Pertolongan pertama yang tepat sebelum tenaga medis datang dapat menyelamatkan
jiwa korban dan mencegah kecacatan (Wijaya, 2019). Pengetahuan mengenai Bantuan
Hidup Dasar diperlukan untuk mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan pada
korban kecelakaan lalu lintas. Pengetahuan didapatkan dari suatu pembentukan
pemahaman yang baru, pemahaman-pemahaman ini dapat diperoleh dengan cara
pendidikan kesehatan (Budiman & Riyanto, 2014).
Dalam skema penanggulangan bencana/kecelakaan orang yang pertama kali
menemukan korban kecelakaan lalu lintas adalah orang yang berada disekitar
kejadian atau disebut sebagai orang awam. Nasib korban tergantung pada kecepatan
ditemukan korban, kecepatan minta tolong, dan kecepatan kualitas pertolongan.
Salah satu orang awam yang dimaksud adalah Linmas (Pelindung Masyarakat),
kemampuan yang harus dimiliki oleh orang awam adalah mengetahui cara minta
tolong, mengetahui cara resusitasi jantung paru, mengetahui cara menghentikan
perdarahan, memasang pembalut atau bidai serta mengetahui cara transportasi yang
baik (Krisanty et al., 2016).
Berdasarkan besaran masalah diatas, banyaknya kejadian kecelakaan lalu lintas
yang berdampak pada tingginya angka mortalitas, dan individu yang pertama kali
menemukan korban di tempat kejadian adalah masyarakat yang berada di sekitar
kejadian, maka dari itu kegiatan yang akan dilaksanakan berupa pendidikan kesehatan
tentang bantuan hidup dasar untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
masyarakat dalam memberikan pertolongan pertama kepada korban kecelakaan lalu
lintas, adapun target luaran yang diharapkan berupa masyarakat mampu memberikan
bantuan hidup dasar (BHD) kepada korban kecelakaan lalu lintas secara cepat dan
tepat sehingga dapat menurunkan kematian akibat trauma.
Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk meningkatan
pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam upaya penanggulangan serta
pertolongan korban kecelakaan lalu lintas.
PENDAHULUAN
Kecelakaan lalu lintas adalah kejadian dimana sebuah kendaraan bermotor
bertabrakan dengan benda lain dan menyebabkan kerusakan (Saputra, 2017).
Kecelakaan lalu lintas merupakan kejadian yang tidak diduga, tidak disengaja dan
tidak diharapkan yang terjadi di jalan, melibatkan kendaraan bermotor dan
menyebabkan timbulnya korban dan kerugian harta benda (Hidayati et al., 2019).
Menurut WHO tahun 2013 cedera lalu lintas jalan adalah penyebab kematian ke
delapan secara global. Lebih dari satu juta orang mati setiap tahun di jalan dunia,
dan kerugian secara finansial akibat kecelakaan lalu lintas mencapai miliaran dolar.
Tahun 2018 kematian akibat kecelakaan lalu lintas meningkat 1,35 juta per tahun.
Hampir 3.700 orang meninggal di jalan dunia setiap hari (WHO, 2018). Korps Lalu
Lintas Kepolisian Republik Indonesia (Korlantas POLRI) mencatat jumlah kecelakaan
sepanjang 2016 sebanyak 106.129 kejadian dengan korban meninggal 26.185 jiwa
(orang). Jumlah tersebut naik 7,23 persen dibandingkan pada tahun 2015 dengan
98.970 kejadian. Dilihat perkembangan selama tahun 2012-2016, jumlah kecelakaan
lalu lintas di Indonesia menunjukkan trend yang berfluktuasi (Badan Pusat Statistik,
2016). Jawa Barat menduduki posisi ketiga sebanyak 7.591 kejadian dengan jumlah
orang yang meninggal sebanyak 1880 orang (Badan Pusat Statistik, 2016).
Dalam penelitian Saputra tahun 2017 menyatakan bahwa Propinsi Jawa Barat
menempati posisi tertinggi untuk lokasi/pembagian wilayah yang rawan terjadinya
kecelakaan lalu lintas jalan. Polresta Cimahi menduduki posisi ketiga dalam total
kecelakaan yang ada di Jawa Barat dengan jumlah kecelakaan sebanyak 481 kejadian
pada tahun 2016 (Jabar Ekspres, 2019). Satuan lalu lintas (Satlantas) Polres Cimahi
mencatat, pada tahun 2019 ada 386 kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Kabupaten
Bandung Barat (KBB) dengan kematian sebanyak 47 orang, luka berat 4 orang dan luka
ringan 335 orang.
Ada banyak alasan yang menjadi penyebab kecelakan lalu lintas yang meningkat
setiap tahunnya yaitu urbanisasi yang cepat, standar keselamatan yang buruk,
kurangnya penegakan hukum, pengemudi terganggu atau lelah, dibawah pengaruh
obat-obatan terlarang atau alkohol, ngebut serta tidak menggunakan helm atau sabuk
pengaman (WHO, 2018). Pada tahun 2030 WHO memperkirakan kematian akibat
kecelakaan lalu lintas akan naik menjadi penyebab kematian kelima apabila tindakan
pencegahan tidak segera dilakukan (WHO, 2013).
WHO menyatakan ada strategi yang terbukti mengurangi cedera lalu lintas jalan
dan telah berhasil dilaksanakan beberapa negara untuk mengurangi kematian akibat
kecelakaan lalu lintas. WHO merekomendasikan untuk meningkatkan keamanan jalan
nasional (WHO, 2013). Saat ini di Indonesia untuk menjaga keamanaan dan
keselamatan berkendara diatur oleh Undang-Undang No 22 Tahun 2009 tentang lalu
lintas, serta mensosialisasikan mengenai tata tertib demi mewujudkan sikap yang
disiplin. Namun demikian angka kecelakaan di Indonesia masih mengalami
peningkatan. Di Indonesia setiap jam rata-rata tiga orang meninggal akibat
kecelakaan jalan. Hal tersebut disebabkan oleh faktor manusia (terkait dengan
kemampuan serta karakter pengemudi), faktor kendaraan (terkait dengan pemenuhan
persyaratan teknik laik jalan), dan prasarana dan lingkungan (Kementerian Komunikasi
Dan Informatika Republik Indonesia, 2017).
Dampak negatif kecelakaan lalu lintas seperti kesakitan, kematian, sampai
kerugian materi dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat (Hidayati et al.,
2019). Puluhan juta orang mengalami cacat dan terluka setiap tahun akibat
kecelakaan lalu lintas, orang yang menderita cedera akan mengalami perubahan
dalam hidupnya dengan efek jangka panjang. Kerugian ini sangat merugikan bagi
keluarga dan masyarakat, biaya perawatan kesehatan, dan akan menjadikan
kesedihan bagi manusia (WHO, 2018). Korban kecelakaan yang tidak segera ditolong
dapat terancam kematian. Pertolongan pertama yang tepat sebelum tenaga medis
datang dapat menyelamatkan jiwa korban dan mencegah kecacatan (Wijaya, 2019).
Dalam skema penanggulangan bencana/kecelakaan orang yang pertama kali
menemukan korban kecelakaan lalu lintas adalah orang yang berada disekitar
kejadian atau disebut sebagai orang awam. Berdasarkan hasil penelitian Krisanty et al
(2016) menjelaskan bahwa nasib korban tergantung pada kecepatan ditemukan
korban, kecepatan minta tolong, dan kecepatan kualitas pertolongan. Salah satu
orang awam yang dimaksud adalah Linmas (Pelindung Masyarakat), kemampuan yang
harus dimiliki oleh orang awam adalah mengetahui cara minta tolong, mengetahui
cara resusitasi jantung paru, mengetahui cara menghentikan perdarahan, memasang
pembalut atau bidai serta mengetahui cara transportasi yang baik.
SOLUSI PERMASALAHAN
Berdasarkan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat tersebut, maka kami
sampaikan solusi sebagai berikut :
Tabel 1 Solusi Permasalahan dan Luaran
No Solusi Luaran
1 Pemberian Penyuluhan kepada 1. Kewaspadaan dan pemahaman
Masyarakat tentang Pemahaman deteksi dini mengenai henti
akan perbedaan henti jantung jantung dan serangan jantung
dan serangan jantung serta meningkat
Pengenalan tanda-tanda 2. Kesadaran adanya kebutuhan
seseorang dengan henti jantung tentang pentingnya pengetahuan
mengenai Bantuan Hidup Dasar
meningkat
3. Masyarakat mampu membedakan
henti jantung dan serangan
jantung
4. Masayarakat mampu mengenali
korban dengan keadaan henti nafas
dan henti jantung
2 Pelatihan Bantuan Hidup Dasar 1. Kemampuan masyarakat dalam
(BHD) melakukan kesiapsiagaan pada
korban henti jantung meningkat
2. Pemahaman masyarakat dalam
membantu korban yang henti
jantung dilingkungan sekitar
meningkat
3. Kemampuan masyarakat dalam
teknik pemberian tindakan pada
korban henti jantung meningkat
4. Kemandirian masyarakat dalam
memberikan pertolongan pertama
pada korban henti jantung
meningkat
5. Nilai-nilai masyarakat tentang
pengetahuan pertolongan pertama
pada korban henti jantung menjadi
melekat dan dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari
METODE PELAKSANAAN
Tabel 2 Langkah-langkah Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat
No Kegiatan Partisipasi Mitra Evaluasi Program
1 Penyuluhan kepada 1. Masyarakat 1. Evaluasi kemampuan
Masyarakat tentang berperan aktif kognitif masyarakat
Pemahaman akan dalam kegiatan dengan
perbedaan henti 2. Mampu menggunakan
jantung dan serangan menggerakan kuesioner dan tanya
jantung serta masyarakat untuk jawab. Meningkatnya
Pengenalan tanda- mengikuti kegiatan pengetahuan
tanda seseorang sampai selesai masyarakat 100%
dengan henti jantung 3. Melakukan 2. Partisipasi
pertemuan rutin masyarakat dalam
dengan warga setiap kegiatan
adalah 100%
3. Melakukan kegiatan
pertemuan rutin
dengan warga
minimal 1x dalam 1
bulan
2 Pelatihan Bantuan 1. Berperan aktif 1. Masyarakat yang
Hidup Dasar (BHD) dalam kegiatan mengikuti kegiatan
2. Menghimbau dalam pelatihan
masyarakat untuk mampu
hadir dalam mendemonstrasikan
kegiatan teknik Bantuan
Hidup Dasar secara
mandiri.
2. Seluruh masyarakat
hadir dalam kegiatan
minimal 90%
JADWAL KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Tabel Jadwal Kegiatan Pengabdian Masyarakat Pendidikan kesehatan dan pelatihan
BHD
Korban
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. Statistik Transportasi Darat. [Online]. 2016 [cited 2020 Jan 13];
Availablefrom: URL:https://www.bps.go.id/publication/download.html?
nrbvfeve=NTAwYjVmODc1ZDU3NjJmZmI0ZTdhNTg5&xzmn=aHR0cHM6Ly93d3cuYnBzLm
dvLmlkL3B1YmxpY2F0aW9uLzIwMTcvMTEvMjcvNTAwYjVmODc1ZDU3NjJmZmI0ZTdhNT
g5L3N0YXRpc3Rpay10cmFuc3BvcnRhc2ktZGFyYXQtMjAxNi5odG1s&twoadfnoarfeauf=Mj
AyMC0wMS0xMyAyMDozOTo0Ng%3D%3D
Hidayati T, Fanani MI, Hidayah I, Bariqi F. Buku ajar keterampilan bantuan hidup
dasar oleh polisi untuk meningkatkan motivasi menolong korban kecelakaan lalu
lintas. [Online]. 2019 Jan 29 [cited 2019 Dec 02]; Available from:
URL:http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/25660
Jabar Ekspres. Jumlah laka cimahi-kbb capai 450/tahun. [Online]. 2019 sept 18 [cited
2020 Jan 09]; Available from: URL:http://jabarekspres.com/2019/jumlah-laka-
cimahi-kbb-capai-450-tahun/
Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. [cited 2020 Jan 29]; Available from:
URL:https://kbbi.web.id/rem
Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. [cited 2020 Jan 29]; Available from:
URL:https://kbbi.web.id/tahu
Undang-Undang Republik Indonesia. Lalu lintas dan angkutan jalan. [Online]. 2009
[cited 2019 Oct 30]; Available from:
URL:https://pih.kemlu.go.id/files/uu_no_22_tahun_2009.pdf
Analisis Situasi
METODE PELAKSANAAN
Tahap pertama merupakan perencanaan kegiatan yang akan dilakukan. Proses
perencanaan meliputi identifikasi kebutuhan, identifikasi potensi dan kelemahan yang
ada, menentukan jalan keluar dan kegiatan yang akan dilakukan, dan membuat
pengorganisasian kegiatan. Kegiatan tahap pertama dimulai dengan survei lapangan
ke Desa Cihanjuang Rahayu dan Desa Cihanjuang. Survei lapangan dilakukan oleh tim
pengabdian yang terdiri dari dosen dan mahasiswa.
Tim pengabdian melakukan diskusi dengan pengambil kebijakan dan tokoh
masyarakat. Hari pertama dilaksanakan gotong royong oleh mahasiswa, edukasi
masyarakat lansia dan diakhiri dengan kegiatan senam lansia.
Demikian proposal kegiatan ini kami buat, semoga kegiatan pemeriksaan kesehatan
posbindu yang diselenggarakan ini dapat bermanfaat bagi semua. Atas partisipasi dan
kerjasama yang diberikan kami mengucapkan terimakasih.
Mengetahui
Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Institut Kesehatan Rajawali
Diani Aliansy S.ST.,M.Kes.
307.107.008
1. Latar Belakang
Setiap orang yang ingin mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan dalam
hidup. Mulai dari kesejahteraan ekonomi, sosial, pendidikan dan kesehatan. Pada
pendapatan yang dicapai kesehatan merupakan hak dasar bagi setiap orang tanpa
memandang status ekonomi dan sosial dari masyarakat itu sendiri. Namun dalam
praktiknya, pelayanan kesehatan bagi masyarakat masih banyak ditemui. Pelayanan
kesehatan belum mampu menjangkau seluruh warga Negara, apalagi kesehatan bagi
masyarakat kurang mampu. Selain itu, keterbatasan bagi masyarakat umum dalam
mengakses informasi terkait isu-isu kesehatan masih sangat sulit. Hal inilah yang
menjadi dasar pemikiran bagi kami untuk bertindak lebih cepat dalam
mengimplementasikan ilmu yang telah kami lakukan terhadap pelayanan kesehatan di
salah satu wilayah di Desa cihanjuang rahayu dan desa cihanjuang.
Tingkat pelayanan kesehatan masyarakat umum Indonesia masih jauh dari kata
puas terutama bagi masyarakat yang kurang mampu dari segi ekonomi. Oleh karena
itu, sebagai perwujudan nyata keperdulian kami Fakultas Kebidanan Institut
Kesehatan Rajawali dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, kami
akan menyelenggarakan kegiatan pemeriksaan kesehatan dalam bentuk
posyandu. Kami akan membagikan ± 250 kupon kepada masyarakat yang kurang
mampu untuk mendapat pemeriksaan dan pengobatan umum secara gratis. Kami
berharap kegiatan tersebut mampu memberikan pelayanan kesehatan terhadap
masyarakat sekitar yang menderita penyakit dan pengurangan beban mereka.
Setiap kehamilan berisiko mengalami komplikasi. Pemeriksaan antenatal secara
rutin mampu mendeteksi secara dini berbagai faktor risiko komplikasi kehamilan dan
persalinan. Perawatan antenatal care (ANC) merupakan faktor protektif terhadap
kejadian pre-eklampsia dan berbagai komplikasi lainnya. Pemeriksaan sejak awal
kehamilan juga menjadi intervensi efektif mencegah kesakitan dan kematian ibu
hamil. Selain faktor akses dan ketersediaan sarana, pemanfaatan layanan antenatal
juga dipengaruhi pengetahuan, sikap, dan persepsi yang kurang mendukung dari ibu
hamil.
Kelas Ibu Hamil (KIH) diselenggarakan dengan tujuan meningkatkan pengetahuan,
sikap, dan praktik ibu dalam pencegahan komplikasi melalui proses pembelajaran
terstruktur. KIH sekaligus menjadi sarana belajar bersama secara berkelompok
tentang kesehatan kehamilan, persalinan, dan perawatan BBL. Terbukti ada hubungan
keikutsertaan ibu dengan pengetahuan yang lebih baik dan sikap positif dalam
mengenali tanda-tanda dan gejala bahaya kehamilan. Keikutsertaan KIH juga menjadi
faktor dominan peningkatan kunjungan antenatal secara rutin. Program pembangunan
kesehatan di Indonesia dewasa ini masih diprioritaskan pada upaya peningkatan
derajat kesehatan Ibu dan anak, terutama pada kelompok yang paling rentan
kesehatan yaitu ibu hamil, bersalin dan bayi pada masa perinatal. Hal ini ditandai
dengan tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
Peran kader adalah pendamping keluarga dan masyarakat terutama ibu dan anak
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan KIA. Peran kader sangat besar dalam
memberikan informasi kesehatan kepada masyarakat, kader yang pada dasarnya dekat
dengan lingkup masyakarakat dapat membantu keberhasilan program-program
pemerintah dalam mengatasi masalah kesehatan ibu dan anak. Kader dan lintas
sektoral melakukan kunjungan rumah baik itu kunjungan balita, kunjungan ibu hamil,
pemberian PMT kepada balita gizi buruk, pelaksanaan posyandu, dan penyuluhan
keliling.
2. Nama Kegiatan
Kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak di posyandu, kelas Ibu hamil, dan
pelatihan kader di wilayah desa cihanjuang rahayu dan desa cihanjuang.
3. Tujuan Kegiatan
a. Tujuan Umum:
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Desa cihanjuang rahayu dan desa
cihanjuang
b. Tujuan Khusus:
1. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak
2. Mengimplementasikan ilmu kesehatan yang telah diperoleh kepada masyarakat
3. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam meningkatkan derajat Kesehatan
masyarakat.
6. Pengorganisasian
a. Penanggung Jawab : Tonika Tohri, S.Kp.,M.Kes
b. Pengawas : Dr. Eny Kusmiran, S.Kp.,M.Kes
: Arie J.Pitono, dr., M.Kes
: Erni Hernawati, S.S.T., M.M., M.Keb
c. Ketua Pelaksana : Elisa Situmorang, S.S.T., M.Tr.Keb
d. Wakil Ketua : Iga Retia, S.S.T., M.Kes
e. Sekretaris : Maria AD Barbara, S.S.T., M.Kes
f. Bendahara : Mira Miraturrofi’ah, S.S.T., M.Kes
g. Seksi Acara : Anne Loisza, S.S.T., M.Tr.Keb
h. Seksi Peralatan/Sarpras : Irma Mulyani, S.S.T., M.Tr.Keb
i. Seksi Konsumsi : Silva Dwi Rahmizani, S.S.T., MPH
j. Seksi Dokumentasi : Erviyanti Aprilia, S.Keb., Bd
k. Anggota
: Lia Kamila, S.S.T., M.Keb
: Intan Karlina, S.S.T., M.Keb
: Liawati, S.S.T., M.Kes
: Diani Aliansy, S.S.T., M.Kes
: Fathia Rizki, S.S.T., M.Tr.Keb
: Fitri Puspita Sari, S.S.T., M.Kes
: Sarah,Amd.Keb
7. Kegiatan
Jenis kegiatan
a. Pemeriksaan kehamilan dan pemantauan gizi
b. Program kesehatan anak (pemantauan tumbuh kembang)
c. Keluarga Berencana (KB)
d. Pemantauan status gizi bayi dan balita
e. Pencegahan dan penanggulangan diare.
f. Pemeriksaan HB, protein urine, gula darah
g. Penyampaian materi kelas ibu hamil
h. Senam hamil.
i. Pelatihan Kader
D. PELATIHAN KADER
1. Pada setiap kegiatan pelatihan kader, materi pelatihan kader yang akan
disesuaikan dengan materi yang telah ditentukan sebelumnya.
2. Pada setiap akhir pertemuan dilakukan evaluasi setiap materi yang disampaikan.
7. Penutup
Demikian proposal kegiatan ini kami buat, semoga kegiatan pelayanan kesehatan
ibu dan anak melalui posyandu, kelas Ibu hamil, dan pelatihan kader yang
diselenggarakan ini dapat bermanfaat bagi semua. Atas partisipasi dan kerjasama
yang diberikan kami mengucapkan terimakasih.
Mengetahui
Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Institut Kesehatan Rajawali
Analisis Situasi
Pembangunan kesehatan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Selain itu kesehatan juga merupakan
investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomi. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 angka 16 Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan, pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan
dan/atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan
keterampilan turun-temurun secara empiris yang dapat dipertanggungjawabkan dan
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Masyarakat Indonesia sudah sejak zaman dahulu kala menggunakan ramuan obat
tradisional Indonesia sebagai upaya pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit,
dan perawatan kesehatan. Ramuan obat tradisional Indonesia tersebut dapat berasal
dari tumbuhan, hewan, dan mineral, namun umumnya yang digunakan berasal dari
tumbuhan. Perkembangan pelayanan kesehatan tradisional menggunakan ramuan ini
kian pesat, terbukti dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 bahwa
persentasi penduduk Indonesia yang pernah mengonsumsi jamu sebanyak 59,12 % yang
terdapat pada kelompok umur di atas 15 tahun, baik laki-laki maupun perempuan, di
pedesaan maupun di perkotaan, dan 95,60 % merasakan manfaatnya.
Persentase penggunaan tumbuhan obat berturut-turut adalah jahe 50,36 %,
kencur 48,77 %, temulawak 39,65 %, meniran 13,93 % dan mengkudu 11,17 %. Bentuk
sediaan jamu yang paling banyak disukai penduduk adalah cairan, diikuti berturut-
turut seduhan/serbuk, rebusan/rajangan, dan bentuk kapsul/pil/tablet. Data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan bahwa rumah tangga yang
memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional 30,40%, diantaranya memilih
keterampilan tanpa alat 77,80 % dan ramuan 49,00 %. Peningkatan derajat kesehatan
masyarakat perlu memanfaatkan berbagai upaya pelayanan kesehatan, termasuk
kesehatan tradisional yang merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam upaya
kesehatan berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Target Luaran
Dari kegiatan yang dilakukan ini penulis mengharapkan akan adanya pemahaman pada
masyarakat untuk menggunakan ramuan obat tradisional Indonesia
METODE PELAKSANAAN
Tahap Persiapan
Tahap persiapan dari kegiatan ini adalah persiapan bahan – bahan / herbal tradisional,
dan flyer mengenai isi dari kegiatan penyuluhan.
Tahap Pelaksanaan
Sosialisasi tentang Ramuam Obat Tradisional Di Indonesia
Prosedur kerja:
1. Penyusunan Flyer yang berisi kegiatan penyuluhan
2. Pengenalan beberapa macam herbal di Indonesia yang dapat dijadikan sebagai obat
tradisional
3. Pengenalan tata laksana penggunaan ramuan obat tradisional Indonesia
4. Pemberian informasi mengenai manfaat ramuan obat tradisional Indonesia
Luaran:
1. Masyarakat Desa Cihanjuang Rahayu. Metode pembelajaran pada kegiatan ini yaitu:
2. Diskusi kasus
3. Melalui observasi, menentukan tema penyuluhan apa yang menjadi kebutuhan
dalam peningkatan kesehatan di Masyarakat
Presentasi kasus
1. Membuat materi yang akan disampaikan kepada masyarakat
2. Pemberian Penyuluhan
3. Setelah penyuluhan dilakukan dapat dievaluasi kepada masyarakat. Apakah materi
yang di sampaikan sudah dapat diterima oleh masyarakat.
Tahap Evaluasi
Data diperoleh dari hasil penyuluhan melalui sesi diskusi tanya jawab kepada
masyarakat.
Jadwal Kegiatan
Kegiatan ini akan dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2021 dengan jadwal sebagai
berikut :
1 2 3 4 1 2 3 4
Koordinasi pelaksanaan
kegiatan
Persiapan kegiatan
Pelaksanaan kegiatan
Penyusunan laporan
SUSUNAN KEPANITIAAN
Dr. apt. Purwaeni, S. Si., M. Si. apt. Ani Haerani, S. Farm., M. Farm.
Mengetahui
Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Institut Kesehatan Rajawali
Analisis Situasi
Permasalahan Mitra
Sebagai bentuk Dharma 3 yaitu Pengabdian kepada Masyarakat, perguruan tinggi
turut memiliki kewajiban dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat perlu
memanfaatkan berbagai upaya pelayanan kesehatan, termasuk didalamnya
pemeriksaan laboratorium sederhana yang sering dibutuhkan masyarakat dan
penyuluhan tentang vaksin Covid-19. Dengan kegiatan tersebut diharapkan dapat
berkontribusi dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Manfaat Kegiatan
1. Memberikan wadah bagi dosen untuk dapat melakukan kegiatan pengabdian kepada
masyarakat sebagai bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi
2. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang kondisi kesehatan mereka dilihat
dari hasil pemeriksaan laboratorium sederhana yang dilakukan
3. Memberikan tambahan pengetahuan bagi masyarakat tentang manfaat vaksinasi
dalam memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
SOLUSI DAN KESIAPAN
Solusi
Target Luaran
Dari kegiatan yang dilakukan ini diharapkan:
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang peranan vaksinasi covid-19 dalam
meningkatkan kekebalan terhadap infeksi.
2. Memberikan informasi tentang kondisi kesehatan masyarakat melalui pemeriksaan
laboratorium sederhana (Hb, golongan darah, glukosa, asam urat dan kolesterol)
pada masyarakat.
METODE PELAKSANAAN
Tahap Persiapan
Tahap persiapan dari kegiatan ini dilakukan dengan melakukan koordinasi antar
fakultas yang akan melakukan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat. Kegiatan
dilaksanakan di Klinik Bhakti Insani dengan jadwal sesuai kegiatan yang dilaksanakan
oleh Fakultas Kebidanan dan Keperawatan.
Tahap Pelaksanaan
1. Pemeriksaan laboratorium sederhana
a. Prosedur kerja
1) Persiapan alat dan bahan
2) Mengidentifikasi masyarakat yang memerlukan pemeriksaan laboratorium
sederhana dalam kegiatan PKM Fakultas Keperawatan dan Fakultas Kebidanan
3) Melakukan pengambilan sampel pemeriksaan dari mayarakat yang terindikasi
4) Melakukan pemeriksaan kadar Hb dan / atau golongan darah dan / atau
glukosa dan / atau asam urat dan / atau kolesterol
5) Melaporkan hasil pemeriksaan kepada masyaratak yang dilakukan pemeriksaan
b. Luaran
Pada masyarakat Desa Cihanjuang Rahayu yang mengikuti kegiatan ini
diharapkan akan:
1) Mengetahui kondisi kesehatannya berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium
sederhana yang dilakukan
2) Melakukan tindakan lebih lanjut menindaklanjuti hasil pemeriksaan
laboratorium sederhana yang dilakukan
Tahap Evaluasi
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium dan penyuluhan melalui
sesi diskusi tanya jawab kepada masyarakat dilakukan evaluasi untuk mengetahui
kondisi kesehatan masyarakat di Wilayah Desa Cihanjuang Rahayu dan mengetahui
tingkat pengetahuan masyarakat terhadap kegiatan vaksinasi Covid-19.
Jadwal Kegiatan
Kegiatan ini akan dilaksanakan pada bulan Juni – Agustus 2021 dengan jadwal
menyesuaikan dengan jadwal kegiatan yang disusun oleh Fakultas Keperawatan dan
Fakultas Kebidanan
SUSUNAN KEPANITIAAN
Penanggung-Jawab : Tonika Tohri, S.Kp., M.Kes
Penasihat : Dr.Eny Kusmiran, M.Kes.
Pengarah : Aziz Ansori Wahid, S.T., M.T.
Ketua Pelaksana : Ally Kafesa, S.ST., M.Si
Sekretaris : Feldha Fadhilla, S.Si., M.Kes
Penutup
Demikian proposal kegiatan ini kami buat, semoga kegiatan yang diselenggarakan
ini dapat bermanfaat bagi semua. Atas partisipasi dan kerjasama yang diberikan kami
mengucapkan terimakasih.
Mengetahui
Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Institut Kesehatan Rajawali
Fakultas Keperawatan
Kegiatan Item Biaya
General Checkup Strips asam urat, gula 850.000
darah, kolesterol
ATK Buku pemantauan 150.000
peserta / buku
monitoring, buku
pencatatan/ register
Bahan habis pakai Masker medis, 300.000
handscoon,
handsanitizer
Penyuluhan Kesehatan Media (Leaflet, Poster, 250.000
Flip Chart, Stand
Banner)
Konsumsi Snack dan Minuman 400.000
Total 1.950.000
Fakultas Kebidanan
NO Jenis pengeluaran Jumlah Keg Biaya Total
1 Bahan habis pakai 3 Rp. 3.000.000
(PMT, vitamin tambah darah, 1.000.000
reagen pemeriksaan darah:
HB, protein urine, gula darah)
Handscoon, masker
2 Peralatan penunjang 3 Rp. 100.000 300.000
(ATK)
TOTAL 3.300.000
Fakultas Kesehatan
NO Jenis pengeluaran Jumlah Keg Biaya Total
1 Bahan habis pakai 3 Rp. 1.500.000
Centrifuge, Tabung reaksi 5000.000
Mikropipet, Spuite, Kapas
alcohol
Reagen Drabkin’s, Reagen
golongan darah, Reagen
glukosa
Reagen asam urat, Reagen
kolesterol, Handscoon, masker
2 Peralatan penunjang 3 Rp. 100.000 300.000
(ATK)
TOTAL 1.800.000
Fakultas Farmasi
NO Jenis pengeluaran Jumlah Keg Biaya Total
1 Bahan habis pakai 3 Rp. 300.000
Handscoon, masker 1000.000
2 Peralatan penunjang 3 Rp. 100.000 300.000
(ATK)
Konsumsi 3 Rp. 150.000 450.000
TOTAL 1.050.000
Lampiran