Anda di halaman 1dari 15

http://mmr.umy.ac.

id/menginisiasi-puskesmas-ramah-anak-pra/

Browse:
 Home
 Artikel
 Menginisiasi Puskesmas Ramah Anak (PRA)

Menginisiasi Puskesmas Ramah Anak (PRA)


24/03/2017 oleh : mmr

Berdasarkan Bank Data Puskesmas Kemenkes 2017 & KPPPA 2017, sebanyak 514 kota dan
kabupaten di Indonesia, masih terdapat 41% kota yang belum menginisiasi PRA. Dari 9.740
puskesmas di seluruh Indonesia baru 255 puskesmas yang telah menginisiasi PRA. Tahap
awal dari pengelenggaraan PRA adalah Inisiasi PRA di mana harus memenuhi 8 dari 15
indikator. Kedelapan indkator tersebut seyogyanya memenuhi komponen Pelayanan Ramah
Anak yang meliputi: sumber daya manusia (SDM); sarana prasarana dan lingkungan;
pelayanan; pengelolaan; partisipasi anak; serta pemberdayaan masyarakat.

1. SDM
Dari segi SDM, harus ada tenaga yang dipersiapkan dilatih KHA (Konvensi Hak Anak).
Pelatihan KHA adalah pelatihan khusus yang memenuhi standar materi KHA, tidak termasuk
kegiatan advokasi, sosialisasi, KIE, dan lain-lain. Dalam satu Puskesmas dengan Pelayanan
Ramah Anak pada tahap awal diharapkan terdapat minimal 2 tenaga medis yang telah
terlatih.

2. Sarana Prasarana dan Lingkungan ( a. Tersedia sarana dan media KIE [Komunikasi Informasi dan
Eduaksi] terkait kesehatan anak), b. Ruang tunggu dan bermain anak aman dan berjarak dari
ruang tunggu pasien umum, c. Tersedia ruang laktasi, d. Terdapat tanda peringatan dilarang
merokok atau kawasan bebas rokok, e. Terdapat sanitasi lingkungan pskesmas yang sesuai
standar, f) Tersedia sarana prasarana bagi anak penyandang disabilitas

3. Pengelolaan ( a. Pemenuhan hak anak dan kesehatan anak dijadikan prioritas program sesuai
kebijakan Departemen Kesehatan dan Daerah, b. Tersedia data anak yang meperoleh pelayanan
kesehatan anak, c. Puskesmas menjadi pusat informasi atas hak-hak anak dan kesehatan)

4. Partisipasi anak
Diahrapkan terdapat upaya untuk menampung aspirasi dan suara anak atas kebutuhannya,
baik melalui forum UKS (Usaha Kesehatan Sekolah), Forum Pembinaan Kesehatan dan
Reproduksi Remaja, kotak saran, maupun forum lain untuk manjadi media memberikan
masukan dalam pertimbangan penyusunan program kesehatan puskesmas.

5. Pemberdayaan masyarakat (1. UKS 2. Posyandu Mandiri)


6. Pelayanan Kesehatan Anak
Dari keenam komponen pelayanan anak tersebut di atas, 8 indikator yang harus terpenuhi
dalam Inisiasi PRA meliputi:

1. Cakupan tenaga kesehatan dilatih Konvensi Hak Anak.


2. Tersedia Pusat Informasi Hak Anak atas Kesehatan.
3. Tersedia ruang tunggu/bermain bagi anak yang berjarak aman dari ruang tunggu pasien.
4. Pelayanan penjangkauan kesehatan anak di Sekolah, Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA),
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) dan Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif
atau PAUD-HI (Integrasi Posyandu, PAUD dan BKB)
5. Menyelenggarakan Tata Laksana Kasus Kekerasan Terhadap Anak (KTA)
6. Tersedia Ruang ASI dan dimanfaatkan
7. Terdapat tanda peringatan “Dilarang Merokok” sebagai Kawasan Tanpa Rokok
8. Tersedia sanitasi lingkungan Puskesmas yang sesuai standar.

Dengan adanya 8 indikator minimal tersebut, diharapkan makin bayak puskesmas yang
menerapkan pelayanan ramah anak untuk selanjutnya menjadi PRA yang paripurna
menerapkan 15 indikator.

Referensi:
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, 2016, Petunjuk Teknis
Pelayanan Ramah Anak di Puskesmas.
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR)

MAKALAH

STIKES DHARMA HUSADA BANDUNG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT,Karen berkat rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada waktunya. Terlantun solawat
serta salam buat untuk imam besar kita semua Nabi Muhammad SAW.
Adapun makalah yang berjudul Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja ( PKPR )
membahas tentang salah satu program puskesmas yang melayani semua remaja dalam
bentuk konseling dan berbagai hal yang berhubungan dengan kesehatan remaja. Makalah ini
dibuat untuk menambah wawasan dalam ilmu kesehatan masyarakat.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan,
baik dari segi isi maupun redaksinya. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat menyusun makalah yang
lebih baik dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat untuk memberikan
kontribusi bagi kita dalam memajukan ilmu keperawatan.

Bandung, April 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
…………………………………………………………............ ii
DAFTAR ISI 1
…………………………………………………………………….......... 1
BAB I PENDAHULUAN 2
…………………………………………………………...... 3
I. Latar Belakang ……………………………………………………………….. 3
II. Tujuan ………….. ………………………………………………………….... 4
BAB II PKPR 4
………………………………………..……………………………… 6
I. Pengertian ………………………….………………………………………… 9
II. Tujuan ……………………….. ……………………………………………..... 9
III. Sasaran ………………………………………………..……………………… 11
IV. Karakteristik PKPR . ………………………………………………………… 12
V. Strategi Pelaksanaan dan Pengembangan PKPR …………………………… 15
VI. Langkah – Langkah Pembentukan Dan Pelaksanaan PKPR ………………... 16
VII. Alur dan Langkah Pelaksanaan PKPR ……………………………………… iii
VIII. Jenis Kegiatan dalam PKPR …………………………………………………
IX. Monitoring Dan Evaluasi ……………………………………………………
BAB III PENUTUP …
………………………………………...……………………
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………….

BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Usia anak remaja merupakan masa yang rawan, bukan anak-anak lagi dan juga bukan
orang dewasa, dan mereka masih mencari jati diri. Masa inilah yang perlu juga menjadi
perhatian kita. Sebagai salah satu wujud kepedulian pemerintah pada remaja dimana remaja
pada masa mendatang yang akan menjadi generasi penerus bangsa pemerintah melalui
departemen kesehatan menggalakan program PKPR ( Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja ).

Sejak tahun 2003, Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). yang ditujukan dan
dapat dijangkau remaja, menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka,
menghargai remaja, menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya,
serta efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan dan selera remaja diperkenalkan dan
dijalankan di puskesmas.

Pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) dilayani di Puskesmas


PKPR (Puskesmas yang menerapkan PKPR). Di Puskesmas PKPR, tersedia tenaga
kesehatan yang peduli dan siap melayani semua kelompok usia remaja. Disini remaja
dilayani dengan sikap menyenangkan, dihargai dan diterima dengan tangan terbuka.

Kegiatan PKPR diantaranya penyuluhan, pelayanan klinis maupun konseling oleh


pelaksana program, serta melatih konselor sebaya. Konselor sebaya yang dimaksud adalah
kader kesehatan remaja yang telah diberi tambahan pelatihan interpersonal relationship dan
konseling.

PKPR dilaksanakan di dalam gedung atau di luar gedung Puskesmas. Jumlah


Puskesmas PKPR dari 26 provinsi yang melaporkan sampai dengan bulan Desember 2008
sebanyak 1611 puskesmas dan jumlah tenaga kesehatan yang dilatih PKPR sebanyak 2256
orang.
II. TUJUAN
1. Memahami pengertian PKPR
2. Memahami tujuan PKPR
3. Memahami sasaran PKPR
4. Memahami karakteristik PKPR
5. Memahami Strategi pelaksanan dan pengembangan PKPR
6. Memahami langkah – langkah pembentukan dan pelaksanaan PKPR
7. Memahami jenis kegiatan PKPR
8. Mampu untuk menjadi Konselor PKPR.

BAB II
PROGRAM KESEHATAN PEDULI REMAJA

Remaja berada dalam masa transisi/peralihan dari masa kanak-kanak untuk menjadi
dewasa. Secara fisik, remaja dapat dikatakan sudah matang tetapi secara psikis/kejiwaan
belum matang. Beberapa sifat remaja yang menyebabkan tingginya resiko antara lain: rasa
keingintahuan yang besar tetapi kurang mempertimbangkan akibat dan suka mencoba hal-hal
baru untuk mencari jati diri.

Bila tidak diberikan informasi/pelayanan remaja yang tepat dan benar, maka perilaku
remaja sering mengarah kepada perilaku yang beresiko, seperti: penyalahgunaan NAPZA
(Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya), perilaku yang menyebabkan mudah
terkena infeksi HIV/AIDS, Infeksi menular seksual (IMS), masalah gizi (anemia/kurang
darah, kurang energi kronik (KEK), obesitas/kegemukan) dan perilaku seksual yang tidak
sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

Sejak tahun 2003, model pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau
remaja, menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja,
menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta efektif dan
efisien dalam memenuhi kebutuhan dan selera remaja diperkenalkan dengan sebutan
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
I. PEGERTIAN
PKPR adalah Pelayanan Kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau oleh remaja,
menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja, menjaga
kerahasiaan,peka aka kebutuhan terkait dengan kesehatannya serta efektif dan efisien dalam
memenuhi kebutuhan remaja.
PKPR adalah pelayanan kesehatan pada remaja yang mengakses semua golongan
remaja, dapat diterima, sesuai, komprehensif, efektif dan efisien.
Disini remaja tidak perlu ragu dan khawatir untuk curhat/konseling, mendapatkan
informasi yang benar dan tepat untuk berbagai hal yang perlu diketahui remaja.

II. TUJUAN
 Meningkatkan penyediaan pelayanan kesehatan remaja yang berkualitas.
 Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja dalam pencegahan masalah kesehatan
khusus remaja,
 Meningkatkan keterlibatan remaja dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi pelayanan
kesehatan remaja.
 Menambah wawasan dan teman melalui kegiatan-kegiatan penyuluhan, dialog
interaktif, Focus Group Discussion (FGD), seminar, jambore, dll
 Konseling/curhat masalah kesehatan dan berbagai masalah remaja lainnya (dan
kerahasiaannya dijamin)
 Remaja dapat menjadi peer counselor/kader kesehatan remaja agar dapat ikut membantu
teman yang sedang punya masalah

III. SASARAN
Semua remaja dimana saja berada baik di sekolah atau di luar sekolah seperti karang taruna,
remaja mesjid/gereja/vihara/pura, pondok pesantren, asrama, dan kelompok remaja lainnya.
A. Batasan remaja
Remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi anatara masa kanak – kanak dan
dewasa.. Menurut WHO, remaja adalah anak yang berusia antara 10-19 tahun. Terdiri dari :
1. Masa remaja awal yaitu 10 – 14 tahun.
2. Masa remaja pertengahan yaitu 14 – 17 tahun.
3. Masa remaja akhir yaitu 17 – 19 tahun.
Sedangkan menurut Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI, 2007) remaja
adalah laki-laki dan perempuan yang belum kawin dengan batasan usia meliputi 15-24 tahun.
B. Citra diri seorang remaja
Tiap orang mempunyai pandangan tentang apa, siapa dan bagaimana dirinya sendiri. Ketiga
hal tersebut menyatu sehingga setiap orang memiliki gambaran tentag dirinya sendiri disebut
citra diri.
Pada usia remaja citra diri yang terbentuk selama masa kanak – kanak tidak cocok lagi
dengan masa remaja dikarenakan remaja mengalami perubahan jasmaniah yang cepat dan
mendadak. Citra diri pada masa remaja merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap
sikap dan perilaku remaja.
C. Perkembangan remaja
1. Perkembangan fisik
Pertumbuhan fisik remaja mempunyai 3 ciri khas:
 Adanya dorongan tumbuh yang kuat.
 Adanya pertumbuhan dan perkembangan kelenjar hormon seks
 Meningkatnya fungsi berbagai organ tubuh sehingga menghasilkan kekuatan fisik yang besar.
2. Perkembangan psikososial ( kejiwaan )
a. Perkembangan psikososial remaja awal
 Cemas terhadap penampilan badan atau fisik
 Perubahan hormonal
 Menyatakan kebebasan dan merasa seorang individu, tidak hanya sebagai seorang anggota
keluarga
 Perilaku memberontak dan melawan
 Kawan menjadi lebih penting
 Perasaan memiliki teman sebaya.
b. Perkembangan psikososial remaja pertengahan
 Lebih mampu berkompromi
 Belajar berfikir secara independen dan membuat keputusan sendiri
 Terus menerus bereksperimen untuk mendapatkan citra diri yang dirasakan nyaman
 Merasa perlu mengumpu;kan pengalaman baru, mengujinya walaupun beresiko
 Tidak lagi terfokus pada diri sendiri
 Membangun norma dan mengembangkan moralitas
 Mulai membutuhkan lebih banyak teman
 Mulai membina hubungan dengan lawan jenis
 Intelektual lebih berkembang dan ingin tahu tentang banyak hal
 Berkembang kemampuan intrlrktual khusus
 Mengembangkan minat yang besar dalam bidang seni dan olah raga
 Senang berpetualang dan ingin bepergian sevara mandiri

c. Perkembangan psikososial remaja akhir


 Ideal
 Terlibat dalam kehidupan, pekerjaan dan hubungan diluar keluarga
 Harus belajar untuk mencapai kemandirian dalam bidang finansial dan emosional
 Lebih mampu membuat hubungan yang stabil dengan lawan jenis
 Merasa sebagai orang dewasa yang esetara dengan anggota keluarga lain
 Hampir siap untuk menjadi orang dewasa yang mandiri
D. Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan jiwa remaja
1. Lingkungan keluarga
 Pola asuh keluarga
 Kondisi keluarga
 Pendidikan moral dalam keluarga
Dalam mendidik orang tua harus bersikap konsisten, terbuka, bijaksana, bersahabat, ramah
tegas dan dapat memberi rasa aman.
2. Lingkungan sekolah
 Suasana sekolah
Kedisiplinan, kebiasaan belajar, pengendalian diri
 Bimbingan guru
3. Lingkungan teman sebaya
4. Lingkungan masyarakat
 Sosial budaya
 Media masa

IV. KARAKTERISTIK PKPR


Karakteristik PKPR merujuk WHO ( 2003) memerlukan :
1. Kebijakan yang peduli remaja
Kebijakan peduli remaja bertujuan untuk :
 Memenuhi hak remaja
 Tidak membatasi pelayanan karena kecacatan, etnik, usia dan status
 Memberikan perhatian pada keadilan dan kesetaraan gender.
 Menjamin privasi dan kerahasiaan.
 Mempromosikan kemandirian remaja
 Menjamin biaya yang terjangkau / gratis.
2. Prosedur pelayanan yang peduli remaja
 Pendaptaran dan pengambilan kartu yang mudah dan dijamin kerahasiaanya.
 Waktu tunggu yang pendek
 Dapat berkunjung sewaktu waktu dengan atau tanpa perjanjian.
3. Petugas khusus yang peduli remaja
Petugas yang melayani PKPR di Puskesmas PKPR bisa seorang dokter, bidan atau perawat
yang sudah terlatih. Mereka akan melayani dengan sabar, ramah, siap menampung segala
permasalahan remaja serta siap berdiskusi (memberikan konseling).
Petugas khusus yang peduli remaja harus memenuhi kriteria:
 Mempunyai perhatian dan peduli, baik budi, penuh pengertian, bersahabat, memiliki
kompetensi teknis dalam memberikan pelayanan khusus kepada remaja, mempunyai
ketrampilan komunikasi interpersonal dan konseling.
 Mempunyai motivasi untuk menolong dan bekerjasama dengan remaja.
 Tidak menghakimi, tidak bersikap dan berkomentar tidak menyenangkan atau merendahkan.
 Dapat dipercaya dan dapat menjaga kerahasiaan.
 Mampu dan mau mengorbankan waktu sesuai kebutuhan.
 Dapat/mudah ditemui pada kunjungan ulang.
 Menunjukkan sikap menghargai kepada semua remaja dan tidak membeda-bedakan.
 Mau memberikan informasi dan dukungan yang cukup hingga remaja dapat memutuskan
pilihan yang tepat untuk mengatasi maalahnya atau memenuhi kebutuhannya.
4. Petugas pendukung yang peduli remaja
 Menunjukan sikap menghargai dan tidak membedakan.
 Mempunyai kompetensi sesuai dengan bidangnya.
 Mempunyai motivasi untuk menolong dan memberikan dukungan pada remaja.
5. Fasilitas kesehatan yang peduli remaja
 Lingkungan yang aman berarti bebas dari ancaman dan tekanan sehingga menimbulkan rasa
tenang dan remaja tidak segan berkunjung kembali.
 Lokasi pelayanan yang nyaman dan mudah dicapai.
 Fasilitas yang baik menjamin privasi dan kerahasiaan.
 Jam kerja yang nyaman menyesuaikan dengan waktu luang remaja
 Tidak ada stigma misalnya kedatangan remaja ke puskesmas semula dianggap pasti memiliki
masalah seksual atau penyalahgunaan NAPZA.
6. Partisifasi atau keterlibatan keluarga
 Remaja mendapat informasi yang jelas tentang adanya pelayanan, cara mendapatkan
pelayanan, kemudia memanfaatkan dan mendukung pelaksanaannya.
 Remaja perlu dilibatkan secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi pelayanan.
7. Keterlibatan masyarakat
Perlu dilakukan dialog dengan masyarakat tentang PKPR sehingga masyarakat :
 Mengetahui keberadaan PKPR dan menghargai nilainya.
 Mendukung kegiatannya dan membantu meningkatkan mutumpelayanannya.
8. Berbasis masyarakat, menjangkau ke luar gedung,serta mengupayakan pelayanan sebaya.
 Pelayanan sebaya adalah KIE untuk konseling remaja dan rujukannya oleh teman sebayanya
yang terlatih menjadi pendidik sebaya ( peer aducator ) dan konselor sebaya ( peer counselor
)
9. Pelayanan harus sesuai dan komprehensif
 Meliputi kebutuhan tumbuh kembang, dan kesehatan fisik , psikologis dan social.
 Menyediakan paket komprehensif dan rujukan ke pelayanan terkait remaja lainya.
 Menyederhanakan proses pelayanan dan menghilangkan prosedur yang tidak penting.
10. Pelayanan yang efektif
 Dipandu oleh pedoman dan prosedur tetap penatalaksanaan yang sudah teruji.
 Memiliki sarana dan prasarana yang cukup untuk melaksanakan pelayanan.
 Mempunyai system jaminan mutu untuk pelayanannya.
11. Pelayanan yang efisien
 Mempunyai system informasi manajemen termasuk informasi tentang biaya dan mempunyai
system agar informasi itu dapat dimanfaatkan.

V. STRATEGI PELAKSANAAN DAN PENGEMBANGAN PKPR


1. Penggalangan kemitraan dengan membangun kerjasama atau jejaring kerja.
Penggalangan kemitraan didahului dengan advokasi kebijakan public sehingga PKPR di
puskesmas dapat pula di promosikan oleh pihak lain, selanjutnya dikenal dan di dukung oleh
masyarakat.
2. Pemenuhan sarana dan prasarana dilaksanakan secara bertahap.
3. Penyertaan remaja secara aktif
Dengan di keterlibatan remaja informasi pelayanan dapat cepat meluas.
4. Penentuan biaya pelayanan serendah mungkin bahkan kalau mungkin gratis.
5. Dilaksanakannya kegiatan minimal.
Pemberian KIE, pelaksanaan konseling serta pelayanan klinis medis termasuk laboratorium
dan rujukan, dilaksanakan sejak awal dan bersamaan.
6. Ketepatan penentuan prioritas sasaran.
Sasaran ini misalnya remaja sekolah, remaja jalanan, karang taruna, buruh pabrik, PSK
remaja dan sebagainya.
7. Ketepatan pengembangan jenis kegiatan
Perluasan kegiatan PKPR ditentukan sesuai dengan masalah dan kebutuhan setempat serta
sesuai dengan kemampuan puskesmas.
8. Pelembagaan monitoring dan evaluasi internal.
Monitoring dan evaluasi secara periodic yang dilakukan oleh tim jaminan mutu puskesmas
merupakan bagian dari upaya peningkatan akses dan kualitas PKPR.

VI. LANGKAH – LANGKAH PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN PKPR


1. Identifikasi masalah
a. Gambaran remaja di wilayah kerja
 Jumlah remaja, pendidikan , pekerjaan
 Perilaku beresiko: seks pranikah, rokok, tawuran dan kekerasan
 Masalah kesehatan: kehamilan remaja, gizi, HIV / AIDS, penyalahgunaan NAPZA.
b. Identifikasi pandangan remaja tentang sikap dan tata nilai berhubungan dengan prilaku
beresiko, masalah kesehatan yang ingin diketahui dan pelayanan yang dikehendaki.
c. Jenis upaya kesehatan remaja yang ada
d. Identifikasi kebuttuhan sarana dan prasarana termasuk buku – buku pedoman.
Metode kajian dengan mengambil data sekunder dari berbagai sumber, pemerintah dan
swasta, dan wawancara dengan sasaran langsung atau tidak langsung ( orang tua, guru,
pengurus asrama, dll ).
2. Advokasi kebijakan public
Kebijakan public adalah pernyataan kebijakan dari penguasa dengan tujuan mengarahkan dan
mengendalikan institusi, masyarakat atau individu. Dengan advokasi diharapkan mendapat
dukungan sehingga dapat mempercepat keberhasilan pembentukan dan pelaksanaan PKPR.
Contoh :
 Dukungan pemerintah daerah dan pengadaan dana untuk pelaksanaan PKPR antara lain
pengadaan poster, pengadaan ruang konseling, biaya rujuakan, kegiatan dirumah singgah dan
lain – lain.
 Penggalian potensi masyarakat dan pendanaan
 Pembentukan jejaring khusus melalui peran politis unttuk memperkuat system rujukan berupa :
 Rujukan social antara lain penyaluran pelatihan keterampilan remaja pasca rehabilitasi
NAPZA atau mempersiapkan remaja pra nikah.
 Rujukan medis bagi remaja yang membutuhkan
 Rujukan pranata hokum diperlukan untuk kasus tindakan kekerasan.
3. Persiapan pelaksanaan PKPR di puskesmas
 Sosialisasi internal
 Penunjukan petugas
 Pembentukan tim
Timterdiri dari dokter, para medis ( bidan dan perawat ), petugas UKS, petugas penyuluhan,
petugas gizi dan petugas lain yang dibutuhkan.
 Pelatihan formal petugas PKPR
 Penentuan jenis kegiatan, pelayanan, serta sasaran
Selain kegiatan KIE, konseling dan pelayanan klinis medis dapat pula dilakukan perluasan
kegiatan seperti :
 Penyediaan pelayanan hot line di puskesmas
 Penanganan anak jalanan di wilayah puskesmas
 Revitalisasi pembinaan dan pelaksanaan UKS di sekolah lanjutan
 Pemenuhan sarana dan prasarana
Pemenuhan sarana dan prasarana selain memberikan kenyamanan, menjaga privasi, serta
menjamin kerahasiaan juga memudahkan untuk pemberi layanan.
 Penentuan prosedur pelayanan
Penentuan biaya layanan, jam buka, penentuan desain, proses pemberian dan penyimpanan
kartu, register dan catatan ( status ) medis / konseling, penentuan alur pelayanan.
4. Sosialisasi eksternal
Dapat dilakukan dalam setiap kesempatan dan waktu baik forum resmi maupun tidak resmi,
ditempat remaja berada, melalui leaflet, selebara, atau ceramah.. Perlibatan pers dapat
mempercepat sosialosasi.
5. Pelaksanaan PKPR
Pelaksanaan PKPR penting segera dilaksanakan meskipun sarana dan prasarana belum
lengkap.

VII. ALUR DAN LANGKAH PELAKSANAAN PKPR


Klien datang ( kiriman atau sendiri ) daftar melalui loket langsung diregister di rung
konseling.
anamnesa
 Identitas
 Apa yang sudah diketahui
 Tentang KRR
Perubahan fisik dan fsikis, masalah yang mungkin timbul dan cara menghadapinya.
 Tentang prilaku hidup sehat pada remaja
Pemeliharaan kesehatan( gizi, personal hygiene), hal – hal yang perlu dihindari ( napza, seks
bebas ), pergaulan sehat antara laki – laki dan perempuan.
 Tentang persiapan berkeluarga
Kehamilan, KB, HIV / AIDS
Pemeriksaan fisik
 Tanda tanda anemi, KEK
 Tanda – tanda kekerasan terhadap perempuan.
Pelayanan konseling
Bila tidak perlu pelayanan medis klien dipulangkan , konseling lanjutan bila perlu.
Bila perlu pelayanan medis:
 Pemeriksaan infeksi saluran reproduksi
 Kehamilan, perkosaan
 Pasca keguguran, kontrasepsi
 konseling lanjutan bila perlu

VIII. JENIS KEGIATAN DALAM PKPR


1. Pemberian informasi dan edukasi
 Dilaksanakan di dalam gedung atau di luar gedung secara perorangan atau kelompok
 Dilaksanakan oleh guru, pendidik sebaya yang terlatih mengunakan materi dari puskesmas
 Menggunakan metode ceramah Tanya jawab, FGS ( focus group discussion ), diskusi interaktif
yang dilengkapi dengan alat bantu media cetak atau elektronik.
 Menggunakan bahasa yang sesuai denga sasaran dan mudah di mengerti.
2. Pelayanan klinis medis termasuk pemeriksaan penunjang dan rujukan
3. Konseling
a. Pengertian
 Konseling adalah Suatu hubungan saling membantu antara dua orang: konselor dan klien
(dalam situasi saling tatap muka) memutuskan bekerja sama dalam upaya membantu klien
menolong dirinya sendiri untuk;
- Menyelesaikan masalah2 tertentu dalam hidupnya
- Lebih dapat mengerti dirinya
- Lebih dapat menyesuaikan dirinya
 Konseling adalah suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan seseorang kepada orang lain
dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan perasaan yang terlibat didalamnya dengan
didasari saling menghormati dan saling menghargai.
b. Ciri – ciri konseling
 Interaksi dinamis yang bersifat langsung dan timbal balik
 Menghargai kemampuan dan potensi yang ada pada klien
 Berorientasi pada pemecahan masalah, mendorong perubahan prilaku dan pemenuhan
kebutuhan klien
 Bersifat pribadi namun profesional
c. Tujuan konseling
 Memberikan keterampilan, pengetahuan dan jangkauan kepada berbagai sumber daya
 Membantu klien menanggapi masalah2 dalam kehidupan klien
d. Proses konseling
 Sebaiknya jangan hanya diberikan sekali, sebenarnya merupakan proses jangka panjang
 Konseling dapat diberikan secara individual,maupun kelompok
 Memakai pendekatan humanistik, yaitu individu mempunyai kebebasan untuk memilih /
menentukan yang dianggapnya terbaik bagi dirinya sendiri
e. 6 langkah kunci konseling
1. Great ( berikan salam )
2. Ask ( tanyakan )
3. Tell ( berikan informasi )
4. Help ( bantu )
5. Explaining ( jelaskan )
6. Return ( kunjungan )
f. Sifat – sifat yang diperlukan dari konselor
1. Menerima
2. Terbuka
3. Memiliki minat dan kesanggupan untuk membantu orang lain
4. Sabar dan adil, emosi stabil, tenang dan simpatik
5. Supel, ramah, menyenangkan , perhatian terhadap orang lain
6. Memiliki keberanian menghadapi masalah
7. Memahami batas – batas lkemampuan yang ada pada dirinya
8. Mampu mengenal dan memahami klien

4. Pendidikan keterampilan hidup sehat ( PKHS )


PKHS merupakan kemampuan psikologis seseorang untuk memenuhi kebutuhan dan
mengatasi masalah dalam kehidupan sehari – hari secara efektif.
PKHS dapat diberikan secara berkelompok dimana saja disekolah, puskesmas, rumah
singgah, sanggar, dll.
Kompetensi psikososial ( PKHS ) memiliki 10 aspek yaitu :
a. Pengambilan keputusan
b. Pemecahan masalah
c. Berfikir kreatif
d. Berfikir kritis
e. Komunikasi efektif
f. Hubungan interpersonal
g. Kesadaran diri
h. Empati
i. Mengendalikan emosi
j. Mengatasi stress
PKHS dapat dilaksanakan dalam bentuk bermain peran, drama, diskusi, dll.

5. Pelatihan pendidik dan konselor sebaya


Keuntungan melatih remaja menjadi kader kesehatan remaja ( pendidik sebaya ) yaitu
pendidik sebaya akan berperan sebagai agen perubah sebayanya untuk berprilaku sehat,
sebagai agen promotor keberadaan PKPR, dan sebagai kelompok yang siap membantu dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi PKPR. Pendidik sebaya dapat diberikan pelatihan
tambahan untuk memperdalam keterampilan interpersonal relationship dan konseling
sehingga dapat berperan sebagai konselor remaja.

6. Pelayanan rujukan
Rujukan kasus ke pelayanan medis yang lebih tinggi, rujukan social, dan rujukan pranatta
hukum.
IX. MONITORING DAN EVALUASI
Melalui monitoring petugas akan dibantu menemukan masalah secara dini sehingga koreksi
yang akan dilakukan tidak akan memerlukan waktu yang banyak dan mempercepat
tercapainya PKPR yang berkualitas. Tahapan melakukan monitoring adalah :
1) Memutuskan informasi apa yang akan dikumpulkan
2) Mengumpulkan data dan menganalisanya
3) Memberikan umpan balik hasil monitoring.
Standar dan indicator terpilih yang diperlukan untuk mengevaluasi kualitas dan akses PKPR:
1) Kualitas
 Kompetensi petugas
 Sarana institusi
 Kepuasan klien
 Kelengkapan jaringan pelyanan rujukan
2) Akses
 Jumlah pelaksanaan KIE dan konseling kasus lama dan kasus baru, jumlah kunjungan klien,
didalam gedung dan di luar gedung.
 Prakuensi petugas puskesmas berperan sebagai narasumber atau fasilitator kegiatan remaja.
 Jumlah kader ( pendidik / konselor ) sebaya yang dilatih puskesmas
 Jumlah rujukan masuk dari masyarakat

BAB III
PENUTUP
Sejak tahun 2003, model pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau
remaja, menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja,
menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta efektif dan
efisien dalam memenuhi kebutuhan dan selera remaja, diperkenalkan dengan sebutan
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR).
PKPR dilaksanakan di dalam gedung atau di luar gedung Puskesmas, termasuk
Poskestren, menjangkau kelompok remaja sekolah dan kelompok luar sekolah, seperti
kelompok anak jalanan, karang taruna, remaja mesjid atau gereja, dan lain-lain, dilaksanakan
oleh petugas puskesmas atau petugas lain di institusi atau masyarakat.
Jenis kegiatan PKPR meliputi penyuluhan, pelayanan klinis medis termasuk
pemeriksaan penunjang, konseling, pendidikan keterampilan hidup sehat (PKHS), peltihan
pendidik sebaya (yang diberi pelatihan menjadi kader kesehatan remaja) dan konselor sebaya
(pendidik sebaya yang diberi tambahan pelatihan interpersonal relationship dan konseling),
serta pelayanan rujukan.
DAFTAR PUSTAKA

Tim pembina UKS Propinsi Jawa Barat, 2007, Pedoman pelaksanaan UKS untuk guru di jawa
barat.
Anthony Yeo, konseling suatu pendekatan pemecahan masalah, 1995
Depkes RI, direktorat kesga, materi pelatihan pelayanan kesehatan peduli remaja, 2003
Depkes RI dan Kesejahteraan Sosial, Direktorat Promosi Kesehatan, Konseling kesehatan dalam
pemberdayaan keluarga Panduaan pelatihan konseling bagi petugas kota / kabupaten, 2001
Humris W. Edith, Sp Kj, RSCM, Konseling Kesehatan remaja, 2004

Anda mungkin juga menyukai