Anda di halaman 1dari 2

http://www.ichrc.

org/452-difteri

4.5.2 Difteri
Difteri adalah infeksi bakteri yang dapat dicegah dengan imunisasi. Infeksi saluran
respiratorik atas atau nasofaring menyebabkan selaput berwarna keabuan dan bila
mengenai laring atau trakea dapat menyebabkan ngorok (stridor) dan penyumbatan.
Sekret hidung berwarna kemerahan. Toksin difteri menyebabkan paralisis otot dan
miokarditis, yang berhubungan dengan tingginya angka kematian.
Diagnosis

Secara hati-hati periksa hidung dan tenggorokan anak, terlihat warna keabuan
pada selaputnya, yang sulit dilepaskan. Kehati-hatian diperlukan untuk pemeriksaan
tenggorokan karena dapat mencetuskan obstruksi total saluran napas.
Pada anak dengan difteri faring, terlihat jelas bengkak pada leher (bull neck).
Tatalaksana
Antitoksin

 Berikan 40 000 unit ADS IM atau IV sesegera mungkin, karena jika terlambat
akan meningkatkan mortalitas.

Antibiotik

 Pada pasien tersangka difteri harus diberi penisilin prokain dengan dosis 50 000
unit/kgBB secara IM setiap hari selama 7 hari.

Karena terdapat risiko alergi terhadap serum kuda dalam ADS maka perlu dilakukan tes
kulit untuk mendeteksi reaksi hipersensitivitas dan harus tersedia pengobatan terhadap
reaksi anafilaksis.
Oksigen

 Hindari memberikan oksigen kecuali jika terjadi obstruksi saluran respiratorik.

Tanda tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang berat dan gelisah merupakan
indikasi dilakukan trakeostomi (atau intubasi) daripada pemberian oksigen.
Penggunaan nasal prongs atau kateter hidung atau kateter nasofaring dapat membuat
anak tidak nyaman dan mencetuskan obstruksi saluran respiratorik.

 Walaupun demikian, oksigen harus diberikan, jika mulai terjadi obstruksi saluran
respiratorik dan perlu dipertimbangkan tindakan trakeostomi.

Trakeostomi/Intubasi

Trakeostomi hanya boleh dilakukan oleh ahli yang berpengalaman, jika terjadi
tanda obstruksi jalan napas disertai gelisah, harus

 dilakukan trakeostomi sesegera mungkin. Orotrakeal intubasi oratrakeal


merupakan alternatif lain, tetapi bisa menyebabkan

terlepasnya membran, sehingga akan gagal untuk mengurangi obstruksi.


Perawatan penunjang
 Jika anak demam (≥ 39º C) yang tampaknya menyebabkan distres, beri
parasetamol.
 Bujuk anak untuk makan dan minum. Jika sulit menelan, beri makanan melalui
pipa nasogastrik.

Hindari pemeriksaan yang tidak perlu dan gangguan lain pada anak.
Pemantauan
Kondisi pasien, terutama status respiratorik, harus diperiksa oleh perawat sedikitnya 3
jam sekali dan oleh dokter 2 kali sehari. Pasien harus ditempatkan dekat dengan
perawat, sehingga jika terjadi obstruksi jalan napas dapat dideteksi sesegera mungkin.
Komplikasi
Miokarditis dan paralisis otot dapat terjadi 2-7 minggu setelah awitan penyakit.

 Tanda miokarditis meliputi nadi tidak teratur, lemah dan terdapat gagal jantung.
Cari di buku standar pediatrik untuk rincian diagnosis dan pengelolaan
miokarditis.

Tindakan kesehatan masyarakat

 Rawat anak di ruangan isolasi dengan perawat yang telah diimunisasi terhadap
difteri.
 Lakukan imunisasi pada anak serumah sesuai riwayat imunisasi.
 Berikan eritromisin pada kontak serumah sebagai tindakan pencegahan.
 Lakukan biakan usap tenggorok pada keluarga serumah.

Anda mungkin juga menyukai