Anda di halaman 1dari 50

REFERAT ILMU KEDOKTERAN FORENSIK

TRANSFUSI DARAH DITINJAU DARI ASPEK MEDIS, LEGAL,


DAN ETIKA

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Dalam Menempuh Program Pendidikan
Profesi Dokter
Disusun Oleh :
M. Agung santara 03009139 FK Trisakti
Vania Valentina 03009262 FK Trisakti
Satria Pinandita 03009226 FK Trisakti
Yohanes Satrya 03009275 FK Trisakti
Putri Melati 03005172 FK Trisakti
Deni Andre Atmadinata H2A008010 FK Unimus

Dosen Penguji : dr. Gatot Suharto SH, MKes, Sp.F


Residen Pembimbing : dr. Bianti H.Machroes

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK


DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
RSUP. DR. KARIADI SEMARANG
Periode 4 November 2013 30 November 2013

1
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing, referat dari :


Nama / NIM :
M. Agung santara 03009139 FK Trisakti
Vania Valentina 03009262 FK Trisakti
Satria Pinandita 03009226 FK Trisakti
Yohanes Satrya 03009275 FK Trisakti
Putri Melati 03005172 FK Trisakti
Deni Andre Atmadinata H2A008010 FK Unimus
Fakultas : Kedokteran Umum
Universitas : Universitas Trisakti dan Universitas Muhamadiyah Semarang
Bagian : Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Judul : Transfusi Darah Ditinjau Dari Aspek Medis, Legal, Dan Etika
Dosen Pembimbing : dr. Gatot Suharto SH, MKes, Sp.F
Residen Pembimbing : dr. Bianti H.Machroes
Diajukan guna melengkapi tugas Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.

Semarang, 25 November 2013

Residen Pembimbing Dosen Penguji

dr. Bianti H.Machroes dr. Gatot Suharto SH, MKes. Sp.F

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah YME, karena rahmat-Nya kami
dapat menyusun dan menyelesaikan referat kami tentang Transfusi Darah Ditinjau
Dari Aspek Medis, Legal dan Etika.
Penulisan referat kami ini adalah merupakan salah satu tugas dan
persyaratan untuk menyelesaikan tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Forensik dan
Medikolegal Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi Semarang.
Kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun
materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki pada kami. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan
referat kami tentang Transfusi Darah Ditinjau Dari Aspek Medis, Legal dan Etika.
Dalam penyusunan referat ini, kami tidak lupa mengucapkan banyak terima
kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas referat
kami tentang Transfusi Darah Ditinjau Dari Aspek Medis, Legal dan Etika
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan referat ini. Dan tidak lupa juga kami
ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing kami yang telah membimbing kami
dr. Gatot Suharto SH, MKes, Sp.F dan residen pembimbing kami dr. Bianti
H.Machroes. Kami berharap semoga referat kami ini dapat bermanfaat bagi kami
sendiri maupun kepada pembaca umumnya.

Semarang, 25 November 2013

Penyusun

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................


LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... i
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1
A. Latar belakang ...................................................................................................1
B. Rumusan masalah ...............................................................................................2
C. Tujuan ..................................................................................................................2
D. Manfaat ................................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................3
A. Aspek Medis Transfusi Darah ...........................................................................3
A.1 Definisi ............................................................................................................3
A.2 Fisiologis Darah ..............................................................................................3
A.3 Indikasi Komponen Transfusi Darah ..........................................................12
A.4 Tehnik Transfusi ............................................................................................16
A.5 Komplikasi ......................................................................................................19
B. Aspek Legal ..........................................................................................................2
C. Transfusi darah dilihat dari aspek Etika ..........................................................3
BAB III PENUTUP ..................................................................................................3
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................4
3.2 Saran ..................................................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Transfusi darah secara universal dibutuhkan untuk menangani pasien dengan
anemia berat, kelainan darah bawaan, cedera parah, hendak menjalankan tindakan
bedah operatif dan penyakit liver ataupun penyakit lainnya yang mengakibatkan
tubuh pasien tidak dapat memproduksi darah atau komponen darah sebagaimana
mestinya. Pada negara berkembang, transfusi darah juga diperlukan untuk
menangani kegawatdaruratan melahirkan dan anak-anak malnutrisi yang berujung
pada anemia berat. Tanpa darah yang cukup, seseorang dapat mengalami
gangguan kesehatan bahkan kematian. Oleh karena itu, tranfusi darah yang
diberikan kepada pasien yang membutuhkannya sangat diperlukan untuk
menyelamatkan jiwa. Angka kematian akibat dari tidak tersedianya cadangan
tranfusi darah pada negara berkembang relatif tinggi. Hal tersebut dikarenakan
ketidakseimbangan perbandingan ketersediaan darah dengan kebutuhan rasional.
Transfusi darah adalah tindakan memasukkan darah atau komponennya ke
dalam sistem pembuluh darah seseorang. Komponen darah yang biasa
ditransfusikan ke dalam tubuh seseorang adalah sel darah merah, trombosit,
plasma, sel darah putih. Transfusi darah bertujuan menggantikan atau menambah
komponen darah yang hilang atau terdapat dalam jumlah yang tidak mencukupi.
Tentu saja transfusi darah hanya merupakan pengobatan simptomatik karena darah
atau komponen darah yang ditransfusikan hanya dapat mengisi kebutuhan tubuh
tersebut untuk jangka waktu tertentu tergantung pada umur fisiologi komponen
yang ditransfusikan; walaupun umur eritrosit adalah 120 hari namun bila
ditransfusikan pada orang lain maka kemampuan transfusi tadi mempertahankan
kadar hemoglobin dalam tubuh resipien hanya rata-rata satu bulan. Tindakan
transfusi darah atau komponennya bukanlah tindakan tanpa risiko; sebaliknya
tindakan ini merupakan tindakan yang mengandung risiko yang dapat berakibat
fatal. Komplikasi yang dapat timbul akibat transfusi darah atau komponennya,
dapat dibagi dalam 3 kelompok yaitu 1) reaksi imunologis, 2) reaksi non
imunologis, 3) penularan penyakit.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana transfusi darah dilihat dari aspek medis?
2. Bagaimana transfusi darah dilihat dari aspek legal?
3. Bagaimana transfusi darah dilihat dari aspek etika?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui transfusi darah dilihat dari aspek medis, aspek legal dan
aspek etika.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami tentang aspek medis transfusi darah
b. Mengetahui dan memahami tentang aspek legal transfusi darah
c. Mengetahui dan memahami tentang aspek etika transfusi darah
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Meningkatkan kemampuan dalam penyusunan suatu makalah dari
beberapa sumber dan teknik penulisan
b. Melatih kerjasama tim dalam penyusunan suatu makalah
c. Menambah pengetahuan mengenai aspek medis, legal dan etika pada
transfusi darah
2. Bagi Instansi Terkait
a. Menambah bahan referensi bagi dokter dalam memahami aspek medis,
legal dan etika pada transfusi darah di Indonesia
b. Menambah pengetahuan bagi dokter tentang aspek medis, legal dan etika
pada transfusi darah di Indonesia
3. Bagi Pemerintah
Sebagai dasar pertimbangan untuk menegakkan hukum dan keadilan dalam
aspek medis, legal dan etika pada transfusi darah di Indonesia
4. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi dan pengetahuan bagi masyarakat tentang aspek
medis, legal dan etika pada transfusi darah di Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ASPEK MEDIS TRANSFUSI DARAH
1. Definisi 1
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali
tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen
yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil
metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri.
Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau
hemato- yang berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti darah. Darah
manusia adalah cairan jaringan tubuh.
Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk-produk
berbasis darah dari satu orang ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi
darah berhubungan dengan kondisi media seperti kehilangan darah dalam
jumlah besar disebabkan oleh trauma, operasi, syok, dan tidak berfungsinya
organ pembentuk sel darah merah.
2. Fisiologis Darah 1
Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh
sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi,
mengangkut zat-zat sisa metabolisme, obat-obatan dan bahan kimia asing ke
hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang sebagai urin. Darah juga
mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan
mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem
endokrin juga diedarkan melalui darah.
Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah
mengalir dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah
dipompa oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme
berupa karbon dioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh arteri
pulmonalis, lalu dibawa kembali ke jantung melalui vena pulmonalis. Setelah
itu darah dikirimkan ke seluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah aorta.
Darah mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh melalui saluran halus darah
yang disebut pembuluh kapiler. Darah kemudian kembali ke jantung melalui
pembuluh darah vena cava superior dan vena cava inferior.
Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk
45% bagian dari darah. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang
membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah. Plasma darah
tersusun atas 90% air yang mengandung sari makanan, protein, hormon, dan
endapan kotoran selain sel-sel darah.
Ada tiga jenis sel darah, yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah
putih (leukosit), dan keping darah (trombosit).Sel darah merah dan sel darah
putih disebut juga korpuskel.2
a. Komponen Darah 3 :
1) Sel Darah Merah
Sel darah merah berbentuk piringan pipih yang menyerupai
donat. 45% darah tersusun atas sel darah merah yang dihasilkan di
sum-sum tulang. Ukuran sel darah merah antara 7.2 sampai 7.9 m.
Dalam setiap 1 cm kubik darah terdapat 5,5 juta sel. Jumlah sel darah
merah yang diproduksi setiap hari mencapai 200.000 biliun, rata-rata
umurnya hanya 120 hari. Semakin tua semakin rapuh, kehilangan
bentuk, dan ukurannya menyusut menjadi sepertiga ukuran mula-mula.
Sel darah merah mengandung hemoglobin yang kaya akan zat
besi. Warnanya yang merah cerah disebabkan oleh oksigen yang
diserap dari paru-paru. Pada saat darah mengalir ke seluruh tubuh,
hemoglobin melepaskan oksigen ke sel dan mengikat karbon dioksida.
Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4
subunit protein), yang terdiri dari masing-masing dua subunit alfa dan
beta yang terikat secara nonkovalen. Subunit-subunitnya mirip secara
struktural dan berukuran hampir sama. Tiap subunit memiliki berat
molekul kurang lebih 16,000 Dalton, sehingga berat molekul total
tetramernya menjadi sekitar 64,000 Dalton. Tiap subunit hemoglobin
mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan hemoglobin
memiliki kapasitas empat molekul oksigen.
Sel darah merah yang tua akhirnya akan pecah menjadi
partikel-partikel kecil di dalam hati dan limpa. Sebagian besar sel yang
tua dihancurkan oleh limpa dan yang lolos dihancurkan oleh hati. Hati
menyimpan kandungan zat besi dari hemoglobin yang kemudian
diangkut oleh darah ke sumsum tulang untuk membentuk sel darah
merah yang baru. Eritrosit dalam tubuh manusia menyimpan sekitar
2.5 gram besi, mewakili sekitar 65% kandungan besi di dalam tubuh
manusia. Proses dimana eritrosit diproduksi dinamakan eritropoiesis.
Secara terus-menerus, eritrosit diproduksi di sumsum tulang merah,
dengan laju produksi sekitar 2 juta eritrosit per detik (Pada embrio, hati
berperan sebagai pusat produksi eritrosit utama). Produksi dapat
distimulasi oleh hormon eritropoietin (EPO) yang disintesa oleh ginjal.
Hormon ini sering digunakan dalam aktivitas olahraga sebagai doping.
Saat sebelum dan sesudah meninggalkan sumsum tulang belakang, sel
yang berkembang ini dinamai retikulosit dan jumlahnya sekitar 1%
dari seluruh darah yang beredar.
2) Sel Darah Putih 4
Tidak seperti sel darah merah, sel darah putih memiliki inti
(nukleus). Sebagian besar sel darah putih bisa bergerak di dalam aliran
darah, membuatnya dapat melaksanakan tugas sebagai sistem
ketahanan tubuh. Sel darah putih dibagi menjadi :
1. Granulosit yang terdiri dari neutrofil, eosinofil dan
basofil.Agranulosit yang terdiri dari monosit dan limfosit.
2. Sel darah putih adalah bagian dari sistem ketahanan tubuh
yang terpenting.
Sel darah putih yang terbanyak adalah neutrofil ( 60%).
Tugasnya adalah memerangi bakteri pembawa penyakit yang
memasuki tubuh. Mula-mula bakteri dikepung, lalu butir-butir di
dalam sel segera melepaskan zat kimia untuk menghancurkan dan
mencegah bakteri berkembang biak. Dalam sirkulasi, sel darah putih
memiliki ciri sebagai berikut :
1. Gerak amoeboid
2. Dapat bermigrasi keluar dari pembuluh darah
3. Dipengaruhi oleh stimulus kimia spesifik (positif kemotaksis)
4. Neutrophils, eosinophils, dan monocytes memiliki peran
fagositosis
Sel darah putih mengandung 5% eosinofil. Sel ini memiliki
daya fagosit yang lemah dalam mencegah infeksi dalam tubuh. Jumlah
sel ini akan meningkat pada keadaan :
Infeksi parasit / cacing
Reaksi alergi dimana dapat menimbulkan manifestasi seperti
biduran / urtikaria, dermatitis allergic, atau asthma bronchiale.
Fungsinya adalah memerangi bakteri, mengatur pelepasan zat
kimia saat pertempuran, dan membuang sisa-sisa sel yang rusak.
Basofil, yang menyusun 1% sel darah putih, melepaskan zat
untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah di dalam
pembuluhnya. Sel ini mengandung heparin, bradikinin, histamine,
serotonin, enzim lisosim, yang dapat dikeluarkan bila terjadi reaksi
inflamasi. Jumlah sel ini akan meningkat pada fase penyembuhan
radang, atau pada radang kronis.20 sampai 30% kandungan sel darah
putih adalah limfosit. Tugasnya adalah menghasilkan antibodi, suatu
protein yang membantu tubuh memerangi penyakit. Sel ini memiliki 2
tipe, yaitu:
Limfosit B
Mengalami pematangan di Bursa Fabrisius / Sumsum tulang.
Sel ini berperan penting dalam pertahanan tubuh tipe humoral.
Nantinya sel ini akan berubah menjadi sel plasma yang dapat
memproduksi antibody yang spesifik.
Limfosit T
Mengalami pematangan di Thymus. Sel ini berperan penting
dalam mekanisme cell-mediated immunity yang bertanggung
jawab dalam pertahanan tubuh tipe lambat.
Monosit bertugas mengepung bakteri.
Kira-kira ada 5 sampai 10% di dalam sel darah putih. Sel ini
datang paling lambat dalam menanggapi reaksi kemotaksis
menuju tempat infeksi. Migrasi sel ini ke jaringan akan dikenal
sebagai makrofag yang bertugas membunuh dan menfagosit
mikroba. Banyak ditemukan pada pintu masuk tubuh misalnya :
mulut (tonsil), kulit (histiosit), usus, alveoli, otak (mikroglia) dan
hepar (sel kuffer)5.
Sistem Differential Count:

Berapa % dalam 100 sel darah putih

Eo / Ba / St / Sgm / Ly / Mo
1-2 0 -1 3-5 54-62 25-33 3-7
Shift to the left Shift to the right
Infeksi AKUT Infeksi KRONIS

3) Platelet
Platelet disebut juga trombosit. Sel ini berada dalam sirkulasi
kurang lebih 9-12 hari. Jumlahnya kurang lebih 350.000/l, dengan
sepertiganya berada di limpa. Fungsi dari trombosit ini ialah :
a. Transport zat-zat kimia penting dalam proses pembekuan darah.
b. Perlindungan sementara dari kebocoran pembuluh darah
c. Kontraksi aktif setelah terbentuknya bekuan darah

b. Pembentukan sel-sel darah 4


Sel-sel darah di atas mengalami proses pembentukan yang berbeda
beda, meskipun berasal dari satu jenis sel pluripoten yang sama. Sel darah
merah, sel darah putih dan trombosit dibuat di dalam sumsum tulang.selain
itu, limfosit juga dibuat di dalam kelenjar getah bening dan limpa; dan
limfosit T dibuat dan matang dalam thymus (sebuah kelenjar kecil di dekat
jantung). Kelenjar thymus hanya aktif pada anak-anak dan dewasa muda. Di
dalam sumsum tulang, semua sel darah berasal dari satu jenis sel yang disebut
sel stem. Jika sebuah sel stem membelah, yang pertama kali terbentuk adalah
sel darah merah yang belum matang (imatur), sel darah putih atau sel yang
membentuk trombosit (megakariosit). Tempat pembentukan darah berbeda-
beda sesuai perkembangan usianya. Pada janin yang masih berumur 3 minggu,
darah dibentuk di bagian yang disebut yolksac, kemudian berpindah ke hepar,
lien, dan sumsum tulang sampai janin tersebut lahir. Pada bayi yang masih
berumur kurang dari 5 tahun, darah dibentuk di tulang rangka, kemudian
setelah dewasa berpindah ke tulang belakang, iga dan bagian proksimal tulang
panjang. Proses pembentukan darah dimulai oleh sel pluripotensial, sel ini
kemudian membelah menjadi 3 sel, dimana sel pertama akan berkembang
menjadi sel induk pluripotensial, sel kedua berkembang menjadi sel limfosit,
sedangkan sel yang ketiga membelah lagi, ada yang menjadi sel eritrosit,
trombosil, neutrofil, monosit, eusinofil, dan basofil. Banyak faktor yang
mempengaruhi pembentukan sel-sel darah, seperti zat besi, vitamin B, asam
folat, dll
c. Golongan darah
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena
adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel
darah merah. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah
penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal
sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang
dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat
menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis,
gagal ginjal, syok, dan kematian. Golongan darah manusia ditentukan
berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya,
sebagai berikut:
Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan
antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi
terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan
golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan
golongan darah A-negatif atau O-negatif.
Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan
sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam
serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya
dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau
O-negatif
Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan
antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A
maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat
menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan
disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-
positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi
memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan
golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang
dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal.
Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima
darah dari sesama O-negatif.

Penggolongan darah Rhesus ditemukan oleh Karl Landsteiner dan


Alexander Wiener pada tahun 1940. Golongan darah ini mungkin
merupakan yang paling kompleks karena melibatkan 45 antigen yang
berbeda pada permukaan eritrosit yang dikontrol oleh dua gen pada
kromosom 1. Dari sejumlah antigen tersebut, terdapat 5 antigen mayor
yang menjadi determinan fenotipe, yaitu D, E/e, dan C/c. Gen-gen ini
selalu ada dalam bentuk bertiga dalam berbagai kombinasi dengan satu
set diperoleh dari orang tua. Tetapi antigen D adalah yang paling kuat
menimbulkan alloantigen dan bersifat dominan. Ekspresinya gen
tersebut terdapat pada sel eritroid dan megakariosit awal. Bila individu
yang memiliki antigen D dalam genotipe heterozigot maka individu
tersebut memiliki fenotipe Rhesus positif dan yang tidak memiliki
antigen tersebut (homozigot) disebut sebagai Rhesus negatif. Terdapat
sekitar 15% dari populasi yang Rhesus negatif dan paparan terhadap
darah Rhesus positif akan menstimulasi timbulnya aloantibodi. Pada
ras kaukasia sekitar 15% populasi memiliki Rh negatif.3
Timbul pertanyaan apakah golongan darah seseorang dapat berubah
semasa hidupnya? Sebagian besar orang memiliki golongan darah
yang tetap sejak ia lahir, hingga meninggal. Namun pada beberapa
kasus yang sangat jarang ditemui, golongan darah seseorang dapat
berubah melalui penambahan darah atau supresi antigen pada keadaan
infeksi, keganasan, atau autoimun. Sebagai contoh ialah pada kasus
transplantasi hepar dimana terjadi perubahan golongan darah akibat
invasi sel-sel imun dari pihak pendonor ke dalam sumsum tulang
penerima organ, dan mengambil alih proses pembentukan sel darah
dari sumsum tulang. Contoh lainnya pada kasus transplantasi sumsum
tulang dimana pada keadaan ini terdapat pergantian sel-sel penghasil
sel darah, sehingga golongan darah orang itu juga berubah sesuai
golongan darah pendonor.3
3. Jenis Produk Darah
a. Transfusi dengan Darah Utuh (Whole-Blood)
Transfusi ini diperlukan untuk mengembalikan dan mempertahankan
volume darah dalam sirkulasi atau mengatasi renjatan. Whole blood
terdiri dari red cell + sejumlah besar plasma dan biasa diberikan pada
perdarahan lebih dari 20% misalnya pada active bleeding dan massive
transfusi.3
Kerugian pemberian whole blood: 3
Faktor V dan VIII menurun.
Meningkatnya kalium, berbahaya bagi pasien dengan penyakit ginjal.
Meningkatnya ammonia yang berbahaya untuk pasien sakit lever
Penimbunan citrat yang menyebabkan hipocalsemia.
Whole-blood ada 3 macam, yaitu :
1) Darah Segar
Yaitu darah yang baru diambil dari donor sampai 6 jam
sesudah pengambilan. Keuntungan pemakaian darah segar ialah faktor
pembekuannya masih lengkap termasuk faktor labil (V dan VIII) dan
fungsi eritrosit masih relatif baik. Kerugiannya sulit diperoleh dalam
waktu yang cepat karena untuk pemeriksaan golongan, reaksi silang
dan transportasi diperlukan waktu lebih dari 4 jam dan resiko
penularan penyakit relatif banyak.
2) Darah Baru
Yaitu darah yang disimpan antara 6 jam sampai 6 hari sesudah
diambil dari donor. Faktor pembekuan disini sudah hampir habis, dan
juga dapat terjadi peningkatan kadar kalium, amonia, dan asam laktat.
3) Darah Simpan
Darah yang disimpan lebih dari 6 hari sampai 35 hari.
Keuntungannya mudah tersedia setiap saat, bahaya penularan
sitomegalovirus hilang. Sedang kerugiaannya ialah faktor pembekuan
terutama faktor V dan VIII sudah habis. Kemampuan transportasi
oksigen oleh eritrosit menurun yang disebabkan karena afinitas Hb
terhadap oksigen yang tinggi, sehingga oksigen sukar dilepas ke
jaringan. Hal ini disebabkan oleh penurunan kadar 2,3 DPG. Kadar
kalium, amonia, dan asam laktat tinggi.
b. Packed Red Cell (PRC)
Komponen darah yang paling sering ditransfusikan adalah packed red
blood cells (PRC), yang bisa memperbaiki kapasitas pengangkut oksigen
dalam darah. Merupakan cairan berisi sel darah merah (SDM) yang
dikosentrasikan, komponen plasmanya sangat rendah. Hematokritnya :
70% agar tidak menyulitkan pada waktu pemberiannya. Packed red blood
cells dapat disimpan selama 25-35 hari pada suhu 4-60 C.5
Komponen ini dapat lebih meningkatkan daya angkut zat asam (O2)
darah komponen dengan pertambahan volume sirkulasi darah yang
minimal. Selain itu beberapa keuntungan lainnya adalah dapat mengurangi
kemungkinan penularan penyakit, mengurangi reaksi imunologis, dan
kenaikan Hb dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan. 5
Indikasi pemberian PRC : 3
1) Selalu diidentifikasikan pada kadar Hb kurang 7gr%, terutama pada
anemia akut.
2) Bila ditemukan hipoksia dan hipoksemia yang bermakna secara klinis
dan laboratorium, transfusi PRC dapat dilakukan pada kadar Hb 7
10gr%.
3) Tidak dilakukan transfusi bila kadar Hb 10gr% kecuali bila ada
indikasi tertentu misalnya penyakit yang membutuhkan kapasitas
transport oksigen lebih tinggi (contoh: PPOK, Penyakit Paru Obtruktif
Kronis, dan penyakit jantung iskemik berat.
4) Pada neonatus dengan gejala hipoksia dilakukan pada kadar Hb
11gr%
c. Suspensi Trombosit
Tujuannya adalah meningkatkan kadar trombosit darah. Sebuah
konsentrat trombosit trombositoferesis meningkatkan jumlah trombosit
sekitar 20.000/ul. Pada anak kecil dan bayi baru lahir, 10 ml konsentrat ini
setiap kg-nya meningkatkan jumlah trombosit sekitar 20.000/ul.6
Indikasi : 6
a. Trombositopenia di bawah 50.000/ul pada perdarahan atau tindakan
pembedahan dengan permukaan luka yang besar, anestesi di dekat
medula spinalis
b. Trombositopenia dibawah 10.000/ul pada pasien dengan hemostatis
yang stabil tanpa faktor risiko perdarahan
c. Gangguan fungsi trombosit dan perdarahan

d. Fresh Frozen Plasma (FFP)


Plasma segar yang diberikan mengandung sebagian besar faktor
pembekuan disamping berbagai protein yang terdapat di dalamnya. Untuk
meningkatkan kandungan faktor pembekuan sebesar 1%, diperlukan 1
ml/kg FFP.6
Indikasi : 3
1) Untuk mengganti defisiensi faktor IX (hemophilia B) dan defisiensi
factor inhibitor koagolasi baik yang didapat maupun bawaan.
2) Untuk menetralisasi hemostasis setelah terapi warfarin bila terdapat
perdarahan yang mengancam nyawa
3) Jika ada perdarahan dengan parameter koagolasi yang abnormal
setelah transfusi massive atau operasi pintasan jantung atau pada
pasien dengan penyakit liver.
e. Kriopresipitat
Transfusi cryoprecipitate dilakukan bila:5
1) Untuk propilaksis pada pasien dengan defisiensi fibrinogen yang akan
menjalani prosedur invasif dan terapi pada pasien yang mengalami
perdarahan.
2) Pasien dengan hemophilia A dan penyakit Von Willebrand yang
mengalami perdarahan atau yang tidak responsive terhadap pemberian
desmopressin asetat atau akan mengalami operasi
4. Indikasi Komponen Transfusi Darah 5
Indikasi umum dari transfusi darah adalah :
- Penggantian volume darah karena kehilangan darah akut.
- Kekurangan eritrosit
- Defisiensi faktor koagulasi
- Berkurangnya jumlah leukosit atau trombosit
- Open heart surgery
- Transfusi tukar
Indikasi transfusi pada masing-masing jenis komponen darah seperti sel
darah merah, trombisit, fresh frozen plasma, whole blood cell,
kriopresipitasi yang memiliki indikasi tertentu.
- Sel darah merah
Indikasi mutlak pemberian Packed Red Cells (PRC) adalah
bila Hb penderita 5 gr%. Jumlah PRC yang diperlukan untuk
menaikkan Fib dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :

Jumlah PRC = Hb x 3 x BB
Indikasi
o Transfusi sel darah merah hampir selalu diindikasikan pada
kadar Hemoglobin (Hb) < 7 g/dL, terutama pada anemia akut.
Tranfusi dapat ditunda jika pasien asimptomatik dan / atau
penyakitnya memiliki terapi spesifik lain, maka batas kadar Hb
yang lebih rendah dapat diterima.
o Transfusi sel darah merah dapat dilakukan pada kadar Hb 7-10
g/dL apabila ditemukan hipoksia atau hipoksemia yang
bermakna secara klinis dan laboratorium.
o Transfusi tidak dilakukan bila kadar Hb 10 g/dL, kecuali bila
ada indikasi tertentu, misalnya penyakit yang membutuhkan
kapasitas transport oksigen lebih tinggi (contoh: penyakit paru
obstruktif kronik berat dan penyakit jantung iskemik berat).
o Transfusi pada neonates dengan gejala hipoksia dilakukan pada
kadar Hb 11 g/dL; bila tidak ada gejala batas ini dapat
diturunkan hingga 7 g/dL (seperti pada anemia bayi premature).
Jika terdapat penyakit jantung atau paru atau yang sedang
membutuhkan suplementasi oksigen batas untuk member
transfusi adalah Hb 13 g/dL.

- Tujuan transfusi PRC


adalah untuk menaikkan Hb pasien tanpa menaikkan volume darah
secara nyata.
Keuntungan menggunakan PRC dibandingkan dengan darah jenuh
adalah :
o Kenaikan Hb dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan
o Mengurangi kemungkinan penularan penyakit
o Mengurangi kemungkinan reaksi imunologis
o Volume darah yang diberikan lebih sedikit sehingga
kemungkinan overload berkurang
o Komponen darah lainnya dapat diberikan pada pasien lain.

- Tujuan transfusi Trombosit


Tujuan transfusi suspensi trombosit adalh menaikkan kadar
trombosit darah. Dosis suspensi trombosit yang diperlukan dapat
dihitung kira-kira sebagai berikut : 50 ml suspensi trombosit
menaikkan kadar trombosit 7500-10.000/mm pada resipien yang
beratnya 50 kg.
Indikasi:
Mengatasi perdarahan pada pasien dengan trombositopenia bila
hitung trombosit < 50.000 / uL, bila terdapat perdarahan
mikrovaskular difus batasnya menjadi < 100.000 / uL. Pada
kasus DHF dan DIC supaya merujuk pada penatalaksanaan
masing-masing.
Profilaksis dilakukan bila hitung trombosit < 50.000/uL pada
pasien yang akan menjalani operasi, prosedur invasive lainnya
atau sesudah transfusi masif.
Pasien dengan kelainan fungsi trombosit yang mengalami
perdarahan
Suspensi trombosit diberikan pada penderita trombositopeni bila :
1) didapat perdarahan
2) untuk mencegah perdarahan pada keadaan dimana ada erosi
yang dapat berdarah bila kadar < 35.000/mm
3) untuk mencegah perdarahan spontan bila kadar trombosit <
15.000/mm
- Fresh Frozen Plasma
Plasma segar yang dibekukan mengandung sebagian besar
faktor pembeknan di samping berbagai protein yang terdapat di
dalamnya; karena itu selain untuk mengganti plasma yang hilang
dengan perdarahan dapat dipakai sebagai pengobatan simptomatis
kekurangan faktor pembekuan darah. Fresh Frozen Plasma (PIT)
tidak digunakan untuk mengobati kebutuhan faktor VIII dan faktor IX
(Hemofilia); untuk ini digunakan plasma Cryoprecipitate.Pada
transfusi dengan FFP biasanya diberikan 48 kantong (175225 ml) tiap
68 jam bergantung kebutuhan
Mengganti defisiensi faktor IX (hemophilia B) dan faktor
inhibitor koagolasi baik yang didapat atau bawaan bila tidak
tersedia konsetrat faktor spesifik atau kombinasi
Neutralisasi hemostasis setelah terapi warfarin bola terdapat
perdarahan yang mengancam nyawa
Adanya perdarahan dengan parameter koagulasi yang
abnormal setelah transfusi masif atau operasi pintasan jantung
atau pada pasien dengan penyakit hati.
- Whole blood cell
Transfusi dengan darah penuh diperlukan untuk
mengembalikan dan mempertahankan volume darah dalam sirkulasi
atau mengatasi renjatan. Di samping itu indikasi lain untuk melakukan
transfusi pada perdarahan adalah sebagai berikut :
1) Tekanan darah < 100 mmHg (hati-hati pada penderita yang
sebelumnya menderita hipotensi).
2) Nadi yang persisten 100/menit. Hal ini biasanya berarti telah
terjadi perdarahan sebanyak 20% volume darah.
Hematokrit tidak selamanya dapat digunakan sebagai patokan
pada perdarahan karena terjadinya vasokonstriksi kompensasi.
Hemodilusi biasanya berakhir dalam 72 jam. Darah penuh yang segar
hanya diperlukan untuk faktor pembekuan atau pada transfusi masif.
Sebenamya dapat pula diatasi dengan memberi Packed Red Cells
ditambah Fresh Frozen Plasma.
- Kriopresipitat
Profilaksis pada pasien dengan defisiensi fibrinogen yang akan
menjalani prosedur invasive dan terapi pada pasien yang
mengalami perdarahan.
Pasien dengan hemophilia A dan penyakit von Willenbrand
yang mengalami perdarahan atau yang tidak responsive
terhadap pemberian desmopresin asetat atau akan menjalani
operasi.

Sampai kini dikenal dua jenis transfusi yang lazim dilakukan yaitu .
1) Allotransfusi; bahan transfusi berasal dari darah orang lain.
2) Autotransfusi; bahan transfusi berasal dari darah resipien
sendiri.
Cara Leaffrog
Darah diambil dari resipien sendiri tiap minggu.Minggu
berikutnya ditransfusikan kembali diikuti pengambilan dan
penyimpanan dalam jumlah lebih banyak dan seterusnya
sehingga terkumpul jumlah darah yang diperlukan.
Cara Infra Operative Deposit
Darah diambil sebelum operasi dart diganti dengan
koloid; pasca operasi darah yang diambil ditransfusikan
kembali.
Cara Infra Operative Salvage
Darah dalam rongga dada/abdomen diisap, disaring
kemudian ditransfusikan kembali.
Keuntungan autotransfusi :
1) Merupakan darah yang paling cocok misal pada donor-
donor langka.
2) Kesalahan cross match tidak ada.
3) Reaksi pirogen alergi tidak ada.
4) Penularan penyakit tidak ada
5) Tidak bertentangan dengan kepercayaan tertentu yang
menolak transfusi darah orang lain.
Hal yang harus diperhatikan pada autotransfusi cara Infra
Operative Salvage :
1) Kontra indikasi : Keganasan dan infeksi
2) Komplikasi : Emboli dan Koagulopati
Sel darah merah ada tiga jenis yaitu :
sel darah merah pekat (Packed Red Cells)
suspensi sel darah merah
sel darah merah yang dicuci
5. Tehnik Transfusi 6
Sebelum dilakukan transfuse darah, dilakukan dulu serangkaian
prosedur untuk memeriksa kompatibilitas darah donor dengan darah resipien
untuk memastikan sedapat mungkin menekan terjadinya reaksi transfusi pada
pasien serta eritrosit dapat mencapai masa hidup maksimum setelah diberikan.
Tes kompatibilitas yang dilakukan adalah:
Memeriksa catatan pasien : golongan darah, riwayat dan alasan
transfusi darah bila ada.
Melakukan penggolongan darah ABO pada sampel darah pasien.
Melakukan penggolongan darah Rh pada sampel darah pasien.
Melakukan uji kecocokan terakhir :
Major matching adalah mencocokkan serum pasien dengan eritrosit
donor.
Minor matching adalah mencocokkan eritrosit pasien dengan serum
donor.
Pemeriksaan DAT dan IAT
DAT/ Direct Antiglobulin Test
Mendeteksi antibodi atau komplemen yang menyelubungi
permukaan eritrosit.Sebelum dilakukan tes eritrosit dicuci dengan
garam fisiologis untuk menghilangkan antibodi dan komplemen
yang tidak terikat, kemudian ditambahkan AHG (anti human serum
globulin).Bila pada eritrosit terdapat antibodi, kaki Fab dari AHG
berikatan pada kakai Fc antibodi yang terikat pada eritrosit.
IAT/ Indirect Antiglobulin Test
Mendeteksi antibodi pada serum. Serum atau plasma yang
diperiksa diinkubasi dengan eritrosit sehingga bila ada antibodi
maka akan berikatan dengan eritrosit. Eritrosit kemudian dicuci
untuk menyingkirkan globulin yang tidak terikat kemudian
ditambahkan AHG.Bila terjadi aglutinasi berarti terdapat antibodi
terhadap antigen eritrosit.
Sebelum ditransfusikan, periksa sekali lagi sifat dan jenis darah
serta kecocokan antara darah donor dan penderita.Penderita
dipersiapkan dengan pemasangan infus dengan jarum besar G16-
18.Jarum yang terlalu kecil (G 23-25) dapat menyebabkan
hemolisis.
Transfusi dilakukan dengan transfusi set yang memiliki
saringan untuk menghalangi bekuan fibrin dan partikel debris
lainnya. Transfusi set baku memiliki saringan dan ukuran pori-pori
170 mikron. Pada keadaan normal, sebuah transfusi set dapat
digunakan untuk 2 sampai 4 unit darah. Vena terbaik untuk kanulasi
darah adalah vena pada bagian dorsal tangan dan pada lengan atas.
Dalam keadaan darurat dapat dilakukan venaseksi untuk menjamin
kelancaran dan kecepatan transfuse. Waktu mengambil darah dari
lemari es, perhatikan plasmanya.Jika ada tanda-tanda hemolisis
(warna coklat hitam, keruh) jangan diberikan. Darah yang belum
akan ditransfusikan harus tetap di dalam lemari es. Sebelum
transfusi, diberikan terlebih dahulu 50-100 ml NaCl fisiologik.
Jangan menggunakan larutan lain karena dapat merugikan. Larutan
dekstrose dan larutan garam hipotonik dapat menyebabkan
hemolisis. Ringer laktat atau larutan lain yang mengandung kalsium
akan menyebabkan koagulasi.Jangan menambahkan obat apapun ke
dalam darah yang ditransfusikan. Obat-obatan memiliki pH yang
berbeda sehingga dapat menyebabkan hemolisis, lagipula bila
terjadi reaksi transfusi akan sulit untuk menentukan apakah hal itu
terjadi akibat obat atau akibat darah yang ditransfusikan.
Jika sejumlah besar darah akan ditransfusikan dalam waktu
yang singkat, maka dibutuhkan darah hangat, karena darah yang
dingin akan mengakibatkan aritmia ventrikel bahkan kematian.
Menghangatkan darah dengan air hangat hendaknya pada suhu 37-
39oC. Karena bila lebih 40 0C, eritrosit akan rusak.Pada 100 ml
pertama pemberian darah lengkap hendaknya diteliti dengan hati-
hati dan diberikan perlahan-lahan untuk kemungkinan deteksi dini
(5,6,8)
reaksi transfusi. Transfusi set mengalirkan darah 1 ml dalam
20 tetes. Laju tercepat yang bisa tercapai adalah 60 ml permenit.(11)
Laju transfusi tergantung pada status kardiopulmoner resipien. Jika
status kardiopulmoner normal, maka dapat diberikan 10-15
ml/kgBB dalam waktu 2-4 jam. Jika tidak ada hemovolemia maka
batas aman transfusi adalah 1 ml/kgBB/jam (1 unit kurang lebih 3
(4,12)
jam) atau 1000 ml dalam 24 jam. Tetapi jika terdapat gagal
jantung yang mengancam maka tidak boleh ditransfusikan melebihi
2 ml/kgBB/jam.(3) Karena darah adalah medium kultur yang ideal
untuk bakteri, sebaiknya transfusi satu unit darah tidak boleh
melewati 5 jam karena meningkatnya resiko proliferasi bakteri.
Kasus-kasus dengan perdarahan yang hebat kadang-kadang
dibutuhkan transfusi yang cepat sampai 6-7 bag dalam setengah
jam. Setelah sirkulasi tampak membaik dikurangi hingga 1 bag tiap
15 menit. Tidak dianjurkan memberi obat antihistamin ,
antipiretika, atau diuretika secara rutin sebelum transfusi untuk
mencegah reaksi. Reaksi panas pada dasarnya adalah tanda bahaya
bahwa sedang terjadi reaksi transfusi. Diuretika hanya diperlukan
pada pasien anemia kronis yang perlu transfusi sampai 20 ml/kgBB
dalam 24 jam.
Cara-cara Meningkatkan Kecepatan Transfusi :
a) Letakkan botol darah setinggi mungkin. Peningkatan 2 kali
menyebabkan kecepatan transfusi meningkat 2 kali pula.
b) Pergunakan jarum atau kanula sebesar mungkin.
c) Dengan memompakan darah meningkatkan tekanan udara dalam
botol.
d) Dengan memompakan darah-darah yang berada di dalam kateter
bawah.
6. Komplikasi 5

Transfusi dapat diikuti dengan beberapa komplikasi, seperti infeksi


berbagai mikroorganisme, yang hanya sebagian dapat dideteksi dengan
metode skrining yang ada. Mikroorganisme yang didapati dalam komponen
darah yaitu:
Virus : Virus Hepatitis C, Virus Hepatitis B, Virus Hepatitis G, HIV,
Cytomegalo virus, Human T lymphotrophic virus, Parvovirus B-19.
Bakteri : sifilis
Parasit : malaria
Saat ini seluruh darah donor di PMI di Indonesia diperiksa virus
hepatitis C, antigen virus hepatitis B, HIV, dan sifilis. Beberapa reaksi yang
terjadi dalam transfusi darah :
a) Reaksi imunologis
dapat bervariasi mulai dari urtikaria akibat reaksi imunologis terhadap
plasma, demam akibat reaksi imunologis ringan terhadap protein plasma
dan lekosit sampai dengan reaksi imunologis hebat dengan renjatan akibat
transfusi dengan eritrosit yang tidak cocok golongan imunologisnya
(incompatible)
b) Non imunologis
Reaksi non-imunologis dapat diakibatkan oleh:
penimbunan cairan yang memiliki batas kemampuan tubuh
(overload)
adanya kadar antikoagulan yang berlebihan yang berasal dari darah
donor
gangguan metabolik (kadar K' tinggi, asam sitrat tinggi), sampai
dengan
perdarahan akibat adanya defisiensi faktor pembekuan yang tidak
ada pada darah donor dan kadar antikoagulan yang tinggi pada
darah donor
c) Penyakit menular
Berbagai mikroorganisme dapat ditularkan melalui transfusi; yang
terutama adalah 1) hepatitis (B+C), 2) sifilis, 3) malaria, 4) virus seperti
CMV, EDV sampai dengan HIV. Penularan virus HIV melalui transfusi
telah banyak dilaporkan antara lain oleh Allani (1987), Alter (1987) dan
Allen (1987). Risiko tertular oleh HIV akibat transfusi dengan darah
donor yang mengandung HIV amat besar yaitu lebih dari 90%; artinya
bila seseorang mendapat transfusi darah yang terkontaminasi HIV, maka
dapat dipastikan bahwa yang bersangkutan akan menderita infeksi HIV
sesudah itu.
Pada mulanya prevalensi transmisi melalui transfusi darah cukup
tinggi di Amerika Serikat dan di Eropa Barat, karena itu penyaringan
terhadap HIV merupakan tindakan rutin di belahan dunia tersebut. Di
Indonesia penyaringan terhadap HIV sebagai prasyarat transfusi belum
dapat dilaksanakan mengingat terbatasnya dana yang tersedia. Pemberian
transfusi darah maupun komponen-komponennya atas indikasi yang tepat
merupakan salah satu cara untuk mengurangi kemungkinan penularan
HIV melalui transfusi.
Beberapa reaksi lain yang dapat terjadi pada transfuse darah:
Reaksi febris
Nyeri kepala menyebabkan menggigil dan gemetar tiba tiba yang
akhirnya akan meningkatkan suhu tubuh
Reaksi jarang berat
Berespon terhadap pengobatan
Reaksi alergi
Reaksi alergi berat (anafilaksis): jarang
Urtikaria kulit, bronkospasme moderat, edema larings: respon
cepat terhadap pengobatan
Reaksi hemolitik
Reaksi yang paling berat
Diawali oleh reaksi:
antibodi dalam serum pasien >< antigen corresponding pada
eritrosit donor
antibodi dalam plasma donor >< antigen corresponding pada
eritrosit pasien
Reaksi intravaskular
hemolisis dalam sirkulasi darah
jaundice dan hemogolobinemia
antibodi IgM
paling bahaya anti-A dan anti-B spesifik dari sistem ABO
fatal akibat perdarahan tidak terkontrol dan gagal ginjal
Reaksi ekstravaskular
jarang sehebat reaksi intravaskular
reaksi fatal jarang
disebabkan antibodi IgG destruksi eritrosit via makrofag
menimbulkan penurunan tiba triba kadar Hb s/d 10 hari pasca
transfusi.

B. Aspek Legal 8
Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan diselenggarakan untuk
mengembalikan status kesehatan akibat penyakit, mengembalikan fungsi badan
akibat cacat atau menghilangkan cacat, hal tersebut dilakukan dengan pengobatan
dan atau perawatan. Pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan
ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat
dipertanggungjawabkan, namun hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu. Pengobatan dan atau
perawatan yang dapat dilakukan antara lain adalah dengan cara transfusi darah.
Transfusi darah adalah tindakan medis memberikan darah kepada seorang
penderita, yang darahnya telah tersedia dalam botol atau kantong plastik. Usaha
transfuse darah adalah segala tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk
memungkinkan penggunaan darah bagi keperluan pengobatan dan pemulihan
kesehatan yang mencakup masalah masalah pengadaan, pengolahan, dan
penyampaian darah kepada orang sakit. Pada hakikatnya usaha transfusi darah
merupakan bagian penting dari tugas Pemerintah di bidang pelayanan kesehatan
masyarakat dan merupakan suatu bentuk pertolongan sesama umat manusia.
Sehubungan dengan itu, maka perlu dengan tegas diatur dalam aturan hukum
mengenai pelayanan dan penyumbangan darah, pengolahan, penyelenggaraan
donor darah, dan pemindahan darahnya sendiri dalam arti yang luas dan mengingat
faktor-faktor kesukarelaan donor, larangan untuk memperdagangkan darah dan
pengawasan tentang pelaksanaannya. Aspek hukum yang mengatur mengenai
transfusi darah yaitu Undang Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009, Peraturan
Pemerintah No.7 Tahun 2011 tentang Pelayanan Darah, Keputusan Menteri
Kesehatan RI No.423/Menkes/SK/IV/2007 tentang Kebijakan Peningkatan
Kualitas dan Akses Pelayanan Darah.
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan
Transfusi darah memiliki aspek legal yang diatur menurut hukum oleh
pemerintah dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 Tentang Kesehatan BAB V pasal 86, 87, 88, 89, 90, 91, dan 92, bagian
kesebelas tentang pelayanan darah. Menurut UU RI nomor 36 tahun 2009
pasal 86 menyatakan :
Ayat 1 "Pelayanan darah merupakan upaya pelayanan kesehatan yang
memanfaatkan darah manusia sebagai bahan dasar dengan tujuan
kemanusiaan dan tidak untuk tujuan komersial
Ayat 2 "Darah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh dari pendonor
darah sukarela yang sehat dan memenuhi kriteria seleksi pendonor dengan
mengutamakan kesehatan pendonor
Ayat 3 Darah yang diperoleh dari pendonor darah sukarela sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) sebelum digunakan untuk pelayanan darah harus
dilakukan pemeriksaan laboratorium guna mencegah penularan penyakit

Menurut UU RI nomor 36 tahun 2009 pasal 87 menyatakan:


Ayat 1 Penyelengaraan donor darah dan pengolahan darah dilakukan oleh
Unit Transfusi Darah
Ayat 2 Unit Transfusi Darah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan / atau organisasi
sosial yang tugas pokok yang fungsinya di bidang kepalangmerahan

Menurut UU RI nomor 36 tahun 2009 pasal 88 menyatakan :

Ayat 1 Pelayanan Transfusi Darah meliputi perencanaan, pengerahan


pendonor darah, penyediaan, pendistribusian darah, dan tindakan medis
pemberian darah kepada pasien untuk tujuan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan
Ayat 2 Pelaksanaan pelayanan transfuse darah dilakukan dengan menjaga
keselamatan dan kesehatan penerima darah dan tenaga kesehatan dari
penularan penyakit melalui transfusi darah
Menurut UU RI nomor 36 tahun 2009 pasal 89 menyatakan Menteri
mengatur standar dan persyaratan dan pengelolaan darah untuk pelayanan
transfusi darah.

Menurut UU RI nomor 36 tahun 2009 pasal 90 menyatakan

Ayat 1 Pemerintah bertanggungjawab atas pelaksanaan pelayanan darah


yang aman, mudah di akses, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
Ayat 2 Pemerintah menjamin pembiayaan dalam penyelenggaraan pelayanan
darah
Ayat 3 Darah dilarang diperjualbelikan dengan dalih apapun
Penjelasan pasal 90 ayat 2 adalah Guna menjamin ketersediaan darah untuk
pelayanan kesehatan, jaminan pemerintah diwujudkan dalam bentuk
pemberian subsidi kepada unit transfuse darah (UTD) yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD), dan bantuan lainnya.

Penjelasan pasal 90 ayat 3 adalah Darah sebagai anugerah Tuhan Yang


Maha Pemurah kepada setiap insane tidaklah sepantasnya dijadikan objek jual
beli untuk mencari keuntungan, biarpun dengan dalih menyambung hidup

Menurut UU RI nomor 36 tahun 2009 pasal 91 menyatakan :

Ayat 1 Komponen darah dapat digunakan untuk tujuan penyembuhan


penyakit dan pemulihan kesehatan melalui proses pengolahan dan produksi
Ayat 2 Hasil proses pengolahan dan produksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikendalikan oleh pemerintah

Penjelasan pasal 91 ayat 2 adalah Yang dimaksud dengan proses


pengolahan dalam ketentuan ini adalah pemisahan komponen darahmenjadi
plasma dan sel darah merah, sel darah putih, dan sel pembeku darah yang
dilakukan oleh UTD dan biaya pengolahan tersebut ditanggung oleh Negara.
Yang dimaksud dengan proses produksi dalam ketentuan ini adalah proses
fraksionasi dimana dilakukan penguraian protein plasma menjadi antara lain
albumin, globulin factor VIII dan factor IX dilakukan oleh industry yang
harganya dikendalikan oleh pemerintah. Yang dimaksud dengan
dikendalikan dalam ketentuan ini termasuk harga hasil produksi yang
bersumber dari pengolahan darah transfusi
Menurut UU RI nomor 36 tahun 2009 pasal 92 menyatakan Ketentuan lebih
lanjut mengenai pelayanan darah diatur dengan Peraturan Pemerintah
2. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pelayanan Darah
Definisi pelayanan darah menurut PP RI no 7 Tahun 2011 yang
dibahas dalam Bab 1 ketentuan umum pasal 1 adalah upaya pelayanan
kesehatan yang memanfaatkan darah manusia sebagai bahan dasar dengan
tujuan kemanusiaan dan tidak untuk tujuan komersial. PP RI nomor 7 Tahun
2011 Bagian Ketiga Paragraf Kesatu tentang pengambilan dan pelabelan pasal
9 menyatakan :
Ayat 1 Tindakan medis pengambilan darah hanya dilakukan di Unit Transfusi Darah
dan atau tempat tertentu memenuhi persyaratan kesehatan dan harus dilaksananakan
oleh tenanga kesehatan yang berwenang sesuai dengan standar.

Ayat 2 Setiap pengambilan darah harus didahului dengan pemeriksaan kesehatan


pendonor darah dan mendapat persetujuan dari pendonor darah yang bersangkutan.

Ayat 3 Pendonor darah harus diberi informasi terlebih dahulu mengenai resiko
pengambilan darah dan hasil pemeriksaan darahnya.

Ayat 4 Dalam hal ini hasil pemeriksaan darah sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
reaktif, maka Unit Transfusi Darah harus menganjurkan kepada yang bersangkutan
untuk sementara tidak mendonorkan darah dan segera melakukan pemeriksaan
konfirmasi untuk mendapatkna penanganan lebih lanjut.

PP RI nomor 7 Tahun 2011 Bagian Ketiga Paragraf Kedua tentang Pencegahan


Penularan Penyakit pasal 11 menyatakan :

Ayat 1 Tenaga Kesehatan wajib melakukan uji saring darah untuk mencegah
penularan penyakit.

Ayat 2 Uji saring darah sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) paling sedikit
meliputi pencegahan penularan penyakit HIV-AIDS, Hepatitis B, Hepatitis C dan
Sifilis.

PP RI nomor 7 Tahun 2011 Bagian Kelima tentang Tindakan Medis Pemberian darah
pasal 16 dan pasal 17 menyatakan tindakan medis pemberian darah dan atau
komponennya kepada pasien dilaksanakan sesuai kebutuhan medis secara rasional
dan harus dicatat dalam rekam medis.
PP RI no 7 Tahun 2011 Bab VI tentang Pendonor darah pasal 28 menyatakan setiap
orang yang secara sukarela memenuhi persyaratan kesehatan dapat menjadi pendonor
darah dan pendonor darah wajib memberikan informasi yang benar perihal kondisi
kesehatan dan perilaku kehidupannya.

PP RI no 7 Tahun 2011 Bab VII bagian kesatu tentang unit transfusi darah pasal 34
ayat 1, 2 dan 3 menyatakan Unit Transfusi Darah dapat diselenggarakan oleh
pemerintah daerah atau organisasi sosial yang tugas pokok dan fungsinua di bidang
kepalangmerahan, jika unit transfusi darah tersebut diselenggarakan oleh pemerintah
disebut Unit Pelaksana Teknis, jika diselenggarakan oleh pemerintah daerah disebut
Unit Pelaksana Teknis Daerah. Sedangkan PP RI no 7 Tahun 2011 Bab VII bagian
kedua tentang Bank darah rumah sakit pasal 41 menyatakan Bank Darah Rumah
Sakit dapat didirikan di rumah sakit sebagai bagian dari unit pelayanan rumah sakit.
Bagian ketiga tentang jejaring pasal 42 ayat 2 dan 3 menyatakan jejaring pelayanan
transfusi darah meliputi institusi terkait pelayanan transfusi darah yang berjenjang
dari tingkat nasional, provinsi dan kabupaten atau kota.

PP RI no 7 Tahun 2011 Bab XII Pembinaan dan Pengawasan pasal 48 ayat 1


menyatakan Pembinaan dan Pengawasan terhadap semua kegiatan yang
berhubungan dengan pelayanan darah dilakukan oleh Pemerintah dan pemerintah
daerah.

Transfusi darah merupakan tugas Pemerintah di bidang pelayanan kesehatan


masyarakat dan merupakan suatu bentuk pertolongan yang sangat berharga
kepada umat manusia, berdasarkan ilmu pengetahuan kedokteran, satu-satunya
sumber darah yang paling aman untuk keperluan transfusi darah adalah darah
manusia.
Pada waktu ini banyak diselenggarakan usaha transfusi darah dengan pola
yang bermacam-macam, yang dapat membahayakan kesehatan baik terhadap
para penyumbang maupun pemakai darah, karena itu perlu ditetapkan Peraturan
Pemerintah tentang Transfusi Darah.
Peraturan pemerintah ini dijelaskan mengenai transfusi darah, darah,
penyumbang darah, dalam pasal 1.
Dalam rangka mencapai manfaat yang sebesar-besarnya dari transfusi darah
dan untuk menjaga derajat kesehatan penyumbang maupun pemakai darah itu, maka
penyumbangan darah harus didasarkan pada kesukarelaan, tanpa mengharapkan
penggantian uang maupun benda; yang diatur pada pasal 2 yang berbunyi :

Pengadaan darah dilakukan secara sukarela tanpa pemberian penggantian


berupa apapun.

Pelaksaanaan transfusi darah harus memenuhi ketentuan yang berlaku dan


mematuhi larangan-larangan yang sudah tertuang dalam pasal 3 yang berbunyi :

Dilarang memperjualbelikan darah dengan dalih apapun ,

selain itu dalam pasal 4 berbunyi :

Dilarang mengirim dan menerima darah dalam semua bentuk ke dan dari luar
negeri.

Kedua larangan dalam pasal tersebut tidak berlaku dengan ketentuan yang
terdapat pada pasal 5 (1) yang berbunyi :

Keperluan penelitian ilmiah dan atau dalam rangka kerjasama antara


Perhimpunan Palang Merah Indonesia dengan Perhimpunan Palang Merah lain
atau badan-badan lain yang tidak bersifat komersial dengan terlebih dahulu
mendapat persetujuan Menteri

dan pasal 5 (2) yang berbunyi :

Keperluan lain berdasarkan kebijaksanaan Menteri


Pengiriman darah ke dan dari luar negeri haruslah dibatasi dalam angka
penelitian ilmiah, kerjasama dan saling menolong dalam keadaan tertentu baik antar
Pemerintah maupun antar Perhimpunan-perhimpunan Palang Merah Nasional.

Akhir-akhir ini telah disinyalir oleh Liga Perhimpunan-perhimpunan Palang


Merah Sedunia maupun oleh Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) akan adanya
perdagangan darah internasional, terutama pembelian darah dari negara-negara
berkembang oleh perusahaan-perusahaan yang berpusat di negara kaya, yang jelas
merupakan bentuk eksploitasi kemanusiaan yang sangat merugikan kesehatan
masyarakat di negara berkembang dan akan mempersukar pengadaan darah untuk
memenuhi kebutuhan sendiri.

Mengingat pengalaman dan luasnya jaringan usaha transfusi darah yang telah
dicapai oleh Palang Merah Indonesia hingga sekarang, maka usaha transfusi darah
dipercayakan kepada Palang Merah Indonesia, kecuali apabila pada beberapa tempat
ternyata Palang Merah Indonesia belum mampu, maka Menteri dapat menunjuk
Rumah Sakit setempat atau pihak-pihak lainnya; sesuai pasal 6 yang berbunyi :

Pengelolaan dan pelaksanaan usaha transfusi darah ditugaskan kepada


Palang Merah Indonesia, atau Instansi lain yang ditetapkan oleh Menteri
Penyelenggaraan usaha transfusi darah harus disesuaikan dengan kebutuhannya
dalam menunjang pelayanan kesehatan

Karena merupakan suatu bagian penting dari usaha pelayanan kesehatan


masyarakat maka jelas bahwa cara pengolahan darah harus ditetapkan dan diatur
dengan suatu Peraturan Menteri. Sesuai pasal 7 (1) berbunyi :

Cara pengolahan darah harus dilakukan sesuai dengan ketentuan yang


ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 7 (2) yang berbunyi :

Dalam pengolahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) termasuk plasma


pheresis dan pembuatan fraksi-fraksi plasma.

Plasma pheresis dan pembuatan fraksi-fraksi plasma merupakan sumber


manipulasi dan perdagangan darah manusia yang disinyalir dan disorot oleh Liga
Perhimpunan Palang Merah dan Organisasi Kesehatan se- Dunia yang telah
diperingatkan kepada semua negara anggotanya.

Menurut Pasal 8 (1) yang berbunyi :

Pengolahan darah harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berwenang


menurut ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri dan

Pasal 8 (2) yang berbunyi :

Tanggungjawab pengolahan darah yang dilakukan oleh tenaga kesehatan


sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus di bawah pengawasan dokter.

Ketentuan ini diadakan berdasarkan pertimbangan bahwa kesalahan dalam


pemberian darah merupakan kesalahan yang tidak dapat diperbaiki dan pengambilan
darah dari donor harus pula menjamin keselamatan donor tersebut dan oleh karenanya
harus dilaksanakan oleh petugas berwenang.

Biaya dalam kepentingan pelaksanaan transfusi diatur dalam Pasal 9 (1) yang
berbunyi :

Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 6 ayat (1) menjadi tanggungjawab Palang Merah Indonesia
Karena usaha transfusi darah diselenggarakan berdasarkan prinsip tidak
mencari keuntungan, sedangkan diperlukan biaya yang besar untuk peralatan dan
perlengkapan yang khusus, usaha pembuatan dan pemisahan bagian-bagian darah
serta fraksi-fraksi plasma tertentu, dan tenaga, maka Pemerintah dapat memberikan
subsidi, baik berupa uang maupun peralatan lainnya sesuai pasal 9 (2) yang berbunyi
:

Pemerintah dapat memberikan subsidi, yang pelaksanaannya diatur oleh


Menteri

Selain itu, ada Pasal 10 yang berbunyi :

Biaya pengolahan dan pemberian darah kepada si penderita ditetapkan


dengan keputusan Menteri atas usul Palang Merah Indonesia dengan
memperhitungkan biaya-biaya untuk pengadaan, pengolahan, penyimpanan, dan
pengangkutan tanpa memperhitungkan laba

Mengingat semakin luasnya ruang lingkup masalah transfusi darah sesuai


dengan kemajuan teknologi di bidang kedokteran sendiri, maka penyelenggaraan
usaha transfusi darah di Indonesia perlu mendapat bimbingan pengarahan dan
pengawasan dari Menteri Kesehatan; sesuai pasal 11 yang berbunyi :

Bimbingan dan pengawasan penyelenggaraan usaha transfusi darah


ditetapkan oleh Menteri

Dengan juga memperhatikan Resolusi World Health Assembly 1975 untuk


mencegah terjadinya komersialisasi terselubung dari produk yang berasal dalam
manusia, serta eksploitasi donor darah yang berkelebihan dan untuk mencapai tingkat
penyelamatan pemakai dalam yang setinggi mungkin, diatur dalam Pasal 12 yang
berbunyi :
Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Pengurus
Besar Palang Merah Indonesia bertanggungjawab kepada Menteri

Ketentuan pidana mengenai transfusi darah diatur dalam pasal 14 yang


berbunyi (1) Barangsiapa melanggar ketentuan Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 8
diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-
tingginya Rp 7.500,- (tujuh ribu lima ratus rupiah); (2) Perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) adalah pelanggaran; (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) berlaku juga bagi setiap pelanggaran terhadap ketentuan peraturan
pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini.

A. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


423/Menkes/SK/IV/2007 tentang Kebijakan Peningkatan Kualitas dan
Akses Pelayanan Darah

Darah adalah materi biologis yang diproduksi oleh tubuh manusia dalam
jumlah yang terbatas dan belum dapat disintesis di luar tubuh manusia. Pengadaannya
hanya dari donasi secara sukarela yang dilakukan oleh para donor darah. Dalam tubuh
manusia darah merupakan materi biologis yang labil dan untuk mempertahankan
viabilitasnya diperlukan nutrient dan antikoagulan serta persyaratan suhu tertentu.

Transfusi darah dapat menjadi sumber penularan terhadap penyakit infeksi menular
lewat transfusi darah (HIV/AIDS, Hepatitis B, Hepatitis C, dan Sifilis). Seluruh
Rumah Sakit harus memiliki Bank Darah Rumah Sakit.Unit Transfusi Darah (UTD) yang
ada saat ini (UTD PMI dan UTD Rumah Sakit) dirasakan belum memadai untuk
mencukupi kebutuhan pelayanan darah diseluruh Kabupaten / Kota di Indonesia.
dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan daerah yang dapat menjangkau seluruh
wilayah Indonesia perlu dibentuk Unit Transfusi Darah (UTD) di Kabupaten atau
Kota yang belum memiliki Unit Transfusi Darah (UTD PMI).
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 423/Menkes/SK/IV/2007
tentang Kebijakan Peningkatan Kualitas dan Askes Pelayanan Darah menjeaskan
mengenai semua daerah Kabupaten atau Kota yang belum memiliki Unti Transfusi
Darah (UTD PMI) dapat membentuk Unit Transufis Darah Rumah Sakit (UTD RS)
di Rumah Sakit Daerah yang bersangkutan; selain itu seluruh Rumah Sakit harus
memiliki Bank Darah Rumah Sakit; kemudian membentuk jejaring pelayanan darah
tingkat nasional dan daerah yang melibatkan departemen kesehatan, UTD PMI, dan
Pemerintah Daerah beserta Rumah Sakit.

A. Transfusi darah dilihat dari aspek etika

Etika berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti karakter, watak
kesusilaan atau adat kebiasaan, di mana etika berhubungan erat dengan konsep
individu atau kelompok sebagai alat penilai kebenaran atau evaluasi terhadap sesuatu
yang telah dilakukan.Etika bagi praktisi profesional berarti kewajiban dan tanggung
jawab memenuhi harapan profesi dan masyarakat, serta bertindak dengan cara-cara
yang profesional.

Praktek transfusi darah dalam dunia kesehatan meliputi banyak masalah etik
karena darah merupakan bagian dari tubuh manusia dan merupakan sumber
kehidupan yang penting.Praktek transfusi darah membutuhkan tanggung jawab
moral, baik bagi donor maupun resipiennya. Keputusan untuk meresepkan transfusi
darah harus berdasarkan empat prinsip, yaitu : penghargaan terhadap setiap individu,
perlindungan bagi hak setiap manusia, perlindungan terhadap eksploitasi, dan isi dari
sumpah Hippocrates primum non nocere atau yang terutama adalah tidak
melakukan hal yang membahayakan.

Pada tahun 1980, International Society of Blood Transfusion (ISBT) untuk


pertama kalinya mengesahkan kode etik transfusi darah, yang diadopsi oleh WHO
dan Ikatan Palang Merah.Revisi kode etik untuk donor dan transfusi disahkan pada
tahun 2000.Kode etik ini merupakan acuan yang berhubungan dengan tanggung
jawab etik bagi donor, instansi pengumpul darah transfusi dan pengambil keputusan
transfusi, dan masyarakat umum.

Kode etik donor dan transfusi darah

Tujuan kode etik ini adalah untuk mempertegas prinsip etis dan peraturan yang perlu
diperhatikan dalam bidang terapi transfusi. Isi kode etik tersebut, adalah :

Pendonor dan pendonoran

1. Donor darah, termasuk jaringan hematopoetik untuk transplantasi haruslah,


dalam segala keadaan, dilakukan secara volunter, tanpa pamrih, dan tanpa
paksaan pada donor. Pendonor haruslah memberikan informed
consent/persetujuan terhadap pendonoran darah maupun komponen darah dan
penggunaan darah selanjutnya oleh petugas transfusi.
2. Pasien harus diinformasikan mengenai keuntungan serta kerugian transfuse
darah, dan/atau alternatif terapi lainnya dan mempunyai hak untuk menerima
ataupun menolak prosedur.
3. Apabila pasien tidak dapat memberikan persetujuan sebelumnya, maka dasar
terapi dengan cara transfusi haruslah memberikan manfaat yang terbaik bagi
pasien.
4. Motif mencari keuntungan tidak boleh menjadi dasar untuk melakukan
pelayanan transfusi darah.
5. Pendonor haruslah diberi informasi mengenai resiko yang berkaitan dengan
prosedur; kesehatan pendonor dan keamanan prosedur harus dijaga. Berbagai
prosedur yang berhubungan dengan pemberian berbagai zat/substansi kepada
donor untuk meningkatkan konsentrasi komponen darah tertentu harus
dilakukan dengan standar yang telah diterima secara internasional.
6. Ketidakjelasan identitas antara donor dan resipien harus dipastikan, kecuali
pada situasi khusus dan kerahasiaan informasi mengenai pendonor haruslah
terjamin.
7. Pendonor harus mengerti resiko bagi orang lain dalam mendonorkan darah
yang terinfeksi dan merupakan tanggung jawab etisnya terhadap resipien.
8. Donor darah harus dilakukan berdasarkan kriteria-kriteria medis yang sering
dipakai dan tidak memerlukan diskriminasi dalam segala hal, termasuk
gender, ras, kewarganegaraan, ataupun agama. Baik pendonor maupun calon
resipien tidak dapat didiskriminasi dalam praktek pendonoran dan transfusi darah.
9. Darah harus dikumpulkan dibawah tanggung jawab penuh seorang praktisi
medis berijazah yang terdaftar.
10. Seluruh hal yang berkaitan dengan pendonoran darah dan hemoferesisharus
disesuaikan dengan standart-standart yang telah ditetapkan dan diterima
secara internasional.
11. Pendonor dan resipien harus diinformasikan apabila mereka telah dirugikan.

Pasien/resipien

12. Terapi transfusi harus diberikan dibawah tanggung jawab penuh seorang
praktisi medis yang terdaftar.
13. Kebutuhan medis harus menjadi satu-satunya dasar terapi transfusi.
14. Tidak boleh ada insentif secara finansial dalam meresepkan transfusi darah.
15. Darah adalah sumber daya umum, dan aksesnya tidak boleh dibatasi.
16. Sebisa mungkin pasien hanya menerima komponen darah tertentu (sel,
plasma, atau turunan plasma) yang secara klinis sesuai dan menunjang
keamanan yang optimal.
17. Penyia-nyiaan darah harus dihindari demi menjaga kepentingan seluruh
resipien dan donor.
18. Praktek transfusi darah dilakukan oleh badan-badan kesehatan nasional atau
internasional dan agen-agen lain yang berkompetensi dan berwenang haruslah
memenuhi kode etik ini.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup(kecuali
tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang
dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme,
dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri.Terdapat dua jenis
penggolongan darah yang paling penting yaitu ABO dan Rhesus (faktor Rh).Sistem
penggolongan ini diperlukan dalam tindakan transfusi darah.
Transfusi darah adalah tindakan memasukkan darah atau komponennya ke
dalam sistim pembuluh darah seseorang.Sampai kini dikenal dua jenis transfusi yang
lazim dilakukan yaitu Allotransfusi(bahan transfusi berasal dari darah orang lain)dan
Autotransfusi(bahan transfusi berasal dari darah resipien sendiri). Terdapat dua
macam indikasi dalam melakukan transfusi darah yaitu indikasi umum dari transfusi
darah (Penggantian volume darah karena kehilangan darah akut, Kekurangan
eritrosit, Defisiensi faktor koagulasi, Berkurangnya jumlah leukosit atau trombosit,
Open heart surgery, Transfusi tukar) dan indikasi transfusi pada masing-masing jenis
komponen darah.
Terdapat beberapa komplikasi dari transfusi darah, yaitu infeksi
mikroorganisme, reaksi alergi, reaksi hemolitik.
Transfusi darah memiliki aspek legal yang diatur dalam Undang-Undang
Kesehatan bab V tentang upaya kesehatan pasal 33, 34, 35. Pada tahun 1980,
International Society of Blood Transfusion (ISBT) untuk pertama kalinya
mengesahkan kode etik transfusi darah, yang diadopsi oleh WHO dan Ikatan Palang
Merah.Revisi kode etik untuk donor dan transfusi disahkan pada tahun 2000.Kode
etik ini merupakan acuan yang berhubungan dengan tanggung jawab etik bagi donor,
instansi pengumpul darah transfusi dan pengambil keputusan transfusi, dan
masyarakat umum.Tujuan kode etik ini adalah untuk mempertegas prinsip etis dan
peraturan yang perlu diperhatikan dalam bidang terapi transfusi.

3.2 Saran

1. Bagi Masyarakat
Sebelum menerima transfusi darah, masyarakat hendaknya
mengetahui tentang indikasi dan komplikasinya
Bagi mereka yang mengidap penyakit infeksi seperti HIV,
Hepatitis B, Hepatitis C, dan lain-lain, hendaknya tidak
mendonorkan darahnya.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan diharapkan memberikan penjelasan dan
meminta persetujuan kepada calon penerima transfusi darah.
Tenaga kesehatan daiharapkan lebih teliti dalam melakukan proses
skrining terhadap darah yang akan diberikan kepada calon resipien.

Pemerintah diharapkan lebih aktif dalam mensosialisasikan program donor


darah pada masyarakat luas.
DAFTAR PUSTAKA

1. Lauralee Sherwood. BAB 9:Organ Darah. Di: Fisiologi Manusia: Dari Sel ke
Sistem.ed.2. Jakarta, Indonesia: EGC, 2001: 657 80.
2. Joshua, Komposisi Darah, 2008. http://id.shvoong.com/exact-
sciences/biology/1836318-komposisi-darah/.
3. Wintrobes Clinical Hematology 10ed + Hoffman - Hematology- Basic
Principles and Practice 3rd ed.
4. David E. Mohrman, PhD .Lange Cardiovascular Physiology, Sixth Edition
,2006.The McGraw-Hill Companies
5. HTA, Indonesia, 2003. Komponen Darah.
http://www.docstoc.com/docs/19448114/Transfusi-komponen-darah-indikasi-
dan-skrining.
6. http://www.scribd.com/doc/36105565/BIOLOGI-TRANSFUSI-Darah
7. http://www.asiatour.com/lawarchives/indonesia/uu_kesehatan/uu_kesehatan_
babV(9).htm Created: September 1, 1995 - Last updated: February 14, 2008

Anda mungkin juga menyukai