Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Dalam Menempuh Program Pendidikan
Profesi Dokter
Disusun Oleh :
M. Agung santara 03009139 FK Trisakti
Vania Valentina 03009262 FK Trisakti
Satria Pinandita 03009226 FK Trisakti
Yohanes Satrya 03009275 FK Trisakti
Putri Melati 03005172 FK Trisakti
Deni Andre Atmadinata H2A008010 FK Unimus
1
LEMBAR PENGESAHAN
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah YME, karena rahmat-Nya kami
dapat menyusun dan menyelesaikan referat kami tentang Transfusi Darah Ditinjau
Dari Aspek Medis, Legal dan Etika.
Penulisan referat kami ini adalah merupakan salah satu tugas dan
persyaratan untuk menyelesaikan tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Forensik dan
Medikolegal Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi Semarang.
Kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun
materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki pada kami. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan
referat kami tentang Transfusi Darah Ditinjau Dari Aspek Medis, Legal dan Etika.
Dalam penyusunan referat ini, kami tidak lupa mengucapkan banyak terima
kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas referat
kami tentang Transfusi Darah Ditinjau Dari Aspek Medis, Legal dan Etika
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan referat ini. Dan tidak lupa juga kami
ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing kami yang telah membimbing kami
dr. Gatot Suharto SH, MKes, Sp.F dan residen pembimbing kami dr. Bianti
H.Machroes. Kami berharap semoga referat kami ini dapat bermanfaat bagi kami
sendiri maupun kepada pembaca umumnya.
Penyusun
3
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Transfusi darah secara universal dibutuhkan untuk menangani pasien dengan
anemia berat, kelainan darah bawaan, cedera parah, hendak menjalankan tindakan
bedah operatif dan penyakit liver ataupun penyakit lainnya yang mengakibatkan
tubuh pasien tidak dapat memproduksi darah atau komponen darah sebagaimana
mestinya. Pada negara berkembang, transfusi darah juga diperlukan untuk
menangani kegawatdaruratan melahirkan dan anak-anak malnutrisi yang berujung
pada anemia berat. Tanpa darah yang cukup, seseorang dapat mengalami
gangguan kesehatan bahkan kematian. Oleh karena itu, tranfusi darah yang
diberikan kepada pasien yang membutuhkannya sangat diperlukan untuk
menyelamatkan jiwa. Angka kematian akibat dari tidak tersedianya cadangan
tranfusi darah pada negara berkembang relatif tinggi. Hal tersebut dikarenakan
ketidakseimbangan perbandingan ketersediaan darah dengan kebutuhan rasional.
Transfusi darah adalah tindakan memasukkan darah atau komponennya ke
dalam sistem pembuluh darah seseorang. Komponen darah yang biasa
ditransfusikan ke dalam tubuh seseorang adalah sel darah merah, trombosit,
plasma, sel darah putih. Transfusi darah bertujuan menggantikan atau menambah
komponen darah yang hilang atau terdapat dalam jumlah yang tidak mencukupi.
Tentu saja transfusi darah hanya merupakan pengobatan simptomatik karena darah
atau komponen darah yang ditransfusikan hanya dapat mengisi kebutuhan tubuh
tersebut untuk jangka waktu tertentu tergantung pada umur fisiologi komponen
yang ditransfusikan; walaupun umur eritrosit adalah 120 hari namun bila
ditransfusikan pada orang lain maka kemampuan transfusi tadi mempertahankan
kadar hemoglobin dalam tubuh resipien hanya rata-rata satu bulan. Tindakan
transfusi darah atau komponennya bukanlah tindakan tanpa risiko; sebaliknya
tindakan ini merupakan tindakan yang mengandung risiko yang dapat berakibat
fatal. Komplikasi yang dapat timbul akibat transfusi darah atau komponennya,
dapat dibagi dalam 3 kelompok yaitu 1) reaksi imunologis, 2) reaksi non
imunologis, 3) penularan penyakit.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana transfusi darah dilihat dari aspek medis?
2. Bagaimana transfusi darah dilihat dari aspek legal?
3. Bagaimana transfusi darah dilihat dari aspek etika?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui transfusi darah dilihat dari aspek medis, aspek legal dan
aspek etika.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami tentang aspek medis transfusi darah
b. Mengetahui dan memahami tentang aspek legal transfusi darah
c. Mengetahui dan memahami tentang aspek etika transfusi darah
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Meningkatkan kemampuan dalam penyusunan suatu makalah dari
beberapa sumber dan teknik penulisan
b. Melatih kerjasama tim dalam penyusunan suatu makalah
c. Menambah pengetahuan mengenai aspek medis, legal dan etika pada
transfusi darah
2. Bagi Instansi Terkait
a. Menambah bahan referensi bagi dokter dalam memahami aspek medis,
legal dan etika pada transfusi darah di Indonesia
b. Menambah pengetahuan bagi dokter tentang aspek medis, legal dan etika
pada transfusi darah di Indonesia
3. Bagi Pemerintah
Sebagai dasar pertimbangan untuk menegakkan hukum dan keadilan dalam
aspek medis, legal dan etika pada transfusi darah di Indonesia
4. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi dan pengetahuan bagi masyarakat tentang aspek
medis, legal dan etika pada transfusi darah di Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ASPEK MEDIS TRANSFUSI DARAH
1. Definisi 1
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali
tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen
yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil
metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri.
Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau
hemato- yang berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti darah. Darah
manusia adalah cairan jaringan tubuh.
Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk-produk
berbasis darah dari satu orang ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi
darah berhubungan dengan kondisi media seperti kehilangan darah dalam
jumlah besar disebabkan oleh trauma, operasi, syok, dan tidak berfungsinya
organ pembentuk sel darah merah.
2. Fisiologis Darah 1
Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh
sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi,
mengangkut zat-zat sisa metabolisme, obat-obatan dan bahan kimia asing ke
hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang sebagai urin. Darah juga
mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan
mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem
endokrin juga diedarkan melalui darah.
Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah
mengalir dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah
dipompa oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme
berupa karbon dioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh arteri
pulmonalis, lalu dibawa kembali ke jantung melalui vena pulmonalis. Setelah
itu darah dikirimkan ke seluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah aorta.
Darah mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh melalui saluran halus darah
yang disebut pembuluh kapiler. Darah kemudian kembali ke jantung melalui
pembuluh darah vena cava superior dan vena cava inferior.
Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk
45% bagian dari darah. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang
membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah. Plasma darah
tersusun atas 90% air yang mengandung sari makanan, protein, hormon, dan
endapan kotoran selain sel-sel darah.
Ada tiga jenis sel darah, yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah
putih (leukosit), dan keping darah (trombosit).Sel darah merah dan sel darah
putih disebut juga korpuskel.2
a. Komponen Darah 3 :
1) Sel Darah Merah
Sel darah merah berbentuk piringan pipih yang menyerupai
donat. 45% darah tersusun atas sel darah merah yang dihasilkan di
sum-sum tulang. Ukuran sel darah merah antara 7.2 sampai 7.9 m.
Dalam setiap 1 cm kubik darah terdapat 5,5 juta sel. Jumlah sel darah
merah yang diproduksi setiap hari mencapai 200.000 biliun, rata-rata
umurnya hanya 120 hari. Semakin tua semakin rapuh, kehilangan
bentuk, dan ukurannya menyusut menjadi sepertiga ukuran mula-mula.
Sel darah merah mengandung hemoglobin yang kaya akan zat
besi. Warnanya yang merah cerah disebabkan oleh oksigen yang
diserap dari paru-paru. Pada saat darah mengalir ke seluruh tubuh,
hemoglobin melepaskan oksigen ke sel dan mengikat karbon dioksida.
Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4
subunit protein), yang terdiri dari masing-masing dua subunit alfa dan
beta yang terikat secara nonkovalen. Subunit-subunitnya mirip secara
struktural dan berukuran hampir sama. Tiap subunit memiliki berat
molekul kurang lebih 16,000 Dalton, sehingga berat molekul total
tetramernya menjadi sekitar 64,000 Dalton. Tiap subunit hemoglobin
mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan hemoglobin
memiliki kapasitas empat molekul oksigen.
Sel darah merah yang tua akhirnya akan pecah menjadi
partikel-partikel kecil di dalam hati dan limpa. Sebagian besar sel yang
tua dihancurkan oleh limpa dan yang lolos dihancurkan oleh hati. Hati
menyimpan kandungan zat besi dari hemoglobin yang kemudian
diangkut oleh darah ke sumsum tulang untuk membentuk sel darah
merah yang baru. Eritrosit dalam tubuh manusia menyimpan sekitar
2.5 gram besi, mewakili sekitar 65% kandungan besi di dalam tubuh
manusia. Proses dimana eritrosit diproduksi dinamakan eritropoiesis.
Secara terus-menerus, eritrosit diproduksi di sumsum tulang merah,
dengan laju produksi sekitar 2 juta eritrosit per detik (Pada embrio, hati
berperan sebagai pusat produksi eritrosit utama). Produksi dapat
distimulasi oleh hormon eritropoietin (EPO) yang disintesa oleh ginjal.
Hormon ini sering digunakan dalam aktivitas olahraga sebagai doping.
Saat sebelum dan sesudah meninggalkan sumsum tulang belakang, sel
yang berkembang ini dinamai retikulosit dan jumlahnya sekitar 1%
dari seluruh darah yang beredar.
2) Sel Darah Putih 4
Tidak seperti sel darah merah, sel darah putih memiliki inti
(nukleus). Sebagian besar sel darah putih bisa bergerak di dalam aliran
darah, membuatnya dapat melaksanakan tugas sebagai sistem
ketahanan tubuh. Sel darah putih dibagi menjadi :
1. Granulosit yang terdiri dari neutrofil, eosinofil dan
basofil.Agranulosit yang terdiri dari monosit dan limfosit.
2. Sel darah putih adalah bagian dari sistem ketahanan tubuh
yang terpenting.
Sel darah putih yang terbanyak adalah neutrofil ( 60%).
Tugasnya adalah memerangi bakteri pembawa penyakit yang
memasuki tubuh. Mula-mula bakteri dikepung, lalu butir-butir di
dalam sel segera melepaskan zat kimia untuk menghancurkan dan
mencegah bakteri berkembang biak. Dalam sirkulasi, sel darah putih
memiliki ciri sebagai berikut :
1. Gerak amoeboid
2. Dapat bermigrasi keluar dari pembuluh darah
3. Dipengaruhi oleh stimulus kimia spesifik (positif kemotaksis)
4. Neutrophils, eosinophils, dan monocytes memiliki peran
fagositosis
Sel darah putih mengandung 5% eosinofil. Sel ini memiliki
daya fagosit yang lemah dalam mencegah infeksi dalam tubuh. Jumlah
sel ini akan meningkat pada keadaan :
Infeksi parasit / cacing
Reaksi alergi dimana dapat menimbulkan manifestasi seperti
biduran / urtikaria, dermatitis allergic, atau asthma bronchiale.
Fungsinya adalah memerangi bakteri, mengatur pelepasan zat
kimia saat pertempuran, dan membuang sisa-sisa sel yang rusak.
Basofil, yang menyusun 1% sel darah putih, melepaskan zat
untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah di dalam
pembuluhnya. Sel ini mengandung heparin, bradikinin, histamine,
serotonin, enzim lisosim, yang dapat dikeluarkan bila terjadi reaksi
inflamasi. Jumlah sel ini akan meningkat pada fase penyembuhan
radang, atau pada radang kronis.20 sampai 30% kandungan sel darah
putih adalah limfosit. Tugasnya adalah menghasilkan antibodi, suatu
protein yang membantu tubuh memerangi penyakit. Sel ini memiliki 2
tipe, yaitu:
Limfosit B
Mengalami pematangan di Bursa Fabrisius / Sumsum tulang.
Sel ini berperan penting dalam pertahanan tubuh tipe humoral.
Nantinya sel ini akan berubah menjadi sel plasma yang dapat
memproduksi antibody yang spesifik.
Limfosit T
Mengalami pematangan di Thymus. Sel ini berperan penting
dalam mekanisme cell-mediated immunity yang bertanggung
jawab dalam pertahanan tubuh tipe lambat.
Monosit bertugas mengepung bakteri.
Kira-kira ada 5 sampai 10% di dalam sel darah putih. Sel ini
datang paling lambat dalam menanggapi reaksi kemotaksis
menuju tempat infeksi. Migrasi sel ini ke jaringan akan dikenal
sebagai makrofag yang bertugas membunuh dan menfagosit
mikroba. Banyak ditemukan pada pintu masuk tubuh misalnya :
mulut (tonsil), kulit (histiosit), usus, alveoli, otak (mikroglia) dan
hepar (sel kuffer)5.
Sistem Differential Count:
Eo / Ba / St / Sgm / Ly / Mo
1-2 0 -1 3-5 54-62 25-33 3-7
Shift to the left Shift to the right
Infeksi AKUT Infeksi KRONIS
3) Platelet
Platelet disebut juga trombosit. Sel ini berada dalam sirkulasi
kurang lebih 9-12 hari. Jumlahnya kurang lebih 350.000/l, dengan
sepertiganya berada di limpa. Fungsi dari trombosit ini ialah :
a. Transport zat-zat kimia penting dalam proses pembekuan darah.
b. Perlindungan sementara dari kebocoran pembuluh darah
c. Kontraksi aktif setelah terbentuknya bekuan darah
Jumlah PRC = Hb x 3 x BB
Indikasi
o Transfusi sel darah merah hampir selalu diindikasikan pada
kadar Hemoglobin (Hb) < 7 g/dL, terutama pada anemia akut.
Tranfusi dapat ditunda jika pasien asimptomatik dan / atau
penyakitnya memiliki terapi spesifik lain, maka batas kadar Hb
yang lebih rendah dapat diterima.
o Transfusi sel darah merah dapat dilakukan pada kadar Hb 7-10
g/dL apabila ditemukan hipoksia atau hipoksemia yang
bermakna secara klinis dan laboratorium.
o Transfusi tidak dilakukan bila kadar Hb 10 g/dL, kecuali bila
ada indikasi tertentu, misalnya penyakit yang membutuhkan
kapasitas transport oksigen lebih tinggi (contoh: penyakit paru
obstruktif kronik berat dan penyakit jantung iskemik berat).
o Transfusi pada neonates dengan gejala hipoksia dilakukan pada
kadar Hb 11 g/dL; bila tidak ada gejala batas ini dapat
diturunkan hingga 7 g/dL (seperti pada anemia bayi premature).
Jika terdapat penyakit jantung atau paru atau yang sedang
membutuhkan suplementasi oksigen batas untuk member
transfusi adalah Hb 13 g/dL.
Sampai kini dikenal dua jenis transfusi yang lazim dilakukan yaitu .
1) Allotransfusi; bahan transfusi berasal dari darah orang lain.
2) Autotransfusi; bahan transfusi berasal dari darah resipien
sendiri.
Cara Leaffrog
Darah diambil dari resipien sendiri tiap minggu.Minggu
berikutnya ditransfusikan kembali diikuti pengambilan dan
penyimpanan dalam jumlah lebih banyak dan seterusnya
sehingga terkumpul jumlah darah yang diperlukan.
Cara Infra Operative Deposit
Darah diambil sebelum operasi dart diganti dengan
koloid; pasca operasi darah yang diambil ditransfusikan
kembali.
Cara Infra Operative Salvage
Darah dalam rongga dada/abdomen diisap, disaring
kemudian ditransfusikan kembali.
Keuntungan autotransfusi :
1) Merupakan darah yang paling cocok misal pada donor-
donor langka.
2) Kesalahan cross match tidak ada.
3) Reaksi pirogen alergi tidak ada.
4) Penularan penyakit tidak ada
5) Tidak bertentangan dengan kepercayaan tertentu yang
menolak transfusi darah orang lain.
Hal yang harus diperhatikan pada autotransfusi cara Infra
Operative Salvage :
1) Kontra indikasi : Keganasan dan infeksi
2) Komplikasi : Emboli dan Koagulopati
Sel darah merah ada tiga jenis yaitu :
sel darah merah pekat (Packed Red Cells)
suspensi sel darah merah
sel darah merah yang dicuci
5. Tehnik Transfusi 6
Sebelum dilakukan transfuse darah, dilakukan dulu serangkaian
prosedur untuk memeriksa kompatibilitas darah donor dengan darah resipien
untuk memastikan sedapat mungkin menekan terjadinya reaksi transfusi pada
pasien serta eritrosit dapat mencapai masa hidup maksimum setelah diberikan.
Tes kompatibilitas yang dilakukan adalah:
Memeriksa catatan pasien : golongan darah, riwayat dan alasan
transfusi darah bila ada.
Melakukan penggolongan darah ABO pada sampel darah pasien.
Melakukan penggolongan darah Rh pada sampel darah pasien.
Melakukan uji kecocokan terakhir :
Major matching adalah mencocokkan serum pasien dengan eritrosit
donor.
Minor matching adalah mencocokkan eritrosit pasien dengan serum
donor.
Pemeriksaan DAT dan IAT
DAT/ Direct Antiglobulin Test
Mendeteksi antibodi atau komplemen yang menyelubungi
permukaan eritrosit.Sebelum dilakukan tes eritrosit dicuci dengan
garam fisiologis untuk menghilangkan antibodi dan komplemen
yang tidak terikat, kemudian ditambahkan AHG (anti human serum
globulin).Bila pada eritrosit terdapat antibodi, kaki Fab dari AHG
berikatan pada kakai Fc antibodi yang terikat pada eritrosit.
IAT/ Indirect Antiglobulin Test
Mendeteksi antibodi pada serum. Serum atau plasma yang
diperiksa diinkubasi dengan eritrosit sehingga bila ada antibodi
maka akan berikatan dengan eritrosit. Eritrosit kemudian dicuci
untuk menyingkirkan globulin yang tidak terikat kemudian
ditambahkan AHG.Bila terjadi aglutinasi berarti terdapat antibodi
terhadap antigen eritrosit.
Sebelum ditransfusikan, periksa sekali lagi sifat dan jenis darah
serta kecocokan antara darah donor dan penderita.Penderita
dipersiapkan dengan pemasangan infus dengan jarum besar G16-
18.Jarum yang terlalu kecil (G 23-25) dapat menyebabkan
hemolisis.
Transfusi dilakukan dengan transfusi set yang memiliki
saringan untuk menghalangi bekuan fibrin dan partikel debris
lainnya. Transfusi set baku memiliki saringan dan ukuran pori-pori
170 mikron. Pada keadaan normal, sebuah transfusi set dapat
digunakan untuk 2 sampai 4 unit darah. Vena terbaik untuk kanulasi
darah adalah vena pada bagian dorsal tangan dan pada lengan atas.
Dalam keadaan darurat dapat dilakukan venaseksi untuk menjamin
kelancaran dan kecepatan transfuse. Waktu mengambil darah dari
lemari es, perhatikan plasmanya.Jika ada tanda-tanda hemolisis
(warna coklat hitam, keruh) jangan diberikan. Darah yang belum
akan ditransfusikan harus tetap di dalam lemari es. Sebelum
transfusi, diberikan terlebih dahulu 50-100 ml NaCl fisiologik.
Jangan menggunakan larutan lain karena dapat merugikan. Larutan
dekstrose dan larutan garam hipotonik dapat menyebabkan
hemolisis. Ringer laktat atau larutan lain yang mengandung kalsium
akan menyebabkan koagulasi.Jangan menambahkan obat apapun ke
dalam darah yang ditransfusikan. Obat-obatan memiliki pH yang
berbeda sehingga dapat menyebabkan hemolisis, lagipula bila
terjadi reaksi transfusi akan sulit untuk menentukan apakah hal itu
terjadi akibat obat atau akibat darah yang ditransfusikan.
Jika sejumlah besar darah akan ditransfusikan dalam waktu
yang singkat, maka dibutuhkan darah hangat, karena darah yang
dingin akan mengakibatkan aritmia ventrikel bahkan kematian.
Menghangatkan darah dengan air hangat hendaknya pada suhu 37-
39oC. Karena bila lebih 40 0C, eritrosit akan rusak.Pada 100 ml
pertama pemberian darah lengkap hendaknya diteliti dengan hati-
hati dan diberikan perlahan-lahan untuk kemungkinan deteksi dini
(5,6,8)
reaksi transfusi. Transfusi set mengalirkan darah 1 ml dalam
20 tetes. Laju tercepat yang bisa tercapai adalah 60 ml permenit.(11)
Laju transfusi tergantung pada status kardiopulmoner resipien. Jika
status kardiopulmoner normal, maka dapat diberikan 10-15
ml/kgBB dalam waktu 2-4 jam. Jika tidak ada hemovolemia maka
batas aman transfusi adalah 1 ml/kgBB/jam (1 unit kurang lebih 3
(4,12)
jam) atau 1000 ml dalam 24 jam. Tetapi jika terdapat gagal
jantung yang mengancam maka tidak boleh ditransfusikan melebihi
2 ml/kgBB/jam.(3) Karena darah adalah medium kultur yang ideal
untuk bakteri, sebaiknya transfusi satu unit darah tidak boleh
melewati 5 jam karena meningkatnya resiko proliferasi bakteri.
Kasus-kasus dengan perdarahan yang hebat kadang-kadang
dibutuhkan transfusi yang cepat sampai 6-7 bag dalam setengah
jam. Setelah sirkulasi tampak membaik dikurangi hingga 1 bag tiap
15 menit. Tidak dianjurkan memberi obat antihistamin ,
antipiretika, atau diuretika secara rutin sebelum transfusi untuk
mencegah reaksi. Reaksi panas pada dasarnya adalah tanda bahaya
bahwa sedang terjadi reaksi transfusi. Diuretika hanya diperlukan
pada pasien anemia kronis yang perlu transfusi sampai 20 ml/kgBB
dalam 24 jam.
Cara-cara Meningkatkan Kecepatan Transfusi :
a) Letakkan botol darah setinggi mungkin. Peningkatan 2 kali
menyebabkan kecepatan transfusi meningkat 2 kali pula.
b) Pergunakan jarum atau kanula sebesar mungkin.
c) Dengan memompakan darah meningkatkan tekanan udara dalam
botol.
d) Dengan memompakan darah-darah yang berada di dalam kateter
bawah.
6. Komplikasi 5
B. Aspek Legal 8
Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan diselenggarakan untuk
mengembalikan status kesehatan akibat penyakit, mengembalikan fungsi badan
akibat cacat atau menghilangkan cacat, hal tersebut dilakukan dengan pengobatan
dan atau perawatan. Pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan
ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat
dipertanggungjawabkan, namun hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu. Pengobatan dan atau
perawatan yang dapat dilakukan antara lain adalah dengan cara transfusi darah.
Transfusi darah adalah tindakan medis memberikan darah kepada seorang
penderita, yang darahnya telah tersedia dalam botol atau kantong plastik. Usaha
transfuse darah adalah segala tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk
memungkinkan penggunaan darah bagi keperluan pengobatan dan pemulihan
kesehatan yang mencakup masalah masalah pengadaan, pengolahan, dan
penyampaian darah kepada orang sakit. Pada hakikatnya usaha transfusi darah
merupakan bagian penting dari tugas Pemerintah di bidang pelayanan kesehatan
masyarakat dan merupakan suatu bentuk pertolongan sesama umat manusia.
Sehubungan dengan itu, maka perlu dengan tegas diatur dalam aturan hukum
mengenai pelayanan dan penyumbangan darah, pengolahan, penyelenggaraan
donor darah, dan pemindahan darahnya sendiri dalam arti yang luas dan mengingat
faktor-faktor kesukarelaan donor, larangan untuk memperdagangkan darah dan
pengawasan tentang pelaksanaannya. Aspek hukum yang mengatur mengenai
transfusi darah yaitu Undang Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009, Peraturan
Pemerintah No.7 Tahun 2011 tentang Pelayanan Darah, Keputusan Menteri
Kesehatan RI No.423/Menkes/SK/IV/2007 tentang Kebijakan Peningkatan
Kualitas dan Akses Pelayanan Darah.
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan
Transfusi darah memiliki aspek legal yang diatur menurut hukum oleh
pemerintah dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 Tentang Kesehatan BAB V pasal 86, 87, 88, 89, 90, 91, dan 92, bagian
kesebelas tentang pelayanan darah. Menurut UU RI nomor 36 tahun 2009
pasal 86 menyatakan :
Ayat 1 "Pelayanan darah merupakan upaya pelayanan kesehatan yang
memanfaatkan darah manusia sebagai bahan dasar dengan tujuan
kemanusiaan dan tidak untuk tujuan komersial
Ayat 2 "Darah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh dari pendonor
darah sukarela yang sehat dan memenuhi kriteria seleksi pendonor dengan
mengutamakan kesehatan pendonor
Ayat 3 Darah yang diperoleh dari pendonor darah sukarela sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) sebelum digunakan untuk pelayanan darah harus
dilakukan pemeriksaan laboratorium guna mencegah penularan penyakit
Ayat 3 Pendonor darah harus diberi informasi terlebih dahulu mengenai resiko
pengambilan darah dan hasil pemeriksaan darahnya.
Ayat 4 Dalam hal ini hasil pemeriksaan darah sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
reaktif, maka Unit Transfusi Darah harus menganjurkan kepada yang bersangkutan
untuk sementara tidak mendonorkan darah dan segera melakukan pemeriksaan
konfirmasi untuk mendapatkna penanganan lebih lanjut.
Ayat 1 Tenaga Kesehatan wajib melakukan uji saring darah untuk mencegah
penularan penyakit.
Ayat 2 Uji saring darah sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) paling sedikit
meliputi pencegahan penularan penyakit HIV-AIDS, Hepatitis B, Hepatitis C dan
Sifilis.
PP RI nomor 7 Tahun 2011 Bagian Kelima tentang Tindakan Medis Pemberian darah
pasal 16 dan pasal 17 menyatakan tindakan medis pemberian darah dan atau
komponennya kepada pasien dilaksanakan sesuai kebutuhan medis secara rasional
dan harus dicatat dalam rekam medis.
PP RI no 7 Tahun 2011 Bab VI tentang Pendonor darah pasal 28 menyatakan setiap
orang yang secara sukarela memenuhi persyaratan kesehatan dapat menjadi pendonor
darah dan pendonor darah wajib memberikan informasi yang benar perihal kondisi
kesehatan dan perilaku kehidupannya.
PP RI no 7 Tahun 2011 Bab VII bagian kesatu tentang unit transfusi darah pasal 34
ayat 1, 2 dan 3 menyatakan Unit Transfusi Darah dapat diselenggarakan oleh
pemerintah daerah atau organisasi sosial yang tugas pokok dan fungsinua di bidang
kepalangmerahan, jika unit transfusi darah tersebut diselenggarakan oleh pemerintah
disebut Unit Pelaksana Teknis, jika diselenggarakan oleh pemerintah daerah disebut
Unit Pelaksana Teknis Daerah. Sedangkan PP RI no 7 Tahun 2011 Bab VII bagian
kedua tentang Bank darah rumah sakit pasal 41 menyatakan Bank Darah Rumah
Sakit dapat didirikan di rumah sakit sebagai bagian dari unit pelayanan rumah sakit.
Bagian ketiga tentang jejaring pasal 42 ayat 2 dan 3 menyatakan jejaring pelayanan
transfusi darah meliputi institusi terkait pelayanan transfusi darah yang berjenjang
dari tingkat nasional, provinsi dan kabupaten atau kota.
Dilarang mengirim dan menerima darah dalam semua bentuk ke dan dari luar
negeri.
Kedua larangan dalam pasal tersebut tidak berlaku dengan ketentuan yang
terdapat pada pasal 5 (1) yang berbunyi :
Mengingat pengalaman dan luasnya jaringan usaha transfusi darah yang telah
dicapai oleh Palang Merah Indonesia hingga sekarang, maka usaha transfusi darah
dipercayakan kepada Palang Merah Indonesia, kecuali apabila pada beberapa tempat
ternyata Palang Merah Indonesia belum mampu, maka Menteri dapat menunjuk
Rumah Sakit setempat atau pihak-pihak lainnya; sesuai pasal 6 yang berbunyi :
Biaya dalam kepentingan pelaksanaan transfusi diatur dalam Pasal 9 (1) yang
berbunyi :
Darah adalah materi biologis yang diproduksi oleh tubuh manusia dalam
jumlah yang terbatas dan belum dapat disintesis di luar tubuh manusia. Pengadaannya
hanya dari donasi secara sukarela yang dilakukan oleh para donor darah. Dalam tubuh
manusia darah merupakan materi biologis yang labil dan untuk mempertahankan
viabilitasnya diperlukan nutrient dan antikoagulan serta persyaratan suhu tertentu.
Transfusi darah dapat menjadi sumber penularan terhadap penyakit infeksi menular
lewat transfusi darah (HIV/AIDS, Hepatitis B, Hepatitis C, dan Sifilis). Seluruh
Rumah Sakit harus memiliki Bank Darah Rumah Sakit.Unit Transfusi Darah (UTD) yang
ada saat ini (UTD PMI dan UTD Rumah Sakit) dirasakan belum memadai untuk
mencukupi kebutuhan pelayanan darah diseluruh Kabupaten / Kota di Indonesia.
dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan daerah yang dapat menjangkau seluruh
wilayah Indonesia perlu dibentuk Unit Transfusi Darah (UTD) di Kabupaten atau
Kota yang belum memiliki Unit Transfusi Darah (UTD PMI).
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 423/Menkes/SK/IV/2007
tentang Kebijakan Peningkatan Kualitas dan Askes Pelayanan Darah menjeaskan
mengenai semua daerah Kabupaten atau Kota yang belum memiliki Unti Transfusi
Darah (UTD PMI) dapat membentuk Unit Transufis Darah Rumah Sakit (UTD RS)
di Rumah Sakit Daerah yang bersangkutan; selain itu seluruh Rumah Sakit harus
memiliki Bank Darah Rumah Sakit; kemudian membentuk jejaring pelayanan darah
tingkat nasional dan daerah yang melibatkan departemen kesehatan, UTD PMI, dan
Pemerintah Daerah beserta Rumah Sakit.
Etika berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti karakter, watak
kesusilaan atau adat kebiasaan, di mana etika berhubungan erat dengan konsep
individu atau kelompok sebagai alat penilai kebenaran atau evaluasi terhadap sesuatu
yang telah dilakukan.Etika bagi praktisi profesional berarti kewajiban dan tanggung
jawab memenuhi harapan profesi dan masyarakat, serta bertindak dengan cara-cara
yang profesional.
Praktek transfusi darah dalam dunia kesehatan meliputi banyak masalah etik
karena darah merupakan bagian dari tubuh manusia dan merupakan sumber
kehidupan yang penting.Praktek transfusi darah membutuhkan tanggung jawab
moral, baik bagi donor maupun resipiennya. Keputusan untuk meresepkan transfusi
darah harus berdasarkan empat prinsip, yaitu : penghargaan terhadap setiap individu,
perlindungan bagi hak setiap manusia, perlindungan terhadap eksploitasi, dan isi dari
sumpah Hippocrates primum non nocere atau yang terutama adalah tidak
melakukan hal yang membahayakan.
Tujuan kode etik ini adalah untuk mempertegas prinsip etis dan peraturan yang perlu
diperhatikan dalam bidang terapi transfusi. Isi kode etik tersebut, adalah :
Pasien/resipien
12. Terapi transfusi harus diberikan dibawah tanggung jawab penuh seorang
praktisi medis yang terdaftar.
13. Kebutuhan medis harus menjadi satu-satunya dasar terapi transfusi.
14. Tidak boleh ada insentif secara finansial dalam meresepkan transfusi darah.
15. Darah adalah sumber daya umum, dan aksesnya tidak boleh dibatasi.
16. Sebisa mungkin pasien hanya menerima komponen darah tertentu (sel,
plasma, atau turunan plasma) yang secara klinis sesuai dan menunjang
keamanan yang optimal.
17. Penyia-nyiaan darah harus dihindari demi menjaga kepentingan seluruh
resipien dan donor.
18. Praktek transfusi darah dilakukan oleh badan-badan kesehatan nasional atau
internasional dan agen-agen lain yang berkompetensi dan berwenang haruslah
memenuhi kode etik ini.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup(kecuali
tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang
dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme,
dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri.Terdapat dua jenis
penggolongan darah yang paling penting yaitu ABO dan Rhesus (faktor Rh).Sistem
penggolongan ini diperlukan dalam tindakan transfusi darah.
Transfusi darah adalah tindakan memasukkan darah atau komponennya ke
dalam sistim pembuluh darah seseorang.Sampai kini dikenal dua jenis transfusi yang
lazim dilakukan yaitu Allotransfusi(bahan transfusi berasal dari darah orang lain)dan
Autotransfusi(bahan transfusi berasal dari darah resipien sendiri). Terdapat dua
macam indikasi dalam melakukan transfusi darah yaitu indikasi umum dari transfusi
darah (Penggantian volume darah karena kehilangan darah akut, Kekurangan
eritrosit, Defisiensi faktor koagulasi, Berkurangnya jumlah leukosit atau trombosit,
Open heart surgery, Transfusi tukar) dan indikasi transfusi pada masing-masing jenis
komponen darah.
Terdapat beberapa komplikasi dari transfusi darah, yaitu infeksi
mikroorganisme, reaksi alergi, reaksi hemolitik.
Transfusi darah memiliki aspek legal yang diatur dalam Undang-Undang
Kesehatan bab V tentang upaya kesehatan pasal 33, 34, 35. Pada tahun 1980,
International Society of Blood Transfusion (ISBT) untuk pertama kalinya
mengesahkan kode etik transfusi darah, yang diadopsi oleh WHO dan Ikatan Palang
Merah.Revisi kode etik untuk donor dan transfusi disahkan pada tahun 2000.Kode
etik ini merupakan acuan yang berhubungan dengan tanggung jawab etik bagi donor,
instansi pengumpul darah transfusi dan pengambil keputusan transfusi, dan
masyarakat umum.Tujuan kode etik ini adalah untuk mempertegas prinsip etis dan
peraturan yang perlu diperhatikan dalam bidang terapi transfusi.
3.2 Saran
1. Bagi Masyarakat
Sebelum menerima transfusi darah, masyarakat hendaknya
mengetahui tentang indikasi dan komplikasinya
Bagi mereka yang mengidap penyakit infeksi seperti HIV,
Hepatitis B, Hepatitis C, dan lain-lain, hendaknya tidak
mendonorkan darahnya.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan diharapkan memberikan penjelasan dan
meminta persetujuan kepada calon penerima transfusi darah.
Tenaga kesehatan daiharapkan lebih teliti dalam melakukan proses
skrining terhadap darah yang akan diberikan kepada calon resipien.
1. Lauralee Sherwood. BAB 9:Organ Darah. Di: Fisiologi Manusia: Dari Sel ke
Sistem.ed.2. Jakarta, Indonesia: EGC, 2001: 657 80.
2. Joshua, Komposisi Darah, 2008. http://id.shvoong.com/exact-
sciences/biology/1836318-komposisi-darah/.
3. Wintrobes Clinical Hematology 10ed + Hoffman - Hematology- Basic
Principles and Practice 3rd ed.
4. David E. Mohrman, PhD .Lange Cardiovascular Physiology, Sixth Edition
,2006.The McGraw-Hill Companies
5. HTA, Indonesia, 2003. Komponen Darah.
http://www.docstoc.com/docs/19448114/Transfusi-komponen-darah-indikasi-
dan-skrining.
6. http://www.scribd.com/doc/36105565/BIOLOGI-TRANSFUSI-Darah
7. http://www.asiatour.com/lawarchives/indonesia/uu_kesehatan/uu_kesehatan_
babV(9).htm Created: September 1, 1995 - Last updated: February 14, 2008