Anda di halaman 1dari 43

TATA KELOLA YANG BAIK

DAN
KODE ETIK BPJS KESEHATAN

Wiwid Wijayadi
Satuan Pengawasan Internal

BPJS Kesehatan
Jl. Letjen. Soeprapto - Cempaka Putih
Jakarta Pusat, Indonesia - 10510
BPJSKesehatan
TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Umum
Peserta mampu melaksanakan
penerapan Tata Kelola yang Baik dan
B. Khusus Kode Etik BPJS Kesehatan.

Memahami kode etik BPJS Kesehatan

Memahami konsep Penerapan Tata Kelola yang Baik

Memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan kode etik

Mengimplementasikan prinsip-prinsip Tata Kelola yang Baik


dalam setiap
proses kegiatan perusahaan baik intern maupun dengan
pihak eksternal

Mengetahui audit charter SPI


BPJS Kesehatan
POKOK BAHASAN
Tata Kelola yang baik (Good
Governance)

Kode Etik BPJS Kesehatan

Whistleblowing system

Audit Charter

BPJS Kesehatan
TATA KELOLA YANG BAIK
(GOOD GOVERNANCE)

BPJS Kesehatan
PENGERTIAN DAN
DEFINISI BPJS
KESEHATAN

Good Governance (GG) Tata Kelola yang Baik


BPDPK
BPJS Kesehatan adalah prinsip-prinsip yang
mendasari suatu proses dan
PT ASKES mekanisme
pengelolaan Organisasi berlandaskan peraturan
perundang-undangan dan etika berusaha

1)
BPJS Kesehatan
PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE
Keterbukaan dalam melaksanakan proses
Keterbukaan pengambilan keputusan dan
(transparency) mengungkapkan informasi material dan
relevan mengenai organisasi

Akuntabilitas Yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan


pertanggungjawaban organisasi
(accountability sehingga pengelolaan organisasi
) terlaksana secara efektif

Kesesuaian di dalam pengelolaan


Responsibilitas organisasi terhadap peraturan
(responsibility) perundang-undangan dan prinsip-prinsip
organisasi yang sehat
Keadaan di mana organisasi dikelola secara
Independensi professional tanpa benturan kepentingan dan
pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang
(independency tidak sesuai dengan peraturan perundang-
) undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang
sehat

BPJS Kesehatan
PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE
Keadilan dan kesetaraan di dalam
Kewajaran dan memenuhi hak-hak Pemangku
kesetaraan Kepentingan (stakeholders) yang timbul
(fairness) berdasarkan perjanjian dan peraturan
perundang-undangan
Inovasi atau perubahan positif dalam
Dinamis tata kelola yang efeknya
(Dynamism) meningkatkan efisiensi kinerja
organisasi.

Implementasi yang konsisten dari


Prediktabilitas kebijakan pendukung, peraturan dan
(predictability) regulasi

keterlibatan efektif stakeholders dalam


Partisipasi pengambilan keputusan organisasi untuk
melindungi kepentingannya dalam
(Participation) mendukung program-program jaminan
sosial.

BPJS Kesehatan
PENGUKURAN TERHADAP PENERAPAN TATA
KELOLA YANG BAIK
A. Pengukuran terhadap penerapan Tata Kelola yang Baik pada BPJS Kesehatan
dilakukan dalam bentuk :
1. Penilaian (asesmen) secara berkala setiap 2 tahun
2. Evaluasi (reviu) secara berkala pada tahun berikutnya
B. Pelaksanaan penilaian didahului dengan sosialisasi Tata Kelola yang Baik
pada BPJS Kesehatan
C. Pelaksanaan penilaian (asesmen) dilakukan oleh penilai (asesor)
independen yang ditunjuk oleh Dewan Pengawas
D. Pelaksanaan evaluasi (reviu) pada prinsipnya dilakukan oleh BPJS
Kesehatan sendiri (self assessment), yang pelaksanaannya dapat
didiskusikan dengan atau meminta pendampingan (asistensi) oleh penilai
independen atau menggunakan jasa Instansi Pemerintah yang berkompeten
di bidang Tata Kelola yang Baik.
E. Lingkup pelaksanaan evaluasi yang harus dilaksanakan yaitu :
1. Pelaksanaan tindak lanjut hasil rekomendasi penilaian penerapan Tata Kelola
yang Baik
2. Pelaksanaan self assessment terhadap penerapan Tata Kelola yang Baik
F. Hasil self assessment mencantumkan Skor/Nilai Akhir Penerapan Tata Kelola
yang Baik pada BPJS Kesehatan beserta klasifikasi kualitas Tata Kelola yang
BPJS Kesehatan
KODE ETIK BPJS
KESEHATAN

2)
BPJS Kesehatan
Kode Etik, harus ditaati oleh siapa?

a. Duta BPJS Kesehatan pada semua


tingkat jabatan, termasuk pihak lain
yang bertindak atas nama BPJS
Kesehatan.
b. Fasilitas Kesehatan yang
tindakannya terkait langsung
dengan layanan BPJS Kesehatan
dan dapat mempengaruhi citra
organisasi.
c. Mitra Kerja seperti konsultan,
pemasok penyedia barang/jasa,
rekanan dan lainnya.
PENGERTIAN KODE ETIK
Suatu bentuk aturan tertulis yang secara
sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-
prinsip moral yang ada dan dapat difungsikan
sebagai alat untuk memberikan sanksi segala
macam tindakan yang secara umum dinilai
menyimpang dari kode etik
Norma yang wajib ditaati oleh organisasi dan
segenap jajaran organisasi dalam menjalankan
kewenangan dan tanggung jawabnya secara
pribadi maupun secara organisasi termasuk
norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang
secara tegas menyatakan apa yang benar dan
baik dan apa yang tidak benar dan tidak baik
BPJS Kesehatan
KODE ETIK BPJS KESEHATAN

www.bpjs-
3)
BPJS Kesehatan

VISI BPJS
KESEHATAN

CAKUPAN SEMESTA 2019

BPJS Kesehatan
MAKNA VISI BPJS
KESEHATAN
Paling lambat 01 Januari 2019, seluruh
penduduk Indonesia memiliki jaminan
kesehatan nasional untuk memperoleh
manfaat pemeliharaan kesehatan dan
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan
dasar kesehatanya yang diselenggarakan
oleh BPJS Kesehatan yang handal, unggul,
dan terpercaya.

BPJS Kesehatan

MISI BPJS
KESEHATAN
1. Membangun kemitraan strategis dengan berbagai lembaga dan
mendorong partisipasi masyarakat dalam perluasan kepesertaan JKN
2. Menjalankan dan memantapkan sistem pelayanan kesehatan yang
efektif, efisien dan bermutu melalui kemitraan yang optimal dengan
fasilitas kesehatan
3. Mengoptimalkan pengelolaan dana jaminan sosial dan dana BPJS
Kesehatan secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel untuk
mendukung kesinambungan program
4. Membangun BPJS Kesehatan yang efektif berlandaskan prinsip-
prinsip tata kelola organisasi yang baik dan meningkatkan
kompetensi pegawai untuk mencapai kinerja unggul
5. Mengimplementasikan dan mengembangkan sistem perencanaan
dan evaluasi, kajian, manajemen mutu dan manajemen risiko atas
seluruh operasionalisasi BPJS Kesehatan
6. Mengembangkan dan memantapkan teknologi informasi dan
komunikasi untuk mendukung keseluruhan operasionalisasi BPJS
Kesehatan BPJS Kesehatan
TATA NILAI ORGANISASI

4) BPJS Kesehatan
KOMITMEN

BPJS Kesehatan
10 PERILAKU UTAMA DAN 11
LARANGAN
DUTA BPJS KESEHATAN

BPJS Kesehatan
10 PERILAKU UTAMA
DUTA BPJS KESEHATAN
1. Mendahulukan kepentingan organisasi di atas kepentingan
individu/kelompok.
2. Selaras antara pikiran, ucapan dan tindakan.
3. Berani mengakui dan mempertanggungjawabkan kesalahan.
4. Meningkatkan kompetensi secara berkesinambungan.
5. Mengutamakan kualitas proses dan hasil kerja.
6. Berpikir positif dan mau menyesuaikan diri terhadap
perubahan.
7. Bersikap proaktif terhadap kebutuhan peserta.
8. Berempati dan sabar dalam melayani peserta.
9. Merencanakan anggaran berdasarkan prioritas kebutuhan.
10.Hemat dan rasional dalam penggunaan anggaran.
BPJS Kesehatan
11 PERILAKU YANG DILARANG
BAGI DUTA BPJS KESEHATAN
1. Melakukan kegiatan pribadi selama jam kerja yang mengganggu orang
lain atau yang membuat pegawai tidak dapat melaksanakan tanggung
jawab pekerjaannya.
2. Menggunakan inventaris/asset perusahaan untuk kepentingan pribadi.
3. Memanfaatkan peluang apapun untuk mendapatkan keuntungan
keuangan yang Duta Askes ketahui karena kedudukannya di Perusahaan,
atau dengan menggunakan property/ informasi Perusahaan
4. Melakukan tindakan menghasut/ membujuk/ mengajak pegawai lain (baik
rekan kerja, atasan, maupun bawahan) untuk melakukan perbuatan-
perbuatan yang dapat merugikan Perusahaan atau bertentangan dengan
hukum dan Perundang-Undangan yang berlaku.
5. Mengungkapkan informasi rahasia perusahaan (informasi non public)
kepada pihak-pihak yang tidak berkepentingan, baik pada masa bhakti
sebagai pegawai maupun pada masa purna bhakti
6. Mengganggu Keamanan, Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan
7. Penyalahgunaan Narkotika, Obat Terlarang & Minuman Keras
8. Berada dalam kondisi Benturan Kepentingan
9. Melakukan Aktivitas Politik
10.Menerima atau member Hadiah, Cinderamata, Gratifikasi dan Suap
11.Menyembunyikan dan memalsukan semua informasi yang diperlukan
untuk memastikan ketepatan pencatatan dan pelaporan Perusahaan
BPJS Kesehatan
PENGELOLAAN SITUASI BENTURAN
KEPENTINGAN
GRATIFIKASI
adalah pemberian dalam arti luas, yakni
meliputi pemberian uang, barang, rabat
(discount), komisi, pinjaman tanpa bunga,
tiket perjalanan, fasilitas penginapan,
perjalanan wisata, pengobatan cuma-
cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi
tersebut baik yang diterima di dalam
negeri maupun di luar negeri dan yang
dilakukan dengan menggunakan sarana
elektronik atau tanpa sarana elektronik
5)
Penerimaan Gratifikasi
di bagi
Penerimaan secara 3
sendiri2 atau
besama-sama dari pemangku
kepentingan yang terkait dengan
Penerimaan Gratifikasi jabatan dan/atau pekerjaan baik
yang Dianggap Suap secara langsung maupun tidak
langsung dapat menimbulkan
benturan kepentingan serta dapat
mendorong terjadinya tindak
pidana korupsi

Penerimaan Gratifikasi Penerimaan Gratifikasi baik


dlm Rangka Kedinasan secara sendiri-sendiri atau
bersama-sama pada saat
kegiatan/penugasan resmi dari
BPJS Kesehatan
Penerimaan sumbangan dalam
Penerimaan yg Bukan
sebagai tanda duka cita.
Gratifikasi
Penerimaan yang diperoleh
berdasarkan kontrak atau prestasi
tertentu yang sah
PERBEDAAN PERLAKUAN ATAS PENERIMAAN
GRATIFIKASI
Penerimaan Gratifikasi Penerimaan Gratifikasi dlm Penerimaan yg
yang Dianggap Suap Rangka Kedinasan Bukan Gratifikasi
A. HARUS DI TOLAK A. Penerimaan Gratifikasi
B. Kondisi YANG TIDAK DAPAT dalam Rangka Kedinasan
DI TOLAK, karena : dari Instansi /Lembaga
1. Tidak diketahui proses Resmi Pemerintah
pemberiannya, dengan pembiayaan
identitas dan alamat bersumber dari APBN
pemberi DAPAT DITERIMA & TIDAK TIDAK ADA KEWAJIBAN
2. Penolakan dapat PERLU DILAPORKAN PELAPORAN kepada
memberikan citra B. Selain dari Lembaga Komite Etik
negatif bagi organisasi, Pemerintah, Kondisi yang
dgn syarat pemberian tidak dapat di tolak, karena
tersebut bukan :
berbentuk uang 1. Sudah terlanjur diterima
tunai/surat berharga dan tidak diketahui
dan tidak melebihi sebelumnya tentang
batasan nilai kewajaran penerimaan tersebut
.WAJIB DILAPORKAN 2. Penolakan dapat
kepada Komite Etika memberikan citra negatif
.Tidak terdapat penerapan bagi organisasi, dengan
batasan nilai untuk syarat pemberian tersebut
penerimaan ini bukan berbentuk uang
tunai atau surat berharga
dan tidak melebihi 25
PEMBERIAN GRATIFIKASI
Pemberian Gratifikasi Pemberian Gratifikasi yang Diperbolehkan
yang Dilarang
a) Duta BPJS Kesehatan a) Untuk menunjang kepentingan BPJS Kesehatan dan tidak
dilarang memberikan bertujuan untuk menyuap;
Gratifikasi kepada b) Pemberian berupa hadiah/cinderamata dengan kondisi :
>> Telah direncanakan;
Pegawai Negeri dan/atau >> Mencantumkan logo BPJS Kesehatan;
Penyelenggaran Negara >>Dianggarkan oleh BPJS Kesehatan dengan nilai yang
yang memiliki hubungan wajar (reasonable),
kerja atau bisnis yang >> Tidak dilakukan secara terus-menerus
bertujuan untuk sesuatu c) Duta BPJS Kesehatan dapat memberikan fasilitas,
hal yang tidak pelayanan, kemudahan dalam rangka menjalin hubungan
dibenarkan oleh baik (hospitality) sesuai dengan batasan yang wajar
(reasonable) dan tidak menimbulkan citra negatif bagi
ketentuan perundang-
BPJS Kesehatan
undangan yan berlaku d) BPJS Kesehatan dapat memberikan donasi/sumbangan
yang tidak terkait dengan politik
e) Pemberian Gratifikasi dibebankan pada anggaran BPJS
Kesehatan, dicatat dan diotorisasi oleh Pejabat terkait
sesuai dengan kebijakan keuangan dan akuntansi.
f) Dalam kondisi yang mengharuskan Duta BPJS Kesehatan
memberikan gratifikasi di luar batas kewenangannya,
maka harus mendapatkan izin tertulis dari atasannya dan
dilaporkan kepada Komite Etika cq Sekretariat
g) Bila ijin tertulis tidak dapat diperoleh saat kejadian, maka
Duta BPJS Kesehatan wajib membuat laporan beserta
penjelasan kronologis kejadian dalam waktu satu kali 24
jam 26
PENGELOLAAN SISTEM
PELAPORAN
(WHISTLEBLOWING
SYSTEM)

6)
BPJS Kesehatan
PRINSIP PENGELOLAAN
WHISTLEBLOWING SYSTEM
BPJS Kesehatan menerima dan mengevaluasi pelaporan pelanggaran
baik dari pelapor yang mencantumkan identitas maupun tidak
Pelaporan Pelanggaran hendaknya didukung dengan bukti, informasi,
atau indikasi yang jelas atas terjadinya pelanggaran yang dilaporkan,
sehingga dapat ditelusuri dan/atau ditindaklanjuti
Prosedur Pelaporan Pengaduan dipublikasikan secara terbuka sehingga
dapat diketahui dengan mudah oleh Stakeholders
BPJS Kesehatan menjamin kerahasiaan identitas pelapor dan isi laporan.
BPJS Kesehatan memberikan penghargaan kepada pelapor atas
pelaporan pelanggaran yang dapat dibuktikan dan menyelamatkan
reputasi, aset dan keuangan Organisasi

BPJS Kesehatan
PENGELOLAAN PENERIMAAN PELAPORAN
PELANGGARAN

BPJS Kesehatan
PENGELOLAAN PENERIMAAN PELAPORAN
PELANGGARAN
Pelaporan pelanggaran yang menyangkut Pegawai dan Pihak
Ketiga ditujukan kepada Komite Etika BPJS Kesehatan dan
dicatat oleh Sekretariat Komite Etika dalam register laporan
Pelaporan pelanggaran dilakukan secara lisan maupun tertulis
dan dilakukan dalam jam kerja
Pelaporan pelanggaran dilengkapi dengan data dan bukti
pendukung terjadinya pelanggaran
Pelapor menerima bukti tanda terima pelaporan pelanggaran
dan mendapatkan penjelasan mengenai kebijakan dan
prosedur penyelesaian pelaporan pelanggaran
Komite Etika cq Sekretariat menyelenggarakan administrasi
pelaporan pelanggaran yang masuk, yang sedang, dan yang
telah selesai ditindaklanjuti
Komite Etika menginformasikan dan/atau memberikan
tanggapan mengenai proses penyelesaian pelaporan
pelanggaran kepada Pelapor
AUDIT CHARTER

BPJS Kesehatan
Program Kerja Tahunan SPI

1.Program audit
2.Program non audit
3.Pendampingan audit
eksternal
4.Peningkatan kompetensi

BPJS KESEHATAN 32
Program Kerja SPI Kantor
Pusat :
1. Program audit yang terdiri dari :
Audit Unit Kerja Kantor Pusat
Audit dengan tujuan tertentu/audit tematik
Audit khusus
Sinergi Pengawasan
. 2. Program non audit yang terdiri
dari :
.Assessment pengendalian internal
.Assessment ERM
.Assessment Good Governance
. 3. Pendampingan audit eksternal
. 4. Peningkatan kompetensi
BPJS KESEHATAN 33
Program Kerja SPI Wilayah :
1. Program audit rutin di wilayah Divisi
Regional dan Kantor Cabang
2. Monitoring dan tindak lanjut atas hasil
audit
3. Fungsi observer terhadap operasional di
wilayah kerjanya
4. Meningkatkan Fungsi pengendalian
internal dan Risiko (Early Warning
System)

Kegiatan SPI Wilayah Bulan


Oktober s.d Desember 2014:
5. Monitoring Tindak Lanjut Hasil Audit SPI
6. Pendampingan Audit Eksternal 34
BPJS KESEHATAN
STRUKTUR ORGANISASI
SATUAN PENGAWASAN INTERNAL
KEPALA SPI

KEPALA KEPALA AUDITOR


SPI
DEPARTEM DEPARTEM KANTOR
WILAYAH
EN PPP EN PEP PUSAT

Analis Analis Auditor Auditor

Staf Staf Auditor Auditor

Staf
Keuanga
n dan
Umum
35
STRUKTUR ORGANISASI AUDIT

PENANGGUNG
JAWAB
KEPALA SPI

QUALITY
PENGAWAS ASSURANCE
AUDITOR UTAMA KEPALA
DEPARTEMEN PEP

KETUA TIM
AUDITOR SPI KP maupun SPI wilayah
MUDA/MADYA

KETUA SUB TIM


AUDITOR
PRATAMA

ANGGOTA TIM
AUDITOR
PRATAMA /
ASISTEN AUDITOR

36
CAKUPAN AUDIT
Sebelum pembentukan SPI
Wilayah :
Tim pemeriksa melakukan Setelah pembentukan SPI
audit di 12 Divre dan KP Wilayah :
dengan sampling 60% dari Sampling minimal 75% dari
total objek pemeriksaan total objek pemeriksaan

KEPALA SPI KEPALA SPI

TIM SPI TIM SPI


TIM SPI
TIM SPI TIM SPI WILAYAH WILAYAH
TIM PEMERIKSA WILAYAH
KANTOR WILAYAH I III IV
II
PUSAT (BATAM) (SURABAY (MAKASS
(JAKARTA)
A) AR)
Seluruh Divre I Divre VI
Divre IV Divre IX
Grup KP
Divre II Divre V Divre VII Divre X

Divre III Divre XIII Divre VIII Divre XII

Divre XI
37
VISI DAN MISI
SATUAN PENGAWASAN INTERNAL

BPJS Kesehatan
TUGAS DAN FUNGSI
SATUAN PENGAWASAN INTERNAL
SPI mempunyai Tugas untuk menilai dan
meningkatkan :

BPJS Kesehatan
Cont
SPI menyelenggarakan fungsi-fungsi sebagai berikut :
Perumusan kebijakan audit internal BPJS Kesehatan.
Pelaksanaan audit, reviu, evaluasi, monitoring, dan aktivitas
pengawasan lainnya atas fungsi bisnis BPJS Kesehatan (termasuk
kegiatan perencanaan, keuangan, akuntansi, operasional, sumber
daya manusia, pemasaran, teknologi informasi serta kegiatan
pelayanan kepada peserta) serta audit khusus/investigatif sesuai
dengan perintah Direktur Utama.
Pelaksanaan konsultansi di bidang-bidang yang berkaitan dengan
manajemen risiko, pengendalian internal, dan tata kelola
organisasi.
Pemantauan, analisis, dan pelaporan status tindak lanjut audit.
Koordinasi pengawasan dengan Komite Audit, dan lembaga
pengawas eksternal.
Pelaporan kegiatan dan hasil pengawasan SPI kepada Direktur
Utama dan Komite Audit.
Penyelenggaraan audit quality assurance dalam rangka evaluasi
kualitas pelaksanaan fungsiBPJS
audit internal
Kesehatan
KEWENANGAN SATUAN PENGAWASAN
INTERNAL
Memperoleh akses secara penuh dan tidak terbatas terhadap
seluruh fungsi bisnis, sistem informasi, dokumentasi dan
catatan, aset fisik dan sumber daya yang berhubungan
dengan pelaksanaan tugas dan fungsi SPI.
Mengalokasikan sumber daya, menetapkan frekuensi,
menentukan obyek dan lingkup pengawasan serta
menerapkan teknik-teknik pengawasan yang diperlukan.
Memperoleh asistensi yang diperlukan dari fungsi bisnis
lainnya, termasuk jasa spesialis dari pihak-pihak di luar BPJS
Kesehatan.
Melakukan komunikasi secara langsung dengan Direksi,
Dewan Pengawas dan/atau Komite Audit.
Mengadakan rapat (baik secara terjadual maupun tidak
terjadual) dengan Direksi, Dewan Pengawas dan/atau Komite
Audit.
Melakukan koordinasi pengawasan dengan lembaga
BPJS Kesehatan
INDEPENDENSI, OBJEKTIVITAS, DAN
PROFESIONALISME
Aktivitas audit internal terbebas dari campur tangan dan intervensi
dari pihak manapun, termasuk dalam hal penentuan audit, lingkup,
prosedur, frekuensi, waktu, dan materi laporan sehingga menjamin
terpeliharanya independensi dan sikap mental yang objektif. Jika
auditor internal mengalami intervensi dan campur tangan dari pihak
manapun
Audit internal tidak memiliki tanggung jawab operasional atau
kewenangan terhadap fungsi yang diaudit. Terkait dengan hal
tersebut, auditor internal tidak terlibat dalam implementasi sistem
pengendalian internal, penyusunan kebijakan dan prosedur, atau
aktivitas apapun yang berpotensi mengganggu independensi dan
objektivitas auditor internal.
Auditor internal harus menunjukkan objektivitas secara profesional
dalam hal pengumpulan, penilaian, dan pengungkapan informasi
mengenai fungsi yang diaudit. membuat penilaian yang berimbang
atas semua fakta dan kondisi yang relevan serta tidak terpengaruh
oleh kepentingan pribadi atau pihak lain dalam membuat

7)
pertimbangan.
Aktivitas audit internal harus memenuhi ketentuan yang diatur dalam
BPJS Kesehatan
TERIMA KASIH

BPJS Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai