Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA TN. S DENGAN TUBERKULOSIS DI RUANG ASTER


RSUD DOKTER SEKARDJO TASIKMALAYA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktikum Klinik Mata Kuliah
Keperawatan Dasar

Dosen Pengampu:
Ns. Ai Rahmawati, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh :
Eka Nursafitri
231FK09029

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA TASIKMALAYA
2023
A. DEFINISI

Tuberkulosis adalah suatu infeksi menular melalui udara yang

terkontaminasi oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang menyerang

paru dan dapat menyerang bagian tubuh lain (Suryani, Widianti, Hernawati &

Sriati, 2016). Bakteri dapat masuk melalui sistem peranfasan, pencernaan dan

luka terbuka pada kulit. Tetapi paling banyak melalui inhalasi droplet yang

berasal dari penderita Tuberkulosis (Nurarif & Kusuma, 2015, p.209 ;

Arisgraha, Widiyanti & Apsari, 2015).

B. FISIOLOGI SISTEM
Penyebab penyakit Tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis.

Bakteri tersebut mempunyai sifat tahan terhadap pencucian warna dengan

asam dan alkohol, sehingga dinamakan basil tahan asam (BTA). Bakteri tahan

di udara yang lembab dan gelap, namun tidak tahan terhadap sinar dan udara

(Wahyuningsih & Wibisono, 2015 ; Istiqomah, Rahardjo & Nurjazuli, 2018).

Ada dua macam bakteri Tuberkulosis yaitu tipe Human dan tipe Bovin. Basil

tipe Human bisa berada di bercak ludah (droplet) dan udara dari penderita

Tuberkulosis. Sedangkan basil tipe Bovin berada di susu sapi yang menderita

mastitis tuberkulosis usus (Nurarif & Kusuma, 2015, p.210). Bakteri yang

terhisap akan masuk ke saluran pernafasan atau jaringan paru.

Bakteri yang bersarang di paru akan membentuk sarang tuberkulosis

pneumonia kecil (Amin & Bahar, 2014, p.865). Kemudian timbul gejala batuk

dan disertai sesak nafas (Nurarif & Kusuma, 2015, p.65). Jika daya tahan tubuh
penderita Tuberkulosis menurun maka kerusakan paru semakin luas dan parah

(Laily, Rombot & Lampus, 2015).

C. PATOFISIOLOGI

Bakteri Tuberkulosis menyebar melalui droplet yang keluar dari penderita

Tuberkulosis kemudian menguap. Bakteri yang terkandung dalam droplet

terbang ketika terkena angin atau dikenal dengan istilah airbone infection.

Apabila bakteri terhirup oleh orang sehat, maka orang tersebut berpotensi

terkena infeksi bakteri Tuberkulosis (Muttaqin, 2008, p.73 ; Anggraeni,

Rahardjo & Nurjazuli, 2015) Bakteri yang menetap di paru akan membentuk

sarang Tuberkulosis pneumonia kecil atau sarang Ghon. Jika bronkus

meradang tahunan maka bakteri akan menghancurkan jaringan ikat sekitar dan

menyebabkan bagian tengah mengalami nekrosis kemudian material nekrotik

masuk ke saluran udara bronkhi dan material nekrosis bisa keluar melalui

batuk produktif dengan secret yang mengandung 10 bakteri hidup yang dapat

menimbulkan resiko infeksi (Nurarif & Kusuma, 2015).

Apabila pertahanan primer tidak adekuat akan terbentuk tuberkel yang

dapat merusak membran alveolar, membrane alveolar yang rusak akan

menyebabkan produksi sputum yang banyak sehingga menyebabkan

ketidakefektifan jalan nafas (Amin & Bahar, 2014). Pada Tuberkulosis stadium

lanjut terjadi fibrosis diseluruh paru dan mengurangi jumlah total jaringan

fungsional paru, oleh sebab itu kapasitas vital pernafasan berkurang yang

menyebabkan otot pernafasan bekerja lebih keras. Jaringan yang terinfeksi

oleh basil Tuberkulosis akan diserang oleh makrofag dan dikelilingi seperti
dinding untuk mencegah penyebaran basil yang akan membuat membrane

alveolar menebal. Berkurangnya luas permukaan membrane pernafasan dan

peningkatan ketebalan membran akan menimbulkan penurunan kapasitas

difusi. Kapasitas difusi yang berkurang akan menyebabkan sesak nafas maka

otot pernafasan akn bekerja lebih keras, karenanya dibutuhkan latihan

pernafasan pada posisi yang tepat (Guyton & Hall, 2011).

D. PHATWAY

E. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Wahuningsih dan Wibisono (2015) seseorang dikatakan sebagai

penderita Tuberkulosis apabila ditemukan gejala klinis. Gejala utama pada

penderita Tuberkulosis adalah sebagai berikut:

a. Batuk, gejala ini banyak ditemukan karena adanya iritasi pada bronkus.

Batuk diperlukan untuk membuang produk-produk radang (Amin &

Bahar, 2014).

b. Sesak nafas Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan

sesak nafas. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut,

dan kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang

menyertainya seperti efusi pleura, pneumothoraks, anemia dan lain-lain

(Amin & Bahar, 2014 p.867 ; Muttaqin, 2008, p.85).

c. Nyeri dada, gejala ini jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi

radang sampai pleura sehingga menimbulkan pleuritis (Amin & Bahar,

2014).

d. Berkeringat di malam hari, bukan merupakan gejala yang spesifik pada

tuberkulosis apabila tidak disertai gejala sistemik lain (Kemenkes, 2014).

e. Demam tinggi, keadaan ini dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan

berat ringannya infeksi kuman Tuberkulosis yang masuk (Amin & Bahar,

2014).

f. Penurunan berat badan, tidak ada nafsu makan (anoreksia) atau berkurang.

Nutrisi yang kurang dapat meningkatkan keparahan Tuberkulosis (Aderita,

Murti & Suryani, 2016)


F. PENATALAKSAAN

Penatalaksanaan yang diberikan dengan metode preventif dan kuratif yang

meliputi cara-cara sebagai berikut ini :

a. Penatalaksanaan Keperawatan :

1. Penyuluhan

Melalukan penyuluhan pada pasien maupun keluarga pasien agar dapat

mengerti serta memahami penyakit Tuberkulosis Paru, pengobatan, dan

pencegahannya dan dibantu menggunakan media seperti Leaflet,video

ataupun lainnya. Setelah dilakukan edukasi maka selanjutnya memberi

pertanyaan kemudian dijawab oleh pasien lalu memberikan kesempatan

pada pasien maupun keluarga untuk menjelaskan kembali apa yang

sudah disampaikan.

2. Pencegahan edukasi lingkungan sehat

3. Memberikan posisi semifowler ketika pasien merasakan sesak nafas

4. Mengajarkan teknik batuk efektif untuk mengeluarkan secret

5. Fisioterapi dada

6. Konsultasi secara teratur

(Hidayat, 2012)

b. Penatalaksanaan Medis

Penanganan kasus tuberculosis antara lain :

Definisi kasus tuberculosis orang dewasa yang dimaksud disini adalah

kasus tuberculosis yang belum ada resistensi OAT.

Pengobatan tuberculosis dengan farmakologi:


1. Tujuan pengobatan tuberculosis adalah:

a. Menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktivitas serta

kualitas hidup.

b. Mencegah terjadinya kematian oleh karena tuberculosis atau

dampak buruk selanjutnya.

c. Mencegah terjadinya kekambuhan tuberculosis

d. Menurunkan risiko penularan tuberculosis.

e. Mencegah terjadinya dan penularan tuberculosis resistan obat.

2. Prinsip pengobatan tuberculosis: Obat Anti Tuberkulosis (OAT) adalah

komponen terpenting dalam pengobatan tuberculosis. Pengobatan

tuberculosis merupakan salah satuupaya paling efisien untuk mencegah

penyebaran lebih lanjut kuman tuberculosis. Pengobatan yang adekuat

harus memenuhi prinsip:

a. Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat

mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya

resistensi.

b. Diberikan dalam dosis yang tepat.

c. Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO

(Pengawas Menelan Obat) sampai selesai pengobatan.

d. Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup, terbagi

dalam dua tahap yaitu tahap awal serta tahap lanjutan, sebagai

pengobatan yang adekuat untuk mencegah kekambuhan.


3. Tahapan pengobatan tuberculosis: pengobatan tuberculosis harus selalu

meliputi pengobatan tahap awal dan tahap lanjutan dengan maksud:

a. Tahap awal: pengobatan diberikan setiap hari. Paduan pengobatan

pada tahap ini adalah dimaksudkan untuk secara efektif

menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh pasien dan

meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman yang mungkin

sudah resistan sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan.

Pengobatan tahap awal pada semua pasien baru, harus diberikan

selama 2 bulan. Pada umum nya dengan pengobatan secara teratur

dan tanpa adanya penyulit, daya penularan sudah sangat menurun

setelah pengobatan selama 2 minggu pertama.

b. Tahap lanjutan: pengobatan tahap lanjutan bertujuan membunuh

sisa-sisa kuman yang masih ada dalam tubuh, khususnya kuman

persister sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya

kekambuhan.

c. Jenis obat anti tuberkulosis (OAT) (Kemenkes RI, 2017)

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Penunjang

Jenis Pemeriksaan Interprestasi Hasil

1. Sputum :
- Kultur Mycobacterium tuberculosis positif
tahapan aktif, penting untuk menetapkan
diagnose pasti dan melakukan uji terhadap
- Ziehl-Neelsen kepekaan terhadap obat.
BTA positif
2. Tes kulit (PPD, mantourax, Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau
vollmer) lebih) menunjukan infeksi masa lalu dan
adanya antibody tetapi tidak berati untuk
menunjukan keaktifan penyakit.
3. Foto thorax Dapat menunjukan infiltrasi lesi awal
pada daerah paru, simpanan kalsium lesi
sembuh primer, efusi cairan, akumulasi
udara, area cavitas, area fibrosa dan
penyimpangan struktur mediastinal.
4. Histologi atau kultur Hasil positif dapat menunjukan serangan
jaringan (termasuk bilasan ekstrapulmonal.
lambung urne, cairan
serebrospinal, biopsy kulit)
5. Biopsi jarum pada jaringan Positif untuk gralunoma TB, adanya giant
paru cell menunjukan nekrosis.
6. Darah
- LED Indikator stabilitas biogik penderita,
respon terhadap pengobatan dan pediksi
tingkat penyembuhan. Sering
meningkatkan pada proses aktif.

- Limfosit Menggambarkan status omunitas


penderita (normal atau supresi).

- Elektrolit Hiponatremia dapat terjadi akibat retensi


cairan pada TB paru kronis luas

- Analisa gas darah Hasil bervariasi tergantung lokasi dan


beratnya kerusakan paru

7. Tes faal paru Penurunan kapasitas vital, peningkatan


ruang mati, peningkatan rasio udara residu
dan kapasitas paru total,penurunan satrasi
oksigen sebagai akibat dari infiltrasi
parenkim / fibrosis, kehilangan jaringan
paru dan penyakit preural.
(Mariza, 2013)

H. KOMPLIKASI

Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan

komplikasi, yang dibagi menjadi komplikasi dini dan komplikasi lanjut.

a. Komplikasi dini

1. Pleuritis

Pleuritis adalah radang pada pleura, yaitu lapisan tipis yang

membungkus paru-paru. Radang dapat disebabkan oleh infeksi

bakteri,tuberculosis,kanker, atau kondisi lainnya.

2. Efusi pleura

Efusi pleura adalah penumpukan cairan diantara jaringan yang

melapisi paru-paru dan dada. Cairan dapat menumpuk disekitaran

paru-paru karena pemompaan jantung yang kurang baik atau karena

peradangan.

3. Empiema

Empyema adalah kondisi dimana kumpulan nanah terbantuk diruang

pleura, yaitu area yang terletak diantara paru-paru dan permukaan

bagian dalam dinding dada.

4. Laringitis
Laringitis adalah suatu kondisi dimana pita suara menjadi serak. Saat

meradang suara yang terbentuk dari udara yang melewati menjadi

suara serak.

5. Menjalar ke organ lain seperti usus

Tuberculosis umumnya terjadi di paru-paru. Namun, bakteri

tuberculosis dapat menyebar keorgan lain, terutama pleura (selaput

pembungkusan paru),kelenjar getah bening, dan usus. (Manurung,

2016).

b. Komplikasi lanjut

1. Obstruksi jalan nafas, SOPT (sindrom obtruksi pasca tuberculosis)

penyakit paru yang terjadi pada seseorang yang telah menyelesaikan

pengobatan tuberkulosis selama 6 bulan bahkan ada yang lebih, namun

mengalami keluhan yang mirip dengan gejala TBC, yaitu: sesak nafas,

batuk berdahak dan batuk darah.

2. Kerusakan parenkim berat SOPT, fibrosis paru, kor pulmonal Fibrosis

paru adalah gangguan pernapasan akibat terbentuknya jaringan parut di

organ paru-paru. Kor pulmonal adalah hipertropi atau dilatasi ventrikel

kanan akibat hipertensi pulmonal yang disebabkan penyakit parenkim

paru yang tidak berhubungan dengan kelainan jantung kiri.

3. Amilosidosis adalah suatu kondisi di mana sebuah protein yang

disebut amiloid menumpuk di jaringan dan organ tubuh. Ketika hal itu

terjadi, zat amiloid bisa memengaruhi kinerja tubuh. Dampak


terburuknya, amiloidosis bisa menyebabkan kegagalan organ jantung,

limpa, hati, saluran pencernaan, ginjal, dan sistem saraf.

4. Kanker paru Kanker paru-paru adalah suatu kondisi di mana sel-sel

tumbuh secara tidak terkendali di dalam paru-paru (organ yang

berfungsi untuk menyebarkan oksigen ke dalam darah saat menghirup

napas dan membuang karbondioksida saat menghela napas).

5. Sindrom gagal dewasa Mereka tidak bersikap sesuai dengan usianya

cenderung tidak mandiri dan sangat kekanak-kanakan. (Manurung,

2016)

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas diri pasien; nama, jenis kelamin, umur, tempat tanggal lahir,

alamat, pekerjaan. Identitas diri pasien; nama, jenis kelamin, umur,

tempat tanggal lahir, alamat, pekerjaan.

b. Riwayat Kesehatan

Keluhan yang paling sering dirasakan oleh klien, meliputi batuk

berdahak lebih dari 3 minggu, batuk berdarah, sesak nafas, nyeri dada,

berkeringat pada malam hari, demam tinggi dan penurunan berat badan

(Wahyuningsih & Wibisono, 2015), sesak nafas yaitu adanya

peningkatan kerja pernafasan karena resistensi elastic paru, factor yang

dapat mempengaruhi peningkatan kerja pernafasan karena penurunan

kemampuan mengembang dinding thorax atau paru maka kinerja otot

pernafasan akan bertambah dan dapat memberikan perubahan dan jika


paru tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen akhirnya menimbulkan

sesak nafas.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan tentang

kronologis keluhan utama. Menanyakan tentang riwayat timbulnya

keluhan hingga meminta pertolongan. Setiap keluhan utama harus

ditanyakan kepada klien sedetail-detailnya dan semua diterangkan

dalam riwayat peyakit saat ini (Muttaqin, 2008, p.43). Pengkajian

didapatkan demam tinggi, batuk lebih dari 3 minggu, 24 batuk berdarah

dan disertai sesak nafas (Wahyuningsih & Wibisono, 2015).

d. Riwayat keperawatan dahulu

Pengkajian yang dilakukan untuk menanyakan tentang penyakit

yang pernah dialami klien sebelumnya. Misalnya apakah klien pernah

dirawat sebelumnya, dengan penyakit apa dan sebagainya. Selanjutnya

adalah apakah klien pernah menjalani pengobatan OAT (Obat Anti

Tuberkulosis). Catat apakah ada efek samping dari pengobatan yang

telah dilakukan dan juga tanyakan apakah ada alergi terhadap obat dan

jika terjadi reaksi apa yang timbul. Riwayat diet yang dikonsumsi juga

turut berpengaruh terhadap keluhan sistem pernafasan (Muttaqin, 2008,

p.43).

2. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum

b. Review of sytem
- Sistem Pernapasan

Pergerakan dada simetris,tidak terdapat otot bantu nafas, tidak

terdapat pernafasasan cuping hidung dan tidak ada suara tambahan

- Sistem kardiovaskuler

Bentuk dada simetris, tidak ada otot bantu nafas dan tidak terdapat

bunyi jantug ludup, irama reguler

- Sistem persyarafan

Kesadaran compos mentis dan pasien bisa mengorientasikan waktu

dan tempat

- Sistem percernaan

Pasien dapat mengunyah dan menelan dengan baik

- Sistem muskuluskeletal

Anggota gerak lengkap pada atas dan bawah

- Sistem penginderaan

Mata : simetris antara kanan dan kiri

Telinga : telinga simetris antara kanan dan kiri

Hidung : keadaan bersih

3. Pemeriksaan penunjang :

- Rontgen dada

- Usap hasil tahan asam BTA

- Kultur sputum tes kulit tuberculin (Muttaqin, 2012).

4. Diagnosa Keperawatan

a. Pola nafas tidak efektif berhubugan dengan


Definisi :

Batas karakteristik :

- Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi

- Penurunan pertukaran udara per menit

- Menggunakan otot pernafasan tambahan

- Nasal flaring

- Dyspnea

- Orthopnea

- Perubahan penyimpangan dada

- Nafas pendek

- Assumption of 3-point position

- Pernafasan pursed-lip

- Tahap ekspirasi berlangsung sangat lama

- Peningkatan diameter anterior-posterior –

- Pernafasan rata rata/minimal

Faktor yang berhubungan dengan :

- Hiperventilasi

- Deformitas tulang

- Kelainan bentuk dinding dada

- Penurunan energi/kelelahan

- Perusakan/pelemahan muskulo-skeletal

- Obesitas

- Posisi tubuh
- Kelelahan otot pernafasan

- Hipoventilasi sindrom

- Nyeri

- Kecemasan

- Disfungsi Neuromuskuler

- Kerusakan persepsi/kognitif

- Perlukaan pada jaringan syaraf tulang belakang

- Imaturitas

b. Bersihan jalan nafas tidak efektif

Definisi : ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi

dari saluran pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas

Batas Karakteristik :

- Tidak ada batuk

- Suara nafas tambahan

- Perubahan frekuensi nafas

- Perubahan irama nafas

- Sianosis

- Kesulitan berbicara atau mengeluarkan suara

- Penurunan bunyi nafas

- Dispneu

- Sputum dalam jumlah yang berlebih

- Batuk yang tidak efektif

Faktor yang berhubungan dengan :


- Lingkungan : perokok pasif, mengisap asap rokok

- Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan,

bnyaknya mukus, adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus,

adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.

- Fisiologis : jalan napas alergik, asma, penyakit paru obstruksi

kronik, hiperplasi dinding bronchial, ineksi, disfungsi

neuromuskular.

5. Rencanaan Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


keperawatan
Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan asuhan NIC :
keperawatan selama 1x 24 Airway Management
jam diharapkan Pola nafas 1. Monitor TTV
tidak efektif mengalami 2. Monitor suara nafas
perbaikan dengan Kriteria 3. Monitor pola nafas
Hasil : bradipnue, takipnue,
1. Frekuensi nafas dalam hiperventilasi
rentang normal 4. Monitor status oksigen
2. Irama pernafasan teratur SpO2
3. Kedalaman inspirasi 5. Posisikan pasien untuk
normal memaksimalkan ventilasi
4. Tidak ada suara nafas posisi semifowler
tambahan 6. Ajarkan teknik nafas dalam
5. Tidak ada retraksi 7. Monitor hasil pemeriksaan
dinding dada ventilasi, catat peningkatan
tekanan inspirasi dan
penurunan volume tidal
8. Monitor peningkatan
kelelahan, kecemasan dan
kekurangan udara pada
pasien
9. Monitor kegiatan yang
mengakibatkan sesak nafas
10. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian oksigen
11. Monitor aliran oksigen
12. Auskultasi suara nafas
sebelum dan setelah
tindakan
13. Catat dimana adanya
penurunan dan keberadaan
suara nafas
Ketidakefektian Setelah dilakukan tindakan NIC:
Bersihkan jalan nafas keperawatan selama 1x/ 24 1. Pastikan kebutuhan oral /
jam pasien menunjukkan tracheal suctioning.
keefektifan jalan nafas 2. Berikan O2 engan
dibuktikan dengan kriteria menggunakan nasal untuk
hasil : menfasilitasi suksion
1. Mendemonstrasikan nasotrakeal
batuk efektif dan suara 3. Anjurkan pasien untuk
nafas yang bersih, tidak istirahat dan napas dalam
ada sianosis dan 4. Posisikan pasien untuk
dyspneu (mampu memaksimalkan ventilasi
mengeluarkan sputum, 5. Lakukan fisioterapi dada jika
bernafas dengan mudah, perlu
tidak ada pursed lips). 6. Keluarkan sekret dengan
2. Menunjukkan jalan batuk atau suction
nafas yang paten (klien 7. Auskultasi suara nafas, catat
tidak merasa tercekik, adanya suara tambahan
irama nafas, frekuensi 8. Berikan bronkodilator bila
pernafasan dalam perlu
rentang normal, tidak 9. Monitor status hemodinamik
ada suara nafas 10. Berikan pelembab udara
abnormal). Kassa basah NaCl Lembab
3. Mampu 11. Berikan antibiotik
mengidentifikasikan dan 12. Atur intake untuk cairan
mencegah faktor yang mengoptimalkan
penyebab. keseimbangan.
4. Saturasi O2 dalam batas 13. Monitor respirasi dan status
normal. O2
5. Foto thorak dalam batas 14. Pertahankan hidrasi yang
normal adekuat untuk
mengencerkan sekret
15. Jelaskan pada pasien dan
keluarga tentang
penggunaan peralatan : O2,
Suction, Inhalasi.

6. Implementasi

Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi

keperawatan. Berdasarkan terminologi NIC (2015), implementasi terdiri atas


melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan

keperawatan khusus yang diperlukan untuk melaksanakan intervensi (atau

program keperawatan) (Wahyuningsih, & Wibisono, 2016). Implementasi

yang dilakukan yaitu memonitor tanda-tanda vital, menganjurkan klien untuk

bernafasa pelan dan dalam, mengauskultasi bunyi nafas, mengatur posisi

untuk mengurangi dyspnea degan posisi semi fowler, memberikan oksigen

sesuai kebutuhan, memonitor aliran oksigen, memonitor kecepatan, irama dan

kedalaman respirasi, memonitor peningkatan kegelisahan dan kecemasan,

memonitor hasil pemeriksaan foto thoraks, memonitor hasil pemeriksaan

analisis gas darah dan memonitor saturasi oksigen melalui oksimetri nadi.

7. Evaluasi

Evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah

ketika klien dan profesional kesehatan menentukan kemajuan klien menuju

pencapaian tujuan atau hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan.

Evaluasi adalah aspek yang penting dalam proses keperawatan karena

kesimpulan yang ditarik dari evaluasi menentukan 34 apakah intervensi

keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan, atau diubah. Melalui evaluasi,

perawat menunjukkan tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap tindakan

mereka, menunjukkan perhatian pada hasil tindakan keperawatan, dan

menunjukkan keinginan untuk tidak meneruskan tindakan yang tidak efektif,

tetapi mengadopsi tindakan yang lebih efektif (Wahyuningsih, & Wibisono,

2016). Menurut Nursing Outcome Classification (2015), evaluasi dari masalah

keperawatan pada klien Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan


perubahan membran kapiler alveolus ditandai dengan sesak napas adalah

menunjukkan peningkatan status pernapasan yaitu pertukaran gas yang baik.


DAFTAR PUSTAKA

Amin Z, Bahar A (2014). Tuberkulosis paru. Dalam : Aru W,Sudoyo B S,Idrus


A,Marcellus S,Siti S, ed.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Edisi ke-6 Jilid
I. Jakarta:Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, pp : 863-71.
Amin Z, Bahar A (2014). Tuberkulosis paru. Dalam : Aru W,Sudoyo B S,Idrus
A,Marcellus S,Siti S, ed.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Edisi ke-6 Jilid
I. Jakarta:Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, pp : 863-71.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa dan Nanda NIC NOC Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction
Suryani, Efri Widianti, Taty Hernawati, Aat Sriati. 2016. Psikoedukasi
Menurunkan Tingkat Depresi, Stres Dan Kecemasan Pada Pasien
Tuberkulosis Paru. Sumedang: FK UNPAD. Jurnal Ners Vol. 11 No. 1
Tahun 2016: 128-133

Anda mungkin juga menyukai