PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
FAISAL WARDANA
NIM : 201610420311017
PENDAHULUAN
Zaman era globalisasi, kemajuan teknologi adalah sesuatu hal yang tidak bisa
kehidupan manusia dari fase yang sulit menjadi mudah, serta melahirkan sebuah cara
baru manusia dalam melakukan aktivitas. Banyak manfaat dari teknologi yang baru
dengan inovasi-inovasi yang telah diciptakan dalam dekade terakhir ini. dengan akal
nya manusia memilih teknologi karena ingin kehidupan nya menjadi lebih mudah,
aman, dan sebagainya. Pada era perkembangan teknologi ini manusia menggunakan
mengubah cara pandang dan gaya hidup masyarakat Indonesia dalam menjalankan
aktivitas dan kegiatannya (Budiman, 2017). Dampak negatif dari kemajuan teknologi
fitur canggih yang diberikan oleh teknologi sehingga membuat seseorang malas
melakukan sesuatu dan membuat badan kurang gerak. kurang gerak yang disebabkan
oleh dampak negatif teknologi seperti bermain game online maupun offline,
internetan, menonton televisi, dan kebiasaan generasi muda yang ingin mendapatkan
sesuatu dengan instan dan mudah seperti kemudahan di era revolusi industri 4.0
dengan belanja di online shop dan memesan makanan dan minuman dengan aplikasi
ojek maupun taksi online yang mudah diakses melalui smartphone, dan fenomena
seperti sepeda motor, mobil, angkutan umum untuk pergi kesekolah maupun pergi
keluar rumah yang jaraknya bisa dijangkau dengan berjalan kaki . Hal ini tentu
menjadi sebuah masalah dari segi gaya hidup masyarakat yang sudah tertanam
menjadi sebuah pola kebiasaan pada era revolusi industri 4.0 yang serba instan,
tentunya berdampak pada pengurangan aktivitas fisik atau kurang gerak yang
Menurut (WHO, 2010) perilaku tidak aktif bergerak merupakan faktor risiko
utama keempat untuk kematian global sebesar 6%, diikuti dengan hipertensi 13%,
penggunaan tembakau 9%, dan glukosa dalam darah tinggi 9%, kelebihan berat badan
dan obesitas berjumlah 5% sebagai penyebab kematian secara global. Menurut data
(WHO, 2010) secara global, sekitar 81% remaja sekolah di usia 11-17 tahun tidak
aktif melakukan aktivitas fisik pada tahun 2010, para remaja melakukan aktivitas
fisik kurang dari 60 menit setiap hari, seperti yang direkomendasikan oleh WHO.
Remaja perempuan menunjukkan kurang aktif daripada remaja laki-laki, dengan 84%
berbanding 78% tidak memenuhi rekomendasi aktivitas fisik menurut WHO. Remaja
di wilayah asia tenggara menunjukkan prevalensi terendah dari aktivitas fisik yang
tidak mencukupi yaitu 74%. Hasil penelitian dari (Guthold, Stevens, Riley, & Bull,
2018) dalam jurnal lancet public health menyatakan bahwa jumlah penduduk malas
gerak di negara kaya meningkat dari 32 % pada 2001 menjadi 37% pada tahun 2016.
Sementara di negara dengan pendapatan rendah, angkanya tetap stabil yaitu 16%.
dibanding riskesdas 2013 yaitu berjumlah 26.1% dan mengalami kenaikan pada tahun
meningkat dan menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. perilaku yang tidak sehat
dan kurangnya aktivitas fisik menjadi sumber utama peningkatan penyakit tidak
menular yang perlu di waspadai oleh masyarakat.. Istilah “mager” atau malas gerak
merupakan tren permasalahan pada usia anak-anak, remaja, dan dewasa yang
Menurut (WHO, 2018) aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang
pekerjaan rumah tangga, jalan-jalan, dan kegiatan rekreasi. Aktivitas fisik tentu tidak
sama dengan olahraga, olahraga merupakan suatu subkategori dari aktivitas fisik yang
fisik bisa dilakukan pada waktu senggang seperti berjalan kaki, atau melakukan
pekerjaan lain dengan melibatkan gerakan fisik yang berdampak positif untuk
Sedentary Behaviour adalah perilaku kurang gerak atau yang biasa disebut
malas gerak merupakan suatu perilaku yang terjadi ketika seseorang duduk atau
berbaring yang membutuhkan pengeluaran energi yang sangat rendah (Setyoadi, Rini,
sedentary behavior menjadi trend isu penting dalam kesehatan masyarakat (Ochoa et
al., 2007). Gaya hidup yang kurang aktif merupakan hal masalah yang
pekerjaan dengan mudah dan tentunya mengurangi aktivitas fisik, yang berdampak
buruk bagi kesehatan, fenomena kurang gerak atau malas gerak (Sedentary behavior)
menjadi salah satu resiko penyebab terjadinya tekanan darah tinggi, glukosa darah
diabetes melitus, kanker dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) (Sugihantono,
2019).
kebiasaan yang tidak sehat menjadi sehat baik pada individu, kelompok, dan
masyarakat (Sari, 2013). Menurut (Kemenkes, 2018) di masa remaja terjadi proses
pengenalan jati diri, dan apabila terjadi kegagalan dalam proses pengenalan jati diri
ini dapat menyebabkan berbagai masalah, pada usia remaja mudah sekali dipengaruhi
oleh lingkungan sekitarnya seperti teman sebaya dan media sosial sehingga rawan
berdampak negatif seperti perilaku yang tidak sehat, atau informasi kesehatan yang
tidak benar (hoax), misalnya mengikuti pola diet artis yang mereka gemari,
mengonsumsi jajanan yang sedang trend di lingkungan sosial namun tidak bergizi,
dan kurang beraktifitas fisik karena terlalu sering bermain games dan menggunakan
sosial media sehingga membuat remaja menjadi malas gerak (mager) dan apabila
malas gerak tersebut menjadi pola kebiasaan hidup sehari-hari remaja, maka akan
berdampak jangka lama terhadap penyakit tidak menular. Berdasarkan uraian diatas,
menunjukan bahwa usia diatas 10 tahun termasuk usia remaja memiliki perilaku
kurang aktivitas fisik yang dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, maka
dinilai perlu adanya peningkatan pengetahuan tentang aktivitas fisik untuk merubah
perilaku remaja yang malas gerak. Perubahan perilaku tersebut dapat terjadi apabila
Pendidikan kesehatan merupakan solusi yang dapat mengatasi hal tersebut dengan
menggunakan metode think pair share dan media audiovisual terhadap pengetahuan
Rumusan masalah yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah “ apakah ada
audiovisual terhadap pengetahuan dan sikap pencegahan penyakit tidak menular pada
siswa SMA”.
terhadap pengetahuan dan sikap pencegahan penyakit tidak menular pada siswa
SMA”.
dengan media audiovisual terhadap pengetahuan dan sikap pencegahan penyakit tidak
2. Lingkup yang diteliti dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap
1. (Rahman, Setyowati, & Ifroh, 2019) dengan judul Effect of health education
mengemudi yang aman kepada siswa pada saat mengemudi, maka peneliti
indonesia dalam bentuk film animasi tentang mengemudi yang aman untuk
tentang bahaya perilaku sedentari terhadap resiko penyakit tidak menular yang
2. (Siregar, Rochadi, & Lubis, 2019) dengan judul The effect of health
penelitian adalah semua siswa SMK Imelda Medan, yang berjumlah 112
dari 33 provinsi di indonesia dengan angka kejadian 700 kasus AIDS. Medan
adalah kota yang memiliki prevalensi AIDS tertinggi di sumatera utara
sebanyak 430 kasus, maka dari itu peneliti menawarkan pendidikan kesehatan
dari penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan dari media leaflet
dan media audiovisual pada pengetahuan dan sikap dengan nilai (p <0,05).
belakangi data dari Puskesmas Rejosari tahun 2014, terdapat 61 kasus PMS
pada remaja usia 15-19 tahun. Studi pendahuluan pada siswa SMAN 11
Pekanbaru pada 10 orang pelajar diantara nya 4 orang laki-laki dan 6 orang
PMS, hanya 2 siswa mengetahui tentang PMS dan sebab lain adalah karena
perilaku pacaran dikalangan remaja yang negatif. Hasil penelitian
eksperimen dan kelompok kontrol dengan nilai p value 0,000 <a (0,05).
4. (Damian, Oltean, & Damian, 2018) dengan judul The impact of sedentary
behavior on health and the need for physical activity in children and
gaya hidup sedentari pada anak dan remaja , manfaat dari aktivitas fisik yang
teratur, serta rekomendasi yang benar dari literatur yang sudah ada
sebelumnya, dari hasil tinjauan peneliti bahwa dampak dari perilaku sedentari
adalah bisa menjadi faktor resiko beberapa penyakit tidak menular seperti
kematian. Peneliti memberi saran agar anak dan remaja mengetahui tentang
pengetahuan dan sikap pencegahan penyakit tidak menular pada siswa SMA.
5. (Tayewo Akinwusi & Jacob Odelola, 2018) dengan judul Impact of health
penelitian dilakukan di wilayah zona 4 nigeria dengan peserta studi terdiri dari
semua kepala sekolah yang ada di zona 4 nigeria dengan jumlah 54 peserta
WHO pada tahun 2008 memprediksi lebih dari 17,3 juta orang pria dan wanita
melakukan kegiatan olahraga. Ada perbedaan yang signifikan dalam skor pre-
test dan post-test dengan nilai t (53) = 3,837, p < 0,001 dengan hipotesis nol
pengetahuan dan sikap pencegahan penyakit tidak menular pada siswa SMA.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
menetap yang ditandai dengan pengeluaran enegeri ≤1,5 setara metabolik (MET),
saat dalam posisi duduk atau berbaring. Untuk anak di bawah 5 tahun waktu yang
dihabiskan di kursi, kereta dorong, kereta bayi atau alat untuk membawa bayi yang
biasa dibawa oleh pengasuh. Termasuk waktu yang dihabiskan untuk duduk
mendengarkan cerita dengan tenang dan tidak melakukan gerakan, pada usia remaja
dan dewasa waktu yang dihabiskan untuk berbaring, menonton TV, mengendarai
yaitu :
a. Perilaku sedentari rendah yaitu perilaku duduk atau berbaring seperti kerja di depan
Laptop atau komputer, bermain game, dan menonton TV selama kurang dari 2
jam/hari.
b. Perilaku sedentari sedang yaitu perilaku duduk atau berbaring seperti kerja di
depan Laptop atau komputer, bermain game, dan menonton TV selama 2-4 jam/hari.
c. Perilaku sedentari berat yaitu perilaku duduk atau berbaring seperti kerja di depan
Laptop atau komputer, bermain game, dan menonton TV selama 4 jam atau lebih
perhari.
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi perilaku sedentari
a. Pengetahuan
Menurut (Huntington, 2019) salah satu faktor penyebab terjadi nya perilaku
perilaku sedentari dan dampak dari perilaku sedentary serta pedoman tentang
b. Sikap
c. Hobi
Hobi setiap individu berbeda, ada yang memiliki hobi olahraga bahkan yang
memiliki hobi yang membuat seseorang tidak bergerak aktif seperti bermain game ,
menonton televisi, berbaring, duduk, dan bermain social media. Menurut (Stefan,
2019) hobi merupakan salah satu faktor yang membuat seseorang memiliki perilaku
d. Kemajuan teknologi
aktivitas fisik sehingga bisa menyebabkan kebiasaan perilaku kurang gerak (perilaku
sedentari). Remaja masa kini telah banyak menghabiskan waktu untuk menggunakan
komputer dan kegiatan yang tidak banyak melakukan gerakan (Inyang, 2015).
Pada era revolusi industri 4.0 segala fasilitas kemudahan sudah ditunjang oleh
jual beli secara online seperti membeli makanan dan minuman melalui ojek yang
berbasis online, dan gedung instansi sudah banyak menggunakan lift sehingga
f. Transportasi
tempat tujuan dengan berupa benda seperti motor, mobil, sepeda, kereta, bus,
g. Jenis kelamin
karena perilaku sedentary berawal dari masa anak-anak menjadi remaja. Menurut
(Inyang, 2015) selama usia remaja dari beberapa penelitian anak laki-laki biasanya
lebih banyak menggunakan waktu untuk menonton televisi, bermain game, dan
Rata-rata pekerja menghabiskan waktu antara 8-10 jam di tempat kerja tanpa
adanya waktu senggang atau tanpa ada waktu untuk melakukan rekreasi dan olahraga.
Dari hasil riset di negara berkembang rata-rata masyarakat melakukan gaya hidup
sedentari. Pekerja banyak melakukan waktu duduk yang panjang dengan pengeluaran
energi yang rendah seperti duduk lama di depan layer komputer dan laptop,
i. Pekerjaan
karena di otomatisasi oleh komputer atau alat mesin lainnya. Pekerja kantor lebih
dalam posisi duduk yang lama dan memiliki resiko penyakit penyakit kronis
j. status sosial-ekonomi
terhadap perilaku sedentari pada remaja, gaya hidup sedentari cenderung pada
seseorang yang memiliki status sosial ekonomi yang tinggi. Status sosial ekonomi
yang tinggi membuat seseorang menjadi mudah dalam mendapatkan dan mengakses
k. Sosial geografis
wilayah urban (perkotaan) dan rural (pedesaan) tentu memiliki perbedaan dari segi
fasilitas dan kemudahan, Tempat tinggal dapat memainkan peran utama dalam gaya
hidup remaja. Menurut hasil penelitian (Regis et al., 2016) remaja di daerah pedesaan
kurang terpapar dengan perilaku sedentari, remaja pedesaan lebih memilih waktu
perkotaan.
DAFTAR PUSTAKA
https://doi.org/10.24042/atjpi.v8i1.2095
Damian, M., Oltean, A., & Damian, C. (2018). The Impact of sedentary behavior on
health and the need for physical activity in children and adolescents. Revista
Romaneasca Pentru Educatie Multidimensionala, 10(1), 71.
https://doi.org/10.18662/rrem/19
https://doi.org/10.1016/B978-0-08-097086-8.14115-7
Guthold, R., Stevens, G. A., Riley, L. M., & Bull, F. C. (2018). Worldwide trends in
https://doi.org/10.9790/1959-04212025
from https://www.kemkes.go.id/article/view/18051600001/menkes-remaja-
indonesia-harus-sehat.html
Ngafifi, M. (2014). Kemajuan Teknologi Dan Pola Hidup Manusia Dalam Perspektif
Sosial Budaya. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi Dan Aplikasi, 2(1),
33–47. https://doi.org/10.21831/jppfa.v2i1.2616
Ochoa, M. C., Sc, B., Moreno-aliaga, M. J., Ph, D., Martínez-gonzález, M. A., D, M.,
Parry, S., & Straker, L. (2013). The contribution of office work to sedentary
https://doi.org/10.1186/1471-2458-13-296
Diniz, P. R. B., & Freitas, C. M. S. M. de. (2016). Urban versus rural lifestyle in
https://doi.org/10.1590/S1679-45082016AO3788
https://doi.org/10.21831/JPJI.V9I2.3017
Setyoadi, Rini, I. S., & Novitasari, T. (2015). ( SEDENTARY BEHAVIOUR )
3(2), 155–167.
Siregar, Y.-, Rochadi, K., & Lubis, N. (2019). the Effect of Health Promotion Using
from http://www.jikm.unsri.ac.id/index.php/jikm
Tayewo Akinwusi, A., & Jacob Odelola, O. (2018). Impact of Health Education on
https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/44399/9789241599979_eng.pdf
?s
website: https://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/physical_activity_text/en/
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/physical-activity
behaviour and sleep for children under 5 years of age. In World Health
Yanti, E. D., Dewi, Y. I., & Nurchayati, S. (2015). Pengaruh Pendidikan Kesehatan