Anda di halaman 1dari 23

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG BAHAYA

PERILAKU SEDENTARI MENGGUNAKAN MEDIA


AUDIOVISUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN
SIKAP PENCEGAHAN PENYAKIT TIDAK MENULAR

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :
FAISAL WARDANA
NIM : 201610420311017

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Zaman era globalisasi, kemajuan teknologi adalah sesuatu hal yang tidak bisa

dihindari dalam perkembangan zaman, karena kemajuan teknologi akan berjalan

seiring berkembangnya ilmu pengetahuan. Dengan adanya teknologi memberikan

banyak dampak positif bagi kehidupan manusia. Teknologi juga membantu

kehidupan manusia dari fase yang sulit menjadi mudah, serta melahirkan sebuah cara

baru manusia dalam melakukan aktivitas. Banyak manfaat dari teknologi yang baru

dengan inovasi-inovasi yang telah diciptakan dalam dekade terakhir ini. dengan akal

nya manusia memilih teknologi karena ingin kehidupan nya menjadi lebih mudah,

aman, dan sebagainya. Pada era perkembangan teknologi ini manusia menggunakan

akalnya untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya (Ngafifi, 2014).

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi membawa dampak besar

mengubah cara pandang dan gaya hidup masyarakat Indonesia dalam menjalankan

aktivitas dan kegiatannya (Budiman, 2017). Dampak negatif dari kemajuan teknologi

informasi membuat seorang individu menjadi ketergantungan karena terlena dengan

fitur canggih yang diberikan oleh teknologi sehingga membuat seseorang malas

melakukan sesuatu dan membuat badan kurang gerak. kurang gerak yang disebabkan

oleh dampak negatif teknologi seperti bermain game online maupun offline,

internetan, menonton televisi, dan kebiasaan generasi muda yang ingin mendapatkan
sesuatu dengan instan dan mudah seperti kemudahan di era revolusi industri 4.0

dengan belanja di online shop dan memesan makanan dan minuman dengan aplikasi

ojek maupun taksi online yang mudah diakses melalui smartphone, dan fenomena

sekarang remaja di kota-kota besar sudah banyak menggunakan transportasi mesin

seperti sepeda motor, mobil, angkutan umum untuk pergi kesekolah maupun pergi

keluar rumah yang jaraknya bisa dijangkau dengan berjalan kaki . Hal ini tentu

menjadi sebuah masalah dari segi gaya hidup masyarakat yang sudah tertanam

menjadi sebuah pola kebiasaan pada era revolusi industri 4.0 yang serba instan,

tentunya berdampak pada pengurangan aktivitas fisik atau kurang gerak yang

membuat individu tak perlu berpindah dari zona nyaman.

Menurut (WHO, 2010) perilaku tidak aktif bergerak merupakan faktor risiko

utama keempat untuk kematian global sebesar 6%, diikuti dengan hipertensi 13%,

penggunaan tembakau 9%, dan glukosa dalam darah tinggi 9%, kelebihan berat badan

dan obesitas berjumlah 5% sebagai penyebab kematian secara global. Menurut data

(WHO, 2010) secara global, sekitar 81% remaja sekolah di usia 11-17 tahun tidak

aktif melakukan aktivitas fisik pada tahun 2010, para remaja melakukan aktivitas

fisik kurang dari 60 menit setiap hari, seperti yang direkomendasikan oleh WHO.

Remaja perempuan menunjukkan kurang aktif daripada remaja laki-laki, dengan 84%

berbanding 78% tidak memenuhi rekomendasi aktivitas fisik menurut WHO. Remaja

di wilayah asia tenggara menunjukkan prevalensi terendah dari aktivitas fisik yang

tidak mencukupi yaitu 74%. Hasil penelitian dari (Guthold, Stevens, Riley, & Bull,

2018) dalam jurnal lancet public health menyatakan bahwa jumlah penduduk malas
gerak di negara kaya meningkat dari 32 % pada 2001 menjadi 37% pada tahun 2016.

Sementara di negara dengan pendapatan rendah, angkanya tetap stabil yaitu 16%.

Berdasarkan hasil (Riskesdas, 2018) Menurut hasil Proporsi aktivitas fisik

kurang pada penduduk usia ≥ 10 tahun, indonesia belum menunjukkan perbaikan

dibanding riskesdas 2013 yaitu berjumlah 26.1% dan mengalami kenaikan pada tahun

2018 dengan jumlah 33.5%. Hasil (Riskesdas, 2018) menunjukkan terjadinya

penurunan pada penyakit infeksi, namun persentase penyakit tidak menular

meningkat dan menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. perilaku yang tidak sehat

dan kurangnya aktivitas fisik menjadi sumber utama peningkatan penyakit tidak

menular yang perlu di waspadai oleh masyarakat.. Istilah “mager” atau malas gerak

merupakan tren permasalahan pada usia anak-anak, remaja, dan dewasa yang

menyebabkan berbagai masalah kesehatan.

Menurut (WHO, 2018) aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang

dihasilkan oleh otot rangka yang membutuhkan pengeluaran energi, termasuk

aktivitas yang dilakukan sehari-hari seperti bekerja, bermain, menyelesaikan

pekerjaan rumah tangga, jalan-jalan, dan kegiatan rekreasi. Aktivitas fisik tentu tidak

sama dengan olahraga, olahraga merupakan suatu subkategori dari aktivitas fisik yang

direncanakan, berulang, dan bertujuan untuk meningkatkan kebugaran fisik. Aktivitas

fisik bisa dilakukan pada waktu senggang seperti berjalan kaki, atau melakukan

pekerjaan lain dengan melibatkan gerakan fisik yang berdampak positif untuk

meningkatkan kesehatan. Manfaat kesehatan apabila melakukan aktivitas fisik adalah

untuk pemeliharaan berat badan, mengurangi resiko terkena diabetes melitus,

obesitas, mengendalikan tekanan darah, kadar kolesterol, , mengendalikan stress dan


kecemasan, dan penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung, hipertensi dan

stroke (Fuchs, 2015).

Sedentary Behaviour adalah perilaku kurang gerak atau yang biasa disebut

malas gerak merupakan suatu perilaku yang terjadi ketika seseorang duduk atau

berbaring yang membutuhkan pengeluaran energi yang sangat rendah (Setyoadi, Rini,

& Novitasari, 2015). Sedentary behaviour berdampak negatif terhadap kesehatan,

sedentary behavior menjadi trend isu penting dalam kesehatan masyarakat (Ochoa et

al., 2007). Gaya hidup yang kurang aktif merupakan hal masalah yang

memprihatinkan di negara maju dan berkembang yang berdampak buruk bagi

kesehatan, karena kemajuan kehidupan saat ini menuntut seseorang melakukan

pekerjaan dengan mudah dan tentunya mengurangi aktivitas fisik, yang berdampak

buruk bagi kesehatan, fenomena kurang gerak atau malas gerak (Sedentary behavior)

menjadi salah satu resiko penyebab terjadinya tekanan darah tinggi, glukosa darah

tinggi (Hiperglikemia), lemak darah tinggi (Hiperlipidemia), kelebihan berat badan

(overweight) dan obesitas dimana fenomena ini dapat berkelanjutan meningkatnya

prevalensi penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, stroke, hipertensi,

diabetes melitus, kanker dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) (Sugihantono,

2019).

Pendidikan kesehetan merupakan suatu proses perubahan perilaku dan diri

individu untuk mencapai derajat sehat. Pendidikan kesehatan bertujuan mengubah

kebiasaan yang tidak sehat menjadi sehat baik pada individu, kelompok, dan
masyarakat (Sari, 2013). Menurut (Kemenkes, 2018) di masa remaja terjadi proses

pengenalan jati diri, dan apabila terjadi kegagalan dalam proses pengenalan jati diri

ini dapat menyebabkan berbagai masalah, pada usia remaja mudah sekali dipengaruhi

oleh lingkungan sekitarnya seperti teman sebaya dan media sosial sehingga rawan

berdampak negatif seperti perilaku yang tidak sehat, atau informasi kesehatan yang

tidak benar (hoax), misalnya mengikuti pola diet artis yang mereka gemari,

mengonsumsi jajanan yang sedang trend di lingkungan sosial namun tidak bergizi,

dan kurang beraktifitas fisik karena terlalu sering bermain games dan menggunakan

sosial media sehingga membuat remaja menjadi malas gerak (mager) dan apabila

malas gerak tersebut menjadi pola kebiasaan hidup sehari-hari remaja, maka akan

berdampak jangka lama terhadap penyakit tidak menular. Berdasarkan uraian diatas,

menunjukan bahwa usia diatas 10 tahun termasuk usia remaja memiliki perilaku

kurang aktivitas fisik yang dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, maka

dinilai perlu adanya peningkatan pengetahuan tentang aktivitas fisik untuk merubah

perilaku remaja yang malas gerak. Perubahan perilaku tersebut dapat terjadi apabila

seseorang memiliki ilmu pengetahuan tentang pentingnya beraktivitas fisik.

Pendidikan kesehatan merupakan solusi yang dapat mengatasi hal tersebut dengan

memberikan pengetahuan tentang bahaya apabila seseorang kurang beraktivitas fisik.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti tentang “ pengaruh

pendidikan kesehatan tentang bahaya malas gerak (Sedentary behaviour)

menggunakan metode think pair share dan media audiovisual terhadap pengetahuan

dan sikap pencegahan penyakit tidak menular ”.


1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah “ apakah ada

pengaruh pendidikan kesehatan tentang bahaya perilaku sedentari dengan media

audiovisual terhadap pengetahuan dan sikap pencegahan penyakit tidak menular pada

siswa SMA”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada “pengaruh

pendidikan kesehatan tentang bahaya perilaku sedentari dengan media audiovisual

terhadap pengetahuan dan sikap pencegahan penyakit tidak menular pada siswa

SMA”.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pengetahuan dan sikap remaja terhadap pencegahan penyakit

tidak menular sebelum diberikan pengaruh pendidikan kesehatan tentang bahaya

perilaku sedentari dengan media audiovisual terhadap pengetahuan dan sikap

pencegahan penyakit tidak menular pada siswa SMA.

2. Mengidentifikasi pengetahuan dan sikap remaja terhadap pencegahan penyakit

tidak menular setelah diberikan pengaruh pendidikan kesehatan tentang bahaya


perilaku sedentari dengan media audiovisual terhadap pengetahuan dan sikap

pencegahan penyakit tidak menular pada siswa SMA.

3. Menganalisa pengaruh pendidikan kesehatan tentang bahaya perilaku sedentari

dengan media audiovisual terhadap pengetahuan dan sikap pencegahan penyakit tidak

menular pada siswa SMA.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk merubah pengetahuan dan sikap dalam

mencegah penyakit tidak menular di kalangan remaja.

1.4.2. Bagi institusi

Sebagai masukan untuk mengembangkan metode pendidikan kesehatan untuk

memberikan informasi tentang bahaya malas gerak (perilaku sedentari).

1.4.3. Bagi masyarakat

Diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi untuk mengatasi

masalah perilaku kebiasaan bahaya malas gerak (perilaku sedentary) terhadap

resiko penyakit tidak menular.


1.4.4 Bagi keperawatan

Dapat menjadikan pendidikan kesehatan tentang bahaya perilaku sedentari

menggunakan media audiovisual sebagai usaha yang dapat menarik perhatian

remaja untuk tidak membiasakan perilaku sedentari

1.5 Batasan Penelitian

1. Metode pendidikan kesehatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

menggunakan media audiovisual.

2. Lingkup yang diteliti dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap

terhadap pencegahan penyakit tidak menular melalui paparan materi tentang

bahaya perilaku malas gerak (perilaku sedentari).

3. Responden penelitian ini adalah remaja kelas 10 dan kelas 11 di SMA

1.6 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian referensi yang sama mengenai pendidikan kesehatan

menggunakan media audiovisual terhadap pengetahuan dan sikap pada siswa

SMA dan pendidikan pencegahan penyakit tidak menular yaitu :

1. (Rahman, Setyowati, & Ifroh, 2019) dengan judul Effect of health education

of safety riding using audiovisual media on knowledge, attitudes, and

subjective norms of junior high school student in samarinda Indonesia di

sekolah menengah pertama 32 samarinda atau disebut SMPN 32 adalah salah

satu sekolah menengah pertama di indonesia dikota samarinda dengan 336


siswa sebagai sebanyak 26% siswa naik sepeda motor ke sekolah dengan

mengemudi dengan dikatakan tidak aman, memiliki resiko tinggi kecelakaan

lalu lintas dinilai perlu adanya pemberian pendidikan kesehatan tentang

mengemudi yang aman kepada siswa pada saat mengemudi, maka peneliti

menawarkan pendidikan kesehatan menggunakan media audiovisual di

indonesia dalam bentuk film animasi tentang mengemudi yang aman untuk

mengetahui seberapa efektif pendidikan kesehatan menggunakan media

audiovisual terhadap tingkat pengetahuan, sikap dan norma subyektif pada

siswa SMPN 32 samarinda. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa

ada perbedaan yang signifikan dalam pengetahuan, sikap, dan norma

subyektif antara kelompok intervensi dan kontrol dengan nilai (p-value =

0,000). Perbedaan penelitian yang dilakukan adalah tentang pemaparan

tentang bahaya perilaku sedentari terhadap resiko penyakit tidak menular yang

mengkhususkan siswa kelas 10 dan 11 menggunakan media audiovisual

tentang bahaya perilaku sedentari.

2. (Siregar, Rochadi, & Lubis, 2019) dengan judul The effect of health

promotion using leaflets and audio-visual on improving knowledge and

attitude toward the danger of HIV/AIDS among adolescents Populasi

penelitian adalah semua siswa SMK Imelda Medan, yang berjumlah 112

siswa, dengan total sampel 53 siswa, peneliti melakukan pendidikan kesehatan

karena dilatar belakangi oleh provinsi sumatera utara berada di peringkat ke 8

dari 33 provinsi di indonesia dengan angka kejadian 700 kasus AIDS. Medan
adalah kota yang memiliki prevalensi AIDS tertinggi di sumatera utara

sebanyak 430 kasus, maka dari itu peneliti menawarkan pendidikan kesehatan

menggunakan media audiovisual dan leaflet dilakukan satu kali dalam

kelompok intervensi setelah dua minggu kemudian melakukan post-test untuk

mengukur pengetahuan dan sikap bahaya HIV/AIDS dikalangan remaja. Hasil

dari penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan dari media leaflet

dan media audiovisual pada pengetahuan dan sikap dengan nilai (p <0,05).

Perbedaan penelitian yang dilakukan adalah pemaparan tentang bahaya

perilaku sedentari atau yang biasa disebut “malas gerak” terhadap

pengetahuan dan sikap pencegahan penyakit tidak menular.

3. (Yanti, Dewi, & Nurchayati, 2015) dengan judul Pengaruh pendidikan

kesehatan dengan menggunakan media audiovisual terhadap pengetahuan

dan sikap remaja mengenai upaya pencegahan penyakit menular seksual

penelitian dilakukan di SMAN 11 Pekanbaru dengan jumlah 86 siswa dengan.

Pengambilan sampel menggunakan teknik probability sampling dengan jenis

proportional random sampling dan masing-masing kelompok berjumlah 43

responden, peneliti menawarkan pendidikan kesehatan karena dilatar

belakangi data dari Puskesmas Rejosari tahun 2014, terdapat 61 kasus PMS

pada remaja usia 15-19 tahun. Studi pendahuluan pada siswa SMAN 11

Pekanbaru pada 10 orang pelajar diantara nya 4 orang laki-laki dan 6 orang

perempuan, didapatkan 8 dari 10 pelajar tidak memiliki pengetahuan tentang

PMS, hanya 2 siswa mengetahui tentang PMS dan sebab lain adalah karena
perilaku pacaran dikalangan remaja yang negatif. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan antara kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol dengan nilai p value 0,000 <a (0,05).

Perbedaan penelitian yang dilakukan adalah pemaparan pendidikan kesehatan

tentang bahaya perilaku sedentari terhadap pengetahuan dan sikap pencegahan

penyakit tidak menular.

4. (Damian, Oltean, & Damian, 2018) dengan judul The impact of sedentary

behavior on health and the need for physical activity in children and

adolescents penelitian tinjauan naratif ini untuk meringkas tentang dampak

gaya hidup sedentari pada anak dan remaja , manfaat dari aktivitas fisik yang

teratur, serta rekomendasi yang benar dari literatur yang sudah ada

sebelumnya, dari hasil tinjauan peneliti bahwa dampak dari perilaku sedentari

adalah bisa menjadi faktor resiko beberapa penyakit tidak menular seperti

diabetes mellitus tipe 2, gangguan kardiovaskular, sindrom metabolic bahkan

kematian. Peneliti memberi saran agar anak dan remaja mengetahui tentang

pentingnya aktivitas fisik dengan menggunakan promosi kesehatan dengan

media audiovisual atau internet. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan

adalah yaitu melakukan eksperimen semu dengan pendidikan kesehatan

tentang bahaya perilaku sedentari dengan media audiovisual terhadap

pengetahuan dan sikap pencegahan penyakit tidak menular pada siswa SMA.

5. (Tayewo Akinwusi & Jacob Odelola, 2018) dengan judul Impact of health

education on awareness of sedentari lifestyle as predisposing factor to


cardiovascular diseases among secondary school principals in zone 4 nigeria

penelitian dilakukan di wilayah zona 4 nigeria dengan peserta studi terdiri dari

semua kepala sekolah yang ada di zona 4 nigeria dengan jumlah 54 peserta

dengan satu kelompok pre-test, quasi eksperimental, post-test. Peneliti

menawarkan pendidikan kesehatan karena dilator belakangi oleh data dari

WHO pada tahun 2008 memprediksi lebih dari 17,3 juta orang pria dan wanita

meninggal dunia akibat penyakit kardiovaskular (CVD) seperti serangan

jantung. serangan jantung prematur dapat dicegah melalui konsumsi diet

sehat,aktivitas fisik dan tidak merokok. Hasil menunjukkan bahwa pendidikan

kesehatan yang diberikan efektif untuk meningkatkan kesadaran peserta untuk

membiasakan diri untuk tidak membiasakan perilaku sedentari dan giat

melakukan kegiatan olahraga. Ada perbedaan yang signifikan dalam skor pre-

test dan post-test dengan nilai t (53) = 3,837, p < 0,001 dengan hipotesis nol

ditolak. Perbedaan penelitian yang dilakukan adalah hanya pemaparan tentang

pemaparan bahaya perilaku sedentari dengan media audiovisual terhadap

pengetahuan dan sikap pencegahan penyakit tidak menular pada siswa SMA.

Dengan mengkhususkan siswa kelas 10 dan kelas 11.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Perilaku Sedentari


2.1.1 Definisi Perilaku Sedentari

Perilaku Sedentari (Sedentary Behaviour) adalah setiap perilaku yang

menetap yang ditandai dengan pengeluaran enegeri ≤1,5 setara metabolik (MET),

saat dalam posisi duduk atau berbaring. Untuk anak di bawah 5 tahun waktu yang

dihabiskan di kursi, kereta dorong, kereta bayi atau alat untuk membawa bayi yang

biasa dibawa oleh pengasuh. Termasuk waktu yang dihabiskan untuk duduk

mendengarkan cerita dengan tenang dan tidak melakukan gerakan, pada usia remaja

dan dewasa waktu yang dihabiskan untuk berbaring, menonton TV, mengendarai

kendaraan transportasi mesin, menggunakan komputer dan hiburan berbasis layar

lainnya. (World Health Organization, 2019).

2.1.2 Klasifikasi Perilaku Sedentari

Klasifikasi perilaku sedentari menurut (Barnes, 2017) dibedakan menjadi 3

yaitu :

a. Perilaku sedentari rendah yaitu perilaku duduk atau berbaring seperti kerja di depan

Laptop atau komputer, bermain game, dan menonton TV selama kurang dari 2

jam/hari.

b. Perilaku sedentari sedang yaitu perilaku duduk atau berbaring seperti kerja di

depan Laptop atau komputer, bermain game, dan menonton TV selama 2-4 jam/hari.

c. Perilaku sedentari berat yaitu perilaku duduk atau berbaring seperti kerja di depan

Laptop atau komputer, bermain game, dan menonton TV selama 4 jam atau lebih

perhari.
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi perilaku sedentari

a. Pengetahuan

Menurut (Huntington, 2019) salah satu faktor penyebab terjadi nya perilaku

sedentari dan pengurangan aktivitas fisik adalah kurangnya pengetahuan tentang

perilaku sedentari dan dampak dari perilaku sedentary serta pedoman tentang

aktivitas fisik yang benar.

b. Sikap

Menurut (Meizi, 2010) sikap merupakan suatu tahap awal seseorang

melakukan perilaku sedentari. Perilaku sedentary diawali dengan pengalaman,

pendapat, atau prinsip. Akibatnya Seseorang memilih untuk melakukan perilaku

sedentari atau bergerak aktif.

c. Hobi

Hobi setiap individu berbeda, ada yang memiliki hobi olahraga bahkan yang

memiliki hobi yang membuat seseorang tidak bergerak aktif seperti bermain game ,

menonton televisi, berbaring, duduk, dan bermain social media. Menurut (Stefan,

2019) hobi merupakan salah satu faktor yang membuat seseorang memiliki perilaku

tidak aktif bergerak (perilaku sedentari).

d. Kemajuan teknologi

Kemajuan teknologi membuat pekerjaan yang biasa dikerjakan dengan

manual, seiring perkembangan zaman pekerjaan manusia bergeser menjadi


otomatisasi seperti menggunakan komputer dan alat mesin lainnya yang mengurangi

aktivitas fisik sehingga bisa menyebabkan kebiasaan perilaku kurang gerak (perilaku

sedentari). Remaja masa kini telah banyak menghabiskan waktu untuk menggunakan

komputer dan kegiatan yang tidak banyak melakukan gerakan (Inyang, 2015).

e. Fasilitas dan kemudahan

Pada era revolusi industri 4.0 segala fasilitas kemudahan sudah ditunjang oleh

teknologi yang memudahkan seseorang untuk melakukan pekerjaan atau transaksi

jual beli secara online seperti membeli makanan dan minuman melalui ojek yang

berbasis online, dan gedung instansi sudah banyak menggunakan lift sehingga

membuat seseorang menjadi malas gerak (perilaku sedentari) (Inyang, 2015).

f. Transportasi

Transportas adalah alat yang digunakan seseorang untuk bepergian kesuatu

tempat tujuan dengan berupa benda seperti motor, mobil, sepeda, kereta, bus,

pesawat, dan kendaraan mesin lainnya, sehingga menyebabkan seseorang memiliki

perilaku sedentari. Transportas yang menggunakan mesin beresiko membuat

seseorang melakukan gaya hidup sedentari. Misalkan pergi kesekolah ataupun

ketempat kerja menggunakan motor, mobil, bus (Biddle, 2010).

g. Jenis kelamin

Jenis kelamin menjadi faktor yang berpengaruh terhadap perilaku sedentary

karena perilaku sedentary berawal dari masa anak-anak menjadi remaja. Menurut

(Inyang, 2015) selama usia remaja dari beberapa penelitian anak laki-laki biasanya
lebih banyak menggunakan waktu untuk menonton televisi, bermain game, dan

komputer dibandingkan anak perempuan.

h. Jam kerja yang panjang

Rata-rata pekerja menghabiskan waktu antara 8-10 jam di tempat kerja tanpa

adanya waktu senggang atau tanpa ada waktu untuk melakukan rekreasi dan olahraga.

Dari hasil riset di negara berkembang rata-rata masyarakat melakukan gaya hidup

sedentari. Pekerja banyak melakukan waktu duduk yang panjang dengan pengeluaran

energi yang rendah seperti duduk lama di depan layer komputer dan laptop,

membaca, melakukan pertemuan untuk tugas pekerjaan bahkan kadang mengalami

kemacetan pada saat di perjalanan (Inyang, 2015).

i. Pekerjaan

Kemajuan teknologi membuat pekerjaan seseorang menjadi lebih mudah

karena di otomatisasi oleh komputer atau alat mesin lainnya. Pekerja kantor lebih

berkontribusi dalam perilaku sedentari karena pekerjaan yang banyak dilakukan

dalam posisi duduk yang lama dan memiliki resiko penyakit penyakit kronis

dibandingkan dengan pekerja tradisional yang masih melakukan pekerjaan dengan

aktif bergerak (Parry & Straker, 2013).

j. status sosial-ekonomi

Menurut (Inyang, 2015) pendapatan dan pendidikan orang tua berhubungan

terhadap perilaku sedentari pada remaja, gaya hidup sedentari cenderung pada

seseorang yang memiliki status sosial ekonomi yang tinggi. Status sosial ekonomi
yang tinggi membuat seseorang menjadi mudah dalam mendapatkan dan mengakses

fasilitas teknologi seperti smartphone, internet, televisi, komputer, transportasi mesin

yang membuat seseorang melakukan gaya hidup sedentari.

k. Sosial geografis

Tempat tinggal juga berkontribusi dalam perilaku sedentari karena antara

wilayah urban (perkotaan) dan rural (pedesaan) tentu memiliki perbedaan dari segi

fasilitas dan kemudahan, Tempat tinggal dapat memainkan peran utama dalam gaya

hidup remaja. Menurut hasil penelitian (Regis et al., 2016) remaja di daerah pedesaan

kurang terpapar dengan perilaku sedentari, remaja pedesaan lebih memilih waktu

luang untuk melakukan aktivitas fisik dibandingkan dengan remaja di daerah

perkotaan.
DAFTAR PUSTAKA

Barnes, J. D. (2017). New sedentary behaviour definitions: A terminology consensus

project by the Sedentary Behaviour Research Network. (October).

Biddle, S. J. . (2010). Sedentary Behaviour and Obesity : Review of the Current

Scientific Evidence. Department of Health, 1–126.

Budiman, H. (2017). Peran Teknologi Informasi Dan Komunikasi Dalam Pendidikan.

Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, 8(1), 31.

https://doi.org/10.24042/atjpi.v8i1.2095

Damian, M., Oltean, A., & Damian, C. (2018). The Impact of sedentary behavior on

health and the need for physical activity in children and adolescents. Revista
Romaneasca Pentru Educatie Multidimensionala, 10(1), 71.

https://doi.org/10.18662/rrem/19

Fuchs, R. (2015). Physical Activity and Health. International Encyclopedia of the

Social & Behavioral Sciences: Second Edition, 87–90.

https://doi.org/10.1016/B978-0-08-097086-8.14115-7

Guthold, R., Stevens, G. A., Riley, L. M., & Bull, F. C. (2018). Worldwide trends in

insufficient physical activity from 2001 to 2016: a pooled analysis of 358

population-based surveys with 1·9 million participants. The Lancet Global

Health, 6(10), e1077–e1086. https://doi.org/10.1016/S2214-109X(18)30357-7

Huntington, J. (2019). Registered Dietitians ’ Knowledge , Perceptions and Practices

Regarding Physical Activity , Sedentary Behaviour , and Counselling in Both by.

Inyang, M. P. (2015). Sedentary Lifestyle: Health Implications. IOSR Journal of

Nursing and Health Science Ver. I, 4(2), 2320–1940.

https://doi.org/10.9790/1959-04212025

Kemenkes. (2018). MENKES: REMAJA INDONESIA HARUS SEHAT. Retrieved

from https://www.kemkes.go.id/article/view/18051600001/menkes-remaja-

indonesia-harus-sehat.html

Meizi, H. et al. (2010). Screen-related Sedentary Behaviors: Children’s and Parents’

Attitudes, Motivations, and Practices. Journal of Nutrition Education and

Behavior, 42(1), 17–25. https://doi.org/10.1016/j.jneb.2008.11.011

Ngafifi, M. (2014). Kemajuan Teknologi Dan Pola Hidup Manusia Dalam Perspektif
Sosial Budaya. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi Dan Aplikasi, 2(1),

33–47. https://doi.org/10.21831/jppfa.v2i1.2616

Ochoa, M. C., Sc, B., Moreno-aliaga, M. J., Ph, D., Martínez-gonzález, M. A., D, M.,

… Ph, D. (2007). Predictor factors for childhood obesity in a Spanish case-

control study. 23, 379–384. https://doi.org/10.1016/j.nut.2007.02.004

Parry, S., & Straker, L. (2013). The contribution of office work to sedentary

behaviour associated risk. BMC Public Health, 13(1), 1.

https://doi.org/10.1186/1471-2458-13-296

Rahman, W., Setyowati, D. L., & Ifroh, R. H. (2019). EFFECT OF HEALTH

EDUCATION OF SAFETY RIDING USING AUDIOVISUAL MEDIA ON

KNOWLEDGE , ATTITUDES AND SUBJECTIVE NORMS OF JUNIOR

HIGH SCHOOL STUDENTS IN. Public Health of Indonesia, 5(3), 54–61.

Regis, M. F., Oliveira, L. M. F. T. de, Santos, A. R. M. Dos, Leonidio, A. da C. R.,

Diniz, P. R. B., & Freitas, C. M. S. M. de. (2016). Urban versus rural lifestyle in

adolescents: associations between environment, physical activity levels and

sedentary behavior. Einstein (Sao Paulo, Brazil), 14(4), 461–467.

https://doi.org/10.1590/S1679-45082016AO3788

Riskesdas. (2018). RISKESDAS 2018: Executive Summary.

Sari, I. P. T. P. (2013). Pendidikan Kesehatan Sekolah Sebagai Proses Perubahan

Perilaku Siswa. Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, 9(2), 141–147.

https://doi.org/10.21831/JPJI.V9I2.3017
Setyoadi, Rini, I. S., & Novitasari, T. (2015). ( SEDENTARY BEHAVIOUR )

DENGAN OBESITAS PADA ANAK USIA 9-11 TAHUN DI SD NEGERI

BEJI 02 KABUPATEN TULUNGAGUNG. Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol: 3,

No. 2, November 2015; Korespondensi: Setyoadi, Jurusan Keperawatan-

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Jl. Veteran Malang Jawa Timur,

3(2), 155–167.

Siregar, Y.-, Rochadi, K., & Lubis, N. (2019). the Effect of Health Promotion Using

Leaflets and Audio-Visual on Improving Knowledge and Attitude Toward the

Danger of Hiv/Aids Among Adolescents. International Journal of Nursing and

Health Services (IJNHS), 2(3), 172–179. https://doi.org/10.35654/ijnhs.v2i3.213

Stefan, L. (2019). Domain-specific and total sedentary behaviors associated with

psychological distress in older adults. Psychology Research and Behavior

Management, 12, 219–228. https://doi.org/10.2147/PRBM.S197283

Sugihantono, A. (2019). RENCANA AKSI PROGRAM PENCEGAHAN DAN

PENGENDALIAN PENYAKIT 2015-2019 ( Revisi I - 2018 ). 2019. Retrieved

from http://www.jikm.unsri.ac.id/index.php/jikm

Tayewo Akinwusi, A., & Jacob Odelola, O. (2018). Impact of Health Education on

Awareness of Sedentary Lifestyle as Predisposing Factor to Cardiovascular

Diseases among Secondary School Principals in Zone 4 Nigeria. Universal

Journal of Public Health, 6(1), 1–6. https://doi.org/10.13189/ujph.2018.060101

WHO. (2010a). Global recommendations on Physical activity for health. Retrieved


from

https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/44399/9789241599979_eng.pdf

?s

WHO. (2010b). Prevalence of insufficient physical activity. Retrieved from who.int

website: https://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/physical_activity_text/en/

WHO. (2018). Physical activity. Retrieved from who.int website:

https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/physical-activity

World Health Organization. (2019). Guidelines on physical activity, sedentary

behaviour and sleep for children under 5 years of age. In World Health

Organization. Retrieved from http://www.who.int/iris/handle/10665/311664

Yanti, E. D., Dewi, Y. I., & Nurchayati, S. (2015). Pengaruh Pendidikan Kesehatan

dengan Menggunakan Media Audiovisual terhadap Pengetahuan dan Sikap

Remaja Mengenai Upaya Pencegahan Penyakit Menular Seksual. Jurnal Online

Mahasiswa, 2(2), 1048–1057.

Anda mungkin juga menyukai