Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

Keperawatan komunitas adalah suatu bidang dalam ilmu keperawatan yang merupakan
keterpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta
masyarakat, serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan
dengan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif, secara mnyeluruh dan terpad
ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan utnuk ikut meningkatkan fungsi
kehidupan manusia secara optimal (Fallen dan Dwi, 2010).

Aspek kesehatan menjadi sangat penting, tidak hanya pada lingkungan institusi atau
fasilitas pelayanan kesehatan, tetapi juga di lingkungan keluarga dan masyarakat, lembaga
Pendidikan, khusunya sekolah. Sekolah merupakan lingkungan akademik tempat anak anak
menuntut ilmu. Prinsip prinsip kesehatan diharapkan berkembang dan diaplikasikan dengan
baik dimulai dari lingkungan sekolah, karena sekolah memiliki tanggung jawab untuk
mendidik termasuk mendidik murid untuk berperilaku sehat. Sekolah juga merupakan sorotan
masyarakat, sekolah yang bersih, rapi atau sehat akan menjadi contoh masyarakat sekitarnya
(Swarjana, 2016).

Khususnya di Indonesia, terdapat Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang programnya


ditujukan tidak hanya untuk murid tetapi juga semua warga sekolah dan lingkungannya.
Bahkan terkait health promotion, kita mengenal adanya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) termasuk tatanan institusi Pendidikan atau sekolah. Terkait dengan hal tersebut
terdapat indikator yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
(Kemenkes, 2011) yang meliputi : Mencuci tangan menggunakan sabun, Mengonsumsi
makanan dan minuman yang sehat, Menggunakan jammban sehat, Membuang sampah di
tempat sampah, Tidak merokok, Tidak mengonsusmsi narkotika, alkohol, psikotoprika, dan
zat adktif lainnya, Tidak meludah di sembarang tempat, Memberantas jentk nyamuk, dll

Anak usia sekolah dasar yaitu anak yang berusia 5-12 tahun, pada masa dimana anak
mulai belajar memahami suatu hal dan kegiatan atau tindakan yang dilakukan. Masalah gizi
dan kesehatan yang seringkali dialami pada masa usia sekolah ini adalah obesitas, kurang
vitamin A (KVA), anemia, gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY), gizi kurang, dan
masalah kesehatan gigi dan mulut yaitu karies gigi. Salah satu masalah kesehatan gigi yang
terbesar yang dialami anak sekolah adalah karies gigi. Karies gigi merupakan suatu penyakit
jaringan keras gigi yang diakibatkan oleh mikroorganisme pada karbohidrat yang dapat
difermentasikan sehingga terbentuk asam dan menurunkan pH dibawah kritis mengakibatkan
terjadinya demineralisasi jaringan keras gigi (Sumawinata,2009).

Beberapa faktor luar yang merupakan faktor predisposisi dan faktor penghambat yang
berhubungan tidak langsung dengan proses terjadinya karies gigi antara lain usia, jenis
kelamin, suku bangsa, letak geografis, kultur sosial penduduk, dan kesadaran, sikap dan
perilaku individu terhadap kesehatan gigi. Berdasarkan data WHO tahun 2012, di seluruh
dunia 60-90% anak- anak sekolah dan hamprir 100% orang dewasa memiliki karies yang
sering menimbulkan rasa sakit serta dapat mempengaruhi kulitas hidup, dengan prevalensi
dan keparahannya yang bervariasi. Karies merupakan penyakit universal yang dapat terjadi
pada semua usia, ras, sosial-ekonomi, dan jenis kelamin. Salah satu faktor yang meningkatkan
resiko terjadinya karies gigi adalah rendahnya pengetahuan terhadap penyakit gigi dan mulut.
Jenis kelamin mempengaruhi pengetahuan individu tentang kesehatan gigi dan mulut, selain
itu pengetahuan juga mempengaruhi perilaku individu untuk datang ke dokter gigi ketika
mereka mengalami rasa sakit (Carneiro, 2016).

Kondisi kesehatan gigi dan mulut yang tidak sehat dapat mengakibatkan keterbatasan
fungsi-fungsi sehingga aktivitas kerja dan belajar jadi menurun. Karies yang sudah parah
nantinya akan mempengaruhi kesehatan dan kulitas hidup yang menyebabkan rasa sakit, sulit
tidur dan makan, menurunya indeks masa tubuh, tidak masuk sekolah bahkan rawat inap serta
biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan karies yang parah akan lebih tinggi daripada kasus
karies yang awal (Baginska, dkk., 2015).

Karies menjadi salah satu bukti tidak terawatnya kondisi gigi dan mulut masyarakat
indonesia, padahal itu merupakan indikator yang digunakan oleh WHO untuk mengukur
tingkat kesehatan mulut penduduk di sebuah negara. Riset kesehatan dasar (Riskesdes) depkes
menunjukkan 72,1% penduduk punya pengalaman karies dan sebanyak 46,5 % diantaranya
merupakan karies aktif yang belum dirawat. Perawatan gigi sejak dini akan meminimalkan
komplikasi penyakit gigi yang membahayakan. Dalam hal kebiasaan menggosok gigi, 91,1%
penduduk usia 10 tahun keatas telah melakukannya setiap hari. Namun, hanya 7,3% yang
telah menggosok gigi secara benar. Orang tua memiliki tanggung jawab terhadap kesehatan
anggota keluarga terutama anak karena orang tua harus memiliki pengetahuan yang cukup
tentang kesehatan gigi dan mulut serta karies gigi. Pengetahuan mengenai 5 kesehatan akan
berpengaruh terhadap perilaku sebagai hasil jangka panjang dari pendidikan kesehatan
(Yulianti, 2011)
Menurut kemenkes RI (2016) Pencegahan karies gigi atau penyakit gigi dan mulut yaitu
dengan memelihara kebersihan mulut (menghilangkan plak dan bakteri). Memelihara
kebersihan mulut dapat dilakukan berbagai cara salah satunya cara yang paling efektif dengan
menggosok gigi secara rutin, agar kita dapat memutuskan rantai penyebab terjadinya karies
dan berbagai penyakit mulut lainnya. Memperkuat gigi (dengan Flour). Cara memperkuat gigi
dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung flour . Namun beberapa dari kita mungkin
masih percaya dan menggunakan daun sirih untuk menyehatkan gigi. Tidak dianjurkan
menyikat gigi dengan mengguakan batu bata atau pun dengan tanah liat, beberap orang masih
menggunakan cara ini. Mengurangi konsumsi makanan yang manis dan lengket. Makanan
yang kita makan merupakan nutrisi yang penting untuk tubuh kita namun beberapa makanan
mungkin tidak cocok untuk kesehatan gigi dan mulut kita. Membiasakan makanan yang
berserat dan menyehatkan gigi. Makanan berserat selain bagus untuk kesehatan tubuh juga
bagus untuk kesehatan gigi dan mulut.

Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan dari pengerjaan Project Based Learnign (PJBL) untuk memudahkan


mahasiswa keperawatan mempelajari Health Promotion tentang kesehatan mulut dan
gigi sebagai bahan untuk melakukan rencana intervensi keperawatan hingga
implementasi keperawatan.

1.2.2 Tujuan Khusus

- Mengetahui apa itu Keperawatan Sekolah.


- Mengetahui Model Dan Perawatan Klien Pada Setting Sekolah.
- Mengetahui Peran Perawat Di Kesehatan Sekolah.
- Mengidentifikasi Standar Profesional Pratik perawat sekolah.
- Merencanakan Health Promotion di Sekolah.
- Mengetahui Peluang Perawat Pendidikan Kesehatan di Sekolah.
- Mengidentifikasi Lingkungan Sekolah Sehat.
Baginska, J., Rodakowska, E., Wilkzynska-Borawska, N. dan Jamiolkowski, J., (2015).
Indeks Of Clinical Consequences Of Untreated Dental Caries (Pufa) In Primary
Dentition Of Children Form North-East Poland. Medical University of Bialystok, 58(2):
442-447.

Carneiro, L., Kabulwa, M., Makyao, M., Mrosso, G., dan Choum, R., (2011). Oral Health
Knowledge and Practices of Secondary School Students, Tanga, Tanzania.
Internasional Journal of Dentistry, 11: 1-7.

Fallen, R., Dwi R. Budi.2010.Catatan Kuliah Keperawatan Komunitas.Yogyakarta:Nuha


Medika

Sumawinata, Narlan., Faruk, Safrida., 2009. Dasar-Dasar Karies Penyakit dan


Penanggulangannya. Jakarta : EGC.
Swarjana, I Ketut.2016.Keperawatan Kesehatan Komunitas.Yogyakarta:Andi

Kemenkes RI.(2016). Cara Mencegah Penyakit Gigi dan Mulut.

Diakses pada http://www.depkes.go.id/development/site/depkes/pdf.php?id=1-16101000003

Yulianti , Rizka Puji. 2011. Hubungan Pengetahuan Orang Tua Tentang Kesehatan Gigi
Dan Mulut Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Di Sdn V Jaten
Karanganyar. Diploma thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai