Anda di halaman 1dari 13

NAMA : FAISAL WARDANA

NIM : 201610420311017

Kata Sulit

1. Tes Serologi

Pemeriksaan serologiSerologi merupakan cabang imunologi yang mempelajari reaksi antigen-


antibodi secara invitro.Reaksi serologis dilakukan berdasarkan asumsi bahwa agen infeksius memicu
host untuk menghasilkanantibodi spesifik, yang akan bereaksi dengan agen infeksius tersebut. Reaksi
serologis dapat digunakanuntuk mengetahui respon tubuh terhadap agen infeksius secara kualitatif
maupun kuantitatif.Keuntungan melakukan pemeriksaan serologis untuk menegakkan diagnosa
suatu penyakit antaralain karena reaksi serologis spesifik untuk suatu agen infeksius, waktu yang
diperlukanlebih singkat daripadape,eriksaan kultur/identifikasi bakteri, dan pengambilan sampel
relatif mudah yaitu darah.

2. Program VCT

Voluntary Counselling and Testing (VCT) merupakan kegiatan konseling bersifat sukarela dan rahasia,

yang dilakukan sebelum dan sesudah tes darah untuk pemeriksaan status Human Immunodeficiency
Virus (HIV) di Laboratorium dan pencegahan HIV/AIDS.

Sumber : Suriyani, Mappeaty Nyorong, Sudirman Natsir. (2015). Faktor Pendorong Terhadap
Pemanfaatan Layanan Vct Hiv & Aids Di Kabupaten Jayapura. Bagian Promosi Kesehatan Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin,Makassar, Bagian Promosi Kesehatan, Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, Makassar

3. Obat Antiretroviral

Jenis obat ini disebut antiretroviral (ARV). ARV bekerja dengan menghilangkan unsur yang
dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri, dan mencegah virus HIV menghancurkan sel CD4.

Selama mengonsumsi obat antiretroviral, dokter akan memonitor jumlah virus dan sel CD4 untuk
menilai respons pasien terhadap pengobatan. Hitung sel CD4 akan dilakukan tiap 3-6 bulan.
Sedangkan pemeriksaan HIV RNA dilakukan sejak awal pengobatan, dilanjutkan tiap 3-4 bulan
selama masa pengobatan.

Pasien harus segera mengonsumsi ARV begitu didiagnosis menderita HIV, agar perkembangan virus
HIV dapat dikendalikan. Menunda pengobatan hanya akan membuat virus terus merusak sistem
kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko penderita HIV terserang AIDS. Selain itu, penting bagi
pasien untuk mengonsumsi ARV sesuai petunjuk dokter. Melewatkan konsumsi obat akan membuat
virus HIV berkembang lebih cepat dan memperburuk kondisi pasien.

Bila pasien melewatkan jadwal konsumsi obat, segera minum begitu ingat, dan tetap ikuti jadwal
berikutnya. Namun bila dosis yang terlewat cukup banyak, segera bicarakan dengan dokter. Dokter
dapat mengganti resep atau dosis obat sesuai kondisi pasien saat itu.

Sumber : dr. Tjin Willy. (2018).Pengobatan HIV dan AIDS. Alodokter

4. SGPT dan SGOT?

SGOT dan SGPT adalah enzim yang berfungsi untuk membantu hati mencerna lemak. Keduanya tak
hanya terdapat di dalam hati, namun di setiap sel-sel organ lainnya. Meski begitu, SGPT memang
lebih banyak ditemukan pada hati. Ketika hati (atau organ lainnya) mengalami masalah, maka kedua
enzim ini akan masuk ke pembuluh darah dan kadarnya pun meningkat di dalam tubuh. SGOT dan
SGPT adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui seberapa baik fungsi hati dan organ
lainnya. hasil kedua pemeriksaan sama-sama tinggi dapat menjadi pertanda adanya gangguan hati
yang perlu diperiksakan lebih lanjut.

Sumber : Nimas M.E.M. (2017). 5 Cara Menurunkan Kadar SGOT dan SGPT yang Tinggi.Hellosehat

Pertanyaan

1. Definisi HIV?

HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh,
dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Semakin banyak sel CD4 yang
dihancurkan, kekebalan tubuh akan semakin lemah, sehingga rentan diserang berbagai
penyakit. Infeksi HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi serius
yang disebut AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). AIDS adalah stadium akhir dari
infeksi virus HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang
sepenuhnya.

Sampai saat ini belum ada obat untuk menangani HIV dan AIDS. Akan tetapi, ada obat untuk
memperlambat perkembangan penyakit tersebut, dan dapat meningkatkan harapan hidup
penderita.

Sumber : dr. Tjin Willy. (2018).Pengertian HIV dan AIDS. Alodokter


2. Etiologi HIV?

AIDS disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV). HIV yang masuk ke dalam tubuh
akan menghancurkan sel CD4. Sel CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang melawan
infeksi. Semakin sedikit sel CD4 dalam tubuh, maka semakin lemah pula sistem kekebalan
tubuh seseorang.

Penularan HIV terjadi saat darah, sperma, atau cairan vagina dari seseorang yang terinfeksi
masuk ke dalam tubuh orang lain. Hal ini dapat terjadi melalui berbagai cara, antara lain:

Hubungan seks. Infeksi HIV dapat terjadi melalui hubungan seks baik melalui vagina maupun
dubur (anal). Meskipun sangat jarang, HIV juga dapat menular melalui seks oral. Akan tetapi,
penularan lewat seks oral hanya akan terjadi bila terdapat luka terbuka di mulut penderita,
misalnya seperti gusi berdarah atau sariawan.

Berbagi jarum suntik. Berbagi penggunaan jarum suntik dengan penderita HIV, adalah salah
satu cara yang dapat membuat seseorang tertular HIV. Misalnya menggunakan jarum suntik
bersama saat membuat tato, atau saat menggunakan NAPZA suntik.

Transfusi darah. Penularan HIV dapat terjadi saat seseorang menerima donor darah dari
penderita HIV.

Selain melalui berbagai cara di atas, HIV juga bisa menular dari ibu hamil ke janin yang
dikandungnya. Virus HIV juga dapat menular pada proses melahirkan, atau melalui air susu
ibu saat proses menyusui.

Perlu diketahui, HIV tidak menyebar melalui kontak kulit seperti berjabat tangan atau
berpelukan dengan penderita HIV. Penularan juga tidak terjadi melalui ludah, kecuali bila
penderita mengalami sariawan, gusi berdarah, atau terdapat luka terbuka di mulut.

Sumber : dr. Tjin Willy. (2018).Penyebab HIV dan AIDS. Alodokter

3. Manifestasi Klinis HIV?

Gejala HIV dibagi dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah tahap infeksi akut, dan terjadi pada
beberapa bulan pertama setelah seseorang terinfeksi HIV. Pada tahap ini, sistem kekebalan tubuh
orang yang terinfeksi membentuk antibodi untuk melawan virus HIV.
Pada banyak kasus, gejala pada tahap ini muncul 1-2 bulan setelah infeksi terjadi. Penderita
umumnya tidak menyadari telah terinfeksi HIV. Hal ini karena gejala yang muncul mirip dengan
gejala penyakit flu, serta dapat hilang dan kambuh kembali. Perlu diketahui, pada tahap ini jumlah
virus di aliran darah cukup tinggi. Oleh karena itu, penyebaran infeksi lebih mudah terjadi pada
tahap ini.

Gejala tahap infeksi akut bisa ringan hingga berat, dan dapat berlangsung hingga beberapa minggu,
yang meliputi:

Demam hingga menggigil, Muncul ruam di kulit,Muntah, Nyeri pada sendi dan otot, Pembengkakan
kelenjar getah bening, Sakit kepala, Sakit perut, Sakit tenggorokan dan sariawan.

Setelah beberapa bulan, infeksi HIV memasuki tahap laten. Infeksi tahap laten dapat berlangsung
hingga beberapa tahun atau dekade. Pada tahap ini, virus HIV semakin berkembang dan merusak
kekebalan tubuh.

Gejala infeksi HIV pada tahap laten bervariasi. Beberapa penderita tidak merasakan gejala apapun
selama tahap ini. Akan tetapi, sebagian penderita lainnya mengalami sejumlah gejala, seperti:

Berat badan turun, Berkeringat di malam hari, Demam, Diare, Mual dan muntah, Herpes zoster,
Pembengkakan kelenjar getah bening, Sakit kepala, Tubuh terasa lemah.

Infeksi tahap laten yang terlambat ditangani, akan membuat virus HIV semakin berkembang. Kondisi
ini membuat infeksi HIV memasuki tahap ketiga, yaitu AIDS. Ketika penderita memasuki tahap ini,
sistem kekebalan tubuh sudah rusak parah, sehingga membuat penderita lebih mudah terserang
infeksi lain.

Sumber : dr. Tjin Willy. (2018).Gejala HIV dan AIDS. Alodokter

4. Klasifikasi HIV dalam kasus pasien termasuk klasifikasi apa?

5. Patofisiologi terjadinya HIV?

Patofisiologi HIV (human immunodeficiency virus) dimulai dari transmisi virus ke dalam tubuh yang
menyebabkan infeksi yang terjadi dalam 3 fase: serokonversi, asimtomatik, dan acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS).
Transmisi HIV

HIV ditransmisikan melalui cairan tubuh dari orang yang terinfeksi HIV, seperti darah, ASI, semen
dan sekret vagina. Virus masuk ke dalam tubuh manusia melalui port d’entree yang terdapat pada
tubuh, umumnya kemungkinan ini meningkat melalui perilaku berisiko yang dilakukan.

Virus kemudian masuk ke dalam sel dengan menempel pada reseptor CD4 melalui pembungkus
glikoprotein. Sebagai retrovirus, HIV menggunakan enzim reverse-transcriptase, memungkinkan
terbentuknya DNA-copy, untuk terbentuk dari RNA-virus. Virus kemudian menempel dan merusak
CD4, sehingga terjadi deplesi nilai CD4 dalam darah, seiring dengan terjadinya peningkatan replikasi
virus yang direfleksikan dari hasil nilai viral load yang tinggi, menandakan tingkat virulensi yang
tinggi.

Fase Infeksi HIV

Infeksi HIV terdiri dari 3 fase: serokonversi, asimtomatik, dan AIDS.

Serokonversi

Fase serokonversi terjadi di masa awal infeksi HIV. Pada fase ini, terjadi viremia plasma dengan
penyebaran yang luas dalam tubuh, selama 4-11 hari setelah virus masuk melalui mukosa tubuh.
Kondisi ini dapat bertahan selama beberapa minggu, dengan gejala yang cukup ringan dan tidak
spesifik, umumnya berupa demam, flu-like syndrome, limfadenopati dan ruam-ruam. Kemudian,
keluhan akan berkurang dan bertahan tanpa gejala mengganggu. Pada masa ini, umumnya akan
mulai terjadi penurunan nilai CD4, dan peningkatan viral-load.

Fase Asimtomatik

Pada fase asimtomatik, HIV sudah dapat terdeteksi melalui pemeriksaan darah. Penderita infeksi HIV
dapat hidup bebas gejala hingga 5-10 tahun walau tanpa intervensi pengobatan. Pada fase ini,
replikasi virus terus berjalan, virulensi tinggi, viral load stabil tinggi, serta terjadi penurunan CD4
secara konstan.
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)

Pada fase AIDS, umumnya viral-load tetap berada dalam kadar yang tinggi. CD4 dapat menurun
hingga lebih rendah dari 200/µl.

Infeksi oportunistik mulai muncul secara signifikan. Infeksi oportunistik ini bersifat berat, meliputi
dan mengganggu berbagai fungsi organ dan sistem dalam tubuh. Menurunnya CD4 mempermudah
infeksi dan perubahan seluler menjadi keganasan. Infeksi oportunistik berupa:

Demam > 2 minggu, Tuberkulosis paru, Tuberkulosis ekstra paru, Sarkoma kaposi, Herpes rekuren,
Limfadenopati, Candidiasis orofaring, Wasting syndrome

Sumber : dr. Allert Noya.(2018).Patofisiologi HIV.Alomedika

6. Prognosis HIV?

7. Komplikasi HIV?

Infeksi HIV membuat sistem kekebalan tubuh melemah, sehingga tubuh lebih rentan terserang
berbagai penyakit, antara lain:

1. Tuberculosis (TB). TB adalah infeksi paru-paru yang sering menyerang penderita HIV, bahkan
menjadi penyebab utama kematian pada penderita AIDS.

2. Toksoplasmosis adalah infeksi parasit yang dapat memicu kejang bila menyebar ke otak.

3. Cytomegalovirus. Cytomegalovirus adalah infeksi yang disebabkan oleh salah satu kelompok virus
4. herpes. Infeksi ini dapat menyebabkan kerusakan pada mata, saluran pencernaan, dan paru-paru.

5. Candidiasis. Candidiasis adalah infeksi jamur Candida yang menyebabkan ruam pada sejumlah
area tubuh.Infeksi ini disebabkan oleh parasit yang hidup di sistem pencernaan.

6. Meningitis kriptokokus. Meningitis adalah peradangan pada selaput otak dan tulang belakang
yang disebabkan oleh jamur.

7. Wasting syndrome. Wasting syndrome merupakan kondisi ketika penderita AIDS kehilangan 10%
berat badan. Kondisi ini umumnya disertai diare serta demam kronis.

HIV-associated nephropathy (HIVAN). HIVAN adalah peradangan pada saringan di ginjal. Kondisi ini
menyebabkan gangguan untuk membuang limbah sisa metabolisme dari tubuh.

Gangguan neurologis. Meski AIDS tidak menginfeksi sel saraf, akan tetapi penderita AIDS dapat
mengalami sejumlah kondisi seperti depresi, mudah marah, bahkan sulit berjalan. Salah satu
gangguan saraf yang paling sering menimpa penderita AIDS adalah demensia.
Selain sejumlah penyakit di atas, ada beberapa jenis kanker yang dapat menyerang penderita HIV, di
antaranya adalah sarkoma kaposi dan limfoma. Sarkoma kaposi adalah kanker yang bisa muncul di
sepanjang pembuluh darah atau saluran getah bening. Sedangkan limfoma merupakan kanker
kelenjar getah bening.

Sumber : dr. Tjin Willy. (2018).Gejala HIV dan AIDS. Alodokter

8. Pemeriksaan Diagnostik pasien HIV?

Untuk memastikan apakah pasien terinfeksi HIV, maka harus dilakukan tes HIV. Skrining dilakukan
dengan mengambil sampel darah atau urine pasien untuk diteliti di laboratorium. Jenis skrining
untuk mendeteksi HIV adalah:

1. Tes antibodi. Tes ini bertujuan mendeteksi antibodi yang dihasilkan tubuh untuk melawan infeksi
HIV. Meski akurat, perlu waktu 3-12 minggu agar jumlah antibodi dalam tubuh cukup tinggi untuk
terdeteksi saat pemeriksaan.

2. Tes antigen. Tes antigen bertujuan mendeteksi p24, suatu protein yang menjadi bagian dari virus
HIV. Tes antigen dapat dilakukan 2-6 minggu setelah pasien terinfeksi.

Bila skrining menunjukkan pasien terinfeksi HIV (HIV positif), maka pasien perlu menjalani tes
selanjutnya. Selain untuk memastikan hasil skrining, tes berikut dapat membantu dokter mengetahui
tahap infeksi yang diderita, serta menentukan metode pengobatan yang tepat. Sama seperti
skrining, tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah pasien, untuk diteliti di laboratorium.
Beberapa tes tersebut antara lain:

1. Hitung sel CD4. CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang dihancurkan oleh HIV. Oleh karena
itu, semakin sedikit jumlah CD4, semakin besar pula kemungkinan seseorang terserang AIDS. Pada
kondisi normal, jumlah CD4 berada dalam rentang 500-1400 sel per milimeter kubik darah. Infeksi
HIV berkembang menjadi AIDS bila hasil hitung sel CD4 di bawah 200 sel per milimeter kubik darah.

2. Pemeriksaan viral load (HIV RNA). Pemeriksaan viral load bertujuan untuk menghitung RNA,
bagian dari virus HIV yang berfungsi menggandakan diri. Jumlah RNA yang lebih dari 100.000 kopi
per mililiter darah, menandakan infeksi HIV baru saja terjadi atau tidak tertangani. Sedangkan
jumlah RNA di bawah 10.000 kopi per mililiter darah, mengindikasikan perkembangan virus yang
tidak terlalu cepat. Akan tetapi, kondisi tersebut tetap saja menyebabkan kerusakan perlahan pada
sistem kekebalan tubuh.

Tes resistensi (kekebalan) terhadap obat. Beberapa subtipe HIV diketahui kebal pada obat anti HIV.
Melalui tes ini, dokter dapat menentukan jenis obat anti HIV yang tepat bagi pasien.

Sumber : dr. Tjin Willy. (2018). Diagnosis HIV dan AIDS. Alodokter

9. Bagaimana peran perawat terhadap pasien penderita HIV dan pemberian edukasi yang tepat?

1. Perawat sebagai Educator dan sekaligus Caregiver, dengan ini kita sebagai perawat dalam
menangani pasien sesuai dengan kasus tersebut ialah dengan mengedukasi sekaligus mendengarkan
dengan simpati dan empati apa yang dirasakan Ny.Bunga, yg perlu di edukasi ialah penyebab dan
cara pencegahan agar virus HIV tida menularkan ke orang lain yaitu :

1. Larangan melakukan Hubungan Seks melalui dubur, karena salah satu penyebab terbesar
terjadinya HIV ialah seks melalui dubur seperti yang dilakukan oleh kaum homoseksual, karena Nabi
Muhammad SAW pernah bersabda :

“Dilaknat, orang yang mendatangi perempuan pada duburnya.” (HR. Abu Dawud dan An-Nasaa’i)
https://konsultasisyariah.com/2091-bersetubuh-lewat-dubur.html

Gunakan kondom yang baru tiap berhubungan seks, baik seks melalui vagina atau melalui dubur. Bila
memilih kondom berpelumas, pastikan pelumas yang berbahan dasar air. Hindari kondom dengan
pelumas yang berbahan dasar minyak, karena dapat membuat kondom bocor. Untuk seks oral,
gunakan kondom yang tidak berpelumas.

2. Berbagi jarum suntik. Berbagi penggunaan jarum suntik dengan penderita HIV, adalah salah satu cara
yang dapat membuat seseorang tertular HIV. Misalnya menggunakan jarum suntik bersama saat
membuat tato, atau saat menggunakan NAPZA suntik.

3. Transfusi darah. Penularan HIV dapat terjadi saat seseorang menerima donor darah dari penderita HIV.

Selain melalui berbagai cara di atas, HIV juga bisa menular dari ibu hamil ke janin yang dikandungnya.
Virus HIV juga dapat menular pada proses melahirkan, atau melalui air susu ibu saat proses menyusui.

Perlu diketahui, HIV tidak menyebar melalui kontak kulit seperti berjabat tangan atau berpelukan dengan
penderita HIV. Penularan juga tidak terjadi melalui ludah, kecuali bila penderita mengalami sariawan, gusi
berdarah, atau terdapat luka terbuka di mulut.

2. Peran perawat sebagai Advokat, kita sebagai perawat juga bisa sebagai pembela pasien, salah satu cara
membela pasien agar tidak dikucilkan dimasyarakat/maupun lingkungan sekitar ialah dengan cara
melakukan pendekatan pada pimpinan wilayah atau lingkungan sekitar tempat tinggal pasien, dengan
cara memberikan penyuluhan kepada masyarakat agar mengubah stigma masyarakat tentang pengidap
penyakit HIV agar tidak terlalu mengucilkan pasien dengan HIV.

Sumber : dr. Tjin Willy. (2018).Penyebab HIV dan AIDS. Alodokter

Nurlailatul Masuroroh. 2018. KP Keperawatan Keluarga dengan Gangguan Jiwa.


Universitas Muhammadiyah Malang

10. Butuh waktu berapa Lama Perkembangan HIV menjadi AIDS

11. Bagaimana cara mencegah HIV dan siapa saja yang beresiko tinggi tertular HIV?

Sampai saat ini, belum ada vaksin yang dapat mencegah infeksi HIV. Meskipun demikian, infeksi
dapat dicegah dengan beberapa langkah berikut:

Gunakan kondom yang baru tiap berhubungan seks, baik seks melalui vagina atau melalui dubur. Bila
memilih kondom berpelumas, pastikan pelumas yang berbahan dasar air. Hindari kondom dengan
pelumas yang berbahan dasar minyak, karena dapat membuat kondom bocor. Untuk seks oral,
gunakan kondom yang tidak berpelumas.

Hindari berhubungan seks dengan lebih dari satu pasangan.

Beri tahu pasangan bila Anda positif HIV, agar pasangan Anda menjalani tes HIV.

Diskusikan kembali dengan dokter bila Anda didiagnosis positif HIV dalam masa kehamilan,
mengenai penanganan selanjutnya dan perencanaan persalinan, untuk mencegah penularan dari ibu
ke janin.

Bagi pria, disarankan bersunat untuk mengurangi risiko infeksi HIV.

Segera ke dokter bila menduga baru saja terinfeksi virus HIV, misalnya karena berhubungan seks
dengan penderita HIV. Dokter dapat meresepkan obat post-exposure prophylaxis (PEP), untuk
dikonsumsi selama 28 hari. Obat PEP adalah kombinasi 3 obat antiretroviral, yang dapat mencegah
perkembangan infeksi HIV. Meskipun demikian, terapi dengan PEP harus dimulai maksimal 3 hari
setelah infeksi virus terjadi.

Sumber : dr. Tjin Willy. (2018).Pencegahan HIV dan AIDS. Alodokter

12. Pencegahan yang dilakukan Perawat terhadap penularan HIV?

1. Pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas kesehatan


Pada prinsipnya PPI pada HIV sama dengan kegiatan PPI pada umumnya  Infeksi pada pajanan
okupasional di layanan kesehatan dapat dicegah dengan mentaati praktek pencegahan dan
pengendalian infeksi yang standar.

o Kebersihan tangan

o Alat Pelindung Diri (APD)

o Etika batuk/kebersihan pernafasan

o Penempatan pasien

o Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai

o Pengelolaan lingkungan

o Pengelolaan linen

o Praktik penyuntikan yang aman

o Praktik pencegahan infeksi untuk prosedur lumbal punksi

o Perlindungan dan kesehatan karyawan dengan melaksanakan tatalaksana pasca pajanan

Sumber : Program Pengendalian HIV AIDS dan PIMS di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
Petunjuk Teknis.2016. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

13. Penatalaksanaan HIV?

Pengobatan suportif :

1.Sebagian besar pasien malnutrisi : perlu dukungan nutrisi Multivitamin : B-complex, C, E, selenium

• Pengobatan simptomatik

• Dukungan psikososial : depresi, ansietas

• Pengobatan Infeksi Oportunistik ( IO )

• Pencegahan IO : kotrimoksasol

• Pengobatan antiretroviral ( ARV )

Perawatan Pasien HIV

Hindari stigmata & diskriminasi pasien


• Jaga kerahasiaan status pasien

• Jangan takut merawat pasien, risiko tertular

pada petugas kesehatan sangat rendah

• Rawat pasien dengan empati, jangan

mendakwa/menghakimi perilaku pasien

• Deteksi adanya depresi dan ansietas

Putus asa sering membunuh pasien lebih

cepat dari penyakitnya sendiri

Sumber : Agung Nugroho.2011.PEDOMAN PRAKTIS DIAGNOSIS dan PENATALAKSANAAN HIV /


AIDS Pada keadaan Sumber Daya Terbatas. Divisi Peny. Tropik & Infeksi Bag. / SMF Ilmu penyakit
Dalam FK-UNSRAT / RSUP. Prof. Dr. R.D. kandou Manado

14. Perbedaan HIV dan AIDS?

Apakah itu AIDS?

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome. AIDS menggambarkan sebuah
sindrom dengan berbagai gejala dan infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem kekebalan
tubuh.

AIDS sendiri disebabkan oleh virus yang sebut HIV, Human Immunodeficiency Virus.

Apakah itu HIV?

HIV merupakan retrovirusyang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia dan
menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Terjangkiti virus HIV (biasanya disebut sebagai positif
HIV) tidaklah sama dengan mengidap AIDS. Banyak orang yang positif HIV tidak menderita sakit
selama bertahuntahun. Infeksi virus inilah yang kemudian berakibat pada menurunnya sistem
kekebalan. Seiring dengan berkembangnya HIV dalam tubuh, virus tersebut secara perlahan
menggerogoti sistem kekebalan tubuh.

Kapankah seseorang terkena AIDS?

Istilah AIDS dipergunakan untuk tahap infeksi HIV yang paling lanjut. Sebagian besar orang yang
terkena HIV, bila tidak mendapat pengobatan akan menunjukkan tanda-tanda AIDS dalam waktu 8-
10 tahun.
Seberapa cepat HIV bisa berkembang menjadi AIDS?

Lamanya dapat bervariasi dari satu individu dengan individu yang lain. Dengan gaya hidup sehat,
jarak

waktu antara infeksi HIV dan menjadi sakit karena AIDS dapat berkisar antara 10-15 tahun, kadang-
kadang bahkan lebih lama. Terapi antiretroviral dapat memperlambat perkembangan AIDS dengan
menurunkan jumlah virus dalam tubuh yang terinfeksi.

AIDS diidentifikasi berdasarkan beberapa infeksi tertentu, yang dikelompokkan oleh Organisasi
Kesehatan Dunia (World Health Organization) sebagai berikut:

1. Tahap I penyakit HIV tidak menunjukkan gejala apapun dan tidak dikategorikan sebagai AIDS.

2. Tahap II meliputi infeksi-infeksi saluran pernafasan bagian atas yang tak kunjung sembuh.

3. Tahap III meliputi diare kronis yang tidak jelas penyebabnya yang berlangsung lebih dari satu
bulan, infeksi bakteri yang parah, dan TBCparu-paru, atau

4. Tahap IV meliputi penyakit parasit pada otak (toksoplasmosis), infeksi jamur kandida pada saluran
tenggorokan (kandidiasis), saluran pernafasan (trachea), batang saluran paru-paru (bronchi)
atauparu-paru.

Sumber : Deplu .(2016). HIV/AIDS Kendali untuk Dihindari. Konsulat Jenderal Republik Indonesia
Untuk Hong Kong Sar Dan Macau Sar.

15. Bagaimana cara meningkatkan sistem kekebalan tubuh pada pasien HIV?

16. Berapa lama pengobatan ARV diberikan pada pasien HIV?

17. Askep

Data Etiologi Diagnosa Keperawatan


Data Subjektif : Manifestasi Klinis HIV Kerusakan Integritas Kulit b.d
- Px mengalami bercak-bercak Manifestasi Klinis HIV dan
dan terdapat ruam Imunodefisiensi
kemerahan serta nyeri
- Px mengeluh nyeri dan
panas hampir seluruh tubuh
terutama mulut, terlihat ruam
merah pada sekujur tubuh
Data Objektif :
- Eritrosit rendah (2.82
10^6/μL) Normal Wanita
dewasa: 3,9 – 5,0 juta sel/ μL
(3,9 – 5,0 milyar sel/L

Intervensi Keperawatan (NIC) :

1. Manajemen Nutrisi

Kriteria Hasil (NOC) :

Setelah dilakukan perawatan 1x24 jam dengan “Manajemen Nutrisi” dengan kriteria hasil Status
Nutrisi :

Asupan Gizi 5 (Tidak menyimpang dari rentang


normal)
Asupan Makanan 5 (Tidak menyimpang dari rentang
normal)
Asupan cairan 5 (Tidak menyimpang dari rentang
normal)

Anda mungkin juga menyukai