Disusun Oleh :
Kelompok 4
Aya Aprilia 1032201011
Dhia Hasna Putri 1032201012
Elisabeth Laurentia 1032201013
Eryca Kusuma Wardani 1032201015
A. Latar Belakang
Dewasa adalah suatu fase dalam kehidupan manusia yang diawali
pada usia 18 tahun dan berlanjut hingga akhir hayat. Pada fase ini,
seseorang dianggap memiliki kemampuan untuk mandiri dalam
mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas tindakan yang
diambil.
Dalam kaitannya dengan kesehatan, dewasa memiliki tanggung
jawab untuk menjaga kesehatannya sendiri dan juga lingkungan
sekitarnya. Kebiasaan hidup sehat seperti pola makan sehat, olahraga
teratur, dan tidak merokok menjadi penting untuk mempertahankan
kesehatan dewasa. Kesehatan dewasa merupakan kondisi sehat secara
fisik, mental, dan sosial yang optimal pada usia dewasa, yang
memungkinkan seseorang untuk berfungsi secara optimal dalam
kehidupan sehari-hari.
Asuhan keperawatan komunitas aggregat kesehatan dewasa
merupakan salah satu pendekatan dalam memberikan pelayanan
kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan
masyarakat dewasa di suatu wilayah. Asuhan keperawatan komunitas
aggregat kesehatan dewasa didasarkan pada prinsip bahwa kesehatan
merupakan tanggung jawab bersama antara individu, keluarga, dan
masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kesehatan dewasa ?
2. Bagaimana demografi di indonesia?
3. Bagaimana angka harapan hidup di indonesia?
4. Apa yang dimaksud dengan kesenjangan kesehatan ?
5. Apa yang dimaksud dengan literasi kesehatan ?
6. Bagaimana masalah utama kesehatan dewasa?
7. Bagaimana masalah kesehatan pada wanita dewasa?
8. Bagaimana masalah kesehatan pada pria dewasa?
9. Bagaimana peran perawat kesehatan komunitas?
10. Apa saja program / bentuk kegiatan keperawatan komunitas aggregat
kesehatan dewasa?
11. Bagaimana asuhan keperawatan aggregat kesehatan dewasa dalam
keperawatan komunitas?
C. Tujuan
1. Untuk megetahui tentang kesehatan dewasa
2. Untuk mengetahui tentang demografi di indonesia
3. Untuk mengetahui angka harapan hidup di indonesia
4. Untuk mengetahui tentang kesenjangan kesehatan
5. Untuk mengetahui tentang literasi kesehatan
6. Untuk mengetahui masalah utama kesehatan dewasa
7. Untuk mengetahui masalah kesehatan pada wanita dewasa
8. Untuk mengetahui masalah kesehatan pada pria dewasa
9. Untuk mengetahui peran perawat kesehatan komunitas
10. Untuk mengetahui program/ bentuk kegiatan keperawatan komunitas
aggregat kesehaan dewasa
11. Untuk mengetahui asuhan keperawatan aggregat kesehatan dewasa
dalam keperawatan komunitas
D. Manfaat
1. Menambah pengetahuan, wawasan, serta ilmu mengenai asuhan
keperawatan komunitas agregat kesehatan dewasa
2. Dapat menjadi masukan untuk dasar penelitian selanjutnya yang
berhubungan dengan kesehatan dewasa
3. Memberikan informasi mengenai asuhan keperawatan agregat kesehatan
dewasa
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesehatan Dewasa
Orang dewasa didefinisikan sebagai siapa saja yang berusia 18
tahun atau lebih tua. Menurut WHO (2021), pembagian kelompok usia
dewasa sebagai berikut :
1. Dewasa muda : 20-39 tahun
2. Dewasa : 40-64 tahun
3. Dewasa tua : >65 tahun
B. Demografi
Menurut Kementerian Dalam Negeri, jumlah penduduk Indonesia
pada 31 Desember 2021 yaitu sebanyak 273.879.750 jiwa yang terdiri
dari 138.303.472 jiwa penduduk laki-laki dan 135.576.278 jiwa penduduk
perempuan. Sedangkan menurut angka proyeksi dari Badan Pusat
Statistik, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2021 yaitu 272.682.515
jiwa yang terdiri dari 137.871.054 jiwa penduduk laki-laki dan
134.811.461 jiwa penduduk perempuan.
Piramida penduduk Indonesia berbentuk kerucut dengan alas yang
lebar dan puncak yang meruncing. Hal ini menunjukkan bahwa struktur
penduduk di Indonesia termasuk struktur penduduk muda. Usia 0-14
tahun (usia muda) lebih banyak jumlahnya dibandingkan usia di atasnya.
Bagian atas pada piramida tersebut yang lebih pendek bahwa
menunjukkan angka kematian yang masih tinggi pada penduduk usia tua.
C. Harapan Hidup
Harapan hidup adalah jumlah rata-rata tahun yang diproyeksikan
untuk hidup oleh seorang anggota individu dari kelompok tertentu
(biasanya satu tahun kelahiran). Ini adalah pengukuran standar lain yang
digunakan untuk membandingkan status kesehatan berbagai populasi
dan biasanya dihitung berdasarkan angka kematian usia spesifik .
Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja
pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada
umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka
Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan
program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk
kesehatan lingkungan, kecukupan gisi dan kalori termasuk program
pemberantasan kemiskinan.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, umur harapan hidup
(UHH) penduduk Indonesia saat lahir mencapai 71,85 tahun pada 2022.
Angka tersebut meningkat 0,28 tahun dibandingkan pada tahun
sebelumnya yang sebesar 71,57 tahun. Jika dibandingkan dengan 10
tahun yang lalu, UHH penduduk Indonesia pada 2022 mengalami
peningkatan 1,65 tahun. Pada 2012, UHH penduduk Indonesia tercatat
sebesar 70,2 tahun.
D. Kesenjangan Kesehatan
Kesenjangan kesehatan didefinisikan sebagai perbedaan status
kesehatan yang terjadi berdasarkan jenis kelamin, ras/etnis, pendidikan
atau pendapatan, kecacatan, lokasi geografis, atau orientasi seksual
(Orgera & Artiga, 2018). Kesenjangan kesehatan terjadi ketika satu
segmen populasi memiliki tingkat penyakit atau kematian yang lebih tinggi
daripada yang lain atau ketika tingkat kelangsungan hidup lebih rendah
untuk satu kelompok jika dibandingkan dengan yang lain (National
Institutes of Health [NIH], 2019). Seringkali, orang dengan beban
kesehatan terbesar memiliki akses paling sedikit ke layanan perawatan
kesehatan, penyedia layanan kesehatan yang memadai, informasi,
teknologi komunikasi, dan layanan sosial pendukung. Pendekatan
interdisiplin, kolaboratif, publik, dan swasta serta kemitraan publik-swasta
diperlukan untuk mengembangkan strategi untuk mengatasi tujuan
kesenjangan kesehatan Orang Sehat 2030.
E. Literasi Kesehatan
Literasi kesehatan didefinisikan sebagai sejauh mana individu
memiliki kapasitas untuk memperoleh, memproses, dan memahami
informasi dan layanan kesehatan dasar yang diperlukan untuk membuat
keputusan terkait kesehatan yang tepat. Kemampuan membaca dan
memahami informasi kesehatan merupakan kunci dalam mengelola
masalah kesehatan. Literasi kesehatan yang rendah berkontribusi pada
kesenjangan kesehatan dan telah didokumentasikan sebagai masalah
yang meningkat di antara kelompok ras dan etnis tertentu, populasi yang
tidak berbahasa Inggris, dan orang berusia di atas 65 tahun. Literasi
kesehatan yang rendah terkait langsung dengan (Health Resources &
Services Administration, 2019; NIH, National Library of Medicine, n.d.):
Hasil kesehatan yang lebih buruk
Penggunaan layanan darurat yang lebih tinggi
Lebih sering rawat inap
Peningkatan risiko kematian
7. Obesitas
Obesitas didefinisikan sebagai memiliki indeks massa tubuh (IMT)
30 atau lebih dan diakui sebagai ancaman kesehatan nasional dan
tantangan kesehatan masyarakat utama di Amerika Serikat. Kondisi ini
merupakan faktor risiko utama CVD, bersama dengan jenis kanker
tertentu, diabetes tipe 2, apnea tidur obstruktif, dan kematian dini (CDC,
2020).)
Menurut National Health and Nutrition Examination Survey, pada
tahun 2015–2016 prevalensi obesitas di kalangan orang dewasa
adalah 39,8%. Orang dewasa paruh baya (40 hingga 59 tahun) memiliki
prevalensi obesitas yang lebih tinggi sebesar 42,8% dibandingkan
dewasa muda (20 hingga 39 tahun) sebesar 35,7%. Prevalensi
obesitas pada orang dewasa di atas usia 60 tahun adalah 41,09%
(Hales, Carroll, Fryar, & Ogden, 2017). Beberapa kelompok memiliki
tingkat obesitas yang lebih tinggi daripada yang lain. Orang dewasa
dari tingkat sosial ekonomi dan pendidikan yang lebih rendah memiliki
prevalensi obesitas yang lebih tinggi, seperti halnya orang dewasa kulit
hitam dan Hispanik non-Hispanik (CDC, 2017; Hales et al., 2017).
Perawat kesehatan komunitas memainkan peran penting dalam
memerangi obesitas melalui mendidik orang dewasa tentang
pentingnya mempertahankan berat badan yang sehat, atau penurunan
berat badan jika diindikasikan, melalui aktivitas fisik dan nutrisi yang
tepat.
8. Penggunaan Zat
Pria lebih cenderung menggunakan obat-obatan terlarang
dibandingkan wanita dan memiliki tingkat penggunaan atau
ketergantungan yang lebih tinggi pada obat-obatan terlarang dan
alkohol dibandingkan wanita (National Institute of Drug Abuse [NIDA],
2018). Namun, tidak semua orang yang menyalahgunakan obat-obatan
terlarang mengembangkan gangguan penyalahgunaan zat.
Menurut SAMHSA (2019), gangguan penggunaan zat (substance
use disorder (SUD) terjadi ketika penggunaan berulang alkohol
dan/atau obat-obatan menyebabkan gangguan yang signifikan secara
klinis dan fungsional seperti masalah kesehatan, kecacatan, dan
kegagalan untuk memenuhi tanggung jawab utama di tempat kerja,
sekolah, atau rumah.
Diagnosis medis gangguan penggunaan alkohol (AUD) mengacu
pada penyakit kambuhan otak kronis yang ditandai dengan
penggunaan alkohol kompulsif, kehilangan kendali atas asupan alkohol,
dan keadaan emosi negatif saat tidak menggunakan. Untuk dapat
didiagnosis dengan AUD, seseorang harus memenuhi kriteria tertentu
sebagaimana digambarkan dalam Manual Diagnostik dan Statistik
Gangguan Mental (DSM).
G. Kesehatan Wanita
Wanita Dewasa Muda (18 hingga 35 Tahun)
Wanita di awal usia masa dewasa memiliki tugas yang berbeda
untuk diselesaikan dan masalah yang harus diatasi daripada wanita di
masa dewasa selanjutnya, dan transisi dari masa remaja hingga
dewasa dapat menimbulkan stres. Ada perkembangan besar tugas
yang perlu diselesaikan remaja putri seperti membentuk identitas dan
perkembangan keintiman. Perilaku yang berhubungan dengan masa
dewasa muda termasuk menyelesaikan pendidikan menengah, memilih
dan membangun karir, memilih orang penting lainnya untuk jangka
panjang, membangun rumah tangga, dan merencanakan anak dengan
menggunakan berbagai model pola asuh (melahirkan, mengadopsi,
mengasuh). Pada masa ini, wanita juga mengembangkan filosofi
pribadi yang mencakup keyakinan spiritual yang bermakna dan
menghibur yang konsisten dengan kehidupan sehari-hari (Berk, 2018).
Wanita pada kelompok usia ini cenderung sehat. Sayangnya,
selama periode ini, banyak wanita terlibat dalam perilaku berisiko
kesehatan seperti fisik tidak aktif, makan dengan buruk, berpartisipasi
dalam hubungan seksual tanpa kondom, dan merokok. Beberapa, jika
tidak semua, dari perilaku ini mungkin pernah terjadi pada masa remaja
dan mewakili perilaku yang dapat dimodifikasi. Jika tidak ditangani,
pilihan gaya hidup yang buruk dapat berkontribusi secara signifikan
untuk memimpin penyebab morbiditas dan mortalitas, seperti penyakit
jantung dan sistem pembuluh darah, kanker, penyakit pernapasan
kronis, dan diabetes (CDC, 2019). Masalah kesehatan umum bagi
banyak wanita dalam kelompok usia ini berkaitan dengan gangguan
makan, kesehatan reproduksi dan infeksi menular seksual (IMS),
aktivitas fisik, kesehatan mental dan gangguan mood, dan
menggunakan zat terlarang.
1) Gangguan Makan
Gangguan makan itu kompleks, penyakit kronis terutama
menyerang kaum wanita muda. Tidak ada penyebab tunggal
dari gangguan ini. Namun, beberapa hal dapat menjadi
penyebab, seperti budaya, karakteristik pribadi, gangguan
emosional, peristiwa stres, biologi, dan keluarga. Tiga yang
paling umum adalah anoreksia nervosa, bulimia nervosa, dan
makan berlebihan.
Anoreksia nervosa
Ditandai dengan penurunan berat badan, kekurusan,
gangguan pada citra tubuh, dan ketakutan akan
kenaikan berat badan. Orang yang terkena dampak
kehilangan berat badan baik dengan diet berlebihan atau
dengan cuci perut diri mereka sendiri dari kalori yang
tertelan. Penyakit ini biasanya ditemukan di negara
industri dan biasanya dimulai pada masa remaja. Wanita
muda 10 sampai 20 kali lebih mungkin mengalami
anoreksia daripada pria muda. Penolakan untuk
mempertahankan berat badan dapat mengancam jiwa
karena gangguan elektrolit, anemia, dan aritmia jantung
sekunder. Berat badan yang rendah dapat mengganggu
produksi insulin, yang menyebabkan amenore (tidak
adanya periode menstruasi) dan penurunan kepadatan
tulang (Nasional Institut Kesehatan Mental, 2016, 2018;
Kantor Kesehatan Wanita, 2018).
Bulimia nervosa
Ditandai dengan episode berulang dari makan
berlebihan, muntah dan diare yang diinduksi sendiri,
penyalahgunaan obat pencahar atau diuretik, olahraga
berlebihan, diet ketat atau puasa, dan kekhawatiran yang
berlebihan tentang bentuk tubuh atau berat badan.
Perempuan dalam budaya di mana ada penekanan
kecantikan ideal tertentu, individu yang mengalami
pelecehan seksual atau berasal dari keluarga dengan
riwayat gangguan makan, dan individu dengan harga diri
rendah dan riwayat tidak "memegang kendali" atau
dengan kesulitan komunikasi dan emosional berisiko
lebih besar (Kantor Kesehatan Perempuan, 2018b;
SAMHSA, 2017).
Makan berlebihan
Gangguan makan yang paling umum di Amerika Serikat,
dengan onset khas pada remaja akhir dan awal 20-an.
Gangguan ini dicirikan dengan episode makan yang tidak
terkontrol termasuk makan dalam jumlah besar dengan
cepat, saat tidak lapar, dan sampai kenyang dengan
nyaman. Banyak individu dengan gangguan ini
mengalami kesulitan mengungkapkan perasaan mereka,
mengalami kesulitan mengendalikan impuls dan stres,
dan merasa tertekan tentang makan berlebihan.
Obesitas umum terjadi karena purging bukanlah
karakteristik dari gangguan ini. Gangguan ini
mengakibatkan peningkatan risiko diabetes tipe 2,
kolesterol tinggi, osteoarthritis, penyakit ginjal atau gagal
ginjal, penyakit jantung, dan hipertensi (Kantor
Kesehatan Wanita, 2018; SAMHSA, 2017).
H. Kesehatan Pria
Jenis kelamin adalah salah satu dari banyak faktor yang
mempengaruhi kesehatan. Lebih dari neonatus pria meninggal saat lahir,
dan laki-laki lebih mungkin meninggal lebih awal dari kronis dibandingkan
wanita. Ini dibuktikan dengan perbedaan dalam hidup harapan antara pria
dan wanita di Amerika Serikat; wanita bertahan hidup rata-rata 5 tahun
lebih lama daripada pria (CDC, 201e; Xu et al., 2018).
Maskulinitas merupakan faktor yang mempengaruhi kesehatan pria.
Pria disosialisasikan untuk menjadi independen dan menyembunyikan
kerentanan mereka. Oleh karena itu, ketika mereka menyadari masalah
kesehatan fisik atau mental pribadi, mereka cenderung tidak mengakses
sistem perawatan kesehatan. Bagaimana identitas laki-laki dipertahankan
dapat mencakup kegiatan yang berbahaya bagi kesehatan mereka, dan
hasilnya adalah tingkat kematian yang tinggi dari cedera yang tidak
disengaja di kalangan laki-laki muda. Contoh dari kegiatan ini meliputi
penggunaan zat, penggunaan senjata api, konsumsi alkohol berlebihan,
dan merokok (CDC, 2017e; Xu et al., 2018).
b) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder berfokus pada skrining untuk deteksi dini
dan pengobatan penyakit yang cepat. Sepanjang rentang hidup, tes
skrining dapat membantu orang dewasa mengidentifikasi penyakit sejak
dini.
Sebagian besar waktu perawat kesehatan komunitas dihabiskan
untuk menilai kebutuhan perencanaan, implementasi, atau evaluasi
program yang berfokus pada deteksi dini penyakit.
Ini diikuti dengan pengajaran untuk mencegah kerusakan lebih
lanjut dari penyakit yang sedang berlangsung atau untuk mencegah
penyebaran penyakit, jika menular.
Contoh program pencegahan sekunder termasuk mendirikan klinik
mamografi, mengajarkan payudara dan TSE, dan skrining—tekanan
darah, glukosa darah, BMI, dan kolesterol.
Di mana pun orang dewasa berkumpul dalam kelompok, ini adalah
tempat yang baik untuk menyediakan layanan perawatan dan
pencegahan kesehatan primer dan sekunder..
c) Pencegahan Tersier
Tingkat pencegahan tersier berfokus pada rehabilitasi dan
mencegah kerusakan lebih lanjut pada sistem yang sudah
dikompromikan. Banyak orang dewasa yang bekerja dengan perawat
kesehatan komunitas memiliki penyakit kronis, kondisi yang diakibatkan
oleh penyakit lain, atau luka lama yang mengakibatkan kecacatan
Idealnya, kondisi kesehatan yang negatif dapat dicegah. Jika tidak,
hal terbaik berikutnya adalah mereka didiagnosis lebih awal, tanpa
merusak kesehatan individu. Tetapi jika kondisi kesehatan negatif
belum ditangani atau dikendalikan, maka individu tersebut berada pada
tingkat pencegahan tersier. Pada tingkat pencegahan ini, perawat
berfokus pada pemeliharaan kualitas hidup dari orang lain.
Merawat orang pada tingkat pencegahan tersier bisa menjadi
sangat rumit karena banyak sistem tubuh yang mungkin terlibat. Selain
itu, semua orang berfungsi dalam banyak sistem sosial, yang mungkin
termasuk harapan keluarga, peran yang dimiliki orang dalam keluarga,
perilaku yang diharapkan, pengetahuan dan keterlibatan sistem
komunitas, harapan pribadi, motivasi, dan dukungan. Bekerja di tingkat
tersier melibatkan semua keterampilan perawat selain sumber daya
komunitas dan klien yang dapat atau ingin dimotivasi.
2. Kategori
Terdapat dua kategori posbindu PTM yakni dasar dan utama.
Perbedaan keduanya adalah pada jenis pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat. Pada kategori dasar, memberikan 3 pelayanan
dasar oleh kader meliputi wawancara, pengukuran dan
penyuluhan. Wawancara dilakukan guna mengidentifikasi keberadaan
risiko PTM berupa perilaku yang berisiko, potensi cedera dan
tindakan kekerasan dalam rumah tangga. Terdapat 6 layanan
pengukuran antara lain berat badan, tinggi badan, lingkar perut,
Indeks Masa Tubuh (IMT) dan analisa lemak, tekanan darah dan
uji fungsi paru. Penyuluhan dilakukan dalam hal pemeriksaan
payudara sendiri (sadari).
Posbindu-PTM kategori utama memberikan pelayanan sama
dengan kategori dasar, dilengkapi dengan pemeriksaan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan. Pemeriksaan ini diantaranya adalah
gula darah, kolesterol dan trigliserida, klinis payudara,
inspeksivisual asetat (IVA) dan tes kadar alcohol serta amfetamin urin
bagi kelompok pengemudi.
3. Standar Posbindu-PTM
Lima standar sarana yang harus tersedia untuk pelayanan Posbindu-
PTM meliputi standar 5 meja, standar alat, ruangan khusus
pemeriksaan IVA, Kartu Menuju Sehat (KMS) factor risiko PTM
dan buku pencatatan, serta media untuk komunikasi, Informasi dan
Edukasi (KIE). Penyediaan standar 5 meja yang dimaksud bukan
sekedar menyediakan meja dan kursi sebanyak 5 pasang namun
juga dilengkapi alat dasar berupa pengukur tinggi badan, timbangan,
pita pengukur, tensi meter dan media KIE. Selain alat dasar
tersebut, standar alat lain yang disediakan antara lain peakflowmeter,
glukometer, kolesterol dan trigliserida, kadar alcohol pernapasan, tes
amfetamin urin dan alat-alat pemeriksaan IVA. Posbindu yang
memiliki kemampuan, dapat menambah sarana berupa alat pengukur
ketajaman penglihatan dan pendengaran.(Kementerian Kesehatan
RI., 2012).
4. Kegiatan Posbindu-PTM
Prinsip pelaksanaan program Posbindu-PTM menggunakan dasar
peyelenggaraan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM). Perbedaan program Posbindu-PTM dengan Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) lainnya adalah
program ini dilaksanakan secara terintegerasi dan sistematik atau
runtut. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan dalam
program Posbindu-PTM diantaranya :
a) Wawancara
Penggalian informasi pada masyarakat peserta tentang
faktor risiko penyakit tidak menular. Penggalian informasi ini
dapat dilakukan dengan wawancara terkait riwayat penyakit
tidak menular pada keluarga dan diri peserta, aktifitas fisik
harian seperti olah raga, kebiasaan makan sayur dan buah,
riwayat merokok, serta riwayat minuman alkohol. Wawancara
ini dilakukan pada awal kunjungan dan dilakukan berkala setiap
kali kunjungan.
b) Pengukuran IMT
Pengukuran Indeks Masa Tubuh / IMT dengan menggunakan alat
timbang badan digital, lingkar perut setiap kali kunjungan atau
sebulan sekali, serta mengukur tinggi badan pada awal
kunjungan.
c) Pemeriksaan Tekanan Darah
Pemeriksaan tekanan darah dapat dilakukan oleh kader
dengan menggunakan alat spignomanometer/tensi darah
digital. Pemeriksaan bagi peserta yang sehat minimal sebulan
sekali, bagi peserta yang memiliki risiko atau mengalami
hipertensi minimal seminggu sekali.
d) Pemeriksaan fungsi paru sederhana
Pelaksanaannya dilakukan oleh tenaga kesehatan. Hasil
pemeriksaan dikategorikan menjadi 2 yakni fungsi paru baik atau
normal dan buruk. Paru berfungsi baik jika hasil pemeriksaan
menunjukkan nilai arus puncak ekspirani (APE) > nilai prediksi,
dan sebaliknya jika hasilnya adalah sama bahkan < nilai prediksi,
maka fungsi paru adalah buruk. Pada orang yang sehat
pemeriksaan fungsi paru dilakukan dalam jangka waktu 1
tahun sekali, 3 bulan sekali pada orang pemilik faktor risiko
PTM dan setiap bulan pada penderita PTM .
e) Pemeriksaan GDA
Pemeriksaan kadar gula dalam darah dengan menggunakan alat
test GDA oleh tenaga kesehatan. Sasaran pemeriksaaan GDA
adalah setiap warga berusia >40 tahun atau <40 tahun
dengan obesitas dan atau hipertensi. Pengecekan ini untuk
peserta yang normal test ini dilakukan minimal setahun
sekali, bagi yang memiliki faktor risiko diabetes minimal tiga
bulan sekali, dan bagi yang mengalami diabetes minimal sebulan
sekali.
f) Pemeriksaan Kolesterol
Pemeriksaan kolesterol dalam darah dengan menggunakan alat
test cek kolesterol sederhana oleh tenaga kesehatan.
Pengecekan ini untuk peserta yang sehat minimal enam
sampai setahun sekali, untuk yang memiliki faktor risiko
kelebihan kolesterol cek minimal dua sampai tiga bulan
sekali, dan bagi yang memiliki riwayat kolesterol dalam darah
tinggi cek minimal satu bulan sekali.
g) Pemeriksaan Asam Urat
Pemeriksaan kadar asam urat dalam darah dengan
menggunakan alat test cek asam urat sederhana oleh
tenaga kesehatan. Pengecekan bagi peserta yang sehat
minimal setahun sekali, untuk yang memiliki faktor risiko
kelebihan kadara asam urat dalam darah cek minimal tiga
bulan sekali, dan bagi yang memiliki riwayat asam urat
dalam darah tinggi cek minimal satu bulan sekali.
h) Pemeriksaan SADARI
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) yang dilakukan di
posbindu PTM dasar dapat dilakukan oleh kader kesehatan
berupa kegiatan penyuluhan. Kader menginformasikan kepada
peserta perempuan untuk melakukan SADARI setiap bulan pada
hari ke5-7 menstruasi (Kementerian kesehatan RI. Direktorat
Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, 2019).
Pemeriksaan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan berupa
pemeriksaan payudara klinis (SADANIS). Kegiatan SADANIS ini
merupkan salah satu deteksi dini kanker kepada wanita usia 30-
50 tahun atau wanita yang telah berhubungan seksual.
Penemuan benjolan dan kelainan lain pada payudara menjadi
dasar untuk dilakukan rujukan ke FKTP.(Kementerian Kesehatan
RI., 2019).
i) Pemeriksaan IVA
Pemeriksaan inspeksi visual asetat (IVA) dilakukan jika program
Posbindu-PTM sudah kuat yang dilakukan oleh bidan terlatih.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan lima tahun sekali untuk
individu yang sehat, jika hasil negatif maka dilakukan test
ulang IVA setiap lima tahun, jika hasil positif maka dirujuk
ke Puskesmas untuk tindakan pengobatan (krioterapi) dan
diulang setiap 6 bulan sampai hasil negatif.
j) Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan yang biasa dilakukan di Posbindu PTM
adalah terkait pengaturan diet pada penyakit tidak menular.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi diet adalah
aturan makanan khusus untuk kesehatan dan sebagainya
(biasanya atas petunjuk dokter). Definisi lain menyebutkan bahwa
diet adalah pengaturan pola dan konsumsi makanan serta
minuman yang dilarang, dibatasi jumlahnya, dimodifikasi, atau
diperbolehkan dengan jumlah tertentu untuk tujuan terapi
penyakit yang diderita, kesehatan, atau penurunan berat
badan (Persatuan Ahli Gizi Indonesia, 2009). Masyarakat awam
banyak yang menyalahartikan definisi diet tersebut. Diet di
masyarakat identik dengan mengurangi jumlah makanan untuk
mengecilkan ukuran tubuh. Hal inilah yang harusnya diluruskan
sehingga tidak menimbulkan salah persepsi di masyarakat.
Beberapa kondisi penyakit baik fisik maupun psikologis
membutuhkan pengaturan diet yang tepat. Hal ini sesuai dengan
fungsi diet yaitu :
Diet dapat meningkatkan metabolisme tubuh.
Diet berguna untuk menyeimbangkan pola makan sehari-
hari.
Diet dapat menguatkan tulang.
Seringnya kegemaran orang dalam mengkonsumsi daging
tanpa menyeimbangkannya dengan buah dan sayuran
mengakibatkan kadar protein berlebihan yang dapat
mengganggu ginjal. Akibatnya, penyerapan kalsium
terganggu dan memaksa tubuh mengambil kalsium dari
tulang. Namun saat seseorang melakukan diet, hal ini tidak
terjadi.
Memperlancar pencernaan.
Pada saat melakukan diet karbohidrat kompleks dalam
tubuh seseorang dicerna secara berangsur-angsur dan
teratur sehingga menyediakan sumber glukosa tetap. Inilah
yang akhirnya memperlancar pencernaan seseorang.
Diet dapat menyehatkan kulit.
saat seseorang melakukan diet yang mana lebih banyak
mengkonsumsi sayur dan buah-buahan, membuat
banyaknya vitamin alami yang masuk ketubuh. Itulah yang
akhirnya membuat kulit menjadi sehat. Bahkan pada
beberapa buah yang kulitnya dapat di konsumsi dapat
membuat kulit tampak lebih cerah.
Diet dapat melindungi gigi. Pada pelaku diet seringnya
gigi mengunyah padi-padian dan sayur-sayuran daripada
memotong daging membuat gigi lebih terlindungi.
Diet dapat mencegah berbagai penyakit. Karena pola
makan yang teratur dan memenuhi asupan gizi yang
baik diet dapat mencegah berbagai penyakit seperti
diabetes, jantung, stroke, tulang keropos dan lain-lain.
7) Olah Raga
Olah raga atau senam bersama, kegiatan ini minimal
dilaksanakan sebulan sekali dan akan lebih baik jika
dilakukan setiap seminggu sekali.
5. Sistem Rujukan
Rujukan bagi peserta program Posbindu-PTM diperlukan guna
tercapainya pelayanan kesehatan paripurna dari pelayanan kesehatan
berbasis masyarakat hingga ke jenjang layanan yang lebih tinggi.
Rujukan dapat dilakukan setelah peserta mendapatkan pendidikan
kesehatan (koseling / dialog interaktif / saran aktifitas fisik) untuk
mendapatkan layanan lebih lanjut baik ke Pondok Kesehatan Desa
(Ponkesdes) atau Puskesmas atau Klinik swasta.
b) Pengkajian 8 subsistem
1) Subsistem Fisik: Meliputi penilaian kondisi fisik lingkungan
sekitar, seperti kebersihan, sanitasi, dan ketersediaan air bersih.
Selain itu, penilaian juga dilakukan terhadap kemampuan individu
dalam menjaga kesehatan fisik, seperti gaya hidup sehat,
aktivitas fisik, dan pola makan.
2) Subsistem Kesehatan: Meliputi penilaian status kesehatan
individu dan kelompok, termasuk riwayat penyakit, kondisi
kesehatan saat ini, serta pemahaman dan perilaku masyarakat
terkait kesehatan.
2) Diagnosa
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada
keluarga dengan status ekonomi rendah
Risiko tinggi terkena penyakit menular pada komunitas yang
tinggal di daerah endemik
Risiko terkena penyakit kronis pada komunitas dengan pola
hidup tidak sehat dan kurangnya akses ke fasilitas kesehatan
3) Intervensi
Prevensi primer
Edukasi masyarakat tentang gaya hidup sehat dan
kebiasaan hidup bersih dan sehat
Promosi vaksinasi dan pemeriksaan kesehatan rutin
Pembentukan kelompok dukungan dan aktivitas yang
mendorong interaksi sosial yang sehat dan aktif
Peningkatan akses terhadap fasilitas olahraga dan kegiatan
fisik
Prevensi sekunder
Skrining kesehatan berkala untuk mengidentifikasi kondisi
yang mendasar (seperti hipertensi, diabetes, dan obesitas)
Program deteksi dini kanker dengan pemeriksaan payudara,
pap smear, dan kolonoskopi
Promosi gaya hidup sehat bagi individu dengan faktor risiko
yang tinggi
Edukasi tentang pentingnya deteksi dini dan pencegahan
penyakit
Prevensi tersier
Pendidikan pasien tentang manajemen penyakit dan
pengobatan untuk mengoptimalkan hasil kesehatan
Peningkatan akses terhadap layanan kesehatan dan
dukungan sosial untuk pasien dengan kondisi kronis
Program rehabilitasi fisik dan terapi bagi populasi dewasa
yang mengalami cedera atau kecacatan akibat penyakit atau
kecelakaan
Program pengobatan dan manajemen penyakit bagi populasi
dewasa yang telah terdiagnosis menderita penyakit kronis,
seperti hipertensi, diabetes, dan kolesterol tinggi.
4) Implementasi
Promosi kesehatan:
Memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok masyarakat
dewasa untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang faktor
risiko dan cara mencegah penyakit tertentu, seperti penyakit
jantung dan stroke.
Proses kelompok:
Memotivasi pembentukan dan membimbing kelompok swa
bantu/sebaya dengan memberikan pelatihan tentang cara-cara
meningkatkan kesehatan dan mengelola penyakit tertentu, serta
memberikan informasi kesehatan yang relevan.
Pemberdayaan masyarakat
Melibatkan masyarakat unruk berperan aktif dalam mengatasi
masalah kesehatan dewasa seperti mengikuti program posbindu-
PTM
Kemitraan:
Melakukan kerja sama dengan sektor kesehatan lainnya, seperti
dokter atau tenaga medis lainnya, untuk mengembangkan program
kesehatan yang lebih komprehensif bagi kelompok masyarakat
dewasa.
5) Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses penilaian terhadap keberhasilan
intervensi keperawatan dalam memenuhi tujuan kesehatan masyarakat.
Evaluasi ini penting dilakukan untuk menentukan apakah intervensi
keperawatan yang telah dilakukan efektif dan efisien dalam memenuhi
kebutuhan kesehatan masyarakat. Berikut adalah beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam evaluasi asuhan keperawatan komunitas
aggregat dewasa:
Evaluasi hasil intervensi: Dilakukan dengan memeriksa apakah
hasil intervensi yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan. Evaluasi ini juga melibatkan penilaian terhadap
perubahan kesehatan yang terjadi pada populasi yang menjadi
fokus intervensi.
Evaluasi efektivitas intervensi: Dilakukan dengan memeriksa
apakah intervensi keperawatan yang telah dilakukan dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau tidak. Jika intervensi
tidak efektif, maka perlu dilakukan penyesuaian pada intervensi
yang dilakukan.
Evaluasi efisiensi intervensi: Dilakukan dengan memeriksa
apakah intervensi keperawatan yang dilakukan efektif secara
biaya. Evaluasi ini juga melibatkan penilaian terhadap
penggunaan sumber daya yang tersedia dan perbandingan
antara biaya intervensi dengan hasil yang diperoleh.
Evaluasi kepuasan pasien: Dilakukan dengan memeriksa
apakah pasien merasa puas dengan intervensi keperawatan
yang diberikan dan apakah pasien merasa terbantu dengan
intervensi yang telah dilakukan.
Evaluasi kualitas hasil: Dilakukan dengan memeriksa apakah
hasil intervensi dapat dipertahankan dalam jangka waktu yang
lama atau tidak. Evaluasi ini juga melibatkan penilaian terhadap
adanya efek samping atau komplikasi yang mungkin terjadi
akibat intervensi yang telah dilakukan
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Orang dewasa didefinisikan sebagai siapa saja yang berusia 18
tahun atau lebih tua. Orang dewasa memiliki kebutuhan perawatan
kesehatan yang berubah seiring bertambahnya usia. Pola makan dan
olahraga, obesitas, penggunaan zat, keamanan, dan pilihan gaya hidup
sehat adalah masalah yang harus dipertimbangkan orang dewasa
sepanjang hidup mereka.
Penyakit kronis adalah masalah yang semakin memprihatinkan
bagi pria dan wanita karena harapan hidup meningkat. Perawat
kesehatan komunitas harus menggunakan tiga tingkat pencegahan untuk
meningkatkan kesehatan sepanjang rentang hidup. Kegiatan pencegahan
primer berfokus pada pendidikan untuk mempromosikan gaya hidup
sehat. Pencegahan sekunder berfokus pada skrining untuk deteksi dini
dan pengobatan penyakit yang cepat. Peran C/PHN pada tahap ini
adalah menilai kebutuhan; merencanakan, melaksanakan, atau
mengevaluasi program yang berfokus pada deteksi dini penyakit; dan
untuk mendidik klien untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dari atau
penyebaran penyakit. Tingkat pencegahan tersier berfokus pada
rehabilitasi dan pencegahan kerusakan lebih lanjut pada sistem yang
sudah dikompromikan. Pada tingkat pencegahan ini, perawat berfokus
pada pemeliharaan kualitas hidup.
B. Saran
Diharapkan makalah ini bisa dijadikan acuan dan menambah
wawasan tentang Asuhan Keperawatan Komunitas pada aggregat
kesehatan dewasa. Sehingga, pembaca khususnya mahasiswa/i
keperawatan mampu menerapkan asuhan keperawatan ini secara
komperehensif dan holistik.
DAFTAR PUSTAKA