Anda di halaman 1dari 13

PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI INTRAVENA

Ns. Suwarningsih, Skep., Mkep


KELOMPOK 15

1. ALDILLA DHANI PRASETYO 1032201003


2. ANANDA CHRISMAN D.P 1032201064
3. RISKY INDAH SAFERA 1032201052
4. RISMA AMANDA KURNIAWAN 1032201040
pengertian terapi intravena

• Terapi intravena merupakan tindakan keperawatan yang


dilakuan dengan cara memasukan cairan melalui intravena
dengan bantuan infus setyang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh (tamsuri,2008)
• pemasangan infus adalah tindakan pemasangan kateter
intravena pada Vena tertentu untuk memberikan terapi
intravena. terapi intravena digunakan untuk mengoreksi
berbagai kondisi pasien, terutama dalam hal pemasukan per
oral tidak adekuat ,ketidak keseimbangan elektrolit ,kurangnya
nutrien tubuh, untuk medikasi secara IV dan untuk
memasukan produk darah (craven & hirnle,2000)
• Selain itu terapi intravena diberikan untuk memperbaiki atau
mencegah ketidakseimbangan cairan dan elektrolit pada
penyakit akut dan kronis dan juga digunakan untuk pemberian
obat intravena (potter & perry 2005 )
Tujuan terapi intravena

Tujuan utama terapi intravena menurut sugiarto (2006)


a. Mengembalikan dan mempertahankan keseimbangan cairan
dan elektrolit tubuh
b. Memberikan obat-obatan dan kernoterapi
c. Transfusi darah dan produk darah
d. Memberikan nutrisi parenteral dan suptemen nutrisi
Indikasi dan Kontraindikasi Pemberian Terapi
Intravena
Menurut Perry & Potter (2006) indikasi pada pemberian terapi
intravena: pada seseorang dengan penyakit berat, pemberian obat
melalui intravena langsung masuk ke dalam jalur peredaran darah.
Misalnya pada kasus infeksi bakteri dalam peredaran darah (sepsis).
Sehingga memberikan keuntungan lebih dibandingkanmemberikan
obat oral. Namun sering terjadi, meskipun pemberian
antibiotikaintravena hanya diindikasikan pada infeksi serius, rumah
sakit memberikanantibiotika jenis ini tanpa melihat derajat infeksi.
Antibiotika oral (dimakan biasamelalui mulut) pada kebanyakan pasien
dirawat di rumah sakit dengan infeksi,bakteri, sama efektifnya dengan
antibiotika intravena, dan lebih menguntungkan dari segi kemudahan
administrasi rumah sakit, biaya perawatan, dan lamanya perawatan.
Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral (efektivitas dalam
darah jika dimasukkan melalui mulut) yang terbatas. Atau hanya
tersedia dalam sediaan intravena (sebagai obat suntik). Misalnya
antibiotika golongan aminoglikosida yang susunan kimiawinya
“polications” dan sangat polar, sehingga tidak dapat
diserap melalui jalur gastrointestinal (di usus hingga sampai
masuk ke dalam darah). Maka harus dimasukkan ke dalam
pembuluh darah langsung. Pasien tidak dapat minum obat
karena muntah, atau memang tidak dapat menelan
obat (ada sumbatan di saluran cerna atas). Pada keadaan seperti
ini, perlu dipertimbangkan pemberian melalui jalur lain seperti
rektal (anus), sublingual (di bawah lidah), subkutan (di bawah
kulit), dan intramuskular (disuntikkan di otot).
Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedakobat
masuk kepernapasan), sehingga pemberian melalui jalur lain
dipertimbangkan.Kadar puncak obat dalam darah perlu segera
dicapai, sehingga diberikan melalui injeksi bolus (suntikan
langsung ke pembuluh balik/vena). Peningkatan cepat
konsentrasi obat dalam darah tercapai, misalnya pada orang
yang mengalami hipoglikemia berat dan mengancam nyawa,
pada penderita diabetes mellitus. Alasan ini juga sering
digunakan untuk pemberian antibiotika melalui
infus/suntikan, namun perlu diingat bahwa banyak antibiotika
memiliki bioavalaibilitas oral yang baik, dan mampu mencapai
kadar adekuat dalam darah untuk membunuh bakteri.
Menurut Darmadi (2008) kontraindikasi pada pemberian terapi
intravena: Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di
lokasi pemasangan infus. Daerah lengan bawah pada pasien
gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan untuk pemasangan
fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis
(cuci darah). Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap
pembuluh vena kecil yang aliran darahnya lambat (misalnya
pembuluh vena di tungkai dan kaki).
Persiapan alat

1) Baki
2) Jarum dan spuit sesuai ukuran yang dibutuhkan yang telah berisi
obat
3) Kapas alcohol
4) Torniquet
5) Bengkok
6) Sarung tangan
7) Perlak / pengalas
Prosedur pemberian obat intravena

1) Cuci tangan
2) Bawa obat yang telah dipersiapkan
3) Dekatkan alat – alat ke klien
4) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
5) Pasang pengalas di area yang akan dilakukan penyuntikan
6) Pakai sarung tangan
7) Tentukan dan cari vena perifer besar sebagai tempat
penusukan.
8) Jika pilihan lokasi penyuntikan di vena area lengan, gulung
lengan baju yang menutupi vena, jika sudah ditemukan, atur
lengan lurus dan pasang torniket sampai vena benar-benar
dapat dilihat dan diraba. Jika perlu, anjurkan klien
mengepalkan tangannya.
Lanjutan….

9) Kemudian bersihkan dengan kapas alkohol/alkohol swab


dengan cara melingkar dari pusat ke arah luar atau satu
usapan dari titik penyuntikan ke arah proksimal, buang
kapas alkohol ke bengkok, tunggu sampai tempat injeksi
mengering.
10) Siapkan spuit yang telah berisi obat. Jika dalam tabung spuit
masih terdapat udara, maka udara harus dikeluarkan
terlebih dahulu.
11) Perlahan-lahan tusukkan jarum ke dalam vena dengan posisi
jarum sejajar dengan vena dan lubang jarum mengarah ke
atas. Untuk mencegah vena tidak bergeser, tangan yang
tidak memegang spuit dapat digunakan untuk menahan
vena sampai jarum masuk kedalam vena.
Lanjutan….

12) Lakukan aspirasi dengan cara menarik plunger spuit. Bila


darah terhisap, lepaskan torniket dan dorong obat perlahan-
lahan ke dalam vena.
13) Amati respon pasien.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai