Anda di halaman 1dari 21

Pemeriksaan

Penunjang
Diagnostik
Dosen Pengampu : Ns. Suwarningsih, SKep., MKep

Disusun Oleh :
Nadhira Nur Alifiana 1032201050
Nadila Siti Nur Aisyah 1032201028
Putri Zahra Sabira 1032201034
Vania Nur Amirah 1032201060
Pengertian Pemeriksaan Diagnostik
Diagnostik keperawatan adalah masalah kesehatan aktual dan potensial dimana berdasarkan pendidikan
dan pengalamannya, perawat mampu dan mempunyai kewenangan standar praktik keperawatan dan
kode etik keperawatan yang berlaku di Indonesia
( Gordon,1976 dalam nursalam, 2004;59 )
Pemeriksaan penunjang atau pemeriksaan diagnostik merupakan bagian dari pemeriksaan medis yang
dilakukan oleh dokter untuk mendiagnosis penyakit tertentu. Pemeriksaan ini umumnya dilakukan
setelah pemeriksaan fisik dan penelusuran riwayat keluhan atau riwayat penyakit pada pasien.
Jenis pemeriksaan diagnostik

01 Pemeriksaan Darah 05 Ultrasonografi (USG)

02 Computed tomography
Pemeriksaan Urine 06 scan (CT Scan)
Magnetic resonance
03 Elektrokardiogram (EKG) 07 imaging (MRI)

04 Foto Rontgen 08 Fluoroskopi

09 Endoskopi
1. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah adalah jenis pemeriksaan penunjang yang paling umum
dilakukan. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengambil sampel darah
pasien untuk kemudian dianalisis di laboratorium. Melalui pemeriksaan
penunjang ini, dokter dapat memantau beberapa komponen darah dan fungsi
organ, meliputi sel darah, plasma darah, analisis gas darah, tumor marker, zat
kimia darah, dan fungsi organ tertentu (seperti ginjal, hati, pankreas, empedu,
dan kelenjar tiroid)
2. Pemeriksaan urine
Pemeriksaan urine adalah jenis pemeriksaan penunjang yang sering kali
dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan, fungsi ginjal, serta apakah
seseorang mengonsumsi obat-obatan tertentu. Selain itu, pemeriksaan urine
juga biasanya dilakukan pada ibu hamil untuk memastikan kehamilan atau
untuk mendeteksi preeklamsia.

Pemeriksaan urine dapat dilakukan sebagai bagian dari medical check-up rutin


atau ketika dokter mencurigai adanya penyakit tertentu, seperti penyakit ginjal,
infeksi saluran kemih, atau batu ginjal.
3. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan penunjang ini sering digunakan untuk memantau kerja jantung,
khususnya irama detak jantung dan aliran listrik jantung. EKG juga dapat
dilakukan untuk mendeteksi kelainan jantung, seperti aritmia, serangan
jantung, pembengkakan jantung, kelainan pada katup jantung, dan penyakit
jantung koroner. Saat menjalani pemeriksaan EKG, pasien akan diminta untuk
berbaring dan melepaskan baju serta perhiasan yang dikenakan, selanjutnya
dokter akan memasang elektroda di bagian dada, lengan, dan tungkai pasien.
Ketika pemeriksaan berlangsung, pasien disarankan untuk tidak banyak
bergerak atau berbicara karena dapat mengganggu hasil pemeriksaan.
4. Foto Rontgen
Foto Rontgen merupakan jenis pemeriksaan penunjang yang menggunakan
radiasi sinar-X atau sinar Rontgen untuk menggambarkan kondisi berbagai
organ dan jaringan tubuh.

5. Ultrasonografi (USG)
USG adalah pemeriksaan penunjang yang menggunakan gelombang suara
untuk menghasilkan gambar organ dan jaringan di dalam tubuh. Pemeriksaan
penunjang ini sering dilakukan untuk mendeteksi kelainan di organ dalam
tubuh, seperti tumor, batu, atau infeksi pada ginjal, pankreas, hati, dan
empedu. Tak hanya itu, USG juga umum dilakukan sebagai bagian dari
pemeriksaan kehamilan untuk memantau kondisi janin serta untuk memandu
dokter saat melakukan tindakan biopsi.
6. Computed tomography scan (CT Scan)
CT scan adalah pemeriksaan penunjang yang memanfaatkan sinar Rontgen
untuk mendeteksi kelainan tertentu, seperti tumor atau kanker, dokter dapat
menggunakan zat kontras saat melakukan pemeriksaan CT scan.

7. Magnetic resonance imaging (MRI)


MRI sepintas mirip dengan CT scan, tetapi pemeriksaan penunjang ini tidak
memanfaatkan sinar Rontgen atau radiasi, melainkan gelombang magnet dan
gelombang radio berkekuatan tinggi untuk menggambarkan kondisi organ dan
jaringan di dalam tubuh. Dilakukan untuk memeriksa hampir seluruh bagian
tubuh, termasuk otak dan sistem saraf, tulang dan sendi, payudara, jantung
dan pembuluh darah, serta organ dalam lainnya, seperti hati, rahim, dan
kelenjar prostat.
8. Fluoroskopi
Fluoroskopi adalah metode pemeriksaan radiologis yang memanfaatkan sinar Rontgen untuk
menghasilkan serangkaian gambar menyerupai video. Digunakan untuk mendeteksi kelainan
tertentu di dalam tubuh, seperti kerusakan atau gangguan pada tulang, jantung, pembuluh darah,
dan sistem pencernaan. Fluoroskopi juga bisa dilakukan untuk membantu dokter ketika melakukan
kateterisasi jantung atau pemasangan ring jantung.

9. Endoskopi
Endoskopi bertujuan untuk memeriksa organ dalam tubuh dengan endoskop, yaitu alat berbentuk
selang kecil yang elastis dan dilengkapi kamera di ujungnya. Alat ini terhubung dengan monitor atau
layar TV, sehingga dokter dapat melihat kondisi organ dalam tubuh. Pemeriksaan endoskopi
biasanya dilakukan untuk memantau kondisi saluran cerna dan mendiagnosis penyakit tertentu,
seperti gastritis atau peradangan pada lambung, tukak lambung, GERD, kesulitan menelan, 
perdarahan saluran pencernaan, serta kanker lambung.
Indikasi dan Kontraindikasi Pemeriksaan
Diagnostik
Pemeriksaan darah
- Indikasi
a.Hemostasis adalah kemampuan untuk menghentikan perdarahan pada lokasi luka oleh spesme pembuluh
darah,adhesi trombosit dan keterlibatan akftif factor koagulasi,adanya koordinasi dari endotel pembuluh darah
agregasi trombosit dan aktivitas jalur koagulasi
b.Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sempel urin pasien untuk tujuan diagnosis infeksi saluhan kemih
,batu ginal,memantau perkembangan penyakit seperti diabsetes melitus dan tekanan darah tinggi dan skrining
terhdapat status Kesehatan umum
c.Faal ginjal
d.Faal hati merupakan pusat berbagai proses metaboliesme,hal ini di mungkinkan sebab hati menerima darah
balik dari sirkulasi sistem dan juga dari sistem porta
e.Glukosa adalah gula sederhana (monosakarida) yang berfungsi sebagai sumber utama energi di dalam tubuh
f.HbA1C merupakan hemoglobin yang terkait dengan glukosa (terglikolasi)

- Kontraindikasi
kontraindikasi pengambilan darah arteri pada pasien dengan penyakit perdarahan seperti hemofilia dan
trombosit darah rendah
Pemeriksaan Urine

- Indikasi
Untuk memantau kondisi kesehatan seseorang, terlebih bagi seseorang yang memiliki
riwayat penyakit ginjal, hipertensi, dan liver. Untuk mendeteksi penggunaan obat-obatan.
Untuk mengetahui kehamilan.

- Kontraindikasi
Relatif berupa wanita yang sedang menstruasi karena dapat menimbulkan bias hasil
hematuria dan pasien yang baru menjalani pemeriksaan radiokontras dalam 24 jam
terakhir karena dapat menimbulkan proteinuria positif palsu. Kedua kelompok pasien
tersebut disarankan untuk menunda pemeriksaan terlebih dahulu .
Elektrokardiogram (EKG)
- Indikasi
1. Angina pektoris atau nyeri dada, yaitu rasa tidak nyaman yang menetap di area pinggang
ke atas
2. Dada terasa ditekan atau diinjak
3. Nyeri epigastrium atau rasa terbakar di dada (heartburn)
4. Palpitasi, yaitu frekuensi nadi >150 kali/menit atau nadi tidak teratur dengan frekuensi >120
kali/menit
5. Detak jantung lambat, yaitu frekuensi nadi <50 kali/menit dan bergejala
6. Episode sinkop atau fatigue (severe weakness) yang tidak diketahui penyebabnya
7. Gejala stroke akut atau kurang dari 24 jam
8. Kesulitan bernapas tanpa penyebab di luar jantung
9. Cardiac arrest10. Penggunaan kokain, narkoba, atau keracunan obat lainnya

- Kontraindikasi
Kontraindikasi pemeriksaan elektrokardiografi atau EKG tidak ada yang absolut. Satu-satunya
alasan untuk tidak melakukan pemeriksaan EKG adalah bila pasien menolak.
Foto rontgen
- Indikasi
Ada berbagai kondisi dan penyakit yang dapat dideteksi dengan foto Rontgen, di antaranya patah
tulang, osteoporosis, infeksi, gangguan pencernaan, pembengkakan jantung, serta tumor payudara.

-Kontraindikasi
Terdapat kontraindikasi relatif dari pemeriksaan
toraks yaitu wanita yang kemungkinan atau sedang hamil karena efek radiasi dapat teratogenik,
karsinogenik, atau mutagenic

Ultrasonografi (USG)
- Indikasi
Untuk mendiagnosis kelainan pada organ-organ dalam rongga abdomen seperti batu ginjal, batu
empedu, aneurisma aorta abdominalis, neoplasma hepar, dan karsinoma pankreas. Pemeriksaan ini
dapat menilai ginjal, hepar, kandung empedu, aorta abdominalis, limpa, organ gastrointestinal dan
pankreas. USG abdomen juga dapat digunakan sebagai penuntun biopsi atau pembedahan.

- Kontraindikasi
Pemeriksaan USG abdomen tidak memiliki kontraindikasi yang signifikan karena pemeriksaan ini
bersifat noninvasif dan tidak melibatkan radiasi.
Computed tomography scan (CT Scan)

- Indikasi
a) Dada, untuk melihat adanya infeksi, emboli paru, kanker paru, penyebaran kanker dari
organ lain ke daerah dada, atau masalah pada jantung, kerongkongan (esofagus), dan
pembuluh darah besar (aorta).
b) Perut, untuk mendeteksi terjadinya infeksi, kista, abses, tumor, perdarahan, aneurisma,
benda asing, dan pembesaran kelenjar getah bening, atau melihat adanya divertikulitis
 serta radang usus buntu.
c) Saluran kemih, untuk mendeteksi adanya infeksi di dalam saluran kemih, batu ginjal, batu
kandung kemih, penyakit terkait lainnya.
d) Panggul, untuk mendeteksi adanya gangguan pada rahim, indung telur, saluran tuba,
atau kelenjar prostat.
e) Tungkai atau lengan, misalnya untuk melihat kondisi lengan, bahu, siku, pergelangan
tangan, tangan, paha, tungkai, lutut, pergelangan kaki, atau kaki.
f) Kepala, untuk melihat tumor dan infeksi, atau perdarahan dan keretakan tulang tengkorak
setelah cedera kepala.
g) Tulang belakang, untuk melihat struktur dan celah tulang belakang, serta melihat
keadaan saraf tulang belakang.

- Kontraindikasi :Secara umum, CT scan merupakan pemeriksaan yang aman, cepat, dan
tanpa rasa sakit. Namun, CT scan sebaiknya tidak dilakukan pada ibu hamil karena paparan
sinar radiasi dapat menimbulkan bahaya terhadap janin
Magnetic resonance imaging (MRI)

- Indikasi
Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah untuk evaluasi keadaan dan aktivitas
otak seperti:
Iskemia/infark pada otak, anomali serebrovaskular, hemoragia intrakranial, infeksi
intrakranial, massa atau tumor intrakranial, trauma atau cedera akson yang luas, gangguan
neurodegeneratif, atau dementia, inflamasi intrakranial, abnormalitas kongenital, kejang, sakit
kepala. MRI dapat diindikasikan untuk wanita hamil dan anak-anak, tetapi dengan
menimbang juga hal-hal yang bersifat kontraindikatif terhadap populasi ini.

- Kontraindikasi
Adalah pada pasien yang di tubuhnya melekat komponen yang mengandung logam atau
ferromagnetic, pasien yang tidak dapat tenang, maupun pasien yang harus terhubung
dengan peralatan medis.
Fluoroskopi
- Indikasi
Fluoroskopi dilakukan untuk beberapa jenis pemeriksaan berikut:
Prosedur ortopedi, bertujuan untuk mengamati kondisi patah tulang sebelum operasi perbaikan
tulang dilakukan. Fluoroskopi juga digunakan membantu dokter memasang implan tulang pada
posisi yang tepat.Pemeriksaan gastrointestinal. Pada prosedur ini, kamu diberikan pewarna
kontras (secara oral) untuk memudahkan dokter mendapatkan gambar kerongkongan, lambung,
usus, anus, hati, kantung empedu, dan pankreas.
Prosedur kardiovaskular, fluoroskopi dilakukan untuk membantu pelaksanaan tindakan medis
pada jantung dan pembuluh darah. Misalnya, tindakan untuk menghilangkan gumpalan yang
menghambat aliran darah, angiografi jantung, atau pemasangan ring pada pembuluh darah.

- Kontraindikasi
Secara relatif pada wanita hamil. Relatif, dalam arti bahwa berpotensi
memberikan efek buruk radiasi Xray terhadap perkembangan fetus atau cacat lahir. Karenanya,
dalam suatu intervensi klinis, potensial risiko ini harus melebihi aspek manfaat yang diperlukan
Endoskopi
- Indikasi
Endoskopi diantaranya adalah untuk menginvestigasi simtom, seperti mual, muntah, nyeri
perut, kesulitan menelan, dan perdarahan gastrointestinal.Indikasi lain adalah untuk
memastikan diagnosis. Umumnya, dengan melakukan biopsi untuk memeriksa pasien
dengan kondisi seperti anemia, perdarahan, inflamasi, dan kanker pada sistem digestif.
Atau dapat pula untuk memastikan diagnosis pada masa kehamilan, misalnya amnioskopi
dan fetoskopi.Endoskopi juga dapat digunakan untuk terapi, seperti kauterisasi pembuluh
darah, melebarkan esofagus yang menyempit, dan mengangkat benda asing. Atau
membantu pada terapi bedah invasif minimal, seperti pada terapi rekonstruksi atau
endodontik pada sinus maksilaris.

- Kontraindikasi
Apabila risiko lebih besar daripada aspek manfaatnya. Suspek, atau terjadi perforasi visera,
pasien tidak kooperatif, pasien tidak stabil secara medis, pasien, atau keluarga pasien
menolak, atau tidak memberikan informed consent. Selain daripada itu, endoskopi juga
kontraindikasi secara relatif pada pasien yang menggunakan antikoagulan. Pada tindakan
dengan risiko perdarahan yang sedikit, endoskopi tetap dapat dilakukan tanpa
menyesuaikan dosis antikoagulan pasien. Namun apabila risiko perdarahan cukup tinggi,
maka penyesuaian dosis antikoagulan harus dilakukan.
Prosedur Persiapan Pemeriksaan Diagnostik

1. Persiapan alat
Dalam mempersiapkan alat yang akan digunakan selalu
diperhatikan instruksi dokter sehingga tidak salah persiapan dan
berkesan profesional dalam bekerja.

2. Pengambilan darah
Yang harus dipersiapkan antara lain : - kapas alkohol 70 %,
karet pembendung (torniket) semprit sekali pakai umumnya 2.5
ml atau 5 ml, penampung kering bertutup dan berlabel.
Penampung dapat tanpa anti koagulan atau mengandung anti
koagulan tergantung pemeriksaan yang diminta oleh dokter.
Kadang-kadang diperlukan pula tabung kapiler polos atau
mengandung antikoagulan.
3. Penampungan urin Lanjutan..
Digunakan botol penampung urin yang bermulut
lebar, berlabel, kering, bersih, bertutup rapat
dapat steril (untuk biakan) atau tidak steril. Untuk
urin kumpulan dipakai botol besar kira-kira 2 liter
dengan memakai pengawet urin.

4. Penampung khusus
Biasanya diperlukan pada pemeriksaan
mikrobiologi atau pemeriksaan khusus yang lain.
Yang penting diingat adalah label harus ditulis
lengkap identitas penderita seperti pada formulir
termasuk jenis pemeriksaan sehingga tidak
tertukar.
Hasil dari pemeriksaan diagnostik

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa interpretasi pemeriksaan penunjang, misalnya hasil
laboratorium, tidak dapat berdiri sendiri, tentu perlu disesuaikan dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang telah dilakukan. Oleh karena itu, perlu pendekatan yang sistematis
diawali dengan anamnesis untuk mengetahui keluhan dan riwayat pengguna, kemudian dalam
penjelasannya dokter dapat melakukan pembacaan hasil secara general dari nilai yang ada dan
tidak memberikan interpretasi dengan mengarah ke suatu diagnosis. Kemudian, dokter dapat
memberikan edukasi terkait penanganan sementara dan tanda bahaya berdasarkan keluhan
pengguna, serta anjurkan user untuk kembali ke dokter yang merujuk untuk dilakukan
pemeriksaan tersebut. Pendekatan yang sistematis dan penjelasan yang baik kepada user
dalam menanggapi hasil pemeriksaan penunjang ini diperlukan agar dokter dapat memberikan
gambaran kondisi pengguna namun tetap berikan edukasi bahwa untuk mendapatkan diagnosis
pasti perlu disesuaikan dengan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Thanks!
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icon by Flaticon, and infographics &
images from Freepik

Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai