Anda di halaman 1dari 2

Indikasi Radiologi

Pemeriksaan radiologi dijalankan untuk mengetahui kondisi bagian dalam tubuh pasien, dan
untuk menentukan penyebab penyakit yang diderita oleh pasien. Dokter juga bisa mengetahui
bagaimana respons tubuh pasien terhadap metode pengobatan yang sedang dijalani, serta
memeriksa apakah ada penyakit lain pada pasien.
Beberapa kondisi yang bisa diketahui melalui pemeriksaan radiologi, di antaranya adalah:

1. Epilepsi
2. kanker
3. Penyakit jantung
4. Penyakit paru
5. stroke
6. Infeksi
7. Gangguan pembuluh darah
8. Gangguan sendi dan tulang
9. Gangguan saluran pencernaan
10. Gangguan kelenjar tiroid
11. Gangguan kelenjar getah bening
12. Penyakit ginjal dan saluran kemih

Pemeriksaan radiologi juga bisa membantu dokter dalam memasang kateter atau
memasukkan instrumen bedah yang berukuran kecil ke dalam tubuh pasien, atau dikenal juga
dengan radiologi intervensi. Selain membantu dokter untuk mendiagnosis suatu penyakit,
radiologi intervensi juga digunakan dalam pengobatan. Beberapa contoh radiologi intervensi,
antara lain:

1. Kateterisasi pembuluh darah, serta angioplasti dan pemasangan ring pembuluh darah.
2. Pengambilan jaringan payudara (biopsi) dengan bantuan USG.
3. Biopsi jarum pada paru-paru atau kelenjar tiroid.
4. Menghentikan perdarahan dengan teknik menyumbat pembuluh darah (embolisasi).
5. Embolisasi tumor untuk mematikan penyakit kanker.
6. kemoterapi melalui pembuluh darah arteri.

Kontra Indikasi Radiologi


Meski pada dasarnya pemeriksaan ini bertujuan baik, untuk membantu dokter menelisik
kondisi tubuh, tapi ada kalanya radiologi bisa berdampak bagi tubuh. Yang mesti diingat,
sebenarnya radiologi jarang menimbulkan efek samping, tapi tak ada salahnya untuk melihat
efek samping yang mungkin bisa terjadi.

1. Melakukan CT scan satu kali sebenarnya masih terbilang aman bagi seseorang. Akan
tetapi, risiko kanker bisa saja meningkat karena radiasi dari CT scan yang dijalani
berulang kali. Apalagi bila CT scan  dilakukan pada anak-anak  di bagian dada atau
perutnya.

2. Medan magnet MRI yang kuat bisa saja merusak alat bantu tubuh, misalnya alat pacu
jantung. 
3. Tubuh bisa mengalami luka ketika lupa melepaskan perhiasan sebelum melakukan
pemeriksaan MRI.

4. Meski kasusnya jarang, tapi cairan kontrak bisa saja menyebabkan tekanan darah
turun (drastis), syok anafilaktik, bahkan serangan jantung. 

5. Cairan kontras yang diberikan pada pemeriksaan radiasi bisa menyebabkan pusing,
sensasi rasa logam di mulut, mual, muntah, dan gatal. 

Efek samping pemeriksaan radiologi juga mesti diwaspadai oleh ibu hamil. Sebenarnya
banyak perbedaan pendapat mengenai ronteg saat hamil. Ada ahli yang mengatakan tindakan
ini aman, ada pula yang kontra. Academy of Family Physicians menyebut bahwa rontgen saat
hamil umumnya aman untuk dilakukan. Melakukan rontgen saat hamil disebut tidak akan
meningkatkan risiko keguguran, cacat lahir, atau masalah perkembangan bayi lainnya. 

Akan tetapi, ada ahli yang mengatakan kalau sering terpapar X-ray disebut bisa
meningkatkan risiko bayi mengalami kerusakan sel-sel tubuh. Nah, hal ini dikhawatirkan bisa
meningkatkan risiko kanker di kemudian hari. Maka dari itu, wanita yang tengah hamil
disarankan untuk tidak terlalu sering serta menghindari radiasi rontgen. 

Oleh sebab itu, bumil rasanya harus berdiskusi terlebih dahulu sebelum memutuskan
melakukan pemeriksaan ini selama hamil. Agar aman untuk ibu dan janin, jenis rontgen yang
melibatkan tingkat radiasi tinggi, sebaiknya dihindari wanita yang tengah hamil. 

Anda mungkin juga menyukai