Anda di halaman 1dari 16

A.

Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia


Banyak kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua. Dari ujung rambut
sampai ujung kaki mengalami perubahan dengan makin bertambahnya umur. Menurut
Nugroho (2000) perubahan yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut:
1.      Perubahan Biologis
a.       Sel
Jumlah sel menjadi menurun atau lebih sedikit, ukuran sel lebih besar,
berkurangnya cairan intra seluler, menurunnya proporsi protein di otak; otot; ginjal; darah
dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel. Otak menjadi
atrofi (beratnya berkurang 5-10%), lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan
melebar.
b.      Perubahan Sistem Persyarafan
Struktur dan fungsi system saraf berubah dengan bertambahnya usia.
Berkurangnya massa otak progresif akibat berkurangnya sel syaraf yang tidak bisa
diganti. Terjadi penurunan sintesis dan neuro transmitter utama. Impuls saraf dihantarkan
lebih lambat, sehingga lansia memerlukan waktu yang lebih lama untukmerespons dan
bereaksi.
Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat otak
menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga mengakibatkan
berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan
perasa, lebih sensitif terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah, kurang
sensitif terhadap sentuhan.
Waktu reaksi yang lama menyebabkan lansia beresiko mengalami kecelakaan dan
cedera. Kehilangan kesadaran atau pingsan dapat terjadi bila orang tersebut berdiri terlalu
cepat dari posisi berbaring atau duduk. Perawat harus menasehati orang tersebut untuk
menunggu waktu merespons terhadap rangsang dan bergerak lebih pelan. Kebingungan
yang terjadi tiba-tiba mungkin merupakan gejala awal infeksi atau perubahan kondisi
fisik (pneumonia, infeksi saluran kencing, interaksi obat, dehidrasi dan lainnya).
c.       Perubahan Penglihatan
Karena sel-sel baru terbentuk di permukaan luar lensa mata, maka sel tengah yang
tus akan menumpuk dan menjadi kuning, kaku, padat dan berkabut. Jadi, bagian luar
lensa yang masih elastic untuk berubah bentuk (akomodasi) dan berfokus pada jarak jauh
dan dekat.
Lansia memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan gelap dan terang dan memerlukan sinar yang lebih terang untuk melihat
benda yang sangat dekat. Meskipun kondisi visual patologis bukan merupakan bagian
penuaan normal, namun terjadi peninekatan penyakit mata pada lansia.
Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram
(kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya membedakan warna
menurun.
d.      Perubahan Pendengaran
Kehilangan kemampuan untuk mendengar nada berfrekuensi tinggi terjadi pada
usia pertengahan. Ini disebabkan karena perubahan telinga dalam yang irreversible.
Lansia sering tidak mampu mengikuti percakapan karena nada konsonan frekuensi tinggi
(huruf f, s, th, ch, sh, b, t, p) semuanya terdengar sama. Ketidakmampuan berkomunikasi,
membuat mereka terasa terisolasi dari menarik diri dari pergaulan social. Bila dicurigai
ada gangguan pendengaran, maka harus dilakukan kajian telinga dan pendengaran.
Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara atau nada
yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur
65 tahun, membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
Kehilangan pendengaran menyebabkan lansia berespons tidak sesuai dengan yang
diharapkan, tidak memahamin percakapan, dan menghindari interaksi social. Perilaku ini
sering disalahkaprahkan sebagai kebingungan atau “senile”.
e.       Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Penyakit jantung merupakan penyebab utama kematian pada semua kelompok
umur termasuk lansia. Angka kematian akibat penyakit kardiovaskuler juga meningkat
dengan meningkatnya usia. Perubahan structural yang normal dari penuaan yang terjadi
pada jantung dan system vascular mengakibatkan kemampuannya untuk berfungsi secara
efisien menurun.
Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung menurun 1%
setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan sensitivitas dan elastisitas pembuluh
darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi perubahan posisi
dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi
65 mmHg dan tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi dari pembuluh
darah perifer, sistole normal ±170 mmHg, diastole normal ± 95 mmHg.
Hipertensi sistolik pernah dipercaya sebagai bagian dari proses penuaan normal.
Hipertensi, merupakan masalah yang banyak ditemui pada populasi lansia. Hipertensi
merupakan faktor resiko yang menonjol bagi semua kelompok usia terhadap penyakit
kardiovaskuler dan stroke.
Pada individu lansia, diagnosis hipertensi diklasifikasikan sebagai berikut :
1.    Hipertensi sistolik saja dimana tekanan sistolik terukur melebihi 160 mmhg, dengan
tekanan distolik normal atau mendekati normal (di bawah 90 mmhg).
2.    Hipertensi esensial dimana tekanan diastoliknya lebih besar atau sama dengan 90
mmhg berapapun tekanan sistoliknya.
3.    Hipertensi sekunder atau hipertensi yang dapat disebabkan oleh penyebab yang
mendasarinya.
f.       Perubahan Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat
yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi beberapa faktor yang
mempengaruhinya yang sering ditemukan antara lain: temperatur tubuh menurun
(hipotermi) yang secara fisiologis keadaan ini akibat metabolisme yang menurun,
keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga
terjadi rendahnya aktifitas otot. Pada kondisi ini, lanjut usia akan merasa kedinginan dan
dapat pula menggigil, pucat, dan gelisah.
g.      Perubahan Sistem Respirasi
Perubahan sistem respirasi yang berhubungan dengan usia yang mempengaruhi
kapasitas dan fungsi paru meliputi yang berikut : peningkatan diameter anterioposterior
dada, kolaps osteoporotic vertebra yang mengakibatkan kifosis (peningkatan kurvatura
konveks tulang belakang), kalsifikasi kartilago kosta dan penurunan mobilitas alveoli.
Peningkatan rigiditas atau hilangnya recoil elastisitas paru mengakibatkan peningkatan
volume residual paru dan penurunan kapasitas vital.
Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih
berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman nafas turun. Kemampuan
batuk menurun (menurunnya aktivitas silia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO2
arteri tidak berganti.
h.      Sistem Gastrointestinal
Fungsi traktus gastrointestinal biasanya tetap adekuat sepanjang hidup. Namun
demikian beberapa orang lansia mengalami ketidaknyamanan akibat motilitas yang
melambat. Peristaltic di esophagus kurang efisien pada lansia. Selain itu, sfingter
gastroesofagus gagal berelaksasi dan keluhan utama biasanya berpusat bpada perasaan
penuh, nyeri ulu hati, dan gangguan pencernaan.
Banyak gigi yang tanggal, sensitivitas indra pengecap menurun, pelebaran
esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan menurun,
peristaltik lemah, dan sering timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun.
Peningkatan kesehatan untuk sistem gastrointestinal pada lansia dapat dipandu
untuk meningkatkan fungsi gastrointestinalnya untuk mengikuti praktik peningkatan
kesehatan seperti; menggosok gigi setiap hari, perawatan gigi yang teratur, menghindari
aktivitas berat setelah makan, makan makanan tinggi serat, diet rendah lemak, minum
banyak air, menjaga kebiasaan defekasi secara teratur, dan menghindari laksatif dan
antasida.
i.        Sistem Genitourinaria
Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun sampai 200
mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi vulva, selaput lendir
mongering, elastisitas jaringan menurun dan disertai penurunan frekuensi seksual
intercrouse berefek pada seks sekunder.
Peningkatan kesehatan sistem genitourinaria dilakukan dengan mengonsumsi
cairan yang mencukupi sangat penting untuk mencegah infeksi kandung kemih dan
memelihara keseimbangan caira.
Masalah kontinensia urin dan sering berkemih dapat dikurangi bila individu lansia
mengikuti petunjuk berikut:
a.    Selalu dekat dengan fasilitas kamar mandi
b.    Berkemih secara teratur
c.    Melatih otot dasar panggul
Latihan otot dasar panggul sangat berguna dalam mengurangi gejala stress dan
dorongan inkontinensia. Karena untuk mencapai control muskulus yang baik diperlukan
latihan beberapa minggu, maka individu lansia harus didorong untuk melakukan latihan
secara teratur.
j.        Sistem Endokrin
Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH), penurunan
sekresi hormon kelamin misalnya: estrogen, progesterone, dan testoteron.
k.      Sistem Kulit
Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses keratinisasi dan
kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat penurunan cairan dan
vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat berkurang jumlah dan
fungsinya, perubahan pada bentuk sel epidermis.
l.        Sistem Muskuloskeletal
Penurunan progresif dan gradual masa tulang mulai terjadi sebelum usia 40 tahun.
Kehilangan densitas tulang yang massif akan mengai]kibatkan osteoporosis. Kondisi ini
kebanyakan terjadi pada wanita pasca menopausedan berhubungan dengan inaktivitas,
masukan kalsium yang tidak adekuat, dan kehilangan estrogen. Perubahan tersebut
mengakibatkan penurunan mobilitas, keseimbangan dan fungsi organ internal
berkurangnya ukuran otot dan kehilangan kekuatan, fleksibilitas, dan ketahanannya
sebagai akibat penurunan aktivitas pada lnsia yang ditandai dengan nyeri punggung.  
Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan tulang,
persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan mengalami sclerosis, atropi
serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan tremor.
Peningkatan kesehatan tulang pada lansia dengan osteoporosis. Osteoporosis  merupakan
masalah yang sering terjadi pada wanita lansia. Demineralisasi yang terjadi pada
osteoporosis dipercepat dengan hilangnya estrogen, inaktivitas, dan diet rendah kalsium
tinggi fosfat. Perawat dapat menganjurkan:
a.    Masukan tinggi kalsium
b.    Diet rendah fosfor
c.    Olahraga
Peningkatan kesehatan untuk fungsi musculoskeletal dengan melaksanakan
Program olahraga rutin harus dijalankan seumur hidup atau dimulai pada lansia. Aksioma
”gunakan atau kamu kehilangan” sangat sesuai dengan kapasitas fisik lansia.
Hambatan terbesar untuk berolahraga adalah perilaku masyarakat secara keseluruhan dan
perilaku negative lansia itu sendiri. Perawat mempunyai peranan yang sangat penting
dengan mmberi semangat dan menantang lansia untuk berpartisipasi dalam program
olahraga dengan teratur.
m.  Perubahan Sistem Reproduksi
Perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi wanita antara lain vagina
mengalami kontraktur dan mengecil, ovari menciut, uterus mengalami atrofi, atrofi
payudara, atrofi vulva, selaput lendir vagina menurun.
Sedangkan perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi pria antara lain ada penurunan
secara berangsur-angsur meskipun testis masih dapat memproduksi spermatzoa, dan
sebanyak ±75% pria usia di atas usia 65 tahun mengalami pembesaran prostat
Tabel Perubahan Pada Usia Lanjut
Perubahan Temuan Subyektif dan Peningkatan
Obyektif Kesehatan/Rekomendasi
Keperawatan
Sistem Keluhan keletihan dengan Olahraga secara teratur, aktivitas yang 
Kardiovaskular
peningkatan aktivitas waktu berirama, hindari merokok, makan-
Penurunan curah
jantung: penurunan pemulihan frekuensi makanan rendah lemak, diet rendah
kemampuan merespons
jantung meningkat. garam ; berpartisipasi dalam aktivitas
stress: frekuensi
jantung dan volume Telakanan darah normal < penurunan stress, ukur tekanan darah
sekuncup tidak
140/90 mmHg. secara teratur, kepatuhan pengobatan,
meningkat dengan
kebutuhan maksimal: control berat badan.
kecepatan pemulihan
jantung lebih
lambat; peningkatan
tekanan darah.
Sistem Pernapasan Keletihan dan sesak nafass Olahraga secara teratur, hindaari
Peningkatan volume setelah beraktivitas; meroko, minum banyak cairan untuk
residual paru; gangguan penyembuhan mengencerkan untuk mencairkan
penurunan kapasitas jaringan akibat penurunan secret, imunisasi influenza setiap tahun;
vital; penurunan oksigensi; kesulitan hindari pajanan terhadap infeksi traktus
pertukaran gas dan membatukan secret. respiraatorius bagian atas.
kapasitas difusi,
penurunan efisiensi
batuk
Sistem Integumen Kulit Nampak tipis dan Hindari pajanan matahari (pakaian,
Penurunan keriput; keluhan cedera, tabir surya, tetap dalam ruangan);
perlindungan terhadap memar dan terbakar berpakaian yang sesuai dengan iklim;
trauma dan pajanan matahari; keluhan tidak menjaga suhu dalam ruangan yang
matahari; penurunan tahan panas; struktur tulang aman; berendam 1-2 kali seminggu;
perlindungan terhadap menonjol; kulit kering lumasi kulit
suhu yang ekstrim;
berkurangnya sekresi
minyak alami dan
berkeringat.
Sistem Reproduksi Wanita : nyeri saat Mungkin memerlukan peresapan
Wanita : penyempitan berhubungan kelamin, pemberian krim esterogen/antibiotik,
dan penurunan perdarahan vagina setelah gunakan pelumas saat berhubungan
elastisitas vagina; berhubungan seksual, gatal kelamin; carilah bimbingan
penurunan sekresi dan iritasi vagina; orgasme kesehatan/seksual bila perlu.
vagina melambat.
Pria : penurunan ukuran Pria : ereksi dan pencapaian
penis dan testis orgasme melambat.
Pria dan wanita:
respons seksual yang
melambat
Sistem Penurunan tinggi badan, Berolahraga secara teratur, makan-
Muskuloskeletal rentan terhadap fraktur, makanan tinggi kalsium, batasi
Kehilangan kepadatan kifosis, keluhan nyeri masukan fosfor. Mungkin perlu
tulang; kehilangan punggung. Kehilangan mendapat resep tambahan hormon dan
ukuran dan kekuatan kekuatan, fleksibiltas dan kalsium.
otot; degenerasi tulang ketahanan. Keluhan nyeri
rawan sendi sendi

Sistem Retensi urin Kunjungi dokter untuk pemeriksaan


Genitourinarius Kesulitan berkemih berkala, jangan jauh dari toilet, pakai
Pria dan wanita; Urgensi, frekuensi dan pakaian yang mudah di buka, minum
kapasitas kandung ketahanan. Keluhan nyeri banyak air, pertahankan keasaman urin,
kemih menurun, sendi. pelihara hygiene perineal.
keterlambatan rasa
ingin berkemih.
Sistem Keluhan mulut kering Gunakan es batu, obat kumur, sikat
Gastrointestinal Keluhan sesak, nyeri ulu gigi, dan pijatan gusi setiap hari. Makan
Penurunan salivasi, hati, dan gangguan sedikit tapi sering, mintalah perawatan
kesulitan menelan pencernaan. gigi berkala.
makanan, perlambatan
pengosongan esophagus
dan lambung,
penurunan motilitas GI.
2.      Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah:

a. Perubahan fisik.
b. Kesehatan umum.
c. Tingkat pendidikan.
d. Hereditas.
e. Lingkungan.
f. Perubahan kepribadian yang drastis namun jarang terjadi misalnya kekakuan sikap.
g. Kenangan, kenangan jangka pendek yang terjadi 0-10 menit.
h. Kenangan lama tidak berubah.
i. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, berkurangnya
penampilan, persepsi, dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan pada daya
membayangkan karena tekanan dari faktor waktu.
3.      Perubahan Psikososial

a. Perubahan lain adalah adanya perubahan psikososial yang menyebabkan rasa tidak
aman, takut, merasa penyakit selalu mengancam sering bingung panik dan depresif.
b. Hal ini disebabkan antara lain karena ketergantungan fisik dan sosioekonomi.
c. Pensiunan, kehilangan financial, pendapatan berkurang, kehilangan status, teman atau
relasi.
d. Sadar akan datangnya kematian.
e. Perubahan dalam cara hidup, kemampuan gerak sempit.
f. Ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi.
g. Penyakit kronis.
h. Kesepian, pengasingan dari lingkungan sosial.
i. Gangguan syaraf panca indra.
j. Gizi
k. Kehilangan teman dan keluarga.
l. Berkurangnya kekuatan fisik
4.    Perubahan kultural
a.    Kolektifitas Etnis
Adalah kelompok dengan asal yang umum, perasaan identitas dan memiliki
standart perilaku yang sama. Individu yang bedasarkan dalam kelompok seperti itu
mengikuti budaya oleh norma-norma yang menentukan jalan ikiran dan perilaku
mereka. (Harwood, 1981)
b.    Shok Budaya
Adalah salah satu sebab karena bekerja dengan individu yang latar belakang
kulturnya berbeda. Shock budaya sebagai perasaan yang tidak ada yang menolong
ketidaknyamanan dan kondisi disoirentasi yang dialami oleh orang luar yang berusaha
beradaptasi secara komprehensif atau secara efektif dengan kelompok yang berbeda
akibat akibat paraktek nilai-nilai dan kepercayaan. ( Leininger, 1976)
Perawat dapat mengurangi shock budaya dengan mempelajari tentang
perpedaan kelompok budaya dimana ia terlibat. Pemting untuk perawat
mengembangkan hormat kepada orang lain yang berbeda budaya sambil menghargai
perasaan dirinya. Praktik perawatan kesehatan memerlukan toleransi kepercayaan
yang bertentangan dengan perawat.
c.    Pola Komunikasi
Kendala yang paling nyata timbul bila kedua orang berbicara dengan bahasa
ang berbeda. Kebiasaan berbahasa dari klien adalah salah satu cara untuk melihat isi
dari budaya. Menurut Kluckhohn 1972, bahwa tiap bahasa adalah merupakan jalan
khusus untuk meneropong dan interprestasi pengalaman tiap bahasa membuat tatanan
seluruhnya dari asumsi yang tidak disadari tetang dunia dan penghidupan. Kendala
untuk komunkasi bisa saja terjadi walaupun individu berbicara dengan bahasa yang
sama.
Perawat kadang kesulitan untuk menjelaskan sesuatu dengan bahasa yang
sederhana, bebas dari bahasa yang jlimet yang klien bisa menagkap. Sangat penting
untuk menentukan ahwa pesan kita bisa diterima dan dimengerti maksudnya .
d.   Jarak Pribadi dan Kontak
Jarak pribadi adalah ikatan yang tidak terlihat dan fleksibel. Pengertian
tentang jarak pribadi bagi perawat kesehatan masyarakat memungkinkan proses
pengkajian dan peningkatan interaksi perawat klien. Profesional kesehatan merasa
bahwa mereka mempunyai ijin keseluruh daerah badan klien. Kontak yang dekat
sering diperlukan perawat saat pemeriksaan fisik, perawat hendaknya berusaha untuk
mengurangi kecemasan dengan mengenal kebutuhan individu akan jarak dan berbuat
yang sesuai untuk melindungi hak privasi.
e.    Pandangan Sosiokultural tentang Penyakit dan Sakit
Budaya mempengaruhi harapan dan persepsi orang mengenai gejala cra
memberi etika kepada penyakit, juga mempengaruhi bilamana, dan kepada siapa
mereka harus mengkomunikasikan masalah – masalah kesehatan dan berapa lama
mereka berada dalam pelayanan. Karena kesehatan dibentuk oleh faktor – faktor
budaya, maka terdapat variasi dari perilaku pelayanan kesehatan, status kesehatan,
dan pola – pola sakit dan pelayanan didalam dan diantara budaya yang berbeda
– beda.
Perilaku pelayanan kesehatan merujuk kepada kegiatan-kegiatan sosial dan
biologis individu yang disertai penghormatan kepada mempertahankan akseptabilitas
status kesehatan atau perubahab kondisi yang tidak bisa diterima. Perilaku pelayanan
kesehatan dan status kesehatan saling keterkaitkan dan sistem kesehatan. (Elling,
1977)

B. Program-program Nasional untuk Lansia


1.        Posyandu Lansia
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di
suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat
dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan Posyandu lansia merupakan
pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia
yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta
para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam
penyelenggaraannya.

Tujuan Posyandu Lansia


Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain :
a.  Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga
terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia
b.  Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta
dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat
usia lanjut.
Sasaran posyandu lansia
Sasaran langsung:
a.    Pra usia lanjut (pra senilis) 45-59 thn
b.    Usia lanjut 60-69 thn
c.    Usia lanjut risiko tinggi: usia lebih dari 70 thn atau usia lanjut berumur 60 thn atau
lebih dgn masalah kesehatan
Sasaran tidak langsung:
a.    Keluarga dimana usia lanjut berada
b.    Masyarakat di lingkungan usia lanjut
c.    Organisasi sosial yg peduli
d.   Petugas kesehatan
e.    Masyarakat luas
Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia
Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja, pelayanan yang
diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung pada mekanisme dan kebijakan
pelayanan kesehatan di suatu wilayah kabupaten maupun kota penyelenggara. Ada
yang menyelenggarakan posyandu lansia sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada
juga hanya menggunakan sistem pelayanan 3 meja, dengan kegiatan sebagai
berikut :
a.     Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan atau
tinggi badan
b.     Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh
(IMT). Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga
dilakukan di meja II ini.
c.     Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa dilakukan
pelayanan pojok gizi.

Kendala Pelaksanaan Posyandu Lansia


Beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu antara
lain :
a.    Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu. 
Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari pengalaman
pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri kegiatan posyandu,
lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat dengan
segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan
pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar
pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu
mengikuti kegiatan posyandu lansia
b.    Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau
Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau posyandu
tanpa harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan
atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu ini
berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi lansia. Jika lansia
merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus
menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat
mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan
demikian, keamanan ini merupakan faktor eksternal dari terbentuknya motivasi
untuk menghadiri posyandu lansia.
c.    Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia untuk
datang ke posyandu.
Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia
untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat
bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar
lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha
membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia.
d.   Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu.
Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar atas
kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap
yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang
diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang adalah
suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan
kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila individu
dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya suatu respons.

Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia


Pelayanan Kesehatan di Posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan Kesehatan fisik
dan mental emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS)
untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman
masalah kesehatan yang dihadapi.
Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di Posyandu Lansia
seperti:
a.    Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan,
seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang
air besar/kecil dan sebagainya.
b.    Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional
dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua ) menit.
c.    Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).
d.   Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta
penghitungan denyut nadi selama satu menit.
e.    Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat
f.     Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula
(diabetes mellitus).
g.    Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal
adanya penyakit ginjal.
h.    Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan
kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7.
i.      Penyuluhan Kesehatan.
Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat seperti
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek kesehatan dan
gizi lanjut usia dan kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai
untuk meningkatkan kebugaran.
            Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia, dibutuhkan, sarana
dan prasarana penunjang, yaitu: tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat
terbuka), meja dan kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan, timbangan dewasa,
meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensi meter, peralatan laboratorium
sederhana, thermometer, Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia.
2.        Puskesmas Lansia
Tujuan pelaksanaan kegiatan dalam program usia lanjut adalah :
a.    Melaksanakan penyuluhan secara teratur dan berksinambungan sesuai kebutuhan
melalui berbagai media mengenai kesehatan usia lanjut.Usaha ini dilakukan terhadap
berbagai kelompok sasaran yaitu usia lanjut sendiri, keluarga dan masyarakat
dilingkungan usia lanjut.
b.    Melaksanakan penjaringan usia lanjut resiko tinggi, pemeriksaan berkala usia lanjut
dan memberi  petunjuk upaya pencegahan penyakit, gangguan psikososial dan
bahaya kecelakaan yang dapat terjadi pada usia lanjut.
c.    Melaksanakan diagnose dini, pengobatan,perawatan dan pelayanan rehabilitative
kepada usia lanjut yang membutuhkan dan memberi petunjuk mengenai tindakan
kuratif atau rehabilitative yang harus dijalani, baik kepada usia lanjut maupun
keluarganya.
d.   Melaksanakan rujukan medic ke fasilitas rumah sakit untuk pengobatan, perawatan
atau rehabilitative bagi usia lanjut yang membutuhkan termasuk mengusahakan
kemudahan-kemudahannya.
Kegiatan yang dilaksanakan antara lain :
a.       Pemeriksaan tekanan darah,
b.      pengobatan secara umum,
c.       penyuluhan terkait dengan penyakit yang diderita (face to face),
d.      mengirimkan pasien untuk operasi katarak setiap tahun,
e.       senam lansia bila ada program dari dinas kesehatan dan rujukan medic ke Rumah
sakit.
3.        Terapi pada lansia
a.       Terapi Modalitas                 :Untuk  mengisi waktu luang bagi lansia
b.      Terapi Aktifitas Kelompok :Untuk meningkatkan kebersaman dan  bertukar
pengalaman
c.       Terapi Musik                       :Untuk meningkatkan gairah hidup
d.      Terapi Berkebun                 :Untuk melatih kesabaran
e.       Terapi dengan Binatang     :Untuk meningkatkan kasih sayang dan mengisi waktu
luang
f.       Terapi Kognitif                   :Agar daya ingat tidak menurun
g.      Life Review Terapi             :Meningkatkan gairah hidup dan harga diri
h.      Terapi Keagamaan              :Meningkatkan rasa nyaman menjelang kematian

Anda mungkin juga menyukai