Anda di halaman 1dari 16

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PADA PASIEN CA COLON POST OP COLOSTOMY


RUANG NYIMAS GANDASARI 1
RSD GUNUNG JATI CIREBON

(Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Praktik Belajar Lapangan)

Disusun Oleh :
Dandi Risnandar
(2114901008)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YPIB MAJALENGKA
Jalan Gerakan Koperasi No.003 Majalengka 45411
2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Perawatan Kolostomi


Sasaran : Keluarga dan Pasien Ruang Nyimas Gandasari 1
Tempat : RSD Gunung Jati Cirebon
Hari/Tanggal : Senin, 6 Desember 2021
Waktu : 1 x 10 menit
Penyaji : Dandi Risnandar

1. Latar Belakang
Kolostomi merupakan pembuatan stoma atau lubang pada kolon atau
usus besar (Smeltzer & Bare, 2002). Indonesian Ostomy Association (INOA)
mengatakan bahwa jumlah kasus yang menggunakan stoma terus meningkat,
dan penyebab tersering di Indonesia sendiri adalah karena keganasan
(Indonesian Ostomy Association, 2010). Kurnia (2012) memaparkan, sekitar
100.00 orang yang dilakukan indikasi pemasangan stoma pada umumnya
disebabkan oleh kanker kolorektal, kanker kandung kemih, kolitis ulseratif,
penyait Crohn, diverticulitis, obstruksi, inkontinensia urin dan fekal, dan
trauma. Indikasi pemasangan kolostomi pada neonatus dan dewasa tentu
berbeda. Lukong, Jabo, dan Mfuh (2012) melakukan penelitian terhadap 38
neonatus, dan indikasi pemasangan kolostomi yang ditemukan adalah karena
malformasi anorektal (97,4%) dan atresia kolon (2,6%).
Penyebab terbanyak dari indikasi pembuatan kolostomi adalah karena
kanker atau keganasan. The Union for International Cancer Control (UICC)
mengumumkan adanya hari kanker sedunia pada tahun 2005, seiring dengan
tingginya angka kejadian kanker di dunia. Jenis kanker, menurut UICC
kebanyakan dapat dicegah dengan cara menjaga gaya hidup sehat masyarakat
perkotaan, yaitu menjaga pola makan sehat dan berat badan ideal, melakukan
olahraga secara rutin, teratur dan terukur, serta mengurangi asupan alkohol
(Anna, 2011).
Dalam, merawat pasien kolostomi membutuhkan ketelitian kebersihan
dan kesiapan yang baik karena jika tidak maka akan menimbulkan komplikasi
infeksi yang mengakibatkan penyembuhan menjadi lama bahkan bertambah
parah (Bets, 2002). Kontaminasi feses merupakan faktor yang paling sering
menjadi penyebab terjadinya infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu
pemantauan yang terus menerus sangat diperlukan dan tindakan segera
mengganti balutan luka dan mengganti kantong kolostomi sangat bermakna
untuk mencegah infeksi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merawat klien dengan
kolostomi ialah terkait perubahan pada eliminasi BAB klien, meliputi
perubahan konsistensi serta frekuensi BAB klien. Klien akan merasakan
adanya perubahan tersebut, dan disinilah fungsi perawat sebagai edukator
untuk menjelaskan perubahan-perubahan tersebut agar klien dapat menerima
dengan baik. Edukasi yang diberikan tidak hanya berupa cara perawatan
kolostomi, namun juga meliputi apa yang harus dilakukan klien terkait
dietnya agar pengeluaran fesesnya tidak mengganggu kegiatannya.

2. Tujuan Intruksional
2.1. Tujuan Instruksional Umum
Pada akhir proses penyuluhan, peserta penyuluhan dapat mengetahui
perawatan kolostomi.
2.2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti proses pembelajaran selama 30 menit, keluarga dan
pasien dapat :
i. Menyebutkan pengertian dari kolostomi
ii. Mengerti tujuan perawatan kolostomi
iii. Mengetahui masalah kesehatan yang terjadi akibat kolostomi

3. Sub Pokok Bahasan


i. Pengertian kolostomi
ii. Jenis-jenis kolostomi
iii. Masalah kesehatan akibat kolostomi
iv. Prinsip diet ostomet
v. Perawatan kolostomi
4. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan
Tahap Wkt Kegiatan Peserta Metode Media
Penyuluh
Pendahuluan 1  Membuka  Menjawab - -
Menit kegiatan dengan salam
mengucapkan
salam
 Memperkenalka
n diri  Mendengar –
 Menjelaskan kan
tujuan dari  Memperhati-
penyuluhan kan
 Menyebutkan
materi yang  Memperhati-
akan diberikan kan
Penyajian 5  Menjelaskan  Mendengarkan Ceramah - Leaflet
menit Pengertian dan memperhati-
kolostomi kan
 Menjelaskan
jenis-jenis
kolostomi
 Menyebutkan
masalah
kesehatan akibat
kolostomi
 Menyebutkan
prinsip diet
kolostomi
 Menjelaskan
perawatan
kolostomi
Evaluasi 2  Menanyakan  Menjawab Tanya -
menit kepada peserta pertanyaan jawab
tentang materi
yang telah
diberikan, dan
reinforcement
kepada peserta
penyuluhan
yang dapat
menjawab
pertanyaan
Penutup 2  Mengucapkan  Mendengarkan - -
menit terima kasih
atas peran serta
perserta  Menjawab
 Mengucapkan salam
salam penutup

5. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1) Peserta hadir ditempat penyuluhan
2) Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan ruang nyimas gandasri 1
3) Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan
sebelumnya
4) Kesiapan SAP.
5) Kesiapan media
b. Evaluasi Proses
1) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
2) Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
3) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
benar
c. Evaluasi Hasil
MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian Kolostomi

- Kolostomi adalah  suatu operasi untuk membentuk suatu hubungan

buatan antara colon dengan permukaan kulit pada dinding perut.

Hubungan ini dapat bersifat sementara atau menetap selamanya. (llmu

Bedah, Thiodorer Schrock, MD).

- Kolostomi adalah pembuatan stoma (lubang) pada kolon atau ususbesar

(Smeltzer & Bare, 2002).

- Kolostomi merupakan tindakan pembedahan untuk membuka jalan usus

besar ke dinding abdomen anterior (Melville & Baker 2010).

- Akhir atau ujung dari usus besar yang dikeluarkan pada abdomen disebut

sebagai stoma.

B. Jenis – Jenis Kolostomi

a. Loop Stoma atau transversal

Merupakan jenis kolostomi yang dibuat dengan membuat mengangkat

usus ke permukaan abdomen, kemudian membuka dinding usus bagian

anterior untuk memungkinkan jalan keluarnya feses. Biasanya pada loop

stoma selama 7 – 10 hari pasca pembedahan disangga oleh semacam tangkai

plastik agar mencegah stoma masuk kembali ke dalam rongga abdomen.

(Sumber: Melville & Baker, 2010).

b. End Stoma

Merupakan jenis kolostomi yang dibuat dengan memotong usus dan


mengeluarkan ujung usus proksimal ke permukaan abdomen sebagai stoma

tunggal. Usus bagian distal akan diangkat atau dijahit dan ditinggalkan dalam

rongga abdomen. (Sumber: Melville & Baker, 2010).

c. Fistula Mukus

Fistula mukus merupakan bagian usus distal yang dikeluarkan

kepermukaan abdomen sebagai stoma non-fungsi. Biasanya fistula mukus

terdapat pada jenis stoma double barrel dimana segmen proksimal dan distal

usus di keluarkan ke dinding abdomen sebagaidua stoma yang terpisah.

(Sumber: Melville & Baker, 2010).

d. Kolostomi Permanen

Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah

tidak memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan,

perlengketan, atau pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga tidak

memungkinkan feses melalui anus. Kolostomi permanen biasanya berupa

kolostomi single barrel ( dengan satu ujung lubang).

e. Kolostomi Temporer (sementara)

Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau

untuk mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan

seperti semula dan abdomen ditutup kembali. Kolostomi temporer ini

mempunyai dua ujung lubang yang dikeluarkan melalui abdomen yang

disebut kolostomi double barrel.Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan

abdomen berupa mukosa kemerahan yang disebut STOMA. Pada minggu

pertama post kolostomi biasanya masih terjadi pembengkakan sehingga

stoma tampak membesar.


C. Masalah Kesehatan yang Terjadi akibat Kolostomi

Masalah yang banyak terjadi pasca pembuatan kolostomi adalah

1. Iritasi

Biasanya terjadi pada kulit di sekitar stoma pada area kulit peristomal.

Hal ini banyak terjadi pada lansia, oleh karena lapisan epitel dan lemak

subkutan yang semakin tipis karena proses penuaan sehingga kulit menjadi

semakin mudah mengalami iritasi (Smeltzer & Bare, 2002).

2. Infeksi Candida Albicans

Individu yang memiliki stoma memiliki resiko terkena infeksi Candida

albicans yang biasa dikenal sebagai infeksi ragi atau jamur. Hal ini

dikarenakan kulit peristomal memilikikarakteristik hangat, lembap dan

tertutup (oleh kantong kolostomi)dimana lingkungan ini kondusif terhadap

pertumbuhan jamur. Kulityang terkena infeksi ini akan berubah menjadi

kemerahan dan terasa gatal. (Eucomed, 2012)

3. Pengeluaran gas dan bau dari stoma

Pengeluaran gas dan bau pada stoma menjadi masalah pada ostomate

karena berbeda dengan pengeluaran melalui anus, pengeluarannya melalui

stoma tidak dapat dikontrol. Gas yang terdapat pada saluran pencernaan

didapatkan dari beberapa jenis makanan seperti makanan berpengawet,

brokoli, kubis, jagung, timun, bawang, dan lobak. Gas juga didapatkan dari

menelan udara (secara tak sengaja) pada saat berbicara, makan, merokok dan

sebagainya. Oleh karena itu ostomate dianjurkan untuk mengunyah makanan

secara perlahan untuk meminimalkan udara yang masuk. Bau pada gas atau

feses yang dikeluarkan juga dapat diakibatkan oleh beberapa makananseperti


telur, keju, ikan, bawang, dan kubis (Canada Care Medical, n.d).

4. Konstipasi

Konstipasi dapat terjadi pada ostomate akibat diet yang tidak seimbang,

serta intake makanan berserat ataupun cairan yang kurang (Gutman, 2011).

Apabila ostomate mengalami konstipasi maka perlu peningkatan asupan

makanan berserat seperti gandum, sayur dan buat, serta asupan cairan.

Konsumsi air minimal yang direkomendasikan adalah 8-10 gelas air per hari,

atau 1,5 hingga 2 liter air per hari (dapat termasuk teh, kopi ataupun jus)

(Hampton 2007). Melakukan aktivitas fisik ringan seperti bersepeda, jogging

juga dapat membantu meningkatkan pergerakan bowel dan mengatasi

konstipasi.

5. Diare

Diare umumnya terjadi pada pasien dengan ileostomi namun dapat

terjadi juga pada klien dengan kolostomi. Individu dengan pembuatan stoma

di kolon asenden dan transversal akan mengalami perubahan konsistensi feses

seperti diare, namun hal ini normal karena penyerapan air pada kolon asenden

dan transversal masih minimal. Penatalaksanaan diare, seperti halnya

konstipasi, meliputi manajemen diet. Pada saat diare terjadi, individu akan

beresiko kehilangan banyak kalium, sehingga butuh asupan makanan

mengandung kalium seperti pisang, jeruk, tomat, ubi, kentang, dan gandum

(Canada Care Medical, n.d).

D. Prinsip Diet Pada Ostomet

Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait nutrisi pada pasien dengan
kolostomi ialah (Canada Care Medical, n.d; Gutman, 2011) :

1. Mengurangi makanan yang menimbulkan bau, dapat meningkatkan

produksi gas, meningkatkan jumlah feses, dapat menyebabkan sumbatan

pada stoma

2. Perbanyak makanan yang dapat mengatasi gangguan pencernaan seperti

diare (menambah makanan yang mengandung potassium) ataupun

konstipasi (menambah makanan tinggi serat), dan yang dapat

mengurangi bau pada feses.

3. Mengembalikan aktivitas usus dan mencegah produksi gas dengan

makan tiga kali sehari.

4. Gangguan pada pencernaan dapat juga berasal dari tekanan emosional,

stress, atau kurangnya aktivitas fisik

5. Usahakan disertai banyak minum.

Contoh makanan – makanan yang :

1. Mengandung potassium (rendah/non lemak, tinggi serat) : pisang, daging

(non lemak), jeruk, tomat, kentang (jika mengalami diare, kurangi

konsumsi keju, selai kacang, dan susu).

2. Mengandung gas : brokoli, kubis, bawang, timun, jagung dan lobak.

3. Dapat mengurangi bau pada feses: daun sup, mentega yang terbuat dari

susu, yogurt, jus tomat, jeruk, dan cranberi.

4. Dapat menyebabkan sumbatan : kelapa parut, kacang-kacangan, buah yang

dikeringkan, jagung, apel tanpa kulit,dll.

5. Dapat meningkatkan jumlah feses : gandum dan biji – bijian, kismis, buah

prun, sayuran mentah.


6. Dapat merubah warna feses : bit, vitamin untuk meningkatkan zat besi,dll.

7. Dapat menimbulkan bau : kubis,kol, keju, telur, ikan, kacang polong,

bawang, jengkol, pete.

E. Perawatan Kolostomi

1. Pengertian :

Mengganti kantong kolostomi dan membersihkan stoma kolostomi, serta

kulit sekitar stoma,secara berkala dan sesuai kebutuhan. Kolostomi akan

mulai berfungsi optimal sekitar 3-6 hari pasca pembedahan (Smeltzer & Bare,

2002).

2. Prinsip Umum dan Tujuan :

Prinsip umum :

a. Ganti kantong kolostomi secara berkala dan sesuai kebutuhan.

b. Bersihkan stoma secara dengan menggunakan NaCL atau air

hangat,lalu keringkan..

c. Perhatikan kondisi stoma dan kulitsekitar stoma setiap

membukakantong kolostomi dan setelah membersihkan stoma.

d. Pastikan lubang kantong kolostomi terpasang pas dengan stoma.

Tujuan :

- Menjaga kebersihan pasien

- Mencegah terjadinya infeksi

- Mencegah iritasi kulit sekitar stoma

- Mempertahankan kenyamanan pasien dan lingkungannya

3. Waktu penggantian kantong kolostomi :


- Kantong kolostomi harus dikosongkan jika sudah ⅓ atau ½ penuh

(Truven Health Analytics Inc.2012).

- Burch (2013) menyatakan mayoritas pasien dengan kolostomi

mengganti kantong kolostominya 3 kali sehari hingga 3 kali

seminggu, dengan rata-rata penggantian kolostomi secara rutin

selama satu hari sekali.

4. Alat – alat

Untuk mengganti kantong kolostomi :

a. Colostomy bag atau cincin tumit

b. Bantalan kapas.

c. Kain berlubang, dan kain persegi empat.

d. Kapas sublimate/kapas basah, NaCl.

e. Kapas kering atau tissue.

f. 1 pasang sarung tangan bersih.

g. Kantong plastic untuk balutan kotor.

h. Baju ruangan / celemek.

i. Zink salep.

j. Perlak dan alasnya.

k. Plester dan gunting.

l. Bila perlu obat desinfektan.

m. Bengkok.

n. Set ganti balut

Untuk Irigasi kolostomi (Burch, 2013).:

a. Kontainer atau wadah air,


b. Tube (selang untuk mengalirkan cairan),

c. Cone dan plastic sleeve plastic sleeve berguna untuk mengalirkan

keluaran feses dan cairan irigasi ke dalam toilet.

5. Langkah – langkah perawatan kolostomi

a. Penggantian kantong kolostomi dimulai dengan :

1) Cuci tangan, keringkan,lalu gunakan sarung tangan. Letakkan

perlak dan alasnya di bagian kanan atau kiri penderita sesuai letak

stoma. Letakkan bengkok di atas perlak dan didekatkan ke tubuh

ostomate.

2) Buka kantong dengan melepaskan perlekatan kantong kolostomi

dengan kulit abdomen secara perlahan sambil sedikit menekan

kulit abdomen yang menempel dengan kantong.

Letakkan colostomy bag kotor dalam bengkok / kantong plastic

untuk sampah yang telah disiapkan.

3) Bersihkan stoma dengan menggunakan kapas yang di basahi

dengan air hangat atau NaCl. Jika ingin menggunakan sabun,

gunakan sabun yang tidak mengandung minyak ataupun parfum

karena dapat mengiritasi (Truven Health Analytics Inc,2012).

Kemudian keringkan kulit sekitar colostomy dengan sangat hati-

hati menggunakan kassa steril.

4) Observasi kulit dan stoma. Stoma yang normal akan terlihat

merah atau pink terang, lembap, tidak mengerut dan tampak

seperti membran mukosa oral, tidak ada sumbatan serta tidak ada

nyeri,dan memiliki produksi feses (Borwell, 2011). Stoma yang


tidak sehat atau mengalami nekrosis ditunjukkan dengan warna

hitam atau biru kehitaman. Permukaan stoma yang tidak sehat

akan tampak kering, terdapat darah yang terus keluar, stoma

menonjol atau masuk ke dalam sebanyak 5 cm, ujung stoma

mengerut, sedikit atau tidak ada produksi feses dan terdapat nyeri

pada area stoma.

5) Oleskan zink salep (tipis-tipis) jika terdapat iritasi pada kulit

sekitar stoma

6) Sesuaikan lubang colostomy dengan stoma colostomy, tempelkan

kantong kolostomi dengan posisi sesuai kebutuhan, masukkan

stoma melalui lubang kantong kolostomi,dan

rekatkan/memasang colostomy bag dengan tepat tanpa udara

didalamnya dengan plester hipoalergenik.

7) Bereskan alat – alat yang telah di pakai, rapihkan kembali

lingkungan sekitar ostomate. Lepas sarung tangan, lalu buang ke

kantong plastik untuk sampah yang telah disiapkan, lalu cuci

tangan.

b. Irigasi Kolostomi. Merupakan suatu cara untuk mengeluarkan feses,

yang dilakukan secara terjadwal dengan memasukkan sejumlah air

dengan suhu yang sama dengan tubuh (hangat) (Putri, 2011).

Pergerakan bowel baiknya dalam keadaan regular dan bebas dari

masalah saat akan dilakukan irigasi kolostomi. Irigasi kolostomi tidak

dapat dilakukan bila pasien mengalami iritasi pada ususnya, prolaps


stoma, hernia peristomal, dan pada stoma yang terdapat pada kolon

asenden dan tranversal (Putri, 2011).

c. Langkah – langkah irigasi kolostomi sebagai berikut (Burch, 2013;

Putri, 2011; Smeltzer & Bare, 2002) :

1) Isi wadah dengan air hangat, tinggikan setinggi bahu (posisi duduk

di toilet).

2) Alirkan cairan irigasi hingga ke ujung selang (membuang udara

yang ada di sepanjang selang)

3) Posisikan kantong stoma (plastic sleeve) ke toilet

4) Olesi pelumas atau pelicin cone (jelly) sebelum masuk kestoma

5) Masukkan cone kedalam stoma dengan perlahan, kemudianalirkan

cairan sebanyak 300-500cc.

6) Untuk hasil yang maksimal, alirkan kembali 500cc-1000cc,tahan

selama 10 detik setelah cairan mengalir.

7) Biarkan feses, cairan dan flatus keluar dari stoma menujutoilet

melalui sleeve selama 10-15 menit.

8) Tutup kantong atau ganti kantong dengan kantong kolostomibiasa

dan bereskan alat.

DAFTAR PUSTAKA

- Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2002). Brunner & Suddarth’s textbook of


medicalsurgical nursing vol.1. (8th Ed). (Waluyo, A., Kariasa, M., Julia,
Kuncara, A., & Asih, Y., Penerjemah). Philadelphia: Lippincott-Raven
Publisher.
- Selly, 2009. Asuhan Keperawatan Kolostomi: http://sely-
biru.blogspot.com, diakses tanggal 12 Mei 2015 jam 03:00 WIB.
- http://www.upmc.com/patients-visitors/education/nutrition/pages/ostomy-
nutrition-guide.aspx
- http://zeerrotul.blogspot.com/2013/09/askep-pasien-dengan-
kolostomi.html

Anda mungkin juga menyukai