Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Managemen adalah proses bekerja melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan secara professional. Disini dituntut tugas manajer keperawatan untuk
merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang
tersedia untuk memberikan asuhan keperawatan seefektif dan seefisien mungkin bagi
individu, keluarga, dan masyarakat (Gillies, 1996)
Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan
keperatan adalah pembenahan manajemen keperawatan karena dengan adanya factor kelola
yang optimal diharapkan mampu menjadi wahana peningkatan keefektifan pembagian
pelayanan keperawatan sekaligus lebih menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan
keperawatan.
Pelayanan keperawatan pada klien secara profesional dapat membantu klien dalam
mengatasi masalah keperawatan yang dihadapi klien. Salah satu bentuk pelayanan
keperawatan yang profesional tersebut dengan memperhatikan seluruh keluhan yang
dirasakan klien kemudian mendiskusikannya dengan tim keperawatan untuk merencanakan
pemecahan masalahnya. Pelayanan keperawatan yang perlu dikembangkan untuk mencapai
hal tersebut adalah dengan ronde keperawatan.
Ronde keperawatan adalah kegiatan untuk mengatasi keperawatan klien yang
dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan
asuhan keperawatan, yang dilkukan oleh perawat primer dan atau konsuler, kepala ruang, dan
perawat pelaksana, serta melibatkan seluruh anggota tim. Dimana ronde keperawatan
merupakan sarana bagi perawat baik perawat primer maupun perawat assosiate untuk
membahas masalah keperawatan yang terjadi pada klien yang melibatkan klien dan seluruh
tim keperawatan termasuk konsultan keperawatan. Salah satu tujuan dari kegiatan ronde
keperawatan adalah meningkatkan kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan ronde keperawatan masalah keperawatan yang di alami klien dapat
teratasi
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan ronde keperawatan, perawat mampu :
a. Berfikir kritis dan sistematis dalam pemecahan masalah keperawatan klien
b. Memberikan tindakan yang berorientasi pada masalah keperawatan klien
c. Menilai hasil kerja
d. Melaksanakan asuhan keperawatan secara menyeluruh
C. Manfaat
1. Bagi perawat
a. Terciptanya komunitas perawatan yang professional
b. Terjalin kerjasama antar TIM
c. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan yang tepat dan benar
2. Bagi pasien
a. Masalah pasien dapat teratasi
b. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
D. Tahap ronde keperawatan
1. Pra ronde (persiapan)
 Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde
 Pemberian informed consent kepada klien / keluarga
2. Tahap pelaksana
 Penjelasan tentang klien oleh perawat primer/ketua tim yang difokuskan pada
masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau telah dilaksanakan dan
memilih prioritas yang perlu didiskusikan
 Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
 Pemberian justifikasi oleh perawat primer/ perawat konselor/ kepala ruangan
tentang masalah klien serta rencana tindakan yang akan dilakukan.
 Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan ditetapkan.
3. Tahap pasca ronde
 Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menetapkan
tindakan yang perlu dilakukan
BAB II
RENCANA STRATEGIS
RONDE KEPERAWATAN KLIEN DENGAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)
DI RUANGAN INTERNA H, RSUD PROF.DR H ALOEI SABOE

A. Topik : Askep dengan pasien ISK


B. Sasaran : Nn. C.S / 22 thn
C. Peserta : - Mahasiswa Keperawatan DIV Poltekes, Manajemen Keperawatan
Poltekes Kemenkes Gorontalo
- Pembimbing klinik
- Keluarga pasien
- Pasien
D. Waktu : 30 menit
E. Hari/ tanggal : Selasa, 09 Agustus 2016
F. Tujuan
1. Tujuan umum :
Menyelesaikan masalah-masalah keperawatan klien yang belum teratasi
2. Tujuan khusus:
a. Tim keperawatan mampu menggali masalah-masalah klien yang belum teratasi
b. Mampu mengemukakan alasan ilmiah terhadap masalah keperawatan klien
c. Mampu merumuskan intervensi keperawatan yang tepat mengenai masalah klien
d. Mampu mendesiminasikan tindakan yang tepat sesuai dengan masalah klien
e. Mampu mengadakan justifikasi terhadap rencana dan tindakan keperawatan yang
dilakukan.

G. Sasaran :
 Nama : Ny.C.S
 Umur : 22 Thn
 Pekerjaan : -
H. Materi :
 Konsep dasar penyakit ISK (Infeksi Saluran Kemih)
 Asuhan keperawatan klien dengan ISK (Infeksi Saluran Kemih) (terlampir)
I. Pelaksanaan :
 Hari/tanggal : Selasa, 09 Agustus 2016
 Tempat : Ruang Interna Irina H Kelas II Scorpio
J. Metode :
 Ceramah
 Diskusi
K. Media :
 Makalah
 Leaflet
 Lembar Balik
L. Tim ronde :
 Karu Interna Irina H
 Perawat Interna Irina H
 Mahasiswa Keperawatan DIV Poltekes Gorontalo
M. Proses ronde keperawatan :
- Pra ronde :
 Menentukan kasus dan topik
 Menentukan tim ronde
 Membuat informed consent
 Mencari literatur
 Diskusi

- Ronde :
 Diskusi
 Pemberian pendidikan kesehatan untuk mengurangi keluhan
- Pasca ronde :
 Evaluasi pelaksanaan ronde
 Revisi dan perbaikan
Mekanisme Kegiatan
No. Waktu Kegiatan Pemeran Pasien
1. 5 menit Pembukaan: Mahasiswa 1 Mendengarkan
Memberi salam
2. 10 menit Menyampaikan tujuan Mahasiswa 2 Pasien dan
ronde keperawatan keluarga
Penyajian masalah : mendengarkan
Menyampaikan masalah
yang sudah terselesaikan

3. 5 menit Menentukan masalah Ketua Tim


yang belum terselesaikan
4. 5 menit Implementasi yang sudah Ketua Tim
dilakukan
5. 5 menit Mengajarkan kepada Mahasiswa
keluarga pasien tentang
diskusi dan Tanya jawab.
Penutup :
- Ucapan terima
kasih
- Memberi salam.

Evaluasi :
 Bagaimana koordinasi persiapan dan pelaksanaan ronde keperawatan
 Bagaimana peran pelaksana saat ronde keperawatan
 Membuat umpan balik yang sudah dikerjakan
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
ISK (INFEKSI SALURAN KEMIH)

A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Infeksi saluran kemih adalah ditemukannya bakteri pada urine di kandung kemih yang
umumnya steril. (Arif mansjoer, 2001)

Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi sepanjang saluran kemih,
terutama masuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu organisme (Corwin, 2001)

Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu
keadaan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001)

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya mikrooganisme
didalam saluran kemih yang dalam keadaan normal air kemih tidak mengandung
materi, virus atau mikroorganisme yang lain. ISK dapat terjadi baik di pria maupun
wanita dari semua umur, dan dari kedua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering
menderita ISK daripada pria (Sudoyo Aru, Dkk 2009)

2. Etiologi
ISK terjadi tergantung banyak factor seperti : usia, gender, prefalensi bakteri uria
dan factor pre disposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran kemih termasuk
ginjal. Berikut menurut jenis mikroorganisme dan usia :
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain :
a. Escherichia Coli : 90% penyebab ISK uncomplicated (simple)
b. Pseudomonas, proteus, klepsiella : penyebab ISK complicated
c. Enterobacter, stapillococcus epidemidis, enterococci dll
2. Prefalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain :
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung
kemih yang kurang efektif.
b. Mobilitas menurun
c. Nutrisi yang sering kurang baik
d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
e. Adanya hambatan pada aliran urin
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat

3. Patofisiologi
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui:
1. Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat terdekat saluran kemih yang
terinfeksi.
2. Hematogen yaitu penyebaran mikroorganisme patogen yang masuk melalui darah
yang terdapat kuman penyebab infeksi saluran kemih yang masuk melalui darah dari
suplay jantung ke ginjal.
3. Limfogen yaitu kuman masuk melalui kelenjar getah bening yang disalurkan melalui
helium ginjal. 4. Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau
sistoskopi.

Dua jalur utama terjadi infeksi saluran kemih ialah hematogen dan ascending.
Tetapi dari kedua cara ini, ascending-lah yang paling sering terjadi. Infeksi
hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah
karena menderita suatu penyakit kronik atau pada pasien yang sementara mendapat
pengobatan imun supresif. Penyebaran hematogen bisa juga timbul akibat adanya
infeksi di salah satu tempat misalnya infeksi S.Aureus pada ginjal bisa terjadi akibat
penyebaran hematogen dari fokus infeksi dari tulang, kulit, endotel atau di tempat
lain. Infeksi ascending yaitu masuknya mikroorganisme dari uretra ke kandung kemih
dan menyebabkan infeksi pada saluran kemih bawah. Infeksi ascending juga bisa
terjadi oleh adanya refluks vesico ureter yang mana mikroorganisme yang melalui
ureter naik ke ginjal untuk menyebabkan infeksi. Infeksi tractus urinarius terutama
berasal dari mikroorganisme pada faeces yang naik dari perineum ke uretra dan
kandung kemih serta menempel pada permukaan mukosa. Agar infeksi dapat terjadi,
bakteri harus mencapai kandung kemih, melekat pada dan mengkolonisasi epitelium
traktus urinarius untuk menghindari pembilasan melalui berkemih, mekanisme
pertahan penjamu dan cetusan inflamasi.
PATHWAY

Akumulasi atiologi dan Makanan terkontaminasi


factor resiko infeksi Jaringan parut – total
mikroorganisme masuk
mikroorganisme, tersumbat
lewat mulut
penggunaan steroid
dalam jangka panjang,
usia lanjut, anomaly
HCL Lambung) Obstruksi saluran kemih
saluran kemih, cidera
yang bermuara kevesika
uretra, riwayat isk)
urinarius

hidup Tidak hidup

Urus terutama pieg player Resiko infeksi Peningkatan tekanan VU

Kuman mengeluarkan
Mati Penebalan dinding VU
endotoksin

Bakterimia primer difagosit Menurunnya kontraksi


otot VU

Procesia pada kulit dan


Tidak difagosit tidak hipertwermi Kesulitan berkemih

Bakteremia sekunder Pembuluh darah kapiler Retensi urin

Hipotalamus ureter Reinteraksi abdominal

Menekan termoreguler oliguria Mual, muntah

hipetermi Iritasi ureterai obstruksi


perdangan Gangguan eliminasi urine Kekurangan volume
cairan

Peningkatan Depresi saraf perifer


frekuensi/dorongan
kontraksi uretral

nyeri

4. Tanda dan Gejala


a. Anyang-anyangan atau rasa ingin buang air kecil lagi, meski sudah dicoba untuk
berkemih namun tidak ada air kemih yang keluar
b. Sering kencing dan kesakitan saat kencing, air kencingnya bias berwarna putih,
cokelat atau kemerahan dan baunya sangat menyengat
c. Warna air seni kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila ada darah
d. Nyeri pada pinggang
e. Demam atau menggigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai ginjal (di
iringi rasa nyeri disisi bawah belakang rusuk, mual atau muntah)
f. Peradangan kronis pada kandung kemih yang berlanjut dan tidak sembuh-sembuh
dapat menjadi pemicu terjadinya kanker kandung kemih

5. Penatalaksanaan Medis
1. Non farmakologi :
- Istirahat
- Diet; perbanyak vitamin A dan C untuk mempertahankan epitel saluran kemih

2. Farmakologi
- Antibiotic sesuai kultur, bila hasil kultur belum ada dapat diberikan antibiotic antara
lain cefotaxime, ceftriaxone, cotrimoxazole
- Bila ada tanda-tanda urocepsis dapat diberikan imipenem atau kombinasi penicillin
dengan amino glikosida
6. Pemeriksaan Diagnostik
1. Analisa urin rutin, mikroskop urin segar tanpa putar, kultur urin, serta jumlah kuman
permL urin
2.Investigasi lanjutan harus berdasarkan indikasi klinis : ultrasonogram (USG),
Radiografi (Foto abdomen)

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. IDENTITAS KLIEN
Nama
Umur
Jenis kelamin
Suku bangsa
Pekerjaan
Pendidikan
Alamat
Tanggal masuk MRS
Diagnose medis

2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
 Disuria
 Polisuria
 Nyeri
 Terdesak kencing yang berwarna terjadi bersamaan
b. Riwayat penyakit sekarang
Penyebab dari disuria disebabkan karena masuknya organism eschericea coli kedalam
colon
c. Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pernah sakit ISK
d. Riwayat penyakit keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit yang sama
e. Riwayat psikososial dan spiritual
Biasanya klien cemas, bagaimana koping mekanisme yang digunakan gangguan
dalam beribadat karena klien lemah

A. Kebutuhan dasar manusia ( Gordon)


a. Persepsi kebutuhan dan menajemen kesehatan
Pandangan pasien tentang penyakitnya dan cara yang dilakukan pasien menangani
penyakitnya.
b. Aktifitas dan latihan
Biasanya pasien mengalami penurunan aktifitas berhubungabn dengan kelemahan
tubuh yang dialami. Aktifitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total
agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
c. Istirahat dan tidur
Istirahat dan tidur sering mengalami gangguan karena nyeri yang dialami.
d. Nutrisi metabolic
Kemampuan pasien dalam mengkonsumsi makanan mengalami penurunan akibat
nafsuh makan yang kurang Karen mual, mual saat makan sehingga makan hanya
sedikit bahkan tidak makan sama ekali.
e. Eliminasi
Eliminasi klien tidak dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama.
Sedangkan eliminasi urine mengalami gangguan Karen ada organism yang masuk
sehingga urine tidak lancar.
2. Kognitif perceptual
Daya ingat pasien isk kebanyakan dijumpai tidak mengalami gangguan
3. Konsep diri
Perasaan menerima dari pasien dengan keadaannya, kebanyakan pasien tidak
mengalami gangguan konsep diri.
4. Pola koping
Mekanisme pertahanan diri yang biasa digunakan oleh pasien adalah dengan
meminta pertolongan orang lain.
5. Pola seksual reproduksi
Kemampuan pasien untuk melaksanakan peran sesuai jenis kelamin. Kebanyakan
pasien tidak melakukan hubungan seksuan karena kelemahan tubuh.
6. Pola peran hubungan
Perubahan pola peran hubungan dalam tanggung jawab atau perubahan kapasitas
fisik untuk melakukan peran .
B. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
2. Tingkat kesadaran
3. System respirasi
4. System kardiovaskuler
5. System integument
6. System gastrointestinal
7. System muscullusceletal
8. System abdomen
Diagnosa Keperawatan
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN KRITERIA HASIL (NOC) INTERVENSI KEPERAWATAN (NIC)
(NANDA)
1 Nyeri akut b/d trauma jaringan dan rflek NOC : NIC :
spasme otot sekunder
 Pain level Pain managemen
Kode : 100132  Pain control
 Lakukan pengkajian nyeri secara
Domain : 12  Comfort level
komprehensif termasuk lokasi,
Kelas : 1
karakteristik,durasi, frekuensi, kualitas
dan kualitas dan factor presipitasi
Kriteria hasil :
Batasan karakteristik :  Observasi reaksi nonverbal dari
 Mampu mengontrol nyeri ketidaknyamanan
Menyatakan merasa tidak nyaman,
(tau penyebab nyeri, mampu  Gunakan teknik komunikasi terapeutik
menjaga dada, pernafasan dangkal,
menggunakan teknik untuk mengetahui pengalaman nyeri
wajah meringis, merintih
nonfarmakologi untuk  Kaji kultur yang mempengaruhi respon
mengurangi nyeri, mencari nyeri
bantusn)  Evaluasi pengalaman nyeri masa
 Melaporkan bahwa nyeri lampau
berkurang dengan
menggunakan manajemen  Evaluasi bersama pasien dan tim
neyri kesehatan lain tentang ketidakefektifan
Mampu mengenali nyeri control nyeri masa lampau
 Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan dukungan
 Kurangi factor prespitasi nyeri
 Pilih dan lakukan penanganan nyei
(farmakologi, non farmakologi dan
inter personal)
 Kaji tipe dan sumber nyeri unutk
menentukan intervensi
 Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
 Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
 Evaluasi keefektifan control nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
 Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri

Analgesic Administration

 Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas


dan derajat nyerisebelum pemberian
obat
 Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesic yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesic ketika
pemberian lebih dari Satu
 Tentukan analgesic pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
 Pilih rute pemberian secara IV,IM
untuk pengobatan nyeri secara teratur
 Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesic pertama kali
 Berikan analgesic tepat waktu terutama
saat nyeri hebat

Evaluasi efektifas analgesic, tanda dan gejala


2 Retensi urine NOC NIC
 Urinary elimination Urinary retencion care
Definisi : pengosongan kandung kemih  Urinary continence - Monitor intake dan out put
tidak komplit. Kritesia hasil : - Monitor penggunaan obat
Kode : 00023  Kandung kemih kosong antikollionergenik
Domain : 3 secara penuh - Monitor derajat distensi baladder
Kelas : 1  Tidak ada residu urine - Intruksikan pada pasien dan keluarga
lebih 100 – 200 cc untuk mencatat out put urine
Batasan karakteristik :  Bebas dari isk - Sediakan privasi untuk eliminasi
 Tidak ada keluaran urine  Tidak ada spasme bladder - Stimulasi reflex bladder dengan
 Distentsi kandung kemih  Balnce cairan seimbang kompres dingin pada abdomen
 Menetes, disuria - Katerisasi jika perlu
 Sering berkemih - Monitor tanda dan gejala “ panas,
 Inkontinensia aliran berlebih hematuria, perubahan bau konstitensi
 Residu urine, berkemih sedikit urine”

 Sensasi kandung kemih penuh Urinary elimination management


Factor yang berhubungan :
 Sumbatan
 Tekanan ureter tinggi
 Enhibisi arkus reflex,sfingter
kuat

3 Resiko infeksi NOC NIC


Definisi : mengalami peningkatan resiko  Immune status Infection control “ control infeksi”
terserang organism patogenik  Knowledge : infection control - Bersihkan lingkungan setelah dipakai
 Risk control pasien lain
Kode : 00004 - Pertahankan tehnik isolasi
Domain : 11 Criteria hasil : - Batasi pengunjung bila perlu
Kelas : 1  Klien bebas dari tanda dan - Intruksikan pada pengunjung untuk
Factor resiko : gejala infeksi mencuci tangan saat berkunjung dan
 Penyakit kronis  Mendeskripsikan proses setelah berkunjung meninggalkan
- Diabetes militus penularan penyakit, factor pasien
- Obesitas yang mempengaruhi - Gunakan sabun anti mikrobia untuk
 Pengetahuan yang tidak cukup penularan serta cuci tangan
untuk menghindari pemanjaan penatalakanaanya - Cuci tangan setiap sebelum dan
patogenik  Menunjukan kemampuan sesudah tindakan keperawatan
 Pertahanan tubuh primer yang untuk mencegah timbulnya - Gunakan baju, sarung tangan, sevbagai
tidak adekuat infeksi alat pelindung
- Gangguan peristaltis  Jumlah leukosit dalam batas - Pertahankan lingkungan aseptic selama
- Kerusakan integritas kulit “ normal pemasangan alat
pemasangan kateter intravena,  Menunjukan perilaku hidup - Ganti letak iv perifer dan line sentral
prosedur infasi” sehat dan dressing sesuai dengan petunjuk
- Perubahan sekresi ph umum
- Penuruna kerja siliaris - Gunakan kateter intermiten untuk
- Pecah ketuban dini menurunkan infeksi kandung kencing
- Pecah ketuban lama - Tingkatkan intake nutrisi
- Merokok - Berikan terapi antibiotic bila perlu
- Statis cairan tubuh infection protection “proteksi terhadap
infeksi”
- Trauma jaringan, “misalnya - Monitor tanda dan gejala infeksi
trauma distruksi jaringan” systemic dan local
 Ketidak adekuatan - Monitor hitung branullosit, WBC
pertahan sekunder - Monitor kerentanan terhadap infeksi
- Hemoglobin - Batasi pengunjung
- Imunosupresi “ misalnya - Sering pengunjung terhadap penyakit
imunitas di dapat tidak adekuat menular
agen farmaseutikal termasuk - Pertahankan tehnik aspepsi pada pasien
imunosupresan , seroid, anti bodi yang beresiko
monoclonal, imunomodulator” - Pertahankan tehnik isolasi k/p
- Supresi repons inflamasi - Berikan perawatan kulit pada area
 Faksinisasi tidak adekuat apidema
 Pemanjaan terhadap - Inspeksi kulit terhadap kemerahan,
pathogen panas, drainase

 Lingkungan yang - Inspeksi kondisi luka/insisi bedah

meningkat - Dorong masukan nutrisi yang cukup

- Wabah - Dorong masukan cairan

 Prosedur infasif - Dorong istirahat


- Instruksikan pasien untuk minum
 Malnutrisi antibiotic sesuai resep
Batasan karakteristik - Ajarkan pasien dan keluaraga tanda
dan gejala infeksi
- Ajarkan cara menghindari infeksi
- Laporkan kecurigaan infeksi
- Laporkan kultur positif
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J & Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 10.
Jakarta: EGC.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. (2011). Buku saku Diagnosa Keperawatan : Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC Edisi 9. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai