A. Latar Belakang
Mananajemen keperawatan adalah proses bekerja melalui staff
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional. Disini
dituntut tugas manajer keperawatan untuk merencanakan, mengorganisir,
memimpin dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk
memberikan asuhan keperawatan seefektif dan seefisien mungkin bagi individu,
keluarga, dan masyarakat (Gillies, 1996).
Dalam pelaksanaan manajemen terdapat Model Praktik Keperawatan
Professional ( MPKP ) yang di dalamnya terdapat kegiatan ronde
keperawatan.Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan dimana perawat primer,
perawat asosiet serta tenaga kesehatan yang lain bekerja sama untuk
menyelesaikan masalah klien, danklien dilibatkan secara langsung dalam proses
penyelesaian masalah tersebut.Ronde keperawatan diperlukan agar masalah klien
dapat teratasi dengan baik, sehingga semua kebutuhan dasar klien dapat terpenuhi.
Salah satu asuhan keperawatan klien yang belum teratasi dengan baik
adalah pada pasien yang di diagnosa medis mengalami Ca Servix stadium III B
dengan komplikasi Dehidrasi. Pasien sudah 10 hari menjalani perawatan di rumah
sakitdengan asuhan keperawatan yang telah diberikan, akan tetapi belum ada
perbaikan kondisi. Maka dari itu, kami selaku perawat ingin melakukan ronde
keperawatan untuk mengatasi masalah tersebut.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Management Keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan keperawatan diharapkan seluruh tim kesehatan mampu :
a. Menjustifikasi masalah yang belum teratasi.
b. Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer dan tim
kesehatan lain.
c. Menemukan alasan ilmiah terhadap masalah pasien.
d. Merumuskan intervensi keperawatan yang tepat sesuai masalah pasien
C. Manfaat
1. Bagi Pasien
Dengan adanya ronde keperawatan , masalah pasien dapat teratasi dan
kebutuhan pasien dapat terpenuhi.
2. Bagi Perawat
Dengan adanya ronde keperawatan, akan dapat terciptanya komunitas
keperawatan yang profesional, terjalin kerja sama antar tim kesehatan,
dan perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan
tepat dan benar.
3. Bagi Rumah sakit
.................
BAB II
RENCANA PROPOSAL RONDE KEPERAWATAN
A. Ronde Keperawatan
1. Pengertian
Menurut Kozier et al. (2004) menyatakan bahwa ronde
keperawatan merupakan prosedur dimana dua atau lebih perawat
mengunjungi pasien untuk mendapatkan informasi yang akan
membantu dalam merencanakan pelayanan keperawatan dan
memberikan kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan masalah
keperawatannya serta mengevaluasi pelayanan keperawatan yang telah
diterima pasien. Ronde keperawatan dilakukan oleh teacher nurse atau
head nurs dengan anggota stafnya atau siswa untuk pemahaman yang
jelas tentang penyakit dan efek perawatan untuk setiap pasien
(Clement, 2011).
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan untuk mengatasi
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan
pasien untuk membahas & melaksanakan asuhan keperawatan, yang
dilakukan oleh Perawat Primer dan atau konsuler, kepala ruang, dan
Perawat pelaksana, serta melibatkan seluruh anggota tim. Karakteristik
ronde keperawatan adalah sebagai berikut:
a. Klien dilibatkan secara langsung.
b. Klien merupakan fokus kegiatan.
c. Perawat pelaksana, perawat primer dan konsuler melakukan
diskusi bersama.
d. Konsuler memfasilitasi kreatifitas.
e. Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet
dan perawat primer dalam meningkatkan kemampuan dalam
mengatasi masalah.
2. Manfaat Ronde Keperawatan
a. Masalah dan kebutuhan pasien dapat teratasi dan terpenuhi
b. Terciptanya komunikasi keperawatan yang profesional
c. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan
d. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan
tepat dan benar
3. Kriteria Klien
Pasien yang diilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah pasien
yang memiliki kreteria sebagai berikut :
a. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi
meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan
b. Pasien dengan kasus baru atau langka
4. Metode yang Biasa Digunakan
.........................
9. Penutup
..................................
Bandung, ....................
Ketua Ruangan
....................................
...
RENCANAPELAKSANAAN RONDE KEPERAWATANPADA KLIEN
NY/NN/TN/BY/AN.....DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
...................... PADA DIAGNOSIS MEDIS ...................DI RUANG ...........
RUMAH SAKIT PARU ........................
3. Sasaran
Pasien Ny. A (50 tahun)dirawat 10 hari di ruang Alamanda B Rumah Sakit
Hasan Sadikin Bandung.
4. Materi
Teori asuhan keperawatan dengan pasien Ca Servix Stadium III B. Masalah-
masalah yang muncul pada pasien Ny. A dengan Nyeri akut yang
berhubungan dengan agen injuri biologis (penekanan saraf area sekitar servix)
5. Metode
Diskusi
6. Media
a. Dokumen pasien status pasien
b. Sarana diskusi : kertas, pulpen
7. Proses Ronde
Waktu Tahap Kegiatan Pelaksana Kegiatan Tempat
pasien
1 hari Pra Pra Ronde: Penanggung Ruang
sebelum ronde 1. Menentukan kasus & topik jawab : Alamanda
ronde 2. Menentukan Tim ronde -
3. Informed Consent
4. Membuat Pra planning
5. Diskusi
6. Mencari Sumber Literatur
5 menit Ronde Pembukaan: Kepala - Nurse
1. Salam pembuka ruangan station
2. Memperkenalkan tim ronde (Karu)
3. Menyampaikan identitas dan
masalah pasien
4. Menjelaskan tujuan ronde
30 menit Penyajian masalah PP Mendengark Nurse
1. Memberi salam dan an station
memperkenalkan pasien dan
keluarga kepada tim ronde
2. Menjelaskan riwayat penyakit
dan keperawatan klien
3. Menjelaskan masalah klien dan
rencana tindakan yang telah
dilaksanakan dan menetapkan
prioritas yg perlu didiskusikan
Validasi data
4. Mencocokkan dan menjelaskan Karu, PP, Memberikan Ruang
kembali data yg telah konselor respon dan perawatan
disampaikan menjawab
5. Diskusi antar anggota tim dan pertanyaan
pasien ttg masalah keperawatan Karu, PP,
konselor
6. Pemberian justifikasi primer /
konselor / karu ttg masalah
pasien serta rencana tindakan
yg akan dilakukan
7. Menentukan tindakan Karu
keperawatan pada masalah
prioritas yg telah ditetapkan
10 menit Pasca 1. Evaluasi dan rekomendasi Karu, Nurse
ronde intervensi keperawatan supervisor, station
2. Penutup konselor,
pembimbing
8. Kriteria Evaluasi
a. Struktur
3) Ronde keperawatan dilaksanakan diruang Alamanda B RSUP DR
Hasan Sadikin Bandung
4) Peserta keperawatann hadir ditempat pelaksanaan ronde keperawatan
5) Persiapan dilakukan sebelumnya
d. Proses
1) Peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
2) Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran
yang telah ditentukan
e. Hasil
1) Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan
2) Masalah pasien dapat teratasi
8. Pengorganisasian
a. Kepala ruangan : Rully Nasrulloh
b. Ketua Tim : Ade Suherlin
c. PP I : Yupie Erikahaki
d. PA II : Aprillia Dea Restika
e. PA III : Reza Nugraha
f. PA IV : Landyos
g. Pasien : Ny. A
h. DPJP : Agus Mulyadi
i. Farmasi : Reni Sugihartini
j. Ahli Gizi : Desy Wulandari
k. Keluarga Pasien : Eka Larasati, Dian Rohaeni, Aprillia Dea
Bandung, ...........
Kepala Ruangan Perawat Primer / Katim
( ) ( )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKES DHARMA HUSADA BANDUNG
SURAT PERSETUJUAN
Bandung, ..............................
Perawat Yang Menerangkan
.............................................. ...........................................
Nama Perawat Nama Jelas
1. …………………………….. 1. ……………………
2. …………………………….. 2..……………………
DOKUMENTASI RONDE KEPERAWATAN
I. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Ny. A
Umur : 51 th
Jenis Kelamin : perempuan
Ruangan : Alamanda B
Rekam Medis No. : 16546251
Diagnosa Medis : CA servix
III. SARAN
……………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………….
Bandung, 06 Juni 2014
Kepala Ruangan Ketua Kelompok
( ) ( )
BAB III
A. Pengertian
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahimatau
serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempelpada
puncak vagina.( Diananda,Rama, 2009 )
Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler danmerupakan
kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnyauntuk mengontrol
proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks. Kankerserviks biasanya
menyerang wanita berusia 35 - 55 tahun, 90% dari kankerserviks berasal dari sel
kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yangmenuju kedalam
rahim.(Sarjadi, 2001)
Kanker serviks terjadi jika sel - sel serviks menjadi abnormal dan
membelahsecara tidak terkendali, jika sel - sel serviks terus membelah, maka
akanterbentuk suatu masa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinakatau
ganas, jika tumor tersebut ganas maka keadaannya disebut
kankerserviks.Penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel serviks tidak
diketahuisecara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh
terhadap ,terjadinya kanker serviks yaitu :
E. Manifestasi Klinis
1. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan
nekrosisjaringan.
2. Perdarahan yang dialami segera setelah senggama ( 75% - 80% ).
3. Perdarahan yang terjadi diluar senggama.
4. Perdarahan spontan saat defekasi.
5. Perdarahan diantara haid.
6. Rasa berat dibawah dan rasa kering divagina.
7. Anemia akibat pendarahan berulang.
8. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut syaraf.
(Dr RamaDiananda, 2009 )
F. Komplikasi
1. Gagal ginjal
Ginjal manusia berfungsi menyaring “sampah” dari darah. Produk sisa ini
akan dikeluarkan dari tubuh melalui urin melalui saluran bernama ureter.
Pada beberapa kasus kanker serviks stadium lanjut, sel kanker dapat menekan
ureter sehingga mengganggu aliran urin dari ginjal. Urin yang terganggu
penyalurannya akan menumpuk dalam ginjal atau disebut juga dengan
hidronefrosis. Hal ini bisa menyebabkan ginjal membengkak dan membesar.
Pada kasus hidronefrosis yang berat, ginjal bisa rusak dan tidak bisa
menjalankan fungsinya. Hal ini disebut juga gagal ginjal. Gejala gagal ginjal
antara lain:
Perasaan lelah
Bengkak pada pergelangan kaki, kaki, atau tangan karena penumpukan
cairan
Nafas pendek (atau sesak)
Perasaan tidak nyaman/fit
Darah dalam urin (hematuria)
2. Perdarahan
Jika kanker menyebar ke vagina, usus besar, atau kandung kemih,
dapat menyebabkan kerusakan parah dan menghasilkan perdarahan.
Perdarahan bisa terjadi di vagina, rektum (usus besar sebelum anus), atau bisa
juga keluar bersama urin.
3. Fistula
Fistula adalah salurang yang tidak normal yang menghubungkan dua
bagian pada tubuh. Pada kebanyakan kasus kanker serviks, fistula terbentuk
di antara kandung kemih dan vagina. Kelainan ini menyebabkan adanya
cairan urin yang keluar terus menerus dari vagina (berasal dari kandung
kemih). Selain itu fistula juga dapat terbentuk antara vagina dan rektum.
Fistula merupakan komplikasi yang tidak umum terjadi pada kanker
serviks. Kejadiannya 1 berbanding 50 kasus kanker stadium lanjut.
Penanganannya adalah dengan operasi. Meskipun kadang ini sulit dilakukan
untuk penderita kanker serviks karena kondisinya yang rapuh sehingga tidak
sanggup menghadapi efek operasi. Selain operasi, gejala fistula bisa diatasi
dengan penggunaan obat untuk mengurangi cairan yang keluar serta
penggunaan krim atau lotion untuk mengatasi kerusakan jaringan di
sekitarnya dan mencegah iritasi.
5. Terapi paliatif
Kanker serviks stadium lanjut yang sudah sangat berat, sulit untuk
disembuhkan. Terapi pengobatan yang dilakukan memiliki efektifitas yang
sangat kecil untuk menyembuhkan penyakit. Pada kondisi seperti ini,
penanganan yang diberikan oleh tim medis tidak lagi bertujuan untuk
mengobati penyakit tapi lebih pada menangani gejala yang muncul dan
membantu pasien untuk merasakan kenyamanan sebisa mungkin. Terapi yang
bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien ini disebut juga terapi paliatif
(palliative care).
Terapi paliatif termasuk di dalamnya terapi dukungan psikologi,
sosial, dan spritual untuk pasien juga keluarganya. Pasien atau keluarganya
bisa mendiskusikan dengan dokter perawatan bagaimana yang dirasa terbaik
untuk akhir hidup pasien, apakah di rumah sakit atau dibawa pulang ke
rumah. Dukungan dari orang terdekat sangat penting pada fase ini.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Sitologi
Pemeriksaan ini yang dikenal sebagai tes papanicolaous ( tes PAP )sangat
bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini, tingkat
ketelitiannyamelebihi 90% bila dilakukan dengan baik. Sitologi adalah
cara Skriningsel - sel serviks yang tampak sehat dan tanpa gejala untuk
kemudiandiseleksi. Kanker hanya dapat didiagnosis secara histologik.
2. Kolposkopi
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkopi,suatu
alat yang dapat disamakan dengan sebuah mikroskop bertenagarendah
dengan sumber cahaya didalamnya ( pembesaran 6 - 40 kali ).Kalau
pemeriksaan sitologi menilai perubahan morfologi sel - sel
yangmengalami eksfoliasi, maka kolposkopi menilai perubahan pola
epiteldan vascular serviks yang mencerminkan perubahan biokimia
danperubahan metabolik yang terjadi di jaringan serviks.
3. Biopsi
Biopsi dilakukan didaerah abnormal jika SSP (sistem saraf pusat )terlihat
seluruhnya dengan kolposkopi. Jika SSP tidak terlihatseluruhnya atau
hanya terlihat sebagian kelainan didalam kanalisserviskalis tidak dapat
dinilai, maka contoh jaringan diambil secarakonisasi. Biopsi harus
dilakukan dengan tepat dan alat biopsy harustajam sehingga harus
diawetkan dalam larutan formalin 10%.
4. Konisasi
Konosasi serviks ialah pengeluaran sebagian jaringan servikssedemikian
rupa sehingga yang dikeluarkan berbentuk kerucut ( konus ),dengan
kanalis servikalis sebagai sumbu kerucut. Untuk tujuandiagnostik,
tindakan konisasi selalu dilanjutkan dengan kuretase. Batasjaringan yang
dikeluarkan ditentukan dengan pemeriksaan kolposkopi.Jika karena suatu
hal pemeriksaan kolposkopi tidak dapat dilakukan,dapat dilakukan tes
Schiller. Pada tes ini digunakan pewarnaan denganlarutan lugol ( yodium
5g, kalium yodida 10g, air 100ml ) dan eksisidilakukan diluar daerah
dengan tes positif ( daerah yang tidak berwarnaoleh larutan lugol ).
Konikasi diagnostik dilakukan pada keadaan
keadaan sebagai berikut :
a) Proses dicurigai berada di endoserviks.
b) Lesi tidak tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kolposkopi.
c) Diagnostik mikroinvasi ditegakkan atas dasar specimen biopsy.
d) Ada kesenjangan antara hasil sitologi dan histopatologik.
( Prof. R Sulaiman , 2006 )
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan pada stadium awal, dapat dilakukan operasi sedangkanstadium
lanjut hanya dengan pengobatan dan penyinaran. Tolak ukurkeberhasilan
pengobatan yang biasa digunakan adalah angka harapanhidup 5 tahun.
Harapan hidup 5 tahun sangat tergantung dari stadiumatau derajatnya
beberapa peneliti menyebutkan bahwa angka harapanhidup untuk kanker
leher rahim akan menurun dengan stadium yang lebihlanjut. Pada
penderita kanker leher rahim ini juga mendapatkan sitistatikadalam
ginekologi.
Penggolongan obat sitostatika antara lain :
a) Golongan yang terdiri atas obat - obatan yang mematikan semua
selpada siklus termasuk obat - obatan non spesifik.
b) Golongan obat - obatan yang memastikan pada fase tertentu
darimanaproliferasi termasuk obat fase spesifik.
c) Golongan obat yang merusak sel akan tetapi pengaruh proliferasi
sellebih besar, termasuk obat - obatan siklus spesifik.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Dalam lingkar perawatan meliputi sebelum pengobatan terapiradiasi
eksternal anatara lain kuatkan penjelasan tentang perawatan
yangdigunakan untuk prosedur. Selama terapi yaitu memilih kulit yang
baikdengan menganjurkan menghindari sabun, kosmetik, dan
deodorant.Pertahankan kedekuatan kulit dalam perawatan post pengobatan
antaralain hindari infeksi, laporkan tanda - tanda infeksi, monitor intake
cairan,beri tahu efek radiasi persisten 10 - 14 hari sesudah pengobatan,
danmelakukan perawatan kulit dan mulut.Dalam terapi radiasi internal
yang perlu dipertimbangkan dalamperawatan umum adalah teknik isolasi
dan membatasi aktivitas,sedangkan dalam perawatan pre insersi antara lain
menurunkan kebutuhanuntuk enema atau buang air besar selama beberapa
hari, memasangkateter sesuai indikasi, latihan nafas panjan dan latihan
rom dan jelaskanpada keluarga tentang pembatasan pengunjung. Selama
terapi radiasiperawatannya yaitu monior tanda - tanda vital tiap 4 jam.
Memberikanposisi semi fowler, berikan makanan berserat dan cairan
parenteralsampai 300ml dan memberikan support mental. Perawatan
postpengobatan antara lain menghindari komplikasi post pengobatan
(tromboplebitis, emboli pulmonal dan pneumonia ), monitor intake
danoutput cairan. (Bambang sarwiji, 2011)
I. Pengkajian Keperawatan
1. Pengumpulan data
a. Identitas klien
Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin, tempat
tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan status ekonomi dan satitasi
kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah
punya riwayat kontak dengan penderita TB patu yang lain.
b. Riwayat penyakit sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang
di rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat
malam, nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat mendorong
penderita untuk mencari pengonbatan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh penderita
yang mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA
efusi pleura serta tuberkulosis paru yang kembali aktif.
d. Riwayat penyakit keluarga
Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita
penyakit tersebut sehingga sehingga diteruskan penularannya.
e. Riwayat psikososial
Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi
kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah
punya riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru yang lain
f. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang berdesak –
desakan, kurang cahaya matahari, kurang ventilasi udara dan tinggal
dirumah yang sumpek.
g. Pola nutrisi dan metabolic
Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu makan
menurun.
h. Pola eliminasi
Klien TB paru tidak mengalami perubahan dalam miksi maupun defekasi
i. Pola aktivitas dan latihan
Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu
aktivitas
j. Pola tidur dan istirahat
Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru
mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat.
k. Pola hubungan dan peran
Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena penyakit
menular.
l. Pola sensori dan kognitif
Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan
pendengaran) tidak ada gangguan.
m. Pola persepsi dan konsep diri
Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa
kawatir klien tentang penyakitnya.
n. Pola reproduksi dan seksual
Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan berubah
karena kelemahan dan nyeri dada.
o. Pola penanggulangan stress
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatkan
stress pada penderita yang bisa mengkibatkan penolakan terhadap
pengobatan.
p. Pola tata nilai dan kepercayaan
Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya
aktifitas ibadah klien.
2. Pemeriksaan fisik:
a. Sistem integument :kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor
menurun
b. Sistem pernapasan:
inspeksi : adanya tanda – tanda penarikan paru, diafragma,
pergerakan napas yang tertinggal, suara napas melemah.
Palpasi : Fremitus suara meningkat.
Perkusi : Suara ketok redup.
Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar
dan yang nyaring.
c. Sistem pengindraan: tidak ada kelainan
d. Sistem kordiovaskuler: takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 yang
mengeras.
e. Sistem gastrointestinal: nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan
turun.
f. Sistem musculoskeletal
Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan
keadaan sehari – hari yang kurang meyenangkan.
g. Sistem neurologis: Kesadaran penderita yaitu CM dengan GCS : 456
h. Sistem genetalia: Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia
J. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh secara aktif
akibat pendarahan
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan
aktivitas metabolik terhadap kanker
3. Nyeri kronis b/d nekrosis jaringan pada serviks akibat penyakit kanker
serviks
4. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan neuromuscular akibat infiltrasi
kanker pada serabut saraf lumbosacral
5. Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan suplai O2 ke jaringan
K. Intervensi Keperawatan
Perencanaan
No DiagnosaKeperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Tupan : 1. Kaji adanya alergi makanan 1. Mencegah terjadinya alergi
kebutuhan tubuh b.d mual Nutrisi Seimbang 2. Monitoring adanya perubahan makanan.
Tupen : Setelah dilakukan BB dan gula darah. 2. Mencegah penurunan BB
tindakan keperawatan 3. Pantau nilai laboratorium berlebih.
selam 1x24 jam, transferin, albumin, dan 3. Mengetahui pemberian terapi
ketidakseimbangan nutrisi elektrolit. yang sesuai
pasien berkurang dnegan 4. Identifikasi faktor pencetus 4. Meminimalkan rasa mual
kriteria hasil : mual
- Pasien mengatakan 5. Berikan antiemetik 5. Mengurangi mual & muntah
bahwa rasa mual 6. Bantu pemberian makan 6. Memudahkan pasien makan
berkurang sesuai kebutuhan
- Pasien mengatakan
nafsu makan meningkat
- BB meningkat
- Hasil lab normal
Albumin (3.4-5.0 g/dl)
- Hasil TTV normal :
TD : 120/80 mmHg
N : 80 x.mnt
S : 36.5 0 C
RR : 20 x/mnt
2 Kekurangan volume cairan b.d Tupan : 1. Pantau pendarahan 1. Mengetahui jumlah perdarahan
kehilangan volume cairan aktif Volume cairan seimbang 2. Pantau status hidrasi yang dialami pasien
Tupen : Setelah dilakukan (kelembaban mebran mukosa, 2. Mencegah syok
tindakan keperawatan kekuatan nadi)
selama 1 x 24 jam, 3. Menejemen elektrolit : 3. Mempertahankan
kekurangan volume cairan tingkatkan keseimbangan keseimbangan elektrolit pasien
pasien teratasi dengan elektrolit dan cegah
kriteria hasil : komplikasi akibat kadar
- Pasien mengatakan elektrolit yang tidak normal
4. Mencegah dehidrasi dan syok
secara verbal rasa haus 4. Terapi intravena: berikan dan
berkurang pantau cairan intravena
5. Mencegah terjadinya syok
- Pasien mengatakan 5. Menejemen syok : tingkatkan
hipovolemik akibat perdarahan
bahwa perdarahan dari keadekuatan perfusi jaringan
jalan lahir sudah untuk pasien yang mengalami
berkurang gangguan volume
- Pasien terlihat fresh intravaskuler yang berat.
- Membran mukosa
lembab
- Hasil TTV normal
TD : 120/80 mmHg
N : 80 x.mnt
S : 36.5 0 C
RR : 20 x/mnt
- Hasil lab dalam batas
normal
Hb : 12.3-15.3 g/dl
Ht : 36.0-45.0 %
3. Nyeri Akut b.d agen injury biologis Tupan : 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Mengetahui keadaan nyeri
Nyeri Hilang secara komprehnsif meliputi yang dialami pasien secara
Tupen : Setelah dilakukan lokasi, karakteristik, durasi, komprehensif
tindakan keperawatan frekuensi, kualitas, faktor
selama 1x24 jam rasa pencetus
nyeri yang dirasakan 2. Berikan informasi penyebab 2. Menambah pengetahuan
pasien berkurang dengan nyeri pasien tentang penyebab nyeri
kriteria hasil : 3. Ajarkan teknik 3. Mengurangi rasa nyeri
- Pasien mengatakan nonfarmakologi dengan
secara verbal bahwa relaksasi nafas dalam untuk
rasa nyeri berkurang mengurangi nyeri
- Skala nyeri 2 (0-10) 4. Kaji ulang skala nyeri setiap 2
4. Mengetahui perubahan skala
- Hasil TTV normal jam
nyeri dan kualitas nyeri yang
TD : 120/80 mmHg 5. Kolaborasi dengan dokter
dialami pasien
N : 80 x.mnt untuk pemberian analgetik dan
S : 36.5 0 C terapi lainnya : 5. Mengurangi rasa nyeri
RR : 20 x/mnt - Ceftriaxone 1 x 1 g
- Wajah fresh - Asam tranexamat 1 x 500 mg
- Asam mefenamat 1 x 500 mg
BAB 4
RESUME PASIEN DALAM PELAKSANAAN RONDE
PENGKAJIAN AWAL KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
a. Biodata
Nama : Ny. A
Umur : 50 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Antapani - Bandung
Suku / Bangsa : Sunda / Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Status : Menikah
Tanggal MRS : 3 Februari 2014 pkl. 07.00 Wib
Tanggal Pengkajian : 14 Februari 2014 pkl. 09.00 Wib
Diagnosa Medis : Ca. Servix stadium III B
b. Penanggung Jawab
Nama : Tn. B
Umur : 54 Tahun
Alamat : Antapani - Bandung
Hubungan dengan Klien : Suami
V. RIWAYAT SPIRITUAL
Pasien mengatakan pasrah dengan keadaannya dan menganggap ini
adalah sebuah ujian dari yang maha kuasa bagi dirinya dan juga keluarga.
Nyeri akut
3 Ds : Hubungan seksul dini Kekurangan
- Pasien mengeluh & Volume Cairan
merasa haus Virus HPV
- Pasien
mengatakan Serviks
keluar darah dari
jalan lahir Kedua jenis epitel
Do : mendesak (elektro
- Terlihat keluaran endo serviks)
darah dari jalan
lahir berwarna Metoplasma (erosif)
merah kehitaman
- Pasien terlihat Portio yang erosif
lemas
- Turgor kulit Displastik
menurun
- Membran Karsinoma infasif
mukosa pucat serviks
dan agak kering
- Hasil TTV Penebalan epitel
TD : 90/60 diaplastik serviks
mmHg
N : 102 x/mnt Regresi spontan
S : 37,3 0 C
RR : 28 x/mnt Perdarahan spontan
Kekurangan Volume
Cairan
X. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan b.d Tupan : 7. Kaji tanda – tanda vital pasien
perdarahan jalan lahir Perfusi jarngan efektif 8. Pantau status hidrasi pasien
Ds : Tupen : Setelah dilakukan 9. Kolaborasi dalam pemberian
- Pasien mengeluh keluar darah tindakan keperawatan transfusi darah
dari jalan lahir selam 3x24 jam, 10. Kolaborasi dalam pemberian
- Pasien mengeluh merasa lemas ketidakefektifan perfusi terapi O2 bila perlu
Do : jarngan berkurang dengan
- Terlihat keluaran darah dari jalan kriteria hasil :
lahir berwarna hitam ± 350cc - Pasien mengatakan
- Pasien terlihat lemas bahwa rasa lemas
- Konjungtiva anemis berkurang
- Pasien terlihat pucat dan mukosa - Pasien mengatakan
bibir kering perdarahan dari jalan
- Kuku sianosis lahir sudah berkurang
- CRT > 2 detik - Hasil TTV normal :
- Hasil TTV TD : 120/80 mmHg
TD : 90/60 mmHg N : 80 x.mnt
46
N : 102 x/mnt S : 36.5 0 C
S : 37,3 0 C RR : 20 x/mnt
RR : 28 x/mnt - Hb : 12,0 g/dL
Hb : 8,3 g/dL
2. Nyeri Akut b.d agen injury biologis Tupan : 6. Lakukan pengkajian nyeri
ditandai dengan : Nyeri Hilang secara komprehnsif meliputi
D Ds : Tupen : Setelah dilakukan lokasi, karakteristik, durasi,
- Pasien mengeluh nyeri diarea tindakan keperawatan frekuensi, kualitas, faktor
abdomen selama 3x24 jam rasa pencetus
DO : nyeri yang dirasakan 7. Berikan informasi penyebab
- Pasien tampak meringis pasien berkurang dengan nyeri
- Skala nyeri 7/10 kriteria hasil : 8. Ajarkan teknik
- Hasil TTV - Pasien mengatakan nonfarmakologi dengan
TD : 90/60 mmHg secara verbal bahwa relaksasi nafas dalam untuk
N : 102 x/mnt rasa nyeri berkurang mengurangi nyeri
S : 37,3 0 C - Skala nyeri 5 (0-10) 9. Kaji ulang skala nyeri setiap 2
RR : 28 x/mnt - Hasil TTV normal jam
- Nyeri tekan abdomen (+) TD : 120/80 mmHg 10. Kolaborasi dengan dokter
N : 80 x.mnt untuk pemberian analgetik dan
S : 36.5 0 C terapi lainnya :
47
RR : 20 x/mnt - Ceftriaxone 1 x 1 g
- Wajah fresh - Asam tranexamat 1 x 500 mg
- Asam mefenamat 1 x 500 mg
48
RR : 28 x/mnt - Hasil TTV normal
TD : 120/80 mmHg
N : 80 x.mnt
S : 36.5 0 C
RR : 20 x/mnt
49
SKENARIO :
50