Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Managemen adalah proses bekerja melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan secara professional. Disini dituntut tugas manajer keperawatan untuk
merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang
tersedia untuk memberikan asuhan keperawatan seefektif dan seefisien mungkin bagi
individu, keluarga, dan masyarakat (Gillies, 1996)
Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan
keperatan adalah pembenahan manajemen keperawatan karena dengan adanya factor kelola
yang optimal diharapkan mampu menjadi wahana peningkatan keefektifan pembagian
pelayanan keperawatan sekaligus lebih menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan
keperawatan.
Pelayanan  keperawatan  pada klien secara profesional dapat membantu klien dalam
mengatasi masalah keperawatan yang  dihadapi klien. Salah satu bentuk pelayanan
keperawatan yang profesional tersebut dengan memperhatikan seluruh keluhan yang
dirasakan klien kemudian mendiskusikannya dengan tim  keperawatan untuk merencanakan
pemecahan masalahnya. Pelayanan keperawatan yang perlu dikembangkan untuk mencapai
hal tersebut adalah dengan ronde keperawatan.
Ronde keperawatan adalah kegiatan untuk mengatasi keperawatan klien yang
dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan
asuhan keperawatan, yang dilkukan oleh perawat primer dan atau konsuler, kepala ruang, dan
perawat pelaksana, serta melibatkan seluruh anggota tim. Dimana ronde keperawatan
merupakan sarana bagi perawat baik perawat primer maupun perawat assosiate untuk
membahas masalah keperawatan yang terjadi pada klien yang melibatkan klien dan seluruh
tim keperawatan termasuk konsultan  keperawatan. Salah satu tujuan dari kegiatan ronde
keperawatan adalah meningkatkan kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan ronde keperawatan masalah keperawatan yang di alami klien dapat
teratasi
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan ronde keperawatan, perawat mampu :
a. Berfikir kritis dan sistematis dalam pemecahan masalah keperawatan klien
b. Memberikan tindakan yang berorientasi pada masalah keperawatan klien
c. Menilai hasil kerja
d. Melaksanakan asuhan keperawatan secara menyeluruh
C. Manfaat
1. Bagi perawat
a. Terciptanya komunitas perawatan yang professional
b. Terjalin kerjasama antar TIM
c. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan yang tepat dan benar
2. Bagi pasien
a. Masalah pasien dapat teratasi
b. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
D. Tahap ronde keperawatan
1. Pra ronde (persiapan)
 Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde
 Pemberian informed consent kepada klien / keluarga
2. Tahap pelaksana
 Penjelasan tentang klien oleh perawat primer/ketua tim yang difokuskan pada
masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau telah dilaksanakan dan
memilih prioritas yang perlu didiskusikan
 Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
 Pemberian justifikasi oleh perawat primer/ perawat konselor/ kepala ruangan
tentang masalah klien serta rencana tindakan yang akan dilakukan.
 Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan ditetapkan.
3. Tahap pasca ronde
 Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menetapkan
tindakan yang perlu dilakukan
BAB II
RENCANA STRATEGIS
RONDE KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PERDARAHAN INTRA CEREBRI
DI RUANGAN NEURO RS. DR. MM DUNDA LIMBOTO

A. Topik : Askep dengan pasien Perdarahan Intra Cerebri


B. Sasaran : Ny. H.N / 66 thn
C. Peserta : - Mahasiswa Ners Universitas Negeri Grontalo, Manajemen
Keperawatan Universitas Negeri Grontalo
- Pembimbing klinik
- Pembimbing Akademik
- Keluarga pasien
- Pasien
D. Waktu : 30 menit
E. Hari/ tanggal : Jumat, 3 Januari 2020
F. Tujuan
1. Tujuan umum :
Menyelesaikan masalah-masalah keperawatan klien yang belum teratasi
2. Tujuan khusus:
a. Tim keperawatan mampu menggali masalah-masalah klien yang belum teratasi
b. Mampu mengemukakan alasan ilmiah terhadap masalah keperawatan klien
c. Mampu merumuskan intervensi keperawatan yang tepat mengenai masalah klien
d. Mampu mendesiminasikan tindakan yang tepat sesuai dengan masalah klien
e. Mampu mengadakan justifikasi terhadap rencana dan tindakan keperawatan yang
dilakukan.
G. Sasaran :
 Nama : Ny.H.N
 Umur : 66 Thn
 Pekerjaan : -
H. Materi :
 Konsep dasar penyakit Perdarahan Intra Cerebri
 Asuhan keperawatan klien dengan Perdarahan Intra Cerebri (terlampir)
I. Pelaksanaan :
 Hari/tanggal : Selasa, 09 Agustus 2016
 Tempat : Ruang Neuro, Kelas III
J. Metode :
 Ceramah
 Diskusi
K. Media :
 Makalah
L. Tim ronde :
 Karu Ruang Neuro
 Perawat Ruang Neuro
 Mahasiswa Ners Universitas Negeri Gorontalo
M. Proses ronde keperawatan :
- Pra ronde :
 Menentukan kasus dan topik
 Menentukan tim ronde
 Membuat informed consent
 Mencari literatur
 Diskusi

- Ronde :
 Diskusi
 Pemberian pendidikan kesehatan untuk mengurangi keluhan
- Pasca ronde :
 Evaluasi pelaksanaan ronde
 Revisi dan perbaikan
Mekanisme Kegiatan
No. Waktu Kegiatan Pemeran Pasien
1. 5 menit Pembukaan: Mahasiswa 1 Mendengarkan
Memberi salam
2. 10 menit Menyampaikan tujuan Mahasiswa 2 Pasien dan
ronde keperawatan keluarga
Penyajian masalah : mendengarkan
Menyampaikan masalah
yang sudah terselesaikan

3. 5 menit Menentukan masalah Ketua Tim


yang belum terselesaikan
4. 5 menit Implementasi yang sudah Ketua Tim
dilakukan
5. 5 menit Mengajarkan kepada Mahasiswa
keluarga pasien tentang
diskusi dan Tanya jawab.
Penutup :
- Ucapan terima
kasih
- Memberi salam.

Evaluasi :
 Bagaimana koordinasi persiapan dan pelaksanaan ronde keperawatan
 Bagaimana peran pelaksana saat ronde keperawatan
 Membuat umpan balik yang sudah dikerjakan
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
ISK (INFEKSI SALURAN KEMIH)

A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Infeksi saluran kemih adalah ditemukannya bakteri pada urine di kandung kemih yang
umumnya steril. (Arif mansjoer, 2001)

Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi sepanjang saluran kemih,
terutama masuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu organisme (Corwin, 2001)

Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu
keadaan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001)

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya mikrooganisme
didalam saluran kemih yang dalam keadaan normal air kemih tidak mengandung
materi, virus atau mikroorganisme yang lain. ISK dapat terjadi baik di pria maupun
wanita dari semua umur, dan dari kedua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering
menderita ISK daripada pria (Sudoyo Aru, Dkk 2009)

2. Etiologi
ISK terjadi tergantung banyak factor seperti : usia, gender, prefalensi bakteri uria
dan factor pre disposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran kemih termasuk
ginjal. Berikut menurut jenis mikroorganisme dan usia :
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain :
a. Escherichia Coli : 90% penyebab ISK uncomplicated (simple)
b. Pseudomonas, proteus, klepsiella : penyebab ISK complicated
c. Enterobacter, stapillococcus epidemidis, enterococci dll
2. Prefalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain :
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung
kemih yang kurang efektif.
b. Mobilitas menurun
c. Nutrisi yang sering kurang baik
d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
e. Adanya hambatan pada aliran urin
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat

3. Patofisiologi
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui:
1. Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat terdekat saluran kemih yang
terinfeksi.
2. Hematogen yaitu penyebaran mikroorganisme patogen yang masuk melalui darah
yang terdapat kuman penyebab infeksi saluran kemih yang masuk melalui darah dari
suplay jantung ke ginjal.
3. Limfogen yaitu kuman masuk melalui kelenjar getah bening yang disalurkan melalui
helium ginjal. 4. Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau
sistoskopi.

Dua jalur utama terjadi infeksi saluran kemih ialah hematogen dan ascending.
Tetapi dari kedua cara ini, ascending-lah yang paling sering terjadi. Infeksi
hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah
karena menderita suatu penyakit kronik atau pada pasien yang sementara mendapat
pengobatan imun supresif. Penyebaran hematogen bisa juga timbul akibat adanya
infeksi di salah satu tempat misalnya infeksi S.Aureus pada ginjal bisa terjadi akibat
penyebaran hematogen dari fokus infeksi dari tulang, kulit, endotel atau di tempat
lain. Infeksi ascending yaitu masuknya mikroorganisme dari uretra ke kandung kemih
dan menyebabkan infeksi pada saluran kemih bawah. Infeksi ascending juga bisa
terjadi oleh adanya refluks vesico ureter yang mana mikroorganisme yang melalui
ureter naik ke ginjal untuk menyebabkan infeksi. Infeksi tractus urinarius terutama
berasal dari mikroorganisme pada faeces yang naik dari perineum ke uretra dan
kandung kemih serta menempel pada permukaan mukosa. Agar infeksi dapat terjadi,
bakteri harus mencapai kandung kemih, melekat pada dan mengkolonisasi epitelium
traktus urinarius untuk menghindari pembilasan melalui berkemih, mekanisme
pertahan penjamu dan cetusan inflamasi.
PATHWAY

Akumulasi atiologi dan


Makanan terkontaminasi
factor resiko infeksi Jaringan parut – total
mikroorganisme masuk
mikroorganisme, tersumbat
lewat mulut
penggunaan steroid dalam
jangka panjang, usia
lanjut, anomaly saluran
kemih, cidera uretra, HCL Lambung) Obstruksi saluran kemih
riwayat isk) yang bermuara kevesika
urinarius

hidup Tidak hidup

Urus terutama pieg player Resiko infeksi Peningkatan tekanan VU

Kuman mengeluarkan
Mati Penebalan dinding VU
endotoksin

Bakterimia primer difagosit Menurunnya kontraksi otot


VU

Procesia pada kulit dan


Tidak difagosit tidak hipertwermi Kesulitan berkemih

Bakteremia sekunder Pembuluh darah kapiler Retensi urin

Hipotalamus ureter Reinteraksi abdominal

Menekan termoreguler oliguria Mual, muntah

hipetermi Iritasi ureterai obstruksi


perdangan Gangguan eliminasi urine Kekurangan volume
cairan

Peningkatan Depresi saraf perifer


frekuensi/dorongan
kontraksi uretral

nyeri

4. Tanda dan Gejala


a. Anyang-anyangan atau rasa ingin buang air kecil lagi, meski sudah dicoba untuk
berkemih namun tidak ada air kemih yang keluar
b. Sering kencing dan kesakitan saat kencing, air kencingnya bias berwarna putih,
cokelat atau kemerahan dan baunya sangat menyengat
c. Warna air seni kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila ada darah
d. Nyeri pada pinggang
e. Demam atau menggigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai ginjal (di
iringi rasa nyeri disisi bawah belakang rusuk, mual atau muntah)
f. Peradangan kronis pada kandung kemih yang berlanjut dan tidak sembuh-sembuh
dapat menjadi pemicu terjadinya kanker kandung kemih

5. Penatalaksanaan Medis
1. Non farmakologi :
- Istirahat
- Diet; perbanyak vitamin A dan C untuk mempertahankan epitel saluran kemih

2. Farmakologi
- Antibiotic sesuai kultur, bila hasil kultur belum ada dapat diberikan antibiotic antara
lain cefotaxime, ceftriaxone, cotrimoxazole
- Bila ada tanda-tanda urocepsis dapat diberikan imipenem atau kombinasi penicillin
dengan amino glikosida
6. Pemeriksaan Diagnostik
1. Analisa urin rutin, mikroskop urin segar tanpa putar, kultur urin, serta jumlah kuman
permL urin
2.Investigasi lanjutan harus berdasarkan indikasi klinis : ultrasonogram (USG),
Radiografi (Foto abdomen)

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. IDENTITAS KLIEN
Nama
Umur
Jenis kelamin
Suku bangsa
Pekerjaan
Pendidikan
Alamat
Tanggal masuk MRS
Diagnose medis

2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
 Disuria
 Polisuria
 Nyeri
 Terdesak kencing yang berwarna terjadi bersamaan
b. Riwayat penyakit sekarang
Penyebab dari disuria disebabkan karena masuknya organism eschericea coli kedalam
colon
c. Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pernah sakit ISK
d. Riwayat penyakit keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit yang sama
e. Riwayat psikososial dan spiritual
Biasanya klien cemas, bagaimana koping mekanisme yang digunakan gangguan
dalam beribadat karena klien lemah

A. Kebutuhan dasar manusia ( Gordon)


a. Persepsi kebutuhan dan menajemen kesehatan
Pandangan pasien tentang penyakitnya dan cara yang dilakukan pasien menangani
penyakitnya.
b. Aktifitas dan latihan
Biasanya pasien mengalami penurunan aktifitas berhubungabn dengan kelemahan
tubuh yang dialami. Aktifitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total
agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
c. Istirahat dan tidur
Istirahat dan tidur sering mengalami gangguan karena nyeri yang dialami.
d. Nutrisi metabolic
Kemampuan pasien dalam mengkonsumsi makanan mengalami penurunan akibat
nafsuh makan yang kurang Karen mual, mual saat makan sehingga makan hanya
sedikit bahkan tidak makan sama ekali.
e. Eliminasi
Eliminasi klien tidak dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama.
Sedangkan eliminasi urine mengalami gangguan Karen ada organism yang masuk
sehingga urine tidak lancar.
2. Kognitif perceptual
Daya ingat pasien isk kebanyakan dijumpai tidak mengalami gangguan
3. Konsep diri
Perasaan menerima dari pasien dengan keadaannya, kebanyakan pasien tidak
mengalami gangguan konsep diri.
4. Pola koping
Mekanisme pertahanan diri yang biasa digunakan oleh pasien adalah dengan
meminta pertolongan orang lain.
5. Pola seksual reproduksi
Kemampuan pasien untuk melaksanakan peran sesuai jenis kelamin. Kebanyakan
pasien tidak melakukan hubungan seksuan karena kelemahan tubuh.
6. Pola peran hubungan
Perubahan pola peran hubungan dalam tanggung jawab atau perubahan kapasitas
fisik untuk melakukan peran .
B. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
2. Tingkat kesadaran
3. System respirasi
4. System kardiovaskuler
5. System integument
6. System gastrointestinal
7. System muscullusceletal
8. System abdomen
Diagnosa Keperawatan
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN KRITERIA HASIL (NOC) INTERVENSI KEPERAWATAN (NIC)
(NANDA)
1 Nyeri akut b/d trauma jaringan dan NOC : NIC :
rflek spasme otot sekunder
 Pain level Pain managemen
Kode : 100132  Pain control
 Lakukan pengkajian nyeri secara
Domain : 12  Comfort level
komprehensif termasuk lokasi,
Kelas : 1
karakteristik,durasi, frekuensi,
kualitas dan kualitas dan factor
Kriteria hasil :
Batasan karakteristik : presipitasi
 Mampu mengontrol nyeri  Observasi reaksi nonverbal dari
Menyatakan merasa tidak nyaman,
(tau penyebab nyeri, mampu ketidaknyamanan
menjaga dada, pernafasan dangkal,
menggunakan teknik  Gunakan teknik komunikasi
wajah meringis, merintih
nonfarmakologi untuk terapeutik untuk mengetahui
mengurangi nyeri, mencari pengalaman nyeri
bantusn)  Kaji kultur yang mempengaruhi
 Melaporkan bahwa nyeri respon nyeri
berkurang dengan  Evaluasi pengalaman nyeri masa
menggunakan manajemen lampau
neyri  Evaluasi bersama pasien dan tim
Mampu mengenali nyeri kesehatan lain tentang
ketidakefektifan control nyeri masa
lampau
 Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan dukungan
 Kurangi factor prespitasi nyeri
 Pilih dan lakukan penanganan nyei
(farmakologi, non farmakologi dan
inter personal)
 Kaji tipe dan sumber nyeri unutk
menentukan intervensi
 Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
 Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
 Evaluasi keefektifan control nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
 Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri

Analgesic Administration

 Tentukan lokasi, karakteristik,


kualitas dan derajat nyerisebelum
pemberian obat
 Cek instruksi dokter tentang jenis
obat, dosis, dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesic yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesic ketika
pemberian lebih dari Satu
 Tentukan analgesic pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
 Pilih rute pemberian secara IV,IM
untuk pengobatan nyeri secara teratur
 Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesic pertama
kali
 Berikan analgesic tepat waktu
terutama saat nyeri hebat

Evaluasi efektifas analgesic, tanda dan gejala


2 Retensi urine NOC NIC
 Urinary elimination Urinary retencion care
Definisi : pengosongan kandung kemih  Urinary continence - Monitor intake dan out put
tidak komplit. Kritesia hasil : - Monitor penggunaan obat
Kode : 00023  Kandung kemih kosong antikollionergenik
Domain : 3 secara penuh - Monitor derajat distensi baladder
Kelas : 1  Tidak ada residu urine - Intruksikan pada pasien dan keluarga
lebih 100 – 200 cc untuk mencatat out put urine
Batasan karakteristik :  Bebas dari isk - Sediakan privasi untuk eliminasi
 Tidak ada keluaran urine  Tidak ada spasme - Stimulasi reflex bladder dengan
 Distentsi kandung kemih bladder kompres dingin pada abdomen
 Menetes, disuria  Balnce cairan seimbang - Katerisasi jika perlu

 Sering berkemih - Monitor tanda dan gejala “ panas,

 Inkontinensia aliran berlebih hematuria, perubahan bau konstitensi


urine”
 Residu urine, berkemih sedikit
Urinary elimination management
 Sensasi kandung kemih penuh
Factor yang berhubungan :
 Sumbatan
 Tekanan ureter tinggi
 Enhibisi arkus
reflex,sfingter kuat

3 Resiko infeksi NOC NIC


Definisi : mengalami peningkatan  Immune status Infection control “ control infeksi”
resiko terserang organism patogenik  Knowledge : infection - Bersihkan lingkungan setelah dipakai
control pasien lain
Kode : 00004  Risk control - Pertahankan tehnik isolasi
Domain : 11 - Batasi pengunjung bila perlu
Kelas : 1 Criteria hasil : - Intruksikan pada pengunjung untuk
Factor resiko :  Klien bebas dari tanda dan mencuci tangan saat berkunjung dan
 Penyakit kronis gejala infeksi setelah berkunjung meninggalkan
- Diabetes militus  Mendeskripsikan proses pasien
- Obesitas penularan penyakit, factor - Gunakan sabun anti mikrobia untuk
 Pengetahuan yang tidak cukup yang mempengaruhi cuci tangan
untuk menghindari pemanjaan penularan serta - Cuci tangan setiap sebelum dan
patogenik penatalakanaanya sesudah tindakan keperawatan
 Pertahanan tubuh primer yang  Menunjukan kemampuan - Gunakan baju, sarung tangan,
tidak adekuat untuk mencegah timbulnya sevbagai alat pelindung
- Gangguan peristaltis infeksi - Pertahankan lingkungan aseptic
- Kerusakan integritas kulit “  Jumlah leukosit dalam batas selama pemasangan alat
pemasangan kateter intravena, normal - Ganti letak iv perifer dan line sentral
prosedur infasi”  Menunjukan perilaku hidup dan dressing sesuai dengan petunjuk
- Perubahan sekresi ph sehat umum
- Penuruna kerja siliaris - Gunakan kateter intermiten untuk
- Pecah ketuban dini menurunkan infeksi kandung kencing
- Pecah ketuban lama - Tingkatkan intake nutrisi
- Merokok - Berikan terapi antibiotic bila perlu
- Statis cairan tubuh infection protection “proteksi terhadap
- Trauma jaringan, “misalnya infeksi”
trauma distruksi jaringan” - Monitor tanda dan gejala infeksi
 Ketidak adekuatan systemic dan local
pertahan sekunder - Monitor hitung branullosit, WBC
- Hemoglobin - Monitor kerentanan terhadap infeksi
- Imunosupresi “ misalnya - Batasi pengunjung
imunitas di dapat tidak adekuat - Sering pengunjung terhadap penyakit
agen farmaseutikal termasuk menular
imunosupresan , seroid, anti - Pertahankan tehnik aspepsi pada
bodi monoclonal, pasien yang beresiko
imunomodulator” - Pertahankan tehnik isolasi k/p
- Supresi repons inflamasi - Berikan perawatan kulit pada area
 Faksinisasi tidak apidema
adekuat - Inspeksi kulit terhadap kemerahan,
 Pemanjaan terhadap panas, drainase
pathogen - Inspeksi kondisi luka/insisi bedah

 Lingkungan yang - Dorong masukan nutrisi yang cukup

meningkat - Dorong masukan cairan

- Wabah - Dorong istirahat


 Prosedur infasif - Instruksikan pasien untuk minum
 Malnutrisi antibiotic sesuai resep
Batasan karakteristik - Ajarkan pasien dan keluaraga tanda
dan gejala infeksi
- Ajarkan cara menghindari infeksi
- Laporkan kecurigaan infeksi
- Laporkan kultur positif
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J & Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 10.
Jakarta: EGC.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. (2011). Buku saku Diagnosa Keperawatan : Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC Edisi 9. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai