Anda di halaman 1dari 17

MANAJEMEN KEPERAWATAN

“Remedial ujian UAS( SOP timbang terima, preconference dan

post conference, supervise, ronde dan DRK)”

Disusun Oleh :

Shelvi Husna Sukrata (1911316050)

B19 Reguler

Dosen Pembimbing:

Dr. Yulastri Arif, S.Kp., M.Kep


Ns. Zifriyanthi Minanda Putri M.Kep
Ns. Esthika Ariany Maisa, M.Kep
Ns. Yuanita Anada, M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
T.A 2020
SOP DRK (DISKUSI REFLEKSI KASUS)

Pengertian Menurut Standar prosedur Operasional (SPO) Rapat Diskusi


Refleksi Kasus (DRK) adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh
case manager secara periodic sebagai media komunikasi
profesional pemberi asuhan untuk meningkatkan pelayanan
berfokus pada pasien.
Tujuan 1. Untuk menyampaikan informasi permasalahan yang di
temukan pada pasien, evaluasi hasil kerja secara keseluruhan
selama pelayanan di berikan.
2. Untuk menyamakan persepsi tentang pelayanan berfokus
pada pasien
3. Untuk memperbaiki pelaksanaan komunikasi, kolaborasi
pelayanan yang terintegrasi
4. Untuk mengurangi kesalahan pemberian pelayanan dan
koordinasi pelayanan
Prosedur Persiapan
a. Buku Standar Prosedur Operasisonal (SPO) keperawatan
b. Buku Diskusi Refleksi Kasus
Pelaksanaan
a. Minta setiap peserta diskusi refleksi kasus
menandatangani daftar hadir
b. Membuka acara diskusi refleksi kasus dengan salam dan
doa
c. Jelaskan kembali jenis SPO yang akan di diskusikan
pelaksanaanya pada
d. bulan ini
e. Minta salah satu perawat untuk menyajikan /
menceritakan resum kasus yang pernah di lakukan :
identitas pasien, resum data focus, masalah keperawatan,
penyebab masalah tersebut, implementasi yang telah di
lakukan sesuai SPO, dan hasil tindakan
f. Minta perawat menyampaikan hal positif yang sudah di
lakukan sesuai SPO
g. Minta perawat menyampaikan hal-hal yang belum di
lakukan sesuai SPO
h. Minta perawat menyampaikan hambatan selama
pemberian asuhan menggunakan SPO tersebut
i. Minta perawat kesesuaian antara SPO dengan kondisi
pasien
j. Minta perawat menyampaikan usulan perbaikan atau
revisi SPO sesuai kondisi pasien (revisi atau pengadaan
SPO baru)
k. Minta perawat lain menanggapi hal-hal yang sudah di
sampaikan oleh perawat
l. Minta perawat membahas pelaksanaan SPO
menggunakan textbook, jurnal penelitian atau diskusi
dengan expert atau ahli
m. Fasilitator memberikan masukan terkait tema SPO yang
di bahas sehubungan dengan kasus yang di buat
n. Buat rencana tindak lanjut untuk kepala bidang
keperawatan, kepala unit pelayanan,kepala instalasi
perawatan, dan komite keperawatan serta instalasi
diklat
o. Mengucapkan salam dan berdoa
Penutup
a. Buat notulen diskusi refleksi kasus dan di tandatangani
case manager dan kepala unit pelayananan
b. Simpan notulen sebagai portofolio hasil pelaksanaan
tugas case manager dan pelaksanaan model MPKP dan
SP2KP
Hal-hal yang perlu di perhatikan
a. Diskusi Refleksi Kasus (DRK) idealnya dilakukan
minimal 3 bulan sekali.
b. Diskusi Refleksi Kasus (DRK) di ikuti oleh semua
professional
c. pemberi asuhan (perawat) yang satu level yaitu ketua
tim, case manager dan perawat pelaksana.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR RONDE KEPERAWATAN

Definisi Ronde keperawatan adalah prosedur di mana dua atau lebih


perawat mengunjungi pasien untuk mendapatkan informasi
yang akan membantu dalam merencanakan pelayanan
keperawatan dan memberikan kesempatan pada pasien untuk
mendiskusikan masalah keperawatannya serta mengevaluasi
pelayanan keperawatan yang telah diterima pasien.
Tujuan Tujuan umum
Menyelesaikan masalah-masalah klien yang belum teratasi
Tujuan khusus
a. Menjustifikasikan masalah-masalah yang belum teratasi
b. Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat
primer lain
a. Melaksanakan pelayanan kesehatan dengan memberi
kepuasan kepada konsumen sehingga melebihi apa yang
diharapkannya dan menjadi perawat yang profesional
b. Menemukan masalah dan merumuskan intervensi
keperawatan yang tepat sesuai dengan masalah pasien
c. Menumbuhkan cara berpikir secara kritis.

Prosedur Prosedur pelaksanaan


1. Mementukan topic karena Kasus yang akan dibahas
dalam ronde keperawatan harus ditetapkan paling
lambat satu hari sebelum
pelaksanaan
2. Menentukan tugas dan peran
a. Peran ketua tim dan perawat pelaksana
1) Menjelaskan keadaan dan data demografi klien.
2) Menjelaskan masalah keperawatan utama
3) Menjelaskan intervensi yang dilakukan
4) Menjelaskan hasil yang didapat
5) Menentukan tindakan selanjutnya
6) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang diambil
7) Menjelaskan tentang kegiatan yang dilkaukan oleh
ketua tim atau perawat primer.
Tahap kerja
a. Memberi kesempatan klien untuk bertanya
sebelum kegiatan dilakukan
b. Mulai dengan cara yang baik dan sopan
c. Jaga privasi klien
d. Mempersilahkan tim untuk validasi, intervensi dan
edukasi sesuai dengan kebutuhan pasien.
e. Memberi kesempatan pasien dan keluarga
untuk menyampaikan permasalahannya
Tahap terminasi
a. Evaluasi perasaan klien
b. Simpulkan kegiatan ronde keperawatan tidak
didepan
c. pasien
d. Beri reinforcement positif pada tim
e. Buat rencana tindak lanjut setelah kegiatan
ronde keperawatan
f. Kontrak pertemuan selanjutnya
g. Menutup kegiatan ronde keperawatan
h. Doa
i. Dokumentasi
j. Catat dalam notulen ronde keperawatan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PRE DAN POST CONFERENCE DAN


CONFERENCE

a. Pre Conference

Definisi
Pre conference adalah komunikasi ketua tim dan perawat
pelaksana setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada
shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung
jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang,
maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah
rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan rencana
dari kepala tim dan penanggung jawab tim.
Pre conference adalah diskusi tentang aspek klinik sebelum
melaksanakan asuhan pada pasien.
Tujuan Tujuan pre conference:
a. Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah
pasien, merencanakan asuhan dan merencanakan
evaluasi hasil
b. Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan
c. Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang
keadaan pasien
Syarat pelaksanaan a. Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan
keperawatan dan post conference dilakukan sesudah
pemberian asuhan keperawatan
b. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit
c. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya
tentang keadaan pasien, perencanaan tindakan rencana
dan data-data yang perlu ditambahkan
d. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan,
ketua tim dan anggota tim
Prosedur Persiapan:
Ruangan, staff
Tatalaksana:
1. Melakukan konferensi setiap hari segera setelah
dilakukan pergantian dinas pagi atau sore sesuai dengan
jadwal pelaksana.
2. Dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim
Isi conference:
a. Rencana tiap asuhan (rencana harian)
b. Tambahan rencana dari ketua tim atau penanggung
jawab tim
3. Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA
dalam timnya masing – masing.
4. Menyampaikan perkembangan dan masalah pasien
berdasarkan hasil evaluasi kemarin dan kondisi pasien
yang dilaporkan oleh dinas malam
5. Perawat pelaksana menyampaikan hal-hal meliputi
a. Keluhan pasien
b. TTV dan kesadaran pasien
c. Hasil pemeriksaan laboratorium atau diagnosis
terbaru
d. Masalah keperawatan
e. Rencana keperawatan hari ini
f. Perubahan keadaan terapi medis
g. Rencana medis
6. Perawat pelaksana mendikusikan dan mengarahkan
perawat asosiet tentang masalah yang terkait dengan
perawatan pasien yang meliputi :
a. Pasien yang terkait dengan pelayanan seperti :
keterlambatan, kesalahan pemberian makan,
kebisikan pengunjung lain, kehadiran dokter yang
dikonsulkan.
b. Ketepatan pemberian infuse
c. Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran
cairan
d. Ketepatan pemberian obat / injeksi
e. Ketepatan pelaksanaan tindakan lain
f. Ketepatan dokumentasi
7. Mengingatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan
8. Mengingatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian,
kejujuran dan kemajuan masing–masing perawatan
asosiet
9. Membantu perawatan asosiet menyelesaikan masalaah
yang tidak dapat diselesaikan.

b. Post Conference

Definisi Post conference adalah diskusi tentang aspek klinik sesudah


melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Conferensi
merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari.
Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan
dinas, pagi, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas
perawatan pelaksanaan. konference sebaiknya dilakukan di
tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari
luar.
Tujuan Tujuan post conference adalah untuk memberikan kesempatan
mendiskusikan penyelesaian masalah dan membandingkan
masalah yang dijumpai
Syarat Post Conference a. Post conference dilakukan sesudah pemberian asuhan
keperawatan
b. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit
c. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang
keadaan pasien, perencanaan tindakan rencana dan data-
data yang perlu ditambahkan
d. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan,
ketua tim dan anggota tim
pelaksanaan dalam Adapun panduan bagi Perawat pelaksana dalam melakukan
melaksanakan konferensi konferensi adalah sebagai berikut: (Ratna Sitorus, 2006).
1. Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah
dilakukan pergantian dinas pagi atau sore sesuai
dengan jadwal perawatan pelaksana.
2. Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA
dalam timnya masing – masing.
3. Penyampaian perkembangan dan masalah klien
berdasarkan hasil evaluasi kemarin dan kondisi klien
yang dilaporkan oleh dinas malam.
Hal hal yang disampaikan Hal hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana meliputi :
oleh perawat pelaksana a. Utamanya tentang klien (biodata, status sosial, ekonomi,
budaya)
b. Keluhan klien
c. TTV dan kesadaran
d. Hasil pemeriksaan laboraturium atau diagnostic terbaru.
e. Masalah keperawatan
f. Rencana keperawatan hari ini.
g. Perubahan keadaan terapi medis.
h. Rencana medis selanjutnya (tindak lanjut)

Perawat pelaksana mendikusikan dan mengarahkan perawat


tentang masalah yang terkait dengan perawatan klien yang
meliputi :
a. Klien yang terkait dengan pelayanan seperti :
keterlambatan, kesalahan pemberian makan, kebisingan
pengunjung lain, kehadiran dokter yang dikonsulkan.
b. Ketepatan pemberian infuse.
c. Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan.
d. Ketepatan pemberian obat / injeksi.
e. Ketepatan pelaksanaan tindakan lain,
f. Ketepatan dokumentasi.

• Menggiatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan.


• Menggiatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian,
kejujuran dan kemajuan masing–masing perawatan asosiet.
• Membantu perawat menyelesaikan masalah yang tidak
dapat diselesaikan.

SOP TIMBANG TERIMA

Definisi Timbang terima sering disebut operan (over hand) adalah suatu
cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan keadaan klien (data fokus).
Tujuan Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan
beberapa informasi yang penting.
Kebijakan a. Pasien dalam kondisi stabil. Pasien dalam tahap maintenance.
b. Pasien dalam kondisi yang membutuhkan pemantauan
(observasi).
Prosedur Persiapan :
1. Persiapan alat
a. Alat tulis
b. Format timbang terima (operan)
c. Rekam medik pasien
2. Persiapan perawat
a. Kelompok dalam keadaan siap.
b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
c. Persiapan pasien
Pasien dalam kondisi stabil atau butuh pemantauan.

Pelaksanaan :
Dalam penerapan sistem MPKP, operan dilaksanakan oleh
perawat jaga sebelumnya kepada perawat yang mengganti jaga
pada shift berikutnya.

SESI 1 : Di Nurse Station


a. Perawat shift malam menyiapkan status pasien yang
menjadi tanggung jawabnya.
b. Perawat shift pagi membuka operan jaga dengan do’a.
c. Perawat shift pagi mempersilahkan perawat shift malam
untuk melaporkan pasien kepada perawat shift pagi.
“Baik terima kasih untuk kesempatan yang diberikan.
Adapun laporan perawatan pasien pada shift malam,
dengan jumlah pasien sebanyak … (sebutkan jumlah
pasien)”.
d. Perawat shift malam melaporkan pasien yang menjadi
tanggung jawabnya, terkait:
1. Identitas pasien dan diagnosa medis
2. Masalah keperawatan yang kemungkinan masih
muncul
3. Tindakan keperawatan yang sudah dan belum
dilaksanakan
4. Intervensi kolaborasi dan dependen
5. Rencana umum dan persiapan yang perlu
dilakukan dalam kegiatan selanjutnya, misalnya
operasi, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan
penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau
prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara
rutin.
Contoh:
“Laporan perawatan pasien pertama. Ny. S (51
tahun) dengan Efusi Pleura, penanggung jawab
dr. N :
Keadaan umum baik, kesadaran komposmentis,
TD, N, RR, T (sebutkan hasil pengukuran).
Keluhan yang dirasakan pasien adalah …
(sebutkan keluhan yang dialami). Rencana yang
sudah dilakukan adalah … (sebutkan
implementasi) sedangkan rencana yang belum
dilakukan adalah … (sebutkan intervensi). Terapi
yang diinstruksikan adalah … (sebutkan nama
terapi). Persiapan lain … (sebutkan jenis
persiapan).
e. Perawat shift pagi mengklarifikasi apa yang disampaikan
oleh perawat shift malam.
f. Perawat shift pagi mengajak perawat shift malam dan
perawat shift pagi lainnya yang bertanggung jawab untuk
mengklarifikasi pasien (menghampiri pasien dalam visite
keperawatan).

SESI 2 : Di Bed Pasien


1. Perawat shift malam mengucapkan salam dan menyapa
pasien.
“Selama pagi Bapak/Ibu/Mas/Mbak”.
2. Perawat shift malam menanyakan masalah keperawatan
yang dialami pasien setelah dilakukan tindakan.
“Hari ini apa yang Bapak/Ibu/Mas/Mbak keluhkan?”
3. Perawat shift malam menyampaikan bahwa tugasnya telah
selesai dan diganti tim perawat shift pagi.
“Pak/Bu/Mas/Mbak, tugas saya sebagai perawat shift
malam sudah selesai. Untuk pagi ini, perawat shift pagi
yang akan merawat Bapak/Ibu/Mas/Mbak”.
4. Perawat shift malam memperkenalkan/menanyakan apakah
pasien masih mengingat nama perawat shift pagi.
“Apakah Bapak/Ibu/Mas/Mbak masih ingat dengan perawat
A (perkenalkan nama)”
5. Perawat shift pagi menjelaskan tentang perawatan pagi dan
perawat shift pagi yang akan bertanggung jawab kepada
pasien tersebut.
“Baik, hari ini saya yang bertanggung jawab untuk
merawat Bapak/Ibu/Mas/Mbak. Rencana untuk perawatan
Bapak/Ibu/ Mas/Mbak untuk pagi ini adalah … (sebutkan
rencana perawatan)”.
6. Perawat shift pagi memberikan kesempatan kepada pasien/
keluarga untuk bertanya.
“Ada hal-hal yang ingin ditanyakan, saya persilahkan”.
7. Perawat shift pagi menutup pertemuan dan menyampaikan
selamat beristirahat.
“Baiklah, silahkan Bapak/Ibu/Mas/Mbak dapat beristirahat
kembali”.

SESI 3 : Di Nurse Station


1. Perawat shift pagi memberikan kesempatan untuk
mendiskusikan pasien yang dilihatnya.
“Silahkan jika ada kondisi pasien yang perlu didiskusikan
atau dipaparkan”.
2. Perawat shift pagi meminta perawat shit malam untuk
melaporkan inventarisasi obat dan fasilitas lain atau hal-hal
terkait lainnya yang perlu dilaporkan.
“Bagaimana dengan pelaporan yang lain?”
3. Perawat shift pagi memberikan reinforcement kepada
perawat shift malam.
“Terima kasih untuk perawat shift malam atas tugasnya”.
Perawat shift malam menutup operan dengan berdo’a. “Sebelum
kita memulai aktivitas, marilah berdo’a bersama- sama agar
diberikan kelancaran dalam melayani pasien”.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR  SUPERVISI KEPERAWATAN

Supervisi Kegiatan
Keperawatan
Pengertian Supervisi adalah suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya adalah
mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama (H. Burton, dalam
Pier AS, 1997:20). Supervisi keperawatan adalah suatu proses pemberian
sumber-sumber yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas dalam rangka
mencapai tujuan.
Tujuan Tujuan supervisi adalah pemenuhan dan peningkatan pelayananan pada
klien dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan, keterampilan dan
kemampuan perawat dalam melaksanakan tugas
Prinsip 1. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi.
2. Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, ketrampilan
hubungan antar manusia dan kemampuan menerapkan prinsip
manajemen dan kepemimpinan.
3. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisir dan dinyatakan
melalui petunjuk, peraturan, uraian tugas dan standart.
4. Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokrasi antara
supervisor dan pera'at pelaksana.
5. Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang
spesifik.
6. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi
efektif, kreativitas dan motivasi.
7. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam
pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat dan
manajer.
Pelaksana 1. Kepala Ruangan
a. Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan pada
klien di ruang perawatan
b. Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
c. mengawasi perawat pelaksana dalam melaksanakan praktek
keperawatan diruang perawatan
2. Pengawas perawatan
Bertanggung jawab dalam mensupervisi pelayanan pada kepala
ruangan yang ada di instalasinya.
3. Kepala seksi perawatan
Mengatasi instalasi dalam melaksanakan tugas secara langsung dan
seluruh perawat secara tidak  langsung.
Langkah/Prosedur 1. Pra supervisi
a. Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi.
b. Supervisor menetapkan tujuan
2. Supervisi
a. Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau
instrumen yang telah disiapkan.
b. Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan pembinaan.
c. Supervisor memanggil Perawat Primer dan Perawat Associste
untuk mengadakan pembinaan dan klarifkasi permasalahan.
d. Pelaksana supervisi dengan inspeksi, wawancara, dan
memvalidasi data sekunder
1) Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada.
2) Supervisor melakukan tanya jawab dengan Perawat Primer
dan Perawat Associate
3. Pasca Supervisi
a. Supervisor memberikan penilaian supervisi F-Fair
b. Supervisor memberikan feedback dan klarifikasi
c. supervisor memberikan reif)orcement dan follow up perbaikan
Peran & fungsi 1. Peran dan fungsi supervisor dalam supervisi adalah mempertahankan
keseimbangan pelayanan keperawatan dan manajemen sumber daya
yang tersedia, dengan lingkup tanggung jawab supervisor antara lain:
a. Menetapkan dan mempertahankan standar praktek keperawatan.
b. Menilai kualitas asuhan keperawatan dan pelayanan yang
diberikan.
c. Mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur
pelayanan keperawatan, kerjasama dengan tenaga kesehatan lain
yang terkait.
d. Manajemen anggaran
2. Manajemen keperawatan berperan aktif dalam membantu
perencanaan, dan pengembangan. Supervisor berperan dalam:
a. Membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan dengan dana
tahunan yg tersedia, mengembangkan tujuan unit yang dapat
dicapai sesuai tujuan RS.
b. Membantu mendapatkan informasi statistik untuk  perencanaan
anggaran keperawatan.
c. Memberi justifikasi proyeksi anggaran unit yang dikelola.
Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak dapat
terjadi begitu saja, tetapi memerlukan praktek dan evaluasi
penampilan agar dapat dijalankan dengan tepat. Kegagalan
supervisi dapat menimbulkan kesenjangan dalam pelayanan
keperawatan.
Teknik Supervisi 1. Proses supervisi keperawatan terdiri dari 3 elemen kelompok, yaitu:

a. Mengacu pada standar asuhan keperawatan.


b. Fakta pelaksanaan praktek keperawatan sebagai pembanding
untuk menetapkan pencapaian.
c. Tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan
kualitas asuhan.
2. Area Supervisi.
a. Pengetahuan dan pengertian tentang klien.
b. Keterampilan yang dilakukan disesuaikan dengan standar.
c. Sikap penghargaan terhadap pekerjaan misalnya kejujuran,
empati
3. Cara Supervisi
Supervisi dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu:
a. Langsung.
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang
berlangsung, dimana supervisor dapat terlibat dalam kegiatan,
feed back dan perbaikan. Adapun prosesnya adalah:
1) Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan
kepera'atan didampingi oleh supervisor.
2) Selama proses, supervisor dapat memberi dukungan,
reinforcement dan petunjuk.
3) Setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana melakukan
diskusi yang bertujuan untuk menguatkan yang telah sesuai
dan memperbaiki yang masih kurang. Reinforcement pada
aspek yang positi) sangat penting dilakukan oleh supervisor.
b. Supervisi secara tidak langsung Supervisi dilakukan melalui
laporan baik tertulis maupun lisan. Supervisor tidak melihat
langsung apa yang terjadi dilapangan sehingga mungkin terjadi
kesenjangan fakta. umpan balik dapat diberikan secara tertulis.

Anda mungkin juga menyukai