Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KONFERENSI KEPERAWATAN, TIMBANG TERIMA DAN


RONDE KEPERAWATAN

Dosen mata kuliah : Reni Astuti, S.Kep,Ns,M.Kep

OLEH :

ANDI ASLIANA

ANDI ZULDIANA

ENDANG JUNIARSI

INRIANI

NUR SYAMSI

RESKI ALFIANA

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA


TAHUN AJARAN 2022/2023
BAB 1
PRE CONFERENCE DAN POST CONFERENCE
A. Pengertian
Menurut Swanburg (2012), conference merupakan bentuk diskusi kelompok mengenai
beberapa aspek klinik. Sedangkan menurut Sain (2010), konferensi merupakan pertemuan
tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan
operan dinas pagi, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawatan.
1. Pre Conference
Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan
untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau
penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka Pre
conference ditiadakan. Isi Pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian)
dan tambahan rencana dari katim dan PJ tim (Modul MPKP, 2006). Pre conference
merupakan tahapan sebelum melakukan conference yang akan dilakukan oleh para
instruktur klinis dimana akan dijelaskan apa yang akan dilakukan sebelum melakukan
tindakan keperawatan.
2. Post Conference
Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan
sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi Post conference adalah
hasil askep tiap perawatan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference
adalah fase dimana dari hasil pembahasan dibuat evaluasi. Setiap perawat harus mampu
nmelakukan evaluasi dari setiap conference yang sudah dilaksanakan sehingga tahu apa
yang harus dilakukan berikutnya.

B. Tujuan
Tujuan conference secara umum adalah untuk menganalisa masalah-masalah secara kritis
dan menjabarkan alternatif penyelesaian masalah dan mendapatkan gambaran dari berbagai
situasi lapangan sehingga bisa menjadi bahan masukan untuk menyusun rencana sehingga
dapat meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan dan membantu
koordinasi dalam pemberian asuhan keperawatan sehingga tidak terjadi pengulangan asuhan
dan kebingungan bagi pemberi asuhan keperawatan.
1. Tujuan Pre conference
Tujuan pre conference menurut Modul MPKP (2006) yaitu :
a. Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien merencanakan asuhan
dan merencanakan evaluasi hasil
b. Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui dilapangan
c. Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien
d. Bagi mahasiswa yaitu menyiapkan mahasiswa untuk pembelajaran pada setting
klinik.
e. Menyiapkan mahasiswa untuk aktivitas penugasan klinik
f. Menyiapkan mahasiswa untuk pengalaman praktek klinik
2. Tujuan Post Conference
Tujuan post conference menurut Modul MPKP (2006) yaitu :
a. Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian masalah
b. Membandingkan masalah yang dijumpai
c. Mendiskusikan askep atau tindakan yang belum dilaksanakan

C. Syarat Pre dan Post Confrence


Syarat pre dan post confrence menurut Modul MPKP (2006) yaitu :
1. Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan dan post
conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan
2. Waktu efektif yang diperlukan 10-15 menit
3. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien, perencanaan
tindakan dan data-data yang perlu ditambahkan
4. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim

D. Pedoman pelaksanaan conference


Pedoman pelaksanaan conference menurut Modul MPKP (2006) yaitu :
1. Sebelum dimulai tujuan comfrence harus dijelaskan
2. Diskusi harus mencerminkan proses dan dinamika kelompok
3. Pemimpin mempunyai peran untuk menjaga fokus diskusi tanpa mendominasi dan
memberi umpan balik
4. Pemimpin harus merencanakan topik yang penting secara periodic
5. Ciptakan suasana diskusi yang mendukung peran serta pendapat yang berbeda
6. Ruangan diskusi diatur sehingga dapat tahap muka pada saat diskusi
7. Frekuensi pre-comfrence yaitu apakah dilakukan setiap hari sebelum praktek klinik atau
pada awal mahasiswa akan melaksanakan praktek klinik saja
8. Tingkat pengetahuan dan keterampilan mahasiswa menentukan seberapa sering
diperlukan fase pre-conference
9. Waktu yang diperlukan untuk setiap mahasiswa seharusnya sama atau mungkin dapat
diperpanjang. Cara lebih efektif dengan penggunaan waktu sekitar 20 menit sampai satu
jam untuk diskusi
10. Waktu apakah dilakukan setiap hari, jam tujuh misalnya sebelum praktek klinik
11. Lokasi terdapat keuntungan apabila pre-confrence dilakukan pada lokasi yang
berdekatan dengan tempat praktek. Salah satu keuntungannya adalah mengurangi
jumlah waktu yang diperlukan untuk pergi ke lahan praktek. Perlu di ingat bahwa
keadaan fisik yang nyaman atau baik dari sisi mahasiswa adalah kondisi yang baik bagi
proses belajar mengajar termasuk untuk praktek klinik
12. Bila kemungkinan libatkan staf ruangan tempat praktek untuk menjelaskan dan
negosiasi program dalam hubungannya dengan penggunaan fasilitas yang ada
13. Pada saat menyimpulkan comfrence ringkasan diberikan oleh pemimpin dan
kesesuaiannya dengan situasi lapangan.

E. Tuntutan yang Harus Dipenuhi dalam Pelaksanaan Pre dan Post Conference
Tuntutan yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan pre dan post conference menurut Modul
MPKP (2006) yaitu :
1. Tujuan yang telah dibuat dalam conference seharusnya dikonfirmasikan terlebih dahulu
2. Diskusikan yang dilakukan seharusnya merefleksikan prinsip-prinsip kelompok yang
dinamis
3. Instruktur klinis memiliki peran dalam kelangsungan diskusi dengan berpegang kepada
fokus yang dibicarakan, tanpa mendomisilinya dan memberikan umpan balik yang
diperlukan secara tepat
4. Instruktur klinis harus memberikan penekanan-penekanan pada poin-poin penting
selama diskusi berlangsung
5. Atmosfer diskusi seharusnya mendukung bagi partisipasi kelompok, mengandung
keinginan anggota diskusi untuk memberikan responsnya dan menerima pendapat atau
pandangan yang berbeda untuk selanjutnya mencari persamaannya
6. Besar kelompok seharusnya dibatasi 10-20 orang untuk memelihara pertukaran ide-ide
yang ade kuat diantara mereka
7. Usahakan antara anggota kelompok dapat bertatapan langsung (face to face)
8. Pada kesimpulan akhir dari comfrence ringkasan dan kesimpulan seharusnya berikan
oleh instruktur klinis atau siswa dengan mengacu pada tujuan pembelajaran dan sifat
applicability pada situasi dan kondisi yang lain

F. Kegiatan Ketua Tim pada Fase Pre dan Post Conference


Kegiatan ketua tim pada fase pre dan post conference menurut Modul MPKP (2006) yaitu :
1. Fase Pre Conference
a. Ketua tim atau pj tim membuka acara
b. Ketua tim atau pj tim menanjakan rencana harian masing-masing perawat
pelaksanaan
c. Ketua tim atau pj tim memberikan masukan dan tindakan lanjut terkait dengan
asuhan yang diberikan saat itu
d. tim atau pj tim memberikan reinforcement
e. Ketua tim atau pj tim menutup acara
2. Fase Post Conference
a. Ketua tim atau pj tim membuka acara
b. Ketua tim atau pj tim menanyakan kendala dalam asuhan yang telah diberikan
c. Ketua tim atau pj tim yang menanyakan tindak lanjut asuhan klien yang harus
dioperkan kepada perawat shift berikutnya
d. Ketua tim atau pj tim menutup acara
BAB II
TIMBANG TERIMA
A. Pengertian timbang terima
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan
dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang terima
dilakukan oleh kepala ruang, perawat primer (PP), dan perawat associate (PA). Kepala ruang
memiliki peran yaitu; sebagai konsultan dan pengendali mutu perawat primer, mengorientasi
dan merencanakan karyawan baru, menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan kepada
perawat primer, evaluasi kerja, dan merencanakan atau menyelenggarakan pengembangan
staf. Peran perawat primer yaitu sebagai berikut; menerima klien dan mengkaji kebutuhan
pasien secara komprehensif, membuat tujuan dan merencanakan keperawatan, melaksanakan
rencana yang telah dibuat, mengkomunikasikan dan mengoordinasikan pelayanan yang
diberikan oleh disiplin lain atau perawat, menerima dan menyesuaikan rencana asuhan,
menyiapkan penyuluhan untuk pasien pulang, menyiapkan rujukan kepada tim pelayanan
kesehatan terkait, dan mengadakan kunjungan rumah bila perlu (Nursalam, 2014).
Timbang terima pasien dirancang sebagai salah satu metode untuk memberikan
informasi yang relevan pada tim perawat setiap pergantian shift sebagai petunjuk praktik
memberikan informasi mengenai kondisi terkini pasien, tujuan pengobatan, rencana
perawatan serta menentukan prioritas pelayanan (Rushtom, 2015).
Peran perawat associate adalah melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan
rencana yang telah disusun oleh perawat primer (PP). Kegiatan timbang terima dilakukan
jika terdapat semua perawat berkumpul terutama saat pagi dipimpin oleh kepala ruang.
Perawat pada shift malam melaporkan pasien yang menjadi tanggung jawabnya kepada shift
pagi disertai pencatatan di buku operan. Pelaksanaan shift tersebut apabila telah selesai,
perawat langsung kembali ke pasien dan melaksanakan tugasnya (Nursalam, 2014).

B. Tujuan timbang terima


Tujuan timbang terima adalah sebagai berikut:
1. Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien.
2. Menyampaikan hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya.
3. Tersusun rencana kerja untuk dinas berikutnya (Hidayah, 2014).

C. Manfaat timbang terima


Manfaat timbang terima dibagi menjadi 2 sebagai berikut :
1. Manfaat bagi perawat
a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
b. Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggungjawab antar perawat.
c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan.
d. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna.
2. Manfaat bagi pasien
Pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum terungkap
(Nursalam, 2014).

D. Prinsip timbang terima


Friesen, White dan Byers (2009) memperkenalkan enam standar prinsip timbang terima
pasien, yaitu :
1. Kepemimpinan dalam timbang terima pasien
Semakin luas proses timbang terima (lebih banyak peserta dalam kegiatan
timbang terima), peran pemimpin menjadi sangat penting untuk mengelola timbang
terima pasien di klinis. Pemimpin harus memiliki pemahaman yang komprehensif dari
proses timbang terima pasien dan perannya sebagai pemimpin. Tindakan segera harus
dilakukan oleh pemimpin pada eskalasi pasien yang memburuk.
2. Pemahaman tentang timbang terima pasien
Mengatur sedemikian rupa agar timbul suatu pemahaman bahwa timbang terima
pasien harus dilaksanakan dan merupakan bagian penting dari pekerjaan sehari-hari dari
perawat dalam merawat pasien. Memastikan bahwa staf bersedia untuk menghadiri
timbang terima pasien yang relevan untuk mereka. Meninjau jadwal dinas staf klinis
untuk memastikan mereka hadir dan mendukung kegiatan timbang terima pasien.
Membuat solusi-solusi inovatif yang diperlukan untuk memperkuat pentingnya
kehadiran staf pada saat timbang terima
3. Peserta yang mengikuti timbang terima pasien
Mengidentifikasi dan mengorientasikan peserta, melibatkan mereka dalam
tinjauan berkala tentang proses timbang terima pasien. Mengidentifikasi staf yang harus
hadir, jika memungkinkan pasien dan keluarga harus dilibatkan dan dimasukkan sebagai
peserta dalam kegiatan timbang terima pasien. Dalam tim multidisiplin, timbang terima
pasien harus terstruktur dan memungkinkan anggota multiprofesi hadir untuk pasiennya
yang relevan.
4. Waktu timbang terima pasien
Mengatur waktu yang disepakati, durasi dan frekuensi untuk timbang terima
pasien. Hal ini sangat direkomendasikan, dimana strategi ini memungkinkan untuk
dapat memperkuat ketepatan waktu. Timbang terima pasien tidak hanya pada pergantian
jadwal kerja, tapi setiap kali terjadi perubahan tanggung jawab misalnya ketika pasien
diantar dari bangsal ke tempat lain untuk suatu pemeriksaan. Ketepatan waktu timbang
terima sangat penting untuk memastikan proses perawatan yang berkelanjutan, aman
dan efektif.
5. Tempat timbang terima pasien
Sebaiknya, timbang terima pasien terjadi secara tatap muka dan di sisi tempat
tidur pasien. Jika tidak dapat dilakukan, maka pilihan lain harus dipertimbangkan untuk
memastikan timbang terima pasien berlangsung efektif dan aman. Untuk komunikasi
yang efektif, pastikan bahwa tempat timbang terima pasien bebas dari gangguan
misalnya kebisingan di bangsal secara umum atau bunyi alat telekomunikasi.
6. Proses timbang terima pasien
a. Standar protokol
Standar protokol harus jelas mengidentifikasi pasien dan peran peserta, kondisi
klinis dari pasien, daftar pengamatan/pencatatan terakhir yang paling penting, latar
belakang yang relevan tentang situasi klinis pasien, penilaian dan tindakan yang
perlu dilakukan.
b. Kondisi pasien memburuk
Pada kondisi pasien memburuk, meningkatkan pengelolaan pasien secara cepat dan
tepat pada penurunan kondisi yang terdeteksi.
c. Informasi kritis lainnya
Prioritaskan informasi penting lainnya, misalnya: tindakan yang luar biasa, rencana
pemindahan pasien, kesehatan kerja dan risiko keselamatan kerja atau tekanan yang
dialami oleh staf.

E. Prosedur timbang terima


Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana
Persiapan 1. Timbang terima dilaksanakan 5 menit Nurse Perawat
setiap pergantian shift/operan. Station primer
2. Prinsip timbang terima, semua dan
pasien baru masuk dan pasien perawat
yang dilakukan timbang terima associate
khususnya pasien yang memiliki
permasalahan yang belum/dapat
teratasi serta yang membutuhkan
observasi lebih lanjut.
3. PA/PP menyampaikan timbang
terima kepada PP (yang
menerima pendelegasian)
berikutnya, hal yang perlu
disampaikan dalam timbang
terima :
a. Aspek umum yang meliputi :
MI s/d MS
b. Jumlah pasien
c. Identitas pasien dan diagnosa
medis
d. Data (keluhan/subjektif dan
objektif)
e. Masalah keperawatan yang
masih muncul
f. Intervensi keperawatan yang
sudah dan belum dilaksanakan
(secara umum)
g. Intervensi kolaboratif dan
dependen
h. Rencana umum dan persiapan
yang perlu dilakukan
(persiapan operasi,
pemeriksaan penunjang, dan
program lainnya).

Pelaksanaan Nurse Station 10 menit Nurse Kepala


1. Kedua kelompok dinas sudah Station & ruang,
siap (shift jaga). Bed pasien perawat
2. Kelompok yang akan bertugas primer,
menyiapkan buku catatan. dan
3. Kepala ruang membuka acara perawat
timbang terima. associate
4. Penyampaian yang jelas, singkat
dan padat oleh perawat jaga
(NIC).
5. Perawat jaga shift selanjutnya
dapat melakukan klarifikasi,
tanya jawab dan melakukan
validasi terhadap hal-hal yang
telah ditimbang terimakan dan
berhak menanyakan mengenai
hal-hal yang kurang jelas.

Di Bed Pasien
1. Kepala ruang menyampaikan
salam dan PP menanyakan
kebutuhan dasar pasien.
2. Perawat jaga selanjutnya
mengobservasi secara penuh
terhadap masalah keperawatan,
kebutuhan, dan tindakan yang
telah/ belum dilaksanakan, serta
hal-hal penting lainnya selama
masa perawatan.
3. Hal-hal yang sifatnya khusus
dan memerlukan perincian yang
matang sebaiknya dicatat secara
khusus untuk kemudian
diserahterimakan kepada
petugas berikutnya.

Post-timbang 1. Diskusi 5 menit Nurse Kepala


terima 2. Pelaporan untuk timbang terima Station ruang,
dituliskan secara langsung pada perawat
format timbang terima yang primer,
ditandatangani oleh PP yang jaga dan
saat itu dan PP yang jaga perawat
berikutnya diketahui oleh Kepala associate
Ruang.
3. Ditutup oleh KARU.

F. Hal-hal yang perlu di perhatikan


Hal-hal yang perlu diperhatikan selama timbang terima sebagai berikut :
1. Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian shift.
2. Dipimpin oleh kepala ruang atau perawat primer (PP).
3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas.
4. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan menggambarkan
kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.
5. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien.
6. Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume suara yang cukup
sehingga pasien di sebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia bagi pasien.
Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung di dekat
pasien.
7. Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock sebaiknya dibicarakan di
nurse station (Nursalam, 2014).
G. Metode dalam timbang terima
Menurut Joint Commission for Transforming Healthcare (2014), menyusun pedoman
implementasi untuk timbang terima sebagai berikut :
1. Interaksi dalam komunikasi harus memberikan peluang untuk adanya pertanyaan dari
penerima informasi tentang informasi pasien.
2. Informasi tentang pasien yang disampaikan harus up to date meliputi terapi, pelayanan,
kondisi dan kondisi saat ini serta yang harus diantisipasi.
3. Proses verifikasi harus ada tentang penerimaan informasi oleh perawat penerima dengan
melakukan pengecekan dengan membaca, mengulang atau mengklarifikasi.
4. Penerima harus mendapatkan data tentang riwayat penyakit, termasuk perawatan dan terapi
sebelumnya.
5. Handover tidak dapat disela dengan tindakan lain untuk meminimalkan kegagalan informasi
atau terlupa.

H. Evaluasi dalam timbang terima


Menurut Nursalam (2014) evaluasi dalam timbang terima sebagai berikut: enurut Nursalam
(2014) evaluasi dalam timbang terima sebagai berikut:
1. Evaluasi Struktur (Input).
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia antara lain:
catatan timbang terima, status pasien dan kelompok sif timbang terima. Kepala
ruang/Nurse in charge (NIC) memimpin kegiatan timbang terima yang dilaksanakan
pada pergantian sif yaitu malam ke pagi, pagi ke sore. Kegiatan timbang terima pada sif
sore ke malam dipimpim oleh perawat primer yang bertugas saat itu.
2. Evaluasi Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruang dan dilaksanakan oleh seluruh
perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti sif. Perawat primer mengoperkan
ke perawat primer berikutnya yang akan mengganti sif. Timbang terima pertama
dilakukan di nurse station kemudian ke ruang perawatan pasien dan kemabali lagi ke
nurse station. Isi timbang terima mencakup jumlah pasien, diagnosis keperawatan,
intervensi yang belum/sudah dilakukan.
3. Evaluasi Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian sif. Setiap perawat dapat
mengetahui perkembangan pasien. Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.

I. Sistem pendokumentasian timbang terima dengan SBAR


SBAR merupakan kerangka acuan dalam pelaporan kondisi pasien yang memerlukan
perhatian atau tindakan segera. Sistem pendokumentasian timbang terima dengan SBAR
sebagai berikut :
1. S: Situation (Kondisi Terkini yang Terjadi pada Pasien)
a. Sebutkan nama pasien, umur, tanggal masuk, dan hari perawatan, serta dokter yang
merawat.
b. Sebutkan diagnosis medis dan masalah keperawatan yang belum atau sudah
teratasi/keluhan utama.
2. B: Background (Info Penting yang Berhubungan dengan Kondisi Pasien Terkini )
a. Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respons pasien dari setiap diagnosis
keperawatan.
b. Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat invasif, dan obat-
obatan termasuk cairan infus yang digunakan.
c. Jelaskan pengetahuan pasien dan keluarga terhadap diagnosis medis.
3. A: Assessment (Hasil Pengkajian dari Kondisi Pasien Saat Ini)
a. Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkiniseperti tanda vital,skor nyeri,
tingkat kesadaran, braden score, status restrain, risiko jatuh, pivas score, status
nutrisi, kemampuan eliminasi, dan lainlain.
b. Jelaskan informasi klinik lain yang mendukung.
4. R: Recommendation
Rekomendasikan intervensi keperawatan yang telah dan perlu dilanjutkan (refer to
nursing care plan) termasuk discharge planning dan edukasi pasien dan keluarga
(Nursalam, 2013).

J. Hal- hal yang perlu diperhatikan sebelum serah terima pasien


1. Dapatkan pengkajian kondisi pasien terkini.
2. Kumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan dengan kondisi pasien yang akan
dilaporkan.
3. Pastikan diagnosis medis pasien dan prioritas masalah keperawatan yang harus dilanjutkan.
4. Baca dan pahami catatan perkembangan terkini dan hasil pengkajian perawat sif
sebelumnya.
5. Siapkan medical record pasien pasien termasuk rencana perawatan hariannya (Nursalam,
2014).
BAB III
RONDE KEPERAWATAN
A. Pengertian Ronde Keperawatan
Didalam ronde keperawatan terjadi proses interaksi antara perawat dengan perawat,
perawat dengan pasien. Kozier et al. (2004) menyatakan bahwa ronde keperawatan
merupakan prosedur dimana dua atau lebih perawat mengunjungi pasien untuk mendapatkan
informasi yang akan membantu dalam merencanakan pelayanan keperawatan dan
memberikan kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan masalah keperawatannya serta
mengevaluasi pelayanan keperawatan yang telah diterima pasien.
Ronde keperawatan merupakan proses interaksi antara pengajar dan perawat atau
siswa perawat dimana terjadi proses pembelajaran. Ronde keperawatan dilakukan oleh
teacher nurse atau head nurs dengan anggota stafnya atau siswa untuk pemahaman yang
jelas tentang penyakit dan efek perawatan untuk setiap pasien (Clement, 2011).
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan untuk mengatasi keperawatan klien yang
dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan pasien untuk membahas & melaksanakan
asuhan keperawatan, yang dilakukan oleh Perawat Primer dan atau konsuler, kepala ruang,
dan Perawat pelaksana, serta melibatkan seluruh anggota tim. Ronde keperawatan
merupakan suatu metode pembelajaran klinik yang memungkinkan peserta didik
mentransfer dan mengaplikasikan pengetahuan teoritis ke dalam peraktik keperawatan
secara langsung.

B. Karakteristik ronde keperawatan


Ronde keperawatan mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut ini:
1. Klien dilibatkan secara langsung
2. Klien merupakan fokus kegiatan
3. Perawat aosiaet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama
4. Kosuler memfasilitasi kreatifitas
5. Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet, perawat
6. Primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah

C. Tujuan Ronde Keperawatan


Tujuan dari pelaksanaan ronde keperawatan terbagi menjadi 2 yaitu: tujuan bagi perawat dan
tujuan bagi pasien. Tujuan ronde keperawatan bagi perawat menurut Armola et al. (2010)
adalah:
1. Melihat kemampuan staf dalam managemen pasien
2. Mendukung pengembangan profesional dan peluang pertumbuhan
3. Meningkatkan pengetahuan perawat dengan menyajikan dalam format studi kasus
4. Menyediakan kesempatan pada staf perawat untuk belajar meningkatkan penilaian
keterampilan klinis
5. Membangun kerjasama dan rasa hormat, serta
6. Meningkatkan retensi perawat berpengalaman dan mempromosikan kebanggaan dalam
profesi keperawatan
Ronde keperawatan selain berguna bagi perawat juga berguna bagi pasien. Hal ini
dijelaskan oleh Clement (2011) mengenai tujuan pelaksanaan ronde keperawatan bagi
pasien, yaitu:
1. Untuk mengamati kondisi fisik dan mental pasien dan kemajuan hari ke hari
2. Untuk mengamati pekerjaan staff
3. Untuk membuat pengamatan khusus bagi pasien dan memberikan laporan kepada dokter
mengenai, missal: luka, drainasi, perdarahan, dsb.
4. Untuk memperkenalkan pasien ke petugas dan sebaliknya
5. Untuk melaksanakan rencana yang dibuat untuk perawatan pasien
6. Untuk mengevaluasi hasil pengobatan dan kepuasan pasien
7. Untuk memastikan bahwa langkah-langkah keamanan yang diberikan kepada pasien
8. Untuk memeriksakan kondisi pasien sehingga dapat dicegah, seperti ulcus decubitus,
foot drop, dsb
9. Untuk membandingkan manifestasi klinis penyakit pada pasien sehingga perawat
memperoleh wawasan yang lebih baik
10. Untuk memodifikasi tindakan keperawatan yang diberikan

D. Manfaat Ronde Keperawatan


Banyak manfaat dengan dilakukannya ronde keperawatan oleh perawat, diantaranya:
1. Ronde keperawatan dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan pada perawat.
Clement (2011) menyebutkan manfaat ronde keperawatan adalah membantu
mengembangkan keterampilan keperawatan, selain itu menurut Wolak et al. (2008)
denga adanya ronede keperawatan akan menguji pengetahuan perawat. Peningkatan ini
bukan hanya keterampilan dan pengetahuan keperawatan saja, tetapi juga peningkatan
secara menyeluruh. Hal ini dijelaskan oleh Wolak et al. (2008) peninkatan kemampuan
perawat bukan hanya keterampilan keperawatan tetapi juga memberikan kesempatan
pada perawat untuk tumbuh dan berkembang secara profisonal.
2. Melalui kegiatan ronde keperwatan, perawat dapat mengevaluasi kegiatan yang telah
diberikan pada pasien berhasil atau tidak. Clement (2011) melalui ronde keperawatan,
evaluasi kegiatan,rintangan yang dihadapi oelh perawat atau keberhasilan dalam asuhan
keperawatan dapat dinilai. Hal ini juga ditegaskan oleh O’connor (2006) pasien sebagai
alat untuk menggambarkan parameter penilaian atau teknik intervensi.
3. Ronde keperawatan merupakan sarana belajar bagi perawat dan mahasiswa perawat.
Ronde keperawatan merupakan studi percontohan yang menyediakan sarana untuk
menilai pelaksanaan keperawatan yang dilakukan oleh perawat (Wolak et al, 2008).
Sedangkan bagi mahasiswa perawat dengan ronde keperawatan akan mendapat
pengalaman secara nyata dilapangan (Clement, 2011).
4. Manfaat ronde keperawatan yang lain adalah membanu mengorientasikan perawat baru
pada pasien. Banyak perawat yang baru masuk tidak mengetahui mengenai pasien yang
dirawat di ruangan. Dengan ronde keperawatan hal ini bisa dicegah, ronde keperwatan
membantu mengorientasikan perawat baru pada pasien (Clement, 2011).
5. Ronde keperawatan juga meningkatkan kepuasan pasien. Penelitian Febriana (2009)
ronde keperwatan meningkatkan kepuasan pasien lima kali dibanding tidak lakukan
ronde keperawatan. Chaboyer et al. (2009) dengan tindakan ronde keperawatan
menurunkan angka insiden pada pasien yang dirawat.

E. Tipe-tipe Ronde
Berbagai macam tipe ronde keperawatan dikenal dalam studi kepustakaan. Diantaranya
adalah menurut Close dan Castledine (2005) ada empat tipe ronde yaitu matrons’ rounds,
nurse management rounds, patient comfort rounds dan teaching nurse.
1. Matron nurse menurut Close dan Castledine (2005) seorang perawat berkeliling ke
ruangan-ruangan, menanyakan kondisi pasien sesuai jadwal rondenya. Yang dilakukan
perawat ronde ini adalah memeriksa standart pelayanan, kebersihan dan kerapihan, dan
menilai penampilan dan kemajuan perawat dalam memberikan pelayanan pada pasien.
2. Nurse management rounds menurut Close dan Castledine (2005) ronde ini adalah ronde
manajerial yang melihat pada rencana pengobatan dan implementasi pada sekelompok
pasien. Untuk melihat prioritas tindakan yang telah dilakukan serta melibatkan pasien
dan keluarga pada proses interaksi. Pada ronde ini tidak terjadi proses pembelajaran
antara perawat dan head nurse.
3. Patient comport nurse menurut Close dan Castledine (2005) ronde disini berfokus pada
kebutuhan utama yang diperlukan pasien di rumah sakit. Fungsi perawat dalam ronde
ini adalah memenuhi semua kebutuhan pasien. Misalnya ketika ronde dilakukan
dimalam hari, perawat menyiapkan tempat tidur untuk pasien tidur.
4. Teaching rounds menurut Close dan Castledine (2005) dilakukan antara teacher nurse
dengan perawat atau mahasiswa perawat, dimana terjadi proses pembelajaran. Teknik
ronde ini biasa dilakukan oleh perawat atau mahasiswa perawat. Dengan pembelajaran
langsung. Perawat atau mahasiswa dapat langsung mengaplikasikan ilmu yang didapat
langsung pada pasien.
Daniel (2004) walking round yang terdiri dari nursing round, physician-nurse rounds
atau interdisciplinary rounds. Nursing rounds adalah ronde yang dilakukan antara perawat
dengan perawat. Physician-nurse adalah ronde pada pasien yang dilakukan oleh dokter
dengan perawat, sedangkan interdisciplinary rounds adalah ronde pada pasien yang
dilakukan oleh berbagai macam tenaga kesehatan meliputi dokter, perawat, ahli gizi serta
fisioterapi, dsb.
F. Tahapan Ronde Keperawatan
Ramani (2003), tahapan ronde keperawatan adalah :
1. Pre-rounds, meliputi: preparation (persiapan), planning (perencanaan), orientation
(orientasi).
2. Rounds, meliputi: introduction (pendahuluan), interaction (interaksi), observation
(pengamatan), instruction (pengajaran), summarizing (kesimpulan).
3. Post-rounds, meliputi: debriefing (tanya jawab), feedback (saran), reflection (refleksi),
preparation (persiapan).

Langkah-langkah Ronde Keperawatan adalah sebagai berikut:


1. Persiapan
a. Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde.
b. Pemberian inform consent kepada klien/ keluarga.
2. Pelaksanaan
a. Penjelasan tentang klien oleh perawat primer dalam hal ini penjelasan difokuskan
pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan/ telah dilaksanakan dan
memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
b. Diskusikan antar anggota tim tentang kasus tersebut.
c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer/ perawat konselor/ kepala ruangan
tentang masalah klien serta tindakan yang akan dilakukan.
d. Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan ditetapkan.
3. Pasca Ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menetapkan
tindakan yang perlu dilakukan.
4. Kriteria Evaluasi
Kriteria evaluasi pada pelaksanaan ronde keperawatan adalah sebagai berikut.
a. Struktur
1) Persyaratan administratif (informed consent, alat dan lainnya).
2) Tim ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde keperawatan.
3) Persiapan dilakukan sebelumnya.
b. Proses
1) Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
2) Seluruh perserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah
ditentukan.
c. Hasil
1) Klien merasa puas dengan hasil pelayanan.
2) Masalah klien dapat teratasi.
3) Perawat dapat :
a) Menumbuhkan cara berpikir yang kritis.
b) Meningkatkan cara berpikir yang sistematis.
c) Meningkatkan kemampuan validitas data klien.
d) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.

G. Hal Yang Dipersiapkan Dalam Ronde Keperawatan


Supaya ronde keperawatan yang dilakukan berhasil, maka bisa dilakukan persiapan sebagai
berikut:
1. Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah yang langka).
2. Menentukan tim ronde keperawatan.
3. Mencari sumber atau literatur.
4. Membuat proposal.
5. Mempersiapkan klien : informed consent dan pengkajian.
6. Diskusi : apa diagnosis keperawatan ?; Apa data yang mendukung ?; Bagaimana
intervensi yang sudah dilakukan?; Apa hambatan yang ditemukan selama perawatan?

H. Komponen Terlibat Dalam Ronde Keperawatan


Komponen yang terlibat dalam kegiatan ronde keperawatan ini adalah perawat primer dan
perawat konselor, kepala ruangan, perawat associate, yang perlu juga melibatkan seluruh
anggota tim kesehatan lainnya.
1. Peran Ketua Tim dan Anggota Tim
a. Menjelaskan keadaan dan data demografi klien.
b. Menjelaskan masalah keperawata utama.
c. Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan.
d. Menjelaskan tindakan selanjutnya.
e. Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.
2. Peran Ketua Tim Lain dan/Konselor
a. Perawat primer (ketua tim) dan perawat asosiet (anggota tim)
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang bisa
untuk memaksimalkan keberhasilan yang bisa disebutkan antara lain :
1) Menjelaskan keadaan dan adta demografi klien
2) Menjelaskan masalah keperawatan utama
3) Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan
4) Menjelaskan tindakan selanjtunya
5) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil
b. Peran perawat primer (ketua tim) lain dan atau konsuler
1) Memberikan justifikasi
2) Memberikan reinforcement
3) Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta tindakan
yang rasional
4) Mengarahkan dan koreksi
5) Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari
Selain perawat, pasien juga dilibatkan dalam kegiatan ronde keperawatan ini untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan.

Kriteria Pasien
Pasien yang dipilih untuk yang dilakukan ronde keperawatan adalah pasien yang
memiliki kriteria sebagai berikut :
a. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan
tindakan keperawatan
b. Pasien dengan kasus baru atau langka.
BAB IV
PENUTUP
Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan
untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab
tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka Pre conference ditiadakan. Isi Pre
conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian) dan tambahan rencana dari katim dan PJ
tim (Modul MPKP, 2006). Pre conference merupakan tahapan sebelum melakukan conference
yang akan dilakukan oleh para instruktur klinis dimana akan dijelaskan apa yang akan dilakukan
sebelum melakukan tindakan keperawatan.

Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan
sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi Post conference adalah hasil askep
tiap perawatan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference adalah fase dimana
dari hasil pembahasan dibuat evaluasi. Setiap perawat harus mampu nmelakukan evaluasi dari
setiap conference yang sudah dilaksanakan sehingga tahu apa yang harus dilakukan berikutnya.

Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang terima dilakukan
oleh kepala ruang, perawat primer (PP), dan perawat associate (PA). Kepala ruang memiliki
peran yaitu; sebagai konsultan dan pengendali mutu perawat primer, mengorientasi dan
merencanakan karyawan baru, menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan kepada perawat
primer, evaluasi kerja, dan merencanakan atau menyelenggarakan pengembangan staf.

Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan untuk mengatasi keperawatan klien yang
dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan pasien untuk membahas & melaksanakan asuhan
keperawatan, yang dilakukan oleh Perawat Primer dan atau konsuler, kepala ruang, dan Perawat
pelaksana, serta melibatkan seluruh anggota tim. Ronde keperawatan merupakan suatu metode
pembelajaran klinik yang memungkinkan peserta didik mentransfer dan mengaplikasikan
pengetahuan teoritis ke dalam peraktik keperawatan secara langsung.

Anda mungkin juga menyukai