Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

OBSERVASI MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANGAN SAPHIRE


RSUD UNIVERSITAS TANJUNGPURA

Alissa Sri Aulya SR19213015


Aryan Roshandi SR19213011
Cici Fira Sagita SR19213010
Lila Adawiya SR19213016
Nadila Fatureisha SR19213013
Nuratika SR19213014
Retno Aldita Mellyani SR19213009
Tri Winarni SR19213012

PROGRAM STUDI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN MUHAMMADIYAH
KALIMANTAN BARAT
2022/2023
BAB I
LATAR BELAKANG

A. LATAR BELAKANG
Manajemen keperawatan secara singkat diartikan sebagai proses
pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staf kepeawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada pasien
atau keluarga serta masyarakat (Agus, 2020).
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses menyelesaikan suatu
pekerjaan melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan dengan menggunakan sumber daya secara efektif, efisien, dan
rasional dalam memberikan pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang
komprehensif pada individu, keluarga, dan masyarakat, baik yang sakit
maupun yang sehat melalui proses keperawatan untuk mencapai tujuan yang
telah di tetapkan (Asmuji, 2014).
Dalam menjalankan tugasnya perawat harus memastikan perawatan yang
professional, efisien dan berkelanjutan sesuai dengan kondisi kesehatan
pasien, konferensi dikenal dengan beberapa metode dalam pelayanan
keperawatan, salah satu diantaranya yaitu metode tim. Metode tim digunakan
dengan metode kerja tim, metode tim sebelum dan sesudah rapat, yaitu hasil
diskusi dalam perencanaan asuhan, penulisan dan evaluasi hasil.
Menurut Swanbug (2012), Conference adalah jenis diskusi kelompok
tentang berbagai aspek klinik. Conference adalah pertemuan tim yang terjadi
setiap hari dan pertemuan dilakukan sesuai dengan jadwal perawatan sebelum
atau sesudah operan dinas pagi, siang, dan sore.
Menurut modul MPKP (2016) dalam Masruroh (2020) pre-conference
adalah komunikasi katim dan perawatn pelaksana setelah selesai operan untuk
rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau
penanggung jawab tim. Jika yang dinas ada tim tersebut hanya satu orang,
maka pre-conference ditiada kan, isi pre-conference adalah rencana tiap
perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari katim dan PJ tim.

2
Menurut modul MPKP (2016) dalam Masruroh (2020) post-conference
adalah komunikasi katim dan perawatan pelaksana tentang hasil kegiatan
sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikutnya. Isi post-
conference adalah hasil askep tiap perawatan dan hal penting untuk operan
(tindak lanjut). Post-conference dipimpin oleh katim atau PJ tim.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk dapat menerapkan pelaksanaan pre-conference dan post-
conference keperawatan di Ruangan Shapire Rumah Sakit Universitas
Tanjungpura.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami konsep pre dan post conference di Ruang Shapire
Rumah Sakit Universitas Tanjungpura.
b. Mampu melakukan pengkajian manajemen keperawatan terkait dalam
pelaksanaan pre dan post conference di Ruangan Shapire Rumah Sakit
Universitas Tanjungpura.
c. Merencanakan desiminasi ilmu dari 3 jurnal terkait dengan
pelaksanaan pre dan post conference di Ruangan Shapire Rumah Sakit
Universitas Tanjungpura.
d. Mampu melakukan monitoring dan evaluasi penerapan pre dan post
conference di Ruangan Shapire Rumah Sakit Universitas Tanjungpura.
e. Mampu mendokumentasikan penerapan pre dan post conference di
Ruangan Shapire Rumah Sakit Universitas Tanjungpura.

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak manajemen rumah sakit dalam
meningkatkan pelayaan asuhan keperawatan yang optimal dan sebagai
evaluasi pelaksanaan pre dan post conference disetiap ruangan
khususnya di Ruangan Shapire Rumah Sakit Universitas Tanjungpura.

3
2. Bagi Perawat Ruangan
a. Melalui makalah manajemen keperawatan dapat diketahui
bahwa pre dan post conference sangat bermanfaat untuk
berkesinambungan dalam asuhan keperawatan.
b. Dalam tercapainya kepuasan kerja yang optimal.
c. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas disiplin dari perawat.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan gambaran tentang
pengelolaan ruangan dengan pelaksanaan model MPKP: Metode Tim
dalam pelaksanaan pre dan post conference.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Conference
Conference adalah diskusi kelompok tentang aspek klinik dan kegiatan
konsultasi (Syah Putra, C, 2016). Menurut Dewi (2019), conference
merupakan peretemuan tim yang dilakukan setiap hari. Coference sebelum
atau setelah melakukan operan dinas, sore atau malam sesuai dengan
jadwal dinas perawatan pelaksanaan. Conference sebaiknya dilakukan di
tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan luar.
B. Tujuan Conference
Meningkatkan dan mempertahankan kualitas asuhan keperawatan pada
pasien selama 24 jam terus menerus selama pasien dirawat.
C. Pedoman Pelaksanaan Conference
Menurut Arwani dalam Amalia (2015), pedoman pelaksanaan conference
sebagai berikut :
1. Sebelum conference dimulai, tujuan conference harus dijelaskan
2. Diskusi harus mencerminkan proses dan dinamika kelompok
3. Pemimpin mempunyai peran untuk menjaga fokus diskusi tanpa
mengintimidasi dan memberi umpan balik. Pemimpin harus merencanakan
topik yang penting secara periodik
Waktu yang digunakan 20 - 30 menit
5. Ciptakan suasana diskusi yang mendukung peran serta, keinginan
mengambil tanggungjawab dan menerima pendekatan serta pendapat yang
berbeda
6. Ruang diskusi diatur sehingga dapat tatap muka pada sat diskusi
7. Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil
evaluasi
kemarin dan konsisi klien yang dilakukan ole dinas malam
8. Perawat primer mendiskusikan dan mengarahkan perawat pelaksana
tentang masalah yang terkait dengan keperawatan klien

5
9. Mengingatkan kembali stndar prosedur yang ditetapkan
10. Meningkatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran dan
kemajuan masing - masing perawat pelaksana
11. Membantu perawat pelaksana menyelesaikan masalah yang tidak dapat
diselesaikan
12. Pada sat menyimpulkan conference ringkasan diberikan oleh
pemimpin dan kesesuaiannya dengan situasi lapangan

D. Definisi Pre Conference


Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah
selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin
oleh ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika dinas pada pada tim
tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre
conference adalah rencanatiap perawat (renaca harian), dan tambahan
rencana dari katim dan PJ tim (Dewi, 2019).

E. Tujuan Pre Conference


Manurung (2011) menjelaskan terkait tujuan dari pre conference yaitu :
1. Membantu untuk mengidentifikasi masalah - masalah pasien,
merencanakan
asuhan kenerawatan dan merencanakan evaluasi hasil
2. Mempersiapkan hal - hal yang akan ditemui di lapangan
3. Memberikan kesempatan bagi seluruh tenaga kesehatan yang bertugas
di
ruangan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien.

F. Syarat pelaksanaan pre-conference


Menurut Manurung (2011), syarat pelaksanaan pre conference in
meliputi :
1. Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan
2. Waktu efektif yang diperlukan yaitu 10 atau 15 menit

6
3. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan
pasien,
perencanaan tindakan dan data - data vang perlu ditambahkan
4. Yang terlibat dalam pre conference adalah kepala ruangan, ketua timdan
anggota tim

G. Langkah - Langkah Pelaksanaan Pre Conference


Waktu: setelah operan
Tempat : meja masing - masing tim
Penanggungjawab: ketua tim atau PJ tim
Kegiatan:
1. Ketua tim atau PJ tim membuka acara
2. Ketua tim atau PJ tim menanyakan rencana harian masing - masing
perawat pelaksana
3. Ketua tim atau Pj tim memberikan masukan dan tindakan lanjut terkait
dengan asuhan yang diberikan saat itu
4. Ketua tim atau PJ tim memberikan reinforsement
5. Ketua tim atau PI tim menutup acara

H. Prosedur Pelaksanaan Pre Conterence


1. Perawat primer tau ketua tim menyiapkan ruangan atau tempat
2. Perawat primer atau ketua tim menyiapkan rekam medik pasien yang
menjadi tanggungjawabnya
3. Perawat primer tau Ketua tim memandu pelaksanaan pre conference
4. Perawat primer atau ketua tim menjelaskan tujuan dilakukannya pre
conterence
5. Perawat atau ketua tim menjelaskan masalah keperawatan pasien, dan
rencana keperawatan yang menjadi tanggungjawabnya
6. Perawat primer atau ketua tim membagi tugas kepada perawat pelaksana
sesuai kemampuan yang dimiliki dengan memperhatikan keseimbangan
kerja

7
7. Perawat primer atau ketua tim mendiskusikan cara dan strategi
pelaksanaan asuhan pasien atau tindakan yang akan diberikan
8. Perawat primer atau ketua tim memotivasi untuk memberikan
tanggapan dan penyelesaian masalah yang sedang didiskusikan
9. Perawat primer atau ketua tim mengklarifikasi kesiapan perawat
pelaksana untuk melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang
menjadi tanggungjawabnya
10. Perawat primer atau ketua tim memberikan reinforcement positif
kepada perawat pelaksana
11. Perawat primer atau ketua tim menyimpulkan hasil pre conference.
A. Post Conference
Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana
tentang hasil kegiatan sesudah implementasi asuhan keperawatan Zaira., et al
(2022).
Post conference adalah metode pembelajran mahsiswa di klinik
yang dilakukan oleh pendidik klinik untuk mengevaluasi mahasiswa dalam
melakukan kegiatan pengelolaan pasien Ardani (2019).
Menurut modul MPKB (2016) post conference adalah komunikasi
ketua tim, dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan
sebelum operan kepada shift berikutnya.
B. Tujuan post conference
Manurung (2011) menjelaskan tujuan Post conceference yaitu
untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaaian masalah, dan
membahas masalah yang dijumpai.
D. Syarat Pelaksanaan Post Conference
Manurung (2011), menjelaskan syarat pelaksanaan post conference yaitu:
1. Post Conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan
2. Waktu efektof yang diperlukan yaitu 10 sampai 15 menit
3. 'Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang Keadaan pasien
perencanaan tindakan rencana selaniutna dan data - data vang diperlu
ditambahkan

8
4. Yang terlibat dalam post conference adalah kepala ruangan, ketua tim
dan anggota tim
E. Langkah - Langkah Pelaksanaan Post Conference
Waktu : sesudah operan ke dinas berikutnya
Tempat : masing - masing tim
Penanggungjawab : ketua tim atau pj tim

F. Kegiatan
1. Ketua tim atau PJ tim membuka acara
2. Ketua tim atau PJ tim menanyakan Kendala dalam asuhan yang
telah
diberikan
3. Ketua tim atau PJ tim yang menanyakan tindakan lanjut asuhan
pasien yang harus dioperkan Kepada perawat shift beerikutnya.
4. Ketua Tim atau Pj tim menutup acara.

G. Prosedur Pelaksanaan Post Conference


1. Perawat primer atau Katim menyisapkan ruangan atau tempat
2. Perawat primer atau katim menyiapkan rekam medik pasien vang
menjadi Tangung Jawabnva
3. Perawat primer atau katim memandu pelaksanaan post conference
4. Perawat primer atau katim menielaskan tujuan dilakukannya
5. Perawat primer atau Katim menerima penielasan dan PA tentang
hasil tindakan atau hasil asuhan keperawatan vans telah dilakukan
oleh PA
6. Perawat primer atau katin mendiskusikan masalah yang ditemukan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien mencari upaya
penyelesaian masalahnya.
7. Perawat primer atau katim memberkan reinforcement positif
kepada Perawat Pelaksana
8. Perawat primer atau katim menvimbulkan hasil post conterence

9
9. Perawat primer atau katim mengklarifikasi pasien sebelum m

H. Keuntungan Pelaksanaan Pre dan Post Conference


Asmuji (2011) menjelaskan keuntungan dari pelaksanaan pre dan post conference
in yaitu:
I. Perawat dapat mengetahui rencana kegiatan harian pada shif dinas
2. Perawat dapat mengidentitikasi masalah - masalah pasien, merencanakan
asuhan Keperawatan dan merencanakan evaluasi hasil
3. Mempersiapkan hal - hal yang ditemui di lapangan
4. Perawat dapat berdis kusi tentang keadaan pasien
5. Perawat davat mengetabui hasil kegiatan sedaniang shift
6. Perawat dapat mendiskusikan penelesaian masalah dan membahas
masalan Yang dijumpai

I. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pelaksanaan Pre dan Post


Conference
Menurut Aditama (2008), faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan
ore can post conterence vailu
1. Masa kerja dan pengalaman kerja dari perawat dalam melaksanakan
asuhan keperawatan pasien. Kelat (2003) menyatakan bahwa lama keria
DiasanYa berkorelasi dengan pengalaman semakin bertambah
2. Tingkat pendidikan dan merawat. Nursalam (2003) menvatakan bahwa
latar belakang pendidikan sangat berpengaruh dalam kinerja perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan karena semakin tinggi tingkat pendisikan
seseorang semakin tinggi pula pengetahuannya dan semakin
tinggi tuntutan Kineria dalam pelaksanaan asuhan kenerawatan di ruman
sakit.
3. Suvervisi, menurut Keliat (2013) suvervisi adalah proses pengawasan terhadap
pelaksanaan kegiatan untuk memastikan apakah kegiatan tersebut berjalan sesuai
tujuan organisasi dan standar yang telah ditetapkan.

10
J. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pelaksanaan Pre dan Post
Conference
Menurut Aditama (2008), faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan
ore can post conterence vailu
Masa kerja dan pengalaman kerja dari perawat dalam melaksanakan
asuhan kenerawatan vasien. Kelat (2003) menvatakan bahwa lama keria
DiasanYa berkorelasi dengan pengalaman semakin bertamban
2. 'ingkat pendidikan dan nerawat. Nursalam (2003) menvatakan bahwa
latar belakang pendidikan sangat berpengaruh dalam kinerja perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan karena semakin tinggi tingkat pendisikan
seseorang semakin tinggi pula pengetahuannya dan semakin
tinggi tuntutan Kineria dalam pelaksanaan asuhan kenerawatan di ruman
sakit.
3. Suvervisi, menurut Keliat (2013) suvervisi adalah proses pengawasan terhadap
pelaksanaan kegiatan untuk memastikan apakah kegiatan tersebut berjalan sesuai
tujuan organisasi dan standar yang telah ditetapkan.
4. Rekan keeria, yaitu rekan keria memiliki kecakapan secara teknis dan mudah
untuk bekerjasama tau mendukung secara sosial.

K. Tuntutan yang Harus Sipenuhi dalam Pelaksanaan Pre dan Post


Conference
Tuntutan yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan pre dan post conference
menurut Swanburd (2012), yaitu :
1. Tujuan yang telah dibuat dalam conference seharusya dikonfirmasi terlebih
dahulu
2. Diskusikan yang dilakukan seharusnya merefleksikan prinsip - prinsip
kelompok yang dinamis
3. Instruktur klinis memiliki peran dalam kelangsungan diskusi dengan berpegang
kepada fokus yang dibicarakan, tapa mendomisilinya dan memebrikan umpan
balik yang diperlukan secara tepat

11
4. Instruktur klinis harus memberikan penekangan - penekanan pada poin - poin
penting selama diskusi berlangsung
5. Suasanya diskusi seharusnya mendukung agar kelompok partisipasi aktif, mau
memebrikan respon dan menerima pendapat tau pandangan yang berbeda agar
dapat disepakati bersama
6. Usahakan antara anggota kelompok dapat bertatapan langsung (face to face)
7. Pada kesimpulan akhir dari concefence ringkasan dan kesimpulan seharusnya
diberikan oleh instruktur klinis atau siswa dengan mengacu pada tujuan
pembelajaran dan sifat applicability pada situasi dan kondisi yang lain

12
BAB III
PEMBAHASAN
A. Definisi Analisi SWOT
Analisi SWOT didefinisikan sebagai akronim untuk Strenghts,
Weakness, Opportunities, dan Thearts yang merupakan Teknik analisis
riset pasar yang efektif. Biasanya, analisis SWOT digunakan untuk
mengevaluasi kinerja organisasi di pasar dan digunakan untuk
mengembangkan startegi bisnis yang efektif.

Strength Weakness Opportunity Threatness


(Kekuatan) (Kelemahan) (Peluang) (Ancaman)
1. Rumah sakit 1. Tidak 1. Lokasi rumah 1. Daya saing
swasta tipe C tesedianya sakit yang dengan RS
2. Ruangan rawat EKG strategis Swasta
inap (saraf) 2. Tensimeter sehingga lainnya yang
memiliki hanya mudah terdekat
struktur terdapat 1 dijangkau
organisasi dan buah
urutan yang 3. Stetoskop 2
jelas buah
3. Ruang rawat 4. Penandaan
inap yang bed tdak
memiliki 15 optimal,
orang perawat, hanya
terdiri 8 orang terdapat
perawat lulusan pada kelas 3
S1 sedangkan
Keperawatan kelas 1, 2
dan Ners, 6 dan VIP

13
orang lulusan tidak
D3 terdapat
Keperawatan penandaan
dan 1 orang identias
lulusan D4 pasien di
Keperawatan. bed
4. Perawat 5. Kepala
mendampingi ruangan
dokter visit berasal dari
5. Memilik 2 jenjang D3
dokter saraf 6. Pada saat
6. Memiliki operan jaga
tempat sampah masih
yang terpisah kurang
antara non serius
medis dan 7. Terpisahnya
medis antara
7. Kepala ruangan ruangan inap
memotivasi dan
perawat untuk nursestation
melakukan 8. Rumah sakit
pendokumentas hanya
ian askep melayani
8. Penggunaan BPJS dan
baju dinas yang Umum tidak
seragam melayani
ansuransi
untuk umum
9. Jam besuk
tidak sesuai
ketentuan

14
rangan
10. Oplosan
obat tidak
dihadiri oleh
emua
perawat
yang jaga

B. Timbang Terima
1. Pengertian
Timbang terima adalah transfer tentang informasi yang
mencakup peluang pertanyaan, klasifikasi, konfirmasi tentang pasien,
tanggung jawab utama dan kewenangan perawat dari perawat
sebelumnya ke perawat yang akan melanjutkan perawatan (Widyastuti,
Hayuna & Winarti, 2018). Menurut Novia (2019) timbang terima
(handover) adalah salah satu bentuk komunikasi perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Timbang terima
pasien dirancang sebagai salah satu metode komunikasi yang relevan
pada tim perawat setiap pergantian shift, sebagai petunjuk praktik
memberikan informasi mengenai kondisi terkini pasien, tujuan
pengobatan, rencana perawatan serta menentukan prioritas pelayanan.
Salah satu komunikasi yang dapat di lakukan saat melakukan hand
over yaitu komunikasi SBAR.
Tujuan komunikasi SBAR adalah untuk menghindari resiko
kesalahan dalam pemberian asuhan keperawatan pasien dan
meningkatkan kesinambungan perawat dan pengobatan maka dapat
diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif antar
perawat, maupun dengan tim kesehatan yang lain (Novia, 2019).

15
2. Metode Timbang Terima
Metode dalam timbang terima terbagi menjadi 2 yaitu :
a. Timbang terima dengan metode tradisional
1) Dilakukan hanya di meja perawat
2) Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak
memungkinkan munculnya pertanyaan atau diskusi
3) Ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi
secara umum
4) Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga,
sehingga proses informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status
kesehatannya tidak up to date
b. Timbang terima dengan metose bedside handover
Timbang terima yang dilakukan disamping tempat tidur
pasien atau keluarga pasien secara langsung untuk mendapatkan
feedback. Menurut Putra (2017) dalam Widyastuti, Hayuna &
Winarti (2018) metode pelaksanaan timbang terima diantaranya :
1) Menggunakan tape recorder
2) Menggunakan komunikasi oral atau spoken
3) Menggunakan komunikasi tertulis- written

16
Persiapan Pre-Conference Perawat Primer
Nama PP : Emelia D.S., S.Kep., Ners
Ruang : Saphire (Ruangan Saraf)
Tingkat Kamar/Bed
ketergantungan
1B 1C 2A 2B 2D 3A 3C 3E KET
Minimal care
Partial care        
Total
Total Pasien 8 pasien
Kebutuhan Perawat
(PAGI)
Perawat Assosiet Nama: Emel PJ Bed No: Kelas 1
(PA)
Hal-hal penting Jam Pasien/Bed Kegiatan
dalam shift pagi 08.00 1C, IB Pemberian Obat
11.45 1C Cek GDP, Pemberian insulin
13.00 1C Balance cairan

17
Hal-hal penting Nama: Mifta PJ Bed No: Kelas 2
dalam shift pagi Jam Pasien/Bed Kegiatan
08.00 2A, 2B, 2C Pemberian obat dan memberikan posisi
aman dan nyaman
10.30 2A, 2B, 2C Kolaborasi pemberian terapi nyeri
Hal-hal penting Nama: Cindy PJ Bad No: Kelas 3
dalam shift pagi Jam Pasien/Bed Kegiatan
08.00 3A, 3C, 3E Pemberian obat

18
CHEK LIST PRE CONFERENTE
No Prosedure 0 1 2
Tugas PP
1 Pre Conference dilakukan setiap hari, segera setelah

dilakukan operan jaga
2 Menyiapkan ruangan/tempat dan rekam medik

pasien yang menjadi tanggung jawabnya
3 Menjelaskan tujuan dilakukannya Pre Conference 
4 Berdoa dan memandu pelaksanaan Pre Conference 
5 Menjelaskan masalah keperawatan pasien dan

rencana keperawatan yang menjadi tanggung jawab
6 Membagi tugas kepada PA sesuai kemampuan yang

dimiliki dan memperhatikan keseimbangan kerja
7 Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan

pasien/tindakan
8 Memotivasi untuk memberikan tanggapan dan

penyelesaian masalah yang sedang didiskusikan
9 Mengklarifikasi kesiapan PA untuk melaksanakan
asuha keperawatan kepada pasien yang menjadi 
tanggung jawab
10 Memberikan reinforcement positif kepada PA 
11 Dihadiri oleh PP dan PA dalam tim masing-masing 
12 Memberikan kesempatan PA untuk memberi

klarifikasi dan menyimpulkan hasil Pre Conference
13 Menutup pertemuan dengan doa 

19
CHEK LIST POST CONFERENCE
N PROSEDURE 0 1 2
O
Tugas PP
1 Menyiapkan ruangan atau tempat 
2 Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi

tanggung jawabnya
3 Berdoa dan mejelaskan tujuan dilakukannya Post

Conference
4 Menerima penjelasan dari PA tentang hasil
tindakan/hasil asuhan keperawatan yang telah 
dilakukan PA
5 Mendiskusikan masalah yang telah ditemukan dalam
memberikan ASKEP pada pasien dan mencari upaya 
penyelesaian masalah
6 Memberi reinforcement pada PA 
7 Menyimpulkan hasil post conferen 
8 Membuat laporan evaluasi pasien (hasil dari Post

Conference)
9 Mengklarifikasi pasien sebelum melakukan operan 
tugas jaga shift berikutnya
10 Menutup Post Conference dengan doa 

20
21

Anda mungkin juga menyukai