Anda di halaman 1dari 21

MANAJEMEN KEPERAWATAN

PROPOSAL RONDE KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. P


DENGAN LUKA BAKAR GRADE II (25%)

Dosen Pembimbing : Ns. Aisyah, S.Kep. M.Kep

Kelompok I:

Devi Agdel Cahyani 2017720072 Nur Nabila Putri P 2017720099

Desma Rahmawati 2017720071 Nuri Oktaviani 2017720100

Fahrima Putri K 2017720078 Nurul Izzah Fajri 2017720101

Fitri Amalia 2017720082 Ratnah Khaerunnisa 2017720106

Karina lestari 2017720087 Salsabila Yudha 2017720110

Mayang Puspitasari 2017720089 Ulfah Ufy Junetri .E.I 2017720116

Monika ayu Asari 2017720090 Yasfiyani 2017720119

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKUTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Managemen adalah proses bekerja melalui staf keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan secara professional. Disini dituntut tugas
manajer keperawatan untuk merencanakan, mengorganisir, memimpin dan
mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk memberikan asuhan
keperawatan seefektif dan seefisien mungkin bagi individu, keluarga, dan
masyarakat.
Ronde keperawatan adalah kegiatan untuk mengatasi keperawatan klien
yang dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan pasien untuk membahas
dan melaksanakan asuhan keperawatan, yang dilkukan oleh perawat primer dan
atau konsuler, kepala ruang, dan perawat pelaksana, serta melibatkan seluruh
anggota tim. Dimana ronde keperawatan merupakan sarana bagi perawat baik
perawat primer maupun perawat assosiate untuk membahas masalah
keperawatan yang terjadi pada klien yang melibatkan klien dan seluruh tim
keperawatan termasuk konsultan  keperawatan. Salah satu tujuan dari kegiatan
ronde keperawatan adalah meningkatkan kepuasan klien terhadap pelayanan
keperawatan.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan ronde keperawatan masalah keperawatan yang di alami
klien dapat teratasi
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan ronde keperawatan, perawat mampu :
a. Berfikir kritis dan sistematis dalam pemecahan masalah keperawatan
klien
b. Memberikan tindakan yang berorientasi pada masalah keperawatan
klien
c. Menilai hasil kerja

2
d. Melaksanakan asuhan keperawatan secara menyeluruh

C. MANFAAT
1. Bagi perawat
a. Terciptanya komunitas perawatan yang professional
b. Terjalin kerjasama antar TIM
c. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan yang tepat dan
benar
2. Bagi pasien
a. Masalah pasien dapat teratasi
b. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi

D. TAHAP RONDE KEPERAWATAN


1. Pra ronde (persiapan)
 Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde
 Pemberian informed consent kepada klien / keluarga
2. Tahap pelaksana
 Penjelasan tentang klien oleh perawat primer/ketua tim yang
difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan
atau telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan
 Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
 Pemberian justifikasi oleh perawat primer/ perawat konselor/ kepala
ruangan tentang masalah klien serta rencana tindakan yang akan
dilakukan.
 Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan
ditetapkan.
3. Tahap pasca ronde
 Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta
menetapkan tindakan yang perlu dilakukan

3
BAB II
RENCANA STRATEGIS
RONDE KEPERAWATAN KLIEN DENGAN LUKA BAKAR GRADE II
(25%). DI RUANG MAWAR, RS ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH

 TOPIK : Askep dengan Pasien Luka Bakar Grade II (25%)


 SASARAN : Ny. P / 45 Tahun
 PESERTA : -Mahasiswa Keperawatan FIK UMJ, Semester 7b
-Dosen Pembimbing
-Keluarga Pasien
-Pasien
 WAKTU : 30 Menit
 HARI/TANGGAL : Senin, 30 November 2020

 TUJUAN :
1. Tujuan umum :
Menyelesaikan masalah-masalah keperawatan klien yang belum teratasi
2. Tujuan khusus:
a. Tim keperawatan mampu menggali masalah-masalah klien yang
belum teratasi
b. Mampu mengemukakan alasan ilmiah terhadap masalah keperawatan
klien
c. Mampu merumuskan intervensi keperawatan yang tepat mengenai
masalah klien
d. Mampu mendesiminasikan tindakan yang tepat sesuai dengan masalah
klien
e. Mampu mengadakan justifikasi terhadap rencana dan tindakan
keperawatan yang dilakukan.

4
 SASARAN :
a. Nama : Ny. P
b. Umur : 45 Tahun
c. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

 MATERI :
a. Konsep dasar Luka Bakar dengan Riwayat penyakit DM
(Terlampir)
b. Asuhan Keperawatan klien dengan Luka Bakar (Terlampir)

 PELAKSANAAN :
a. Hari/Tanggal : Senin, 30 November 2020
b. Tempat : Di Ruang Mawar, RS Islam Jakarta
Cempaka Putih
 METODE :
a. Ceramah
b. Diskusi

 MEDIA :
a. Makalah
b. Leaflet
c. Lembar Balik

 TIM RONDE :
a. KARU
b. Perawat

 PROSES RONDE KEPERAWATAN :


a. Pra Ronde :
- Menentukan kasus dan topik
- Menentukan tim ronde
- Membuat informed consent

5
- Mencari literatur
- Diskusi
b. Ronde :
- Diskusi
- Pemberian pendidikan kesehatan untuk mengurangi keluhan
c. Pasca Ronde :
- Evaluasi pelaksanaan ronde
- Revisi dan perbaikan

Mekanisme Kegiatan

No. Waktu Kegiatan Pemeran Pasien


1. 5 menit Pembukaan: Mahasiswa 1 Mendengarkan
Memberi salam
2. 10 menit Menyampaikan tujuan Mahasiswa 2 Pasien dan
ronde keperawatan keluarga
Penyajian masalah : mendengarkan
Menyampaikan
masalah yang sudah
terselesaikan

3. 5 menit Menentukan masalah Ketua Tim


yang belum
terselesaikan
4. 5 menit Implementasi yang Ketua Tim
sudah dilakukan
5. 5 menit Mengajarkan kepada Mahasiswa
keluarga pasien tentang
diskusi dan Tanya
jawab.
Penutup :
- Ucapan terima
kasih

6
- Memberi salam.

d. Evaluasi :
- Bagaimana koordinasi persiapan dan pelaksanaan ronde
keperawatan
- Bagaimana peran pelaksana saat ronde keperawatan
- Membuat umpan balik yang sudah dikerjakan

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

7
LUKA BAKAR

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi Luka Bakar
Luka bakar  adalah kerusakan secara langsung maupun yang tidak
langsung pada jaringan kulit yang tidak menutup kemungkinan sampai
organ dalam, yang disebabkan oleh panas, sengatan listrik, bahan kimia,
petir dan radiasi. Luka bakar pada umumnya terjadi pada kulit yang
mempunyai peranan penting dalam keseimbangan suhu tubuh,
mempertahankan cairan tubuh, juga pertahanan tubuh dari infeksi.

2. Fase Luka Bakar


a. Fase akut :
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal
penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas),
breathing (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi).
Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat
setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran
pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma.
Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderita pada fase
akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik.
b. Fase sub akut :
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah
kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber
panas. Luka yang terjadi menyebabkan :
- Proses inflamasi dan infeksi.
- Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka
telanjang atau tidak berbaju epitel luas, dan pada struktur atau
organ-organ fungsional.
- Keadaan hipermetabolisme.
c. Fase lanjut :

8
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut
akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem
yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang
hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.

3. Etiologi
 Luka Bakar Termal : Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh
terpapar atau kontak dengan api, cairan panas atau objek-objek
panas lainnya.
 Luka Bakar Kimia : Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh
kontaknya jaringan kulit dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi
zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar
menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia
dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat-zat pembersih
yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan
berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri,
pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia
diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia.
 Luka Bakar Elektrik : Luka bakar elektrik (listrik) disebabkan
oleh panas yang digerakan dari energi listrik yang dihantarkan
melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya
kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai
mengenai tubuh.
 Luka Bakar Radiasi : Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar
dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini seringkali berhubungan
dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber
radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran.
Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama
juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.
4. Manifestasi Klinis

9
Gangguan tajam penglihatan, nyeri pada area luka bakar, mual,
gangguan ketangkasan, muntah, dizines, sincope, takipnea, takikardia,
resiko terjadinya infeksi dan sepsis yang mengancam kelangsungan
hidup klien.

10
5. Patofisiologi

6. Komplikasi
 Gangguan Jalan nafas : Paling dini muncul dibandingkan
komplikasi lainnya, muncul pada hari pertama. Terjadi karena
inhalasi, aspirasi, edema paru dan infeksi. Penanganan dengan
jalan membersihkan jalan nafas, memberikan oksigen,
trakeostomi, pemberian kortikosteroid dosis tinggi dan
antibiotika.
 Curling’s ulcer (ulkus Curling) : Ini merupakan komplikasi
serius, biasanya muncul pada hari ke 5–10. Terjadi ulkus pada

11
duodenum atau lambung, kadang-kadang dijumpai hematemesis.
Antasida harus diberikan secara rutin pada penderita luka bakar
sedang hingga berat. Pada endoskopi 75% penderita luka bakar
menunjukkan ulkus di duodenum.
 Syok sirkulasi
 Pneumonia
 Kontraktur
 Hipertrofi jaringan parut
 Dekubitus
 Syndrom kompartemen
 Ileus parlitik

7. Pemeriksaan Diagnostik
 LED: mengkaji hemokonsentrasi.
 Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan
biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat
peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium
dapat menyebabkan henti jantung.
 Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi
pulmonal, khususnya pada  cedera inhalasi asap.
 BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
 Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen
menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh
luas.
 Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
 Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat
menurun pada luka bakar masif.
 Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi
asap.

8. Penatalaksanaan Medis

12
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk membantu proses
regenerasi kulit akibat luka bakar, mengidentifikasi infeksi, serta
mengidentifikasi status cairan. Cara yang biasanya digunakan untuk
mengatasi luka bakar adalah :
 Hidroterapi : Membersikan luka dapat dilakukan dengan cara
hidroterapi. Hidroterapi ini terdiri dari merendam dan dengan
shower. Tindakan ini dilakukan selama 30 menit atau kurang 
untuk klien dengan luka bakar akut, dibersihkan secara perlahan
atau hati-hati dengan menggunakan berbagai macam larutan
seperti sodium hipokloride, profidon iodine dan chlorohexidine.
Jika hidroterapi tidak dilakukan, maka luka dapat dibersihkan dan
dibilas diatas tempat tidur klien dan ditambahkan dengan
penggunaan zat antimikroba.
 Debridemen : Debridemen luka meliputi pengangkatan eschar.
Tindakan ini dilakukan untuk meningkatkan penyembuhan luka
melalui pencegahan proliferasi bakteri di bagian bawah eschar.
Debridemen luka pada luka bakar meliputi debridement secara
mekanik, debridement enzimatik dan dengan tindakan
pembedahan
 Obat-obatan :
a. Antibiotika    : Tidak diberikan bila klien datang <6 jam
sejak kejadian, Bila perlu berikan antibiotika sesuai
dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur.
b. Analgetik      : Kuat (Morfin, petidin)
c. Antasida       : Kalau perlu

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
- Aktivitas/istirahat
Tanda : -Penurunan kekuatan, tahanan.
-Keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit
-Gangguan masa otot, perubahan tonus

13
- Sirkulasi
Tanda : Hipotensi (syok)
Dengan cedera luka bakar lebih dan 20 % APTT Penurunan
nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera, vasokontriksi
perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin
(syok listrik), Takikardia (syok/asietas/ nyeri), Disritmia (syok
listri), Pembentukan edema jaringan (semua luka bakar)
- Integritas Ego
Gejala : Masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan,
kecacatan.
Tanda : Ansietas, menangis, ketergantung, menyangkal,
menarik diri, marah.
- Eliminasi
Tanda : Haluaran urine menurun/ tak ada selama fase
darurat. Warna mungkin hitam kemerahan bila
terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot
dalam, Diuresis (setelah kebocoran kapiler dan
mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi. Penurunan
bising usus/tak ada, khususnya pada luka bakar
kutaneus lebih besar dan 20% sebagai setres
penurunan motilitas/ peristaltik gastrik.
- Makanan / Cairan
Tanda : Edema jaringan umum
Anoreksia, mual / muntah
- Neurosensoris
Gejala : Area kebas, kesemutan
Tanda : Perubahan orientasi, afek perilaku
Penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada
cedera ekstermitas
- Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Berbagai nyeri, contoh luka bakar derajat
pertama secara ekstrem sensitif untuk

14
disentuh, ditekan, gerakan udara, dan
perubahan suhu, Luka bakar ketebalan
sedang derajat kedua sangat nyeri, sementara
respons pada luka bakar ketebalan derajat
kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf,
luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
- Pernapasan
Gejala : Terkurung dalam ruang tertutup, terpajan
lama (kemungkinan cedera inhalasi)
Tanda : Serak, batuk mengi, partikel karbon dalam
sputum, ketidak mampuan menelan sekresi
oral, dan sianosis, indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada
adanya luka bakar lingkar dada.
Jalan napas atas stridor/mengi (obstruksi
sehubungan dengan laringiospasme, edema
laringeal)
Bunyi napas : gemericik (edema pam ), stridor (edema
laringeal), sekret jalan napas dalam (ronki)
- Keamanan
Tanda : Kulit : umum deksruksi jaringan dalam mungkin
tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan
dengan proses trombus mikrovaskuler
pada beberapa luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin,
lembab, pucat, dengan pengisian kapiler
lambat pada adanya penurunan curah
jantung sehubungan dengan kehilangan
cairan / status syok.
Cedera api terdapat area cedera campuran
dalam sehubungan dengan variase
intensitas panas yang dihasilkan bekuan

15
terbakar. Bulu hidung gosong, mukosa
hidung dan mulut kering, merah, lepuh
pada faring posterior, edema lingkar
mulut dan atau lingkar nasal.

2. Diagnosa
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan distres
saluran pernapasan
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan status
hipermerabolik
c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan jaringan
traumatik
d. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan kulit jaringan
e. Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh berhubungan
dengan status hipermetabolik dan pemasukan nutrisi yang
tidak adekuat
f. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
kekuatan dan tahanan karena kontraktur persendian
g. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar
dalam
h. Ansietas berhubungan dengan mengingat pengalaman trauma
i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan
penampilan atau kecacatan
j. Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah interprestasi
informasi

i. Intervensi
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan perpindahan
cairan akibat udara panas yang terhirup
Kriterian hasil:
- Bunyi napas normal (vasikuler)
- Jalan napas tidak ada sumbatan

16
- Frekuensi napas normal
- Tidak terjadi sianosis
Intervensi Rasional
1.     -Kaji refleks gangguan menelan, ketidak -Dugaan cedera inhalasi.
mampuan menelan, serak, batuk/ -Takipnea, sianosis, menunjukkan terjadi
2.   -Awasi frekuensi, irama, kedalaman pernapasan, distres pernapasan
perhatikan adanya sianosis/pucat. -Obstruksi jalan napas atau adanya distres
3.     -Auskultasi paru, perhatikan stridor, mengi, pernapasan dapat terjadi sangat cepat atau
penurunan bunyi napas, batuk rejan lambat
4.     -Perhatikan adanya pucat atau wama merah -Dugaan adanya hipoksemia atau karbon
buah ceri pada kulit yang cedera monoksida
5.     -Dorong batuk/ latihan napas dalam dan ubah -Meningkatkan ekspansi paru,
posisi sesering mungkin. memobilisasi, dan drainase sekret O2
6.     -Kolaborasi dalam pemberian. pelembab O2 memperbaiki hipoksemiafasidosis,
melalui cara yang tepat, contoh masker wajah. pelembab menurunkan pengeringan saluran
pernapasan dan menurunkan vikositas
sputum.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan status hipermetabolik
Kriteria hasil:
- Menunjukkan perbaikan keseimbangan cairan
- Haluaran urin normal
- Tanda-tanda vital normal
Intervensi Rasional

17
1.     -Awasi tanda vital, perhatikan -Memberi pedoman untuk penggantian
pengisian kapiler dan kekuatan nadi cairan dan mengkaji respon kardiovaskuler.
perifer -Penggantian cairan hares dititrasi untuk
2.   -Awasi haluaran urine dan observasi menyakinkan rata-rata atau balance haluaran
warna urine dan pemasukan.
3.     –Perkirakan drainase luka dan kehilangan -Peningkatan permeabilitas kapiler,
yang tak tampak. perpindahan protein proses inflamasi.
4.     -Pertahankan pencatatan kumulatif -Untuk mencegah ketidak seimbangan dan
jumlah dan tipe pemasukan cairan. kelebihan caftan.
5.     -Awasi perubahan mental. -Penurunan perfusi serebal
6.     -Kolaborasi pasang/ pertahankan kateter -Untuk mengobservasi fungsi ginjal
urin tak menetap. -Resusitasi cairan menggantikan
7.    - Berikan penggantian cairan IV yang kehilangan cairan elektrolit dan membantu
dihitung, elektrolit, plasma, albumin. pencegahan komplikasi .
8.     -Awasi pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, -Mengidentifikasi kehilangan darah atau
elektrolit, dan natium urine kerusakan SDM, dan kebutuhan pengganti
cairan dan elektrolit.

3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan denganjaringan


traumatik.
Kriteria hasil :
- Mencapai penyembuhan luka bekas purulen
- Suhu tubuh stabil 36-370C
- Tanda-tanda infeksi tidak terJadi

Intervensi Rasional

18
1.   -Lakukan teknik isolasi yang tepat -Untuk menurunkan resiko kontaminasi
2.   -Lakukan teknik mencuci tangan silang
3.   -Ukur tanda-tanda vital (TD, nadi, RR) -Mencegah kontaminasi silang
4.  - Ganti balutan clan bersihkan area -Demam mengidentifikasi indikator sepsis
terbakar. -Mencegah autokontaminasi
5.   -Berikan agen topikal sesuai indikasi -Membantu untuk mencegah/ mengontrol
infeksi luka dan mencegah luka kering,
yang dapat menyebabkan kerusakan
jaringan lanjut

4. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan kulit jaringan


Kriteria hasil:
- Nyeri berkurang/terkontrol
- Ekspresi wajah atau postur tubuh rileks
- Dapat beristirahat dengan tepat
Intervensi Rasional
1.   - Tutup luka segera mungkin -Suhu berubah dan gerakan udara dapat
2.   - Ubah posisi dengan sering dan rentang gerak menyebabkan nyeri hebat pada pemajanan
pasif dan aktif sesuai indikasi ujung saraf.
3.   -Pertahankan suhu lingkungan nyaman, -Gerakan dan latihan menurunkan kekakuan
berikan lampu penghangat, penutup tubuh sendi dan kelelahan otot tapi tipe latihan
hangat. tergantung pada lukasi clan luas cedera.
4.   - Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi/ Pengaturan suhu dapat hilang karena luka
karakter dan intensitas (skala 0-10). bakar mayor sumber panas eksternal perlu
5.  -Lakukan penggantian balutan dan debridemen untuk mencegah menggigil.
setelah pasien diberi obat dan atau pada -Nyeri hampir selalu ada pada beberapa
hidroterapi. derajat beratnya keterlibatan jaringan
6.   -Beriakan tindakan kenyamanan dasar contoh /kerusakan tetapi biasanya paling berat
pijatan pada daerah yang tidak sakit, selama penggantian balutan dan debridemen.
perubahan posisi dengan sering. Menurunkan terjadinya distres fisik dan
7.   - Dorong penggunaan teknik manajemen stres, emosi sehubungan dengan pengggantian

19
contoh relaksasi, napas dalam, bimbingan balutan dan debridemen.
imajinasi, dan visualisasi -Meningkatkan relaksasi, menurunkan
8.    Kolaborasi dalam pemberian analgetik tegangan otot dan kelelahan umum
-Memfokuskan kembali perhatian,
meningkatkan relaksasi, dan meningkatkan
rasa kontrol, yang dapat Digunakan untuk
menurunkan rasa nyeri

DAFTAR PUSTAKA

20
Brunner & Suddart, 2002. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Jakarta; EGC

Corwin, 2001. Patofisiologi Jakarta; EGC

Doenges Marilynn E, dkk, 2000. Rencana Asuhari Keperawatan, Edisi 3, Jakarta;


EGC

Maryam Siti, dkk, 2007. Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta; Semesta Medika

---------Asosiasi Ikatan Luka Bakar Indonesia, Jakarta; EGC

21

Anda mungkin juga menyukai