DIABETES MELLITUS
Disusun Oleh :
Kelompok 2
Kasus 1
Dalam tubuh manusia ada tujuh kelenjar endokrin yang penting, yaitu hipofisis,
tiroid, paratiroid, kelenjar adrenalin (anak ginjal), pankreas, ovarium, dan testis.
1. Kelenjar pinealis
Kelenjar pienalis atau kelenjar epifise terdapat di dalam ventrikel otak.
Kelenjar ini menonjol dari mesensefalon ke atas dan ke belakang kolikus
superior. Kelenjar ini berukuran kecil dan berwarna merah seperti cemara.
Dari segi struktur, kelenjar pienalis dibungkus jaringan ikat piamater.
Elemen-elemen jaringan ikat membentuk septasi dan lobulasi. Komponen
seluler utama dari kelenjar ini adalah astrosit dan pienalisosit (sel epiteloid).
Sel-sel jaringan ikat (sel plasma, fibroblas, sel mast, makrofag) juga sering
ditemukan. Fungsi dari kelenjar pienalis ini belum diketahui secara jelas.
Kelenjar ini menghasilkan sekresi interna yang berfungsi untuk membantu
pankreas serta kelenjar kelamin yang penting untuk mengatur aktivitas seksual
serta reproduksi manusia. Dalam menjalankan fungsinya, kelenjar pienalis
diatur oleh syarat syaraf yang ditimbulkan cahaya oleh mata. Kelenjar ini
menyekresikan melatonin.
Hormon melatonin : Pada remaja hormon ini dihasilkan lebih banyak bila
dibandingkan dengan orang dewasa. Melatonin merupakan hormon yang
berfungsi untuk mengatur irama sirkandian manusia. Hormon ini berperan
untuk mengatur rasa kantuk pada diri seseorang.
2. Kelenjar Hipofisis
Kelenjar hipofisis atau kelenjar pituitari merupakan kelenjar yang
terletak di sela tursika, pada konvavitas berbentuk sadel dari tulang sphenoid.
Kelenjar hipofisis memiliki ukuran kira-kira 10x13x6 mm serta memiliki berat
sekitar 0,5 sampai 1 gram. Bagian superior dari kelenjar hipofisis ini terdapat
diafragma sella. Diafragma sella merupakan suatu perluasaan transversal dari
duramater. Bagian ini juga merupakan suatu bagian yang ditembus oleh
tungkai hipofisis. Secara fisiologis, kelenjar hipofisis dapat dibedakan menjadi
dua bagian, yaitu hipofisis anterior (adenohipofisis) serta hipofisis posterior
(neurohipofisis). Antara hipofisis anterior dan hipofisis posterior, terdapat
suatu daerah kecil yang disebut sebagai pars intermedia.
a. Lobus Anterior/Adenohypophysis
Secara embirologis, hipofisis anterior merupakan bagian hipofisis
yang berasal dari kantong rathke. Kantung ranthke merupakan suatu
invaginasi epitel faring sewaktu pembentukan embrio. Hal ini berbeda
dengan hipofisis posterior (Guyton, A. C., & Hall, J. E., 2012).
b. Lobus Posterior/Neurohipophyisis
Gambar 2.8 kelenjar Hipofisis Posterior
3. Kelenjar thyroid
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar endokrin terbesar di dalam tubuh.
Secara normal, kelenjar ini memiliki berat 15-20 gram pada manusia dewasa.
Kelenjar tiroid terletak tepat dibawah laring pada kedua sisi dan sebelah
anterior trakea, serta terdiri dari dua lobus, yaitu lobus dekstra dan sinistra.
Kedua lobus ini saling berhubungan. Masing-masing lobus memiliki tebal 2
cm, panjang 4 cm, dan lebar 2,5 cm. Secara mikroskopis, struktur kelenjar
tiroid ini terdiri dari banyak folikel-folikel tertutup yang dipenuhi oleh bahan
sekretorik yang disebut koloid. Koloid ini dibatasi oleh sel-sel epitel kuboid
yang berperan mengeluarkan hormonnya ke bagian folikel. Unsur utama dari
koloid adalah glikoprotein trigobulin besar, yang mengandung hormon tiroid
dalam molekul-molekulnya.
Secara fisiologis, kelenjar tiroid ini berfungsi untuk menyesekresikan
dua hormon utama, yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3).
Tiroksin (T4) dan Triiodotironin (T3). Sekeresi hormon tiroid ini
memerlukan bantuan TSH untuk endosistosis koloid pada mikrovili, enzim
proteolitik untuk memecahkan tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) dari
trigobulin. Selanjutnya tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) akan dilepaskan
ke dalam darah. Kedua hormon berfungsi untuk meningkatkan kecepatan
metabolisme tubuh dengan meningkatkan kecepatan reaksi kimia di
sebagian besar sel. (Guyton, A. C., & Hall, J. E., 2012).
Kalsitonin. Selain tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3), kelenjar ini juga
menyesekresikan kalsitonin. Hormon kalsitonin merupakan hormon yang
berfungsi untuk menambah deposit kalsium di tulang. Selain itu, hormon ini
berfungsi untuk mengurangi konsentrasi kalsium di cairan ekstrasel
(Guyton, A. C., & Hall, J. E., 2012).
4. Kelenjar paratiroid
Kelenjar paratiroid merupakan kelenjar yang terletak di atas selaput yang
membungkus kelenjar tiroid. Kelenjar ini terdiri dari 4 buah. Setiap dua pasang
kelenjar ini terletak pada dibelakang tiap lobus dari kelenjar tiroid. Setiap
kelenjar paratiroid berukuran kira-kira 5x5x3 mm, dengan berat sekitar 25-30
mg.
Sel utama dari kelenjar ini terdiri dari sel prinsipal dan sel oksifil. Sel
prinsipal ada 2 macam, yaitu sel prinsipal terang dan sel prinsipal gelap.
Jumlah sel prinsipal lebih banyak dibanding sel oksifil. Hormone yang
dihasilkan oleh kelenjar paratiroid adalah hormone Paratiroksin.
Paratiroksin merupakan polipeptida produk sekretorik sel-sel prinsipal
kelenjar paratiroid . Hormon ini berfungsi untuk mengatur konsentrasi ion
kalsium serum. Produksi hormon paratiroksin akan meningkat apabila kadar
kalsium dalam plasma menurun. Hormon ini meningkatkan kadar kalsium
dalam darah dengan meningkatkan absorbsi kalsium pada usus dan ginjal,
serta melepaskan kalsium dari tulang.
5. Kelenjar suprarenalis/adrenal
Kelenjar adrenal merupakan kelenjar berbentuk ceper yang terdapat di
bagian atas ginjal. Kelenjar adrenal berjumlah dua buah, terdapat satu pada
masing-masing ginjal. Kelenjar ini memiliki berat kira-kira 5-9 gram. Kelenjar
ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian luar (korteks) serta bagian dalam
(medula). Bagian korteks merupakan bagian kelenjar yang berasal dari sel-sel
mesodermal, sedangkan bagian medula merupakan bagian yang berasal dari
sel-sel ectodermal. Perbatasan korteks-medula interdigitasi atau dapat terlihat
jelas.
a. Bagian Kortex
Bagian korteks adrenal merupakan bagian yang tersusun dari sel-sel
sekretorik berbentuk polihedral tersusun dalam bentuk tali-tali, biasanya
setebal 2 sel. Tali-tali tersebut terorientasi secara radial dari daerah medula.
Bagian ini terbagi menjadi beberapa zona, yaitu zona gromerulosa (lapisan
luar), zona fasikulata (lapisan tengah yang paling besar), zona retikularis
(lapisan dalam langsung yang mengelilingi medula).
No. Hormon Fungsi
1. Aldosteron (salah satu Meningkatkan reabsorbsi natrium ginjal, sekresi
jenis hormon dari kalium, dan sekresi ion hidrogen
golongan
mineralkortikoid)
2. Glukokortikoid (jenis 1. Meningkatkan glikogenesis dan glukogenesis di
hormon yang terutama dalam sel hati
dilepaskan adalah kortisol) 2. Meningkatkan metabolisme protein terutama di
otot dan tulang
3. Meningkatkan sintesis DNA dan RNA dalam sel
hati
4. Menahan ion Na dan ion Cl, meningkatkan
sekresi ion K di dalam ginjal
5. Menurunkan ambang rangsangan susunan saraf
pusat
6. Menggiatkan sekresi asam lambung
7. Menguatkan efek noreadrenalin terhadap
pembuluh darah dan merendahkan permeabilitas
dinding pembuluh darah
8. Mempunyai efek antiinflamasi. Hormon ini
menstabilkan membran lisosom, menurunkan
sintesis kolagen, meninggikan degradasi
kolagen, dan menghambat prolifuasi fibroblas.
9. Menurunkan daya tahan terhadap infeksi dan
menghambat pembentukan antibody
10.Menghambat pelepasan histamin dan reaksi
alergi
3. Androgen (terutama Hormon yang terkait dengan maskulinisasi yang
ketosteroid memacu anabolisme protein dan merangsang
dehidroepialdosteron) pertumbuhan.
4. Estrogen Memacu pertumbuhan dan perkembangan sistem
reproduksi wanita, payudara wanita dan ciri seksual
sekunder wanita.
(Guyton, A. C., & Hall, J. E., 2012) (Syaiffudin, H., 2006).
b. Bagian Medulla
Medula adrenal memiliki beberapa komponen utama medula, yaitu sel
kelenjar, sel ganglion, venula, dan kapiler. Sel kelenjar dari medula adrenal
berukuran besar, berbentuk kolumner atau polihedral, nukleusnya besar dan
vesikuler. Sel kelenjar ini terpolarisasi, satu kutub menghadap venula, kutub
yang lain menghadap kapiler. Sitoplasmanya basofil serta memiliki granula
yang tercat kromafin yang sering disebut adrenokron. Sel-selnya disebut sel
kromafin atau feokrom. Ini berkaitan dengan sistem saraf simpatis yang
menyekresikan epinefrin dan norepinefrin sebagai respon terhadap rangsang
simpatis. Sel kelenjar dapat memproduksi efinefrin disamping norefrinefrin
yang diubah oleh enzim yang dirangsang oleh kortisol.
No. Hormon Fungsi
1. Norefinefrin Pada sistem kardiovaskuler, hormon ini menyebabkan
vasokonstriksi sehingga hormon ini berperan dalam
meningkatkan tekanan darah. Tekanan darah yang
meningkat berperan untuk memperbaiki keadaan syok yang
bukan disebabkan oleh pendarahan.
2. Efinefrin 1. Pada sistem kardiovaskuler, hormon ini berfungsi untuk
memvasodilatasi arteriole dari otot tulang serta
memvasokontriksi arteriole pada kulit. Pada jantung,
efinefrin berfungsi menambah atau meningkatkan
kontraksi otot jantung, serta memperbesar curah jantung.
2. Hormon ini juga dapat berdampak terhadap metabolisme.
Terkait dengan metabolisme tubuh, hormon ini berfungsi
untuk:
- Mestimulasi pemecahan glikogen oleh hepar dan
otot. Aksi iniberfungsi untuk menaikkan tekanan
darah melalui penambahan AMP (Adenosin
monofosfat).
- Menyebabkan efek lipolisis dalam jaringan lemak.
Efek lipolisis menyebabkan pelepasan amino dan
gliserol dalam darah. Asam lemak sebagai pemicu
dalam otot dan hati untuk proses glukoneogenesis.
- Menghalangi pelepasan insulin dalam pancreas.
- Dalam keadaan darurat, efinefrin digunakan untuk
melepas asam lemak dari jaringan untuk pembakar
dalam otot, meningkatkan mobilisasi glukosa dengan
menambah glukoneogenolisis serta glukogenesis,
mengurangi uptake glukosa dalam otot, mengurangi
pelepasan insulin, sehingga glukosa digunakan oleh
sistem saraf sentral.
3. Hormon ini juga berdampak terhadap otot polos dari
vicera. Efinefrin dapat menyebabkan relaksasi otot polos
gaster, usus, vesica urinaria serta otot polos bronkus.
6. Kelenjar Thymus
Kelenjar thymus terletak di rongga dada. Kelenjar ini menghasilkan hormone
somatotrof. Adapun fungsi hormone ini adalah untuk :
a. Mengatur proses pertumbuhan.
b. Kekebalan tubuh/imunitas setelah kelahiran.
c. Memacu pertumbuhan dan pematangan sel Limfosit yang menghasilkan
Lymphocyte cell/T Cell.
7. Kelenjar pancreas/langerhans
Kelenjar pancreas/langerhans merupakan merupakan sekelompok sel
yang terletak pada pankreas. Sehingga dikenal dengan pulau – pulau
langerhans. Kelenjar pancreas/langerhans menghasilkan hormon insulin dan
hormon glukagon.
Hormon Insulin Bersifat antagonis dengan hormon adrenalin.
Hormon ini berfungsi :
- Mengatur kadar glukosa dalam darah.
- Membantu pengubahan glukosa menjadi glikogen dalam hepar dan otot.
Hormon Glukagon Hormon ini mempunyai sifat kerja yang sinergis dengan
hormon adrenalin. Hormon ini berfungsi meningkatkan kadar gula dalam
darah dan mengubah glikogen menjadi glukosa dalam peristiwa glikolisis.
Gambar 2.14 anatomi pancreas
8. Kelenjar kelamin/gonad
Kelenjar kelamin/gonad pada wanita terletak di ovarium di rongga perut
dan pada pria letaknya di testis di rongga perut bawah.
Menghasilkan hormon dan sel kelamin. Macamnya ada 2 sel kelamin :
Sel Testis
Menghasilkan Hormon Androgen, Ex : Hormon Testosteron,
merupakan satu hormon yang terpenting dalam pembentukan sel
spermatozoa. Fungsi Hormon Testosteron :
a. Mengatur ciri kelamin sekunder.
b. Mempertahankan proses spermatogenesis.
Sel Ovarium
Menghasilkan 3 hormon penting dalam seorang wanita :
Hormon Estrogen, hormon ini berfungsi untuk memperlihatkan ciri-ciri
kelamin sekunder wanita.
Hormon Progesteron, hormon ini berfungsi mempersiapkan masa
kehamilan dengan menebalkan dinding uterus dan enjaga kelenjar susu
dalam menghasilkan air susu.
Hormon Relaksin, hormon ini berfungsi untuk membantu proses
persalinan dalam kontraksi otot.
Pengendalian Endokrin
Jika kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon
di dalam darah bisa menjadi tinggi atau rendah, sehingga mengganggu fungsi
tubuh. Untuk mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap hormon
harus diatur dalam batas-batas yang tepat.
Tubuh perlu merasakan dari waktu ke waktu apakah diperlukan lebih
banyak atau lebih sedikit hormon. Hipotalamus dan kelenjar hipofisa
melepaskan hormonnya jika mereka merasakan bahwa kadar hormon lainnya
yang mereka kontrol terlalu tinggi atau terlalu rendah. Hormon hipofisa lalu
masuk ke dalam aliran darah untuk merangsang aktivitas di kelenjar target.
Jika kadar hormon kelenjar target dalam darah mencukupi, maka hipotalamus
dan kelenjar Hipofisa mengetahui bahwa tidak diperlukan perangsangan lagi
dan mereka berhenti melepaskan hormon.
Sistem umpan balik ini mengatur semua kelenjar yang berada dibawah
kendali hipofisa. Hormon tertentu yang berada dibawah kendali hipofisa
memiliki fungsi yang memiliki jadwal tertentu. Misalnya, suatu siklus
menstruasi wanita melibatkan peningkatan sekresi LH dan FSH oleh kelenjar
hipofisa setiap bulannya. Hormon estrogen dan progesteron pada indung telur
juga kadarnya mengalami turun-naik setiap bulannya.
Mekanisme pasti dari pengendalian oleh hipotalamus dan hipofisa
terhadap bioritmik ini masih belum dapat dimengerti. Tetapi jelas terlihat
bahwa organ memberikan respon terhadap semacam jam biologis.
Klasifikasi hormon
1. Hormon perkembangan : hormon yangmemegang peranan di dalam
perkembangandan pertumbuhan. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar
gonad.
2. Hormon metabolisme : proses homeostasis glukosa dalam tubuh diatur oleh
bermacam-macam hormon, contoh glukokortikoid, glukagon, dan
katekolamin.
3. Hormon tropik : dihasilkan oleh struktur khusus dalam pengaturan fungsi
endokrin yakni kelenjar hipofise sebagai hormon perangsang pertumbuhan
folikel (FSH) pada ovarium dan proses spermatogenesis (LH).
4. Hormon pengatur metabolisme air dan mineral : kalsitonin dihasilkan oleh
kelenjar tiroid untuk mengatur metabolisme kalsium dan fosfor.
a. Hormon Utama
Hormon Yang menghasilkan Fungsi
Membantu mengatur keseimbangan
Aldosteron Kelenjar adrenal garam dan air dengan cara menahan
garam dan air serta membuang kalium
Hormon Menyebabkan ginjal menahan air
antidiuretik Kelenjar hipofisa Bersama dengan aldosteron,
(vasopresin) membantu mengendalikan tekanan
darah
tulang
Hormon
Kelenjar paratiroid Mengendalikan pelepasan kalsium
paratiroid
dan fosfat
A. Definisi
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kinerja
insulin atau kedua-duanya (ADA, 2010). Diabetes adalah penyakit serius kronis
yang terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang
mengatur gula darah, atau glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif
menggunakan insulin yang dihasilkan (World Health Organization, 2016). Secara
garis besar DM dapat diklasifikasikan menjadi DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe
lain, serta gestasional diebetes. DM tipe 1 dapat timbul pada usia berapa saja,
namun paling sering ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. DM tipe 2
merupakan tipe DM yang paling umum, dengan jumlah penderita mencakup
hampir 90% dari seluruh kasus DM.
B. Manifestasi klinis
Beberapa manifestasi klinis yang dapat ditimbulkan oleh penyakit DM,
yaitu:
1. Poliuria
Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24 jam
meningkat melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala DM
dikarenakan kadar gula dalam tubuh relatif tinggi sehingga tubuh tidak
sanggup untuk mengurainya dan berusaha untuk mengeluarkannya melalui
urin. Gejala ini sering terjadi pada malam hari dan urin yang dikeluarkan
mengandung glukosa.
2. Polidipsia
Poidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadar glukosa
terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk meningkatkan asupan
cairan.
3. Polifagia
Pasien DM akan merasa cepat lapar dan lemas, hal tersebut disebabkan
karena glukosa dalam tubuh semakin habis sedangkan kadar glukosa dalam
darah cukup tinggi.
4. Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah
Penurunan berat badan ini disebabkan karena akibat kekurangan glukosa
yang masuk ke dalam sel sehingga tubuh kehilangan cadangan lemak dan
protein karena digunakan sebagai sumber energi untuk menghasilkan tenaga.
C. Etiologi
1. DM tipe 1
diakibatkan oleh kerusakan sel beta pancreas yang diperantarai berbagai faktor.
Faktor genetik dan dipicu oleh faktor lingkungan diduga sebagai penyebab
terjadinya proses autoimun yang menyebabkan destruksi sel beta pankreas
sehingga produksi insulin menjadi berkurang disertai defisiensi relatif atau
absolut dari insulin.
2. DM tipe 2
- Faktor genetic
- Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia > 65 tahun)
- Obesitas
- Riwayat keluarga
3. Diabetes Melitus Tipe Lain
DM tipe ini terjadi karena etiologi lain, misalnya pada defek genetik fungsi sel
beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, penyakit
metabolik endokrin lain, iatrogenik, infeksi virus, penyakit autoimun dan
kelainan genetik lain.
4. Diabetes Melitus Gestasional
DM tipe ini terjadi selama masa kehamilan, dimana intoleransi glukosa
didapati pertama kali pada masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua dan
ketiga. DM gestasional berhubungan dengan meningkatnya komplikasi
perinatal.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DM
PEMBAHASAN KASUS
Seorang laki-laki usia 50 tahun dirawat diruang penyakit dalam dengan keluhan luka
sulit sembuh. Hasil pengkajian didapatkan luka terkena paku tetapi pasien tidak
sadar,kaki sering terasa baal dan kesemutan, tiba-tiba bengkak. Luka semakin lama
meluas, merah, nyeri, dan keluar nanah. Pasien sering lapar dan haus. Sering BAK
malam hari. Riwayat DM sejak 6 tahun yg lalu tidak terkontrol karena bosan minum
obat. Tampak luka dikaki kiri, bengkak dan kemerahan. GDS: 450mg/dl. Hasil
elektrolit : Na: 100, K: 2,5 CI : 98 Terapi saat ini novorapid 3x10 ui, ondansentron
2x1, OMZ : 1 x20 mg, Donperidon : 3x1 amp, Cefriaxon : 1x2 gr metronidazole : 3x
500 mg rawat luka dengan NaCl 0,9%, pasien direncanakan debridemen.
B. Pengkajian
1. Riwayat Keperawatan
Keluhan utama : Seorang laki-laki usia 42 tahun dirawat diruang penyakit
dalam dengan keluhan luka sulit sembuh
Riwayat Kesehatan Sekarang
- didapatkan luka terkena paku, tetapi pasien tidak sadar, tiba-tiba bengkak,
kaki sering terasa baal dan kesemutan Luka semakin lama meluas, merah,
nyeri, dan keluar nanah
- Pasien sering lapar dan haus.
- Sering BAK malam hari
Riwayat penyakit sebelumnya
- Riwayat DM sejak 6 tahun yg lalu tidak terkontrol karena bosan minum
obat.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pasien tidak sadar
b. Ekstermitas : bengkak, luka meluas, merah dan nyeri dan keluar nanah
3. Pemeriksaan Penunjang
GDS: 450mg/dl. Hasil elektrolit : Na: 100, K: 2,5 CI : 98
4. Penatalaksanaan
novorapid 3x10 ui, ondansentron 2x1, OMZ : 1 x20 mg, Donperidon : 3x1
amp, Cefriaxon : 1x2 gr metronidazole : 3x 500 mg rawat luka dengan NaCl
0,9%, pasien direncanakan debridemen.
ANALISA DATA
DATA PROBLEM ETIOLOGI
DS : Defisit volume poliuri dan dehidrasi.
Pasien mengatakan sering cairan
merasa haus.
Pasien mengatakan sering
BAK pada malam hari
DO :
GDS: 450mg/dl.
Hasil elekterolit : Na: 100
K: 2,5
CI : 98
DS : Defisit Nutrisi Peningkatan
Pasien mengatakan sering kebutuhan
lapar Metabolisme
DO :
GDS: 450mg/dl.
Riwayat dm tidak
terkontrol
C. PATHWAY
Riwayat DM sebelumnya
Otot & jaringan lemak
memecahkan cadangan energi
sendiri glikogenelisis
Defisiensi Insulin
Produksi energi ↓
Kekebalan tubuh
menurun
Viskositas darah ↑
RESIKO INFEKSI
Kerusakan pembuluh darah perifer
Ginjal
D. Diagnosa Keperawatan
↓ Volume intrasel
1. Dehidrasi sel
Resiko ketidakseimbangan Merangsang
cairan rasa hausdengan poliuri
berhubungan Polidipsi
dan dehidrasi.
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Peningkatan kebutuhan Metabolisme
3. Gangguan Integritas Jaringan berhubungan dengan Hiperglikemia
4. Resiko Infeksi berhubungan dengan Paparan Organisme Lingkungan
E. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi
Diagnosa 1 : Tujuan: Setelah dilakukan Observasi :
Resiko tindakan 1x24 jam 1. Monitor status hidrasi (mis. Frekuensi nadi,
n cairan cairan tubuh seimbang kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan darah)
KOLABORASI
1. Pemberian Novorapid 3x10 ui, Cefriaxon : 1x2
gr metronidazole : 3x 500 mg
2. Pasien direncanakan debridemen.
Diagnosa 4 : Setelah dilakukan tindakan Observasi :
Resiko Infeksi keperawatan selama ... x24 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik.
berhubungan jam diharapkan infeksi 2. Monitor tanda tanda vital
dengan Paparan berkurang Kriteria hasil: Terapeutik :
Organisme 1. Tidak ada tanda- tanda 1. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
Lingkungan infeksi pasien dan lingkungan pasien.
2. Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko
tinggi
Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi.
2. Anjurkan meningkatkan asupan cairan dan nutrisi.
Kolaborasi :
1. Pemberian antibiotik Cefriaxon : 1x2 gr
metronidazole : 3x 500 mg