Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT

DIABETES MELLITUS

Fasilitator : Ns. Diana Irawati.M.Kep.Sp.Kep.MB


Praktek Klinik : Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Kasus 1

Karina Lestari Neng Lena Nuraena


M Irsham Baharudin Ninin Latifatul N.
Mayang Puspita Sari Lulu Nabilah
Monika Ayu Asari Lutviya
Muga Krisdiana Mitha Afrilia
Nanda Puspitasari

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2020-2021
BAB I
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN

A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin


Kelenjar endokrin merupakan sekelompok susunan sel yang mempunyai
susunan mikroskopis sangat sederhana. Kelompok ini terdiri dari deretan sel-sel,
lempengan atau gumpalan sel disokong oleh jaringan ikat halus yang banyak
mengandung pembuluh kapiler.
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling
berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya,
medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf
(neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua
kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf.
Kelenjar endokrin tidak memiliki saluran, hasil sekresi dihantarkan tidak
melaui saluran, tapi dari sel-sel endokrin langsung masuk ke pmbuluh darah.
Selanjutnya hormon tersebut dibawa ke sel-sel target (responsive cells) tempat
terjadinya efek hormon. Sedangkan ekresi kelenjar eksokrin keluar dari tubuh kita
melalui saluran khusus, seperti uretra dan saluran kelenjar ludah.

Gambar 2.2 Sistem Endokrin

Tubuh kita memiliki beberapa kelenjar endokrin. Diantara kelenjar-kelenjar


tersebut, ada yang berfungsi sebagai organ endokrin murni artinya hormon
tersebut hanya menghasilkan hormon misalnya kelenjar pineal, kelenjar
hipofisis / pituitary, kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar adrenal
suprarenalis, dan kelenjar timus. Selain itu ada beberapa organ endokrin yang
menghasilkan zat lain selain hormon yakni:
Kelenjar Hormon Zat lain yang
dihasilkan
Pankreas Insulin, glukagon Enzim pencernaan
Testis Testosteron Sel sperma
Ovarium Estrogen, Sel telur / ovum
progesteron

B. Fungsi Sistem Endokrin


Sistem endokrin mempunyai lima fungsi umum :
1. Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang
berkembang.
2. Menstimulasi urutan perkembangan.
3. Mengkoordinasi sistem reproduktif.
4. Memelihara lingkungan internal optimal.
5. Melakukan respons korektif dan adaptif ketika terjadi situasi darurat.

C. Klasifikasi Dalam hal struktur Kimianya


1. Hormon diklasifikasikan sebagai hormon yang larut dalam air atau yang larut
dalam lemak. Hormon yang larut dalam air termasuk polipeptida (mis., insulin,
glukagon, hormon adrenokortikotropik (ACTH), gastrin) dan katekolamin
(mis.,dopamin,norepinefrin, epinefrin).
2. Hormon yang larut dalam lemak termasuk steroid (mis., estrogen, progesteron,
testosteron, glukokortikoid, aldosteron) dan tironin (mis., tiroksin). Hormon
yang larut dalam air bekerja melalui sistem mesenger-kedua, sementara
hormon steroid dapat menembus membran sel dengan bebas.
D. Kelenjar Endokrin dan Hormon yang Dihasilkan

Gambar 2.3 Kelenjar-kelenjar endokrin dalam tubuh manusia

Dalam tubuh manusia ada tujuh kelenjar endokrin yang penting, yaitu hipofisis,
tiroid, paratiroid, kelenjar adrenalin (anak ginjal), pankreas, ovarium, dan testis.
1. Kelenjar pinealis
Kelenjar pienalis atau kelenjar epifise terdapat di dalam ventrikel otak.
Kelenjar ini menonjol dari mesensefalon ke atas dan ke belakang kolikus
superior. Kelenjar ini berukuran kecil dan berwarna merah seperti cemara.
Dari segi struktur, kelenjar pienalis dibungkus jaringan ikat piamater.
Elemen-elemen jaringan ikat membentuk septasi dan lobulasi. Komponen
seluler utama dari kelenjar ini adalah astrosit dan pienalisosit (sel epiteloid).
Sel-sel jaringan ikat (sel plasma, fibroblas, sel mast, makrofag) juga sering
ditemukan. Fungsi dari kelenjar pienalis ini belum diketahui secara jelas.
Kelenjar ini menghasilkan sekresi interna yang berfungsi untuk membantu
pankreas serta kelenjar kelamin yang penting untuk mengatur aktivitas seksual
serta reproduksi manusia. Dalam menjalankan fungsinya, kelenjar pienalis
diatur oleh syarat syaraf yang ditimbulkan cahaya oleh mata. Kelenjar ini
menyekresikan melatonin.
 Hormon melatonin : Pada remaja hormon ini dihasilkan lebih banyak bila
dibandingkan dengan orang dewasa. Melatonin merupakan hormon yang
berfungsi untuk mengatur irama sirkandian manusia. Hormon ini berperan
untuk mengatur rasa kantuk pada diri seseorang.
2. Kelenjar Hipofisis
Kelenjar hipofisis atau kelenjar pituitari merupakan kelenjar yang
terletak di sela tursika, pada konvavitas berbentuk sadel dari tulang sphenoid.
Kelenjar hipofisis memiliki ukuran kira-kira 10x13x6 mm serta memiliki berat
sekitar 0,5 sampai 1 gram. Bagian superior dari kelenjar hipofisis ini terdapat
diafragma sella. Diafragma sella merupakan suatu perluasaan transversal dari
duramater. Bagian ini juga merupakan suatu bagian yang ditembus oleh
tungkai hipofisis. Secara fisiologis, kelenjar hipofisis dapat dibedakan menjadi
dua bagian, yaitu hipofisis anterior (adenohipofisis) serta hipofisis posterior
(neurohipofisis). Antara hipofisis anterior dan hipofisis posterior, terdapat
suatu daerah kecil yang disebut sebagai pars intermedia.
a. Lobus Anterior/Adenohypophysis
Secara embirologis, hipofisis anterior merupakan bagian hipofisis
yang berasal dari kantong rathke. Kantung ranthke merupakan suatu
invaginasi epitel faring sewaktu pembentukan embrio. Hal ini berbeda
dengan hipofisis posterior (Guyton, A. C., & Hall, J. E., 2012).

Gambar 2.7 kelenjar Hipofisis Anterior

Macam-macam fungsi hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis lobus


anterior :
No. Sel yang Hormon Fungsi
Menghasilkan
1 Sel orangeophil GH (Growth Hormone) Hormon yang berfungsi
(alpha acidophil/sel merangsang pertumbuhan
somatotrope) tulang, jaringan lemak, serta
visera penting pada individu
yang masih muda. Selain itu,
hormon ini berfungsi mengatur
metabolisme protein, elektrolit,
karbohidrat dan lemak.
kekurangan hormon ini pada
anak-anak-anak menyebabkan
pertumbuhannya
terhambat /kerdil
(kretinisme), jika kelebihan
akan menyebabkan
pertumbuhan raksasa
(gigantisme). Jika kelebihan
terjadi pada saat dewasa, akan
menyebabkan pertumbuhan
tidak seimbang pada tulang
jari tangan, kaki, rahang,
ataupun tulang hidung yang
disebut akromegali.
2 Sel carminophil Hormon prolaktin Merangsang pertumbuhan
(epsilon (luteotropic hormone/ payudara wanita dan
acidophil/sel LTH). memproduksi air susu
mammotrope)
3 Sel beta basophil thyrotropic Menstimulasi sintesis dan
(sel thyrotropic) hormon/thyroid sekresi hormon tiroid (tiroksin
stimulating dan triiodotironin)
hormone/TSH
4 Sel gonadothropic 1. Follicle 1. Merangsang
- Sel Stimulating pematangan folikel
gonadothropi Hormone (FSH) dalam ovarium dan
c pada wanita 2. Luteinizing menghasilkan
Hormone (LH) estrogen
2. Mempengaruhi
pematangan folikel
dalam ovarium dan
menghasilkan
progestron
- Sel 1. Follicle 1. Merangsang
gonadothropi Stimulating terjadinya
c pada pria Hormone (FSH) spermatogenesis
2. Interstitial Cell (proses pematangan
Stimulating sperma)
Hormone (ICSH) 2. Merangsang sel-sel
interstitial testis
untuk memproduksi
testosteron dan
androgen
5 Sel corticotrophic ACTH Menstimulasi sintesis dan
(Adenocorticotropic sekresi hormon adenokortikal
Hormone). (kortisol, androgen dan
aldosterone).
6 Sel pada pars Melanocyte-stimulating Mempengaruhi kondisi kulit,
intermedia hormone (MSH). membantu proses pigmentasi
(Pratiwi, H., 2013) (Guyton, A. C., & Hall, J. E., 2012) (Syaiffudin, H., 2006).

b. Lobus Posterior/Neurohipophyisis
Gambar 2.8 kelenjar Hipofisis Posterior

Hipofisis posterior merupakan bagian hipofisis yang berasal dari


evagianasi atau penonjolan jaringan saraf dari hipotalamus (Syaiffudin, H.,
2006).
Macam-macam fungsi hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis
lobus posterior :
No. Hormon Fungsi
1 Antidiuretic hormone Meningkatkan reabsorbsi air oleh
(ADH/vasopressin) ginjal dan menimbulkan vasokontriksi
serta meningkatkan tekanan darah
2 Oksitosin Merangsang ejeksi air susu dari
payudara dan merangsang kontraksi
uterus
(Guyton, A. C., & Hall, J. E., 2012) (Syaiffudin, H., 2006).

3. Kelenjar thyroid
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar endokrin terbesar di dalam tubuh.
Secara normal, kelenjar ini memiliki berat 15-20 gram pada manusia dewasa.
Kelenjar tiroid terletak tepat dibawah laring pada kedua sisi dan sebelah
anterior trakea, serta terdiri dari dua lobus, yaitu lobus dekstra dan sinistra.
Kedua lobus ini saling berhubungan. Masing-masing lobus memiliki tebal 2
cm, panjang 4 cm, dan lebar 2,5 cm. Secara mikroskopis, struktur kelenjar
tiroid ini terdiri dari banyak folikel-folikel tertutup yang dipenuhi oleh bahan
sekretorik yang disebut koloid. Koloid ini dibatasi oleh sel-sel epitel kuboid
yang berperan mengeluarkan hormonnya ke bagian folikel. Unsur utama dari
koloid adalah glikoprotein trigobulin besar, yang mengandung hormon tiroid
dalam molekul-molekulnya.
Secara fisiologis, kelenjar tiroid ini berfungsi untuk menyesekresikan
dua hormon utama, yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3).
 Tiroksin (T4) dan Triiodotironin (T3). Sekeresi hormon tiroid ini
memerlukan bantuan TSH untuk endosistosis koloid pada mikrovili, enzim
proteolitik untuk memecahkan tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) dari
trigobulin. Selanjutnya tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) akan dilepaskan
ke dalam darah. Kedua hormon berfungsi untuk meningkatkan kecepatan
metabolisme tubuh dengan meningkatkan kecepatan reaksi kimia di
sebagian besar sel. (Guyton, A. C., & Hall, J. E., 2012).
 Kalsitonin. Selain tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3), kelenjar ini juga
menyesekresikan kalsitonin. Hormon kalsitonin merupakan hormon yang
berfungsi untuk menambah deposit kalsium di tulang. Selain itu, hormon ini
berfungsi untuk mengurangi konsentrasi kalsium di cairan ekstrasel
(Guyton, A. C., & Hall, J. E., 2012).

Jenis penyakit tiroid yang utama:


 Hipertiroidisme / Tirotoksikosis
Hyperthyroidism / thyrotoxicosis, hormon tiroid T3 dan T4 didapati lebih
tinggi daripada orang biasa.
 Hipotiroidisme

4. Kelenjar paratiroid
Kelenjar paratiroid merupakan kelenjar yang terletak di atas selaput yang
membungkus kelenjar tiroid. Kelenjar ini terdiri dari 4 buah. Setiap dua pasang
kelenjar ini terletak pada dibelakang tiap lobus dari kelenjar tiroid. Setiap
kelenjar paratiroid berukuran kira-kira 5x5x3 mm, dengan berat sekitar 25-30
mg.
Sel utama dari kelenjar ini terdiri dari sel prinsipal dan sel oksifil. Sel
prinsipal ada 2 macam, yaitu sel prinsipal terang dan sel prinsipal gelap.
Jumlah sel prinsipal lebih banyak dibanding sel oksifil. Hormone yang
dihasilkan oleh kelenjar paratiroid adalah hormone Paratiroksin.
 Paratiroksin merupakan polipeptida produk sekretorik sel-sel prinsipal
kelenjar paratiroid . Hormon ini berfungsi untuk mengatur konsentrasi ion
kalsium serum. Produksi hormon paratiroksin akan meningkat apabila kadar
kalsium dalam plasma menurun. Hormon ini meningkatkan kadar kalsium
dalam darah dengan meningkatkan absorbsi kalsium pada usus dan ginjal,
serta melepaskan kalsium dari tulang.

5. Kelenjar suprarenalis/adrenal
Kelenjar adrenal merupakan kelenjar berbentuk ceper yang terdapat di
bagian atas ginjal. Kelenjar adrenal berjumlah dua buah, terdapat satu pada
masing-masing ginjal. Kelenjar ini memiliki berat kira-kira 5-9 gram. Kelenjar
ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian luar (korteks) serta bagian dalam
(medula). Bagian korteks merupakan bagian kelenjar yang berasal dari sel-sel
mesodermal, sedangkan bagian medula merupakan bagian yang berasal dari
sel-sel ectodermal. Perbatasan korteks-medula interdigitasi atau dapat terlihat
jelas.
a. Bagian Kortex
Bagian korteks adrenal merupakan bagian yang tersusun dari sel-sel
sekretorik berbentuk polihedral tersusun dalam bentuk tali-tali, biasanya
setebal 2 sel. Tali-tali tersebut terorientasi secara radial dari daerah medula.
Bagian ini terbagi menjadi beberapa zona, yaitu zona gromerulosa (lapisan
luar), zona fasikulata (lapisan tengah yang paling besar), zona retikularis
(lapisan dalam langsung yang mengelilingi medula).
No. Hormon Fungsi
1. Aldosteron (salah satu Meningkatkan reabsorbsi natrium ginjal, sekresi
jenis hormon dari kalium, dan sekresi ion hidrogen
golongan
mineralkortikoid)
2. Glukokortikoid (jenis 1. Meningkatkan glikogenesis dan glukogenesis di
hormon yang terutama dalam sel hati
dilepaskan adalah kortisol) 2. Meningkatkan metabolisme protein terutama di
otot dan tulang
3. Meningkatkan sintesis DNA dan RNA dalam sel
hati
4. Menahan ion Na dan ion Cl, meningkatkan
sekresi ion K di dalam ginjal
5. Menurunkan ambang rangsangan susunan saraf
pusat
6. Menggiatkan sekresi asam lambung
7. Menguatkan efek noreadrenalin terhadap
pembuluh darah dan merendahkan permeabilitas
dinding pembuluh darah
8. Mempunyai efek antiinflamasi. Hormon ini
menstabilkan membran lisosom, menurunkan
sintesis kolagen, meninggikan degradasi
kolagen, dan menghambat prolifuasi fibroblas.
9. Menurunkan daya tahan terhadap infeksi dan
menghambat pembentukan antibody
10.Menghambat pelepasan histamin dan reaksi
alergi
3. Androgen (terutama Hormon yang terkait dengan maskulinisasi yang
ketosteroid memacu anabolisme protein dan merangsang
dehidroepialdosteron) pertumbuhan.
4. Estrogen Memacu pertumbuhan dan perkembangan sistem
reproduksi wanita, payudara wanita dan ciri seksual
sekunder wanita.
(Guyton, A. C., & Hall, J. E., 2012) (Syaiffudin, H., 2006).
b. Bagian Medulla
Medula adrenal memiliki beberapa komponen utama medula, yaitu sel
kelenjar, sel ganglion, venula, dan kapiler. Sel kelenjar dari medula adrenal
berukuran besar, berbentuk kolumner atau polihedral, nukleusnya besar dan
vesikuler. Sel kelenjar ini terpolarisasi, satu kutub menghadap venula, kutub
yang lain menghadap kapiler. Sitoplasmanya basofil serta memiliki granula
yang tercat kromafin yang sering disebut adrenokron. Sel-selnya disebut sel
kromafin atau feokrom. Ini berkaitan dengan sistem saraf simpatis yang
menyekresikan epinefrin dan norepinefrin sebagai respon terhadap rangsang
simpatis. Sel kelenjar dapat memproduksi efinefrin disamping norefrinefrin
yang diubah oleh enzim yang dirangsang oleh kortisol.
No. Hormon Fungsi
1. Norefinefrin Pada sistem kardiovaskuler, hormon ini menyebabkan
vasokonstriksi sehingga hormon ini berperan dalam
meningkatkan tekanan darah. Tekanan darah yang
meningkat berperan untuk memperbaiki keadaan syok yang
bukan disebabkan oleh pendarahan.
2. Efinefrin 1. Pada sistem kardiovaskuler, hormon ini berfungsi untuk
memvasodilatasi arteriole dari otot tulang serta
memvasokontriksi arteriole pada kulit. Pada jantung,
efinefrin berfungsi menambah atau meningkatkan
kontraksi otot jantung, serta memperbesar curah jantung.
2. Hormon ini juga dapat berdampak terhadap metabolisme.
Terkait dengan metabolisme tubuh, hormon ini berfungsi
untuk:
- Mestimulasi pemecahan glikogen oleh hepar dan
otot. Aksi iniberfungsi untuk menaikkan tekanan
darah melalui penambahan AMP (Adenosin
monofosfat).
- Menyebabkan efek lipolisis dalam jaringan lemak.
Efek lipolisis menyebabkan pelepasan amino dan
gliserol dalam darah. Asam lemak sebagai pemicu
dalam otot dan hati untuk proses glukoneogenesis.
- Menghalangi pelepasan insulin dalam pancreas.
- Dalam keadaan darurat, efinefrin digunakan untuk
melepas asam lemak dari jaringan untuk pembakar
dalam otot, meningkatkan mobilisasi glukosa dengan
menambah glukoneogenolisis serta glukogenesis,
mengurangi uptake glukosa dalam otot, mengurangi
pelepasan insulin, sehingga glukosa digunakan oleh
sistem saraf sentral.
3. Hormon ini juga berdampak terhadap otot polos dari
vicera. Efinefrin dapat menyebabkan relaksasi otot polos
gaster, usus, vesica urinaria serta otot polos bronkus.

6. Kelenjar Thymus
Kelenjar thymus terletak di rongga dada. Kelenjar ini menghasilkan hormone
somatotrof. Adapun fungsi hormone ini adalah untuk :
a. Mengatur proses pertumbuhan.
b. Kekebalan tubuh/imunitas setelah kelahiran.
c. Memacu pertumbuhan dan pematangan sel Limfosit yang menghasilkan
Lymphocyte cell/T Cell.

7. Kelenjar pancreas/langerhans
Kelenjar pancreas/langerhans merupakan merupakan sekelompok sel
yang terletak pada pankreas. Sehingga dikenal dengan pulau – pulau
langerhans. Kelenjar pancreas/langerhans menghasilkan hormon insulin dan
hormon glukagon.
 Hormon Insulin Bersifat antagonis dengan hormon adrenalin.
Hormon ini berfungsi :
- Mengatur kadar glukosa dalam darah.
- Membantu pengubahan glukosa menjadi glikogen dalam hepar dan otot.
 Hormon Glukagon Hormon ini mempunyai sifat kerja yang sinergis dengan
hormon adrenalin. Hormon ini berfungsi meningkatkan kadar gula dalam
darah dan mengubah glikogen menjadi glukosa dalam peristiwa glikolisis.
Gambar 2.14 anatomi pancreas

8. Kelenjar kelamin/gonad
Kelenjar kelamin/gonad pada wanita terletak di ovarium di rongga perut
dan pada pria letaknya di testis di rongga perut bawah.
Menghasilkan hormon dan sel kelamin. Macamnya ada 2 sel kelamin :
 Sel Testis
Menghasilkan Hormon Androgen, Ex : Hormon Testosteron,
merupakan satu hormon yang terpenting dalam pembentukan sel
spermatozoa. Fungsi Hormon Testosteron :
a. Mengatur ciri kelamin sekunder.
b. Mempertahankan proses spermatogenesis.
 Sel Ovarium
Menghasilkan 3 hormon penting dalam seorang wanita :
 Hormon Estrogen, hormon ini berfungsi untuk memperlihatkan ciri-ciri
kelamin sekunder wanita.
 Hormon Progesteron, hormon ini berfungsi mempersiapkan masa
kehamilan dengan menebalkan dinding uterus dan enjaga kelenjar susu
dalam menghasilkan air susu.
 Hormon Relaksin, hormon ini berfungsi untuk membantu proses
persalinan dalam kontraksi otot.

Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah:


a. FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang
dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH.
b. LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan
hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH.
c. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk
mengeluarkan prolaktin.

 Karakteristik Sistem Endokrin


Meskipun setiap hormon adalah unik dan mempunyai fungsi dan struktur
tersendiri, namun semua hormon mempunyai karakteristik berikut. Hormon
disekresi dalam salah satu dari tiga pola berikut:
1. Sekresi diurnal adalah pola yang naik dan turun dalam periode 24 jam.
Kortisol adalah contoh hormon diurnal. Kadar kortisol meningkat pada pagi
hari dan menurun pada malam hari.
2. Pola sekresi hormonal pulsatif dan siklik naik turun sepanjang waktu
tertentu, seperti bulanan. Estrogen adalah non siklik dengan puncak dan
lembahnya menyebabkan siklus menstruasi.
3. Tipe sekresi hormonal yang ketiga adalah variabel dan tergantung pada
kadar subtrat lainnya. Hormon paratiroid disekresi dalam berespons
terhadap kadar kalsium serum.
Hormon bekerja dalam sistem umpan balik, yang memungkinkan tubuh
untuk dipertahankan dalam situasi lingkungan optimal. Hormon mengontrol
laju aktivitas selular. Hormon tidak mengawali perubahan biokimia, hormon
hanya mempengaruhi sel-sel yang mengandung reseptor yang sesuai, yang
melakukan fungsi spesifik.
Hormon mempunyai fungsi dependen dan interdependen. Pelepasan
hormon dari satu kelenjar sering merangsang pelepasan hormon dari kelenjar
lainnya. Hormon secara konstan di reactivated oleh hepar atau mekanisme lain
dan diekskresi oleh ginjal.

 Pengendalian Endokrin
Jika kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon
di dalam darah bisa menjadi tinggi atau rendah, sehingga mengganggu fungsi
tubuh. Untuk mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap hormon
harus diatur dalam batas-batas yang tepat.
Tubuh perlu merasakan dari waktu ke waktu apakah diperlukan lebih
banyak atau lebih sedikit hormon. Hipotalamus dan kelenjar hipofisa
melepaskan hormonnya jika mereka merasakan bahwa kadar hormon lainnya
yang mereka kontrol terlalu tinggi atau terlalu rendah. Hormon hipofisa lalu
masuk ke dalam aliran darah untuk merangsang aktivitas di kelenjar target.
Jika kadar hormon kelenjar target dalam darah mencukupi, maka hipotalamus
dan kelenjar Hipofisa mengetahui bahwa tidak diperlukan perangsangan lagi
dan mereka berhenti melepaskan hormon.
Sistem umpan balik ini mengatur semua kelenjar yang berada dibawah
kendali hipofisa. Hormon tertentu yang berada dibawah kendali hipofisa
memiliki fungsi yang memiliki jadwal tertentu. Misalnya, suatu siklus
menstruasi wanita melibatkan peningkatan sekresi LH dan FSH oleh kelenjar
hipofisa setiap bulannya. Hormon estrogen dan progesteron pada indung telur
juga kadarnya mengalami turun-naik setiap bulannya.
Mekanisme pasti dari pengendalian oleh hipotalamus dan hipofisa
terhadap bioritmik ini masih belum dapat dimengerti. Tetapi jelas terlihat
bahwa organ memberikan respon terhadap semacam jam biologis.

 Klasifikasi hormon
1. Hormon perkembangan : hormon yangmemegang peranan di dalam
perkembangandan pertumbuhan. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar
gonad.
2. Hormon metabolisme : proses homeostasis glukosa dalam tubuh diatur oleh
bermacam-macam hormon, contoh glukokortikoid, glukagon, dan
katekolamin.
3. Hormon tropik : dihasilkan oleh struktur khusus dalam pengaturan fungsi
endokrin yakni kelenjar hipofise sebagai hormon perangsang pertumbuhan
folikel (FSH) pada ovarium dan proses spermatogenesis (LH).
4. Hormon pengatur metabolisme air dan mineral : kalsitonin dihasilkan oleh
kelenjar tiroid untuk mengatur metabolisme kalsium dan fosfor.

a. Hormon Utama
Hormon Yang menghasilkan Fungsi
Membantu mengatur keseimbangan
Aldosteron Kelenjar adrenal garam dan air dengan cara menahan
garam dan air serta membuang kalium
Hormon  Menyebabkan ginjal menahan air
antidiuretik Kelenjar hipofisa  Bersama dengan aldosteron,
(vasopresin) membantu mengendalikan tekanan
darah

Memiliki efek yang luas di seluruh


tubuh, terutama sebagai:
Anti peradangan

Kortikosteroid Kelenjar adrenal  Mempertahankan kadar gula darah,


tekanan darah dan kekuatan otot
 Membantu mengendalikan
keseimbangan garam dan air

Mengendalikan pembentukan dan


Kortikotropin Kelenjar hipofisa pelepasan hormon oleh korteks
adrenal
Merangsang pembentukan sel darah
Eritropoietin Ginjal
merah
Mengendalikan perkembangan ciri
Estrogen Indung telur
seksual dan sistem reproduksi wanita
Glukagon Pankreas Meningkatkan kadar gula darah
 Mengendalikan pertumbuhan dan
Hormon perkembangan
Kelenjar hipofisa
pertumbuhan  Meningkatkan pembentukan protein

 Menurunkan kadar gula darah


 Mempengaruhi metabolisme
Insulin Pankreas glukosa, protein dan lemak di
seluruh tubuh

LH (luteinizing Kelenjar hipofisa  Mengendalikan fungsi reproduksi


hormone) (pembentukan sperma dan
FSH (follicle- sementum, pematangan sel telur,
stimulating siklus menstruasi
hormone)  Mengendalikan ciri seksual pria dan
wanita (penyebaran rambut,
pembentukan otot, tekstur dan
ketebalan kulit, suara dan bahkan
mungkin sifat kepribadian)

Menyebabkan kontraksi otot rahim


Oksitosin Kelenjar hipofisa
dan saluran susu di payudara
 Mengendalikan pembentukan

tulang
Hormon
Kelenjar paratiroid  Mengendalikan pelepasan kalsium
paratiroid
dan fosfat

 Mempersiapkan lapisan rahim


untuk penanaman sel telur
yang telah dibuahi
Progesteron Indung telur
 Mempersiapkan kelenjar susu
untuk menghasilkan susu

Memulai dan mempertahankan


Polaktin Kelenjar hipofisa
pembentukan susu di kelenjar susu
Renin dan
Ginjal Mengendalikan tekanan darah
angiotensin
Mengatur pertumbuhan, pematangan
Hormon tiroid Kelenjar tiroid
dan kecepatan metabolism
TSH
(tyroid- Merangsang pembentukan dan
Kelenjar hipofisa
stimulating pelepasan hormon oleh kelenjar tiroid
hormone)
BAB II
KONSEP DASAR DIABETES MELLITUS

A. Definisi
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kinerja
insulin atau kedua-duanya (ADA, 2010). Diabetes adalah penyakit serius kronis
yang terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang
mengatur gula darah, atau glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif
menggunakan insulin yang dihasilkan (World Health Organization, 2016). Secara
garis besar DM dapat diklasifikasikan menjadi DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe
lain, serta gestasional diebetes. DM tipe 1 dapat timbul pada usia berapa saja,
namun paling sering ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. DM tipe 2
merupakan tipe DM yang paling umum, dengan jumlah penderita mencakup
hampir 90% dari seluruh kasus DM.

B. Manifestasi klinis
Beberapa manifestasi klinis yang dapat ditimbulkan oleh penyakit DM,
yaitu:
1. Poliuria
Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24 jam
meningkat melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala DM
dikarenakan kadar gula dalam tubuh relatif tinggi sehingga tubuh tidak
sanggup untuk mengurainya dan berusaha untuk mengeluarkannya melalui
urin. Gejala ini sering terjadi pada malam hari dan urin yang dikeluarkan
mengandung glukosa.
2. Polidipsia
Poidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadar glukosa
terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk meningkatkan asupan
cairan.
3. Polifagia
Pasien DM akan merasa cepat lapar dan lemas, hal tersebut disebabkan
karena glukosa dalam tubuh semakin habis sedangkan kadar glukosa dalam
darah cukup tinggi.
4. Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah
Penurunan berat badan ini disebabkan karena akibat kekurangan glukosa
yang masuk ke dalam sel sehingga tubuh kehilangan cadangan lemak dan
protein karena digunakan sebagai sumber energi untuk menghasilkan tenaga.

C. Etiologi
1. DM tipe 1
diakibatkan oleh kerusakan sel beta pancreas yang diperantarai berbagai faktor.
Faktor genetik dan dipicu oleh faktor lingkungan diduga sebagai penyebab
terjadinya proses autoimun yang menyebabkan destruksi sel beta pankreas
sehingga produksi insulin menjadi berkurang disertai defisiensi relatif atau
absolut dari insulin.
2. DM tipe 2
- Faktor genetic
- Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia > 65 tahun)
- Obesitas
- Riwayat keluarga
3. Diabetes Melitus Tipe Lain
DM tipe ini terjadi karena etiologi lain, misalnya pada defek genetik fungsi sel
beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, penyakit
metabolik endokrin lain, iatrogenik, infeksi virus, penyakit autoimun dan
kelainan genetik lain.
4. Diabetes Melitus Gestasional
DM tipe ini terjadi selama masa kehamilan, dimana intoleransi glukosa
didapati pertama kali pada masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua dan
ketiga. DM gestasional berhubungan dengan meningkatnya komplikasi
perinatal.

D. Pemeriksaan penunjang / diagnostic


1. Glukosa darah sewaktu
Kriteria diagnostik WHO untuk Diabetes Melitus sedikitnya 2 kali
pemeriksaan :
- Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
- Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) >200 mg/dl)
(Padila, 2012).
2. Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa
- Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Tes toleransi glukosa
Kadar gula darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis
Diabetes Melitus (mg/dl).

E. Penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi


Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup
penyandang diabetes. Tujuan penatalaksanaan meliputi edukasi, terapi gizi medis,
latihan jasmani dan intervensi farmakologis (Ndraha, 2014).
1. Edukasi
Tim kesehatan mendampingi pasien dalam perubahan perilaku sehat
yang meningkatkan motivasi pasien. Tujuan dari edukasi diabetes adalah
mendukung usaha pasien penyandang diabetes untuk mengerti perjalanan
alami penyakitnya dan pengelolaannya, mengenali masalah
kesehatan/komplikasi yang mungkin timbul secara dini/saat masih reversible,
ketaatan perilaku pemantauan dan pengelolaan penyakit secara mandiri, dan
perubahan perilaku/kebiasaan kesehatan yang diperlukan. Edukasi pada
penyandang DM meliputi pemantauan glukosa mandiri, perawatan kaki,
ketaatan pengunaan obat-obatan, berhenti merokok, meningkatkan aktifitas
fisik, dan mengurangi asupan kalori dan diet tinggi lemak.
2. Pengaturan Makan
Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM yaitu makanan yang
seimbang, sesuai dengan kebutuhan kalori masing-masing individu, dengan
memperhatikan keteraturan jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan.
Komposisi makanan yang dianjurkan oleh PERKENI, menetapkan standar
komposisi:
Karbohidrat : 60%-70%
Protein : 10%-15%
Lemak : 20%-25%
Kolesterol : < 300 mg/hr
3. Latihan Jasmani
Latihan jasmani secara teratur 3-4 kali seminggu, masing-masing selama
kurang lebih 30 menit. Latihan jasmani dianjurkan yang bersifat aerobik
seperti berjalan santai, jogging, bersepeda dan berenang. Latihan jasmani
selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan
meningkatkan sensitifitas insulin.
4. Intervensi Farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan peningkatan pengetahuan
pasien, pengaturan makan dan latihan jasmani. Terapi farmakologis terdiri dari
obat oral dan bentuk suntikan.
- Sulfonylurea menyebabkan augmentasi sekresi insulin oleh sel beta:
klorpropamid, glibenklamid, glipizid, glikuidon, glimepiride
- Biguanid (metformin) menghambat produksi glukosa hepatic dan
meningkatkan sensitivitas jaringan perifer jaringan terhadap insulin.

Inhibitor alfa-glukosidase menurunkan hiperglikemia pada glukosa 2 jam PP


menghambat digesti dan absorbs karbohidrat di usus

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DM

PEMBAHASAN KASUS
Seorang laki-laki usia 50 tahun dirawat diruang penyakit dalam dengan keluhan luka
sulit sembuh. Hasil pengkajian didapatkan luka terkena paku tetapi pasien tidak
sadar,kaki sering terasa baal dan kesemutan, tiba-tiba bengkak. Luka semakin lama
meluas, merah, nyeri, dan keluar nanah. Pasien sering lapar dan haus. Sering BAK
malam hari. Riwayat DM sejak 6 tahun yg lalu tidak terkontrol karena bosan minum
obat. Tampak luka dikaki kiri, bengkak dan kemerahan. GDS: 450mg/dl. Hasil
elektrolit : Na: 100, K: 2,5 CI : 98 Terapi saat ini novorapid 3x10 ui, ondansentron
2x1, OMZ : 1 x20 mg, Donperidon : 3x1 amp, Cefriaxon : 1x2 gr metronidazole : 3x
500 mg rawat luka dengan NaCl 0,9%, pasien direncanakan debridemen.

A. Identitas diri klien


Nama : Tn A
Umur : 50 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki

B. Pengkajian
1. Riwayat Keperawatan
Keluhan utama : Seorang laki-laki usia 42 tahun dirawat diruang penyakit
dalam dengan keluhan luka sulit sembuh
Riwayat Kesehatan Sekarang
- didapatkan luka terkena paku, tetapi pasien tidak sadar, tiba-tiba bengkak,
kaki sering terasa baal dan kesemutan Luka semakin lama meluas, merah,
nyeri, dan keluar nanah
- Pasien sering lapar dan haus.
- Sering BAK malam hari
Riwayat penyakit sebelumnya
- Riwayat DM sejak 6 tahun yg lalu tidak terkontrol karena bosan minum
obat.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Pasien tidak sadar
b. Ekstermitas : bengkak, luka meluas, merah dan nyeri dan keluar nanah
3. Pemeriksaan Penunjang
GDS: 450mg/dl. Hasil elektrolit : Na: 100, K: 2,5 CI : 98
4. Penatalaksanaan
novorapid 3x10 ui, ondansentron 2x1, OMZ : 1 x20 mg, Donperidon : 3x1
amp, Cefriaxon : 1x2 gr metronidazole : 3x 500 mg rawat luka dengan NaCl
0,9%, pasien direncanakan debridemen.
ANALISA DATA
DATA PROBLEM ETIOLOGI
DS : Defisit volume poliuri dan dehidrasi.
 Pasien mengatakan sering cairan
merasa haus.
 Pasien mengatakan sering
BAK pada malam hari
DO :
 GDS: 450mg/dl.
 Hasil elekterolit : Na: 100
K: 2,5
CI : 98
DS : Defisit Nutrisi Peningkatan
 Pasien mengatakan sering kebutuhan
lapar Metabolisme
DO :
 GDS: 450mg/dl.
 Riwayat dm tidak
terkontrol

DS: Gangguan hiperglikemi


 Pasien mengatakan luka integritas kulit
sulit sembuh
 Pasien mengatakan kaki
sering terasa baal dan
kesemutan, tiba-tiba
bengkak
DO :
 Didapatkan luka terkena
paku
 Tampak luka dikaki kiri,
 Tampak bengkak dan
kemerahan
 Terlihat Luka semakin
lama meluas, merah,
nyeri, dan keluar nanah.
 GDS: 450mg/dl.
DS: Resiko Infeksi Paparan Organisme
 Pasien mengatakan luka Lingkungan
sulit sembuh
DO :
 Tampak bengkak dan
kemerahan
 Terlihat Luka semakin
lama meluas, merah,
nyeri, dan keluar nanah.
 Didapatkan luka terkena
paku

C. PATHWAY

Riwayat DM sebelumnya
Otot & jaringan lemak
memecahkan cadangan energi
sendiri glikogenelisis
Defisiensi Insulin
Produksi energi ↓

Gula darah tidak diserap oleh tubuh Anabolisme protein


Menstimulasi rasa lapar
menurun

Poliphagia (sering makan) Kadar gula ↑


Kerusakan pada
antibody
DEFISIT NUTRISI Hiperglikemia

Kekebalan tubuh
menurun
Viskositas darah ↑
RESIKO INFEKSI
Kerusakan pembuluh darah perifer
Ginjal

Gangguan suplai darah


Sirkulasi darah ke ginjal terhambat

Ginjal tidak dapat reabsorbsi insulin


Hipoksia jaringan Adanya Luka

Glukosa masuk ke dalam urin Kerusakan saraf Tidak mendapat


suplai darah (Nutrisi,

Neuropati sensori O2, Leukosit)


Glukosuria
perifer
Kerusakan &

Osmotik diuretik (cairan intra sel kematian jaringan


berdifusi ke cairan intravaskuler)

Poliuria (sering berkemih) Resiko Ulkus DM & Ganggren


ketidakseim
bangan
Elektrolit tubuh banyak hilang (natrium cairan
Gangguan integritas
klorida, kalium & fospat)
jaringan

D. Diagnosa Keperawatan
↓ Volume intrasel
1. Dehidrasi sel
Resiko ketidakseimbangan Merangsang
cairan rasa hausdengan poliuri
berhubungan Polidipsi
dan dehidrasi.
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Peningkatan kebutuhan Metabolisme
3. Gangguan Integritas Jaringan berhubungan dengan Hiperglikemia
4. Resiko Infeksi berhubungan dengan Paparan Organisme Lingkungan

E. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi
Diagnosa 1 : Tujuan: Setelah dilakukan Observasi :

Resiko tindakan 1x24 jam 1. Monitor status hidrasi (mis. Frekuensi nadi,

ketidakseimbanga keperawatan diharapkan kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler,

n cairan cairan tubuh seimbang kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan darah)

berhubungan Kriteria Hasil: 2. Monitor berat badan harian


dengan poluri dan - Masukan dan haluaran Terapeutik :

dehidrasi. seimbang 1. Catat intake-output dan hitung balans cairan 24


- Berat badan stabil jam
- Elektrolit dalam batas 2. Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
normal Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian antidiuretic, jika perlu

Diagnosa 2 : setelah dilakukan tindakan Observasi :


Defisit nutrisi keperawatan 2x24 jam 1. Identifikasi status nutrisi
berhubungan diharapakan nutrisi klien 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
dengan membaik dengan 3. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
peningkatan Kriteria Hasil : 4. Monitor asupan makanan
kebutuhan - Tidak terjadi 5. Monitor berat badan
metabolisme penurunan berat badan 6. Monitor hasil pemeriksaan laborturium
yang berarti Terapeutik :
- Adanya peningkatan 1. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
berat badan Piramida makanan)
- Tingkat energi tubuh 2. Sajikan makanan secara menarik dan suhu sesuai
adekuat 3. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
Edukasi :
1. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan
2. Kolaborasi pemberian Obat ondansentron 2x1,
OMZ : 1 x20 mg, Donperidon : 3x1 amp
Diagnosa 3 : setelah dilakukan tindakan Managemen Tekanan
keperawatan 2x24 jam Aktifitas ;
Gangguan 1. makaikan pasien  pakaian yang tidak membatasi
Integritas Jaringan diharapakan nutrisi klien
gerak
berhubungan membaik dengan 2. Tahan diri untuk melakukan tekanan pada bagian
Kriteria Hasil : tubuh yang sakit
dengan
3.   Tinggikan ektremitas yang terluka
Hiperglikemia Indikator :
4. Putar posisi pasien setiap dua jam sekali,
   Temperature kulit dalam
batas normal berdasarkan jadwal khusus
   Susunan dalam batas 5. Pantau area kulit yang kemerahan atau rusak
normal 6. Pantau pergerakan dan aktifitas pasien
   Perfusi jaringan baik 7. Pantau status nutrisi pasien
   Integritas kulit baik
8. Pantau sumber tekanan dan geseran
b)      Penyembuhan luka :  Perawatan Luka
tahapan kedua Aktifitas :
Definisi : tingkat regenerasi 1. Ganti balutan plester dan debris
dari sel dan jaringan setelah 2.   Mencukur rambut sekeliling daerah yang
dilakukan penutupan terluka, jika perlu
Indikator :
3. Catat karakteristik luka termasuk warna, bau dan
      Granulasi dalam
keadaan baik ukuran
      Bekas luka dalam 4. Bersihkan dengan larutan saline atau nontoksik
keadaan baik yang sesuai
      Penurunan ukuran luka 5. Berikan pemeliharaan kulit luka bernanah sesuai
kebutuhan
6. Balut dengan perban yang cocok rawat luka
dengan NaCl 0,9%,
7. Pertahankan teknik pensterilan perban ketika
merawat luka
8. Periksa luka setiap mengganti perban
9. Bandingkan dan mencatat  secara teratur
perubahan-perubahan pada luka
10. Ajarkan pasien dan anggota keluarga prosedur
perawatan luka

KOLABORASI
1. Pemberian Novorapid 3x10 ui, Cefriaxon : 1x2
gr metronidazole : 3x 500 mg
2. Pasien direncanakan debridemen.
Diagnosa 4 : Setelah dilakukan tindakan Observasi :
Resiko Infeksi keperawatan selama ... x24 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik.
berhubungan jam diharapkan infeksi 2. Monitor tanda tanda vital
dengan Paparan berkurang Kriteria hasil: Terapeutik :
Organisme 1. Tidak ada tanda- tanda 1. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
Lingkungan infeksi pasien dan lingkungan pasien.
2. Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko
tinggi
Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi.
2. Anjurkan meningkatkan asupan cairan dan nutrisi.
Kolaborasi :
1. Pemberian antibiotik Cefriaxon : 1x2 gr
metronidazole : 3x 500 mg

Anda mungkin juga menyukai