CHF
(NAMA)
KARINA LESTARI
2017720087
(KELAS)
7.B
1. Definisi
Congestive Heart Failure (CHF) adalah keadaan ketika jantung tidak
mampu lagi memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan
sirkulasi tubuh untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada kondisi
tertentu, sedangkan tekanan pengisian ke dalam jantung masih cukup
tinggi (Aspiani, 2015).
Congestive Heart Failure (CHF) adalah ketidakmampuan jantung
untuk memompa darah dalam jumlah cukup untuk memenuhi kebutuhan
oksigen dan nutrisi jaringan (Smeltzer, 2017).
Gagal jantung adalah kondisi dimana jantung tidak mampu memompa
darah dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh untuk keperluan
metabolisme dan oksigen (Nugroho, 2011).
Congestive heart failure atau gagal jantung adalah suatu keadaan
dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah
untuk metabolisme tubuh, gagalnya aktivitas jantung terhadap pemenuhan
kebutuhan tubuh, fungsi pompa jantung secara keseluruhan tidak berjalan
normal. CHF merupakan kondisi yang sangat berbahaya, meski demikian
bukan berarti jantung tidak bisa bekerja sama sekali, hanya saja jantung
tidak berdetak sebagaimana mestinya. (Susanto, 2010)
Gagal Jantung didefenisikan sebagai ketidakmampuan jantung
memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi ke
jaringan tubuh. Sering disebut juga dengan Congestive Heart Failure (CHF)
karena umumnya pasien mengalami kongesti pulmonal dan perifer
(Smeltzer et al., 2010).
Menurut Crawford (2009) gagal Jantung adalah sindrom klinis yang
kompleks yang dikarakteristikkan sebagai disfungsi ventrikel kanan,
ventrikel kiri atau keduanya, yang menyebabkan perubahan pengaturan
neuruhormonal. Sindrom ini biasanya diikuti dengan intoleransi aktivitas,
retensi cairan dan upaya untuk bernafas normal. Umumnya terjadi pada
penyakit jantung stadium akhir setelah miokard dan sirkulasi perifer
mengalami kekurangan cadangan oksigen dan nutrisi serta sebagai akibat
mekanisme kompensasi.
2. Manifestasi Klinik
Menurut Kasron (2012) manifestasi klinik dari CHF tergantung ventrikel
mana yang terjadi.
1. Gagal jantung kiri
Manifestasi kliniknya antara lain:
1) Dispneu Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan
menganggu pertukaran gas dan dapat mengakibatkan ortopnea
(kesulitan 16 bernafas saat berbaring) yang dinamakan paroksimal
nokturnal dispnea (PND).
2) Mudah lelah
Terjadi karena curah jantung kurang yang menghambat jaringan
dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan
sisa hasil katabolisme.
3) Batuk
Batuk bisa kering dan tidak produktif, tetapi yang tersering adalah
batuk basah yaitu batuk yang menghasilkan sputum berbusa dalam
jumlah banyak yang kadang disertai bercak darah. Batuk ini
disebabkan oleh kongesti cairan yang mengadakan rangsangan
pada bronki.
4) Denyut jantung cepat (Takikardi)
Terjadi karena jantung memompa lebih cepat untuk menutupi
fungsi pompa yang hilang, irama gallop umum dihasilkan sebagai
aliran darah ke dalam serambi yang distensi.
b. Gagal jantung kanan
Manifestasi kliniknya antara lain :
1) Edema ekstremitas bawah atau edema dependen
2) Hepatomegali, dan nyeri tekan pada kuadran kanan batas abdomen
3) Anoreksia, dan mual yang terjadi akibat pembesaran vena dan
status vena di dalam rongga abdomen
4) Rasa ingin kencing pada malam hari yang terjadi karena perfusi
renal
5) Badan lemah yang diakibatkan oleh menurunnya curah jantung,
gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk sampah katabolisme
yang tidak adekuat dari jaringan.
6) Tekanan perfusi ginjal menurun mengakibatkan terjadinya
pelepasan renin dari ginjal yang menyebabkan sekresi aldosteron,
retensi natrium, dan cairan, serta peningkatan volume intravaskuler
7) Edema paru akibat peningkatan tekanan vena pulmonalis, sehingga
cairan mengalir dari kapiler paru ke alveoli
3. Etiologi
Menurut Asikin (2016). Mekanisme fisiologis yang dapat menyebabkan
timbulnya gagal jatung yaitu kondisi yang meningkatkan preload, afterload,
atau yang menurunkan kontraktilitas miokardium. Kondisi yang
meningkatkan preload, misalnya regurgitasi aorta dan cacat septum
ventrikel. Afterload meningkat pada kondisi dimana terjadi stenosis aorta
atau dilatasi ventrikel. Pada infrak miokard dan kardiomiopati, kontraktilitas
miokardium dapat menurun. Terdapat faktor fisiologis lain yang dapat
menyebabkan jantung gagal sebagai pompa, anatara lain adanya gangguan
pengisian ventrikel (stenosis katup atrioventrikularis), serta adanya
gangguan pada pengisian dan ejeksi ventrikel (perikarditis konstriktif dan
tamponade jantung). Berdasarkan seluruh penyebab tersebut, diduga yang
paling mungkin terjadi yaitu pada setiap kondisi tersebut menyebabkan
gangguan penghantaran kalsium didalam sarkomer, atau didalam sintesis,
atau fungsi protein kontraktil.
Gagal jantung dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Gagal jantung kiri (gagal jantung kongestif) , dibagi menjadi 2 jenis yang
dapat terjadi sendiri atau bersamaan, diantaranya:
1) Gagal jantung sistolik yaitu ketidakmampuan jantung untuk
menghasilkan output jantung yang cukup untuk perfusi organ vital.
2) Gagal jantung diastolik yaitu kongesti paru meskipun curah jantung
dan output jantung normal.
b. Gagal jantung kanan, merupakan ketidakmampuan ventrikel kanan untuk
memberikan aliran darah yang cukup sirkulasi paru pada tekanan vena
sentral normal.
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada gagal jantung akut, antara lain:
1) Pemeriksaan elektrokardiogram: dilakukan rutin untuk mencari etiologi
pencetus gagal jantung akut seperti aritmia dan sindroma koroner akut
2) Pemeriksaan radiologi (rontgen toraks): dilakukan untuk mengkonfirmasi
ada-tidaknya kongesti
3) Pemeriksaan ekokardiografi: umumnya tidak perlu segera dilakukan
(dalam 48 jam pertama); perlu dilakukan segera hanya bila hemodinamik
tidak stabil (syok kardiogenik) atau ada kecurigaan etiologi pencetus
kelainan struktural.
4) Pemeriksaan laboratorium: natriuretic peptide (BNP) pada semua pasien
yang dicurigai gagal jantung akut, serta blood urea nitrogen (BUN),
kreatinin, dan elektrolit yang dilakukan rutin per 1-2 hari saat dirawat di
rumah sakit.
a. Pemeriksaan Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan elektrokardiogram harus dilakukan segera pada pasien yang
diduga menderita gagal jantung. Pada kondisi gagal jantung akut,
pemeriksaan EKG rutin dilakukan dengan tujuan mencari etiologi
pencetus gagal jantung akut: aritmia atau sindroma koroner akut.
a) Sinus takikardia
b) Sinus bradikardia
c) Takikardia atrium, flutter atrium, fibrilasi atrium
d) Aritmia ventrikel
e) Infark miokard akut
f) Adanya gelombang Q
g) Hipertrofi ventrikel kiri
h) Atrioventrikular blok
i) Mikrovoltase
j) Gelombang QRS melebar dengan left bundle branch block (LBBB)
b. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang rutin dilakukan pada gagal jantung akut
adalah rontgen toraks, dengan tujuan untuk mengkonfirmasi adanya
kongesti, serta bermanfaat untuk menyingkirkan diagnosis banding
penyakit paru lain (seperti pneumonia). Hasil rontgen toraks gagal
jantung dapat menunjukkan kelainan-kelainan berikut:
a) Tanda-tanda kongesti spesifik gagal jantung akut: kongesti vena
pulmonal, edema alveolar/interstisial, atau efusi pleura akibat
peningkatan tekanan pengisian ventrikel kiri (80% kasus)
b) Kardiomegali: dilatasi ventrikel kiri dan kanan, serta atrium, dan efusi
perikardium
c) Hipertrofi ventrikel: terjadi akibat hipertensi, stenosis aorta, dan
kardiomiopati hipertrofi
d) Adanya garis Kerley B: peningkatan tekanan limfatik
e) Adanya gambaran hiperlusens pada paru: emboli paru atau emfisema
f) Infiltrat paru: pneumonia atau adanya penyakit sistemik
c. Pemeriksaan Echocardiography
Pemeriksaan ekokardiografi segera pada kasus gagal jantung akut hanya
rutin dilakukan bila terdapat instabilitas hemodinamik (syok
kardiogenik), atau kecurigaan etiologi pencetus struktural (komplikasi
mekanik, regurgitasi aorta, diseksi aorta)
b. Penatalaksanaan kolaboratif
1) Pemberian diuretik akan menurunkan preload dan kerja jantung
2) Pemberian morfin untuk mengatasi edema pulmonal akut,
vasodilatasi perifer, menurunkan aliran balik vena dan kerja
jantung, menghilangkan ansietas karena dispnea berat.
3) Reduksi volume darah sirkulasi Dengan metode plebotomi, yaitu
suatu prosedur yang bermanfaat pada pasien dengan edema
pulmonal akut karena tindakan ini dengan segera memindahkan
volume darah dari sirkulasi sentral, menurunkan aliran balik vena
dan tekanan pengisian serta sebaliknya menciptakan masalah
hemodinamik segera.
4) Terapi nitrit untuk vasodilatasi perifer guna menurunkan
afterload.
5) Terapi digitalis obat utama untuk meningkatkan kontraktilitas
(inotropik), memperlambat frekuensi ventrikel, peningkatan
efisiensi jantung.
6) Inotropik positif
a) Dopamin
Pada dosis kecil 2,5-5 mg/kg akan merangsang alfaadrenergik
beta-adrenergik. Reseptor dopamin ini mengakibatkan
keluarnya katekolamin dari sisi penyimpanan saraf.
Memperbaiki kontraktilitas curah jantung isi sekuncup.
Dilatasi ginjal-serebral dan pembuluh koroner. Pada dosis
maksimal 10-20 mg/kg BB akan menyebabkan vasokonstriksi
dan meningkatkan beban kerja jantung.
b) Dobutamin
Merangsang hanya beta-adrenergik. Dosis mirip dopamin
memperbaiki isi sekuncup, curah jantung dengan sedikit
vasokonstriksi dan takikardia
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata Klien
Biodata klien meliputi identitas klien (nama, umur, jenis kelamin,
suku/bangsa, agama, status, pendidikan, pekerjaan, dan alamat). Identitas
penanggung jawab (nama, umur, jeniskelamin, suku/bangsa, agama, status,
pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien, dan alamat) dan
catatanmasuk (tanggal, waktumasuk, caranya, diagnose medis, no register
dan tanggal pengkajian
b. Riwayat Kesehatan
- Keluhan Utama
Klien dengan CHF biasanya mengeluh sesak napas, nyeri, kelelahan, nyeri
ulu hati, dan batuk.
- Riwayat KesehatanSekarang
Keluhan klien yang dirasakan saat ini yang berhubungandengan keluhan
utama.
Pengkajian Primer :
a. Airway :
Batuk dengan atau tanpa sputum, penggunaan bantuan otot pernafasan,
oksigen, dll.
b. Breathing :
Dispnea saataktifitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal
c. Circulation :
Riwayat HT IM akut, GJK sebelumnya, penyakit katub jantung, anemia,
syok dll. Tekanan darah, nadi, frekuensi jantung, irama jantung, nadi
apical, bunyi jantung S3, gallop, nadi perifer berkurang, perubahan dalam
denyutan nadi juguralis, warna kulit, kebiruan punggung, kuku pucat atau
sianosis, hepar ada pembesaran, bunyi nafas crakles atau ronchi, oedema
Pengkajian Sekunder
a. Aktifitas/istirahat:
Keletihan, insomnia, nyeri dada denganaktifitas, gelisah,
dispneasaatistirahatatauaktifitas, perubahan status mental, tanda vital
berubahsaatberaktifitas.
b. Integritas ego:
Ansietas, stress, marah, takut dan mudah tersinggung
c. Eliminasi:
Gejala penurunan berkemih, urin berwarna pekat, berkemih pada
malamhari, diare / konstipasi
d. Makanana/cairan:
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, penambahan BB signifikan.
Pembengkakan ekstremitas bawah, diittinggi garam penggunaan diuretic
distensi abdomen, oedema umum, dll
e. Hygiene :
Keletihan selama aktifitas perawatan diri, penampilan kurang.
f. Neurosensori:
Kelemahan, pusing, lethargi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung
g. Nyeri/kenyamanan:
Nyeri dada akut- kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot, gelisah
h. Interaksi sosial:
Penurunan aktifitas yang biasa dilakukan
PemeriksaanFisik
Keadaan Umum : Kesadaran dan keadaanemosi, kenyamanan, distress,
sikap dan tingkahlakuklien.
Tanda-tandaVital :
a) TekananDarah
b) Nadi
Frekuensi
Regularitas
Isi ( volume )
Batuk
c) Pernapasan
Keteraturan
Amplitudo
d) Suhu Badan
a) Kepala
d) Telinga : Ada kotora atau tidak, ada serumen atau tidak, kesimetrisan
2. Patofisiologi
Kegagalan
pemompaandan
penurunan
kontraktilitas
Gagal jantung
Ekspansi paru
Inefektif perfusi
Sesak napas jaringan perifer
Pola nafas tidak
efektif
3. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung menurun berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas miokardia, perubahan frekuensi, irama, perubahan
struktural (kelainan katup).
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan peningkatan produksi
ADH, resistensi natrium dan air.
c. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan volume
paru, hepatomegali, splenomigali.
d. Intoleran aktvitas berhubungn dengan ketidak seimbangan suplai
oksigen, kelemahan umum.
4. Perencanaan
- vasodilator digunakan
Kolaborasi : untuk meningkatkan
- Berikan obat sesuai curah jantung, dan
indikasi : menurunkan volume
Vasodilator, contoh sirkulasi
nitrat (nitro-dur, isodril).
a. Dx 1: Penurunan curah jantung menurun berhubungan dengan
perubahan kontraktilitas miokardia, perubahan frekuensi, irama,
perubahan struktural (kelainan katup).
DAFTAR PUSTAKA
Black, Joyce M., Hawks, Jane Hokson. 2014. Keperawatan Medikal Bedah:
Manajmen Klinis Hasil yang Diharapkan Edisi 8 Bukuu 3. Singaapura:
Elsevier
Joice M.Black. 2014.. Keperawatan Medikal Bedah Singapore: EGC Edisi Buku 3
Tri Dian Vita Sari. 2018. Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan
Dasar Pada ny.S Dengan Congestive Heart Failure (CHF) di RSIslam
JakartaCempaka Putih. Jakarta: http://perpus.fikumj.ac.id/index.php?
p=fstream-pdf&fid=7536&bid=4147 [diakses 26 November 2020, pukul
10.34wib]
Nurarif Aminhudadanhardi Kusuma, 2015, Apliksi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan diagnose medis dan Nanda NIC-NOC Jilid 3, yogya: penerbit
mediation yogya