Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

CHF

(NAMA)

KARINA LESTARI

2017720087

(KELAS)

7.B

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi
Congestive Heart Failure (CHF) adalah keadaan ketika jantung tidak
mampu lagi memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan
sirkulasi tubuh untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada kondisi
tertentu, sedangkan tekanan pengisian ke dalam jantung masih cukup
tinggi (Aspiani, 2015).
Congestive Heart Failure (CHF) adalah ketidakmampuan jantung
untuk memompa darah dalam jumlah cukup untuk memenuhi kebutuhan
oksigen dan nutrisi jaringan (Smeltzer, 2017).
Gagal jantung adalah kondisi dimana jantung tidak mampu memompa
darah dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh untuk keperluan
metabolisme dan oksigen (Nugroho, 2011).
Congestive heart failure atau gagal jantung adalah suatu keadaan
dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah
untuk metabolisme tubuh, gagalnya aktivitas jantung terhadap pemenuhan
kebutuhan tubuh, fungsi pompa jantung secara keseluruhan tidak berjalan
normal. CHF merupakan kondisi yang sangat berbahaya, meski demikian
bukan berarti jantung tidak bisa bekerja sama sekali, hanya saja jantung
tidak berdetak sebagaimana mestinya. (Susanto, 2010)
Gagal Jantung didefenisikan sebagai ketidakmampuan jantung
memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi ke
jaringan tubuh. Sering disebut juga dengan Congestive Heart Failure (CHF)
karena umumnya pasien mengalami kongesti pulmonal dan perifer
(Smeltzer et al., 2010).
Menurut Crawford (2009) gagal Jantung adalah sindrom klinis yang
kompleks yang dikarakteristikkan sebagai disfungsi ventrikel kanan,
ventrikel kiri atau keduanya, yang menyebabkan perubahan pengaturan
neuruhormonal. Sindrom ini biasanya diikuti dengan intoleransi aktivitas,
retensi cairan dan upaya untuk bernafas normal. Umumnya terjadi pada
penyakit jantung stadium akhir setelah miokard dan sirkulasi perifer
mengalami kekurangan cadangan oksigen dan nutrisi serta sebagai akibat
mekanisme kompensasi.
2. Manifestasi Klinik
Menurut Kasron (2012) manifestasi klinik dari CHF tergantung ventrikel
mana yang terjadi.
1. Gagal jantung kiri
Manifestasi kliniknya antara lain:
1) Dispneu Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan
menganggu pertukaran gas dan dapat mengakibatkan ortopnea
(kesulitan 16 bernafas saat berbaring) yang dinamakan paroksimal
nokturnal dispnea (PND).
2) Mudah lelah
Terjadi karena curah jantung kurang yang menghambat jaringan
dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan
sisa hasil katabolisme.
3) Batuk
Batuk bisa kering dan tidak produktif, tetapi yang tersering adalah
batuk basah yaitu batuk yang menghasilkan sputum berbusa dalam
jumlah banyak yang kadang disertai bercak darah. Batuk ini
disebabkan oleh kongesti cairan yang mengadakan rangsangan
pada bronki.
4) Denyut jantung cepat (Takikardi)
Terjadi karena jantung memompa lebih cepat untuk menutupi
fungsi pompa yang hilang, irama gallop umum dihasilkan sebagai
aliran darah ke dalam serambi yang distensi.
b. Gagal jantung kanan
Manifestasi kliniknya antara lain :
1) Edema ekstremitas bawah atau edema dependen
2) Hepatomegali, dan nyeri tekan pada kuadran kanan batas abdomen
3) Anoreksia, dan mual yang terjadi akibat pembesaran vena dan
status vena di dalam rongga abdomen
4) Rasa ingin kencing pada malam hari yang terjadi karena perfusi
renal
5) Badan lemah yang diakibatkan oleh menurunnya curah jantung,
gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk sampah katabolisme
yang tidak adekuat dari jaringan.
6) Tekanan perfusi ginjal menurun mengakibatkan terjadinya
pelepasan renin dari ginjal yang menyebabkan sekresi aldosteron,
retensi natrium, dan cairan, serta peningkatan volume intravaskuler
7) Edema paru akibat peningkatan tekanan vena pulmonalis, sehingga
cairan mengalir dari kapiler paru ke alveoli
3. Etiologi
Menurut Asikin (2016). Mekanisme fisiologis yang dapat menyebabkan
timbulnya gagal jatung yaitu kondisi yang meningkatkan preload, afterload,
atau yang menurunkan kontraktilitas miokardium. Kondisi yang
meningkatkan preload, misalnya regurgitasi aorta dan cacat septum
ventrikel. Afterload meningkat pada kondisi dimana terjadi stenosis aorta
atau dilatasi ventrikel. Pada infrak miokard dan kardiomiopati, kontraktilitas
miokardium dapat menurun. Terdapat faktor fisiologis lain yang dapat
menyebabkan jantung gagal sebagai pompa, anatara lain adanya gangguan
pengisian ventrikel (stenosis katup atrioventrikularis), serta adanya
gangguan pada pengisian dan ejeksi ventrikel (perikarditis konstriktif dan
tamponade jantung). Berdasarkan seluruh penyebab tersebut, diduga yang
paling mungkin terjadi yaitu pada setiap kondisi tersebut menyebabkan
gangguan penghantaran kalsium didalam sarkomer, atau didalam sintesis,
atau fungsi protein kontraktil.
Gagal jantung dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Gagal jantung kiri (gagal jantung kongestif) , dibagi menjadi 2 jenis yang
dapat terjadi sendiri atau bersamaan, diantaranya:
1) Gagal jantung sistolik yaitu ketidakmampuan jantung untuk
menghasilkan output jantung yang cukup untuk perfusi organ vital.
2) Gagal jantung diastolik yaitu kongesti paru meskipun curah jantung
dan output jantung normal.
b. Gagal jantung kanan, merupakan ketidakmampuan ventrikel kanan untuk
memberikan aliran darah yang cukup sirkulasi paru pada tekanan vena
sentral normal.

Jenis Gagal Jantung Penyebab


Gagal jantung kiri Gagal jantung sistolik  Diabetes melitus
 Hipertensi
 Penyakit katup
 Jantung
 Aritmia
 Infeksi
 Inflamasi (miokarditis)
Kardiomiopati peripartum/
idiopatik
 Penyakit jantung koroner
 Penyakit jantung
kongenital
 Penyakit endokrin, kondisi
neuromuskular, dan
penyakit reumatologi
Gagal jantung kiri Gagal jantung  Penyakit jantung koroner
diastolok  Diabetes melitus
 Hipertensi
 Penyakit katup jantung
(stenosis aorta)
 Kardiomiopati restriktif/
hipertrofi
 Perikarditis kontstriktif
Gagal jantung kanan  Gagal ventrikel kiri
 Penyakit jantung koroner
 Hipertensi pulmonal
 Stenosis katup pulmonalis
 Emboli paru
 Penyakit paru kronis
 Penyakit neuromuskular

4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada gagal jantung akut, antara lain:
1) Pemeriksaan elektrokardiogram: dilakukan rutin untuk mencari etiologi
pencetus gagal jantung akut seperti aritmia dan sindroma koroner akut
2) Pemeriksaan radiologi (rontgen toraks): dilakukan untuk mengkonfirmasi
ada-tidaknya kongesti
3) Pemeriksaan ekokardiografi: umumnya tidak perlu segera dilakukan
(dalam 48 jam pertama); perlu dilakukan segera hanya bila hemodinamik
tidak stabil (syok kardiogenik) atau ada kecurigaan etiologi pencetus
kelainan struktural.
4) Pemeriksaan laboratorium: natriuretic peptide (BNP) pada semua pasien
yang dicurigai gagal jantung akut, serta blood urea nitrogen (BUN),
kreatinin, dan elektrolit yang dilakukan rutin per 1-2 hari saat dirawat di
rumah sakit.
a. Pemeriksaan Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan elektrokardiogram harus dilakukan segera pada pasien yang
diduga menderita gagal jantung. Pada kondisi gagal jantung akut,
pemeriksaan EKG rutin dilakukan dengan tujuan mencari etiologi
pencetus gagal jantung akut: aritmia atau sindroma koroner akut.

Beberapa kelainan EKG pada pasien gagal jantung, yaitu:

a) Sinus takikardia
b) Sinus bradikardia
c) Takikardia atrium, flutter atrium, fibrilasi atrium
d) Aritmia ventrikel
e) Infark miokard akut
f) Adanya gelombang Q
g) Hipertrofi ventrikel kiri
h) Atrioventrikular blok
i) Mikrovoltase
j) Gelombang QRS melebar dengan left bundle branch block (LBBB)
b. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang rutin dilakukan pada gagal jantung akut
adalah rontgen toraks, dengan tujuan untuk mengkonfirmasi adanya
kongesti, serta bermanfaat untuk menyingkirkan diagnosis banding
penyakit paru lain (seperti pneumonia). Hasil rontgen toraks gagal
jantung dapat menunjukkan kelainan-kelainan berikut:
a) Tanda-tanda kongesti spesifik gagal jantung akut: kongesti vena
pulmonal, edema alveolar/interstisial, atau efusi pleura akibat
peningkatan tekanan pengisian ventrikel kiri (80% kasus)
b) Kardiomegali: dilatasi ventrikel kiri dan kanan, serta atrium, dan efusi
perikardium
c) Hipertrofi ventrikel: terjadi akibat hipertensi, stenosis aorta, dan
kardiomiopati hipertrofi
d) Adanya garis Kerley B: peningkatan tekanan limfatik
e) Adanya gambaran hiperlusens pada paru: emboli paru atau emfisema
f) Infiltrat paru: pneumonia atau adanya penyakit sistemik
c. Pemeriksaan Echocardiography
Pemeriksaan ekokardiografi segera pada kasus gagal jantung akut hanya
rutin dilakukan bila terdapat instabilitas hemodinamik (syok
kardiogenik), atau kecurigaan etiologi pencetus struktural (komplikasi
mekanik, regurgitasi aorta, diseksi aorta)

Beberapa abnormalitas yang dapat ditemukan pada ekokardiografi pasien


gagal jantung, antara lain :
a) Fraksi ejeksi ventrikel kiri menurun menjadi < 40 %
b) Fungsi ventrikel kiri menurun: akinesis, hipokinesis, diskinesis
c) Diameter akhir diastolik meningkat menjadi > 55 mm
d) Diameter akhir sistolik meningkat menjadi > 45 mm
e) Fractional shortening menurun menjadi < 25%
f) Ukuran atrium kiri meningkat menjadi > 40 mm
g) Ketebalan ventrikel kiri hipertrofik menjadi > 11-12 mm
h) Struktur dan fungsi katup abnormal berupa adanya stenosis atau
regurgitasi katup (terutama insufisiensi mitral dan stenosis aorta)
i) Profil aliran diastolik mitral abnormal
j) Kecepatan puncak regurgitasi trikuspid meningkat menjadi >3
m/detik
k) Adanya kelainan perikardium: efusi, hemoperikardium, penebalan
perikardium
l) Integral kecepatan aliran aorta menurun menjadi < 15 cm
m) Kelainan vena cava inferior berupa dilatasi atau aliran retrograd

5. Penataaksanaan farmakologi dan non farmakologi


Penatalaksanaan CHF bertujuan untuk menurunkan kerja jantung,
meningkatkan curah jantung dan kontraktilitas miokard, dan menurunkan
retensi garam dan air (Aspiani, 2015). Penatalaksanaan CHF dibagi 2, yaitu:
a. Penatalaksanaan keperawatan
1) Memperbaiki kontraksi miokard/ perfusi sistemik:
a) Istirahat total/ tirah baring dalam posisi semi fowler.
b) Memberikan terapi oksigen sesuai dengan kebutuhan.
c) Memberikan terapi medis: digitalis untuk memperkuat kontraksi
otot jantung.
2) Menurunkan volume cairan yang berlebihan:
a) Memberikan terapi medik: diuretik untuk mengurangi cairan di
jaringan.
b) Mencatat asupan dan haluaran.
c) Menimbang berat badan.
d) Restriksi garam/ diet rendah garam.
3) Mencegah terjadinya komplikasi pascaoperasi:
a) Mengatur jadwal mobilisasi secara bertahap sesuai keadaan
pasien.
b) Mencegah terjadinya imobilisasi akibat tirah baring.
c) Mengubah posisi tidur.
d) Memperbaiki efek samping pemberian medika mentosa;
keracunan digitalis.
e) Memeriksa atau mengobservasi EKG.
4) Pendidikan kesehatan yang menyangkut penyakit, prognosis, obat-
obatan serta pencegahan kekambuhan:
a) Menjelaskan tentang perjalanan penyakit dan prognosis,
kegunaan obat-obatan yang digunakan, serta memberikan jadwal
pemberian obat.
b) Mengubah gaya hidup/ kebiasaan yang salah, seperti: merokok,
stress, kerja berta, minuman alkohol, makanan tinggi lemak dan
kolesterol.
c) Menjelaskan tentang tanda dan gejala yang menyokong terjadinya
gagal jantung, terutama yang berhubungan dengan 19 kelelahan,
berdebar-debar, sesak napas, anoreksia, dan keringat dingin.
d) Menganjurkan untuk kontrol semua secara teratur walaupun tanpa
gejala.
e) Memberikan dukungan mental; klien dapat menerima keadaan
dirinya secara nyata/ realitas akan dirinya baik

b. Penatalaksanaan kolaboratif
1) Pemberian diuretik akan menurunkan preload dan kerja jantung
2) Pemberian morfin untuk mengatasi edema pulmonal akut,
vasodilatasi perifer, menurunkan aliran balik vena dan kerja
jantung, menghilangkan ansietas karena dispnea berat.
3) Reduksi volume darah sirkulasi Dengan metode plebotomi, yaitu
suatu prosedur yang bermanfaat pada pasien dengan edema
pulmonal akut karena tindakan ini dengan segera memindahkan
volume darah dari sirkulasi sentral, menurunkan aliran balik vena
dan tekanan pengisian serta sebaliknya menciptakan masalah
hemodinamik segera.
4) Terapi nitrit untuk vasodilatasi perifer guna menurunkan
afterload.
5) Terapi digitalis obat utama untuk meningkatkan kontraktilitas
(inotropik), memperlambat frekuensi ventrikel, peningkatan
efisiensi jantung.
6) Inotropik positif
a) Dopamin
Pada dosis kecil 2,5-5 mg/kg akan merangsang alfaadrenergik
beta-adrenergik. Reseptor dopamin ini mengakibatkan
keluarnya katekolamin dari sisi penyimpanan saraf.
Memperbaiki kontraktilitas curah jantung isi sekuncup.
Dilatasi ginjal-serebral dan pembuluh koroner. Pada dosis
maksimal 10-20 mg/kg BB akan menyebabkan vasokonstriksi
dan meningkatkan beban kerja jantung.
b) Dobutamin
Merangsang hanya beta-adrenergik. Dosis mirip dopamin
memperbaiki isi sekuncup, curah jantung dengan sedikit
vasokonstriksi dan takikardia
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Biodata Klien
Biodata klien meliputi identitas klien (nama, umur, jenis kelamin,
suku/bangsa, agama, status, pendidikan, pekerjaan, dan alamat). Identitas
penanggung jawab (nama, umur, jeniskelamin, suku/bangsa, agama, status,
pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien, dan alamat) dan
catatanmasuk (tanggal, waktumasuk, caranya, diagnose medis, no register
dan tanggal pengkajian

b. Riwayat Kesehatan
- Keluhan Utama
Klien dengan CHF biasanya mengeluh sesak napas, nyeri, kelelahan, nyeri
ulu hati, dan batuk.

- Riwayat KesehatanSekarang
Keluhan klien yang dirasakan saat ini yang berhubungandengan keluhan
utama.

- Riwayat Penyakit Dahulu


Apakah klien pernah mengalami sakit sebelumnya yang tidak berhubungan
atau yang berhubungan dengan penyakit sekarang.

- Riwayat Kesehatan Keluarga


Apakah ada keluarga yang mempunyai penyakit yang sama dengan klien

c. Riwayat Sosial Ekonomi


Meliputi pekerjaan klien saat ini, keadaan ekonomi keluarga klien saat ini.
Apakah ekonomi klien kurang, cukup, atau lebih.

Pengkajian Primer :

a. Airway :
Batuk dengan atau tanpa sputum, penggunaan bantuan otot pernafasan,
oksigen, dll.

b. Breathing :
Dispnea saataktifitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal
c. Circulation :
Riwayat HT IM akut, GJK sebelumnya, penyakit katub jantung, anemia,
syok dll. Tekanan darah, nadi, frekuensi jantung, irama jantung, nadi
apical, bunyi jantung S3, gallop, nadi perifer berkurang, perubahan dalam
denyutan nadi juguralis, warna kulit, kebiruan punggung, kuku pucat atau
sianosis, hepar ada pembesaran, bunyi nafas crakles atau ronchi, oedema

Pengkajian Sekunder

a. Aktifitas/istirahat:
Keletihan, insomnia, nyeri dada denganaktifitas, gelisah,
dispneasaatistirahatatauaktifitas, perubahan status mental, tanda vital
berubahsaatberaktifitas.

b. Integritas ego:
Ansietas, stress, marah, takut dan mudah tersinggung

c. Eliminasi:
Gejala penurunan berkemih, urin berwarna pekat, berkemih pada
malamhari, diare / konstipasi

d. Makanana/cairan:
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, penambahan BB signifikan.
Pembengkakan ekstremitas bawah, diittinggi garam penggunaan diuretic
distensi abdomen, oedema umum, dll

e. Hygiene :
Keletihan selama aktifitas perawatan diri, penampilan kurang.

f. Neurosensori:
Kelemahan, pusing, lethargi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung

g. Nyeri/kenyamanan:
Nyeri dada akut- kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot, gelisah

h. Interaksi sosial:
Penurunan aktifitas yang biasa dilakukan
PemeriksaanFisik
Keadaan Umum : Kesadaran dan keadaanemosi, kenyamanan, distress,
sikap dan tingkahlakuklien.

Tanda-tandaVital :

a) TekananDarah

Nilai normalnya bergantung :umur dan jenis kelamin

Nilai rata-rata sistolik : 110-140 mmHg

Nilai rata-rata diastolik : 80-90 mmHg

b) Nadi

Frekuensi

Regularitas

Isi ( volume )

Batuk

Perabaan arteri( keadaan dinding arteri )

c) Pernapasan

Frekuensi :apakah bradipnea, atau takhipnea.

Keteraturan

Amplitudo

d) Suhu Badan

Metabolisme menurun, suhu menurun

Head to toe examination :

a) Kepala

b) Mata: konjungtiva: anemis, ikterik atau tidak ?

c) Mulut: apakah ada tanda infeksi?

d) Telinga : Ada kotora atau tidak, ada serumen atau tidak, kesimetrisan

e) Muka; ekspresi, pucat, bentuk


f) Leher: apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe

g) Dada: gerakan dada, deformitas

h) Abdomen :ada ascites atautidak, pembesaran hati, dan limpa

i) Ekstremitas: lengan-tangan:reflex, warna dan teksturkulit, edema,


clubbing, bandingakan arteri radialis kiri dan kanan.

2. Patofisiologi

Malformasi kongenital Abnormaitas jantung

Tekanan jantung Kontraktilitas jantung

Hipertropi Jantung Sirkulasi sistemik

Kegagalan
pemompaandan
penurunan

Penyakit arteri koroner


Hipertensi
Terganggunya aliran
Aterload darah dan otot jantung
Beban Jantung Hipoksia, asidosis
Hipertropi serabut otot Iskemik
jantung
Infark miokard
Mekanisme kompensasi

kontraktilitas
Gagal jantung

Gagal jantung kiri Gaga jantung kanan

Kegagalan memompa Darah kembali ke atrium,


darah ke sistolik ventrike dan sirkulasi paru

Jantung kanan hipertropi

Hipoksia penumpukan darah perpindahan cairan


intrasel ke intrasisial
di anasarka dan paru

kontraktilitas jantung metaboisme anaerob


Kelebihan voume
ATP cairan
Penurunan
Fatique
cardiac output timbul pada malam hari

Intoleransi aktivitas Gangguan pola tidur

Tekanan Darah terkumpul Tekanan aliran darah


pulmonal di sistem perier
Influk vena cava
Transudasi Volume darah
cairan(edema dalam sirkulasi Tekanan vena juglaris
paru)

Ekspansi paru
Inefektif perfusi
Sesak napas jaringan perifer
Pola nafas tidak
efektif

3. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung menurun berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas miokardia, perubahan frekuensi, irama, perubahan
struktural (kelainan katup).
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan peningkatan produksi
ADH, resistensi natrium dan air.
c. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan volume
paru, hepatomegali, splenomigali.
d. Intoleran aktvitas berhubungn dengan ketidak seimbangan suplai
oksigen, kelemahan umum.

4. Perencanaan

Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


Tujuan Mandiri : -
- Menununjukan tanda - Aukskultasi nadi, kaji - agar mengetahui seberapa
vital dalam batas normal, frekuensi jantung, irama besar tingkatan
perkembangan penyakit
dan bebas gejala gagal jantung. secara universal.
jantung. - Pantau TD - pada GJK peningkatan
- Melaporkan penurunan - Kaji kulit terhadap pucat tekanan darah bisa
dan sianosis.
episode dispnea, angina. terjadi kapanpun.
- Berikan pispot di - pucat menunjukan
- Ikut serta dalam aktvitas samping tempat tidur
mengurangi beban kerja menurunnya perfusi
klien. perifer sekunder
jantung. - Tinggikan kaki, hinderi terhadap tidak
tekanan pada bawah adekuatnya curah
lutut. jantung. Sianosis dapat
- Berikan oksigen terjadi akibat dari suplai
tambahan dengan kanula oksigen yang berkurang
nasal/masker sesuai pada jaringan atau sel.
indikasi. - pispot digunakan untuk
menurunkan kerja ke
kamar mandi.
- menurunkan statis vena
dan dapat menurunkan
insiden thrombus   atau
pembentukan emboli.
- meningkatkan sediaan
oksigen untuk
kebutuhan miokard,
untuk melawan
hipoksia.

- vasodilator digunakan
Kolaborasi : untuk meningkatkan
- Berikan obat sesuai curah jantung, dan
indikasi : menurunkan volume
Vasodilator, contoh sirkulasi
nitrat (nitro-dur, isodril).
a. Dx 1: Penurunan curah jantung menurun berhubungan dengan
perubahan kontraktilitas miokardia, perubahan frekuensi, irama,
perubahan struktural (kelainan katup).

b. Dx 2: Kelebihan volume cairan berhubungan dengan peningkatan


produksi ADH, resistensi natrium dan air.

Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


Tujuan Mandiri :
Mendemonstrasikan - Pantau haluaran urin, - haluaran urin mungkin
volume cairan stabil catat jumlah dan warna. sedikit dan pekat karena
- Ajarkan klien dengan perunan perrfusi ginjal.
dengan keseimbangan
posisi semifowler. - posisi terlentang atau
cairan pemasukan dan semi fowler
- Ubah posisi klien dengan
pengeluaran, bunyi nafas sering. meningkatakan filtrasi
bersih/jelas, tanda vital - Kaji bising usus. Catat ginjaldan menurunkan
dalam rentang yang keluhan anoreksia, mual. ADH sehingga
dapat diterima, berat - Berikan makanan yang meningkatkan dieresis.
mudah dicerna, porsi - pembentukan edema,
badan stabil, dan tak ada
kecil dan sering. sirkulasi melambat,
edema. gangguan pemasukan
- Palpasi hepatomegali.
Catat keluhan nyeri nutrisi dan inmobilisasi
abdomen kuadran kanan atau baring lama
atas/nyeri tekan. merupakan kumpulan
- Pemberian obat sesuai stressor yang
indikasi.(Diuretic contoh mempengaruhi
furrosemid (lasix), integritas kulit dan
bumetanid (bumex)). memerlukan intervensi
- Konsultasi dengan ahli pengawasan ketat.
diet - kongesti visceral dapat
menganggu fungsi
gaster/intestinal.
- penurunan mortilitas
gaster dapat berefek
merugikan pada digestif
dan absorsi. Makan
sedikit dan sering
meningkatkan
digesti/mencegah
ketidaknyamanan
abdomen.
- perluasan gagal jantung
menimbulkan kongesti
vena, menyebabkan
distensi abdomen,
pembesaran hati, dan
menganggu metabolism
obat.
- meningkatkan laju aliran
urin dan dapat
menghambat reabsorbsi
natrium pada tubulus
ginjal.
- erlu diberikan diet yang
dapat diterima pasien
dan memenuhi
kebutuhan kalori dalam
pembatasan natrium.

c. Dx 3: Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan volume


paru, hepatomegali, splenomigali

Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


Tujuan Mandiri :
- Pola nafas efektif setelah - Monitor kedalaman - distress pernapasan dan
dilakukan tindakan pernafasan, frekuensi, perubahan pada tanda
dan ekspansi dada. vital dapat terjadi
keperawatan  selam di
- Catat upaya pernafasan  sebagai akibat dari
RS, RR Normal , tak ada diafragma yang
termasuk penggunaan
bunyi nafas tambahan  otot bantu nafas menekan paru-paru.
dan penggunaan otot - Auskultasi bunyi napas - kesulitan bernafas dengan
bantu pernafasan. Dan dan catat adanya bunyi ventilator dan/atau
GDA Normal. napas krekels, mengi. peningkatan tekanan
- Tinggikan kepala  dan  jalan napas di duga
bantu untuk mencapi memburuknya
posisi yang senyaman kondisi/terjadinya
mungkin. komplikasi.
- Pemberian oksigen dan - bunyi napas menurun/tak
cek GDA ada bila jalan napas
obstruksi sekunder
terhadap perdarahan,
krekels dan mengi
menyertai obstruksi
jalan napas/kegagalan
pernapasan
- duduk tinggi
memungkinkan
ekspansi paru dan
memudahka
pernapasan.
Pengubahan posisi dan
ambulansi
meningkatkan pengisian
udara segmen paru
berbeda sehingga
memperbaiki difusi gas.
- pasien dengan gangguan
nafas membutuhkan
oksigen yang adekuat.
GDA untuk mengetahui
konsentrasi O2 dalam
darah.

d. Dx 4: Intoleran aktvitas berhubungn dengan ketidak seimbangan suplai


oksigen, kelemahan umum.

Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


Tujuan Mandiri :
- Berpatisipasi pada - Periksa tanda vital - hipotensi ortostatik
aktivitas yang diinginkan, sebelum dan segera dapa terjadi karena
setelah aktivitas, akibat dari obat
memenuhi kebutuhan
khususnya bila pasien vasodilator dan diuretic.
keperawatan diri sendiri. - penurunan atau
menggunakan
- Mencapai peningkatan vasodilator, dan ketidakmampuan
toleransi aktivitas yang diuretic. miokardium untuk
dapat di ukur, dibuktikan -   Catat respon meningkatkan volume
oleh menurunya kardiopulmonal sekuncup selama
terhadap aktivitas, catat aktivitas, dapat
kelemahan dan kelelahan
takikardi,disritmia, menyebabkan
tanda vitalselam aktivitas. peningkatan segera
dispnea, pucat.
- Evaluasi peningkatan pada frekuensi jantung
intoleran aktivitas. dan kebutuhan oksigen,
Kolaborasi : juga
- Implemenasi program
rehabilitasi Kolaborasi :
jantung/aktifitas - peningkatan kelelahan
dan kelemahan.
- dapat menunjukan
dekompensasi
jantungdari pada
kelebihan aktivitas.

DAFTAR PUSTAKA

Black, Joyce M., Hawks, Jane Hokson. 2014. Keperawatan Medikal Bedah:
Manajmen Klinis Hasil yang Diharapkan Edisi 8 Bukuu 3. Singaapura:
Elsevier

Joice M.Black. 2014.. Keperawatan Medikal Bedah Singapore: EGC Edisi Buku 3

Tri Dian Vita Sari. 2018. Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan
Dasar Pada ny.S Dengan Congestive Heart Failure (CHF) di RSIslam
JakartaCempaka Putih. Jakarta: http://perpus.fikumj.ac.id/index.php?
p=fstream-pdf&fid=7536&bid=4147 [diakses 26 November 2020, pukul
10.34wib]
Nurarif Aminhudadanhardi Kusuma, 2015, Apliksi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan diagnose medis dan Nanda NIC-NOC Jilid 3, yogya: penerbit
mediation yogya

Anda mungkin juga menyukai