OLEH:
Mengetahui, Mengetahui,
Pembimbing KlinikRS Umum Mahasiswa
Ns. Ni Wayan DiliBangli
Daerah K, S.Kep)NI
Mengetahui
Pembimbing Akademik
STIKes Wira Mediak Bali
2. Etiologi
Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan sering disebabkan oleh
Streptoccus pneumonia melalui slang infus oleh Staphylococcus aureus
sedangkan pada pemakaian ventilator oreh P. aerugenosa dan enterobacter.
Dan masa kini terjadi karena perubahan keadaan pasien seperti kekebalan
tubuh dan penyakit kronis, polusi lingkungan, penggunaan antibiotic yang
tidak tepat. Setelah masuk ke paru-paru organism bermultiplikasi dan jika
telah berhasil mengalahkan mekanisme pertahanan paru, terjadi
pneumonia. Selain diatas penyebab terjadinya pneumonia sesuai
penggolongannya menurut (Nurarif, 2016) yaitu:
a. Bacteria: Diplococcus pneumonia, Pneumococcus, Streptococcus
hemolyticus, Streptococcus aureus, Hemophilus influinzae,
mycobacterium tuberkolosis, Bacillus Friedlander.
b. Virus: Respiratory syncytial virus, Adeno virus, V. sitomegalitik, V.
influenza
c. Mycoplasma pneumonia
d. Jamur: Histoplasma capsulatum, Cryptococcus neuroformans,
Blastomyces dermatitides, Coccidodies immitis, Aspergilus species,
Candida albicans. Aspirasi: makanan, kerosene (bensin, minyak tanah),
cairan amnion, benda asing.
e. Pneumoniahipostatik
f. Syndrome loeffler
3. Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan anatomi menurut (Nurarif, 2016):
a. Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau sebagian besar dari satu
atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai
pneumonia bilateral atau ganda.
b. Pneumonia lobularis (bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir
bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk
membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada
didekatnya, disebut juga pneumonia lobularis.
c. Pneumonia interstitial (bronkiolitis) proses inflamasi yang terjadi di
dalam dinding alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta
interlobular
Klasifikasi berdasarkan inang dan lingkungan menurut (Nurarif,
2016):
a. Pneumonia komunitas
Dijumpai pada H. influenza pada pasien perokok,
pathogen atipikal pada lansia, gram negative pada pasien dari
rumah jompo, dengan adanya PPOK, penyakit penyerta
kardiopulmonal/jamak, atau paksa terapi antibiotika spectrum
luas.
b. Pneumonia nosocomial Tergantung pada 3 faktor yaitu: tingkat
berat sakit, adanya resiko untuk jenis pathogen tertentu, dan
masa menjelang timbul onset pneumonia.
c. Pneumoniaaspirasi Disebabkan oleh infeksi kuman, pneumonia
kimia akibat aspirasi bahan toksik, akibat aspirasi cairan inert
misalnya cairan makanan atau lambung, edema paru, dan
obstruksi mekanik simple oleh bahan padat.
d. Pneumonia pada gangguan imun Terjadi karena akibat proses
penyakit dan akibat terapi. Penyebab infeksi dapat disebabkan
oleh kuman pathogen atau mikroorganisme yang biasanya
nonvirulen, berupa bakteri, protozoa, parasite, virus, jamur, dan
cacing.
Berdasarkan (MTBS, 2008) dalam (Hidayah, 2017)
Pneumonia dapat diklasifikasikan secara sederhana berdasarkan
dengan gejala yang ada. Klasifikasi ini bukan diagnosis medis,
melainkan bertujuan untuk membantu petugas kesehatan yang
berada di lapangan untuk menentukan tindakan yang perlu diambil,
sehingga anak tidak terlambat mendapatkan penanganan.
Klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut:
Pneumonia berat atau penyakit sangat berat, apabila terdapat gejala
sebagai berikut:
a. Ada tanda bahaya umum, seperti anak tidak bisa minum atau
menyusu, selalu memuntahkan semuanya, kejang atau anak
letargis/tidak sadar.
b. Terdapat tarikan dinding dada ke dalam.
c. Terdapat stridor (suara nafas bunyi “grok-grok” saat inspirasi).
Pneumonia, apabila terdapat gejala nafas cepat. Batasan nafas cepat
adalah:
a. Anak usia 2-12 bulan apabila frekuensi nafas 50 kali per menit
atau lebih
b. Anak usia 12 bulan sampai 5 tahun apabila frekuensi nafas 40
kali per menit atau lebih.
c. Batuk bukan pneumonia, apabila tidak ada tanda-tanda
pneumonia atau penyakit sangat berat. Biasanya bakteri dan
virus tersebut menyerang anak-anak usia di bawah 2 tahun yang
kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna (Sari, 2013).
4. Manifestasi klinis
Usia merupakan faktor penentu dalam manifestasi klinis pneumonia.
Neonatus dapat menunjukkan hanya gejala demam tanpa ditemukannya
gejala-gejala fisis pneumonia. Pola klinis yang khas pada pasien
pneumonia viral dan bakterial umumnya berbeda antara bayi yang lebih
tua dan anak, walaupun perbedaan tersebut tidak selalu jelas pada pasien
tertentu. Demam, menggigil, takipneu, batuk, malaise, nyeri dada akibat
pleuritis dan iritabilitas akibat sesak respiratori, sering terjadi pada bayi
yang lebih tua dan anak (Nelson, 2014).
Pneumonia virus lebih sering berasosiasi dengan batuk, mengi, atau
stidor dan gejala demam lebih tidak menonjol dibanding pneumonia
bakterial. Pneumonia bakterial secara tipikal berasosiasi dengan demam
tinggi, menggigil, batul, dispneu dan pada auskultasi ditemukan adanya
tanda konsolidasi paru. Pneumonia atipikal pada bayi kecil ditandai oleh
gejala yang khas seperti takipneu, batuk, ronki kering (crackles) pada
pemeriksaan auskultasi dan seringkali ditemukan bersamaan dengan
timbulnya konjungtivitis chlamydial. Gejala klinis lainnya yang dapat
ditemukan adalah distres pernafasan termasuk nafas cuping hidung,
retraksi interkosta dan subkosta, dan merintih (grunting). Semua jenis
pneumonia memiliki ronki kering yang terlokalisir dan penurunan suara
respiratori. Adanya efusi pleura dapat menyebabkan bunyi pekak pada
pemeriksaan perkusi (Nelson, 2014). Tanda dan gejala yang mungkin
terjadi menurut (Nurarif, 2016):
a. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Palimg
sering terjadi pada usia 6 tahun-3 tahun dengan suhu mencapai 39,5-
40,50C bahkan dengan infeksi ringan. Mungkin maals dan peka
rangsang atau terkadang euphoria dan lebih aktif dari normal,
beberapa anak bicara dengan kecepatan yang tak biasa.
b. Meningismus, yaitu tanda-tanda meningeal tanpa infeksi meninges.
Terjadi dengan awitan demam yang tiba-tiba dengan disertai sakit
kepala, nyeri dan kekakuan pada punggung dan leher, adanya tanda
kernig dan brudzinki, dan akan berkurang saat suhu turun.
c. Anoreksia, merupakan hal yang umum yang disertai dengan penyakit
masa kanak-kanak. Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit.
Menetap sampai derajat yang lebih besar atau lebih sedikit melalui
tahap demam dari penyakit. Seringkali memanjang sampai ke tahap
pemulihan.
d. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang
merupakan petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung
singkat, tetapi dapat menetap selama sakit.
e. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat.
Sering menyertai infeksi pernapasan. Khususnya karena virus.
f. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa
dibedakan dari nyeri apendisitis.
g. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh
pembengkakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi
pernapasan dan menyusu pada bayi.
h. Keluaran nasal, sering meyertai infeksi pernapasan. Mungkin encer
dan sedikit (rinorea) atau kental dan purulent, bergantung pada tipe
dan atau tahap infeksi.
i. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernapasan. Dapat
menjadi bukti hanya selama fase akut.
j. Bunyi pernapasan, seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi
terdengar mengi, krekels.
k. Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak
yang lebih besar. Ditandai anak akan menolak untuk makan dan
minum per-oral.
l. Keadaan berat pada bayi tidak dapat menyusu atau makan/minum,
atau memuntahkan semua, kejang, letargis atau tidak sadar, sianosis,
distress pernapasan berat.
m. Disamping batuk atau kesulitan bernapas, hanya terdapat napas cepat
saja
Pada anak umur 2 bulan-11 bulan: ≥50 kali/menit
Pada anak umur 1 tahun-5 tahun: ≥40 kali/ menit
5. Patofisiologi
Menurut pendapat (Sujono & Sukarmin, 2009) kuman masuk kedalam
jaringan paru-pru melalui saluran napas bagian atas menuju bronkhiolus
dan alveolus. Setelah bakteri masuk dapat menimbulkan reaksi
peradangan dan menghasilkan cairan edema yang kaya protein.
Kuman pneumokokus dapat meluas dari alveoli ke seluruh segmen
atau lobus. Eritrosit dan leukosit mengalami peningkatan, sehingga alveoli
penuh dengan cairan edema yang berisi eritrosit, fibrin dan leukosit
sehingga kapiler alveoli menjadi melebar, paru menjadi tidak terisi udara.
Pada tingkat lebih lanjut, aliran darah menurun sehingga alveoli penuh
dengan leukosit dan eritrosit menjadi sedikit. Setelah itu paru tampak
berwarna abu-abu kekuningan. Perlahan sel darah merah yang akan masuk
ke alveoli menjadi mati dan terdapat eksudat pada alveolus. Sehingga
membrane dari alveolus mengalami kerusakan yang dapat mengakibatkan
gangguan proses difusi osmosis oksigen dan berdampak pada penurunan
jumlah oksigen yang dibawa oleh darah.
Secara klinis penderita mengalami pucat sampai sianosis. Terdapatnya
cairan purulent pada alveolus menyebabkan peningkatan tekanan paru,
dan dapat menurunkan kemampuan mengambil oksigen dari luar serta
mengakibatkan berkurangnya kapasitas paru. Sehingga penderita akan
menggunakan otot bantu pernapasan yang dapat menimbulkan retraksi
dada.
Secara hematogen maupun lewat penyebaaran sel, mokroorganisme
yang ada di paru akan meyebar ke bronkus sehingga terjadi fase
peradangan lumen bronkus. Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan
produksi mukosa dan peningkatan gerakan silia sehingga timbul reflek
batuk.
Pathway pneumonia
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut (Nurarif, 2016):
a. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi structural (missal: lobar,
bronchial, dapat juga menyatakan abses)
b. Biopsy paru: untuk menetapkan diagnosis Pemeriksaan gram/kultu.
c. sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua organisme
yang ada.
d. Pemeriksaan serologi: membentu dalam membedakan diagnosis
organisme khusus
e. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan
luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan
f. Spirometrik static: untuk mengkaji udara yang diaspirasi
g. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat
diagnosis
7. Penatalaksanaan
Menurut (Alimul, 2012) tindakan yang dapat dilakukan pada masalah
pneumonia dalam manajemen terpadu balita sakit sebagai berikut apabila
didapatkan pneumonia berat atau penyakit sangat berat maka tindakan yang
pertama adalah:
a. Berikan dosis pertama antibiotika. Pilihan pertama adalah kotrimoksazol
(trimetoprim + sulfametoksazol) dan pilihan kedua adalah amoxsilin.
b. Lakukan rujukan segera
Apabila hanya ditemukan hasil klasifikasi pneumonia saja maka
tindakannya adalah sebagai berikut: berikan antibiotika yang sesuai selama
5 hari, berikan pelega tenggorokan dan pereda batuk, beri tahu ibu atau
keluarga walaupun harus segera kembali ke petugas kesehatan dan lakukan
kunungan ulang setelah 2 hari.
Aapabila hasil klasifikasi ditemukan batuk dan bukan pneumonia
maka tindakan yang dilakukan adalah pemberian pelega tenggorokan atau
pereda batuk yang aman, lakukan pemeriksaan lebih lanjut, beri tahu
kepada keluarga atau ibu kapan harus segera kembali ke petugas kesehatan
dan lakukan kunjungan ulang setelah 5 hari.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERWATAN PASIEN PNEUMONIA
I. Pengkajian
1. Data Umum
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, agama, jenis kclamin, status,
pendidikan, pekcerjaan, suku bangsa, tanggal masuk, alamat,
tanggalpengkajian, no. register,diagnose medis.
b. Keluhan Utama
Keluban utama merupakan faktor utama yang mendorong
pasien mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Adanya
kcluhan nyeri dada, sesak napas, peningkatan frckucnsi pernapasan,
lemas, dan kepala nyeri.
c. Riwayat penyakit sekarang
Informasi yang dapat diperoleh meliputi informasi mengenai
keluhan batuk biasanya timbul mendadak dan tidak berkurang setelah
meminum obat batuk yang biasanya tersedia di pasaran. Pada
awalnya keluhan batuk yang tidak produktif.
d. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang dapat menjadi faktor utama terjadinya
pneumonia sebagai penyakit kronik seoerti : ginjal, paru
e. Riwayat penyakit keluaraga
Tanyakan pada pasien apakah keluarga memiliki riwayat
penyakit degeneratif
2. Pengkajian pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola presepsi dan tata laksana hidup sehat
Adanya tindakan medis dan perawat dirumah sakit mempengaruhi
perubahan prepsepsi tentang kesehatan.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Mengukur tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui
status nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan kebiasaan makan
dan minum scbelum dan selama MRS akan mengalami penurunan
nafsu makan akibat dari sesak nafas.
c. Pola eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai
kebiasaan defikasi sebelum dan sesudah MRS.
d. Polaaktivitas dan Latihan
Pasien akan cepat mengalami kclclahan pada saat aktivitas.
Pasien juga akan mengurangi aktivitasnya.
e. Pola tidur dan istirahat
Pasien menjadi sulit tidur. Hospitalisasi juga dapat membuat
pasien merasa tidak tenang karena suasananya yang berbeda dengan
lingkungan di rumah.
f. Pola hubungan dan peran
Karena sakit, pasien akan mengalami perubahan peran. Baik
peran dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. Contohnya: karena
sakit pasien tidak lagi bisa mengurus anak dan suaminya.
g. Pola persepsi dan konsep diri
Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Dalam hal ini
pasien mungkin akan kehilangan gambaran positif terhadap dirinya.
h. Pola sensori dan kognitif
Fungsi panca indera pasien tidak mengalami perubahan,
demikian juga dengan proses berpikimya.
i. Pola reproduksi seksual
Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan seks akan
terganggu untuk sementara waktu karena pasien berada di rumahsakit
dan kondisifisiknya masih lemah.
j. Pola koping Pasien bisa mengalami stress karena belum mengetahui
proses penyakitnya. Mungkin pasicn akan banyak bertanya
pada perawat dan dokter yang merawatnya atau orang yang mungkin
dianggap lebih tahu mengenai penyakitnya.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Kehidupan beragama klien dapat terganggu karena proscs
penyakit.
3. Pengkajian fisik
1. Stasus penampilan kesehatan : lemah
2. Tingkat kesadaran kesehatan : kesadaran normal
3. Tekanan Darah
4. Frekuensi nadi : takikardia (detak jantung cepat melebihi
100x/menit)
5. Frekuensi napas : takipnea, dispnea progesif pernapasaan dangkal,
penggunaan otot bantu pernapasaan dan pelebaran nasal.
6. Suhu tubuh hipertemia akibat penyebaran toksik mikroorganisme
yang direspon oleh hipotalamus.
7. Berat badan dan tinggi badan kecenderungan berat badan anak
mengalami penurunan.
8. Integumen kulit
Warna : pucat sampai sianosis
Suhu : pada hipertemia kulit terbakar panas akan tetapi setelah
hipertemia teratasi kulit anak akan terba dingin
9. Kepala dan mata kepala
Perhatikan bentuk dan kesimetrisan.
Palpasi tengkorak akan adanya nodus atau pembengkakan
yang nyata
Periksa hygiene kulit kepala, ada tidaknya lesi, kehilangan
rambut, perubahan warna dan paru.
10. Toraks
Inspeksi : terlihat pernapasan cuping hidung, menggunakan
otot bantu napas, napas cepat dangkal, sianosis sekitar hidung
dan mulut.
Palpasi : suara redup pada sisi yang sakit, hepar mungkin
membesar, vokal fremitus raba mungkin meningkat pada sisi
yang sakit dan nadi mungkin mengalami peningkatan
(takhicardia ), kadang turgor kulit kembali lebih dari 2 detik
serta daerah akral dingin.
Perkusi : pekak terjadi bila berisi cairan pada paru, normalnya
timpani ( terisi udara resonansi).
Auskultasi : auskultasi sederhana dapat di lakukan dengan
cara mendekatkan telinga ke hidung atau mulut bayi. Pada
anak yang pneumonia akan terdengar stridor. Sementara 84
dengan stetoskop, akan terdengar suara napas berkurang,
ronchi halus pada sisi yang sakit, dan ronchi basah pada masa
resolusi. Pernapasan bronkial, egotomi, bronkofoni, kadang
terdengar bising gesek pleura.
V. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang
telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan
mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan
yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien. Penilaian adalah tahap
yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu berkaitan dengan
tujuan yaitu pada komponen kognitif, afektif, psikomotor, perubahan fungsi
dan tanda gejala yang spesifik ( Olfah & Ghofur, 2016).
DAFTAR PUSTAKA
IDAI. (2020). Bahaya Pneumonia Selalu Mengintai Anak-anak Kita. Ikatan Dokter Anak
Indonesia. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan- anak/pneumonia-
selalu-mengintai-anak-anak-kita
Kurnia, A. (2020). Stop Pneumonia Pada Anak Dimulai Dari Keluarga. Pojok Mungil.
https://pojokmungil.com/stop-pneumonia-pada-anak-dimulai-dari- keluarga/
Susanto. (2015). Analisis Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kejadian Pneumonia.
Scholar UNAND, 3.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN An.B
DENGAN DIAGNOSA MEDIS PNEUMONIA
RSUD BANGLI DI RAUANG ANAK
TANGGAL 17-18 JANUARI 2023
NIM : 213213290
Pengkajian :17-18
I. IDENTITAS PASIEN
Nama :An. B
Umur : 9 bulan
Agama : Hindu
Pendidikan ayah : SD
a. Pre natal
Saat hamil : Ibu merokok : tidak
Postnatal
Usaha nafas : Tanpa bantuan
Kebutuhan resusitasi : tidak ada
Apgar skor :9 (normal)
Bayi langsung menangis : ya
Tangisan bayi :kuat
Obat-obatan yang diberikan setelah lahir : tidak ada
Trauma lahir : Tidak
Narkosis : Tidak
Keluarnya urin/ BAB : Ada
V. RIWAYAT PERTUMBUHAN
Keluarga pasien mengatakan tidak ada keterlambatan tumbuh kembang pada An.B
VI. TINGKAT PERKEMBANGAN
a. Sosial
Sebelum sakit: keluarga mengatakan bahwa anakanya sangat aktif dalam bermain ,
makan bubur/ pisang 3x sehari dan minum air putih 3x sehari diselingi asi
Saat sakit: keluarga mengatakan bahwa anakanya saat sakit rewal dan ingin
digendong saja untuk makan dan minum tidak ada perubahan
b. Motorik halus
Pada saat pengkajian DDST di tanggal 17 januari 2023 pasien sudah mampu
bertepuk tangan saat disuruh dan berjoget
c. Bahasa
Pada saat pengkajian pasien sudah bisa mengatakan ma-ma, pa-pa, da-da dan apa
d. Motorik kasar
Pada saat pengkajian pasien sudah dapat bermain dan pergerakan fisik normal
VII. RIWAYAT SOSIAL
a. Hubungan dengan anggota keluarga :
Keluarga mengatakan hubungan anak dengan keluarga sangat baik dan tidak ada
masalah
b. Hubungan dengan teman sebaya :
Keluarga mengatakan hubungan anak tengan teman sebanyanya baik tidak ada
masalah
VIII. RIWAYAT KELUARGA
a. Sosial ekonomi :
keluarga pasien mengatakan ayahdan ibu berkerja sebagai petani
b. Lingkungan rumah :
keluarga mengatakan pasien tinggal di lungkungan yang nyaman dan tidak
padat penduduk
c. Penyakit keluarga :
Keluarga pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keluarag
d. Genogram :
Keterangan:
: menikah
: Perempuan : keturunan
: pasien
IX. POLA KESEHATAN
a. Pemeliharaan dan persepsi kesehatan :
Sebelum sakit: keluarga mengatakan anaknya beramin dengan teman
sebayanya, tidur teratur dan nyenyak
Saat sakit: keluarga mengatakan pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti
biasa, tidur terganggu dan tidak nyenyak
b. Nutrisi (makanan dan cairan) :
Sebelum sakit : keluarga pasien mengatakan pasien makan 3x sehari dengan
bubur dan diselingi dengan pisang, minum _+ 2 gelas diselingi dengan ASI.
Saat sakit : keluarga pasien mengatakan tidak ada perubahan dalam makan
dan minum selama sakit
c. Aktifitas :
Sebelum sakit: keluarga pasien mengatakan sebelum sakit pasien sering
bermain dengan saudara dan teman sebayanya
Saat sakit: keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu melakukan
aktivitas dikranakn rewel
d. Tidur dan istirahat :
Sebelum sakit: keluarga pasien mengatakan pasien biasanya tidur siang dan
malam hari biasanya 8-10 jam/hari
Saat sakit: keluarga pasien mengatakan pasien gelisah dan rewel saat akan
tidur dikarnakan sesak.
e. Eliminasi :
Sebelum sakit: keluarga pasien mengatakn BAK _+6-7x/sehari warna kuning
dan BAB 1-2x/hari dengan frekuensi feses lembek dan warna kuning tidak ada darah
maupun lendir
Saat sakit: keluarga pasien mengatakn BAK dan BAB paien tidak ada
perubahan sebelum maupun saat sakit.
f. Pola hubungan :
Sebeleum sakit: keluarga mengatakan huungan pasien dengan teman dan
saudaranya baik
Saat sakit : keluarga pasien mengatakan pasien tidak aktif bermain, pasien
juga rewel
g. Kognitif :
Keluarga pasien mengatakan pasien rewel saat sakit
h. Konsep diri :
Keluarga pasien mengatakn sangat bersyukur karena keadaan tubuh pasien
tidak ada kekurangan, tidak malu dengan kondisi anak saat ini.
i. Seksual :
Keluarga pasien mengatakan pasien masih berumur 9 bulan dengan jenis
kelamin laki-laki
j. Nilai :
Keluarga pasien mengatakan semua anggota menganut agama hindu.
X. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : pasien mengeluh sesak nafas, panas dan batuk
Tingkat kesadaran : komposmentis
LLA : 5,6 cm LK : 43 cm LP : 26 cm
b. Kepala :
Inpeksi: bentuk kepala normal, tidak adanya hidrochepalus dan mikrochepalus,
warna rambut hitam merata dan tidak ada alopeccia tidak tampak adanya kotoran.
Palpasi: distribusi rambut merata, tidak adanya nyeri tekan nodull lessi pada area
kepala serta tidak adanya rambut rontok.
c. Mata :
Inpeksi: bentuk mata simetris, pergerakan bola mata simetris.
Palpasi: sclera ananemis, konjungtiva aninterik
d. Telinga :
Inpeksi: bentuk telinga simetris, tidak ada cairan ataupun darah dari lubang telinga
Palpasi: pinna lunak, tidak ada nyeri tekan
e. Hidung :
Inpeksi: adanya pernafasan cuping hidung
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
f. Mulut :
Inspeksi: bentuk bibir utuh, mukosa bibir lembab tidak ada labiosis tidak ada
kemerahan pada area tonsil.
g. Leher :
Inspeksi: bentuk leher normal tidak ada nodul tidak ada pembesaran vena jugularis
Palpasi: nadi karotis teraba kuat, tidak ada peradangan kelenjar dan pembengkakan
kelenjar teroid
h. Dada :
Inpeksi: terdapat tarikan dingding dada kedalam
Palpasi: tidak teraba adnya nodul tidak ada kelainan pada costea-costea
Payudara:
payudara simetris
Paru-paru :
Inspeksi: adanya penggunaan otot bantu nafas dan ada tarikan dinding dada
Palpasi: tidak teraba adanya pembesaran paru-paru, lapang paru teraba, ditak ada
nyeri tekan
Jantung :
i. Abdomen :
Inspeksi: bentuk abdomen datar, umbilikal mendelp, tidak ada lesi ataupun luka
Palpasi: tidak ada pembesaran hepatomegali
Perkusi: tidak ada bising usus menggunakan 4 kuadran
Auskultasi:bising usus 30x/menit
j. Genetalia :
Inpeksi: bentuknya kecil nirmal seusianya.
k. Ekstrimitas :
Atas :
Inspeksi: bentuk tangan simetris, tidak ada kelainan pada bagian tangan , tidak ada
clubing fingger turgor kulit elastis
Palpasi: akral hangat, nadi teraba cer kurang dari 2-3 detik
Bawah:
Inspeksi: bentuk kedua kaki simetris, CRT tidak kurng dari 2-3 detik, turgorkulit
elastis tidak ada edema tidak ada varises.
l. Neurologi :
Ststus mental dan emosi : normal
Pemeriksaan reflek : normal
Batuk
Kendala lingkungan
XVII. EVALUASI
TGL/ JAM NO EVALUASI HASIL
DX
16 JANUARI 1 S: keluarga pasien mengatakan pasien masih batuk dan
2023/ 16.00 sesak
O:kesadaran compementis
- S: 36.00
- Spo2: 98%
- N: 100
A: bersihan jalan nafas tidak efektif
Masalah: kondisi kesehatan saat ini
Mahasiswa