Anda di halaman 1dari 21

KESELAMATAN PASIEN DAN KESELAMATAN KESEHATAN KERJA

DALAM KEPERAWATAN
‘‘PENYAKIT ATAU CEDERA AKIBAT KECELAKAAN KERJA PADA PERAWAT”
Dosen Pengampu :
Wa Ode Nur Isnah Sabriyati, S.Kep.,Ns.,M.Kes

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2 RA

Nur Maindah R011211025 Yuyu Astianti R011211079


Allesia Peronika R011211097 Muh. Yusuf R011211065
Raden Bagus Bimo R011211029 Apriani R011211107
Rosa Delia M R011211133 Zarah Annisah R011211067
Salwa Aulia Putri R011211027 Rezky Ameliah R011211039
Nurmin R011211023 Angelica Yeclin R011211005
Andi Husnul Awalia R011211011 Fauziyyah R011211127
Nurul Maghfirah R R011211075 Nurul Fadhilah R011211007
Melti R011211085 Ainiyyah Ardianti R011211111
Ni Wayan Krisna R011211123 Safira Maharani R011211099
Nur Syamsi Kasim R011211047 Grace Yuanita R011211041
Natasha

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wa


Ta’ala hingga saat ini masih memberikan nafas kehidupan dan anugerah akal,
sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan Essay ini dengan judul
“Penyakit atau Cedera akibat Kecelakaan Kerja pada Perawat” tepat pada
waktunya. Terima Kasih pula kepada semua pihak yang telah ikut membantu
hingga dapat disusunnya essay ini.

Essay ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kesehatan dalam Keperawatan. Dalam
essay ini membahas tentang penyakit akibat kerja pada perawat, penyakit
atau cedera akibat kecelakaan kerja pada perawat, dan upaya pencegahan
penyakit akibat kerja pada perawat.

Penyusunan essay ini masih jauh dari kata sempurna. Kami menyadari
bahwa banyak kekurangan dan kelemahan pada penyusunan dan penulisan.
Demi kesempurnaan essay ini, kami sangat berharap adanya perbaikan, kritik
dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun. Semoga essay ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

Makassar, 03 September 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Penyakit Atau Cedera Akibat Kecelakaan Kerja Pada Perawat 3

B. Penyakit Menular dan Tidak Menular 7

C. Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Pada Perawat 12

BAB III PENUTUP 16

A. Kesimpulan 16

B. Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 17

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang kompleks,
padat profesi dan padat modal. Pelayanan rumah sakit menyangkut berbagai
fungsi pelayanan, pendidikan, penelitian dan juga mencakup berbagai
tindakan maupun disiplin medis. Rumah Sakit adalah tempat kerja yang
memiliki potensi terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Bahan mudah
terbakar, gas medik, radiasi pengion, dan bahan kimia merupakan potensi
bahaya yang memiliki risiko kecelakaan kerja. Oleh karena itu, Rumah Sakit
membutuhkan perhatian khusus terhadap keselamatan dan kesehatan
pasien, staf dan umum (Sadaghiani,2001 dalam Omrani dkk.,2015).

Risk Management Standard AS/NZS 4360:2004 menyatakan bahwa


analisis risiko bersifat pencegahan terhadap terjadinya kerugian maupun
accident. Mengelola risiko harus dilakukan secara berurutan
langkah-langkahnya yang nantinya bertujuan untuk membantu dalam
pengambilan keputusan yang lebih baik dengan melihat risiko dan dampak
yang kemungkinan ditimbulkan.

Perawat merupakan petugas kesehatan dengan presentasi terbesar dan


memegang peranan penting dalam pemberian pelayanan kesehatan. Dalam
menjalankan tugasnya perawat berisiko mengalami gangguan kesehatan
dan keselamatan kerja (K3). Ada sekitar dua puluh tindakan keperawatan,
delegasi, dan mandat yang dilakukan dan yang mempunyai potensi bahaya
biologis, mekanik, ergonomik, dan fisik terutama pada pekerjaan
mengangkat pasien, melakukan injeksi, menjahit luka, pemasangan infus,
mengambil sampel darah, dan memasang kateter.

1
Laporan National Safety Council (NSC) menunjukkan bahwa terjadinya
kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja di industri lain. Kasus yang
sering terjadi di antaranya tertusuk jarum atau needle stick injury (NSI),
terkilir, sakit pinggang, tergores/terpotong, luka bakar, penyakit infeksi dan
lain-lain (Sarastuti, 2016).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud penyakit akibat kerja pada perawat?
2. Apa yang dimaksud penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja pada
perawat?
3. Apa yang dimaksud penyakit menular dan penyakit tidak menular?
4. Apa saja penyakit menular dan tidak menular yang biasa diderita oleh
perawat akibat kerja?
5. Apa saja penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja yang bisa dialami
oleh perawat?
6. Bagaimana upaya pencegahan penyakit akibat kerja pada perawat?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui apa yang dimaksud penyakit akibat kerja pada
perawat.
2. Dapat mengetahui apa yang dimaksud penyakit atau cedera akibat
kecelakaan kerja pada perawat.
3. Dapat mengetahui apa yang dimaksud penyakit menular dan penyakit
tidak menular.
4. Dapat mengetahui apa saja penyakit menular dan tidak menular yang
biasa diderita oleh perawat akibat kerja.
5. Dapat mengetahui apa saja penyakit atau cedera akibat kecelakaan
kerja yang bisa dialami oleh perawat.
6. Dapat mengetahui bagaimana upaya pencegahan penyakit akibat kerja
pada perawat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penyakit Atau Cedera Akibat Kecelakaan Kerja Pada Perawat


Rumah sakit (RS) adalah tempat kerja yang berpotensi tinggi terhadap
terjadinya kecelakaan kerja. Adanya bahan mudah terbakar, gas medis,
radiasi pengion (misalnya di ruang radiografi, ruang operasi, unit gawat
darurat, dan unit perawatan intensif) dan bahan kimia. Selain radiasi sinar
pengion, penggunaan instrumen tajam juga mengancam keselamatan
perawat di ruang operasi sehingga membutuhkan perhatian serius terhadap
keselamatan pasien, staf dan umum. Laporan National Safety Council (NSC)
menunjukkan bahwa terjadinya kecelakaan di RS 41% lebih besar dari
pekerja di industri lain.
Kejadian penyakit infeksi di rumah sakit dianggap sebagai suatu
masalah serius karena mengancam kesehatan dan kesejahteraan pasien
dan petugas kesehatan secara global (Luo, et all, 2010). Penelitian
menunjukan bahwa rata-rata risiko transmisi virus melalui Blood-borne pada
kecelakaan tertusuk jarum yaitu 30% untuk virus Hepatitis B, virus Hepatitis
C yaitu 3% dan kurang lebih 0,3% untuk virus HIC (Weston, 2008). WHO
(2002) mengestimasikan bahwa sekitar 2,5% petugas kesehatan diseluruh
dunia menghadapi pajanan HIV dan sekitar 40% menghadapi pajanan virus
Hepatitis B dan Hepatitis C (Sadoh, et. all, 2006) dan 90% dari infeksi yang
dihasilkan dari pajanan tersebut berada di negara berkembang (Reda, et.all,
2010).
Perawat merupakan petugas kesehatan terbanyak dengan komposisi
hampir 60% dari seluruh petugas kesehatan di rumah sakit dan yang
melakukan kontak terlama dengan pasien. Selain mengalami bahaya fisik
dan kimiawi juga dapat mengalami cedera ergonomik yang serius akibat
memindah pasien. Perawat mempunyai peluang besar mengalami low

3
backpain (LBP) dan cedera muskuloskeletal di rumah sakit (Trinkoff, et al.,
2002). Lebih dari sepertiga perawat pernah mengalami cedera punggung
yang cukup parah yang menyebabkan perawat harus meninggalkan
pekerjaan (Zerwekh &Claborn, 2009). Perilaku keselamatan yang baik di
kalangan perawat akan berdampak baik bagi kejadian cedera yang terjadi
pada perawat. Perilaku kesehatan dan keselamatan kerja perawat di rumah
sakit sangat penting, karena tindakan perawat sekecil apapun dapat
menimbulkan risiko terhadap perawat dan pasien (Potter & Perry, 2005).
Kecelakaan merupakan kejadian tidak terduga yang disebabkan oleh
tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman (Heinrich, 1930). Sebagian
besar (85%) kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia dengan tindakan
yang tidak aman. Tindakan tidak aman (unsafe action) adalah tindakan yang
dapat membahayakan pekerja itu sendiri maupun orang lain yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan yang dapat disebabkan oleh berbagai
hal seperti tidak memakai APD, tidak mengikuti prosedur kerja, tidak
mengikuti peraturan keselamatan kerja dan bekerja tidak hati-hati, dimana
dari setiap 300 tindakan tidak aman, akan terjadi 1 (satu) kali kecelakaan
yang mengakibatkan kehilangan hari kerja.
Perilaku manusia adalah unsur yang memegang peranan penting
dalam mengakibatkan kecelakaan, sehingga cara yang efektif untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja adalah dengan menghindari
terjadinya perilaku tidak aman. Kecelakaan adalah kejadian tidak terduga
yang disebabkan oleh tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman (Heinrich,
1930). Sebagian besar (85%) kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia
dengan tindakan yang tidak aman. Perilaku kesehatan dan keselamtan kerja
perawat dalam Notoatmodjo (2010) menunjukkan bawah perilaku merupakan
tindakan atau aktivitas dalam upaya mencegah terjadinya penyakit akibat
kerja dan kecelakan akibat kerjadan kecelakan akibat kerja.

4
Faktor-fakor penyebab penyakit akibat kerja dapat dibedakan sebagai
berikut:
1. Faktor Fisik, yang meliputi:
a) Suara tinggi/bising yang dapat menyebabkan ketulian.
b) Temperatur/suhu tinggi yang dapat menyebabkan Hyperpireksi,
Milliaria, Heat Cramp, Heat Exhaustion, Heart Stroke.
c) Radiasi sinar elektromagnetik, pada mata infra merah dapat
menyebabkan katarak, ultraviolet menyebabkan konjungtivitis,
radioaktif/ alfa/ beta/gama/ X menyebabkan gangguan terhadap sel
tubuh manusia.
d) Tekanan udara tinggi yang dapat menyebabkan Coison Disease.
e) Getaran/vibration yang dapat menyebabkan Reynaud’s Disease,
Gangguan proses metabolisme, Polineurutis.

2. Faktor Kimia
a) Berasal dari bahan baku, bahan tambahan, hasil antara, hasil
samping, hasil (produk), sisa produksi atau bahan buangan yang
dapat berbentuk zat padat, cair, gas, uap maupun partikel. Materi ini
masuk ke tubuh dapat melalui saluran pernafasan, saluran
pencernaan, kulit dan mukosa.
b) Efek terhadap tubuh dapat menyebabkan iritasi, alergi, korosif,
Asphyxia, keracunan sistemik, kanker, kerusakan/kelainan janin,
pneumoconiosis, efek bius (narkose) dan pengaruh genetik.
3. Faktor biologi yang dapat berasal dari virus, bakteri, parasit, jamur,
serangga, binatang buas, dan lain-lain.
4. Faktor Ergonomi/Fisiologi
a) Penyebabnya adalah cara kerja, posisi kerja, alat kerja, lingkungan
kerja yang salah dan kontruksi salah.
b) Efek terhadap tubuh yaitu dapat menyebabkan kelelahan fisik, nyeri
otot, deformitas tulang, perubahan bentuk dan dislokasi.

5
5. Faktor Mental/Psikologi
Penyebabnya yaitu suasana kerja monoton dan tidak nyaman, hubungan
kerja kurang baik, upah kerja kurang, terpencil, atau tak sesuai bakat
yang mengakibatkan stress.

Perawat merupakan tenaga kesehatan yang menemani pasien selama


24 jam, sehingga potensi yang mengancam keselamatan perawat sangat
tinggi. Bahaya potensial yang dihadapi perawat adalah bahaya psikologis,
biologis, fisik. Kejadian penyakit dan kecelakaan akibat kerja yang masih
dialami perawat dianggap sebagai suatu kegagalan manajemen dalam
menyelanggarakan lingkungan kerja yang aman bagi perawat.
Ada banyak penyakit/cedera akibat kecelakaan kerja yang bisa di alami
oleh perawat. Berikut berbagai jenis kecelakaan akibat kerja yang sering
terjadi:
a. Cedera
Terjatuh karena terpeleset di lantai licin, terjatuh di ram / selasar karena
karet landasan sebagai alat bantu pengereman beberapa yang
pinggirannya terkelupas, tergelincir di ram ketika membawa brankar
pasien, serta terjatuh dalam posisi duduk. Cedera yang lain di alami
perawat yaitu terkilir, tertimpa plafon, dan tertimpa rel gorden.

b. Penyakit
Penyakit akibat kerja yang pernah dialami perawat di ruangan adalah:
sakit kepala, Hepatitis B, batuk flu, masuk angin, BTA positif, resisten
obat karena sering terpapar dengan obat-obatan, peningkatan SGOT
SGPT, Hernia Nukleus Pulposus (HNP). Penyakit lain yang dihadapi
perawat adalah stres dan beban psikologis. Beban psikologis dikeluhkan
oleh tiga partisipan. Beban psikologis yang dialami perawat berasal dari
keluarga pasien, atasan, kepala ruangan, supervisor dan assesor. Beban
psikogis ini bisa berupa kritikan atau teguran atas pekerjaan mereka.

6
Selain kekerasan verbal, beban psikologis juga berasal dari beban kerja
yang tinggi dan harus meghadapi berbagai karakter pasien dan keluarga
pasien.

Perilaku tidak aman perawat saat bekerja tanpa menggunakan alat


pelindung diri sesuai standar dapat mengakibatkan kecelakaan kerja dan
menimbulkan penyakit akibat kerja. Cedera akibat tusukan jarum pada
perawat merupakan masalah yang signifikan dalam institusi pelayanan
kesehatan dewasa ini. Ketika perawat tanpa sengaja menusuk dirinya sendiri
dengan jarum suntik yang sebelumnya masuk ke dalam jaringan tubuh
pasien, perawat beresiko terjangkit sekurang-kurangnya 20 patogen
potensial. Dua pathogen yang paling menyebabkan masalah ialah hepatitis B
(HBV) dan Human Immunodeficiency Virus atau HIV.

B. Penyakit Menular dan Tidak Menular


Penyakit menular adalah penyakit yang sangat berbahaya karena angka
kematian yang cukup tinggi dan dapat menimbulkan kecacatan (Darmawan,
2016).
Ada tiga kelompok utama penyakit menular:
1. Penyakit yang sangat berbahaya karena angka kematian cukup
tinggi.
2. Penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan kematian dan
cacat,walaupun akibatnya lebih ringan dariyang pertama
3. Penyakit menular yang jarang menimbulkan kematian dan cacat
tetapi dapat mewabah yang menimbulkan kerugian materi.

Tiga sifat utama aspek penularan penyakit dari orang ke orang:


1. Waktu Generasi (Generation Time) Masa antara masuknya penyakit
pada pejamu tertentu sampai masa kemampuan maksimal pejamu

7
tersebut untuk dapat menularkan penyakit. Hal ini sangat penting
dalam mempelajari proses penularan. Perbedaan masa tunas denga
waktu generasi yaitu Masa tunas ditentukan oleh masuknya unsur
penyebab sampai timbulnya gejala penyakit sehingga tidak dapat
ditentukan pada penyakit dengan gejala yang terselubung, waktu
generasi ialah waktu masuknya unsur penyebab penyakit hingga
timbulnya kemampuan penyakit tersebut untuk menularkan kepada
pejamu lain walau tanpa gejala klinik atau terselubung.
2. Kekebalan Kelompok (Herd Immunity) Adalah tingkat kemampuan
atau daya tahan suatu kelompok penduduk tertentu terhadap
serangan atau penyebaran unsur penyebab penyakit menular
tertentu berdasarkan tingkat kekebalan sejumlah tertentu anggota
kelompok tersebut. Herd Immunity merupakan faktor utama
dalamproses kejadian wabah dimasyarakat sertakelangsungan
penyakit pada suatukelompok penduduk tertentu.
Wabah terjadi karena 2 keadaan :
● Keadaan kekebalan populasi yakni suatu wabah besar dapat
terjadi jika agent penyakit infeksi masuk ke dalam suatu
populasi yang tidak pernah terpapar oleh agen tersebut atau
kemasukan suatu agen penyakit menular yang sudah lama
absen dalam populasi tersebut.
● Bila suatu populasi tertutup seperti asrama, barak dimana
keadaan sangat tertutup dan mudah terjadi kontak langsung,
masuknya sejumlah orang-orang yang peka terhadap penyakit
tertentu dalam populasi tsb.
3. Angka Serangan(Attack Rate) Adalah sejumlah kasus yang
berkembang atau muncul dalam satusatuan waktu tertentu di
kalangan anggota kelompok yang mengalami kontak serta memiliki
risiko atau kerentanan terhadap penyakit tersebut. Formula angka
serangan ini adalah banyaknya kasus baru (tidak termasukkasus

8
pertama) dibagi dengan banyaknya orang yang pekadalam satu
jangka waktu tertentu. Angka serangan ini bertujuan untuk
menganalisis tingkat penularan dan tingkat keterancamam dalam
keluarga, dimana tata cara dan konsep keluarga, sistem hubungan
keluarga dengan masyarakat serta hubungan individu dalam
kehidupan sehari-hari pada kelompok populasi tertentu merupakan
unit epidemiologi tempat penularan penyakit berlangsung.
Contoh penyakit menular

a) Hepatitis
Hepatitis adalah penyakit peradangan pada hati atau lever. Ciri penyakit
menular hepatitis adalah demam, nyeri sendi, nyeri perut, dan penyakit
kuning. Dalam situs Alodoc disebutkan, hepatitis dapat bersifat akut atau
kronis.

Penularan: Melalui makanan atau minuman yang tidak bersih, misalnya


es batu yang proses pembuatannya terkontaminasi virus hepatitis.
Penularan virus hepatitis B dan hepatitis C melalui darah dan cairan
tubuh yang terinfeksi; seperti transfusi darah, hubungan seks,
pembuatan tato dan tindik, serta injeksi

9
b) Pneumonia
Pneumonia adalah penyakit pernapasan akut yang menyerang
paru-paru. Penderita pneumonia akan merasa kesakitan saat bernapas
karena asupan oksigennya terganggu. Pneumonia disebabkan bakteri,
virus, dan jamur. Penyebab pneumonia paling umum adalah
bakteri Streptococcus pneumoniae.

Penularan: Melalui udara yang tercemar oleh bakteri, virus, atau parasit


penyebab pneumonia.

c) Influenza
Flu adalah penyakit yang disebabkan virus yang terus bermutasi
sehingga sulit dideteksi sistem kekebalan tubuh. Gejala umum penyakit
flu adalah nyeri otot.

Penularan: Secara langsung apabila cipratan air dari mulut (droplet)


mengenai orang lain—saat bersin, batuk, atau berbicara. Penularan
secara tidak langsung terjadi apabila Anda menyentuh permukaan atau
benda yang telah terkontaminasi virus flu, lalu tangan Anda menyentuh
mulut dan hidung sehingga virus masuk ke dalam tubuh.

d) Penyakit infeksi pada saluran pernapasan ini disebabkan


bakteri Mycobacterium tuberculosis. Gejala atau ciri penyakit menular ini
adalah batuk berdahak yang berlangsung selama lebih dari dua minggu.
Selain itu, penderita tuberkulosis juga akan kehilangan napsu makan.

Penularan: Tuberkulosis menular melalui udara. Bila berdekatan dengan


penderita tuberkulosis, Anda berisiko tinggi tertular saat penderita
bernapas atau batuk. Cara penularan tuberkulosis yang lain adalah bila

10
Anda menggunakan barang yang sebelumnya dipakai penderita
tuberkulosis.

Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyakit yang tidak menular dan
bukan disebabkan oleh penularan vektor, virus atau bakteri, namun lebih
banyak disebabkan oleh perilaku dan gaya hidup.
Penyakit tidak menular merupakan salah satu masalah kesehatan yang
menjadi perhatian nasional maupun global pada saat ini. Data WHO tahun 2008
menunjukan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi, 36 juta atau hampir dua
pertiganya disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular. Penyakit tidak menular
diketahui sebagai penyakit yang tidak dapat disebarkan dari seseorang
terhadap orang lain. Terdapat empat tipe utama penyakit tidak menular yaitu
penyakit kardiovaskuler, kanker, penyakit pernapasan kronis, dan diabetes.
Penyakit tidak menular (PTM), dikenal juga sebagai penyakit kronis, tidak
ditularkan dari orang ke orang. Perkembangan penyakit tidak menular
umumnya lambat dan membutuhkan durasi yang panjang. Berdasarkan profil
WHO mengenai penyakit tidak menular di Asia Tenggara, ada lima penyakit
tidak menular dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi, yaitu penyakit
kardiovaskuler, kanker, penyakit pernapasan kronis, dibetes mellitus, dan
cedera.

Faktor Risiko Bersama Penyakit Tidak Menular (PTM) yang dapat menjadi


penyebab adalah

● Merokok; merokok dan menggunakan roko elektrik dapat menyebabkan


keruskan pada pembuluh darah.
● Kurang Aktifita Fisik; menyebabkan penumpukan lemak dan mengurangi
kebugaran tubuh.

11
● Kurang Konsumsi Buah dan Sayuran; menyebabkan kekurangan serat
yang bermanfaat untuk kesehatan.
● Konsumsi Alkohol; memilki dampak terhadap kesehatan hati, ginjal, otak,
dll.

Penyakit Tidak Menular (PTM) yang biasa diderita perawat:


1. Sakit otot dan tulang
Tindakan memindahkan pasien, membalikkan dan meneput-nepuk
punggung pasien, latihan penyembuhan, dikarenakan sering
mengeluarkan tenaga berlebihan, gerakan yang tidak benar atau
berulang-ulang, mudah menyebabkan cedera di bagian otot dan tulang,
apabila tenaga perawat berusia agak tua, maka akan menambah resiko
dan tingkat keseriusan cedera di otot dan tulang.

2. Gangguan tidur
Tenaga perawat perlu waktu sepanjang malam atau waktu yang tidak
tentu untuk menjaga pasien, sehingga mudah mengalami kondisi tidur
pendek, tidur kurang lelap, kesulitan tidur.

C. Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Pada Perawat


Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Kesehatan, Pasal
23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus
diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang
mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau

12
mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari
pasal di atas maka jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam
kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat
menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku
langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung
RS. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS menerapkan
upaya-upaya K3 di RS.
Penerapan K3 di Indonesia juga diatur oleh Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, sedangkan K3
rumah sakit (K3RS) diatur oleh KEPMENKES RI Nomor
1087/MENKES/SK/VIII/2010. K3 pada umumnya bertujuan melindungi
keselamatan dan kesehatan pekerja ataupun buruh dalam mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal.
Tujuan diterapkannya K3RS adalah terciptanya cara kerja, lingkungan
kerja yang sehat, aman, nyaman, dan dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan karyawan RS. Salah satu komponen tenaga pelayan kesehatan di
rumah sakit adalah perawat. Perawat berinteraksi langsung terhadap pasien
dengan intensitas yang paling tinggi dibandingkan dengan komponen yang
lainnya. Keselamatan sangat dibutuhkan oleh perawat saat bekerja.
Keselamatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus
dipenuhi.

Upaya pencegahan menurut standar K3 yaitu:

1. Melakukan pencatatan kejadian Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) sesuai


dengan prosedur yang ditetapkan oleh petugas K3.
2. Perlu dilakukan peningkatan terhadap penerapan pelayanan
kesehatan kerja terutama pada pemeriksaan kesehatan khusus,
pengobatan dan perawatan bagi penderita yang sakit, pemantauan
lingkungan kerja serta ergonomi dan evaluasi pencatatan serta

13
pelaporan kepada Direktur Rumah Sakit.
3. Perlu diadakan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja seperti
pemeriksaan paru- paru, laboratorium maupun pemeriksaan secara
fisik terhadap perawat IGD maupun tenaga medis yang lain.
4. Perlu diadakan kegiatansurvelans kerja seperti pemetaan tempat keja
berdasarkan risiko bahayanya.
5. Perlu diadakan penyesuaian terhadap peralatan kerja SDM Rumah
Sakit seperti mengidentifikasi ergonomi terhadap peralatan kerja dan
risiko peralatan kerjanya.

Seperti yang tercantum dalam Kepmenkes RI No. 1087 Tahun 2010


tentang standart kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di Rumah Sakit bahwa
penyesuaian terhadap peralatan kerja SDM dikatakan sudah diterapkan
apabilah telah melakukan

1. Identifikasi dan penilaian risiko ergonomi terhadap perlatan kerja dan


SDM Rumah Sakit.
2. Membuat program pelaksanaan kegiatan, mengevaluasi dan
mengendalikan risiko ergonomi.

Salah satu upaya pencegahan penyakit akibat kerja perawat yaitu dengan
turut memperhatikan kondisi kesehatan para perawat. Hal ini tidak boleh
dianggap sepele karena keberhasilan kerja, atau keefektivitas kerja dari
perawat. Pasti juga sangat berkaitan dengan kondisi kesehatan tubuhnya saat
bekerja. Oleh karena itu, diperlukan juga program pemeriksaan kesehatan
bagi para perawat.

Berikut beberapa pemeriksaan kesehatan bagi para perawat yaitu :


1. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja.
Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja bertujuan untuk mengetahui
kondisi kesehatan awal para perawat. Serta untuk memastikan bahwa

14
perawat benar benar dalam keadaan yang maksimal dalam bekerja.
Salah satu nya yaitu dengan tidak terjangkit penyakit yang dapat
menular.

2. Pemeriksaan Kesehatan berkala


Pemeriksaan kesehatan secara berkala merupakan pemeriksaan
kesehatan yang dilakukan secara konsisten dengan tujuan untuk
mengetahui serta mempertahankan kondisi kesehatan para perawat
agar tetap dalam kondisi optimal dalam bekerja.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rumah sakit (RS) adalah salah satu tempat kerja yang berpotensi
tinggi terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Kejadian penyakit infeksi di
rumah sakit dianggap sebagai suatu masalah serius karena mengancam
kesehatan dan kesejahteraan pasien dan petugas kesehatan secara
global (Luo, et all, 2010). Dengan demikian, dalam memberikan asuhan
keperawatan perlu memperhatikan faktor keselamatan bagi pasien dan
bagi perawat dalam bekerja.
Perilaku tidak aman perawat saat bekerja tanpa menggunakan alat
pelindung diri sesuai standar dapat mengakibatkan kecelakaan kerja dan
menimbulkan penyakit akibat kerja. Terlebih transmisi penyakit menular
yang terjadi dirumah sakit sangat tinggi sehingga, pelaksanaan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, yang dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

B. Saran
Penerapan K3 dirumah sakit sangat penting dilakukan oleh perawat
dan seorang perawat harus dapat melakukan tindakan K3 dengan benar
serta dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya terkait
manajemen K3, sehingga mampu memberikan pelayanan secara optimal
dan berkualitas dalam pemberian asuhan keperawatan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Christanti, D. (2017). Penyakit Akibat Kerja Perawat, Kesehatan Keselamatan


Kerja K3.

Darmawan, A. (2016). EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR DAN PENYAKIT


TIDAK MENULAR. Jambi Medical Journal, 4(2), 195 – 202

Darmawan, Armaidi. (2016). Epidemiologi Pnyakit Menular dan Penyakit Tidak


Menular. JMJ, Volume 4, Nomor2.

Dosnita, Rizki Arini. 2012. Upaya pencegahan penyakit yang sering diderita
tenaga kerja melalui program pelayanan kesehatan kerja di PT. INKA
(Persero) Madiun. Surakarta. perpustakaan.uns.ac.id

Hasibuan, A. M. B. (2020). Risiko Cedera Akibat Penyakit pada Perawat.

Mantiri, Ezra Zimri Ruben Abiam, Odi R. Pinontoan, dkk. (2020). FAKTOR
PSIKOLOGI DAN PERILAKU DENGAN PENERAPAN MANAJEMEN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA RUMAH SAKIT. Indonesian
Journal of Public Health and Community Medicine Vol. 1, No. 3

Maria, S. (2015). Kejadian Kecelakaan Kerja Perawat Berdasarkan Tindakan


Tidak Aman. Jurnal Care, 3(2), 10–11.

Pitoyo, J., Hamarno, R., & Sa’adah, T. E. (2017). Kepatuhan Perawat


Menerapkan Pedoman Keselamatan Kerja Dan Kejadian Cedera Pada
Perawat Instrumen Di Instalasi Bedah Sentral. Jurnal Pendidikan
Kesehatan, 6(2), 65-7

Sitepu, P. (2020). PENERAPAN K3 SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN


PENYAKIT AKIBAT KERJA PADA PERAWAT.

Sri Raudhatul, (2020). Penyakit Akibat Kerja Pada Perawat Saat Memberikan
Asuhan Keperawatan

17
Tamba, T. O. (2020). PELAKSANAAAN DALAM PENERAPAN K3RS UPAYA
PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT KERJA PADA PERAWAT .

Yulis, R. (2020). Pengalaman Kepala Ruangan Mengidentifikasi Penyakit Dan


Kecelakaan Akibat Kerja: Jurnal Ilmiah Perawat Manado (Juiperdo), 8(01),
108–126. https://doi.org/10.47718/jpd.v8i01.1011

18

Anda mungkin juga menyukai