Anda di halaman 1dari 4

A.

Diagnosis7
Diagnosis ditegakkan berdasarkan:
1. Anamnesis.
a. Mekanisme trauma, jenis trauma apakah tembus atau tidak, waktu
terjadinya trauma
b. Riwayat kejang, penurunan kesadaran, mual dan muntah
c. Defisit neurologis (hemiparesis)

2. Pemeriksaan Fisik.
a. ABC dan Glasgow coma scale (GCS) sebagai pemeriksaan awal
b. Pemeriksaan neurologis

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto polos kepala : dilakukan bila tidak ada CT-Scan yang tersedia di
RS, foto polos kepala posisi AP, lateral dan tangensial
b. CT-Scan : tujuan CT-Scan adalah untuk mengidentifikasi luasnya lesi,
perdarahan, determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak. CT
Scan merupakan gold standard bagi trauma kepala
c. Pemeriksaan lab: darah lengkap, gula darah, fungsi ginjal, gas darah dan
urinalisis

B. Diagnostik Pasca Perawatan7


1. Minimal (simple head injury) : GCS 15, tidak ada penurunan kesadaran,
tidak ada amnesia pasca trauma, tidak ada defisit neurologis.
2. Trauma kapitis ringan (mild head injury) : GCS 13-15, CT-Scan normal,
pingsan < 30 m3nit, tidak ada lesi operatif, rawat rumah sakit < 48
jam,amnesia pasca trauma < 1 jam.
3. Trauma kapitis sedang (moderate head injury) : GCS 9-12, dirawat > 48
jam, atau GCS > 12 namun disertai lesi operatif intrakranial atau abnorma
CT-Scan, pingsan > 30 menit – 24 jam, amnesia pasca trauma 1-24 jam.
4. Trauma kapitis berat ( severe head injury) : GCS < 9, menetap dalam 48 jam sesudah
trauma, pingsan > 24 jam, amnesia pasca trauma > 7 hari.

C. Penatalaksanaan Trauma Kapitis Akut2


Penatalaksanaan penderita cedera kepala ditentukan atas dasar beratnya cedera dan
dilakukan menurut urutan prioritas. Yang ideal dilaksanakan olehsuatu tim yang terdiri dari
paramedis terlatih, dokter ahli saraf, bedah saraf,radiologi, anestesi dan rehabilitasi medik.
Pasien dengan cedera kepala harusditangani dan dipantau terus sejak tempat kecelakaan,
selama perjalanan dari tempat kejadian sampai rumah sakit, diruang gawat darurat, kamar
radiologi, sampai ke ruang operasi, ruang perawatan atau ICU, sebab sewaktu-waktu bias
memburuk akibat aspirasi, hipotensi, kejang dan sebagainya. Macam dan urutan prioritas
tindakan cedera kepala ditentukan atas dalamnya penurunan kesadaran pada saat diperiksa:
1. Pasien dalam keadaan sadar (GCS=15)
Pasien yang sadar pada saat diperiksa bisa dibagi dalam 2 jenis:
a. Simple head injury (SHI)
Pada pasien ini, biasanya tidak ada riwayat penurunan kesadaran sama sekali dan
tidak ada defisit neurologik, dan tidak ada muntah. Tindakan hanya perawatan luka.
Pemeriksaan radiologik hanya atas indikasi. Umumnya pasien SHI boleh pulang dengan
nasihat dan keluarga diminta mengobservasi kesadaran. Bila dicurigai kesadaran
menurun saat diobservasi, misalnya terlihat seperti mengantuk dan sulit dibangunkan,
pasien harus segera dibawa kembali ke rumah sakit.
b. Kesadaran terganggu sesaat
Pasien mengalami penurunan kesadaran sesaat setelah cedera kepala dan pada saat
diperiksa sudah sadar kembali. Pemeriksaan radiologik dibuat dan penatalaksanaan
selanjutnya seperti SHI.
2. Pasien dengan kesadaran menurun
a. Cedera kepala ringan / minor head injury (GCS=13-15)
Umumnya didapatkan perubahan orientasi atau tidak mengacuhkan perintah, tanpa
disertai defisit fokal serebral. Dilakukan pemeriksaan fi sik, perawatan luka, foto
kepala, istirahat baring dengan mobilisasi bertahap sesuai dengan kondisi pasien disertai
terapi simptomatis. Observasi minimal 24 jam di rumah sakit untuk menilai
kemungkinan hematoma intrakranial, misalnya riwayat lucid interval, nyeri kepala,
muntah-muntah, kesadaran menurun, dan gejala-gejala lateralisasi (pupil anisokor,
refleksi patologis positif). Jika dicurigai ada hematoma, dilakukan CT scan.
3. Cedera kepala sedang (GCS=9-12)
Pasien dalam kategori ini bisa mengalami gangguan kardiopulmoner, oleh karena itu
urutan tindakannya sebagai berikut:
a. Periksa dan atasi gangguan jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi
b. Periksa singkat atas kesadaran, pupil, tanda fokal serebral dan cedera
c. organ lain. Fiksasi leher dan patah tulang ekstrimitas
d. Foto kepala dan bila perlu bagian tubuh lain
e. CT Scan kepala bila curiga adanya hematom intrakranial
f. Observasi fungsi vital, kesadaran, pupil, defisit fokal serebral
4. Cedera kepala berat (CGS=3-8)
Penderita ini biasanya disertai oleh cedera yang multiple, oleh karena itu disamping
kelainan serebral juga disertai kelainan sistemik. Pasien dalam kategori ini, biasanya
disertai cedera multipel. Bila didapatkan fraktur servikal, segera pasang kerah fiksasi leher,
bila ada luka terbuka dan ada perdarahan, dihentikan dengan balut tekan untuk pertolongan
pertama. Tindakan sama dengan trauma kapitis sedang dengan pengawasan lebih ketat dan
dirawat di ICU.

D. Tekanan tinggi intrakranial (TIK)2


Peninggian TIK terjadi akibat edema serebri, vasodilatasi, hematom intrakranial atau
hidrosefalus. Untuk mengukur turun naiknya TIK sebaiknya dipasang monitor TIK. TIK yang
normal adalah berkisar 0-15 mmHg, diatas 20 mmHg sudah harus diturunkan dengan urutan
sebagai berikut:
1. Posisi Tidur
Penderita cedera kepala berat dimana TIK tinggi posisi tidurnya ditinggikan bagian
kepala sekitar 20-30, dengan kepala dan dada pada satu bidang, jangan posisi fleksi atau
leterofleksi, supaya pembuluh vena daerah leher tidak terjepit sehingga drainase vena otak
menjadi lancar.
2. Terapi diuretik
a. Diuretik osmotik (manitol 20%):
Cairan ini menurunkan TIK dengan menarik air dari jaringan otak normal melalui
sawar otak yang masih utuh kedalam ruang intravaskuler. Bila tidak terjadi diuresis
pemberiannya harus dihentikan. Cara pemberiannya: Bolus 0,5-1 gram/kgBB dalam 20
menit dilanjutkan 0,250,5 gram/kgBB, setiap 6 jam selama 24-48 jam. Monitor
osmolalitas tidak melebihi 310 mOSm.
b. Loop diuretik (Furosemid):
Furosemid dapat menurunkan TIK melalui efek menghambat pembentukan cairan
cerebrospinal dan menarik cairan interstitial pada edema serebri. Pemberiannya
bersamaan manitol mempunyai efek sinergik dan memperpanjang efek osmotik serum
oleh manitol. Dosis 40 mg/hari/iv.

Anda mungkin juga menyukai