Anda di halaman 1dari 71

Laporan Kasus Penerapan Head Up 30ᵒ Pada Pasien Trauma Kepala

Dengan Vulnus Lacaeratum dan Pasien Trauma Kepala Dengan


Tindakan Craniotomi di Ruang Wijaya Kusuma
RSUD Kraton Pekalongan

Disusun Oleh :

Saudurma Sirait
P1337420818029

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER TERAPAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2018/2019

1
Laporan Kasus Penerapan Posisi Head Up 30ᵒ Pada Pasien Trauma Kepala
Dengan Vulnus Lacaeratum dan Pasien Trauma Kepala Dengan
Tindakan Craniotomidi Ruang Wijaya Kusuma
RSUD Kraton Pekalongan

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing :

CI Konsultan Pembimbing Akademik

Ns. Mashadi.S.Kep Dr. Ta′adi, SKp.Ns.,M.H.Kes


NIP : 1976121220006041012 NIP : 197201191998031003

2
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Menurut Word Health Organization (WHO), kecelakaan lalu lintas di


dunia tahun 2004 telah merenggut satu juta orang setiap tahunnya sampai
sekarang dan daru 50 juta orang mengalami luka dengan sebagian besarnya
korbannya adalah pemakai jalan yang rentan seperti pejalan kaki, pengendara
sepeda motor, anak – anak dan penumpang (wahyudi, 2012)
Data kecelakaan di Indonesia yang berasal dari kepolisian menyebutkan
pada tahun 2007, jumlah korban meninggal sebanyak 16.548 jiwa dan korban
yang mengalami Cedera kepala sebanyak 20.180 orang. Sebagian besar (70 %)
korban kecelakaan lalu lintas adalah pengendara sepeda motor dengan
golongan umur 15 – 55 tahun dan berpengahasilan rendah, serta cidera kepala
yang dialami merupakan urutan pertama dari semua jenis cidera yang dialami
korban kecelakaan lalu lintas dan di ikuti perdarahan berkisar antara 17,63 % -
42,20 % yang menduduki urutan tertinggi, kemudian disusul yang kedua yaitu
cidera extremitas mencapai 11,8 % ( Wahyudi, 2012).
Kematian akibat cedera kepala yang dari tahun ke tahun semakin
bertambah, pertambahan angka kematian ini antara lain karena jumlah
penderita cedera kepala yang semakin bertambah dan penanganan yang kurang
tepat atau sesuai dengan harapan kita. Angka kejadian cedera kepala 58% laki-
laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Hal ini diakibatkan karena
mobilitas yang tinggi dikalangan usia produktif sedangkan untuk menjaga
keselamatan di jalan masih rendah, disamping itu penanganan terhadap
penderita yang belum sesuai dan rujukan yang terlambat akan menyebabkan
penderita meninggal dunia.
Cidera kepala mencakup trauma pada kulit kepala, tengkorak (cranium
dan tulang wajah), otak. Keparahan cidera berhubungan dengan tingkat
kerusakan awal otak dan patologi sekunder yang terkait (Stillwell, 2011).
Cidera kepala berat atau trauma kepala yang mengakibatkan perdarahan

3
intracranial pada umumnya dilakukan tindakan craniotomi untuk mencegah
peningkatan tekanan intrkranial dan Cidera kepala ringan adalah cidera karena
pada tekanan atau kejatuhan benda tumpul yang dapat menyebabkan hilangnya
fungsi neurologis sementara atau menurunnya kesadaran sementara , mengeluh
pusing, nyeri kepala tanpa adanya kerusakan lainnya (Triyanto, 2013).
Cedera kepala ringan biasanya pasien sadar, mungkin memiliki riwayat
periode kehilangan kesadaran. Amnesia retrograd terhadap peristiwa sebelum
kecelakaan cukup signifikan (grace & Borley, 2006), Cedera kepala kepala
ringan dirawat dengan tindakan konservatif sedangkan cedera kepala sedang
atau berat kemungkinan besar (80%) memerlukan tindakan craniotomi, hal ini
sangat mengangu pada aktifitasnya.
Prevalensi cedera kepala di RSUD Kraton Pekalongan sendiri belum
diketahui secara pasti, berdasarkan hasil pengamatan periode praktek klinik
keperawatan pasien dengan cedera kepala, keluhan utama yang dirasakan
adalah nyeri kepala akut dan penenulis menemukan Tn. A dengan cedera
kepala ringan dengan terapi konservatif dan Tn. S dengan trauma kepala
dengan tindakan craniotomi. Perawatan pasien tersebut dengan cara
mempertahankan perfusi jaringan serebral, penatalaksanaan nyeri akibat
trauma harus dilakukan penanganan secara cepat dan tepat dan nyeri
berlangsung secara terus menerus, berat atau dalam , sistem saraf simpatis
menghasilkan suatu aksi. Respon fisiologis terhadap nyeri dapat sangat
membahayakan individu (Potter & Perry, 2005)
Pasien cidera kepala atau trauma kepala mengalami masalah resiko
ketidakefektifan perfusi jaringan otak yang disebabkan berkurangnya asupan
oksigen dan adanya desakan darah yang menghimpit sehingga masalah itu terjadi.
Kurangnya asupan oksigen dan adanya perdarah intraserebri menyebabkan adanya
peningkatan tekanan intracranial. Untuk mengurangi masalah tersebut dapat
dilakukan elevasi kepala 300, beberapa penelitian telah menjelaskan bahwa posisi
elevasi kepala dapat menurunkan tekanan intracranial dan meningkatkan saturasi
karena tercukupinya asupan oksigen ke otak. Aliran oksigen pada pasien stroke
mengakibatkan perubahan status hemodinamik termasuk saturasi oksigen, oleh

4
karena itu pemantauan saturasi oksigen pada pasien stroke sangat penting untuk
mengetahui penghantar oksigen kejaringan termasuk jaringan otak.Pemberian
posisi elevasi kepala 300 pada pasien stroke mempunyai manfaat yang besar yaitu
dapat memperbaiki kondisi hemodinamik dengan memfasilitasi peningkatan
aliran darah ke serebral dan memaksimalkan oksigenasijaringan serebral.
Penelitian hermawati (2017) tentang “analisis praktik klinik keperawatan
pada pasien trauma kepala dengan intervensi inovasi pemberian posisi elevasi
kepala untuk meningkatkan nilai saturasi oksigen di rsud abdul wahabsjahranie
samarinda” menjelaskan elevasi kepala untuk memaksimalkan oksigenasi jaringan
otak, hasil penelitian ini bahwa elevasi kepala yang dilakukan dapat meningkatkan
saturasi oksigen 95 % - 99 % dan keadaan umum pasien membaik. Penelitian
sunarto (2015) tentang “peningkatan nilai saturasi oksigen pada pasien stroke
menggunakan model elevasi kepala” menjelaskan bahwa elevasi kepala dapat
meningkatkan saturasi oksigen pasien stroke 0-2 dibandingkan sebelum dilakukan
elevasi kepala.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas , maka penulis mengambil
kasus asuhan keperawatan cedera kepala ringan dan trauma kepala dengan
tindakan craniotomi di ruang Wijaya kusuma RSUD. Kraton Pekalongan. Tujuan
penulisan karya tulis ini adalah agar penulis mampu mengetahui konsep teori,
memberikan asuhan keperawatan dengan benar, tepat dan sesuai dengan standart
keperawatan secara profesional pada Tn. A dengan cedera kepala ringan dan Tn.
S dengan truma kepala dengan tindakan craniotomi
A. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memperoleh Gambaran Fenomena kasus Asuhan Keperawatan
pasien pada Tn.A dengan Cedera kepala ringan dengan vulnus
laceratum dan Tn.S dengan cedara kepala sedang dengan tindakan
craniotomi di Ruang Wijaya Kusuma RSUD Kraton Pekalongan
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan laporan ini adalah untuk memaparkan
dan melakukan pembahasan mengenai :

5
a. Gambaran Aplikasi Virginia henderson dalam asuhan keperawatan
pasien pada Tn.A dengan Cedera kepala ringan dan Tn.S dengan
post operasi craniotomy + riwayat trauma kapitis
b. Gambaran Perbedaan asuhan keperawatan antar kasus pasien pada
Tn.A dengan Cedera kepala ringan dan Tn.S dengan post operasi
craniotomi + riwayat trauma kapitis
c. Aplikasi posisi Head Up 30ᵒ pada pasien Cedera kepala ringan
denga terapi konservatif dan cidera kepal sedang dengan tindakan
post craniotomy
d. Menganalisis hasil penerapan posisi Head Up 30ᵒ (reflective
practice) pada pasien pada Tn.A dengan Cedera kepala ringan
denga terapi konservatif dan Tn.S dengan cidera kepala berat dengan
tindakan craniotomi

6
BAB II
FENOMENA KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN DIAGNOSA TRAUMA KEPALA

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KLIEN I


Nama Mahasiswa : Saudurma Sirait
Semester/Tingkat : III (tiga)
Tempat Praktek : RSUD Kraton Pekalongan
Tanggal Pengkajian : 19 Juni 2019

DATA KLIEN

A. DATA UMUM

1. Nama inisial klien : Tn. A


2. Umur : 53 Tahun
3. Alamat : Jln Labuhan no 78 RT 04/01 Kel: Degayu Kec: pekalongan
4. Agama : Islam
5. Tanggal masuk RS / RB : 18 juni 2019
6. Nomor Rekam Medis : 18-32-19
7. Diagnosa medis : Trauma kepala + vulnus laceratum
8. Bangsal : wijayakusuma

B. PENGKAJIA 13 DOMAIN NANDA


1. PROMOSI KESEHATAN
a. Kesehatan Umum:
 Alasan masuk rumah sakit: jatuh dari motor (kecelakaan lalu lintas),
ditemukan oleh polisi dijalan raya dalam keadaan pingsan, muntah 2
kali selama perjalanan kerumah sakit, terdapat luka robek di dagu

7
kiri, luka lecet, dan saat anamnesa pasien lupa kejadian saat
kecelakaan.Tekanan darah : 140/80mmHg, Nadi: 88x/menit, Suhu
36,50C, Respirasi: 20x/menit
b. Riwayat masa lalu (penyakit, kecelakan, dl) : klien tidak mempunyai
riwayat penyakit masa lalu, hanya saja klien pernah mengalami
kecelakaan lalu lintas, klien mempunyai riwayat merokok sejak umur 18
tahun
c. Riwayat pengobatan
Klien tidak pernah mengkomsumsi obat obat tertentu
d. Kemampuan mengontrol kesehatan :
- yang dilakukan bila sakit : mendatangi tempat pelayanan kesehatan
- pola hidup (konsumsi/alcohol/olahraga,dll) : klien tidak memiliki
riwayat atau kebiasaan mengkonsumsi alkohol, riwayat merokok
sejak umur 18 tahun
e. Factor social ekonomi (penghasilan/asuransi kesehatan, dll) : biaya
pengobatan klien ditanggung oleh asuransi kesehatan BPJS NON PBI
f. Pengobatan sekarang :

No Nama Dosis Kandungan Manfaat


Obat
1 Ketorolac 3 x 30 ketorolac Salah satu jenis obat yang digunakan untuk
mg tromethamine pengurang rasa nyeri dalam kasus patah tulang
karena pengaruh analgesiknya yang cukup kuat.
Obat ini sudah digunakan sejak tahun 1990 dan
merupakan NSAID parenteral yang
diindikasikan untuk mengatasi nyeri pasca
operasi. Penggunaan NSAID juga memiliki efek
samping menghambat agregasi trombosit
sebanding dengan rasio COX-1/COX-2 yang
dimilikinya. Obat golongan ini menghambat
sintesis prostaglandin sehingga menghambat

8
enzim siklooksigenase, menghambat produksi
tromboksan A2. Gangguan tromboksan A2 ini
akan menghambat terjadinya agregasi
trombosit.

2 Ranitidine 2 x 50 Ranitidin untuk mengurangi produksi asam lambung yang


mg HCL berlebih. Di sisi lain, fungsi Ranitidin adalah
untuk mencegah munculnya sakit pencernaan
akibat mengonsumsi makanan tertentu. Obat
Ranitidin adalah obat yang termasuk dalam jenis
H2 Histamin Blocker.

3 Citicolin 3x Citicolin adalah obat kolinergik oksogen yang


500 berasal dari sitidin-5-difosfokolin (CDP-Cholin).
mg Obat ini juga bermanfaat meminimalisir iskemia
otak dengan menurunkan radikal bebas
4 Piracetam 3x3 Piracetam adalah obat nootropik turunan asam
gr gamma- aminobutirik (GABA). Obat inimemiliki
efek neural dan juga vaskuler. Piracetam bekerja
dengan mempengarugi neurotransmitter
serotonergic, noradrenergic dan glutamanergik
terutama pada reseptor post-sinap.piracetam juga
bermanfaat dalam meningkatkan oksidasi glukosa
dan menghasilkan ATP sehingga dapat
melindungi sel sel saraf dari hipoksia
5 Ondansen 2x8 Ondansentron adalah sebagai antagonis terhadap
tron mg reseptor serotonin 5-HT3. Ondansentron saat ini
merupakan anti mual dan muntah.

9
2. NUTRITION
a. A (Antropometri) meliputi BB, TB, LK, LD, LILA,IMT :
1) BB Biasanya : Dan BB Sekarang : 70kg, TB: 168cm
2) Lingkar Perut :-
3) Lingkar Kepala :-
4) Lingkar dada :-
5) Lingkar Lengan Atas :-
6) IMT : 20,22
b. B (Biomechanical) meliputi data laboratorium yang abnormal : terdapat
peningkatan pada pemeriksaan laboratorium: leukosit 21,92, Eritrosit
4,65, haemoglobin 13,2, hematokrit 39,7 neutrophil 88,6 %, limfosit 5.5
%.
c. C (Clinical) meliputi tanda-tanda klinis rambut, turgor kulit, mukosa
bibir, conjungtiva anemis/tidak: turgor kulit baik, mukosa bibir lembab,
konjungtiva tidak anemis
d. D (Diet) meliputi nafsu, jenis, frekuensi makanan yang diberikan selama
dirumah sakit : nafsu makan klien baik dengan frekuensi 3x/hari,
konsistensi lunak
e. E (Energy) meliputi kemampuan klien dalam beraktivitas selama di
rumah sakit : selama klien di rumah sakit klien dibantu perawat dan
keluarga yang mendampingi untuk pemenuhan aktivitas
f. F (Faktor) meliputi penyebab masalah nutrisi : (kemampuan menelan,
mengunyah, dll): kemampuan klien dalam menelan dan mengunyah
terasa sakit akibat trauma area wajah kiri
g. Penilaian Status Gizi baik
h. Pola Asupan Cairan: klien mendapatkan asupan dari minum dan cairan
parenteral
i. Cairan Masuk: 2500
j. Cairan Keluar: 2625
k. penilaian status Cairan (balance cairan): 75
l. Pemeriksaan Abdomen ( sistem elimination juga )

10
Inspeksi : warna kulit sawo matang, tidak terdapat benjolan/massa
tumor
Auskultasi : peristaltic usus 7x/menit
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa tumor
Perkusi : bunyi tympani

3. ELIMINATION
a. Sistem Urinary
1) Pola Pembuangan Urine: klien buang air kecil di tempat tidur dengan
menggunakan pispot
2) Riwayat kelainan kandung kemih: tidak ada riwayat kelainan
kandung kemih
3) Pola Urine (jumlah, warna, kekentalan, bau): ±1200ml/hari, warna
jernih, bau khas amoniak
4) Distensi Kandung Kemih/Resistensi Urine: tidak ada distensi
kandung kemih
b. Sistem Gastrointestinal
1) Pola Eliminasi: klien belum BAB selama dirawat di Rumah sakit
2) Konstipasi dan faktor penyebab konstipasi: tidak ada factor
penyebab konstipasi
c. Sistem Integumen
1) Kulit (Integritas kulit/hidrasi/turgor/warna/suhu): integritas kulit
baik, turgor kulit baik suhu teraba hangat

4. ACTIVITY/REST
a. Istirahat
1) Jam Tidur : 22. 00
2) Insomnia : pasien terkadang terbangun
tidur karena nyeri kepala dan rasa mual dan muntah
3) Pertolongan untuk merangsang tidur : tidak ada

11
b. Aktifitas
1) Pekerjaan : buruh
2) Kebiasaan olah raga :-
3) ADL
a) makan : klien dibantu oleh keluarga yang mendampingi
b) Toileting : klien dibantu oleh keluarga yang mendampingi
c) Kebersihan : klien dibantu oleh keluarga yang mendampingi
d) Berpakaian : klien dibantu oleh keluarga yang mendampingi
4) Bantuan ADL : pada saat beraktivitas/ mobilisasi
45
5) Kekuatan otot : ( tangan kanan terpasang infus)
55
6) ROM : pasif
7) Resiko untuk cidera :-
c. Cardio Respons
1) Penyakit Jantung: tidak ada riwayat penyakit jantung
2) Edema ektermitas: tidak ada edema ekstermitas
3) Tekanan darah dan nadi
a) Berbaring: 140/80mmHg
b) Duduk
4) Tekanan Vena
Jugularis: teraba kuat
5) pemeriksaan jantung
a) Inspeksi: bentuk dada simetris, tidak tampak
pembengkakan/massa tumor
b) Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan, suhu teraba hangat, detak
jantung teraba
c) Perkusi: bunyi sonor
d) Auskultasi: bunyi jantung I-II regular, tidak ada suara tambahan
d. Pulmonary Respons
1) Penyakit system nafas: tidak ada

12
2) Penggunaan O2: 4 liter/menit , penatalaksanaan post trauma dan
riwayat pingsan saat kecelakaan
3) Kemampuan bernafas: baik
4) Gangguan pernafasan (batuk, suara nafas, sputum, dll): tidak
terdapat gangguan pernafasan berupa batuk, suara nafas ronchy
basah, dan sputum
5) Pemeriksaan paru-paru
a) Inspeksi: bentuk dada simetris, kembang kempis dada sesuai
irama nafas
b) Palpasi: taktil fremitus teraba seimbang, suhu kulit teraba
hangat, tidak ada nyeri tekan dan tidak teraba massa tumor
c) Perkusi: bunyi sonor
d) Auskultasi: suara nafas normal

1. PERCEPTION/COGNITION
a. Orientasi/kognisi
1) Tingkat pendidikan : SD
2) Kurang pengetahuan : pengetahuan klien kurang
3) Pengetahuan tentang penyakit : klien kurang mengetahui
tentang penyakitnya
4) Orientasi (waktu, tempat, orang) : disorientasi tempat dan
waktu
b. Sensasi/presepsi
1) Riwayat penyakit jantung : klien tidak memiliki riwayat
penyakit jantung
2) Sakit kepala : klien mengeluh sakit kepala dan
rasa mual muntah saat merubah posisi ditempat tidur
3) Penggunaan alat bantu : tidak ada penggunaan alat bantu
4) Penginderaan : penginderaan klien baik
c. Comunication
1) Bahasa yang digunakan : bahasa Indonesia dan bahasa jawa

13
2) Kesulitan berkomunikasi : tidak ada kesulitan berkomunikasi

2. SELF PERCEPTION
a. Self-concept/self-esteem
1) Perasaan cemas/takut : klien merasa cemas dengan
kondisinya
2) Perasaan putus asa/kehilangan : tidak ada
3) keinginan untuk menciderai : tidak ada
4) adanya luka/cacat : terdapat luka robek didagu
kiri ,telinga dan luka lecet diwajah dan ektremitas, hematom kelopak
mata kiri dan kanan

3. ROLE RELATIONSHIP
a. Peranan hubungan
1) Status hubungan : hubungan pasien baik dengan
keluarga dan sekitarnya
2) Orang terdekat : istri dan anak – anak dan keluarga
3) Perubahan konflik/peran : pasien mengatakan saat dirinya
sakit dirinya tidak bisa pergi bekerja
4) Perubahan gaya hidup : tidak ada perubahan gaya hidup
sebelum dan sesudah sakit, istri pasien mengatakan selama suaminya
sakit, istrinya selalu mendampingi sehingga tidak bisa bekerja seperti
biasa
5) Interaksi dengan orang lain : klien sangat belum bisa berinteraksi
maksimal dengan sekitarnya karen masih cenderung tidur

4. SEXUALITY
a. Identitas Seksual
1) Masalah/disfungsi seksual : tidak ada masalah disfungsi seksual
2) Periode menstruasi :-
3) Metode KB yang digunakan :-

14
4) Pemeriksaan SADARI :-
5) Pemeriksaan papsmear :-
5. COPING/STRESS TOLERANCE
a. Coping Respon
1) Rasa sedih/takut/cemas : klien sesekali bertanya
tentang kondisinya dan tampak tenang dalam berkomunikasi
2) Kemampuan untuk mengatasi : klien komunikasi dengan
petugas ruangan , dokter , keluarga dalam mengatasi rasa cemas
3) Perilaku yang menampakkan cemas : tidak ada perilaku yang
menampakkan rasa cemas yang bermakna

6. LIFE PRINCIPLES
a. Nilai kepercayaan
1) Kegiatan keagamaan yang diikuti : sebelum masuk rumah sakit
pasien menjalankan sholat 5 waktu, tetapi saat dikaji pasien tidak
menjalani shalat ditempat tidur
2) Kemampuan untuk berpartisipasi : klien melaksanakan rutinitas
kerja sehingga tidak ikut berpartisipasi dalam kegiatan di
lingkungannya
3) Kegiatan kebudayaan : klien tidak aktif mengikuti
kegiatan kebudayaan yang ada dalam lingkungannya
4) Kemampuan memecahkan masalah : klien selalu menceritakan
kepada istri , anak bila ada masalah yang tidak bisa diatasi sendiri

7. SAFETY/PROTECTION
a. Alergi : klien tidak memiliki riwayat alergi
b. Penyakit autoimune : tidak terdapat penyakit auto imune
c. Tanda infeksi : tidak terlihat tanda tanda infeksi
d. Gangguan thermoregulasi : tidak terdapat gangguan thermoregulasi

15
e. Gangguan/resiko (komplikasi immobilisasi, jatuh, aspirasi, disfungsi
neurovaskuler peripheral, kondisi hipertensi, pendaraham, hipoglikemia,
Sindrome disuse, gaya hidup yang tetap )

8. COMFORT
a. Kenyamanan/Nyeri
1) Provokes (yang menimbulkan nyeri) : nyeri kepala dan nyeri luka
post trauma
2) Quality (bagaimana kualitasnya) :nyeri tumpul semakin berat
saat mobilisasi dan saat perawatan luka
3) Regio (dimana letaknya) : kepala dan wajah sebelah
kiri
4) Scala (berapa skalanya) : scala 4
5) Time (waktu) : saat mobilisasi dan
perawatan luka
b. Rasa tidak nyaman lainnya : pusing
c. Gejala yang menyertai : mual, muntah

9. GROWTH/DEVELOPMENT
Pertumbuhan dan perkembangan : klien tidak memiliki riwayat
gangguan pertumbuhan dan perkembangan

C. CATATAN PERKEMBANGAN
Keadaan Umum: klien tampak lemah, lelah, terpasang O2 4 liter/menit
19/06 19/06 20/07 20/06/ 21/07/ 21/07
Tanggal
/19 /19 /19 19 19 /19
JAM 07.00 12.00 07.00 12.00 07.00 12.00
TD 140/80 140/90 150/80 150/90 150/90 150/80
NADI 92 96 88 92 92 88
TTV
RR 24 24 24 22 20 20
SUHU 36.8 36.5 36.5 36.8 36.5 36,5
GCS EYE 4 4 4 4 4 4

16
VERBAL 5 5 5 5 5 5

MOTORIK 6 6 6 6 6
6

Data Penghitungan Balance Cairan


Hari/Tanggal : 19 Agustus 2018
Input :
- Minum : 1000ml (Normal: 2000 ml/hari)
- Makan : 200 ml (Normal: 300 ml/hari)
- Infus : 1500ml (Amati saat pengkajian klien sudah habis
beberapa plabot infus)
TOTAL : 2700 ml
Output :
- Urin : 1700 ml (Normal: 0.5-1 ml/kgBB/jam)
- Feses : 100ml (Normal: 100 ml/hari)
- IWL : 825 ml (Normal: 15 ml × kgBB/jam)
TOTAL : 2625 ml

Balance (input - output): 2700 – 2625 = 75ml

D. DATA LABORATORIUM & PENUNJANG LAIN


Hasil laboratorium tanggal 19 juni 2019

17
HASIL CT.SCAN Tanggal 19 juni 2019

Kesan: Tidak terdapat perdarahan intracranial

18
DAFTAR MASALAH
Nama : Tn. A

Umur : 53 Tahun

No RM : 43-32-19

Diagnose medik : Cedera Kepala + vulnus laceratum

No Tgl & Data Fokus Etiologi Masalah Tgl Ttd


Jam Keperawa Tera Pera
tan tasi wat
1. Dx 1 DS: Post trauma Resiko
19
pasien mengatakan sakit kepala ketidakefe
Juni
2019 pada kepala, pusing ktifan
berputar dan kadang perfusi
terganggu saat tidur karena jaringan
mual dan muntah pada otak.
saat merubah posisi tidur
(P: saat memiringkan
kepala, Q : seperti
berputar, R: kepala, S;4, T:
kadang-kadang).
Do : pasien terlihat gelisah
saat tidur, hematom pada
palpebral sisnistra
TD : 140/90 mmHg
N : 88x/menit
RR : 22x/menit
S : 36,5
GCS 15
Hasil ct scan : tidak
tampak perdarahan
intracranial

19
2. 19 DS: kelemahan Hambatan
Juli fisik
- Klien mengatakan mobilisasi
2019
09.00 kesulitan merubah fisik
posisi ditempat
tidur karea adanya
nyeri pada kepala,
mual dan muntah
DO:
- Tampak nyeri dan
pusing berputar
saat mobilisasi
ditempat tidur
- Kesadaran compos
mentis
- Mobilisasi dibantu
sebagian petugas
dan keluarga
(partial care)
- Kekuatan otot
44
: ( tangan
44
kanan terpasang
infus)
- ROM : pasif

20
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama : Tn. A

Umur : 53 Tahun

No RM : 43-32-19

Diagnose medik : Cedera Kepala + vulnus laceratum

N Tgl Diagnos Nursing Outcome Nursing Intervensi


o & a Classification (NOC) Classification (NIC)
Jam Kepera
watan
1 19 Resiko NOC NIC :
. juni a) Circulation status Peripheral Sensation
ketidak
2019 b) Tissue Prefusion : Management
efek cerebral (Manajemen sensasi perifer)
tifan Kriteria Hasil dalam 3 x 24  Monitor adanya daerah
jam : tertentu yang hanya peka
perfusi Mendemonstrasikan status terhadap
jaringan sirkulasi yang ditandai dengan panas/dirigin/tajam
1. Tekanan systole dan diastole /tumpul
otak. dalam rentang yang  Monitor adanya paretese
diharapkan  Instruksikan keluarga
2. Tidak ada ortostatik untuk mengobservasi
hipertensi kulit jika ada Isi atau
3. Mendemonstrasikan laserasi
kemampuan kognitif yang  Gunakan sarun tangan
ditandai dengan: untuk proteksi
- Berkomunikasi dengan jelas  Batasi gerakan pada
dan sesuai dengan kemampuan kepala, leher dan
- Menunjukkan perhatian, punggung
konsentrasi dan orientasi  Monitor kemampuan
- Memproses informasi BAB
- Membuat keputusan dengan  Kolaborasi pemberian
benar analgetik
- Menunjukkan fungsi sensori  Monitor adanya
motori cranial yang utuh : tromboplebitis
tingkat kesadaran membaik,  Diskusikan menganai
tidak ada gerakan gerakan penyebab perubahan
involunter sensasi

21
2 01 Hambata NOC: NIC :
. juli a. Joint Movement : Active Exercise therapy :
n
2019
b. Mobility level ambulation
mobilisa
c. Self care : ADLs a. Monitoring vital sign
si fisik
d. Transfer performance sebelum/sesudah
berhubun
Kriteria Hasil: latihan dan lihat respon
gan
a. Klien meningkat dalam pasien saat latihan
dengan
aktivitas fisik b. Konsultasikan dengan
nyeri
b. Mengerti tujuan dan terapi fisik tentang
peningkatan mobilitas rencana ambulasi
c. Memverbalisasikan sesuai dengan
perasaan dalam kebutuhan
meningkatkan kekuatan c. Bantu klien untuk
dan kemampuan menggunakan tongkat
berpindah saat berjalan dan cegah
d. Mampu terhadap cedera
mendemontrasikan tehnik d. Ajarkan pasien atau
ambulasi tenaga kesehatan lain
e. Bantu untuk mobilisasi tentang teknik
bertahap ambulasi
e. Kaji kemampuan
pasien dalam
mobilisasi
f. Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
g. Dampingi dan Bantu
pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs

22
pasien.
h. Berikan alat bantu jika
klien memerlukan
i. Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan

23
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama : Tn. A

Umur : 53 Tahun

No RM : 43-32-19

Diagnose medik : Cedera Kepala + vulnus laceratum

Tgl/ Dx Tindakan Keperawatan Respon Ttd


Jam Kepe Pe
rawat Ra
an wat
19 Resik 1. Mempertahankan 1. Saturasi oksigen 98%
juni oksigen 4 liter/ menit 2. Posisi tidur 30ᵒ
o keti 2. Mengatur posisi tidur
2019 3. Mata terpejam saat
09.00 dak pasien mobilisasi untuk
3. Menganjurkan pasien
mengurangi pusing,
efek menutup mata saat
mobilisasi
mual,muntah
tifan 4. Mengatur suhu ruangan 4. Suhu rungan 20ᵒC
untuk rasa nyaman 5. Tidak ditemukaan
per
pasien paratese
fusi 5. Monitor adanya paretese 6. Kulit tampak lembab
6. Instruksikan keluarga 7. Tidak terjadi tanda tanda
jaring untuk mengobservasi infeksi
an kulit jika ada Isi atau 8. Molisasi pasien setiap 2
laserasi jam
otak. 7. Gunakan sarung tangan 9. Pasien belum BAB,
untuk proteksi
bising usus 15 kali/menit
8. Batasi gerakan pada
kepala, leher dan
10. Memberikan injeksi
12.00 punggung ketorolac 3 x 30 mg/IV
9. Monitor kemampuan 11. Hasil ct scan tidak ada
BAB perdarahan intracranial
10.Kolaborasi pemberian 12. Pasien dan keluarga
analgetik memahami trjadinya mual
11.Monitor adanya dan muntah , amnesia
tromboplebitis tentang kejadian
12.Diskusikan menganai kecelakaan
penyebab perubahan 13. Td 150/80mmHg,hr
sensasi
88/menit
13.Melakukan pengukuran
tanda tanda vital
14. Memberikan injeksi
14. Memberikan obat
citicolin 2 x
sesuai advis dokter 500mg.piracetam 3 x 3
gr/I

24
19 Hamb 1. Latih pasien dalam 1. pasien kooperatif
juni tan pemenuhan 2. mobilisasi/ADLs
2019 mobili kebutuhan ADLs sebagian dibantu
09.10 tas secara mandiri
keluarga dan petugas
fisik sesuai kemampuan
berhu 2. Dampingi dan ruangan
bung Bantu pasien saat 3. Menganjurkan pasien
An mobilisasi dan untuk memejamkan
deng bantu penuhi mata saat mobilisasi
an kebutuhan ADLs jika pusing atau nyeri
nyeri pasien. 4. mengajarkan pasien
kepala 3. Berikan alat bantu
cara merubah posisi
jika klien
memerlukan. secara bertahap
4. Ajarkan pasien 5. membantu pasien saat
bagaimana merubah mobilisasi ditempat
posisi dan berikan tidur jika diperlukan
12.00 6. Melibatkan keluarga
bantuan jika
diperlukan. dalam pemenuhan
5. meningkatkan ADLs pasien
kekuatan dan 7. Mendemontrasikan
kemampuan cara mobilisasi sendiri
berpindah dengan memejamkan
6. Memperagakan mata dan
penggunaan alat berpengangan pada
7. Bantu untuk pengaman tempat
mobilisasi tidur
8. Nyeri terkontrol 8. Skala nyeri 4
saat mobiliasai atau 9. Kekuatan otot
skala nyeri menurun 44
: ( tangan kanan
9. Melatih kekuatan 44
otot pasien terpasang infus),
10. gunakan tehnik non
farmakologi untuk ROM : pasif
mengurangi nyeri 10. Memberikan
saat mobilisasi aromaterapi lemon
saat mobilisasi dan
selama perawatan
luka untuk
mengurangi rasa nyeri

25
20 Resi 1. Mempertahankan 1.Saturasi oksigen 98 %
juni oksigen 4 liter/ menit 2. Posisi tidur head Up 30ᵒ
ko 2. Mengatur posisi tidur
2019 3. Mata terpejam saat
keti pasien mobilisasi untuk
3. Menganjurkan pasien
mengurangi pusing,
dak menutup mata saat
mobilisasi
mual,muntah
efek 4. Mengatur suhu 4. Suhu rungan 20ᵒC
ruangan untuk rasa 5. Tidak ditemukaan parates
tifan
nyaman pasien 6. Tidak terjadi tanda tanda
per 5. Monitor adanya infeksi
paretese 8. Molisasi pasien setiap 2
fusi 6. Instruksikan keluarga jam
jaring untuk mengobservasi 9. Pasien belum BAB, bising
kulit jika ada Isi atau usus 15 kali/menit
an laserasi 10. Memberikan injeksi
7. Gunakan sarung
otak. ketorolac 3 x 30 mg/IV
tangan untuk proteksi
12.00 8. Batasi gerakan pada
11. Hasil ct scan tidak ada
kepala, leher dan perdarahan intracranial
punggung 12. Pasien dan keluarga
9. Monitor kemampuan memahami trjadinya mual
BAB dan muntah , amnesia
10. Kolaborasi pemberian tentang kejadian
analgetik kecelakaan
11. Monitor adanya 13. Td 150/80mmHg,hr
tromboplebitis 88/menit
12. Diskusikan menganai 14.Memberikan injeksi
penyebab perubahan
citicolin 2 x
sensasi
13. Observasi tanda tanda
500mg.piracetam 3 x 3
vital sebelum dan gr/I
sesudah mobilisasi
14. Melakukan
pengukuran tanda
tanda vital
Memberikan obat
sesuai advis dokter

20 Hamb 1. Latih pasien dalam 1. pasien kooperatif


juni tan pemenuhan 2. mobilisasi/ADLs sebagian
2019 mobili kebutuhan ADLs dibantu keluarga dan
tas secara mandiri
petugas ruangan
fisik sesuai kemampuan
berhu 2. Dampingi dan 3. Menganjurkan pasien
bung Bantu pasien saat untuk memejamkan mata
an mobilisasi dan saat mobilisasi jika pusing
deng bantu penuhi atau nyeri

26
an kebutuhan ADLs 4. mengajarkan pasien cara
nyeri pasien. merubah posisi secara
3. Berikan alat bantu bertahap
jika klien
5. membantu pasien saat
memerlukan.
4. Ajarkan pasien mobilisasi ditempat tidur
bagaimana merubah jika diperlukan
posisi dan berikan 6. Melibatkan keluarga
bantuan jika dalam pemenuhan ADLs
diperlukan. pasien
5. meningkatkan 7. Mendemontrasikan cara
kekuatan dan
mobilisasi sendiri dengan
kemampuan
berpindah memejamkan mata dan
6. Memperagakan berpengangan pada
penggunaan alat pengaman tempat tidur
7. Bantu untuk 8. Skala nyeri 3
mobilisasi 9. Memberikan aromaterapi
8. Nyeri terkontrol lemon saat mobilisasi dan
saat mobiliasai atau
selama perawatan luka
skala nyeri menurun
9. gunakan tehnik non untuk mengurangi rasa
farmakologi untuk nyeri
mengurangi nyeri 10. Pasien dibantu sebagian
saat mobilisasi dalam pemenuhan ADLs,
10. membantu pasien Kekuatan otot 5 ROM
mobilisasi bertahap pasif

21 Resi 1.Mempertahankan 1.Saturasi oksigen 100 %


juni oksigen 4 liter/ menit 2. Posisi tidur head Up 30ᵒ
ko 2. Mengatur posisi tidur
2019 3. Mata terpejam saat
09.15 keti pasien mobilisasi untuk
3. Menganjurkan pasien
mengurangi pusing,
dak menutup mata saat
mobilisasi
mual,muntah
efek 4. Mengatur suhu ruangan 4. Suhu rungan 20ᵒC
untuk rasa nyaman 5. Tidak ditemukaan parates
tifan
pasien 6. Tidak terjadi tanda tanda
per 5. Monitor adanya infeksi
paretese 8. Molisasi pasien setiap 2
fusi 6. Instruksikan keluarga jam
jaring untuk mengobservasi 9. Pasien belum BAB, bising
kulit jika ada Isi atau usus 15 kali/menit
an laserasi 10. Memberikan injeksi
7. Gunakan sarung tangan
ketorolac 3 x 30 mg/IV

27
12.00 otak. untuk proteksi 11. Hasil ct scan tidak ada
8. Batasi gerakan pada perdarahan intracranial
kepala, leher dan 12. Pasien dan keluarga
punggung memahami trjadinya mual
8. Monitor kemampuan
dan muntah , amnesia
BAB
9. Kolaborasi pemberian
tentang kejadian
analgetik kecelakaan
10. Monitor adanya 13. Td 140/80mmHg,hr
tromboplebitis 88/menit
11. Diskusikan menganai 14.Memberikan injeksi
penyebab perubahan citicolin 2 x
sensas 500mg.piracetam 3 x 3
Melakgr/IV
ukan
21 Hamb 1. Latih pasien dalam 1. pasien kooperatif
juni tan pemenuhan 2. mobilisasi/ADLs
2019 mobili kebutuhan ADLs sebagian dibantu
09.30 tas secara mandiri
keluarga dan petugas
fisik sesuai kemampuan
berhu 2. Dampingi dan ruangan
bung Bantu pasien saat 3. Menganjurkan pasien
An mobilisasi dan untuk memejamkan
deng bantu penuhi mata saat mobilisasi
an kebutuhan ADLs jika pusing atau nyeri
nyeri pasien. 4. mengajarkan pasien
kepala 3. Berikan alat bantu
cara merubah posisi
jika klien
memerlukan. secara bertahap
4. Ajarkan pasien 5. membantu pasien saat
bagaimana merubah mobilisasi ditempat
posisi dan berikan tidur jika diperlukan
bantuan jika 6. Melibatkan keluarga
diperlukan. dalam pemenuhan
5. meningkatkan
ADLs pasien
kekuatan dan
12.00 kemampuan 7. Mendemontrasikan
berpindah cara mobilisasi sendiri
6. Memperagakan dengan memejamkan
penggunaan alat mata dan
7. Bantu untuk berpengangan pada
mobilisasi pengaman tempat
8. Nyeri terkontrol
tidur
saat mobiliasai atau
skala nyeri menurun 8. Skala nyeri 3
gunakan 9. Kekuatan otot
9. tehnik non

28
farmakologi untuk 55
: ( tangan kanan
mengurangi nyeri 55
saat mobilisasi
terpasang infus),
ROM : aktif
10. Memberikan
aromaterapi lemon
saat mobilisasi dan
selama perawatan
luka untuk
mengurangi rasa
nyeri.

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama : Tn. A

29
Umur : 53 Tahun

No RM : 43-32-19

Diagnose medik : Trauma Kepala + vulnus laceratum

Tang Kode
Nama
gal DX Subyektif,Obyektif,Asseement,Planning (SOAP)
Perawat
/Jam Kep
dx1 DS: Saudurma
19 - 00032 DS:

06 - pasien mengatakan sakit pada kepala, pusing berputar

2019 dan kadang terganggu saat tidur karena mual dan

13.00 muntah pada saat merubah posisi tidur


(P: saat memiringkan kepala, Q : seperti berputar, R:
kepala, S;4, T: kadang-kadang).
Do : pasien terlihat gelisah saat tidur, hematom pada
palpebral sisnistra
TD : 140/90 mmHg
N : 88x/menit
RR : 22x/menit
S : 36,5
GCS 15
Hasil ct scan : tidak tampak perdarahan intracranial
GCS 15
A : masaalah ketidakefetifan perfusi serebral tidak
terjadi
P : lanjutkan intervensi
- Monitor TTV
- Monitor status neurologis
- Mempertahankan posisi head of bed 300
- Memberikan aromaterapi lemon dengan 10 –
15 menit selama 1 jam selama perawatan luka
dan mobilisasi
- Berikan obat sesuai advis dokter : Inj
Piracetam 3x3gr, Inj ondansentron 8 mg/ 8 ja

30
00031 S
19 - - pasien mengatakan masih tidak mampu saat
merubah posisi ditempat tidur karena rasa nyeri
06 -
dan terkadang ada rasa mual dan muntah
2019 O
13.00 - Pasien tampak muntah 2 kali saat mobilisasi
ditempat tidur
- Pasien tampak berpegang pada pengaman bed side
saat mobilisasi
- Pasien dan keluarga memahami tujuan mobilisasi
- ADLs pasien masih dibantu sebagian olah petugas
ruangan dan keluarga
- Skala nyeri 4 Saudurma
Vital sign : sirait
TD 130/80 mmHg
HR 88x/menit
RR 22x/menit
Suhu 36ºC
A masalah hambatan molisasi fisik belum terasi
P intervensi dilanjutkan

Saudurma
20 - DS:

06 - pasien mengatakan sakit pada kepala, pusing berputar

2019 dan kadang terganggu saat tidur karena mual dan


muntah pada saat merubah posisi tidur
(P: saat memiringkan kepala, Q : seperti berputar, R:
kepala, S;4, T: kadang-kadang).
Do : pasien terlihat gelisah saat tidur, hematom pada
palpebral sisnistra
TD : 140/90 mmHg

31
N : 88x/menit
RR : 22x/menit
S : 36,5
GCS 15
Hasil ct scan : tidak tampak perdarahan intracranial
GCS 15
A : masaalah ketidakefetifan perfusi serebral tidak
terjadi
P : lanjutkan intervensi
- Monitor TTV
- Monitor status neurologis
- Mempertahankan posisi head of bed 300

00092 S Saudurma
- pasien mengatakan sudah dapat merubah posisi
20 - ditempat tidur tanpa rasa nyeri yang kuat
06 - - mual masih ada, muntah tidak tidak terjadi
O
2019 - Pasien tampak mual saat mobilisasi
- Pasien tampak berpegang pada pengaman bed side
saat mobilisasi
- Pasien dapat mengulang latihan relaksasi yang
sudah diberikan saat mobilisasi
- ADLs pasien masih dibantu sebagian olah petugas
ruangan dan keluarga
- Skala nyeri 3
- TD 130/80 mmHg, HR 88x/menit, RR 22x/menit,
Suhu 36ºC TD 130/80
A masalah hambatan mobilitas fisik belum teratasi
P lanjutkan intervensi :
- Melatih pasien mobilisasi bertahap
- Membantu pasien dalam pemenuhan ADLs
- Memberikan aromaterapi aromaterapi lemon saat
mobilisasi
- Melakukan pemeriksaan TTV setelah mobilisasi

21- DS:
pasien mengatakan nyeri sudah berkurang dan dapat

32
06- merubah posisi tidur sendiri
2019 O : tampak lebih adaptasi dengan nyeri, skala nyeri 3
TD : 130/80 mmHg
N : 84x/menit
RR : 20x/menit
S : 36ᵒC Saudurma
GCS 15
Sirait
A : masalah ketidakefektifan perfusi serebrak tidak
terjadi
P : lanjutkan intervensi
- Monitor TTV
- Monitor status neurologis
- Mempertahankan posisi head of bed 300
- Memberikan aromaterapi lemon dengan 10 –
15 menit selama 1 jam selama perawatan luka
dan mobilisasi
- Melatih dan membantu pasien dalam mobilisasi
duduk
- Berikan obat sesuai advis dokter : Inj
Piracetam 3x3gr, Inj ondansentron 8 mg/ 8 jam

S
21 –
- pasien mengatakan sudah dapat merubah posisi
06- ditempat tidur tanpa rasa nyeri yang kuat
2019 - mual masih ada, muntah tidak tidak terjadi
O
- Pasien tampak mual saat mobilisasi
- Pasien tampak berpegang pada pengaman bed side
saat mobilisasi
- Pasien dapat mengulang latihan relaksasi yang
sudah diberikan saat mobilisasi
- ADLs pasien masih dibantu sebagian olah petugas
ruangan dan keluarga

33
- Skala nyeri 3
- TD 130/80 mmHg, HR 88x/menit, RR 22x/menit,
Suhu 36ºC TD 130/80
A masalah hambatan mobilitas fisik belum teratasi
P lanjutkan intervensi :
- Melatih pasien mobilisasi bertahap
- Membantu pasien dalam pemenuhan ADLs
- Memberikan aromaterapi aromaterapi lemon saat
mobilisasi
Melakukan pemeriksaan TTV setelah
45
mobilisasiKekuatan otot : ( tangan kanan
55
terpasang infus)
- ROM aktif

34
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KLIEN II

Nama Mahasiswa : Saudurma Sirait


Semester / Tingkat : III (Tiga) / 2 (dua)
Tempat Praktek : RSUD Kraton pekalongan
Tanggal Pengkajian : 19 Juni 2019

DATA KLIEN

A. DATA UMUM

Nama inisial klien : Tn. S


Umur : 45 Tahun
Alamat : Karang sari RT 007/003 karang sari, kec Bojong kab
: Pekalongan
Agama : Islam
Tanggal masuk RS / RB : 18 juni 2019
Nomor Rekam Medis : 47-70-30
Diagnosa medis : Trauma kepaka +Post op Craniotomi + Riwayat
pemasangan VP Shunt
Bangsal Wijaya kusuma

B. PENGKAJIAN 13 DOMAIN NANDA


5. PROMOSI KESEHATAN
g. Kesehatan Umum:
 Alasan masuk rumah sakit: riwayat terjatuh di kamar mandi kira kira
3 minggu yang lalu, pro cranitomi, riwayat post op pineal regio
tumor bulan pebruari 2019
 Tekanan darah : 130/90mmHg
 Nadi: 84x/menit
 Suhu: 370C
 Respirasi: 24x/menit

35
h. Riwayat masa lalu (penyakit, kecelakan, dl) : klien mempunyai riwayat
terjatuh dikamar mandi 5 bulan yang lalu, hasil ct scan pineal regio
tumor, terpasang VP shunt, klien tidak mempunyai riwayat penyakit
keturunan seperi DM dan hipertensi
i. Riwayat pengobatan: klien mengatakan lupa tentang riwayat
pengobatannya

No Nama Obat Dosis Keterangan


1
2
3
4
5
6

j. Kemampuan mengontrol kesehatan :


- yang dilakukan bila sakit : mendatangi tempat pelayanan kesehatan
- pola hidup (konsumsi/alcohol/olahraga,dll) : klien tidak memiliki
riwayat atau kebiasaan mengkonsumsi alkohol,
k. Factor social ekonomi (penghasilan/asuransi kesehatan, dll) : biaya
pengobatan klien ditanggung oleh asuransi kesehatan BPJS NON PBI
(JAMSOSTEK)
l. Pengobatan sekarang :

No Nama Obat Dosis Kandungan Manfaat


1 Cefotaxime 2 x 1 gr
2 Asam 3 x 500 Tranexamat Asam tranexamat adalah obat yang
tranexa mg acid digunakan untuk mengurangi atau
Namat menghentikan perdarahan.asam
tranexamat bekerja dengan cara
menghambat hancurnya bekuan darah
yang sudah terbentuk, sehingga perdarahan

36
tidak terus terjadi pada pasien dengan
truma kepala dengan perdarahan atau post
cranitomi
3 Ranitidine 2 x 50 mg Ranitidin untuk mengurangi produksi asam lambung
HCL yang berlebih. Di sisi lain, fungsi Ranitidin
adalah untuk mencegah munculnya sakit
pencernaan akibat mengonsumsi makanan
tertentu. Obat Ranitidin adalah obat yang
termasuk dalam jenis H2 Histamin Blocker
4 Ketorolac 2 x 30 mg ketorolac Salah satu jenis obat yang digunakan
tromethami untuk pengurang rasa nyeri dalam kasus
ne patah tulang karena pengaruh analgesiknya
yang cukup kuat.
Obat ini sudah digunakan sejak tahun
1990 dan merupakan NSAIDparenteral
yang diindikasikan untuk mengatasi nyeri
pasca operasi. Penggunaan NSAID juga
memiliki efek samping menghambat
agregasi trombosit sebanding dengan
rasio COX-1/COX-2 yang dimilikinya.
Obat golongan ini menghambat sintesis
prostaglandin sehingga menghambat
enzim siklooksigenase, menghambat
produksi tromboksan A2. Gangguan
tromboksan A2 ini akan menghambat
terjadinya agregasi trombosit.

5 Dexa 3 x 5 mg Dexametason merupakan kelompok obat


kortikosteroid. Obat ini bekerja dengan
cara mencegah pelepasan zat zat didalam
tubuh yang menyebabkan peradangan.

37
6. NUTRITION
a. A (Antropometri) meliputi BB, TB, LK, LD, LILA,IMT :
7) BB Biasanya : Dan BB Sekarang : 65kg, TB: 165cm
8) Lingkar Perut :-
9) Lingkar Kepala :-
10) Lingkar dada :-
11) Lingkar Lengan Atas :-
12) IMT : 23,89
b. B (Biomechanical) meliputi data laboratorium yang abnormal : terdapat
peningkatan pada pemeriksaan laboratorium: leukosit 19,98, trombosit
776, netrofil absolute 15,07, monosit absolut 2,34, netrofil 75,40, dan
TCM TB sensitive.
c. C (Clinical) meliputi tanda-tanda klinis rambut, turgor kulit, mukosa
bibir, conjungtiva anemis/tidak: turgor kulit baik, mukosa bibir kering,
konjungtiva tidak anemis
d. D (Diet) meliputi nafsu, jenis, frekuensi makanan yang diberikan selama
dirumah sakit : nafsu makan klien baik dengan frekuensi 3x/hari
e. E (Energy) meliputi kemampuan klien dalam beraktivitas selama di
rumah sakit : selama klien di rumah sakit mampu beraktivitas secara
mandiri
f. F (Faktor) meliputi penyebab masalah nutrisi : (kemampuan menelan,
mengunyah, dll): kemampuan klien dalam menelan dan mengunyah baik,
g. Penilaian Status Gizi baik
h. Pola Asupan Cairan: klien mendapatkan asupan dari minum dan cairan
parenteral
i. Cairan Masuk: 2300
j. Cairan Keluar: 2075
k. penilaian status Cairan (balance cairan): 225
l. Pemeriksaan Abdomen ( sistem elimination juga )

38
Inspeksi : warna kulit sawo matang, tidak terdapat benjolan/massa
tumor
Auskultasi : peristaltic usus 18x/menit
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa tumor
Perkusi : bunyi tympani

7. ELIMINATION
a. Sistem Urinary
1) Pola Pembuangan Urine: klien terpasang cateter
2) Riwayat kelainan kandung kemih: tidak ada riwayat kelainan
kandung kemih
3) Pola Urine (jumlah, warna, kekentalan, bau): ±1000ml/hari, warna
jernih, bau khas amoniak
4) Distensi Kandung Kemih/Resistensi Urine: tidak ada distennsi
kandung kemih
b. Sistem Gastrointestinal
1) Pola Eliminasi: klien belum BAB setelah operasi
2) Konstipasi dan faktor penyebab konstipasi: tidak ada factor
penyebab konstipasi
c. Sistem Integumen
1) Kulit (Integritas kulit/hidrasi/turgor/warna/suhu): integritas kulit
baik, turgor kulit jelek suhu teraba hangat

8. ACTIVITY/REST
a. Istrahat
1) Jam Tidur : 20.00 WIB
2) Insomnia : klien tidak mengalami
insomnia
3) Pertolongan untuk merangsang tidur :-
b. Aktifitas
1) Pekerjaan : buruh

39
2) Kebiasaan olah raga :-
3) ADL
e) makan : klien makan secara mandiri
f) Toileting : klien toileting ditempat tidur
g) Kebersihan : klien tampak bersih
h) Berpakaian : klien bisa berpakaian dibantu oleh keluarga
4) Bantuan ADL : pada saat mobilisasi
33
5) Kekuatan otot : ( tangan kanan terpasang infus)
33
6) ROM : pasif
7) Resiko untuk cidera :-
e. Cardio Respons
1) Penyakit Jantung: tidak ada riwayat penyakit jantung
2) Edema ektermitas: tidak ada edema ekstermitas
3) Tekanan darah dan nadi
a) Berbaring: 110/70mmHg, HR 86 x/menit
4) Tekanan Vena
Jugularis: teraba kuat
5) pemeriksaan jantung
a) Inspeksi: bentuk dada simetris, tidak tampak
pembengkakan/massa tumor
b) Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan, suhu teraba hangat, detak
jantung teraba
c) Perkusi: bunyi sonor
d) Auskultasi: bunyi jantung I-II regular, tidak ada suara tambahan
f. Pulmonary Respons
1) Penyakit system nafas: pasien tidak memiliki penyakit penyakit
saluran pernafasan
2) Penggunaan O2: 4 liter/menit
3) Kemampuan bernafas: pasien bernafas secara spontan dan reguler

40
4) Gangguan pernafasan (batuk, suara nafas, sputum, dll): pasien tidak
mengalami gangguan pernafasan berupa batuk, dan suara nafas
ronchy
5) Pemeriksaan paru-paru
a) Inspeksi: bentuk dada simetris, kembang kempis dada sesuai
irama nafas
b) Palpasi: taktil fremitus teraba seimbang, suhu kulit teraba
hangat, tidak ada nyeri tekan dan tidak teraba massa tumor
c) Perkusi: bunyi sonor
d) Auskultasi: ronchi

9. PERCEPTION/COGNITION
a. Orientasi/kognisi
1) Tingkat pendidikan : SD
2) Kurang pengetahuan : pengetahuan klien kurang
tentang penyakitnya
3) Pengetahuan tentang penyakit : klien kurang mengetahui
tentang penyakitnya dan bagaimana proses penyembuhannya
4) Orientasi (waktu, tempat, orang) : baik
b. Sensasi/presepsi
1) Riwayat penyakit jantung : klien tidak memiliki riwayat
penyakit jantung
2) Sakit kepala : klien pernah mengalami sakit
kepala
3) Penggunaan alat bantu : tidak ada penggunaan alat bantu
4) Penginderaan : penginderaan klien baik
c. Comunication
1) Bahasa yang digunakan : bahasa Indonesia dan bahasa jawa
2) Kesulitan berkomunikasi pasien kesulitan dalam komunikasi
karena pasien kurang pendengaran dan mulut pelo

41
10. SELF PERCEPTION
a. Self-concept/self-esteem
1) Perasaan cemas/takut : klen mengatakan merasa cemas
2) Perasaan putus asa/kehilangan : klien mengatakan tidak putus asa
dengan penyakitnya
3) keinginan untuk menciderai : tidak ada keinginan untuk
menciderai diri
4) adanya luka/cacat : tidak terdapat luka/cacat

11. ROLE RELATIONSHIP


a. Peranan hubungan
1) Status hubungan : hubungan pasien baik dengan
keluarga dan orang sekitarnya
2) Orang terdekat : isteri
3) Perubahan konflik/peran : tidak ada perubahan peran yang
bermakna
4) Perubahan gaya hidup : tidak ada perubahan gaya hidup
yang bermakna sebelum dan sesudah sakit
5) Interaksi dengan orang lain : pasien sangat ramah dan cepat
bersosialisasi dengan orang lain

12. SEXUALITY
a. Identitas Seksual
1) Masalah/disfungsi seksual : tidak ada masalah disfungsi seksual
2) Periode menstruasi :-
3) Metode KB yang digunakan :-
4) Pemeriksaan SADARI :-
5) Pemeriksaan papsmear :-

13. COPING/STRESS TOLERANCE


a. Coping Respon

42
1) Rasa sedih/takut/cemas : klien tidak tampak cemas
yang bermakna
2) Kemampuan untuk mengatasi : klien mampu untuk
mengatasi rasa cemas
3) Perilaku yang menampakkan cemas : klien selalu komunikasi
dengan perawat dan keluarga tentang kondisinya penyakinya

14. LIFE PRINCIPLES


a. Nilai kepercayaan
1) Kegiatan keagamaan yang diikuti : shalat berjamaah masjid
2) Kemampuan untuk berpartisipasi : klien mampu berpartisipasi
3) Kegiatan kebudayaan : klien berpartisipasi
4) Kemampuan memecahkan masalah : klien mampu memecahkan
masalah

15. SAFETY/PROTECTION
a. Alergi : klien tidak memiliki riwayat alergi
b. Penyakit autoimune : tidak terdapat penyakit autoimune
c. Tanda infeksi : tidak tampak tanda dan gejala infeksi
d. Gangguan thermoregulasi : tidak terdapat gangguan thermoregulasi
e. Gangguan/resiko (komplikasi immobilisasi, jatuh, aspirasi, disfungsi
neurovaskuler peripheral, kondisi hipertensi, pendaraham, hipoglikemia,
Sindrome disuse, gaya hidup yang tetap )

16. COMFORT
a. Kenyamanan/Nyeri
1) Provokes (yang menimbulkan nyeri) : luka operasi craniotomi
2) Quality (bagaimana kualitasnya) : terasa panas
3) Regio (dimana letaknya) : kepala
4) Scala (berapa skalanya) :4
5) Time (waktu) : 1-2 jam

43
b. Rasa tidak nyaman lainnya : nyeri kepala
c. Gejala yang menyertai : mual

17. GROWTH/DEVELOPMENT
Pertumbuhan dan perkembangan : klien tidak memeiliki riwayat
gangguan pertumbuhan dan perkembangan

C. CATATAN PERKEMBANGAN
Keadaan Umum: klien tampak lemas, terpasang O2 3 liter/menit
19/06 19/06 20/07 20/06/ 21/07/ 21/07
Tanggal
/19 /19 /19 19 19 /19
JAM 07.00 12.00 07.00 12.00 07.00 12.00
TD 110/70 110/90 100/80 110/90 110/90 100/80
NADI 92 96 88 88 80 80
TTV
RR 24 24 22 20 20 20
SUHU 36.5 36.5 36.0 36.0 36.0 36,0
EYE 4 4 4 4 4 4
VERBAL 5 5 5 5 5 5
GCS
MOTORIK 6 6 6 6 6
6

Data Penghitungan Balance Cairan


Hari/Tanggal : 19 Agustus 2019
Input :
- Minum : 1000ml (Normal: 2000 ml/hari)
- Makan : 300 ml (Normal: 300 ml/hari)
- Infus : 1000ml (Amati saat pengkajian klien sudah habis
nenerapa plabot infus)
TOTAL : 2300 ml

Output :
- Urin : 1000 ml (Normal: 0.5-1 ml/kgBB/jam)
- Feses : 100ml (Normal: 100 ml/hari)

44
- IWL : 975 ml (Normal: 15 ml × kgBB/jam)
TOTAL : 2075 mlBalance (input - output): 2300 – 2075 =
225ml
D. DATA LABORATORIUM & PENUNJANG LAIN

Tangga Harga Interpreta


Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan Satuan
l / jam noramal si
28-08- HEMATOLOGI EDTA (B)
2018 Hema Lengkap ( WB EDTA )
Leukosit H 15,50 3,8-10,6 103/ul
Eritrosit L 4,92 4,4-5,9 103/ul
Hemoglobin L 12,90 13,2-17,3 g/dL
Hematokrit L 39,90 40-52 %
MCV 81,10 80-100 fL
MCH 26,20 26-34 Pg
MCHC 32,30 32-36 g/dL
Trombosit H 776 150-440 103/ul
RDW 13,40 11,5-14,5 %
PLCR 25,6 %
Diff Count
Eosinofil Absolute 0,05 0,045-0,44 103/ul
Basofil Absolute 0,04 0-0,2 103/ul
Netrofil Absolut H 15,07 1,8-8 103/ul
Limfosit Absolute 2,48 0,9-5,2 103/ul
Monosit Absolute H 2,34 0,16-1 103/ul
Eosinofil L 0,30 2-4 %
Basofil 0,20 0-1 %
Netrofil H 75,40 50-70 %
Limfosit L 12,40 25-40 %
Monosit H 9,80 2-8 %
Kimia Klinik Serum (B)

45
Glukosa sewaktu 99 <125
SGOT H 140
SGPT H 209
Ureum 29,0 10,0-50,0 mg/dl
Creatinine 1,10 3,5-5,0 mg/dl
Kalium 4,14
Natrium 135,5
Chlorida L 9,10
TCM TB MTB Detected medium - TB sensitive

HASIL CT.SCAN : Pineal Regio Tumor

46
DAFTAR MASALAH
Nama : Tn. S
Umur : 45 Tahun
No RM : 47-70-19
Diagnose medik : Trauma kepala + post craniotomy + riwayat pemasangan VP
Shunt
No Tgl & Data Fokus Etiologi Masalah Tgl Ttd
Jam Keperawa Tera Pera
tan tasi wat
1. Dx 1 DS: Pineal region Resiko
19 pasien mengatakan sakit tumor ketidak
Juni pada kepala, pusing efektifan
2019 berputar dan kadang perfusi
terganggu saat tidur karena jaringan
nyeri pada saat merubah otak.
posisi tidur
(P: saat memiringkan
kepala, Q : seperti
berputar, R: kepala, S;4, T:
kadang-kadang).
Do : pasien terlihat gelisah
saat tidur, hematom pada
palpebral sisnistra
TD : 110/80 mmHg
N : 96x/menit
RR : 24x/menit
S : 36,5
GCS 15
Hasil ct scan : pineal regio
tumor

47
2. 19 DS: Kelemahan Hambatan
Juli - Klien mengatakan extremitas mobilisasi
2019 kesulitan merubah fisik
09.00 posisi ditempat
tidur karea adanya
nyeri pada kepala,
mual dan muntah
DO:
- Tampak nyeri dan
pusing berputar
saat mobilisasi
ditempat tidur
- Kesadaran compos
mentis
- Mobilisasi dibantu
sebagian petugas
dan keluarga
(partial care)
- Kekuatan otot
33
: ( tangan
33
kanan terpasang
infus)
- ROM : pasif

48
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama : Tn. S
Umur : 45 Tahun
No RM : 47-70-19
Diagnose medik : Trauma kepala + post craniotomy + riwayat pemasangan VP
Shunt
N Tgl Diagnos Nursing Outcome Nursing Intervensi
o & a Classification (NOC) Classification (NIC)
Jam Kepera
watan
1 19 Resiko NOC NIC :
. juni c) Circulation status Peripheral Sensation
ketidak
2019 d) Tissue Prefusion : Management
efek cerebral (Manajemen sensasi perifer)
tifan Kriteria Hasil dalam 3 x 24  Monitor adanya daerah
jam : tertentu yang hanya peka
perfusi Mendemonstrasikan status terhadap
jaringan sirkulasi yang ditandai dengan panas/dirigin/tajam
1. Tekanan systole dan diastole /tumpul
otak. dalam rentang yang  Monitor adanya paretese
diharapkan  Instruksikan keluarga
2. Tidak ada ortostatik untuk mengobservasi
hipertensi kulit jika ada Isi atau
3. Mendemonstrasikan laserasi
kemampuan kognitif yang  Gunakan sarun tangan
ditandai dengan: untuk proteksi
- Berkomunikasi dengan jelas  Batasi gerakan pada
dan sesuai dengan kemampuan kepala, leher dan
- Menunjukkan perhatian, punggung
konsentrasi dan orientasi  Monitor kemampuan
- Memproses informasi BAB
- Membuat keputusan dengan  Kolaborasi pemberian
benar analgetik
- Menunjukkan fungsi sensori  Monitor adanya
motori cranial yang utuh : tromboplebitis
tingkat kesadaran membaik,  Diskusikan menganai
tidak ada gerakan gerakan penyebab perubahan
involunter sensasi

49
2 01 Hambata NOC: NIC :
. juli 1. Joint Movement : Exercise therapy : ambulation
n
2019
Active 1. Monitoring vital sign
mobilisa
2. Mobility level sebelum/sesudah latihan dan
si fisik
3. Self care : ADLs lihat respon pasien saat latihan
berhubun
4. Transfer 2. Konsultasikan dengan terapi
gan
performance fisik tentang rencana ambulasi
dengan
Kriteria Hasil: sesuai dengan kebutuhan
nyeri
1, Klien meningkat 3. Bantu klien untuk
dalam aktivitas menggunakan tongkat saat
fisik berjalan dan cegah terhadap
2. Mengerti tujuan cedera
dan peningkatan 4. Ajarkan pasien atau tenaga
mobilitas kesehatan lain tentang teknik
3. Memverbalisasika ambulasi
n perasaan dalam 5. Kaji kemampuan pasien dalam
meningkatkan mobilisasi
kekuatan dan 6. Latih pasien dalam pemenuhan
kemampuan kebutuhan ADLs secara
berpindah mandiri sesuai kemampuan
4. Mampu 7. Dampingi dan Bantu pasien
mendemontrasikan saat mobilisasi dan bantu
tehnik ambulasi penuhi kebutuhan ADLs
5. Bantu untuk pasien.
mobilisasi 8. Berikan alat bantu jika klien
bertahap memerlukan
j. Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan

50
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama : Tn. S
Umur : 45 Tahun
No RM : 47-70-19
Diagnose medik : Trauma kepala + post craniotomy + riwayat pemasangan VP
Shunt
Tgl/ Dx Tindakan Keperawatan Respon Ttd
Jam Kepe Pe
rawat Ra
an wat
19 Resik 1, Mempertahankan 1. Saturasi oksigen 98%
juni oksigen 4 liter/ menit 2. Posisi tidur 30ᵒ
o keti 2, Mengatur posisi tidur
2019 3. Mata terpejam saat
09.00 dak pasien mobilisasi untuk
3, Menganjurkan pasien
mengurangi pusing,
efek menutup mata saat
mobilisasi
mual,muntah
tifan 4. Mengatur suhu ruangan 4. Suhu rungan 20ᵒC
untuk rasa nyaman 5. Tidak ditemukaan
per
pasien paratese
fusi 5. Monitor adanya 6. Kulit tampak lembab
paretese 7. Tidak terjadi tanda tanda
jaring 6. Instruksikan keluarga infeksi
an untuk mengobservasi 8. Molisasi pasien setiap 2
kulit jika ada Isi atau jam
otak. laserasi 9. Pasien belum BAB,
7. Gunakan sarung tangan
bising usus 15 kali/menit
untuk proteksi
8. Batasi gerakan pada
10. Memberikan injeksi
12.00 kepala, leher dan ketorolac 3 x 30 mg/IV
punggung 11. Hasil ct scan tidak ada
9. Monitor kemampuan perdarahan intracranial
BAB 12. Pasien dan keluarga
10. Kolaborasi pemberian memahami terjadinya rasa
analgetik nyeri kepala
11. Monitor adanya 13. Td 110/80mmHg,
tromboplebitis hr 88/menit
12. Diskusikan menganai 14. Memberikan injeksi asam
penyebab perubahan
tranexamat 3 x 500
sensasi
13. Melakukan pengukuran
mg/IV,ranitidine 2 x 50
tanda tanda vital mg/IV, dexa 3 x 5 mg/IV
14. Memberikan obat
sesuai advis dokter

51
19 Hamb 1. Latih pasien dalam 1. pasien kooperatif
juni tan pemenuhan 2. mobilisasi/ADLs sebagian
2019 mobili kebutuhan ADLs dibantu keluarga dan
09.10 tas secara mandiri
petugas ruangan
fisik sesuai kemampuan
berhu 2. Dampingi dan 3. Menganjurkan pasien
bung Bantu pasien saat untuk memejamkan mata
An mobilisasi dan saat mobilisasi jika pusing
deng bantu penuhi atau nyeri
an kebutuhan ADLs 4. mengajarkan pasien cara
nyeri pasien. merubah posisi secara
kepala 3. Berikan alat bantu
bertahap
jika klien
memerlukan. 5. membantu pasien saat
4. Ajarkan pasien mobilisasi ditempat tidur
bagaimana merubah jika diperlukan
posisi dan berikan 6. Melibatkan keluarga
12.00 bantuan jika dalam pemenuhan ADLs
diperlukan. pasien
5. meningkatkan
7. Mendemontrasikan cara
kekuatan dan
kemampuan mobilisasi sendiri dengan
berpindah memejamkan mata dan
6. Memperagakan berpengangan pada
penggunaan alat pengaman tempat tidur
7. Bantu untuk 8. Skala nyeri 4
mobilisasi 9. Kekuatan otot
8. Nyeri terkontrol
33
saat mobiliasai atau : ( tangan kanan
skala nyeri menurun 33
9. Melatih kekuatan terpasang infus)
otot pasien
10. gunakan tehnik non ROM : pasif
farmakologi untuk 10, Memberikan aromaterapi
mengurangi nyeri
saat mobilisasi lemon saat mobilisasi dan
selama perawatan luka untuk
mengurangi rasa nyeri

20 Resi 1. Mempertahankan 1.Saturasi oksigen 98 %


juni oksigen 4 liter/ menit 2. Posisi tidur head Up 30ᵒ
ko 2. Mengatur posisi tidur
2019 3. Mata terpejam saat
keti pasien mobilisasi untuk
3. Menganjurkan pasien

52
dak menutup mata saat mengurangi pusing,
mobilisasi mual,muntah
efek 4. Mengatur suhu 4. Suhu rungan 20ᵒC
tifan ruangan untuk rasa 5. Tidak ditemukaan parates
nyaman pasien
6. Tidak terjadi tanda tanda
per 5. Monitor adanya
paretese
infeksi
fusi 6. Instruksikan keluarga 8. Molisasi pasien setiap 2
untuk mengobservasi jam
jaring
kulit jika ada Isi atau 9. Pasien belum BAB, bising
an laserasi usus 15 kali/menit
7. Gunakan sarung 10. Memberikan injeksi
otak. tangan untuk proteksi ketorolac 3 x 30 mg/IV
12.00 8. Batasi gerakan pada 11. Hasil ct scan tidak ada
kepala, leher dan perdarahan intracranial
punggung 12. Pasien dan keluarga
9. Monitor kemampuan
memahami terjadinya rsa
BAB
10. Kolaborasi pemberian
nyeri kepala
analgetik 13. Td 110/80mmHg,hr
11. Monitor adanya 88/menit
tromboplebitis 14.Memberikan injeksi asam
12. Diskusikan menganai tranexamat 3 x 500mg/IV,
penyebab perubahan ranitidine 2x 50 mg/IV,
sensasi dexa 3 x 5 mg/IV
13. Observasi tanda tanda
vital sebelum dan
sesudah mobilisasi
14. Melakukan
pengukuran tanda
tanda vital
Memberikan obat
sesuai advis dokter

20 Hamb 1, Latih pasien dalam 1. pasien kooperatif


juni tan pemenuhan 2. mobilisasi/ADLs sebagian
2019 mobili kebutuhan ADLs dibantu keluarga dan
tas secara mandiri
petugas ruangan
fisik sesuai kemampuan
berhu 2, Dampingi dan Bantu 3. Menganjurkan pasien
bung pasien saat untuk memejamkan mata
an mobilisasi dan bantu saat mobilisasi jika pusing
deng penuhi kebutuhan atau nyeri
an ADLs pasien. 4. mengajarkan pasien cara
nyeri 3, Berikan alat bantu merubah posisi secara
jika klien
bertahap
memerlukan.
4, Ajarkan pasien 5. membantu pasien saat
bagaimana merubah mobilisasi ditempat tidur

53
posisi dan berikan jika diperlukan
bantuan jika 6. Melibatkan keluarga
diperlukan. dalam pemenuhan ADLs
5, meningkatkan
pasien
kekuatan dan
kemampuan 7. Mendemontrasikan cara
berpindah mobilisasi sendiri dengan
6, Memperagakan memejamkan mata dan
penggunaan alat berpengangan pada
7, Bantu untuk pengaman tempat tidur
mobilisasi 8. Skala nyeri 2
8, Nyeri terkontrol
9. Memberikan aromaterapi
saat mobiliasai atau
skala nyeri menurun lemon saat mobilisasi dan
9, gunakan tehnik non selama perawatan luka
farmakologi untuk untuk mengurangi rasa
mengurangi nyeri nyeri
saat mobilisasi 10. Pasien dibantu sebagian
10, membantu pasien dalam pemenuhan ADLs,
mobilisasi bertahap
Kekuatan otot 3 ROM
pasif

21 Resi 1.Mempertahankan 1.Saturasi oksigen 100 %


juni oksigen 4 liter/ menit 2. Posisi tidur head Up 30ᵒ
ko 2. Mengatur posisi tidur
2019 3. Mata terpejam saat
09.15 keti pasien mobilisasi untuk
3. Menganjurkan pasien
mengurangi pusing,
dak menutup mata saat
mobilisasi
mual,muntah
efek 4. Mengatur suhu ruangan 4. Suhu rungan 20ᵒC
untuk rasa nyaman 5. Tidak ditemukaan parates
tifan
pasien 6. Tidak terjadi tanda tanda
per 5. Monitor adanya infeksi
paretese 8. Molisasi pasien setiap 2
fusi 6. Instruksikan keluarga jam
jaring untuk mengobservasi 9. Pasien belum BAB, bising
kulit jika ada Isi atau usus 15 kali/menit
an laserasi 10. Memberikan injeksi
7. Gunakan sarung tangan
otak. ketorolac 3 x 30 mg/IV
untuk proteksi
12.00 8. Batasi gerakan pada
11. Hasil ct scan pineal
kepala, leher dan region tumor
punggung 12. Pasien dan keluarga
8. Monitor kemampuan memahami trjadinya mual
BAB dan muntah , amnesia
9. Kolaborasi pemberian tentang kejadian
analgetik kecelakaan

54
10. Monitor adanya 13. Td 100/80mmHg,hr
tromboplebitis 88/menit
11. Diskusikan menganai 14.Memberikan injeksi asam
penyebab perubahan ranexamat 3 x 500mg/IV,
sensas
ranitidine 2 x 50 mg/IV,
Melak
ukan
dexa 3 x 5 mg/IV
21 Ham 1. Latih pasien dalam 1. pasien kooperatif
juni batan pemenuhan 2. mobilisasi/ADLs sebagian
2019 mobili kebutuhan ADLs dibantu keluarga dan
09.30 tas secara mandiri
petugas ruangan
fisik sesuai kemampuan
berhu 2. Dampingi dan 3. Menganjurkan pasien
bung Bantu pasien saat untuk memejamkan mata
An mobilisasi dan saat mobilisasi jika pusing
deng bantu penuhi atau nyeri
an kebutuhan ADLs 4. mengajarkan pasien cara
nyeri pasien. merubah posisi secara
kepala 3. Berikan alat bantu
bertahap
jika klien
memerlukan. 5. membantu pasien saat
4. Ajarkan pasien mobilisasi ditempat tidur
bagaimana merubah jika diperlukan
posisi dan berikan 6. Melibatkan keluarga
bantuan jika dalam pemenuhan ADLs
diperlukan. pasien
5. meningkatkan
7. Mendemontrasikan cara
kekuatan dan
12.00 kemampuan mobilisasi sendiri dengan
berpindah memejamkan mata dan
6. Memperagakan berpengangan pada
penggunaan alat pengaman tempat tidur
7. Bantu untuk 8. Skala nyeri 2
mobilisasi 9. Kekuatan otot
8. Nyeri terkontrol
44
saat mobiliasai atau : ( tangan kanan
skala nyeri menurun 33
gunakan terpasang infus),
9. tehnik non
farmakologi untuk ROM : pasif
mengurangi nyeri 10. Memberikan aromaterapi
saat mobilisasi lemon saat mobilisasi dan
selama perawatan luka
untuk mengurangi rasa
nyeri.

55
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama : Tn. S
Umur : 45 Tahun

56
No RM : 47-70-19
Diagnose medik : Trauma kepala + post craniotomy + riwayat pemasangan VP
Shunt

Tang Kode
Nama
gal DX Subyektif,Obyektif,Asseement,Planning (SOAP)
Perawat
/Jam Kep
19-06- 00032 DS:
2019 pasien mengatakan kepala masih terasa nyeri kepala
terutama saat mobilisasi
O : tampak ekpresi nyeri, skala nyeri 4
TD : 110/80 mmHg
N : 96x/menit
RR : 24x/menit
Saudurma
S : 36,5
GCS 15
A : masalah ketidakefektifan perfusi serebral tidak
terjadi
P : lanjutkan intervensi
Monitor TTV
Monitor status neurologis
Mempertahankan posisi head of bed 300
Memberikan aromaterapi lemon dengan 10 – 15 menit
selama 1 jam selama perawatan luka dan mobilisasi
Berikan obat sesuai advis dokter : Memberikan injeksi
asam ranexamat 3 x 500mg/IV, ranitidine 2 x 50
mg/IV, dexa 3 x 5 mg/IV

00031 S Saudurma
19 - - pasien mengatakan masih tidak mampu saat sirait
merubah posisi ditempat tidur karena rasa nyeri
06 -
O
2019 - Pasien tampak berpegang pada pengaman bed
13.00 side saat mobilisasi
- Pasien tampak nyeri saat mobilisasi
- Pasien dan keluarga memahami tujuan
mobilisasi
- ADLs pasien masih dibantu sebagian olah

57
petugas ruangan dan keluarga
- Skala nyeri 4
- Kekuatan otot
33
: ( tangan kanan terpasang infus), ROM :
33
pasif
Vital sign :
TD 110/80 mmHg
HR 88x/menit
RR 22x/menit
Suhu 36ºC
A masalah hambatan molisasi fisik belum terasi
P intervensi dilanjutkan
Membantu ADLs
Memberikan injeksi ketorolac 2 x 30 mg/IV
00032 DS:
20 - pasien mengatakan kepala masih terasa nyeri kepala
terutama saat mobilisasi
06 -
O : tampak ekpresi nyeri, skala nyeri 4
2019 TD : 110/80 mmHg
N : 96x/menit
RR : 24x/menit
S : 36,5
GCS 15
A : masalah ketidakefektifan perfusi serebral tidak
terjadi
P : lanjutkan intervensi Saudurma
Monitor TTV
Monitor status neurologis
Mempertahankan posisi head of bed 300
Memberikan aromaterapi lemon dengan 10 – 15 menit
selama 1 jam selama perawatan luka dan mobilisasi
Berikan obat sesuai advis dokter : Memberikan injeksi
asam ranexamat 3 x 500mg/IV, ranitidine 2 x 50
mg/IV, dexa 3 x 5 mg/IV

58
00092 S Saudurma
- pasien mengatakan kesulitan merubah posisi
20 - ditempat tidur tanpa rasa nyeri dan kemah pada
06 - kaki
O
2019 - Pasien tampak meringis saat mobilisasi
- Pasien tampak berpegang pada pengaman bed side
saat mobilisasi
- Pasien dapat mengulang latihan relaksasi yang
sudah diberikan saat mobilisasi
- ADLs pasien masih dibantu sebagian olah petugas
ruangan dan keluarga
- Skala nyeri 2
- Kekuatan otot
33
: ( tangan kanan terpasang infus), ROM :
33
pasif
- TD 100/80 mmHg, HR 88x/menit, RR 22x/menit,
Suhu 36ºC
P lanjutkan intervensi :
- Melatih pasien mobilisasi bertahap
- Membantu pasien dalam pemenuhan ADLs
- Memberikan aromaterapi aromaterapi lemon saat
mobilisasi
- Melakukan pemeriksaan TTV setelah mobilisas

21-
06-
DS: Saudurma
2019
pasien mengatakan kepala masih terasa nyeri kepala Sirait
terutama saat mobilisasi
O : tampak ekpresi nyeri, skala nyeri 4
TD : 110/80 mmHg
N : 96x/menit
RR : 24x/menit
S : 36,5
GCS 15

59
A : masalah ketidakefektifan perfusi serebral tidak
terjadi
P : lanjutkan intervensi
Monitor TTV
Monitor status neurologis
Mempertahankan posisi head of bed 300
Memberikan aromaterapi lemon dengan 10 – 15 menit
selama 1 jam selama perawatan luka dan mobilisasi
Berikan obat sesuai advis dokter : Memberikan injeksi
asam ranexamat 3 x 500mg/IV, ranitidine 2 x 50
mg/IV, dexa 3 x 5 mg/IV

21 - S
06- - pasien mengatakan sudah dapat merubah posisi
ditempat tidur tanpa rasa nyeri yang kuat
2019 - mual dan muntah tidak ada
O
- Pasien tampak lebih mandiri
- Makan dan minum dilakukan sendiri ditempat tidur
44
- Kekuatan otot : ( tangan kanan terpasang
33
infus), ROM aktif
A: Masalah hambatan mobilisasi fisik teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
- Melatih pasien mobilisasi duduk dan berjalan
- Membantu pasien dalam pemenuhan ADLs
- Memberikan aromaterapi aromaterapi lemon saat
mobilisasi
- Melakukan pemeriksaan TTV setelah mobilisasi

60
BAB III
PEMBAHASAN

1. Pembahasan Aplikasi Teori Keperawatan dalam Asuhan Keperawatan


Pelayanan keperawatan memegang peranan penting dalam menentukan
keberhasilan pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Untuk memberikan
pelayanan keperawatan yang berkualitas dan professional perlu ditunjang
oleh konsep dasar keilmuan diantaranya pemahaman terhadap empat konsep
sentral keperawatan. Konsep dan teori keperawatan berkembang sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari perkembangan pemikiran dan ide-ide yang
dituangkan beberapa ahli keperawatan. Pandangan para ahli tersebut
mempunyai kualitas terhadap perbedaan asumsi , tetapi pada dasarnya
mempunyai apresiasi terhadap proses pemberian asuhan keperawatan kepada
klien sehingga memerikan kesempatan untuk berkembang secara mandiri
dalam memenuhi kebutuhan dalam status kesehatannya.

Asuhan keperawatan yang profesional akan terwujud jika perawat sendiri


benar-benar memahami ilmu keperawatan secara benar dan baik. Pemahaman
yang baik dan benar tentunya merujuk kepada ilmu keperawatan yang
dijadikan dasar dalam pemberian asuhan keperawatan baik di rumah sakit
maupun di masyarakat. Namun saat ini pemahaman perawat terhadap ilmu
keperawatan yang seharusnya dijadikan dasar dan panduan dalam
memberikan asuhan keperawatan masih sangat kurang, sehingga asuhan
keperawatan dalam berbagai tatanan masih berdasarkan order dari profesi lain
atau pelayanan yang bersifat rutinitas semata. Dengan demikian pemahaman
perawat akan ilmu keperawatan perlu ditingkatkan sehingga akan terlihat
secara jelas peran perawat sebagai suatu profesi yang memberikan pelayanan
kepada masyarakat atas dasar suatu keilmuan yang akan membedakan
pelayanan keperawatan dengan pelayanan kesehatan yang lain.

Pada tahap penilaian (pengkajian), perawat menilai kebutuhan


dasar pasien berdasarkan 14 komponen di atas. Dalam mengumpulkan data,
perawat menggunakan metode observasi, indra penciuman, peraba, dan
pendengaran. Setalah data terkumpul, perawat menganalisis data tersebut dan

61
membandingkannya dengan pengetahuan dasar tentang sehat-sakit. Hasil
analisis tersebut menentukan diagnosis keperawatan yang akan muncul.
Diagnosis keperawatan, menurut Henderson, dibuat dengan mengenali
kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhannya-dengan atau tanpa
bantuan-serta dengan mempertimbangkan kekuatan atau pengetahuan yang
dimiliki individu.

Tahap perencanaan, menurut Henderson, meliputi aktivitas penyusunan


rencana perawatan sesuai kebutuhan individu, termasuk di dalamnya
perbaikan rencana jika ditemukan adanya perubahan-serta dokumentasi
bagaimana perawat membantu individu dalam keadaan sakit atau sehat.
Selanjutnya, pada tahap implementasi, perawat membantu individu
memenuhi kebutuhan dasar yang telah disusun dalam rencana perawatan guna
memelihara kesehatan individu, memulihkannya dari kondisi sakit, atau
membantunya meninggal dalam damai. Intervensi yang diberikan perawat
sifatnya individual, bergantung pada prinsip fisiologis, usia, latar belakang
budaya, keseimbangan emosional, dan kemampuan intelektual serta fisik
individu. Terakhir, perawat mengevaluasi pencapaian kriteria yang
diharapkan dengan menilai kemandirian pasien dalam melakukan aktivitas
sehari-hari.

2. Pembahasan Perbedaan Asuhan Keperawatan Antar Kasus


a. Pengkajian
Pengkajian kperawatan yang dilakukan pada TN A ditemukan keluhan
nyeri kepala dan pusing berputar pada saat merubah posisi tidur disertai
mual dan muntah dan saat perawatan luka, skala nyeri 4, tampak ekpresi
nyeri, tanda tanda vital 140/ 90 mmHg, hate rate 88/menit, pernafasan 24
kli/menit, suhu 36,5ᵒC, GCS 15, pasien tidak mampu melakukan
perubahan posisi tidur karena nyeri kepala,
55
Pemeriksaan Kekuatan otot : ( tangan kanan terpasang infus),
55
ROM aktif sedangkan S ditemukan keluhan nyeri kepala tanpa
disertai pusing berputar dan rasa muntah, tanda tanda vital : TD :
110/70mmHg, hate rate 88 kali/menit, pernafasan 22 kali/ menit, GCS

62
15, pasien kesulitan dalam merubah posisi ditempat tidur karena merasa
lemah, ADLs dibantu oleh petugas ruangan dan keluarga, Tanda tanda
vital 110/80 mmHg, nadi 86 kali/menit, pernafasan 20 kali/ menit,suhu
36ᵒC pasien mengeluh kaki dan tangan terasa lemah, ADLs dibantu oleh
petugas ruangan dan keluarga sebagian Pemeriksaan Kekuatan otot
33
( tangan kanan terpasang infus), ROM pasif . Perbedaan gejala
33
klinis pada kedua kasus adalah tanda tanda vital sebagai respon terhadap
nyeri dimana TN A tekanan darah 140 mmHg lebih tinggi dari pada Tn S
dengan tekanan darah 110/70 mmHg. Hal ini desebabkan adanya trauma
kepala disertai mual dan muntah, memar dan bengkak sekitar kedua
kelopak mata atau sekitar telinga suspek peningkatan intracranial dengan
terapi konservatif, sedangkan pada TN S tekanan darah 110/80 mmHg,
penatalaksanaan perdarahan dengan tindakan craniotomi untuk mencegah
peningkatan tekanan intracaranial
b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn A adalah resiko
ketidakefektifan perfusi serebral berhubungan dengan cidera agent fisik,
dan hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri kepala
sedangkan diagnose keperawatan pada Tn S adalah resiko
ketidakefektifan perfusi serebral berhubungan dengan pineal region tumor
nyeri/luka post operasi craniotomi dan hambatan mobilisasi fisik
berhubungan dengan kelemahan extremitas. Perbedaan dari kedua kasus
tersebut terdapat pada etiologi dari diagnosa, hal ini disebabkan karena
penyakit sekunder yang menyertai pasien yaitu Tn S disertai penyaki
tumor region pineal yang menyebabkan kelemahan extremitas, sedangkan
Tn A tidak terdapat diagnose sekunder.
c. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan Tn A dan TN S diberikan tindakan yang sama dan
diberi inovasi aroma terapi lemon sebanyak 10-15 tetes dengan inhalasi
untuk membantu relaksasi saat nyeri pada saat perawatan dan mobiisasi.
Perbedaan dari intervensi pada kedua kasus adalah pada TN S diperlukan

63
fisioterapi extremitas untuk meningkatkan mobilisasi fisik sehubungan
dengan adanya pineal region tumor
d. Evaluasi keperawatan
Evaluasi pada TN A dengan manajemen nyeri dengan menggunakan
aromaterapi lemon berhasil lebih lambat dari pada TN S karena TN A
selain rasa nyeri yang disertai mual dan muntah dengan terapi konservatif
sedangkan pada Tn S tidak terjadi mual dan muntah dan dilakukan
tindakan craniotomy, terpasang drain dan riwayat terpasang VP Shunt
untuk mencegh peningkatan intracranial

3. Pembahasan Aplikasi Evidence Based Practice


Keperawatan yang diberikan dikelola dengan menggunakan pendekatan
model konsep teori Virginia Henderson yang dikenal dengan model 14
pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Pasien dengan gangguan system
respirasi, kebutuhan fisiologis adalah hal utama yang harus dicapai tanpa
mengabaikan kebutuhan psikologis dan spiritual. Virginia Henderson melalui
model konsep teorinya telah menguraikan kebutuhan pasien secara rinci,
dimana komponen kebutuhan dasar fisiologis, psikologis, spiritual, dan social
sudah tercakup didalamnya..
Peran perawat selain memberikan asuhan keperawatan yaitu sebagai
pendidik. dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan
keluarga untuk memberikan pemahaman tentang penyakit, proses perjalanan
penyakit, rencana tindakan keperawatan, efektivitas dari implementasi
keperawatan yang diberikan. Peran sebagai pendidik tersebut diberikan kepada
pasien dan keluarga.
Pasien trauma kepala dengan terapi konservatif atau dengan tindakan craniotomi
mengalami masalah resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak yang disebabkan
berkurangnya asupan oksigen dan adanya desakan darah yang menghimpit sehingga
masalah itu terjadi. Kurangnya asupan oksigen dan adanya perdarah intraserebri
menyebabkan adanya peningkatan tekanan intracranial. Untuk mengurangi masalah
tersebut dapat dilakukan elevasi kepala 300, beberapa penelitian telah menjelaskan
bahwa posisi elevasi kepala dapat menurunkan tekanan intracranial dan meningkatkan
saturasi karena tercukupinya asupan oksigen ke otak. Aliran oksigen pada pasien

64
trauma kepala mengakibatkan perubahan status hemodinamik termasuk saturasi
oksigen, oleh karena itu pemantauan saturasi oksigen pada pasien trauma kepala
sangat penting untuk mengetahui penghantar oksigen kejaringan termasuk jaringan
otak.Pemberian posisi elevasi kepala 30 0 pada pasien trauma kepala mempunyai
manfaat yang besar yaitu dapat memperbaiki kondisi hemodinamik dengan
memfasilitasi peningkatan aliran darah ke serebral dan memaksimalkan
oksigenasijaringan serebral.
Penelitian supadi (2017) tentang “pengaruh elevasi posisi kepala pada klien
stroke hemoragik terhadad tekanan rata-rata arterial, tekanan darah dan tekanan intra
kranial di rumah sakit margono soekarjo purwokerto” menjelaskan bahwa tekanan
rata-rata arterial (MAP), tekanan darah, dan yang menunjukkan gejala tekanan
intrakranial pada klien stroke hemoragik sesudah perlakuan menunjukan penurunan
pada kelompok intervensi, sedangkan kelompok kontrol menunjukan tidak ada
perubahan nilai MAP, Tekanan darah dan gejala peningkatan tekananan intrakranial.
beberapa penelitian yang lain yaitu penelitian hermawati (2017) tentang “analisis
praktik klinik keperawatan pada pasienstroke dengan intervensi inovasi pemberian
posisielevasi kepala untuk meningkatkan nilai saturasioksigen di ruang unit trauma
kepala rsud abdul wahabsjahranie samarinda” menjelaskan elevasi kepala untuk
memaksimalkan oksigenasi jaringan otak, hasil penelitian ini bahwa elevasi kepala
yang dilakukan dapat meningkatkan saturasi oksigen 95 % - 99 % dan keadaan umum
pasien membaik. Penelitian sunarto (2015) tentang “peningkatan nilai saturasi oksigen
pada pasien trauma kepala menggunakan model elevasi kepala” menjelaskan bahwa
elevasi kepala dapat meningkatkan saturasi oksigen pasien stroke 0-2 dibandingkan
sebelum dilakukan elevasi kepala

4. Pembahasan reflective practice : masalah yang perlu solusi atau inovasi


Pemberian posisi head of bed pada pasien cedera kepala telah dilakukan
sebagai salah satu cara untuk membantu mengurangi tekanan kranial dengan
melalui saraf limfatik ke vaskuler. Posisi yang tepat bagi pasien dengan trauma
kepala adalah diberikan posisi head of bed dengan derajat kemiringan 30°.
Metode yang paling sederhana dan efektif untuk mengurangi resiko ketidak
efektifan perfusi serebral dan mengurangi rasa nyeri adalah posisi head of bed 30
ᵒ. Posisi ini telah dilakukan sebagai salah satu cara untuk membantu mengurangi
tekanan intracranial (Asmaa M. Abd El-Moaty, Naglaa M. EL-Mokadem (Ph.D, RN), Asmaa H. Abd-Elhy)

65
Selain menjalankan peran sebagai pemberi asuhan keperaawatan dan
pendidik melaksanakan penerapan tindakan keperawatan berbasis bukti (evidence
based nursing practice atau EBNP). EBNP yang diterapkan saat residensi adalah
adalah evidance based pengaruh terapi pemberian posisi head of bed 30 ᵒ
terhadap kestabilan perfusi jaringan otak dan pemberian aromaterapi dalam
menurunkan rasa nyeri. Hal ini didukung penelitian yang dilakukan oleh El
Rahmayati dkk dengan judul pengaruh aromaterapi lemon terhadap penuerunan
skala nyeri pasien post operasi laparatomi dengan hasil terdapat perbedaan
intensitas nyeri pada pasien post operasi laparatomi dengan sebelum dan sesudah
diberika aromaterapi lemon degan p-value 0.000.
Gejala sistemik cedera kepala meliputi pusing, nyeri akut, amnesia,
mual ,muntah, perdarahan dan peningkatan tekanan intracranial. Pusing dan rasa
nyeri disebabkan oleh ketikefektifan perfusi serebral dan peningkatan tekanan
intracranial. Nyeri kepala yang disebabkan gangguan perfusi serebral dan nyeri
kepala akibat cedera trauma kapitis merupakan sumbatan aliran darah serebral
atau perdarahan intracranial dapat terjadi penurunan kesadaran atau syok. Dampak
dari gejala penurunan kesadaran akibat nyeri atau ketidakefektifan perfusi
serebral menimbulkan kematian yang mendadak.
Salah satu cara yang dapat mengurangi nyeri kepala pada trauma kepala
yaitu dengan memberikan aroma terapi daun lemon dengan inhalasi sederhana
atau metode pengupan. Bau berpengaruh langsung terhadap otak manusia,
seperti narkotika. Hidung memiliki kemampuan untuk membedakan
lebih dari 100.000 bau yang berbeda yang mempengaruhi manusia tanpa
disadari. Bau-bauan tersebut masuk kehidung dan berhubungan dengan silia.
Reseptor di silia mengubah bau tersebut menjadi impuls listrik yang di pancarkan
ke otak dan mempengaruhi bagian otak yang berkaitan dengan mood
(suasana hati), emosi, ingatan, dan pembelajaran (Tara, 2005 dalam
Purwandari, 2014).
Teknik pemberian aromaterapi menjadi salah satu alternatif terapi bagi mereka
yang sedang mengalami tekanan batin atau stres, dan yang paling penting yaitu
untuk menurunkan intensitas nyeri, minyak essensial atau minyak atsiri yang
bersifat menurunkan atau menghilangkan rasa nyeri, antara lain: lemon, lavender,

66
cengkeh, dan peppermint, karena terapi dengan menggunakan wewangian dari
berbagai jenis tanaman ini bias membuat seseorang menjadi lebih rileks
dan tenang. Aromaterapi merupakan suatu metode yang menggunakan minyak
atsiri untuk meningkatkan kesehatan fisik dan juga memengaruhi kesehatan
emosi seseorang (Koensoemardiyah, 2009).
Menurut Koensoemardiyah (2009), aromaterapi merupakan suatu metode yang
menggunakan minyak atsiri untuk meningkatkan kesehatan fisik dan juga
memengaruhi kesehatan emosi seseorang. Teknik pemberian aromaterapi menjadi
salah satu alternatif terapi bagi mereka yang sedang mengalami tekanan
batin atau stress, dan yang paling penting yaitu untuk menurunkan intensitas
nyeri, minyak essensial atau minyak atsiri yang bersifat menurunkan atau
menghilangkan rasa nyeri, antara lain: Lemon, lavender, cengkeh, dan
peppermint, karena terapi dengan menggunakan wewangian dari berbagai jenis
tanaman ini biasa membuat seseorang menjadi lebih rileks dan tenang.
Aromaterapi lemon dengan efek relaksasi dapat menstabilkan tekanan vaskuler
serebral ditandai dengan tanda tanda vital dalam batas normal sehingga
mengurangi rasa nyeri sebagai modifikasi terapi nonfarmakologis. Berdasarkan
penjelasan pada latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Pengaruh aroma terapi daun mint dengan inhalasi sederhana
terhadap penurunan rasa nyeri dan mestabilkan sirkulasi tekanan vaskuler.

67
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Sangat penting adanya kerjasama antara perawat dan keluarga dalam
mengatasi permasalahan kesehatan yang dialami pasien, perawat sebagai
edukator pasien harus dapat menjelaskan dengan rinci tentang tahapan-
tahapan pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan sehingga pasien tidak
bingung dengan kondisinya sendiri. Rumah sakit dan ruangan rawat perlu
menyediakan media yang sesuai dan interaktif agar pendidikan
Dalam penanganan pasien tidak lupa juga harus sesuai dengan teori
keperawatan dimana kenyamanan pasien merupakan poin utama dalam
pelayanan yang prima terhadap pasien. Untuk memenuhi kebutuhan
kenyamanan yang holistik yaitu kenyamanan fisik, psikospiritual,
lingkungan dan sosiokultural diperlukan kerja sama antara tenaga perawat
dan keluarga pasien.
Penatalaksanaan nyeri dan ketidakefektifan perfusi serebral akibat
trauma kepala akan telah dibuktikan dengan evidence base dapat
menstabilkan tekanan darah dan tekanan nadi.

2. Saran
a. Diharapkan pemberian asuhan keperawatanyang komperhensif dan
tingkat pelayanan keperawatan dapat dijadikan pertimbangan dalam tata
laksana perbaikan kualitas hidup pasien cedera kepala ringan dan post
craniotomi akibat trauma kepala dengan terapi non farmakologis yaitu
dengan aromaterapi dilingkungan rumah sakit.
b. Diharapkan perawat dapat melaksanakan pendidikan kesehatan secara
berkelanjutan pada setiap pasien dan menerapkan terapi farmakologis
dalam perawatan pasien trauma kepala.

68
DAFTAR PUSTAKA

Akhvani, M.A. (2005). Steam inhalation treatment for children. British Journal of
General Practice, 55 (516, 557)
Agusta, A. 2002. Aromaterapi Cara Sehat dengan Wewangian Alam, Jakarta :
Penebar Swadaya
Alimul Hidayat A.A., 2009. Metode Penelitian dan Keperawatan & Tehnik
Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.
Alimul Hidayat A.A., 2010. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif,
Jakarta : Heath Books
Fatimah. 2008. Faktor Kesehatan Lingkungan Rumah Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Tb Paru Di Kabupaten Cilacap (Kecamatan : Sidareja, Cipari,
Kedungreja, Patimuan, Gandrungmangu, Bantarsari) Tahun 2008 (Tesis).
Program Pascasarjana FKM Undip Semarang
Guenther. 2006. The Essential Oils. De Van Nostrad Co Inc New York
Handari Tanti, 2014. Terapi Top Herbal untuk Ragam Penyakit.Yogyakarta : Dafa
Publishing
NANDA (The North American Nursing Diagnosis Association). (2012). Nursing
diagnostik: prinsip dan clasification 2012-2014. Phladelphia US
Price, S.A & Wilson, L.M. (2005). Patofisiologis konsep klinis proses-proses
penyakit. Edisi 6 volume 2. Jakarta: EGC
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Fundamental of nursing consept: proses and
practice. Philadelphia: Mosby. Inc.
Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto, 2013
Rasmin, M, dkk. (2001). Prosedur tindakan bidang paru dan pernapasan
diagnostik dan terapi. Jakarta: Bagian Pulmonologi FK UI. Balai Penerbitan
FK UI.
Setiadi. 2007. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Surabaya: Graha Ilmu.
Sylvia, A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Jakarta :
EGC

69
Rasmin, M, dkk. (2001). Prosedur tindakan bidang paru dan pernapasan
diagnostik dan terapi. Jakarta: Bagian Pulmonologi FK UI. Balai Penerbitan
FK UI
Tjitrosoepomo, Gembong. 2010. Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Wahid, Suprapto, I. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Respirasi.
Jakarta Timur : CV. Trans Info Media.
Yessi, Andra, S . 2013. Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan Dewasa Teori
Dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika

70
71

Anda mungkin juga menyukai